Oleh:
ABSTRAK
1. PENDAHULUAN
1
sesuatu yang paralel dan menempel dari aspek-aspek pendukung lainnya dari suatu
kebijakan.
2. PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Penelitian Hukum 1
1
FM Ahmadi, J Aripin, Metode Penelitian Hukum, 2010, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta), 26
2
Sebelum melakukan penelitian hukum, perlu dipahami ruang lingkup
disiplin hukum. Disiplin hukum adalah suatu sistem ajaran tentang hukum sebagai
norma yaitu sesuatu yang dicita-citakan dan sebagai kenyataan atau sikap tindak.
Disiplin hukum dapat dibedakan dalam dua segi yaitu segi umum dan segi khusus.
2
FM Ahmadi, J Aripin, Metode Penelitian Hukum, Ibid, 28
3
peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat.
Dalam penelitian hukum normatif-empiris terdapat tiga kategori,
yaitu:
Non judicial Case Study
ialah pendekatan studi kasus hukum yang tanpa ada konflik
sehingga tidak ada akan campur tangan dengan pengadilan.
Judicial Case Study
Pendekatan judicial case study ini ialah pendekatan studi
kasus hukum dikarenakan adanya konflik sehingga akan
melibatkan campur tangan pengadilan untuk dapat
memberikan keputusan penyelesaian.
Live Case Study
Pendekatan live case study ini ialah pendekatan pada suatu
peristiwa hukum yang pada prosesnya masih berlangsung
ataupun belum berakhir.
3. Metode Penelitian Hukum Empiris
Metode penelitian hukum empiris ialah suatu metode
penelitian hukum yang berfungsi untuk dapat melihat hukum dalam
artian nyata serta meneliti bagaimana bekerjanya hukum di suatu
lingkungan masyarakat. Dikarenakan dalam penelitian hukum
empiris ini ialah meneliti orang dalam hubungan hidup di
masyarakat maka metode penelitian hukum empiris dapat juga
dikatakan sebagai penelitian hukum sosiologis.
b) Pendekatan Dalam Penelitian Hukum
Ada 2 pendekatan dalam sebuah penelitian, yaitu pendekatan
kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif memusatkan
perhatian pada gejala- gejala yan mempunyai karakteristik tertentu dalam
kehidupan manusia yang dinamakan variabel. Dalam pendekatan ini,
variabel-variabel dianalisis dengan menggunakan teori yang obyektif.
Sasaran kajian pendekatan kuantitatif adalah gejala-gejala yang ada
dalam kehidupan manusia itu tidak terbatas banyaknya dan tidak terbatas
4
pula kemungkinan-kemungkinan variasi dan tingkatannya, maka diperlukan
pengetahuan statistik (berupa angka-angka). Penelitian
kuantitatif mencakup setiap jenis penelitian yang didasarkan atas
perhitungan presentase, rata- rata dan perhitungan statistik lainnya.
Contoh penelitian dengan pendekatan kuantitatif adalah penelitian
yang datanya menggunakan kuisioner dan statistik. Pendekatan kualitatif
memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari
perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia, atau
pola-pola yang dianalisis gejala-gejala sosial budaya dengan menggunakan
kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh
gambaran mengenai pola-pola yang berlaku. Penelitian dengan pendekatan
kualitatif adalah penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.
1. Data Penelitian Hukum
Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari masyarakat. Data ini
didapat dari sumber pertama dari individu atau perseorangan.
Misalnya adalah hasil wawancara atau hasil pengisian
kuisoner.
Data Sekunder
Data yang diperoleh dari kepustakaan. Data sekunder
merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh
pihak lain. Kegunaan data sekunder adalah untuk mencari
data awal/informasi, mendapatkan landasan teori/landasan
hukum, mendapatkan batasan/definisi/arti suatu istilah.
Pengelolahan, Analisis dan Kontruksi Data
Pada dasarnya, pengolahan, analisa dan konstruksi data dapat
dilakukan secara kualitatif dan/atau secara kuantitatif.
