Anda di halaman 1dari 5

KARAKTERISTIK HUKUM ISLAM DAN PERBANDINGAN-NYA DENGAN

HUKUM LAIN
Muhammad Luthfi 210102030044, Rina Hariati 210102030217, Muhammad Sammana
210102030132

I. PENDAHULUAN
Dalam masyarakat yang semakin kompleks dan terhubung secara global, pemahaman
tentang sistem hukum menjadi semakin penting. Setiap sistem hukum memiliki karakteristik
uniknya sendiri yang mencerminkan nilai, budaya, dan sejarah dari masyarakat yang
menggunakannya. Memahami karakteristik hukum dalam berbagai sistem hukum
memungkinkan kita untuk menghargai keragaman budaya dan pandangan tentang keadilan
serta mengevaluasi implikasi sosial, ekonomi, dan politik dari sistem hukum tersebut.
Makalah ini bertujuan untuk menyelidiki karakteristik hukum Islam dan
membandingkannya dengan hukum lainnya. Dalam konteks globalisasi dan pluralisme hukum,
pemahaman yang mendalam tentang hukum Islam serta perbandingannya dengan sistem
hukum lain menjadi sangat relevan. Melalui penelusuran ini, diharapkan akan terungkap
persamaan dan perbedaan yang mendasar antara hukum Islam dan hukum lainnya, serta
implikasi praktis dari perbandingan tersebut.
Rumusan masalah yang menjadi fokus utama penelitian dalam makalah ini adalah Apa
karakteristik utama hukum Islam dan bagaimana perbandingannya dengan hukum lain. Dengan
mempelajari karakteristik utama hukum Islam, termasuk prinsip-prinsipnya, sumber-
sumbernya, dan peranannya dalam mengatur kehidupan individu dan masyarakat, kita dapat
lebih memahami esensi dari hukum Islam. Selanjutnya, perbandingan dengan hukum lain, baik
yang bersifat positif/sekuler maupun agama lain, akan membantu kita menyoroti persamaan
dan perbedaan, serta potensi interaksi antara berbagai sistem hukum di dunia ini.

II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Islam
Al-Quran dan literatur hukum Islam sama sekali tidak menyebutkan kata hukum Islam
sebagai salah satu istilah. Yang ada di dalam al-Quran adalah kata syari’ah, fiqh, hukum Allah,
dan yang seakar dengannya. Istilah hukum Islam merupakan terjemahan dari islamic law dalam
literatur Barat.1 Istilah ini kemudian menjadi populer. Untuk lebih memberikan kejelasan

1
Djamil Fathurrahman, Filsafat Hukum Islam (Bagian Pertama), Logos Wacana Ilmu (1997), hlm. 11.
tentang makna hukum Islam maka perlu diketahui lebih dulu arti masing-masing kata. Kata
hukum secara etimologi berasal dari akar kata bahasa Arab, yaitu hakama-yahkumu yang
kemudian bentuk mashdar-nya menjadi hukman. Lafadz al-hukmu adalah bentuk tunggal dari
bentuk jamak. al-ahkam Berdasarkan akar kata َhakama tersebut kemudian muncul kata al-
hikmah yang memiliki arti kebijaksanaan. Hal ini dimaksudkan bahwa orang yang memahami
hukum kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari maka dianggap sebagai orang
yang bijaksana. Arti lain yang muncul dari akar kata tersebut adalah “kendali atau kekangan
kuda”, yakni bahwa keberadaan hukum pada hakikatnya adalah untuk mengendalikan atau
mengekang seseorang dari hal-hal yang dilarang oleh agama. Makna “mencegah atau menolak”
juga menjadi salah satu arti dari lafadz hukmu yang memiliki akar kata hakama tersebut.
Mencegah ketidakadilan, mencegah kedzaliman, mencegah penganiayaan, dan menolak
mafsadat lainnya.2
Hukum Islam, atau yang dikenal dengan istilah Syariah, adalah sistem hukum yang
berdasarkan pada ajaran agama Islam. Secara konseptual, hukum Islam merupakan seperangkat
aturan dan prinsip yang diambil dari Al-Quran, Hadis, Ijma (konsensus para ulama), dan Qiyas
(analogi hukum), serta turunan-turunan dan penafsiran yang dilakukan oleh para ulama hukum
Islam. Sharia mencakup semua aspek kehidupan sehari-hari umat Islam, mulai dari ibadah,
moralitas, hingga hubungan sosial, ekonomi, dan politik.
Hukum Islam memiliki cakupan yang luas, mengatur segala aspek kehidupan individu
dan masyarakat umat Islam. Al-Quran merupakan sumber utama hukum Islam yang dianggap
sebagai wahyu langsung dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Setiap ayat Al-Quran
dianggap memiliki potensi hukum yang dapat diambil sebagai pedoman dalam menjalani
kehidupan.
Selain Al-Quran, Hadis juga menjadi sumber hukum Islam yang penting. Hadis adalah
catatan tentang perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi Muhammad SAW yang menjadi
pedoman dalam menjalankan ajaran Islam. Para ulama juga menggunakan Ijma (konsensus
para ulama) dan Qiyas (analogi hukum) sebagai sumber hukum untuk menetapkan aturan-
aturan yang tidak secara langsung dijelaskan dalam Al-Quran dan Hadis.
Hukum Islam memiliki karakteristik khas, termasuk prinsip keadilan, fleksibilitas, dan
keselarasan dengan nilai-nilai moral dan agama. keadilan merupakan prinsip utama dalam
hukum Islam, di mana setiap individu memiliki hak yang sama di hadapan hukum tanpa
diskriminasi berdasarkan status sosial, ekonomi, atau etnis. Fleksibilitas juga menjadi salah

