Oleh:
Siti Nurul Fatimah Tarimana 15780032
Khalilullah
15780025
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hukum dan politik merupakan dua aspek yang tidak bisa
dipisahkan, keduanya juga berkaitan erat dengan eksistensi
seorang penguasa dalam suatu negara, instansi dan bahkan
organisasi sekalipun. Hukum dan politik tidak memandang suku,
ras, agama dan negara serta tidak pula terbatas oleh ruang dan
waktu.
Semua aspek kehidupan manusia khususnya dalam tatanan
negara akan sangat berdampingan dan tidak akan pernah bisa
terlepas dari kedua hal tersebut (hukum dan politik). Seyogyanya
hukum yang merupakan aturan yang dibuat untuk menciptakan
kedamaian, ketertiban, keteraturan dan kondisifan untuk
menciptakan kesejahteraan dalam bernegara. Dikotori dengan
kepentingan-kepentingan elit politik yang menguasai panggung
politik dalam suatu negara, sehingga bukan ketertiban,
keteraturan, kesejahteraan tetapi pendiskriminasian karena
kaidah-kaidah hukum (aturan perundang-undangan) dibuat tidak
lagi berdasarkan keadilan sosial bagi seluruh lapisan masyarakat
namun berubah menjadi aturan hukum yang berasaskan
kepentingan peribadi atau kelompok kecil yang tidak
memperhatikan kesejahtraan seluruh bangsa.
Orang bijak mengatakan hukum tanpa penguasa merupakan
angan-angan yang tidak dapat terwujud dan diwujudkan begitu
pula penguasa tanpa hukum adalah otoriter yang menindas dan
berjalan tanpa adanya tujuan yang jelas dan tidak mungkin akan
menciptakan keadilan. Oleh sebab itu dalam makalah ini, penulis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Islam dan Politik
1. Hukum Islam
Hukum Islam adalah hukm yang bersumber dari al-Quran
dan al-Sunnah dan menjadi salah satu bagian dari ajaran Islam
yang terdiri dari tiga bagian: pertama, berhubungan dengan
al-Aqidah (system keyakinan-kepercayaan), kedua,
berhubungan dengan al-Syariah (system hukum baik al-Ibadah,
al-Muamalah, al-Jinayat, al-Ahwal al-Syakhshiyyah dan lainlain), dan ketiga, berhubungan dengan al-Haqiqah (system etika
dan tasawuf).1
Jika kita bandingkan hukum islam bidang muamalah ini
dengan hukum barat yang membedakan antara hukum privat
(hokum perdata) dengan hukum public, maka sama halnya
dengan hukum adat di tanah air kita, hukum islam tidak
membedakan (dengan tajam) antara hukum perdata dengan
hukum publik disebabkan karena menurut system hukum islam
pada hukum perdata terdapat segi-segi publik ada segi-segi
perdatanya.
Itulah sebabnya maka dalam hukum islam tidak dibedakan
kedua bidang hukum itu. Yang disebutkan adalah bagian-bagian
nya saja seperti misalnya, (1) munakahat (2) wirasah (3)
muamalat dalam arti khusus (4) jinayat atau ukubat (5) al
ahkam as-sulthaniyah (khilifah), (5) siyar dan (7) mukhasamat.2
Berdasarkan hal tersebut, maka Hukum Islam dapat
dibedakan menjadi dua bagian bila mengikuti sistematika
Hukum Barat yakni Hukum Privat (Perdata) dan Hukum Publik.
1Dahlan Tamrin, Filsafat Hukum Islam, (Malang: UIN Press: 2007),
h. 7.
2H.M Rasjidi, Hukum Islam dan Pelaksanaanya dalam Sejarah.
(Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 25.
bahwa tujuan hukum Islam itu ada 5 yang biasa disebut dengan
Maqashid al-Syariah, di antaranya (1) memelihara Agama, (2)
memelihara jiwa, (3) memelihara akal, (4) memelihara
keturunan, dan (5) memelihara kekayaan.
2. Politik
Kata politik dalam bahasa Arab berasal dari kata
( mengatur atau memimpin). Kata as-Siyasah bisa berarti
kiasan seperti dalam contoh berikut: ( saya
mengatur rakyat dengan menggunakan politik) ketika saya
memerintah dan melarang rakyat. Sedangkan kata berikut:
( menyelesaikan persoalan dengan
menggunakan politik) dan as-Siyasah di sini berarti melakukan
sesuatu yang akan mendatangkan kebaikan.7
Dalam Ensiklopedi al-Ulum al-Ijtimaiyah, secara ekplisit
dikatakan bahwa politik adalah segala aktifitas manusia yang
berkaitan dengan penyelesaian berbagai konflik dan
menciptakan keamanan bagi masyarakat. Untuk mencapai
tujuan tersebut, politik tidak bisa dipisahkan dengan kekuatan
ataupun usaha lain yang bersifat keras.
Politik berasal dari bahasa Yunani, yaitu Polis yang berarti
kota, negara kota. Dari konsep polis berkembang konsep Polites
yang bermakna warga negara dan konsep politikos yang berarti
kewarganegaraan.8 Dari penjelasan etimologi tersebut maka
politik sebagai sesuatu yang berhubungan antara warga negara
pada suatu (negara) kota. Sedangkan akar katanya dari bahasa
Inggris adalah politics, yang bermakna bijaksana. Kalau kita
lanjutkan pemahaman etimologis dari dua akar kata dari bahasa
7Yusuf al-Qaradhawi, Meluruskan Dikotomi Agama & Politik;
Terjemahan: Khoirul Amru Harahap, (Jakarta: al-Kautsar, 2008), h.
19.