Penyajian hasil penelitian (sebagai hasil pengolahan data)
bisa disatukan maupun dipisahkan dengan analisa data.
Apabila dipisahkan, maka Tidak benar bila dikatakan bahwa
5
pengolahan, analisa dan konstruksi data sekunder dilakukan
dengan kualitatif belaka sedangkan pengolahan, analisa dan
konstruksi data primer dilakukan dengan kuantitatif belaka.
Hal ini dikarenakan pada hakekatnya pengolahan,
analisa dan konstruksi data secara kualitatif maupun
kuantitatif merupakan dua cara yang saling melengkapi. Pada
penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder,
penyajian data dilakukan sekaligus dengan analisanya.
2.2.Urgensi dan Optimalisasi Penelitian Hukum Dalam Pembentukan Undang-
Undang
Jika hukum dipandang sebagai suatu sistem biasanya akan dilihat kepada
keberadaan sistem hukum nasional sebagaimana dikemukakan oleh W. Friedman,
yakni terdiri atas materi hukum (Legal Substance), struktur (Legal Structure) dan
Budaya Hukum (Legal Culture).3 Di Sisi lain sistem hukum juga dipahami akan
mencakup sarana dan prasarana dari hukum itu sendiri.
Sesuai dengan keberadaan hukum secara filosofis, sosiologis dan yuridis,
maka korelasi dari kedua teori tersebut dalam suatu sistem hukum nasional adalah
dengan melihat sejauh mana effektifitas suatu sistem hukum dapat berlaku dengan
baik ditengah-tengah masyarakatnya. Kita tidak dapat menjelaskan tentang
afektivitas hukum tanpa membicarakan lebih dahulu tentang hukum dalam tataran
normative (Law in books) dan hukum dalam tatanan realita (Law in action), sebab
tanpa membandingkan kedua variable ini adalah tidak mungkin untuk mengukur
tingkat efektifitas hukum.
Donald Black berpendapat bahwa efektivitas hukum adalah masalah pokok
sosiologi hukum yang diperoleh dengan cara memperbandingkan antara realitas
hukum dalam teori dengan realitas hukum dalam praktek sehingga nampak adanya
kesenjangan antara keduanya.4 Jika terjadi kesenjangan antara Law in books dan
Law in action, maka diperlukan adanya perubahan-perubahan yang sebelumnya
diawali dengan penelitian hukum.
3
Friedman W, Legal Theory, Fifth Edition, (New York: Columbia University Press, 1967). Hlm. 29
44
Soerdjono Soekanto tentang Pendekatan Sosiologi Terhadap Hukum, dalam buku Zulfadi Barus, Berfikir Kritis
dan Sistemik Dalam Filsafat Hukum, (Jakarta:CELS, 2004), Hlm. 48
6
Karena Penelitian hukum merupakan upaya dalam menemukan solusi dari
suatu permasalahan hukum. Hal ini sejalan dengan pendapat Soetandyo yang
menyatakan bahwa “penelitian hukum” adalah suatu upaya untuk mencari dan
menemukan jawaban yang benar (right answer) dan/atau jawaban yang tak sekali-
kali keliru (true answer) mengenai suatu permasalahan hukum.5 Penelitian ini akan
kian diperlukan apabila semakin banyak permasalahan bermunculan dalam
kehidupan. Semakin kompleks suatu kehidupan sejalan dengan kian maraknya
kehidupan berbangsa dan bernegara, dan sehubungan dengan itu kian banyak pula
bermunculan masalah-masalah di dalam kehidupan hukum yang akan menyebabkan
kian banyak diperlukannya penelitian dengan hasil yang cermat, berketeladanan
dan sahih untuk menjelaskan serta menjawab permasalahan yang ada. 6
Hasil dari penelitian tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai bahan
Naskah Akademik RUU untuk mengetahui atau mengenal bagaimanakah latar
belakang mengenai suatu masalah hukum tertentu. Penelitian hukum dirasakan
peranannya dalam dalam pelaksanakan penyusunan Undang-Undang, karena
penelitian hukum akan dapat memecahkan persoalan-persoalan yang berkaitan
dengan substansi Undang-Undang, khususnya dalam menjawab aspek-aspek yang
berkaitan dengan masalah yuridis, sosiologis, dan filosofis.