2
Rohidin, BUKU AJAR PENGANTAR HUKUM ISLAM, Lintang Rasi Aksara Books (2016), hlm. 1-2.
satu ciri khas hukum Islam, di mana hukum Islam dapat beradaptasi dengan perkembangan
zaman dan kondisi masyarakat.
Dalam praktiknya, hukum Islam mengatur berbagai aspek kehidupan, termasuk ibadah,
moralitas, hubungan sosial, ekonomi, dan politik. Hukum Islam memberikan pedoman tentang
cara menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran agama Islam, serta memberikan aturan-
aturan yang mengatur berbagai transaksi dan hubungan sosial dalam masyarakat Muslim.

B. Konsep Dasar Hukum dalam Islam


Konsep dasar hukum dalam Islam merujuk pada prinsip-prinsip utama yang menjadi
landasan bagi pembentukan sistem hukum Islam, yang dikenal sebagai Syariah. Syariah
merupakan kerangka hukum Islam yang berdasarkan pada ajaran Al-Quran dan Hadis Nabi
Muhammad SAW. Syariah merupakan panduan hidup bagi umat Islam, yang mencakup aspek
agama, moral, dan sosial.
Sumber-sumber hukum Islam, atau yang dikenal sebagai ushul fiqh, terdiri dari Al-
Quran, Hadis, Ijma (konsensus para ulama), dan Qiyas (analogi hukum). Al-Quran adalah
sumber utama hukum Islam yang dianggap sebagai wahyu langsung dari Allah SWT. Selain
itu, Hadis adalah catatan tentang perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi Muhammad SAW
yang menjadi pedoman dalam menjalankan ajaran Islam.

C. Karakteristik Hukum Islam


Hakikat hukum Islam itu tiada lain adalah syari'ah itu sendiri, yang bersumber dari al-
Qur'an, Sunnah Rasul dari al-Ra'yu Doktrin pokok dalam Islam itu sendiri yaitu konsep tauhid
merupakan fondasi dalam struktur hukum Islam, yaitu hubungan hablun win Allah (hubungan
vertikal), dari hablun Min al-nas (hubungan horizontal), al-anirit bil nia'ruf wa alnahyu al-
munkar, taqwa, adil, dan bijaksana serta mendahulukan kewa-jiban daripada hak dan
kewenangan. Sehubungan dengan penjelasan di atas, maka ini sifat dan karakteristik hukum
Islam yaitu :
1.Sempurna
2.Elastis
3.Universal Dan Dinamis
4.Sistematis
5. Hukum Islam Brsifat Ta’aquli dan Ta’abbudi.3
Peran hukum Islam dalam mengatur berbagai aspek kehidupan sangat luas, mencakup
aspek agama, sosial, dan ekonomi. Hukum Islam mengatur ibadah, moralitas, hubungan sosial,
ekonomi, dan politik umat Islam. Sebagai contoh, dalam bidang ekonomi, hukum Islam
menetapkan prinsip-prinsip ekonomi syariah yang melarang riba (bunga), mendorong adil
dalam transaksi, dan mengatur pembagian harta warisan.

