Anda di halaman 1dari 6

KOMPOSISI TUBUH

A. PENDAHULUAN

Tubuh manusia tersusun dari berbagai materi yang proporsinya relatif sama dengan
yang ada pada makhluk lainnya. Selama pertumbuhan dan perkembangan, komposisi tubuh
manusia dapat berubah dan hal ini menjadi sangat penting karena perubahan ini sangat erat
hubungannya dengan keadaan kesehatan seseorang. Itulah sebabnya keadaan kesehatan
seseorang terutama pada anak seringkali ditunjukkan dengan pengukuran salah satu dari
dimensi tubuh, misalnya berat badan. Akan tetapi berat badan hanya memberikan pengukuran
yang kasar dari massa tubuh yang terdiri dari berbagai jaringan yang berbeda-beda seperti
tulang otot, lemak dan organ dalam. Berat badan tidak memberiakn informasi yang adekuat
tentang distribusi jaringan atau kuantitas dari beberapa jaringan pada seorang individu.

Distribusi dan besar dari komponen jaringan primer dari massa tubuh akan diketahui
dengan mempelajari komposisi tubuh. Ada dua cara yang biasa digunakan untuk mempelajari
komposisi tubuh dari seseorang, yang pertama adalah secara biokimia yang dikenal dengan
model biokomia dan kedua adalah yang sering digunakan di klinik, pusat penelitian gizi, pusat
kesegaran jasmani dan lainnya, yang dikenal dengan two-Compartement Model atau model
dua kompartemen.

B. MODEL BIOKIMIA DAN DUA KOMPARTEMEN

Secara biokimia, tubuh manusia utamanya terdiri dari 4 bagian : air, protein, mineral dan
lemak. Rumus yang digunakan untuk ini adalah :

Berat Badan = air + protein + mineral + lemak

Yuliana Wulandari
FKM-K3
UPRI Page 1
Distribusi dari keempat komponen ini menurut berat badan dan berat tanpa lemak (fat-
free mass) dapat dilihat dari tabel berikut:

Komposisi Tubuh Komposisi sebagai prosentasi dari berat badan berat


tanpa lemak

Air 62.4 - 73.8


Protein 16.4 - 19.4
Lemak 15.3 -
Mineral 5.9 - 6.8
Berat tanpa lemak 84.7 -

Tabel 1. Komposisi relatif dari laki-laki dewasa muda dengan BB 65,3 kg

Hasil ini diperoleh secara langsung dari pengukuran komposisi tubuhsecara in vitro
melalui prosedur laboratorium. Walaupun referensi yang ada saat ini sangat bermanfaat akan
tetapi masih terbatas oleh karena data ini hanya diperoleh dari analisa biokimia dari sejumlah
kecil individu yang tidak mewakilisebagian besar orang.

Di lain pihak diperkenalkan juga model yang membagi komposisi tubuh ke dalam dua
bagian besar (kompartemen). Pembagian adalah lean body mass atau fat free masss (berat
tanpa lemak) dan fat mass (berat lemak). Fat free mass disingkat menjadi FFM dan fat mass
disingkat FM. Dan kedua bagian besar ini diberikan dalam rumus sebagai berikut:

Berat Badan = FFM + FM

FM sangat dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan aktifitas fisik, sehingga ini disebut
dengan bagian dari komposisi tubuh yang labil. Bagian ini yang juga banyak sekali menarik
perhatian oleh karena jumlah yang berlebihan komponen merupakan suatu faktor penghambat
dari penampilan kerja dan merupakan factor resiko dari kesehatan. Obesitas
(kegemukan)berpengaruh secara negatif terhadap penampilankerja dan beberapa penyakit
(seperti penyakit diabetes dan jantung) dan diduga dapat mempercepat kematian.
Model dengan dua kompartemen di atas memberikan jumlah lemak total. Akan tetapi
hanya memberikan informasi yang sedikit tentang jaringan tubuh yang spesifik. Misalnya saja
FFM tidak dapat membedakan tulang, otot dan organ dalam. Juga informasi tentang distribusi
local atau perkembangan jaringan dalam tubuh yang penting diketahui untuk mempelajari
perubahan komposisi, tempat perubahan dan perbedaan kelamin dalam komposisi tubuh untuk
pertumbuhan dan pematangan tidak dapat diketahui.
Yuliana Wulandari
FKM-K3
UPRI Page 2
Komposisi tubuh seringkali didefenisikan sebagai ratio dari FM/FFM yang sering disebut
dengan presentasi lemak tubuh (% body fat). Jaringan lemak (FM) mengandung air 14 %,
sedikit sekali mengandung elektrolit potassium, dan diduga mempunyai densitas 0,90 g/cm3.
FFM umumnya terdiri dari tulang, otot dan jaringan bebas lemak lainnya dan air dalam tubuh.
Komposisi kimia diduga relatif konstan dengan kandungan air 72% - 74%, kandungan
potassium 60-70 mmol/kg pada pria dan 50-60 mmol pada wanita, dengan densitas 1,10 g/cm3
pada temperatur tubuh yang normal. Akan tetapi beberapa faktor dapat mempengaruhi densitas
dari FFM ini. Misalnya umur (pada anak-anak lebih kurang disbanding orang dewasa, dan
densitas tulang meningkat pada usia tua, terutama pada mereka yang menderita osteoporosis).
Disamping itu, tingkat kebugaran juga mempengaruhi densitas ini (atlit lebih besar densitas
tulang dan ototnya).

