Anda di halaman 1dari 5

KAPITA SELEKTA HUKUM ISLAM

Oleh :

Erna Harmadani 210510084

Wahyuni Wulandari 210510093

Tryan Habib 210510107

ABSTRAK
Hukum Islam Kapita Selekta merupakan kumpulan topik-topik penting dalam hukum Islam,
yang mencakup berbagai topik dalam kehidupan manusia, yang berdampak pada masalah
individu dan sosial. Buku ini disusun untuk memberikan gambaran tentang berbagai topik yang
dianggap penting dalam peradaban Islam dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca, khususnya polisi, pelajar, dan umat Islam di Indonesia.

Topik-topik yang dibahas dalam Hukum Islam Pilih Kapita meliputi prinsip-prinsip hukum Islam
(usul fiqh), hukum pidana Islam, hukum perdata Islam, hukum waris Islam, hukum keuangan
Islam, politik Islam dan hukum keluarga Islam. Selain itu, buku ini juga membahas pemikiran
para ulama tentang berbagai topik kehidupan sosial dan politik Islam.

Secara keseluruhan, buku Kapita Selekta Hukum Islam memberikan penjelasan yang cukup
lengkap dan detail tentang beberapa aspek penting hukum Islam, sehingga diharapkan dapat
menjadi referensi utama bagi pembaca yang membutuhkan informasi tentang hukum Islam. Oleh
karena itu, buku ini sangat layak dibaca dan dipelajari bagi siapa saja yang ingin memahami
hukum Islam lebih dalam.

Kata Kunci : Hukum Islam, Kapita Selekta Hukum Islam

PENDAHULUAN
Hukum Islam adalah hukum yang lahir dari dan menjadi bagian dari agama Islam. Dalam
konsep hukum dasar Islam dan kerangka hukumnya yang ditetapkan oleh Allah, mengatur tidak
hanya hubungan orang dengan orang lain dan objek dalam masyarakat, tetapi juga hubungan lain
karena orang yang hidup dalam masyarakat ini memiliki hubungan yang berbeda. Hubungan
tersebut meliputi hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan dirinya sendiri,
hubungan manusia dengan manusia lain, dan hubungan manusia dengan objek masyarakat dan
lingkungan alam.

Dalam artikel ini dibahas pengertian Kapita selekta dalam hukum Islam dan prinsip-
prinsip hukum Islam serta tujuan hukum Islam. Kapita Selekta adalah kumpulan karangan,
masing-masing menjelaskan masalah, tetapi masalah itu termasuk dalam lingkup ilmu
pengetahuan. Pada kesempatan ini kami menulis artikel ini agar para pembaca dapat memperoleh
informasi lebih lanjut tentang apa itu Kapita Selecta dalam Hukum Islam.

PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN KAPITA SELEKTA HUKUM ISLAM

Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari agama Islam dan menjadi bagian dari
agama Islam. Dalam konsep hukum dasar Islam dan kerangka hukumnya yang ditetapkan oleh
Allah, mengatur tidak hanya hubungan orang dengan orang lain dan objek dalam masyarakat,
tetapi juga hubungan lain karena orang yang hidup dalam masyarakat ini memiliki hubungan
yang berbeda. Hubungan tersebut meliputi hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia
dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain, dan hubungan manusia dengan
objek masyarakat dan lingkungan alam. Interaksi manusia dalam berbagai hubungan dipandu
oleh seperangkat ukuran perilaku yang disebut hukum jamak ahkam dalam bahasa Arab.

Menurut T.M. Hasby Ashshiddiqy, dikutip Ahmad Rofiq, mendefinisikan hukum Islam
sebagai kompilasi dari upaya para ahli hukum Islam Indonesia, menggunakan istilah hukum
Islam sebagai gabungan dari dua kata hukum dan Islam. Hukum adalah seperangkat aturan
perilaku atau perilaku yang diakui oleh negara atau masyarakat dan yang mengikat semua
anggotanya. Kemudian kata hukum didasarkan pada kata Islam. Oleh karena itu dapat dipahami
bahwa hukum Islam adalah aturan yang didasarkan pada wahyu Allah dan sunah Nabi mengenai
tingkah laku seorang mukalaf (orang yang dapat dibebani kewajiban), yang diakui dan dianggap
berlaku bagi setiap orang yang menjadi seorang penganut hukum Islam.

Kapita Selekta adalah kumpulan karangan, masing-masing menjelaskan masalah, tetapi


masalah itu termasuk dalam lingkup ilmu pengetahuan.

2. ASAS-ASAS HUKUM ISLAM

Asas hukum Islam merupakan landasan atau landasan kebenaran yang dijadikan landasan
berpikir, khususnya dalam pelaksanaan dan penegakan hukum Islam dalam kehidupan sehari-
hari. Prinsip hukum Islam adalah dasar di mana sistem hukum dibangun.

