Anda di halaman 1dari 13

Menggali Akar Hukum Islam: Asas-asas dan Tujuannya yang Mendasar

Nama(Nim)

Uin Sunan Ampel Surabaya

Nama@gmail.com

Abstrak

Dalam menegakkan hukum islam perlu adanya asas asas yang mendasari semua tindakan dan
ketetapan. Artikel ini bertujuan untuk menggali akar hukum Islam dengan mengeksplorasi asas-
asas dan tujuannya yang mendasar. Asas-asas hukum Islam, seperti Tawhid, Adalah, Maslahah,
Ijma', dan Qiyas, akan diuraikan dengan penekanan pada relevansinya dalam kehidupan sehari-
hari. Sementara itu, artikel juga membahas tujuan-tujuan hukum Islam yang mencakup konsep
Maqasid al-Shariah, yang tersusun dari lima komponen utama: perlindungan agama, jiwa,
keturunan, harta, dan akal. Tujuan utama artikel ini adalah memberikan pemahaman yang lebih
mendalam tentang fondasi hukum dalam Islam dan bagaimana prinsip-prinsip ini memengaruhi
pandangan dunia dan perilaku sosial umat Islam. Selain itu, artikel ini menggambarkan relevansi
asas-asas dan tujuan-tujuan hukum Islam dalam konteks masyarakat modern, menyoroti
pentingnya prinsip-prinsip ini sebagai panduan yang relevan dalam menghadapi isu-isu zaman.
Artikel ini mengajak pembaca untuk merenungkan signifikansi mendalam dari hukum Islam dan
bagaimana hal tersebut dapat berperan dalam mencapai tujuan-tujuan kemanusiaan dan keadilan.

Kata Kunci : Akar, Hukum Islam, Asas, Tujuan

Pendahuluan

Hukum islam dalam kehidupan sehari hari sering disebut dengan syariah, adalah suatu
sistem hukum yang mendasarkan diri pada ajaran dan prinsip-prinsip Islam. Ini bukan hanya
seperangkat peraturan, tetapi juga merupakan landasan moral dan etika yang mengatur perilaku
umat Islam dalam bermacam-macam sendi kehidupan. Hukum Islam adalah salah satu pilar inti
dalam agama Islam, dan pemahaman yang mendalam tentang asas-asas dan tujuannya adalah
penting untuk memahami bagaimana Islam memengaruhi pandangan dunia dan tindakan sosial
umatnya.

Artikel ini akan menggali akar hukum Islam dengan mengeksplorasi asas-asasnya yang
mendasar dan tujuannya yang mendalam. Asas-asas hukum Islam, seperti Tawhid (Keesaan
Allah), Adalah (Keadilan), Maslahah (Kemaslahatan umum), Ijma' (Konsensus umat Islam), dan
Qiyas (Analogi), membentuk fondasi hukum dalam tradisi Islam. Dalam konteks ini, kita akan
menguraikan setiap asas dan menjelaskan bagaimana masing-masing memainkan peran penting
dalam pengembangan hukum Islam.

Selain itu, kita juga akan mendalami tujuan-tujuan hukum Syariah, yang dikenal sebagai
Maqasid al-Shariah. Maqasid al-Shariah mencakup lima aspek utama: perlindungan agama, jiwa,
keturunan, harta, dan akal. Konsep ini memberikan pemahaman mendalam tentang apa yang
hendak dicapai oleh hukum Islam dalam kehidupan individu dan masyarakat. Melalui
pembahasan ini, kita akan memperlihatkan bahwa hukum Islam bukan hanya tentang penerapan
peraturan, tetapi juga tentang mencapai kesejahteraan masyarakat dan keadilan yang
berkelanjutan. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang asas-asas dan tujuan hukum Islam,
kita dapat merenungkan bagaimana prinsip-prinsip ini dapat membimbing tindakan dan
kebijakan dalam dunia yang terus berubah ini.1