8Damsar, pengantar Sosiologi Politik, ( Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, tt), h. 10.
10
Berangkat dari sini, sebagian orang menyimpulkan bahwa alQuran atau Islam tidak berkaitan dengan politik, bahkan tidak
punya kepedulian terhadap politik. Tentu saja pandangan ini
merupakan kesalahan besar karena seringkali suatu lafadz tidak
terdapat dalam al-Quran, tetapi ditemukan kata lain yang
9Ibid,,
10Yusuf al-Qaradhawi, Meluruskan Dikotomi Agama..., h. 20.
Dan masih banyak lagi redaksi yang Allah gunakan dalam alQuran terkait tentang politik, di antaranya: at-tamkin
(kedudukan), al-istikhlaf (berkuasa), dan al-hukm (hukum).12
Selain itu, kata as-Siyasah juga terdapat dalam sebuha hadits
Nabi yang diriwayatkan Abu Hurairah. Diceritakan bahwasanya
Nabi saw. Bersabda: Dulu, Bani Israil dipimpin oleh para Nabi,
setiap ada seorang Nabi yang gugur, muncul Nabi lain. Tetapi
tidak akan ada Nabi lagi sesudah saya, selanjutnya (kalian akan
dipimpin) oleh para khalifah yang berjumlah banyak.
Para Sahabat bertanya kepada beliau, lalu, apa yang engkau
perintahkan kepada kami?, Beliau menjawab: Lakukanlah baiat
kepada khalifah pertama, setelah itu baiat khalifah sesudahnya,
berikan kepada para khalifah tersebut hak mereka yang telah
ditentukan oleh Allah untuk mereka, sesungguhnya Allah akan
menanyakan mereka tentang kepemimpinannya.13
Berdasarkan paparan di atas, bisa dikatakan bahwa dalam
ajaran islam masalah politik termasuk dalam kajian fiqih siyasah.
Fiqih siyasah adalah salah satu disiplin ilmu tentang seluk beluk
pengaturan kepentingan umat manusia pada umumnya, dan
negara pada khususnya, berupa hukum, peraturan, dan
kebijakan yang dibuat oleh pemegang kekuasaan yang
bernafaskan ajaran islam.
Dengan demikian, bahwa politik merupakan bagian dari
ajaran hukum Islam. Dalam kajian hukum Islam politik adalah
pengaturan urusan-urusan (kepentingan) umat baik dalam negeri
maupun luar negeri berdasarkan hukum-hukum Islam. Pelakunya
bisa negara (khalifah) maupun kelompok atau individu rakyat.
Sebagaimana hadits Rasulullah yang telah disebutkan
12Yusuf al-Qaradhawi, Meluruskan Dikotomi Agama..., h. 22-25.
13Diriwayatkan dari Abu Hurairah oleh Al-Bukhari dalam Bab
Ahadits Al-Anbiya, no. 3455.
30R. Ramani, Tanggapan Atas Pra saran Prof. Dr. Muctar Kusuma
Atmadja, Artikel, hlm. 21.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Hukum Islam merupakan hukum yang bersumber dari alQuran dan al-Sunnah, yang mana hukum islam ini
mengatur kehidupan manusia dalam bidang hukum privat
maupun hukum public. Kemudian Hukum Islam mempunyai
prinsip-prinsip yang harus dipertahankan demi mencapai
tujuannya, yakni menciptakan kemashlahatan bagi
manusia. Sedangkan politik adalah proses pembentukan
dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara
lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya
dalam negara.
2. Dalam ajaran islam masalah politik termasuk dalam kajian fiqih siyasah.
Adapun Fiqih siyasah adalah salah satu disiplin ilmu tentang seluk beluk
pengaturan kepentingan umat manusia pada umumnya, dan negara pada
khususnya, berupa hukum, peraturan, dan kebijakan yang dibuat oleh
pemegang kekuasaan yang bernafaskan ajaran islam.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qaradhawi, Yusuf. Meluruskan Dikotomi Agama & Politik;
Terjemahan: Khoirul Amru Harahap, Jakarta: al-Kautsar,
2008.
Ash-shieddieqy, Hasbi. Falsafah Hukum Islam. Jakarta: Tintamas
1975.
Atmadja, Kusuma, Moctar. Fungsi dan Perkembangan Hukum
dalam Pembangunan Nasional. Bandung: Bina Cipta, 1970.
Damsar. pengantar Sosiologi Politik, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, tt.
Ghafar, Abdul. Islam Politik_Pro & Kontra, Terj. Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1993.
Iqbal, Muhammad. dan Nasution, H. Amin Husein. Pemikiran
Politik Isam, Jakarta: Kencana, 2010.
Mas'udi, Masdar Farid. Islam dan Hak-Hak Reproduksi
Perempuan: Dialog Fiqh Pemberdayaan, cet. II Bandung:
Mizan, 1997.
Ramani, R. Tanggapan Atas Pra saran Prof. Dr. Muctar Kusuma
Atmadja, Artikel.
Rasjidi, Lili. Hukum Islam dan Pelaksanaanya dalam Sejarah,
Jakarta: Bulan Bintang, 1976.
__________ Dasar-dasar Filsafat Hukum. Bandung: Citra Aditya
Bhakti, 1996.
Salim, Abd. Muin. Fiqih Siyasah:Konsepsi Kekuasaan Politik
dalam Al Quran, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
Sidarta, B. Arif. Refleksi terhadap Paradigma Ilmu Hukum di
Indonesia. Bandung: PPS. UNPad, 1999.
Soekanto, Soerjono. Pengantar Sosioogi Hukum. Jakarta:
Bhaeatara Karya Aksara, 1977.