Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MANDIRI

KONSEP ISLAM DAN PRANATA SOSIAL


( MATA KULIAH AGAMA II)

DOSEN PENGAMPU:
Dr. K.a. Rahman, M.Pd.I.

DISUSUN OLEH :
Nadya Agustin Dwi Putri
NIM. A1A119047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KONSEP ISLAM DAN PRANATA SOSIAL

A. Pengertian Pranata Sosial Islam

Soerjono Soekanto berpendapat bahwa pranata sosial adalah lembaga sosial atau
lembaga kemasyarakatan yang merupakan himpunan norma dari segala tindakan yang
meliputi kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat. Menurutnya terbentuknya lembaga
sosial bermula dari kebutuhan masyarakat akan keteraturan kehidupan bersama. Lembaga
sosial tumbuh karena manusia dalam hidupnya memerlukan keteraturan. Keteraturan hidup
bersama itu mereka dapatkan melalui perumusan norma-norma dalam masyarakat sebagai
paduan bertingkah laku. Norma-norma tersebut, pada mulanya, terbentuk secara tidak
disengaja. Namun, lama-kelamaan norma tersebut dibuat secara sadar.

Dede Rosyada merumuskan bahwa pranata sosial adalah tradisi-tradisi dalam


kehidupan manusia yang terbentuk sebagai kombinasi antara reaksi kemanusiaan atas
tantangan dan dinamika lingkungannya dengan etos yang menjadi nilai dasar kehidupan.
Bagi kalangan umat Islam nilai etos itu terbentuk dari ajaran dasar al-Qur‘an dan al-Hadits
yang dijewantahkan dan dikembangkan melalui kreasi ijtihad. Pranata sosial erat
hubungannya dengan kebudayaan manusia sebab pranata itu sendiri berarti sistem tingkah
laku sosial yang bersifat resmi berupa adat istiadat dan norma yang mengatur tingkah laku
serta seluruh perlengkapannya guna berbagai kompleks manusia di dalam masyarakat.

Hukum Islam mencakup berbagai dimensi bervariasi, yaitu dimensi abstrak dalam
wujud perintah dan larangan Allah dan Rasul-Nya, dimensi konkret dalam wujud perilaku
mempola yang bersifat ajeg di kalangan orang Islam sebagai upaya untuk melaksanakan
perintah Allah dan Rasul-Nya. Dan lebih konkret lagi dalam bentuk perilaku manusia secara
individu ataupun kolektif. Hukum Islam juga mencakup substansi yang terinternalisasikan ke
dalam berbagai pranata sosial sehingga menjadi ladasan dan memberi makna serta arah
dalam kehidupan manusia. Hasil dari proses tersebut berkembang berbagai pranata sosial
yang bercorak keislaman dalam waktu berabad-abad. Dimensi dan substansi hukum Islam itu
dapat disilang yang disebut kemudian dengan Hukum Islam dan Pranata Sosial.

Hukum Islam dan Pranata Sosial menurut Cik Hasan Bisri dipandang sebagai sebagai
satu kesatuan yang terdiri dari dua unsur yakni unsur hukum Islam dan unsur pranata sosial.
Hukum Islam dan Pranata Sosial Islam juga dapat dipandang sebagai dua unsur yang berbeda
namun keduanya berhubungan secara searah maupun timbal balik. Hukum Islam dapat
dipandang sebagai sesuatu yang otonom namun ia juga berinteraksi dengan unsur lain dalam
kehidupan manusia sehingga saling tergantung. Ia merupakan bagian dari satu sistem
masyarakat yang memiliki posisi dan fungsi sendiri. Proses pengembangan hukum Islam
melalui berbagai saluran, pertama internalisasi hukum Islam ke dalam pranata sosial, kedua
melaui organisasi sosial dan kemasyarakatan, dan ketiga melalui transformasi hukum Islam
melalui badan penyelenggara (kekuasan) legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

Sementara itu pengembangan hukum Islam dilakukan melalui berbagai satuan


organisasi sosial dan organisasi kemasyarakatan yang melibatkan antar unsur yang tercakup
dalam dua jenis organisasi itu. Pengembangan Hukum Islam ini dapat dilihat dari beberapa
sudut pandang. Pertama sebagai proses yang terdiri dari tahapan tertentu yang melibatkan
aspek-aspek batiniah dari semua unsur manusia. Kedua sebagai metode untuk menjadikan
hukum Islam sebagai patokan perilaku individual dan kolektif dalam kehidupan masyarakat
lokal, nasional dan internasional. Ketiga sebagai peristiwa sosial yang melibatkan berbagai
unsur manusia yang mengenal kemajemukan kedudukan dan peraanan sosial dalam
organisasi.

B. Sumber Pranata Sosial Islam

Sumber hukum Islam adalah Wahyu Allah SWT yang dituangkan di dalam al-Qur’an
dan sunnah Rasulullah SAW. Ayat-ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan hukum tidak
banyak bila dibandingkan dengan jumlah keseluruhan ayat. Demikian pula bila dibandingkan
dengan masalah yang harus diberi ketetapan hukum yang selalu muncul dalam kehidupan di
dunia ini. Ayat-ayat al-Qur’an yang agak terinci hanya hukum ibadah dan hukum keluarga.
Namun demikian secara umum Allah menerangkan bahwa semua masalah (pokok-pokoknya)
terdapat dalam al-Qur’an. AllahSWT berfirman:“Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di
dalam al-Kitab ”(Q.S.Al-An’am/6:38).

C. Asas-asas Pranata Sosial Islam

Prinsip-prinsip hukum Islam yang dijadikan landasan ideal dalam hukum Islam di
antaranya:
1. Asas Ilahiyah/tauhidullah. Semua paradigma berpikir yang digunakan untuk menggali
kandungan ajaran Islam yang termuat dalam Al-Qur’an dan hadis dalam konteks ritual
maupun sosial harus bertitik tolak dari nilai-nilai ketauhidan, bahwa segala yang ada dan
yang mungkin ada bahkan msutahil ada adalah ciptaan Allah SWT.
2. Asas Insaniyah. Prinsip kemanusiaan bahwa produk akal manusia yang dijadikan rujukan
dalam perilakuk sosial ataupun sistem budaya harus bertitik tolak dari nilai-nilai
kemanusiaan, memulaiakan manusia dan memberikan manfaat serta menghilangkan
kemudaratan.
3. Asas Tasamuh. Prinsip toleransi sebagai titik tolak pengamalan hukum Islam karena cara
berpikir manusia yang berbeda-beda satu sama lain harus saling menghargai dan
mengakui bahwa kebenaran hasil pemikiran manusia bersifat relatif.
4. Asas Ta’awun (saling tolong-menolong) sebagai titik tolak kehidupan manusia sebagai
makhluk sosial yang saling membutuhkan.
5. Silaturahmi baina an-nas sebagai bahwa setiap manusia akan saling berinteraksi karena
manusia adalah human relation yang secara fitrahnya silaturahmi sebagai embrio
terciptanya masyarakat. Prinsip ini disebut pula prinsip taaruf (QS. Al-Hujurat [49]: 13).
6. Keadilan atau al-Mizan (keseimbangan) antara hak dan kewajiban. Dasar kesadaran
manusia terhadap hak-hak orang lain dan kewajiban dirinya.Keduanya harus berjalan
seimbang dan dirasakan adil untuk dirinya dan orang lain.
7. Kemashlahatan umum (al-masalih al-‘amah).

D. Kaidah-kaidah Pranata Sosial Islam

Para ahli ushul berusaha menetapkan kaidah-kaidah hukum lewat pendekatan


linguistic (al-qawaaid al-lughawiyyah) karena tidak semua pemecahan masalah hukum atas
berbagai kehidupan manusia di dunia ini dirinci secara jelas dan tegas dalam al-Qur’an dan
al-Hadits. Al-Qur’an dan al-Hadits yang berbahasa Arab akan dapat dipahami kandungan
hukum-hukumnya dengan pemahaman yang sahih dengan memperhatikanbahasa Arab dan
cara-cara pemahamannya. Kaidah-kaidah lughawiyah disebut juga kaidah istinbathiyah atau
kaidah ushuliyah banyak berkaitan dengan amar, nahy, ‘am, khas, muthlaq, muqayyad,
mujamal, mufashal.
Kajian fiqh sangatlah luas, oleh karena itu perlu adanya kristalisasi berupa kaidah-
kaidah fiqhiyyah yang sifatnya universal. Kaidah-kaidah ini berfungsi sebagai klarifikasi
terhadap masalah-masalah furu’menjadi beberapa kelompok, dan tiap-tiap kelompok itu
merupakan kumpulan dari masalah-masalah yang serupa. Kaidah-kaidah yang dibentuk oleh
para ulama pada dasarnya berpangkal dan menginduk kepada lima kaidah pokok. Kelima
kaidah pokok ini melahirkan bermacam-macam kaidah yang bersifat cabang. Sebagian ulama
menyebut kelima kaidah pokok dengan istilah al-qawaid al-khams (kaidah-kaidah yang
lima), yaitu:

1. Setiap perkara tergantung pada niatnya (‫)األمور بمقاصدها‬


ِّ ‫)اليَقِيْنُ الَ يُ َزا ُل باِال َّش‬.
2. Keyakinan tidak dapat hilang oleh keraguan (‫ك‬
3. Kemadharatan harus dihilangkan (‫)الضرر يزال‬
4. Kesulitan (kesempitan) dapat menarik kemudahan (‫)ال َم َشقَةُ تَجْ لِبُ التَّي ِْس ِر‬
5. Adat dapat dipertimbangkan menjadi hukum (ٌ‫)العا َ َدةُ مح َّك َمة‬

E. Bidang-bidang Pranata Sosial Islam


Berbagai pranata sosial yang bercorak leislaman dikenal dalam kehidupan umat
Islam Indonesia dewasa ini. Pranata itu meliputi berbagai bidang kehidupan yang mengalami
perubahan dari waktu ke waktu. Pranata itu ada yang amat dekat dengan keyakinan yang
dianut sehigga memiliki kepekaan yang sangat tinggi, ada yang relatif jauh dari keyakinan
sehingga relatif luwes atau netral. Pranata itu mengalami konkretisasi dalam struktur
masyarakat dalam bentuk berbgai organisasi sosial sebagai wahana untuk memenuhi
kebutuhan hidup secara kolektif dan terencana. Hal ini menunjukan bahwa di dalam
masyarakat itu terjadi penyerapan produk teknologi sosial (pengorganisasian masyarakat)
mutakhir, dan dapat dijadikan saluran untuk mengaktualisasikan hukum Islam dalam
kehidupan nyata. Cik Hasan membagi ruang lingkup pranata yaitu:
1. Pranata peribadatan. Pranata ini berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan manusia,
sebagai hamba dalam melakukan hubungan dengan Allah swt. Untuk memenuhi
kebutuhan itu dilakukan penataan yang meliputi persyaratan, komponen (rukun) dan
kaifiahnya.
2. Pranata Kekerabatan. Pranata ini berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan pemeliharaan
dan pengembangan keturunan dan juga untuk memelihara mengembangkan kebudayaan
yang dianut secara kolektif. Pranata ini mengalokasikan nilai dan kaidah al-ahwal al-
syakhshiyah yang berkenaan dengan perkawinan, pelamaran, perceraian, Pendidikan
anak dan kewarisan.
3. Pranata Pendidikan. Pranata ini berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan dalam
mensosialisasikan keyakian, nilai-nilai dan kidah-kaidah yang dianut oleh suatu generasi
berikutnya. Selanjutnya, sosialisasi itu meliputi informasi-informasi baru dan berbagai
jenis keterampilan yang dibutuhkan di dalam kehidupan masyarakat.
4. Pranata Keilmuan. Pranata ini berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan dalam
mengembangkan pemahaman terhadap ayat-ayat Allah swt. yaitu ayat-ayat qauliyah dn
ayat-ayat kauniyah.
5. Pranata Penyiaran. Pranata ini berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan dalam
penyebarluasan ajaran Islam di dalam masyarakat yang kemudian dikenal sebagai pranata
dakwah.
6. Pranata Politik. Pranata ini berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan dalam
mengalokasikan nilai-nilai fan kaidah-kaidah Islam melalui artikulasi di dalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

Sumber :
Moh. Fauzan Januri.2013, Pengantar Hukum Islam dan Pranata Sosial, (Bandung: Pustaka
Setia)

Anda mungkin juga menyukai