Asas-asas dan tujuan hukum syariah atau islam tidak hanya mengatur larangan yang
harus dijauhi dan juga perintah yang harus dilaksanakan, tetapi juga mengungkapkan filosofi dan
prinsip-prinsip yang mendasari setiap peraturan. Memahami asas-asas ini membantu kita
mengerti mengapa aturan-aturan tersebut ada dan bagaimana mereka diarahkan untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu. Dalam dunia yang terus berubah, pemahaman tentang asas-asas dan
tujuan hukum Islam dapat membantu umat Islam menghadapi tantangan-tantangan kontemporer.
Hal ini memungkinkan mereka untuk mengadaptasi prinsip-prinsip Islam dalam konteks modern
dan mencari solusi yang sesuai dengan nilai-nilai Islam untuk masalah-masalah kompleks saat
ini.2

1
Muhyidin Muhyidin, “Maqashid Al-Syari’ah (Tujuan-Tujuan Hukum Islam) Sebagai Pondasi Dasar Pengembangan
Hukum,” Gema Keadilan 6, no. 1 (May 20, 2019): 15.
2
Asep Warlan Yusuf, “Potensialitas Transformasi Nilai, Asas, Dan Kaidah Hukum Islam Ke Dalam Hukum Nasional,”
Islamic Research 1, no. 1 (April 29, 2018): 26.
Pemahaman yang mendalam tentang hukum Islam adalah dasar untuk perubahan dan
reformasi dalam sistem hukum dan masyarakat Islam. Ini memungkinkan para pemikir dan
pemimpin untuk merancang kebijakan yang lebih adil dan sesuai dengan tujuan-tujuan
kemanusiaan dalam Islam. Hukum Islam adalah bagian integral dari pandangan dunia Islam.
Memahami asas-asas dan tujuan hukum Islam membantu orang non-Muslim memahami
bagaimana umat Islam melihat dunia, hak asasi manusia, keadilan, dan tanggung jawab sosial.

Peraturan perundang-undangan yang berlaku diseluruh dunia tidak lepas dari tujuan
diadakannya undang-undang tersebut. Hukum menurut Lukman, merupakan suatu sistem
manajemen yang mempunyai standar dan sanksi pengendalian tingkah laku manusia, menjaga
tata tertib dan menegakkan keadilan serta menjaga kehidupan dari kekacauan. Pada saat yang
sama, setiap negara memiliki jenis tujuan regulasi yang beraneka ragam, sesuai dengan undang
undang hukum yang ada negara tersebut. Namun secara umum, hukumnya ada pada setiap orang
Negara bertujuan untuk menjaga dan mengayomi setiap warga negaranya dari penyelewengan
kekuasaan dan perlindungan Keadilan.3

Hukum syariat berfungsi selaras dengan tujuan penciptaaan manusia dan fungsi seluruh
kekuatan kodrat manusia. Singkatnya, fungsi mencapai dan memelihara kebahagiaan hidup
disebut al-ashil wa al-ibqa' oleh para ahli filsafat hukum Syariah. Maka dari itu, tujuan adanya
hukum syariat islam adalah al-ashil wa al-ibqa' atau mendatangkan kemaslahatan, dan juga
mencegah kerugian, yang biasa dikenal dengan jalbu al-mashaa'lih wa daf al mafaasid. 4 Tujuan
hukum Islam dalam pandangan pembuat undang-undang ada tiga, yaitu kewajiban berbuat atau
tidak berbuat, dan pilihan berbuat atau tak berbuat. dan berbuat atau tidak berbuat karena perlu
atau tidak berlakunya hukum.5

Tujuan dari sebuah Hukum dan Etika adalah menceptakan hukum atau cita-cita hukum
(rechtidea) keadilan, kehendak Manajemen administrasi nasional: Keamanan hukum, masyarakat
akan kepentingan, kemauan moral kebenaran. Cita-cita hukum Pancasila didasarkan pada
keimanan kepada Tuhan Yang Maha bijaksana, penghormatan terhadap harkat dan martabat

3
Fathor Rahman, “Perbandingan Tujuan Hukum Indonesia, Jepang dan Islam,” Khazanah Hukum 2, no. 1 (April 30,
2020): 34.
4
Muhammad Syukri Albani Nasution and Rahmat Hidayat Nasution, Filsafat Hukum & Maqashid Syariah (Prenada
Media, 2020), 22.
5
Prof Dr H. Zainuddin Ali M.A, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia (Sinar Grafika, 2022).
manusia, dan wawasan kebangsaan. nusantara, kesetaraan dan martabat, kesejahteraan sosial,
etika dan akhlak mulia.