Selain itu, penelitian juga bermanfaat untuk menyusun rencana-rencana
pembangunan hukum yang lebih responsive, baik jangka pendek dan jangka
menengah, dan terlebih-lebih untuk menyusun rencana jangka panjang. UU No 12
tahun 2011 tentang Pembetukan Peraturan Perundang-Undangan secara implisit
juga telah menyinggung pentingnya penelitian hukum yakni dengan mencantumkan
perlunya Naskah Akademik yang merupakan hasil dari penelitian hukum dalam
pembentukan peraturan perundang-undangan.
Naskah Akademik suatu Rancangan Undang-Undang merupakan potret
yang memberikan gambaran atau penjelasan tentang berbagai hal yang terkait
dengan Peraturan Perundangundangan yang hendak dibentuk, maka melalui Naskah
5
Soetandyo Wignyosoebroto, Sebuah Pengantar Kearah perbincangan tentang Pembinaan Penelitian Hukum
Dalam PJP II (Makalah), Disampaikan pada Seminar Akbar 50 tahun Pembinaan Hukum sebagai Modal Bagi
Pembangunan Hukum Nasional Dalam PJP II, Juli 1995.
6
Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, (Bandung: Alumni 1994),hlm.139-140
7
Akademik dapat ditentukan apakah Peraturan Perundang-undangan yang akan
dibentuk akan melembagakan atau memformalkan apa yang telah ada dan berjalan
di masyarakat.7
Melalui naskah akademik ini dapat dilihat bahwa setiap rancangan undang-
undang tidak disusun karena kepentingan sesaat, kebutuhan yang mendadak, atau
karena pemikiran yang tidak mendalam. Bagaimanapun pembentukan suatu
undang-undang menyangkut kepentingan rakyat banyak. Apalagi, undang-undang
dimaksud akan menjadi norma hukum yang mengikat secara umum.8
Mempersiapkan Naskah Akademik merupakan salah satu langkah penting
dalam proses legislasi, karena Naskah Akademik berperan sebagai “quality
control” yang sangat menentukan kualitas suatu produk hukum. Naskah Akademik
memuat seluruh informasi yang diperlukan untuk mengetahui landasan pembuatan
satu undang-undang yang baru, termasuk tujuan dan isinya. Naskah Akademik
merupakan potret ataupun peta tentang berbagai hal terkait dengan peraturan
perundang-undangan yang hendak diterbitkan.
Naskah Akademik dapat juga berfungsi akan memberi arah kepada para
pemangku kepentingan (“stake holders”) dan perancang (“drafter”). Pemangku
kepentingan, terutama yang menduduki posisi sebagai pengambil kebijakan akan
mendapat informasi yang memadai dalam pengambilan keputusan. Sedangkan bagi
perancang akan berfungsi sebagai acuan untuk dapat menentukan apa yang akan
diatur dan diterjemahkan ke dalam kalimat hukum.9
Keberadaan Naskah Akademik dalam pembentukan peraturan
perundangundangan sebenarnya sangat strategis dan merupakan kebutuhan yang
tidak dapat dihindarkan apabila membentuk peraturan perundang-undangan yang
baik. Hal ini disebabkan dalam perkembangan ketatanegaraan Indonesia yang
sedang dalam masa transisi demokrasi secara yuridis masih belum banyak aturan
77
Abdul Basyir, 2014, Jurnal Ius Vol II Nomor 5- Agustus 2014 hal. 292, http://jurnalius.ac.id/topik/2014-2/vol-ii-
nomor-5-hukum-dan-tata-kuasa-agustus2014/pentingnyanaskah-akademik-dalam-pembentukan-peraturan-
perundang-undangan-untuk-mewujudkanhukumaspiratif-dan-reponsif/ , diakses pada tanggal 20 Maret 2021 pukul
14.00 WIB.
8
Ibid., Hlm 293
9
Sadli Isra, Urgensi Naskah Akademik Dalam Penyusunan Peraturan PerundangUndangan,
http://www.saldiisra.web.id/index.php/21-makalah/makalah1/557-urgensi-naskahakademik-dalam-penyusunan-
peraturan-perundang-undangan.html#ftnl , Hlm. 4, diakses pada tanggal 20 Maret 2021 Pukul 15.00 WIB.