C. METODE ESTIMASI KOMPONEN TUBUH

Umumnya metode yang digunakan dalam mengestimasi komposisi tubuh pada makhluk
hidup (in vivo=living individual) adalah secara tidak langsung (indirect). Dalam model dua-
kompartemen, baik FFM dan FM diestimasi melalui pengurangan. Jadi FM adalah berat badan
dikurangi FFM dan FFM adalah berat badan dikurangi FM.

Beberapa metode yang digunakan untuk mengestimasi komposisi tubuh secara in vitro :

1. Densitometry
Densitometry adalah mengukur komposisi tubuh dengan mengukur densitas dari seluruh
tubuh. Densitas diberikan dengan massa tubuh per volume, yang umumnya diperoleh
melalui pengukuran underwater weighing (pengukuran di bawah air).
2. Underwater weighing
Underwater weighing adalah teknik yang paling banyak digunakan untuk mengukur
densitas seluruh tubuh. Teknik ini didasarkan atas prinsip Archimedes yaitu jumlah
volume yang dicelupkan ke dalam air ke dalam suatu bejana sama dengan volume air
yang keluar dari bejana tersebut.

3. Isotop Dilution
Isotop Dilution adalah teknik yang digunakan untuk mengukur jumlah air total dalam
tubuh. Dengan teknik ini, salah astu isotop seperti tritium (3 H2O) dan deuterium (2H2O)

Yuliana Wulandari
FKM-K3
UPRI Page 3
disuntikkan ke dalam darah dan dalam beberapa lama isotop ini akan berada di seluruh
kompartemen yang berisi cairan (FFM). Dengan mengetahui FFM mengandung air
kurang lebih sebesar 73,2% maka jumlah air totaldapat diestimasi.

4. Elektrikal Conductance
Elektrikal Conductance, digunakan untuk mengukur komposisi tubuh berdasarkan
perbedaan yang terlihat dari kandungan elektrolit dari jaringan lemak dan bebas lemak.
Beberapa elektrolit seperti sodium, chloride, potassium dan bikarbonat ditemukan
terutama pada jaringan bebas lemak, sedangkan pada jaringan lemak sangat sedikit.
Oleh karena elektrolit pada cairan tubuh dapat dialiri oleh listrik, jaringan bebas lemak
mempunyai aliran elektrit yang lebih besar disbanding jaringan lemak. Jadi, metode ini
menggunakan metode dua-kompartemen

5. Bioelektrolit Impedance
Bioelektrolit Impedance Analysis adalah suatu alat elektronik yang dapat mengukur
perubahan aliran yang melewati tubuh melalui 4 elektroda yang ditempatkan di kaki dan
tangan. Dengan menggunakan 50 kHz dan 800 IA, tidak berbahaya dan tidak dirasakan
oleh subjek. Resisten dari tubuh terhadap aliran ini yang diukur oleh alat ini.

6. Dual-energy x-ray Absorptiometry


Dual-energy x-ray Absorptiometry adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
densitas mineral dari tulang. Alat ini mempunyai presisi yang tinggi untuk mengukur
densitas mineral tulang.

7. Computerized Tomography
Computerized Tomography adalah suatu teknik yang digunakan untuk dapat mengukur
tubuh secara detail melalui pemotongan secara kros-seksional. Pengukuran dilakukan
dengan menggunakan perbedaan dari transmisi x-ray melalui jaringan tubuh yang
berbeda densitasnya. Akan tetapi alat ini lebih utama digunakan untuk mendiagnosa
suatu penyakit dibanding pengukuran komposisi tubuh.

8. Ultrasound

Yuliana Wulandari
FKM-K3
UPRI Page 4
Ultrasound adalah alat yang paling banyak digunakan di klinik dengan menggunakan
tranducer.
Tranducer ini yang merubah energi listrik ke dalamsuara frekuensi tinggi dan merubah
kembali suara tinggi tadi ke dalam energi listrik. Apabila tranducer ini ditempatkan pada
suatu permukaan tubuh, ultrasound (suara frekuensi tinggi) disampaikanke dalam tubuh
dalam setiap bagian tubuh yang ditangkap oleh tranducer berbeda-beda. Hasil yang
ditangkap oleh tranducer ini dapat dilihat pada sebuah layar.

9. Antropometri
Antropometri adalah pengukuran dari berbagai dimensi fisik tubuh dan komposisi tubuh
secara kasar pada beberapa tingkat umur dan tingkat gizi.

D. DISTRIBUSI LEMAK TUBUH

Pengukuran antropometri yang paling mudah dan palng sering dihubungkan dengan komposisi
tubuh, setelah berat badan adalah pengukuran body mass indeks (BMI) atau indeks massa
tubuh (IMT). Dengan pengukuran ini, hanya bisa dikategorikan kurus, normal dan gemuk. Di
bawah ini adalah tabel untuk mengetahui kategori dari BMI yang digunakan di Indonesia untuk
menentukan keadaan seseorang.

Rumus :BMI = BB(Kg)/TB(m2)

BMI/IMT RESIKO

< 16,5 Sangat kurus, resiko tinggi

16,5 18,49 Kurus, resiko sedang

18,5 24,9 Normal, sangat rendah resiko

25 -26,9 Obesitas ringan,resiko ringan

27 30 Obesitas sedang, resiko sedang

> 30 Obesitas berat, resiko sangat tinggi

Yuliana Wulandari
FKM-K3
UPRI Page 5
Untuk mengetahui lebih jauh tentang komposisi tubuh diperlukan pengukuran sederhana
yang bisa melihat distribusi lemak dalam tubuh. Distribusi lemak dalam tubuh ini berhubungan
erat dengan akibat yang ditimbulkan oleh obesitas. Tempat dimana lemak tersimpan dalam
tubuh sebenarnya lebih penting daripada jumlah total lemak dalam tubuh. Distribusi lemak
tubuh dapat diklasifikasi ke dalam dua tipe, yaitu type upper body/android/male (pria) dan type
lower body/gynoid/female (wanita). Seorang penderita obesitas dengan proporsi lemak yang
lebih besar tersebar di bagian upper body (tubuh bagian atas) utamanya perut dibanding
lemak yang tersebar di bagian paha dan tungkai (lower body) disebut dengan obesitas type
android. Sebaliknya, penderita yang mempunyai proporsi lemak yang lebih besar pada bagian
paha dan tungkai bawah disebut dengan obesitas type gynoid. Obesitas type android umumnya
terlihat pada pria sedangkan type ginoid lebih banyak ditemukan pada wanita.
Salah satu cara untuk mengetahui distribusi lemak dalam tubuh adalah dengan mengukur ratio
lingkar perut/pinggang dan lingkar panggul atau disebut juga waist to hip ratio (WHR) dan ini
merupakan indicator yang baik digunakan untuk menentukan resiko kesehatan.
WHR dapat dikalkulasi dengan membagi lingkar pinggang dengan lingkar panggul. Nomogram
tersedia untuk memudahkan perolehan hasil dan ratio ini.

Metode yang paling sering digunakan dalam mengestimasi persen lemak tubuh di klinik
atau survei di masyarakat adalah pengukuran skinfold (ketebalan dari dua sisi kulit ditambah
dengan penekanan jaringan lemak di bawah kulit). Beberapa keuntungan dari pengukuran
skinfold disbanding dengan pengukuran mutakhir yang tersedia adalah murahnya alat yang
digunakan dan tidak memerlukan ruang yang besar, pengukuran sangat mudah dan cepat, dan
bila dilakukan pengukuran denganbaik, maka akan memberikan niali yang hampir sama dengan
pengukuran yang dilakukan dengan metode penimbangan di bawah air (underwater weighing).

Yuliana Wulandari
FKM-K3
UPRI Page 6

Anda mungkin juga menyukai