Asas-Asas Hukum Islam

Asas atau dasar hukum dalam Islam dikenal sebagai "Usul al-Fiqh," yang secara harfiah
dapat diterjemahkan sebagai "prinsip-prinsip hukum." Ini adalah seperangkat prinsip dan metode
yang digunakan oleh cendekiawan hukum Islam untuk menafsirkan dan mengembangkan hukum
syariah (hukum Islam). Asas-asas ini membantu menentukan bagaimana hukum-hukum syariah
diterapkan dalam berbagai situasi dan konteks.6

Ditinjau dari segi makna dan hakikatnya, ushul fiqh memang pada dasarnya berfungsi
sebagai sarana penafsiran istilah-istilah syariah. Tidak semua ketentuan syariah dirinci dan dapat
diterapkan. Faktanya, sebagian besar isi hukum syariah adalah yang terkandung dalam kitab suci
dan sunnah nabi selalu bersifat alamiah secara umum, sehingga perlu diparafrasekan agar lebih
detail pengaturan sebenarnya. Rincian Peraturan Syariah Hal ini memerlukan metode yang
mungkin (aturan dan/atau metode). dimintai pertanggungjawaban. Maka dari itu, para ulama
kemudian membangun ilmu ushul fiqh sebagai metode penggalian hukum hukum islam.

Selain itu, pengetahuan ushul fiqh juga bermanfaat dalam menjaga validitas penafsiran
ketentuan syariah. Kelebihan dan kekurangan suatu undang-undang tercermin dari dalil dan
langkah penggalian hukum yang digunakan. Argumentasi yang dipakai untuk menggali jawaban
dari setiap permasalahan yang dibuat dan diputuskan, dan tata cara penggalian hukum harus logis
karena akan digunakan sebagai Langkah untuk menemukan solusi problematika hukum syariat.7

Bagi umat Islam, hukum Syariah adalah “kewajiban seluruh umat manusia”, termasuk
etika, teologi, etika pengembangan Masyarakat. Syariat islam mengandung semua aspek hukum
publik dan pribadi, kesehatan dan bahkan kesusilaan dan pengembangan moral. Ingatlah bahwa
syariat merupakan pedoman dalam hubungan kita dengan Tuhan, sesama dan lingkungan dimana
kita hidup. Dalam karyanya yang lain.8
6
Ali Sodiqin,, FIQH, DAN USHUL FIQH Sejarah, Metodologi dan Implementasinya di Indonesia, vol. Vol. 1
(Yogyakarta: Beranda Publishing, 2012), 24, accessed September 8, 2023,
https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/27451/.
7
Muhyidin, “Maqashid Al-Syari’ah (Tujuan-Tujuan Hukum Islam) Sebagai Pondasi Dasar Pengembangan Hukum,”
15.
8
Nurhayati Nurhayati, “Memahami Konsep Syariah, Fikih, Hukum Dan Ushul Fikih,” Jurnal Hukum Ekonomi Syariah
2, no. 2 (December 16, 2018): 127.
Asas Hukum dalam Islam adalah seperangkat prinsip-prinsip, konsep, dan metodologi
yang membentuk kerangka kerja teoretis bagi pengembangan, interpretasi, dan penerapan hukum
syariah dalam tradisi Islam. Asas-asas ini diambil dari sumber-sumber utama hukum Islam, yaitu
Al-Quran (kitab suci Islam), hadis (tradisi Nabi Muhammad), ijma' (konsensus umat Islam), dan
qiyas (analogi). Tujuan utama dari asas hukum ini adalah untuk memberikan kerangka kerja yang
sistematis dan bermoral bagi cendekiawan hukum Islam dan otoritas hukum Islam dalam
memahami dan mengatur berbagai aspek kehidupan umat Islam.9

Asas hukum islam merupakan landasan ummat islam dalam ijtihad dan mencari solusi
atas problematika umat manusia sehari hari. Karena itu asas hukum islam adalah pengetahuan
fundamental yang ummat islam dianjurkan untuk mengetahuinya. Asas hukum islam apabila
diterapkan secara komperhensif dan konsisten maka akan mewujudkan kehidupan yang bermoral
dan tertata harmonis.