8
hukum yang lengkap untuk mengatur segala hal. Sementara itu arus perubahan
yang diinginkan oleh masyarakat sangat kuat terutama terhadap produk peraturan
perundang-undangan yang responsif dan aspiratif.
Masyarakat lebih banyak menuntut keberadaan suatu peraturan perundang-
undangan bukanlah kehendak penguasa (legislatif dan/atau eksekutif) belaka.
Namun perlu adanya ruang-ruang publik yang memungkinkan suara rakyat
tertampung dalam penyusunan substansi undang-undang. Dengan adanya Naskah
Akademik maka ruang-ruang publik tersebut sangat terbuka dan masyarakat bebas
mengeluarkan aspirasi serta melakukan apresiasi terhadap substansi peraturan
perundang-undangan yang sedang diatur.10
3. KESIMPULAN
Penelitian hukum merupakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta
hukum, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-
permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan. Penelitian hukum ini
merupakan hal yang urgen dalam penyusunan Undang-Undang karena penelitian
hukum akan dapat memecahkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
substansi Undang-Undang, khususnya dalam menjawab aspek-aspek yang berkaitan
dengan masalah yuridis, sosiologis, dan filosofis. Selain itu, penelitian hukum juga
bermanfaat untuk menyusun rencana-rencana pembangunan hukum yang lebih
responsive, baik jangka pendek dan jangka menengah, dan terlebih-lebih untuk
menyusun rencana jangka panjang.
10
Aan Eko Widiarto, Metode Dan Teknik PenyusunanNaskah Akademik,
http://widiarto.lecture.ub.ac.id/2009/01/naskah-akademik/ , diakses pada 27 Maret 2021, Pukul 16.30 WIB
9
DAFTAR PUSTAKA
J Aripin, FM Ahmadi. 2010. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
W, Friedman. 1967. Legal Theory, Fifth Edition. New York: Columbia University
Press
Soekanto, Soerdjono. 2004. Tentang Pendekatan Sosiologi Terhadap Hukum,
dalam buku Zulfadi Barus, Berfikir Kritis dan Sistemik Dalam Filsafat Hukum.
Jakarta:CELS.
Wignyosoebroto, Soetandyo. 1995. Sebuah Pengantar Kearah perbincangan
tentang Pembinaan Penelitian Hukum Dalam PJP II (Makalah). Disampaikan
pada Seminar Akbar 50 tahun Pembinaan Hukum sebagai Modal Bagi
Pembangunan Hukum Nasional Dalam PJP II.
Hartono, Sunaryati. 1994. Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke-20.
Bandung: Alumni.
Basyir, Abdul. 2014. Jurnal Ius Vol II Nomor 5. http://jurnalius.ac.id/topik/2014-
2/vol-ii-nomor-5-hukum-dan-tata-kuasa-agustus2014/pentingnyanaskah-
akademik-dalam-pembentukan-peraturan-perundang-undangan-untuk-
mewujudkanhukumaspiratif-dan-reponsif/ . diakses pada tanggal 20 Maret
2021 pukul 14.00 WIB.
Isra, Sadli. Urgensi Naskah Akademik Dalam Penyusunan Peraturan
PerundangUndangan. http://www.saldiisra.web.id/index.php/21-
makalah/makalah1/557-urgensi-naskahakademik-dalam-penyusunan-
peraturan-perundang-undangan.html#ftnl . diakses pada tanggal 20 Maret
2021 Pukul 15.00 WIB.
Widiarto, Aan Eko. Metode Dan Teknik PenyusunanNaskah Akademik.
http://widiarto.lecture.ub.ac.id/2009/01/naskah-akademik/ . diakses pada 27
Maret 2021, Pukul 16.30 WIB
10