D. Perbandingan dengan Hukum Lain (Perbandingan dengan Hukum Positif/Sekuler)


Hukum Islam sering dibandingkan dengan hukum lain, terutama hukum positif atau
hukum sekuler yang berlaku di negara-negara non-Muslim. Perbandingan ini mengungkap
perbedaan dalam prinsip-prinsip dasar, sumber legitimasi, struktur, dan implementasi antara
kedua sistem hukum tersebut. Hukum positif atau hukum sekuler merupakan sistem hukum
yang berdasarkan pada peraturan-peraturan yang dibuat oleh manusia melalui proses legislatif
atau lembaga pemerintahan, Hukum positif atau juga sering disebut sebagai ius constitutum,
memiliki arti sebagai hukum yang sudah ditetapkan dan berlaku sekarang di suatu tempat atau
Negara4. Sementara hukum Islam bersumber dari ajaran agama Islam dan memiliki landasan
moral dan etis yang kuat.
Perbedaan mendasar antara hukum Islam dan hukum positif terletak pada sumber
legitimasinya. Hukum positif bersumber dari keputusan manusia, sedangkan hukum Islam
bersumber dari wahyu ilahi. Hal ini menghasilkan perbedaan dalam struktur dan implementasi
hukum, di mana hukum Islam cenderung lebih mengikat dalam aspek moral dan agama,
sementara hukum positif lebih fleksibel dan dapat berubah sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.

III. KESIMPULAN
A. Hukum Islam, atau yang dikenal sebagai Sharia, merupakan sistem hukum yang berdasarkan
pada ajaran Al-Quran, Hadis, Ijma, dan Qiyas. Pengertian ini mencerminkan komitmen umat
Islam terhadap wahyu ilahi dan nilai-nilai agama dalam pembentukan aturan hukum. Hukum
Islam mencakup semua aspek kehidupan, mulai dari ibadah, moralitas, hingga hubungan sosial,
ekonomi, dan politik. Prinsip-prinsip utama seperti keadilan, fleksibilitas, dan kesesuaian

3
Syafruddin Amaliah Rezki dkk, Filsafat Hukum Islam (Metode dan Hikmah Penetapan Hukum Kontemporer),
IAIN Parepare Nusantara Press (2023), hlm. 39-42
4
Yudha Kartika Alda, “HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF: PERBEDAAN, HUBUNGAN, DAN
PANDANGAN ULAMA”, Jurnal Hukum, Vol. 8 No. 2 (2017), 160.
dengan nilai-nilai agama menjadi ciri khas dalam hukum Islam. Dengan demikian, hukum
Islam tidak hanya merupakan seperangkat aturan, tetapi juga merupakan panduan hidup bagi
umat Islam untuk menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran agama mereka.

B. Konsep dasar hukum dalam Islam, atau Sharia, merupakan kerangka hukum yang
berdasarkan pada ajaran Al-Quran, Hadis, Ijma, dan Qiyas. Hal ini mencerminkan komitmen
terhadap wahyu ilahi dan nilai-nilai agama dalam pembentukan aturan hukum Islam.

C. Karakteristik hukum Islam mencakup prinsip-prinsip seperti keadilan, fleksibilitas, dan


kesesuaian dengan nilai-nilai agama. Dalam praktiknya, hukum Islam mengatur berbagai aspek
kehidupan, mencakup ibadah, moralitas, hubungan sosial, ekonomi, dan politik.

D. Meskipun terdapat perbedaan dalam prinsip-prinsip dasar, sumber legitimasi, dan


implementasi antara hukum Islam dan hukum positif, keduanya memiliki kesamaan dalam
prinsip-prinsip umum seperti keadilan dan kesejahteraan sosial. Namun, perbedaan dalam
interpretasi dan implementasi sering menjadi sumber perdebatan.

DAFTAR PUSTAKA
Djamil Fathurrahman, Filsafat Hukum Islam (Bagian Pertama), Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1997.
Rohidin, BUKU AJAR PENGANTAR HUKUM ISLAM, Yogyakarta: Lintang Rasi
Aksara Books, 2016.
Syafruddin Amaliah Rezki dkk, Filsafat Hukum Islam (Metode dan Hikmah
Penetapan Hukum Kontemporer), Prepare: IAIN Parepare Nusantara Press, 2023.
Yudha Kartika Alda, “HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF: PERBEDAAN,
HUBUNGAN, DAN PANDANGAN ULAMA”, Jurnal Hukum, Vol. 8 No. 2, 2017.

Anda mungkin juga menyukai