Prinsip-prinsip hukum Islam cukup banyak, ada yang umum dan ada yang khusus.
Prinsip-prinsip umum ditemukan di semua bidang hukum Islam, sementara ada yang khusus
untuk bidang hukum Islam tertentu. Prinsip-prinsip hukum Islam berasal dari Alquran dan
Sunnah Nabi Muhammad. dikembangkan lebih lanjut oleh para ahli hukum Islam. Ada tiga jenis
asas hukum Islam yang umum untuk semua bidang hukum Islam, yaitu:

1. Asas Keadilan
Asas keadilan merupakan prinsip yang sangat penting dalam hukum Islam. Begitu
pentingnya sehingga dapat dikatakan sebagai dasar dari segala landasan hukum Islam. Prinsip
keadilan mendasari proses dan tujuan hukum Islam. Keadilan merupakan nilai fundamental dari
ajaran hukum Islam. Mempertahankan keadilan dan memberantas kezaliman adalah salah satu
tujuan dari pengumuman tersebut. Keadilan disamakan dengan kebajikan dan kesalehan.
Keadilan hukum Islam tidak hanya didasarkan pada prinsip-prinsip buatan manusia. Nilai-nilai
keadilan bersumber dari prinsip-prinsip yang sangat kuat dan hakiki yang berasal dari Allah
SWT. Keadilan dalam hukum Islam bersumber dari Allah SWT. karena itu sifatnya, dan itu
dibuat untuk para sahabat.

Hukum adalah standar terpenting dalam semua aspek dunia manusia. Hal ini dapat
ditangkap dalam pesan al-Qur'an yang menjadikan keadilan sebagai tujuan agama. Tuntutan
yang Al-Qur'an tempatkan pada individu untuk membela keadilan adalah luar biasa dan
melampaui semua ikatan sosial. Meskipun keadilan harus diperoleh untuk kepentingannya
sendiri, yang lebih penting lagi adalah membela hak-hak orang lain, terlepas dari apakah
risikonya bagi individu atau komunitasnya.

2. Asas Kepastian Hukum

Asas kepastian hukum adalah asas yang menurutnya tidak ada perbuatan yang dapat
dipidana kecuali ada ketentuan-ketentuan yang tegas dari peraturan-peraturan yang mengatur dan
berlaku bagi perbuatan itu. Kepastian hukum hanya dapat dijelaskan secara normatif, bukan
secara sosiologis. Kepastian bersifat normatif ketika suatu perintah dikeluarkan dan diumumkan
secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam arti tidak menyisakan ruang
untuk keraguan (multitafsir) dan logis dalam arti menjadi suatu sistem standar dengan standar
lain sehingga tidak bertentangan atau menimbulkan konflik normatif. Konflik norma akibat
ketidakpastian aturan dapat muncul sebagai perselisihan norma, reduksi norma, atau distorsi
norma. Kepastian hukum mengacu pada penegakan hukum yang jelas, tahan lama, konsisten dan
konsekuen, yang penegakannya tidak dapat dikompromikan oleh keadaan subyektif. Asas
kepastian hukum sangat dekat dengan asas legalitas. Dengan kata lain, peraturan harus jelas dan
diketahui masyarakat untuk menertibkan apapun. Jika ada larangan dalam undang-undang, maka
jelas apa yang dilarang. Jika larangan menghasilkan penalti, ini juga akan dinyatakan secara
eksplisit. Asas kepastian hukum ditunjukkan misalnya oleh Allah SWT. Hukum yang datang dari
Allah SWT. Visi Islam sebagai otoritas tertinggi yang diterapkan dalam masyarakat harus
disampaikan sejelas mungkin kepada masyarakat untuk membimbing dan menerapkannya dalam
kehidupan mereka.

3. Asas Kemanfaatan

Asas kemanfaatan merupakan asas yang berkaitan dengan asas keadilan dan kepastian
hukum. Pelaksanaan asas keadilan dan kepastian hukum harus dinilai kemanfaatannya baik bagi
para pihak sendiri maupun bagi kepentingan masyarakat. Penerapan hukum berkorelasi dengan
tujuan pemidanaan, terutama sebagai pencegah khusus untuk mencegah terdakwa mengulangi
perbuatan melawan hukum, dan pada umumnya pencegah setiap orang harus berhati-hati agar
tidak melanggar hukum karena terkena sanksi. Putusan hakim harus bermanfaat bagi dunia
hukum, masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan. Penjatuhan hukuman mati pada
seorang pembunuh, misalnya, dapat dilihat sebagai manfaat dari hukumannya bagi terdakwa
sendiri dan masyarakat. Jika pidana mati yang akan dijatuhkan lebih bermanfaat bagi
kepentingan masyarakat, maka akan dijatuhkan. Jika penjatuhan pidana mati tidak
menguntungkan terdakwa sendiri dan keluarga korban atau saksi, maka ancaman pidana mati
dapat diganti dengan denda yang dibayarkan kepada kerabat almarhum. Asas kewajaran
menunjukkan bahwa hukum pidana Islam secara khusus memperhatikan kepentingan korban
(victim oriented).

Prinsip kemanfaatan sesuai dengan tujuan hukum Islam, yaitu mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat, mengambil semua yang bermanfaat dan menghindari mudharat sesuai
dengan hakikat hukum. Dengan kata lain, tujuan hukum Islam adalah kemaslahatan hidup
manusia, baik mental maupun spiritual, individu dan sosial. Asas kepatutan didasarkan pada
pertimbangan hukum agar putusan hukum yang dihasilkan bermanfaat bagi penggugat dan
masyarakat luas. Dalam menjatuhkan putusannya, hakim harus mempertimbangkan tidak hanya
asas keadilan dan kepastian hukum, tetapi juga kemanfaatan.

3. TUJUAN HUKUM ISLAM

Tujuan hukum Islam adalah kesejahteraan kehidupan masyarakat, baik mental maupun
fisik, secara individu dan sosial. Manfaatnya tidak hanya berlaku untuk kehidupan di dunia ini,
tetapi juga untuk kehidupan yang kekal di akhirat. Abu Ishak al Shatibi (w. 790/1388)
merumuskan lima tujuan hukum Islam, yaitu: lindungi agama, lindungi jiwa, lindungi akal sehat,
lindungi keturunan dan lindungi kekayaan. Kelima tujuan hukum Islam itu disebut dalam
literatur sebagai al-maqasid al-khamsah atau al-maqashid alshari'ah. )

Tujuan hukum Islam adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia (masalih)
dan menjamin pertumbuhan (tazkiyah) dan keadilan (qisht). Secara lebih spesifik, tujuan hukum
Islam disebut maqasid al-syariah, yaitu kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan yang harus
dipenuhi agar manusia dapat hidup bahagia di dunia dan di akhirat, berdasarkan lima hal:

1. Agama yang menjadi tujuan pertama hukum Islam, karena agama merupakan
pedoman hidup manusia.
2. Jiwa adalah tujuan lain dari hukum Islam karena hukum Islam berkomitmen untuk
menjunjung tinggi hak asasi manusia dan mempertahankan hidup seseorang.
3. Akal merupakan hal yang sangat penting dalam hukum Islam karena akal
memungkinkan manusia untuk berpikir tentang Allah, alam semesta dan diri sendiri.
4. Keturunan yang tujuannya adalah untuk menjaga kesucian darah dan melanjutkan
kelangsungan umat manusia.
5. Harta merupakan tujuan akhir syariat Islam, yaitu pemberian Tuhan kepada manusia
agar manusia dapat melanjutkan dan menjalani kehidupannya.

KESIMPULAN
Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan merupakan bagian dari agama Islam.
Dalam konsep hukum Islam, dasar dan kerangka hukum ditetapkan oleh Tuhan, yang mengatur
tidak hanya hubungan manusia dengan manusia lain dan benda dalam masyarakat, tetapi juga
hubungan lain karena orang yang hidup dalam masyarakat ini berbeda memiliki hubungan.
Hubungan itu antara lain, hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan dirinya
sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain, dan hubungan manusia dengan masyarakat dan
lingkungan. Interaksi manusia dalam berbagai hubungan dipandu oleh seperangkat norma
perilaku yang disebut hukm dalam bahasa Arab jamak ahkam.

Kapita Selekta adalah sekelompok karangan yang masing-masing berisi pertanyaan,


tetapi pertanyaan ini termasuk dalam lingkup ilmu pengetahuan. Dasar hukum Islam cukup luas,
ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus. Prinsip-prinsip umum terdapat dalam
semua bidang hukum Islam, sedangkan bidang hukum Islam tertentu memiliki prinsip-prinsip
khusus. Dasar hukum Islam berasal dari Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad. dikembangkan
lebih lanjut oleh para ahli hukum Islam. Asas hukum Islam yang berlaku umum pada semua
bidang hukum Islam ada tiga macam, yaitu asas keadilan, asas kepastian hukum, dan asas
kemanfaatan. Tujuan hukum Islam adalah kemaslahatan hidup manusia, baik mental maupun
fisik, individu dan sosial. Keuntungannya bukan hanya hidup di dunia ini, tetapi juga untuk
kehidupan yang kekal diakhirat kelak.

REFERENSI
Mohammad Daud Ali, “Hukum Islam : Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam
di Indoanesia”, Cet Ke-8, RajaGrafindo, Jakarta, 2004, Hlm.42

Ibid Hlm.43

Alim, Muhammad, 2010. “Asas-asas Hukum Modern dalam Hukum Islam”, Jurnal
Media Hukum, Volume 17, (1)

Ali, Muhammad Daud, 2013. Hukum Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai