Anda di halaman 1dari 9

MATA KULIAH PASAR MODAL

Dosen Pengasuh: Tri Widya Kurnia Sari, S.H.,M.Hum

SANKSI ADMINISTRATIF TERHADAP PT SINERGI MILLENIUM


SEKURITAS SERTA PIHAK TERKAIT

DI SUSUN OLEH:

1. AYU ANDIRA (210510049)


2. RIFKY IZZULHAQ MARZA (210510059)
3. JUNITA AULA NINGSIH (210510113)
4. NUR AINUN ELVA PRATIWI (210510162)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2023
1. Analisis Kasus OJK Tetapkan Sanksi Administratif terhadap PT Sinergi
Millenium Sekuritas karena Kasus Pelanggaran Peraturan Perundang-
undangan di Bidang Pasar Modal

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan ini mengumumkan hasil Pemeriksaan


atas kasus pelanggaran Peraturan Perundang-undangan di bidang Pasar Modal
oleh PT Sinergi Millenium Sekuritas.

A. PT Sinergi Millenium Sekuritas terbukti melakukan pelanggaran sebagai


berikut:
1. PT Sinergi Millenium Sekuritas sebagai perantara (agen) pada Transaksi
Repurchase Agreement (Repo) antara Sdr. Michael Widjaja dengan 14
(empat belas) Pihak tidak menyertakan Lampiran Ekuitas dan Lampiran
Keagenan dalam Perjanjian Repo tersebut.
2. PT Sinergi Millenium Sekuritas tidak mempunyai direktur dan/atau
pegawai yang berwenang untuk melakukan Transaksi Repo.
3. PT Sinergi Millenium Sekuritas tidak memperoleh kuasa dari nasabahnya
untuk melakukan Transaksi Repo untuk kepentingan nasabah tersebut
dan tidak membuat laporan secara berkala kepada nasabahnya.

Dengan dicabutnya izin usaha Perusahaan Efek tersebut di atas, maka PT


Sinergi Millenium Sekuritas dilarang melakukan kegiatan sebagai Perantara
Pedagang Efek.

B. Direksi PT Sinergi Millenium Sekuritas:

1. Sdr. Andy Purnomo Anthony selaku Direktur Utama PT Sinergi


Millenium Sekuritas dan merupakan pemegang izin orang perseorangan
sebagai Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE) pada periode
pelanggaran, OJK mengenakan Sanksi Administratif Berupa Denda
Sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan perintah tertulis
berupa larangan untuk melakukan segala kegiatan termasuk bekerja di
sektor Pasar Modal selama 5 (lima) tahun terhitung setelah surat sanksi
ditetapkan.
2. Sdr. Bety selaku Komisaris Utama PT Sinergi Millenium Sekuritas dan
merupakan pemegang izin orang perseorangan sebagai Wakil Perantara
Pedagang Efek (WPPE) pada periode pelanggaran, OJK mengenakan
Sanksi Administratif Berupa Denda Sebesar Rp100.000.000,00 (seratus
juta rupiah) dan perintah tertulis berupa larangan untuk melakukan segala
kegiatan termasuk bekerja di sektor Pasar Modal selama 15 (lima belas)
tahun terhitung setelah surat sanksi ditetapkan.

Selanjutnya, dengan mempertimbangkan bahwa PT Sinergi Millenium


Sekuritas telah mengalihkan administrasi atas kepemilikan Efek atas nama
nasabah kepada PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), maka bagi nasabah
PT Sinergi Millenium Sekuritas yang masih memiliki Efek dan/atau dana dapat
melakukan pemindahbukuan Efek dengan mengajukan klaim kepada PT
Kustodian Sentral Efek Indonesia (PT KSEI) dan/atau pemindahbukuan dana
kepada Bank penyimpan dana.

C. Unsur-unsur dan asas-asas pasar modal yang terlibat dalam Sanksi


Administratif terhadap PT Sinergi Millenium Sekuritas serta pihak terkait

1. PT Sinergi Millenium Sekuritas, sebagai perusahaan efek atau sekuritas


yang melakukan transaksi repo dengan nasabahnya. Perusahaan efek
adalah lembaga jasa keuangan yang berperan sebagai perantara dalam
transaksi efek di pasar modal. Perusahaan efek harus memiliki izin usaha
dari OJK dan mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku di bidang pasar
modal, termasuk peraturan tentang transaksi repo.
2. Nasabah PT Sinergi Millenium Sekuritas, sebagai pihak yang membeli
atau menjual efek dalam transaksi repo dengan PT Sinergi Millenium
Sekuritas. Nasabah adalah pihak yang memiliki hubungan hukum dengan
lembaga jasa keuangan dalam rangka memperoleh jasa keuangan. Nasabah
harus mendapatkan informasi yang jelas dan akurat tentang transaksi repo
yang dilakukan oleh perusahaan efek, termasuk hak dan kewajiban
masing-masing pihak, risiko, dan imbal hasil.
3. Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sebagai lembaga yang berwenang
mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal di Indonesia. OJK adalah
lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain yang
mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. OJK
bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas dan integritas sistem jasa
keuangan, melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat, dan
mendorong pertumbuhan pasar modal yang sehat dan berdaya saing.
4. PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (PT KSEI), sebagai lembaga
penyimpanan dan penyelesaian efek yang digunakan dalam transaksi repo.
PT KSEI adalah pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral
bagi bank kustodian, perusahaan efek, dan pihak lain, sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal. PT KSEI bertugas untuk menyimpan, mencatat, dan melaporkan
kepemilikan efek nasabah, serta menyelesaikan transaksi efek secara
elektronik dan aman.
5. Bank penyimpan dana, sebagai lembaga yang menyimpan dana nasabah
PT Sinergi Millenium Sekuritas yang digunakan dalam transaksi repo.
Bank penyimpan dana adalah bank umum yang ditunjuk oleh PT KSEI
untuk menyimpan dana nasabah yang terkait dengan transaksi efek tanpa
warkat. Bank penyimpan dana harus memisahkan dana nasabah dari dana
sendiri, serta melaporkan saldo dan mutasi dana nasabah kepada PT KSEI
dan nasabah secara berkala.

Dalam kasus ini terdapat asas-asas pasar modal yaitu:


1. Asas teratur ini menuntut agar setiap transaksi di pasar modal dilakukan
sesuai dengan aturan dan mekanisme yang telah ditetapkan oleh otoritas pasar
modal. Dalam kasus ini, PT Sinergi Millenium Sekuritas telah melanggar asas
ini dengan melakukan transaksi repo yang tidak sesuai dengan peraturan
pasar modal. Transaksi repo adalah transaksi jual beli efek dengan
kesepakatan untuk membeli kembali efek tersebut pada waktu dan harga yang
telah ditentukan1. Transaksi repo harus memenuhi syarat-syarat tertentu,
antara lain:
 Harus ada perjanjian tertulis yang mengatur hak dan kewajiban masing-
masing pihak.
 Harus ada lampiran ekuitas yang menjelaskan jenis, jumlah, dan nilai efek
yang menjadi objek transaksi repo.

 Harus ada lampiran keagenan yang menjelaskan bahwa pihak yang


menjual efek adalah agen dari pihak yang membeli efek.

 Harus ada direktur atau pegawai yang berwenang untuk melakukan


transaksi repo.

 Harus ada kuasa dari nasabah untuk melakukan transaksi repo dan laporan
berkala kepada nasabah. PT Sinergi Millenium Sekuritas tidak memenuhi
syarat-syarat tersebut, sehingga transaksi repo yang dilakukan tidak teratur
dan melanggar hukum. Asas ini diatur dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Alasan memilih asas ini adalah karena kasus ini menyangkut ketertiban
transaksi di pasar modal yang harus dijaga oleh semua pelaku pasar modal. Asas
ini menjamin bahwa setiap transaksi di pasar modal dilakukan dengan tertib dan
terorganisir.

2. Asas wajar ini mengharuskan agar setiap transaksi di pasar modal dilakukan
dengan jujur, adil, dan tidak menipu. Dalam kasus ini, PT Sinergi Millenium
Sekuritas telah melanggar asas ini dengan melakukan transaksi repo yang
tidak wajar dan merugikan nasabah. Transaksi repo yang dilakukan oleh PT
Sinergi Millenium Sekuritas diduga merupakan bentuk penggelapan dana
nasabah, karena PT Sinergi Millenium Sekuritas tidak memberikan informasi
yang benar dan lengkap kepada nasabah tentang transaksi repo, tidak
memberikan laporan berkala kepada nasabah, dan tidak mengembalikan dana
nasabah sesuai dengan perjanjian. Hal ini dapat merugikan nasabah dan
mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pasar modal. Asas ini diatur
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal.

Alasan memilih asas ini adalah karena kasus ini menyangkut kewajaran
transaksi di pasar modal yang harus dihormati oleh semua pelaku pasar modal.
Asas ini menjamin bahwa setiap transaksi di pasar modal dilakukan dengan wajar
dan tidak merugikan pihak lain.

3. Asas efisien ini menjamin agar setiap transaksi di pasar modal dilakukan
dengan cepat, tepat, dan murah. Dalam kasus ini, PT Sinergi Millenium
Sekuritas telah melanggar asas ini dengan melakukan transaksi repo yang
tidak efisien dan menghambat perkembangan pasar modal. Transaksi repo
yang dilakukan oleh PT Sinergi Millenium Sekuritas diduga merupakan
bentuk penghindaran pajak, karena PT Sinergi Millenium Sekuritas tidak
membayar pajak atas transaksi repo, tidak melaporkan transaksi repo kepada
otoritas pajak, dan tidak mencatat transaksi repo dalam laporan keuangan. Hal
ini dapat merugikan negara dan mengganggu perekonomian. Asas ini diatur
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal.

Alasan memilih asas ini adalah karena kasus ini menyangkut efisiensi
transaksi di pasar modal yang harus ditingkatkan oleh semua pelaku pasar modal.
Asas ini menjamin bahwa setiap transaksi di pasar modal dilakukan dengan
efisien dan tidak menyia-nyiakan sumber daya.

D. Pasal-pasal yang dilanggar oleh PT Sinergi Millenium Sekuritas dan pihak-


pihak terkait
1. Pasal 3 ayat (1) POJK Nomor 9/POJK.04/2015 tentang Pedoman
Transaksi Repurchase Agreement Bagi Lembaga Jasa Keuangan, yang
menyatakan bahwa Lembaga Jasa Keuangan yang melakukan Transaksi
Repo wajib mengikuti ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini.
Pasal ini mengatur tentang kewajiban perusahaan efek untuk mematuhi
peraturan OJK tentang transaksi repo, termasuk syarat, prosedur, dan
pelaporan yang harus dilakukan. PT Sinergi Millenium Sekuritas dan
pihak-pihak terkait tidak mengikuti ketentuan tersebut, sehingga
melanggar pasal ini.
2. Pasal 4 ayat (1) POJK Nomor 9/POJK.04/2015, yang menyatakan bahwa
Transaksi Repo harus dilakukan berdasarkan perjanjian tertulis antara
Lembaga Jasa Keuangan dengan nasabahnya yang memuat setidak-
tidaknya hal-hal sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan ini. Pasal ini mengatur tentang kewajiban
perusahaan efek untuk membuat perjanjian tertulis dengan nasabahnya
yang memuat hal-hal penting tentang transaksi repo, seperti jenis dan
jumlah efek, harga dan waktu pembelian kembali, imbal hasil, jaminan,
dan hak dan kewajiban masing-masing pihak. PT Sinergi Millenium
Sekuritas dan pihak-pihak terkait tidak menyertakan lampiran ekuitas dan
lampiran keagenan dalam perjanjian tertulis mereka, sehingga melanggar
pasal ini.
3. Pasal 5 ayat (1) POJK Nomor 9/POJK.04/2015, yang menyatakan bahwa
Lembaga Jasa Keuangan yang melakukan Transaksi Repo harus memiliki
direktur atau pegawai yang berwenang untuk melakukan Transaksi Repo.
Pasal ini mengatur tentang kewajiban perusahaan efek untuk memiliki
direktur atau pegawai yang berwenang untuk melakukan transaksi repo,
yang harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh OJK, seperti
memiliki sertifikat wakil perantara pedagang efek, memiliki pengetahuan
dan pengalaman yang memadai, dan tidak terlibat dalam tindak pidana di
bidang pasar modal. PT Sinergi Millenium Sekuritas dan pihak-pihak
terkait tidak memiliki direktur atau pegawai yang berwenang untuk
melakukan Transaksi Repo, sehingga melanggar pasal ini.
4. Pasal 6 ayat (1) POJK Nomor 9/POJK.04/2015, yang menyatakan bahwa
Lembaga Jasa Keuangan yang melakukan Transaksi Repo atas nama dan
untuk kepentingan nasabahnya harus memperoleh kuasa tertulis dari
nasabahnya. Pasal ini mengatur tentang kewajiban perusahaan efek untuk
memperoleh kuasa tertulis dari nasabahnya jika melakukan transaksi repo
atas nama dan untuk kepentingan nasabahnya, yang harus memuat hal-hal
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan ini, seperti nama dan identitas nasabah, nama dan identitas
perusahaan efek, jenis dan jumlah efek, dan batas waktu kuasa. PT Sinergi
Millenium Sekuritas dan pihak-pihak terkait tidak memperoleh kuasa
tertulis dari nasabahnya, sehingga melanggar pasal ini.
5. Pasal 7 ayat (1) POJK Nomor 9/POJK.04/2015, yang menyatakan bahwa
Lembaga Jasa Keuangan yang melakukan Transaksi Repo wajib membuat
laporan secara berkala kepada nasabahnya mengenai pelaksanaan
Transaksi Repo. Pasal ini mengatur tentang kewajiban perusahaan efek
untuk membuat laporan secara berkala kepada nasabahnya mengenai
pelaksanaan transaksi repo, yang harus memuat hal-hal sebagaimana
tercantum dalam Lampiran III Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini,
seperti tanggal dan nomor perjanjian, jenis dan jumlah efek, harga dan
waktu pembelian kembali, imbal hasil, dan status transaksi. PT Sinergi
Millenium Sekuritas dan pihak-pihak terkait tidak membuat laporan secara
berkala kepada nasabahnya, sehingga melanggar pasal ini.
6. Pasal 9 huruf a dan huruf d POJK Nomor 9/POJK.04/2015 mengatur
mengenai kewajiban pelaporan dan penyimpanan dokumen transaksi
repurchase agreement. Detail mengenai pasal tersebut dapat ditemukan
dalam dokumen resmi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor
9/POJK.04/2015. PT Sinergi Millenium Sekuritas terbukti melakukan
pelanggaran terhadap Pasal 9 huruf a dan huruf d POJK Nomor
9/POJK.04/2015 yang merupakan Pedoman Transaksi Repurchase
Agreement Bagi Lembaga Jasa Keuangan. Pasal 9 huruf a dan huruf d
POJK Nomor 9/POJK.04/2015 mengatur mengenai kewajiban pelaporan
dan penyimpanan dokumen transaksi repurchase agreement. POJK Nomor
9/POJK.04/2015, atau Pedoman Transaksi Repurchase Agreement Bagi
Lembaga Jasa Keuangan, dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
dan merupakan peraturan yang mengatur transaksi repurchase agreement
bagi lembaga jasa keuangan. Pelanggaran terhadap peraturan ini dapat
berdampak pada sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai