Oleh:
PRODI S1 GIZI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sosial memiliki makna pergaulan serta hubungan manusia dan kehidupan
kelompok manusia terutama dalam masyarakat yang teratur Manusia
merupakan makhluk sosial yang dimana pengertian makhluk sosial adalah tiap
manusia membutuhkan untuk berinteraksi dan berhubungan dengan satu sama
lain. Dimana manusia tidak dapat terlepas dengan pengaruh manusia yang
lain. Sistem sosial secara umum adalah suatu sistem yang terdiri dari elemen-
elemen sosial. Elemen tersebut terdiri atas tindakan-tindakan sosial yang
dilakukan individu-individu yang berinteraksi satu dengan yang lainnya.
Dalam sistem sosial terdapat individu-individu yang berinteraksi dan
bersosialisasi sehingga tercipta hubungan-hubungan sosial. Keseluruhan
hubungan sosial tersebut membentuk struktur sosial dalam kelompok maupun
masyarakat yang akhirnya akan menentukan corak masyarakat tersebut.
Dalam sudut pandang islam, sistem sosial adalah perhubungan sesama
manusia melalui ikatan undang-undang Rabbani untuk mencapai kehidupan
masyarakat yang harmonis dan damai. Dimana dalam islam pengaturan
mengenai interaksi antar sesama muslim sudah diatur sedemikian rupa
sehingga dapat menciptakan hubungan persaudaraan yang baik. Islam adalah
agama yang mulia dan mengatur segala aspek kehidupan termasuk pergaulan.
Dalam islam ada beberapa etika yang harus dipenuhi dan hal ini disebut
dengan etika islam.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Memenuhi tugas mata kuliah agama islam
2. Mengetahui dan memahami sistem sosial menurut islam
3. Mengetahui sistem pergaulan dalam islam
4. Memahami prinsip pergaulan dalam islam
5. Mengetahui batas-batas antara laki-laki dengan perempuan
menurut aturan dalam islam
C. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Dapat memahami prinsip sistem sosial menurut islam
2. Dapat memahami sistem pergaulan dalam islam
3. Dapat mengimplementasikan prinsip pergaulan dalam islam
4. Mendapat pembelajaran berdasarkan studi kasus yang didapat
BAB II
ISI
A. Pengertian Sistem Sosial Islam
Beberapa ahli sosiologi menterjemahkan sistem sosial dengan istilah
yang berbeda-beda. Ada yang mengemukakan dengan lembaga
kemasyarakatan, bangunan social ataupun lembaga social. Pranata berarti
sistem tingkah laku social yang bersifat resmi serta adat istiadat dan norma
yang mengatur tingkah laku manusia di masyarakat. Dengan demikian
sistem sosial erat hubungannya dengan budaya manusia. Bagi ummat Islam
tentu saja hal ini berasal dari ajaran dasar yaitu pengembangan dari al-
Qur’an dan al-Hadits. Dilihat dari aspek kesejarahan maka sistem sosial
dalam masyarakat Islam yang pernah menonjol adalah dalam bidang
hukum, politik atau pemerintahan, peradilan, keamanan, kesehatan dan
kesejahteraan.
B. Sumber Sistem Sosial Islam
Sumber Hukum Islam adalah Wahyu Allah Swt yang dituangkan di
dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Ayat-ayat al-Qur’an yang
berhubungan dengan hokum tidak banyak bila dibandingkan dengan jumlah
keseluruhan ayat. Demikian pula bila dibandingkan dengan masalah yang
harus diberi ketetapan hokum yang selalu muncul dalam kehidupan di dunia
ini. Ayat-ayat al-Qur’an yang agak terinci hanya hokum ibadah dan hokum
keluarga. Namun demikian secara umum Allah menerangkan bahwa semua
masalah (pokok-pokoknya) terdapat dalam al-Qur’an. Allah Swt berfirman:
“Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam al-Kitab” (Q.S. Al-An’am/6:
38).2
Pada masa sahabat apabila mereka menghadapi suatu masalah yang
harus dipecahkan mereka lebih dahulu berpegang pada nash al Qur’an
kemudian al-Hadits. Namun apabila tidak ditemui pemecahannya mereka
berijtihad untuk menemukan hukumnya. Dalam berijtihad mereka
berpegang pada pengalaman dalam bidang syariat, pergaulan mereka
dengan Nabi dan rahasia-rahasia yang terkandung dalam al-Qur’an dan al-
Hadits. Terkadang mereka menetapkan hokum dengan qiyas yaitu
mengqiyaskan sesuatu yang ada nashnya. Terkadang pula hokum ditetapkan
sesuai dengan kemaslahatan dan menolak kemudharatan. Dengan demikian
para sahabat memperkaya bahkan mengembangkan hokum Islam. Memang
terdapat perbedaan pemahaman antara para mujtahid dalam memahami yang
tersurat atau tersirat dalam al-Qur’an dan al-Hadits, lebih-lebih ketika Islam
telah meluas dan ummat Islam mengenal berbagai intuisi, pemikiran dan
budaya dimana Islam berkembang. Ketika masing-masing pemahaman itu
mendapat pengikut maka lahirlah apa yang dinamakan madzhab dalam fiqh.
Madzhab itu muncul dan berkembang dalam perjalanan sejarah Islam ketika
kondisi social, politik dan ekonomi menuntut keberadaannya. Dalam
literature Islam tentang madzhab dalam fiqh yang pertamakali dikenal
adalah yang beridentifikasi dengan kota tempat tinggal mujtahid/ pimpian
madzhab. Maka dikenallah madzhab Kuffah, Madinah dan Syiria. Sangat
sulit untuk menentukan kapan madzhab itu muncul, keberadaannya
bertahap, tumbuh dengan perlahan-lahan menurut kebutuhan situasi dan
kondisinya dan menurut catatan sejarah, tidak seorang mujtahid yang
sengaja atau mengaku dirinya membentuk madzhab. Dikalangan
ulama/mujtahidin dalam ijtihadnya terdapat perbedaan-perbedaan, mereka
masing-masing mempunyai dasar yang mereka pegangi, kemudian
pendapatnya itu tersebar ke mana mana dan dianut oleh masyarakat kaum
muslimin.3
Pada abad II H/VIII M madzhab tidak lagi diidentifikasikan dengan
tempat melainkan dikaitkan dengan nama kelompoknya, maka lahirlah
Madzhab Ashhab Auza’I (pengikut auza’i) di Syria, Madhab Ashhab Abu
Hanifah di Kuffah, Ashhab Malik Ibn Anas di kalangan penduduk Madinah.
36. Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata:
"Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan
Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki
tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai Dia
Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak
keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang
terkutuk."
Perbedaan secara kodrati ini tidak membedakan perempuan dan laki-
laki dalam hal kedudukan namun menentukan perannya dalam kehidupan.
Dari segi fungsi reproduksi perempuan memungkinkan mengandung calon
keturunannya karena perempuan memiliki rahim yang tidak dimiliki oleh laki-
laki. Demikian juga dalam hal pengasuhan dan keberlangsungan bayi saat
masih kecil, perempuan dianugerahi kemampuan untuk menyusui dan
perasaan kasih sayang dan ketahanan tubuh yang lebih dibandingkan dengan
laki-laki. Menurut al-‘Allamah al- Nasafi dalam Munawar, “ kelebihan pria
atas wanita adalah pada: akalnya, keteguhan hati, pola pikir, kekuatan fisik,
kemampuan perang, kesempurnaan puasa dan shalat, adzan, khutbah, jama’ah,
takbir pada hari tasyrik , kesaksian dalam kasus pidana dan qishas dua kali
lipat dalam bagian waris, hak nikah dan talak. ( 2004:214 )
Dari perbedaan itulah maka perempuan dan laki-laki memiliki peran
yang saling melengkapi. Dalam perbedaan peran ini bukan berarti perempuan
harus menggantikan peran laki-laki ataupun sebaliknya, karena masing-
masing memiliki proporsi yang berbeda sesuai dengan kodratnya.
Al-Quran berbicara tentang perempuan dalam berbagai ayatnya.
Pembicaraan tersebut menyangkut berbagai sisi kehidupan. Ada ayat yang
berbicara tentang hak dan kewajibannya, ada pula yang menguraikan
keistimewaan-keistimewaan tokoh-tokoh perempuan dalam sejarah agama
atau kemanusiaan.
Secara garis besar perempuan memiliki dua peran yaitu peran sebagai
anggota keluarga dan peran sebagai anggota masyarakat.
1) Perempuan sebagai Anggota Keluarga
Di dalam keluarga perempuan dapat berperan sebagai ibu, istri, anak.
Semua peran tersebut menuntut adanya tugas sesuai dengan perannya.
a. Perempuan sebagai Ibu
Sebagai ibu tugas perempuan yang pertama dan utama yang
tidak diperselisihkan lagi ialah mendidik generasi-generasi baru.
Mereka memang disiapkan oleh Allah untuk tugas itu, baik secara
fisik maupun mental, dan tugas yang agung ini tidak boleh dilupakan
atau diabaikan oleh faktor material dan kultural apa pun.
Selain itu tugas perempuan adalah Beribadah kepada Allah
subhanahu wata’ala. Tinggalnya ia di dalam rumah merupakan
alternatif terbaik karena memang itu perintah dari Allah subhanahu
wata’ala dan dapat beribadah dengan tenang. Allah subhanahu
wata’ala berfirman (artinya):
الَ يَ ِحلُّ لِ ْل َمرْ أَ ِة أَ ْن تَصُوْ َم َو َزوْ ُجهَا َشا ِه ٌد إِالَّ بِإ ِ ْذنِ ِه
Dalam agama islam ada beberapa aspek atau hal menyangkut pergaulan
yang harus diketahui diantaranya adalah dengan siapa kita bergaul dan
bagaimana cara bergaul dengan orang lain. Secara umum pergaulan dalam
agama islam dibedakan menjadi dua, yaitu: pergaulan antar sesama muslim dan
pergaulan antara muslim dengan penganut agama lain (non-muslim).
“Dan jika Tuhan-mu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat yang
satu, tetapi mereka senantiasa berselisih (pendapat), kecuali orang yang
diberi rahmat oleh Tuhan-mu. Dan untuk itulah Allah menciptakan
mereka. Kalimat (keputusan) Tuhan-mu telah tetap, "Aku pasti akan
memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka)
semuanya."(QS.Hud:118–119)
“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak
mengusir kamu dari kampong halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang berlaku adil.” (QS Al-Mumtahanah: 8)
“Kaum Yahudi dari Bani ‘Auf adalah satu umat dengan mukminin.
Bagi kaum Yahudi agama mereka, dan bagi kaum Muslimin agama
mereka. Juga (kebebasan ini berlaku) bagi sekutu-sekutu dan diri
mereka sendiri. Kecuali bagi yang zalim dan jahat, maka hal demikian
akan merusak diri dan keluarganya.”
“Bagi kaum Yahudi ada kewajiban biaya dan bagi umat Islam ada
kewajiban biaya. Mereka (Yahudi dan Muslimīn) bantu-membantu
dalam menghadapi musuh piagam ini. Mereka saling memberi saran,
nasehat dan berbuat baik tidak boleh berbuat jahat. Seseorang tidak
menanggung hukuman akibat kesalahan sekutunya. Pembelaan
diberikan pada pihak yang teraniaya.”
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang
bertambah tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepadaKulah
kembalimu”. (QS. Luqman(31): 14
Adab bergaul dengan orang yang lebih tua yaitu:
a) Berlaku sopan
Orang beriman akan menunjukkan perhatian kepada orang yang lebih
tua khususnya kepada kepada orang tua yang telah melahirkannya
dan memperlakukan mereka dengan rasa hormat, menanamkan kasih
sayang bagi mereka, memperlakukan mereka dengan baik, dan
berusaha menyenangkan hati mereka dengan perilaku baik dan bijak.
b) Berkata santun
Salah satu bentuk sikap santun kepada orangtua atau orang yang lebih
tua adalah jangan bersuara lebih keras dari suara mereka, memutus
pembicaraan, berhohong, mengejutkan mereka saat sedang tidur atau
meremehkan.
c) Menolak dengan halus perintah buruk
Dalam hal tertentu mungkin orang tua atau orang yang lebih tua
melakukan hal-hal yang kurang sesuai dengan ajaran agama. Orang
yang lebih tua yang berprilaku buruk adalah orang tidak menanamkan
nilai-nilai yang baik sehingga anak atau orang yang lebih muda tidak
memberikan apresiasi kepadanya. Meskipun demikian siapa saja
yang mendapati hal seperti ini, maka hendaknya ia menolak dengan
cara bersikap sopan dan berkata santun sehingga mereka merasa tidak
dilecehkan dan pada saat bersamaan hendaknya mendoakan para
orang tua tersebut untuk tidak melakukan kegiatan buruk tersebut.
3. Adab bergaul dengan orang yang lebih muda
a) Memberi nasehat dengan bijak
Nasehat yang diberikan oleh orang yang lebih tua tentunya harus
bijak. Sebenarnya yang diinginkan oleh para pemuda khususnya
remaja adalah kebebasan. Maksudnya mereka sesungguhnya tidak
mau mengikuti peraturan yang mengikat yang berasal dari orang tua
mereka. Di sinilah diperlukan kebijaksanaan dari para orang tua
sehingga tidak terjadi kesalahpahaman antara anak dan orang tua.
Bersikap lemah lembut ditambahkan dengan pengertian terhadap
sikap seorang remaja diperlukan. Al Quran menunjukkan bahwa
sikap keras hati dalam berdakwah akan menyebabkan orang yang
menerima dakwah tersebut akan lari. Sebaliknya yang menjadikan
mereka sadar dan mengikuti kita adalah kelemahlembutan.
b) Memberi perhatian dan kasih sayang
Orang yang lebih muda usianya membutuhkan perhatian orang yang
lebih tua. Oleh karena itu hendaknya orang yang lebih tua
menampakkan perhatian yang lebih besar kepada mereka yang
muda. seorang anak atau pemuda bisa berprilaku nakal, karena mau
mendapat perhatian orang dewasa.
Perhatian dan kasih sayang ini dapat dilakukan dengan komunikasi
yang baik. Karena pada hakekatnya anak-anak, remaja dan pemuda
ingin dihargai, didengar dan diperhatikan keluhan-keluhan mereka.
Dalam hal ini tentunya diperlukan sosok yang tua yang dapat
bersikap tegas, tetapi dapat akrab dengan mereka. Di sini orang yang
lebih tua harus bisa bersikap sebagai orang tua, guru sekaligus
kawan bagi mereka. Dalam mendidik anak harus dilakukan dengan
cara yang masuk akal, dapat menjelaskan mana yang baik dan mana
yang buruk, melakukan pendekatan persuasif dan memberikan
perhatian yang cukup.
c) Memberi teladan yang baik
Menampilkan teladan yang baik dalam sikap dan tingkah laku
kepada siapa saja yang berusia lebih muda adalah metode pendidikan
yang paling baik dan utama. Bahkan para ulama menjelaskan bahwa
pengaruh yang ditimbulkan dari perbuatan dan tingkah laku yang
langsung terlihat terkadang lebih besar dari pada pengaruh ucapan.
Hal ini disebabkan jiwa manusia itu lebih mudah mengambil teladan
dari contoh yang terlihat di hadapannya, dan menjadikannya lebih
semangat dalam beramal seperti yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad Saw yang menjadikan tantangan sebagai peluang hingga
ia menjadi pemuda yang bergelar alamin (tepercaya) dari
masyarakatnya.
4. Adab Bergaul dengan Lawan J enis
Islam adalah agama yang mengatur tata kehidupan manusia. Islam
sesungguhnya tidak melarang bergaul dengan siapapun termasuk
pergaulan dengan lawan jenis. Lawan jenis berarti lawan dari jenis
kelamin. Apabila laki-laki, maka lawannya perempuan dan begitu pula
sebaliknya. Dalam hal ini Allah Swt berfirman:
STUDI KASUS
Pada berita-berita yang ditampilkan, mayoritas kejadian HIV/AIDS pada beberapa
kota masih dalam jumlah yang cukup tinggi. rata-rata penyebab dari kejadian
HIV/AIDS ini disebabkan oleh pergaulan bebas seperti seks bebas dan
penyalahgunaan narkoba yang banyak terjadi pada kelompok usia remaja hingga
dewasa. Pergaulan bebas ini sangat menyimpang jika dilihat dari prinsip serta
sistem pergaulan yang ada dalam islam. Hubungan pergaulan bebas dengan gizi
dapat dilihat dari akibat dari pegaulan bebas itu sendiri yaitu timbulnya masalah
gizi.
Para pengguna narkoba pada umumnya rawan terhadap masalah gizi. Menurut
Damayanti (2002) dalam penelitian Ekawati (2009), tingkat keparahan
ketergantungan narkoba berhubungan erat dengan tingkat keparahan malnutrisi.
Energi dan protein dibutuhkan untuk meningkatkan ataupun mempertahankan
status gizi pasien rehabilitasi narkoba. Status gizi yang optimal sangat dibutuhkan
untuk mempercepat proses rehabilitasi dan untuk meningkatkan sistem kekebalan
tubuh. Masalah gizi yang dialami pasien ketergantungan narkoba disebabkan oleh
penurunan nafsu makan selama masa pengaruh obat dan ketika pecandu
mengalami gejala putus obat (withdrawal symptoms) yang berupa kecemasan,
kegelisahan, depresi, dan gejala psikis lainnya (Tjay, 2007;Hawari, 2001).
Selain dari penyalahgunaan narkoba, infeksi HIV juga dapat mengakibatkan
ketidakmampuan mengabsorbsi zat gizi dari makanan, perubahan metabolisme,
serta berkurangnya asupan makanan akibat ge1ala-gejala yang terkait HIV,
sehingga menyebabkan penurunan berat badan dan infeksi oportunistik. Infeksi
oportunistik merupakan infeksi yang. terjadi pada ODHA ketika kekebalan
tubuhnya sudah sangat rendah. sehingga berbagai penyakit yang tadinya dapat
diatasi dengan tnudah oleh sistem imun tubuh. malah meniadi sangat berbahaya.
Asupan zat gizi yang tidak memenuhi kebutuhan akibat infeksi HIV akan
menyebabkan kekurangan gizi yang bersifat kronis. Sebagian besar pasien
HIV/AIDS di Indonesia mengalami malnutrisi. Bahkan sebagian sudah masuk
dalam kategori wasting syndrome, yaitu suatu keadaan dimana pasien mengalami
kehilangan berat badan lebih dari 10% atau yang mempunyai indeks massa tubuh
kurang dari 20 kg/m2 sejak kunjungan terakhir atau kehilangan berat badan lebih
dari 5% dalam waktu 6 bulan, yang bertahan selama 1 tahun.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan adanya sistem pergaulan tidak lain adalah untuk menjaga
ukhuwwah islamiyyah dan ukhuwwah wathaniyyah sebagaimana dicontohkan
oleh Rasulullah SAW. Hadirnya Islam di tengah masyarakat tidak lain adalah
sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin, yaitu rahmat bagi semesta alam sehingga
syariat-syariat yang diterapkannya pun tidak lain ditujukan untuk kebaikan
dan kemaslahatan umat manusia.
B. Saran
Dengan adanya Islam sebagai tatanan hidup yang holistik (menyeluruh)
diharapkan dapat terbinanya muslim yang taat menjalankan perintah
agama, berpikir filosofis, bersikap rasional dan dinamis, serta
berpandangan luas.
DAFTAR PUSTAKA
Munir, Lily Zakiyah.1999. Memposisikan Kodrat Perempuan dan Perubahan
dalam Prespektif Islam, Bandung :Mizan
Qardhawy, Yusuf. 1997. Fiqh Daulah Dalam Perspektif al-Qur'an dan Sunnah,
Jakarta, Pustaka Al-Kautsar,
Zaid, Syaikh Abu Bakar. 2011. Perbedaan yang Wajib Diimani Perempuan
dan Laki-laki. https://almanhaj.or.id/3059-perbedaan-yang-wajib-diimani.html
diakses pada tanggal 21 November 2019.
https://www.academia.edu/35149804/MAKALAH_SISTEM_SOSIAL_DAN_ET
NIS_ ALAM_MASYARAKAT. Diakses pada tanggal 21 November 2019.
https://dalamislam.com/info-islami/pergaulan-dalam-islam. Diakses pada tanggal
21 November 2019.
https://www.academia.edu/28920749/Tajuk_sistem_sosial_dalam_islam. Diakses
pada tanggal 21 November 2019.
https://radardepok.com/2019/09/ngobrol-pagi-mui-depok-seks-bebas-remaja-
berujung-pada-ims/. . Diakses pada tanggal 21 November 2019.
https://sukabumiupdate.com/detail/life/sehat/61273-6392-Warga-Kabupaten-
Sukabumi-Diperiksa-94-Positif-HIV. . Diakses pada tanggal 21 November 2019.
https://bali.tribunnews.com/2019/10/31/seks-bebas-remaja-di-karangasem-tinggi-
2019-tambah-20-orang-terjangkit-hivaids. . Diakses pada tanggal 21 November
2019.
https://faktualnews.co/2019/11/11/kasus-narkoba-di-jombang-marak-ini-ajakan-
ketua-gann/174851/. . Diakses pada tanggal 21 November 2019.