Asas-asas hukum dalam Islam adalah fondasi dari hukum syariah dan memiliki peran
penting dalam memastikan bahwa hukum ini tetap relevan, adil, dan sesuai dengan prinsip-
prinsip agama Islam dalam berbagai konteks sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Dalam ushul
fiqh terdapat beberapa asas yang melandasi hukum islam yakni tauhid, adalah(adil),
maslahah(kemaslahatan) , ijma’ dan qiyash yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Tauhid dan Implikasinya dalam hukum


Tauhid, atau Keesaan Allah, adalah salah satu konsep paling mendasar dalam agama
Islam. Ini adalah konsep yang menunjukkan keyakinan akan satu-satunya Tuhan yang
Maha Esa, yaitu Allah. Tauhid memiliki implikasi yang sangat penting dalam hukum
syariat dan pengembangan sistem hukum syariah. Tauhid sebagai Pusat Ajaran Islam
adalah konsep dasar dalam Islam yang mencirikan kepercayaan bahwa Allah adalah satu-
satunya entitas yang layak disembah dan memiliki otoritas tertinggi. Ini diungkapkan
dalam lantunan syahadat, "La ilaha illallah," yang berarti "Tidak ada yang patut disembah
selain Allah." Kepercayaan pada Tauhid adalah esensi agama Islam, dan setiap aspek dalam
ajaran Islam memandang Tauhid sebagai prinsip utama. Implikasinya dalam hukum adalah
bahwa semua hukum dan peraturan harus sejalan dengan keesaan Allah.10

9
Ibid., 126.
10
Sodiqin, FIQH, DAN USHUL FIQH Sejarah, Metodologi dan Implementasinya di Indonesia, Vol. 1:23.
Implikasi utama Tauhid dalam hukum Islam adalah bahwa hanya Allah yang memiliki
otoritas mutlak dalam menentukan hukum. Hukum syariah adalah manifestasi dari
kehendak Allah. Ini berarti bahwa hukum tidak dapat dibuat oleh manusia atau lembaga
manusia tanpa mempertimbangkan kehendak Allah. Hukum Islam dilihat sebagai wahyu
ilahi dan harus sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip agama Islam yang diungkapkan
dalam Al-Quran dan hadis.
Dalam perspektif ekonomi syariah Prinsip Tauhid, Islam memandang kegiatan ekonomi
sebagai upaya beribadah kepada Allah SWT, oleh karena itu tujuan bisnis bukan hanya
mengejar keuntungan, kepuasan materi, dan keuntungan pribadi tetapi juga untuk mencari
kebahagiaan, keridhaan Allah SWT, dan kepuasan spiritual dan sosial. Prinsip tauhid dalam
bisnis sangatlah penting karena mengajarkan manusia bahwa hubungan antar manusia
sama pentingnya dengan hubungan dengan Allah SWT. Islam menempatkan perekonomian
pada upaya menyediakan sarana ibadahnya.11
2. Adalah atau keadilan
Adalah, dapat diartikan keadilan dalam bahasa Arab, adalah salah satu asas fundamental
dalam hukum Islam. Prinsip ini memiliki peran sentral dalam pembentukan, interpretasi,
dan penerapan hukum syariah (hukum Islam). Keadilan dalam Islam bukan hanya sebuah
tujuan, tetapi juga menjadi landasan moral yang penting dalam menentukan apa yang benar
dan salah.12
Keadilan sebagai Landasan Hukum: Adalah prinsip yang mendasar dalam hukum Islam
yang menekankan pentingnya keadilan sebagai prinsip utama dalam menentukan hukum.
Dalam Al-Quran, Allah menyuruh manusia untuk berlaku adil dalam berbagai aspek
kehidupan (QS. Al-Nisa, 4:58). Keadilan bukan hanya menjadi tujuan, tetapi juga menjadi
landasan untuk pembentukan hukum.
Keadilan mencakup berbagai aspek salah satunya social dan ekonomi. Hukum Islam
harus memerhatikan kesenjangan sosial dan ekonomi, serta berupaya untuk mencapai
distribusi yang lebih adil dari sumber daya dan kekayaan. Keadilan sosial juga mencakup
perlindungan terhadap golongan yang lebih lemah dan rentan dalam masyarakat. Hal

11
Muhamad Kholid, “PRINSIP-PRINSIP HUKUM EKONOMI SYARIAH DALAM UNDANG-UNDANG TENTANG
PERBANKAN SYARIAH” (n.d.): 148.
12
Nurhayati, “Memahami Konsep Syariah, Fikih, Hukum Dan Ushul Fikih,” 130.
tersebut selaras dengan Pancasila sila ke lima yang esensinya adalah keadilan social bagi
seluruh rakyat indonesia.
Keseimbangan antara Hukuman dan Pemulihan atau kerap disebut rehabilitasi Adalah
mencerminkan keseimbangan antara hukuman dan pemulihan dalam sistem hukum Islam.
Tujuan utama hukuman dalam Islam adalah memulihkan individu dan masyarakat, bukan
hanya menghukum. Ini mencakup pendekatan rehabilitasi dan upaya untuk memperbaiki
kesalahan.
Prinsip keadilan dalam hukum Islam begitu berarti serta urgent sehingga bagi A. Meter.
Saefuddin, Alquran kitab segala ummat Selaku sumber utama hukum Islam, kata keadilan
disebutkan lebih dari 1. 000 kali menduduki peran terutama ketiga, sehabis kata Allah serta
ilmu pengetahuan. Sebab jumlahnya banyak kata keadilan disebutkan dalam Al- Quran
sehingga Mohammad Daud Ali menyebutnya ialah prinsip yang sangat berarti dalam
hukum Islam serta oleh sebab itu prinsip keadilan bisa jadi prinsip dikira selaku asas dari
segala asas hukum Islam.13

3. Maslahah
Maslahah berarti kemaslahatan umum dalam bahasa Arab, adalah salah satu asas hukum
yang sangat penting dalam tradisi hukum Islam (syariah). Asas ini menekankan perlunya
mempertimbangkan kemaslahatan, manfaat, atau kebaikan umum dalam pengambilan
keputusan hukum. Maslahah mencerminkan pandangan bahwa hukum Islam bukan hanya
tentang mematuhi aturan, tetapi juga tentang mencapai kesejahteraan dan keadilan dalam
masyarakat.14
Maslahah adalah konsep yang mengacu pada kebaikan bersama atau kemaslahatan umum
dalam masyarakat. Ini mencakup perlindungan dan perbaikan aspek-aspek seperti
kehidupan, akal, agama, keturunan, dan harta benda. Maslahah dapat berkaitan dengan
kepentingan individu atau kelompok, tetapi lebih sering merujuk pada kepentingan umum
yang melibatkan masyarakat secara keseluruhan. Asas Maslahah memungkinkan hukum
Islam untuk berkembang dan beradaptasi dengan perubahan zaman dan situasi sosial.
Ketika peraturan-peraturan hukum yang ada tidak lagi memadai untuk mencapai

13
Yusuf, “Potensialitas Transformasi Nilai, Asas, Dan Kaidah Hukum Islam Ke Dalam Hukum Nasional,” 26.
14
Hendri Hermawan Adinugraha and Mashudi Mashudi, “Al-Maslahah Al-Mursalah Dalam Penentuan Hukum
Islam,” Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam 4, no. 01 (March 31, 2018): 66.
kemaslahatan umum, hukum Islam memungkinkan interpretasi dan penyesuaian untuk
memastikan kesejahteraan sosial dan keadilan.
Maslahah pada dasarnya memiliki kesamaan yang mendasar, yaitu penetapan hukum
terhadap hal-hal yang belum dijelaskan secara mendetail dalam Al-Quran dan Sunnah,
dengan mempertimbangkan kemaslahatan hidup manusia berdasarkan prinsip menarik
manfaat dan menghindarkan mudharat. Hakikat maslahah mursalah adalah sesuatu yang
baik dalam pemahaman akal, dalam kaitannya dengan pencapaian kebaikan (jalbul
mashalih au manfa'ah) atau penghindaran keburukan (dar'ul mafa'ah) bagi manusia.
Maslahah dapat mencakup berbagai hal, seperti perlindungan hak asasi manusia,
kesejahteraan ekonomi, perlindungan lingkungan, promosi perdamaian dan stabilitas sosial,
dan upaya memerangi kemiskinan dan ketidakadilan. Contoh konkret bisa meliputi
kebijakan hukum yang mendukung perdagangan yang adil, melindungi lingkungan alam,
atau memastikan hak-hak perempuan dan minoritas.15
4. Ijma’ dan Qiyas

Ijma' adalah prinsip yang mengacu pada kesepakatan dan konsensus umat Islam dalam
memutuskan masalah hukum yang belum diatur oleh Al-Quran atau hadis (tradisi Nabi
Muhammad). Ini menunjukkan pentingnya persatuan dalam pengambilan keputusan
hukum.16 Qiyas adalah prinsip yang memungkinkan hukum Islam untuk diterapkan pada
situasi-situasi baru dengan cara analogi. Ini berarti mengidentifikasi analogi antara situasi
yang sudah diatur oleh hukum Islam dengan situasi baru untuk menentukan hukum yang
tepat.

Salah satu ulama termasyhur bernama Imam Ghozali dalam kitabnya mendefinisikan
qiyas sebagai menyamakan sesuatu yang diketahui dengan sesuatu yang diketahui dalam
arti menetapkan hukum pada keduanya atau membatalkan hukum pada keduanya karena
adanya kesamaan di antara keduanya, dalam arti menetapkan hukum atau membatalkan
hukum.17
15
Ibid., 65.
16
Moch Mahsun and Imamul Hakim, “IJMA’ DAN QIYAS SEBAGAI SUMBER HUKUM EKONOMI SYARIAH,”
Economic : Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam 12, no. 2 (December 23, 2021): 17.
17
Ibid., 22. Tujuan-tujuan hukum Islam selaras dengan fitrah manusia dan fungsi-fungsi fitrah manusia, semua
kekuatan alam. Singkatnya, fungsi-fungsi untuk mencapai dan mempertahankan kebahagiaan dalam hidup disebut
sebagai al-ashil wa al-ibqa oleh para ahli filsafat hukum Islam. Oleh karena itu, tujuan hukum Islam adalah al-ashil
wa al-ibqa', yaitu memelihara maslahat sekaligus mencegah mafsadat, yang biasa dikenal dengan istilah jalb al-
Tujuan Hukum Islam

Tujuan hukum islam yang utama tentu mendatangkan kemanfaatan serta kemaslahatan
seluruh umat muslim. Dalam hal ini termaktub dalam maqasid syariah. Maqasid al-Shariah, yang
secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai "Tujuan-tujuan hukum syariah" atau "Tujuan-tujuan
hukum Islam," adalah salah satu konsep fundamental dalam tradisi hukum Islam. Konsep ini
mengacu pada tujuan-tujuan atau kemaslahatan utama yang diinginkan oleh hukum Islam untuk
dicapai dalam kehidupan manusia. Maqasid al-Shariah mencakup lima aspek utama yang
mendasari berbagai hukum dan peraturan dalam Islam.

Dalam bahasa Maqashid, Syariah terdiri dari dua kata: Maqashid dan Syariah. Maqashid
merupakan bentuk jamak dari Maqshid yang berarti niat atau tujuan, sedangkan Syariah dapat
dimaknai dengan jalan menuju sumber air. Dapat disimpulkan bahwa jalan menuju suatu mata air
adalah analogi sebuah perlintasan menuju kehidupan yang mendasar atau fundamental.

Aspek Maqashid Syariah terbagi menjadi 5 aspek yaitu:

1. Hifd Din (Menjaga Agama)

Hifz al-Din adalah tujuan utama dalam hukum Islam yang mengacu pada
perlindungan dan pemeliharaan agama (iman dan keyakinan) individu dan umat Islam
secara keseluruhan. Ini mencakup kebebasan beragama, hak individu untuk menjalankan
ibadah mereka, dan perlindungan terhadap penindasan berdasarkan agama. Prinsip ini
menegaskan pentingnya menjaga kebebasan berkeyakinan dan mencegah penganiayaan
agama.18

Perlindungan agama (al-Din) - untuk individu, ad-Din mengacu pada ibadah


seorang Muslim dan seorang Muslim, pembelaan Islam terhadap ajaran-ajaran sesat,
pembelaan Islam terhadap tuduhan dan fitnah dari orang yang meyakini agama lain.
Dalam hal ini telah dijelaskan dalam kitab suci tepatnya di surah al kafirun yang dalam
terjemahanya untukmu agamamu untukku agamaku, dalam kutipan ayat tersebut sudah
jelas perintah untuk melindungi agama masing-masing.

masha'lih wa daf al mafasid.


18
Nabila Zatadini and Syamsuri Syamsuri, “Konsep Maqashid Syariah Menurut Al-Syatibi Dan Kontribusinya Dalam
Kebijakan Fiskal,” AL-FALAH : Journal of Islamic Economics 3, no. 2 (December 28, 2018): 10.
2. Hifd Al-Nafs

Hifz al-Nafs mengacu pada perlindungan jiwa individu. Ini termasuk mencegah
tindakan kekerasan dan membunuh yang tidak sah dalam Islam. Tujuan ini mencakup
etika medis, hukuman mati, dan hak individu untuk hidup dengan aman. Hukum Islam
menekankan pentingnya melindungi nyawa manusia dan menjauhkan diri dari tindakan
yang dapat membahayakan nyawa.19

Dalam Islam, nyawa manusia sangat berharga dan harus dilindungi. Seorang
Muslim dilarang membunuh dirinya sendiri atau orang lain. Terjemahan Surat al-Isra'
17:33 berbunyi: "Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar."Hifd Aql (Menjaga Akal)
3. Hifz al-'Aql mengacu pada perlindungan akal atau kecerdasan manusia. Ini mencakup
larangan terhadap minuman beralkohol, narkoba, dan segala bentuk perilaku yang dapat
merusak akal manusia. Tujuan ini menekankan pentingnya menjaga akal sehat dan etika
dalam perilaku manusia. Hukum Islam melarang segala sesuatu yang dapat merusak
kesehatan mental dan kecerdasan individu.20

Perbedaan yang signifikan antara manusia dengan makhluk lainya adalah akal
dalam pola berfikir, umat muslim wajib melestarikan dan melindunginya. Islam
menganjurkan untuk belajar hingga ke negeri cina sekalipun dan melarang kita untuk
merusak jasmani dan Rohani kita, seperti meminum minuman keras, maksiat dll.

4. Hifd Nasl (Menjaga Keturunan)


Hifz al-Nasl menekankan perlindungan dan pemeliharaan keturunan dan
keturunan manusia. Ini mencakup hukum pernikahan, hukum keluarga, dan peraturan
yang memastikan perlindungan dan pengembangan keluarga sebagai unit fundamental
dalam masyarakat. Hukum Islam mempromosikan pernikahan yang sah dan melindungi
hak-hak anak-anak.

5. Hifd Maal (Menjaga Harta)


19
Muhyidin, “Maqashid Al-Syari’ah (Tujuan-Tujuan Hukum Islam) Sebagai Pondasi Dasar Pengembangan Hukum,”
16.
20
Zatadini and Syamsuri, “Konsep Maqashid Syariah Menurut Al-Syatibi Dan Kontribusinya Dalam Kebijakan Fiskal,”
19.
Hifz al-Mal berfokus pada perlindungan harta benda dan harta kekayaan individu
dan masyarakat. Ini mencakup hukum ekonomi, perdagangan, dan kepemilikan properti.
Prinsip ini menegaskan pentingnya menghormati hak-hak properti individu dan melarang
pencurian, penipuan, dan praktik ekonomi yang merugikan.

Kelima prinsip di atas berasal dari hukum Syariah sebagai esensi dari eksistensi manusia.
Oleh karena itu, semua kelompok sosial harus melindunginya, jika tidak, kehidupan manusia di
dunia akan menjadi kacau, brutal, miskin dan menderita, baik di dunia maupun di akhirat. Dalam
keseluruhan, Maqasid al-Shariah memandu proses pembentukan hukum Islam dan interpretasi
hukum dalam berbagai konteks. Tujuan-tujuan ini tidak hanya menjadi landasan moral, tetapi
juga menjadi panduan praktis dalam menciptakan masyarakat yang adil, seimbang, dan
berlandaskan moralitas dalam tradisi Islam.

Penutup

Maqasid al-Shariah adalah konsep fundamental dalam hukum Islam yang


menggarisbawahi tujuan-tujuan dan kemaslahatan utama yang ingin dicapai dalam kehidupan
manusia. Konsep ini mencakup lima komponen utama, yaitu perlindungan agama, jiwa,
keturunan, harta, dan akal. Dalam praktiknya, tujuan-tujuan ini tercermin dalam berbagai hukum,
peraturan, dan kebijakan dalam tradisi hukum syariat.

Tujuan utama dalam hukum Islam adalah untuk mencapai kesejahteraan umum, keadilan,
dan moralitas dalam masyarakat. Konsep Maqasid al-Shariah memungkinkan hukum Islam
untuk bersifat fleksibel dan dapat beradaptasi dengan perubahan zaman serta berbagai situasi
sosial, ekonomi, dan budaya.

Kebebasan beragama, hak individu, perlindungan terhadap diskriminasi, kesejahteraan


ekonomi, keberlanjutan lingkungan, dan prinsip-prinsip keadilan adalah bagian integral dari
aplikasi Maqasid al-Shariah dalam praktek hukum Islam. Hukum Islam juga menganjurkan
perlindungan hak-hak keluarga, etika ekonomi, dan upaya untuk menjaga akal sehat individu.

Selain itu, Maqasid al-Shariah memungkinkan hukum Islam untuk terus relevan dan
sesuai dengan tujuan-tujuan kemanusiaan dalam agama Islam. Prinsip-prinsip ini menjadi
pedoman moral dan etis dalam pembentukan hukum, memastikan bahwa hukum Islam tidak
hanya mengatur tindakan manusia tetapi juga mencapai keseimbangan antara aspek-aspek
tersebut demi menciptakan masyarakat yang adil, seimbang, dan bermoral.

Dalam keseluruhan, Maqasid al-Shariah adalah landasan yang kuat dalam tradisi hukum
Islam yang menekankan pentingnya mencapai tujuan-tujuan kemanusiaan dan moralitas dalam
pembentukan hukum dan kebijakan Islam. Prinsip-prinsip ini tetap relevan dan relevan dalam
menghadapi tantangan-tantangan zaman modern, memastikan bahwa hukum Islam selalu
mengutamakan kesejahteraan umum dan keadilan.

Daftar Pustaka

Adinugraha, Hendri Hermawan, and Mashudi Mashudi. “Al-Maslahah Al-Mursalah Dalam


Penentuan Hukum Islam.” Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam 4, no. 01 (March 31, 2018): 63–
75.

Kholid, Muhamad. “PRINSIP-PRINSIP HUKUM EKONOMI SYARIAH DALAM UNDANG-


UNDANG TENTANG PERBANKAN SYARIAH” (n.d.).

M.A, Prof Dr H. Zainuddin Ali. Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia. Sinar
Grafika, 2022.

Mahsun, Moch, and Imamul Hakim. “IJMA’ DAN QIYAS SEBAGAI SUMBER HUKUM
EKONOMI SYARIAH.” Economic : Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam 12, no. 2
(December 23, 2021): 17–26.

Muhyidin, Muhyidin. “Maqashid Al-Syari’ah (Tujuan-Tujuan Hukum Islam) Sebagai Pondasi


Dasar Pengembangan Hukum.” Gema Keadilan 6, no. 1 (May 20, 2019): 13–32.

Nasution, Muhammad Syukri Albani, and Rahmat Hidayat Nasution. Filsafat Hukum &
Maqashid Syariah. Prenada Media, 2020.

Nurhayati, Nurhayati. “Memahami Konsep Syariah, Fikih, Hukum Dan Ushul Fikih.” Jurnal
Hukum Ekonomi Syariah 2, no. 2 (December 16, 2018): 124–134.

Rahman, Fathor. “Perbandingan Tujuan Hukum Indonesia, Jepang dan Islam.” Khazanah Hukum
2, no. 1 (April 30, 2020): 32–40.

Sodiqin, Ali. FIQH, DAN USHUL FIQH Sejarah, Metodologi dan Implementasinya di
Indonesia. Vol. Vol. 1. Yogyakarta: Beranda Publishing, 2012. Accessed September 8,
2023. https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/27451/.

Yusuf, Asep Warlan. “Potensialitas Transformasi Nilai, Asas, Dan Kaidah Hukum Islam Ke
Dalam Hukum Nasional.” Islamic Research 1, no. 1 (April 29, 2018): 24–27.
Zatadini, Nabila, and Syamsuri Syamsuri. “Konsep Maqashid Syariah Menurut Al-Syatibi Dan
Kontribusinya Dalam Kebijakan Fiskal.” AL-FALAH : Journal of Islamic Economics 3,
no. 2 (December 28, 2018): 1–16.

Anda mungkin juga menyukai