Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ETIKA ADVOKASI MEMBANGUN ALIANSI JEJARING ADVOKASI

Sub Tema :
1. Pengertian Jaringan Advokasi
2. Tujuan Jaringan Advokasi
3. Manfaat Membangun Jaringan
4. Tahap Membangun Jaringan
5. Teknik Melestarikan Jaringan
6. Keuntungan dan Kerugian Melakukan Jejaring
7. Penerapan Jejaring Sosial Bagi Petugas Kesehatan
8. Hambatan Dalam Penerapan Jejaring

Disusun oleh:
Kelompok 9
1. Diva Annelis Ladjamba (SA22010)
2. Eka Anggraeni Rajima (SA22011)
3. Feby Indri Vionita Ellu (SA22013)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALA KESELAMATAN PALU


PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI KESEHATAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua berupa ilmu. Berkat
rahmat dan karunia-Nya pula kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
ini dengan baik tepat pada waktunya.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Advokasi
Kebijakan Kesehatan dengan judul "Membangun Aliansi Jejaring Dalam
Advokasi Kesehatan" dengan harapan makalah ini dapat memberikan tambahan
wawasan bagi kami dan bagi para pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Sri Purwaningsih.SKM,.M.Kes
selaku Dosen pengampu pada mata kuliah Advokasi Kebijakan Kesehatan, yang
telah memberikan arahan terkait tugas makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Maka dari itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun
kemampuan kami, agar kedepannya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi.
Semoga hal yang kami sampaikan dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, dan bagi kami khususnya
sebagai penulis.

Palu. 1 September 2023

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

Cover................................................................................................................
Kata pengantar...............................................................................................ii
Daftar isi..........................................................................................................iii
Bab I pendahulan............................................................................................1
1.1 Latar belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan masalah ...............................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................2
Bab II landasan teori......................................................................................3
2.1 Pengertian Jaringan Advokasi............................................................3
2.2 Tujuan Jaringan Advokasi...................................................................5
2.3 Manfaat Membangun Jaringan............................................................6
2.4 Tahap Membangun Jaringan...............................................................6
2.5 Teknik Melestarikan Jaringan.............................................................9
2.6 Keuntungan dan Kerugian Melakukan Jejaring..................................10
2.7 Penerapan Jejaring Sosial Bagi Petugas Kesehatan.............................11
2.8 Hambatan Penerapan Jejaring..............................................................12
Bab III penutup...............................................................................................15
3.1 Kesimpulan..........................................................................................15
3.2 Saran....................................................................................................15
Daftar Pustaka................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Advokasi selalu dimulai dengan tujuan, dan jaringan atau koalisi berada
dalam konteks advokasi. Pembentukan jejaring atau koalisi dalam advokasi
kesehatan merupakan bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan yang disepakati
bersama dalam kebijakan- kebijakan peraturan dan hukum yang ada terkait isu
masalah kesehatan. Membangun jejaring pada hakekatnya adalah sebuah proses
membangun komunikasi atau hubungan, berbagi ide. informasi dan sumber daya
atas dasar saling percaya (trust) dan saling menguntungkan diantara pihak-pihak
yang bermitra yang dituangkan dalam bentuk nota kesepahaman atau kesepakatan
guna mencapai kesuksesan bersama yang lebih besar.
Perlu diketahui bahwa membangun jaringan sangat diperlukan agar pekerjaan
advokasi menjadi lebih efektif. Akan tetapi tidak semua perserta setuju atau
menyadari hal ini. Mungkin saja peserta sama sekali tidak dapat melihat kaitan
antara isu yang mereka tangani dengan jaringan. Atau mungkin mereka
mengetahui pentingnya membangun jaringan, tetapi merasa bahwa di organisasi
mereka sudah terlalu banyak tantangan yang harus dihadapi sehingga tidak ada
kesempatan untuk melakukan pekerjaan lain. Mereka mungkin juga menentang
identitas atau tujuan kelompok lain yang ada di jaringan tersebut. Serta mungkin
mereka merasa tidak memiliki keahlian atau pengetahuan yang diperlukan tentang
kelompok lain yang ada di jaringan tersebut.
Berdasarkan penjelasan diatas, sebelum membentuk sebuah jaringan maka
perlu mempelajari materi tentang membangun jaringan advokasi terlebih dahulu.
Tujuannya adalah agar suatu kelompok organisasi atau individu tersebut tertarik
untuk membentuk sebuah jaringan. Apabila para anggota kelompok telah tertarik
dengan hal tersebut, maka diharapkan diskusi mengenai membangun jaringan
dapat dilanjutkan dan berjalan lancar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

iv
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan jejaring advokasi?
2. Apa tujuan dari jejaring advokasi?
3. Apa manfaat dari jejaring advokasi?
4. Bagaimana tahap membangun jejaring advokasi ?
5. Bagaimana teknik melestarikan jejaring?
6. Apa saja keuntungan dan kerugian melakukan jejaring
7. Bagaimana penerapan jejaring sosial bagi petugas kesehatan ?
8. Apa saja hambatan dalam penerapan jejaring?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi, tujuan, manfaat serta teknik jejaring advokasi.


2. Untuk mengetahui tahapan membangun jejaring advokasi.
3. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian melakukan jejaring
4. Untuk mengetahui penerapan jejaring sosial bagi petugas kesehatan.
5. Untuk mengetahui hambatan dalam penerapan jejaring

v
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Jaringan Advokasi
Jaringan advokasi adalah kelompok-kelompok organisasi maupun perorangan
yang bekerjasama untuk mencapai perubahan dalam kebijakan hukum dan
program untuk suatu isu atau masalah tertentu. Jejaring bersifat universal, hampir
setiap orang menjadi anggota satu atau lebih jejaring baik formal maupun
informal. Setiap anggota kelompok, memiliki kesamaan dengan anggota
kelompok lainnya.
Jaringan advokasi terkadang menjadi inti dari suatu kelompok yang peduli atau
mendukung suatu alasan atau aksi. Dengan jejaring, memungkinkan bekerjasama,
berkolaborasi, dan berbagi keahlian untuk mempengaruhi kebijakan. Jejaring yang
efektif adalah yang terorganisir. memiliki identitas kelompok, berfungsi sesuai
prosedur, dan norma yang dapat menciptakan pembuatan keputusan yang berguna
dan bermanfaat. Jaringan sering disebut sebagai aksi kelompok bersama,
kelompok kerja, gugus tugas, koalisi, aliansi, dan lain-lain.
Jaringan sering dibangun berdasarkan lokasi geografis (lokal, subregional,
regional, internasional), dan beranggotakan organisasi-organisasi, individu-
individu atau kombinasi keduanya. Beberapa jaringan dibuat sebagai alat untuk
berbagi informasi, membangun solidaritas, memobilisasi sumber daya, sementara
jaringan yang lain dibangun berdasarkan isu atau tema-tema tertentu, dan dapat
bersifat sementara, tergantung pada sifat aktivitas yang mereka lakukan.
Jaringan dapat bersifat informal atau formal. Perbedaannya, jaringan formal
memiliki struktur koordinasi resmi, sementara yang informal tidak. Terdapat
perbedaan besar antara jaringan yang sangat informal dan jaringan yang sangat
formal. Struktur suatu jaringan bergantung pada banyak faktor, yang paling
penting adalah:
 Apa yang ingin dicapai oleh jaringan Anda?
 Sumber daya apa yang Anda miliki (waktu, uang dan manusia); dan
 Bagaimana anggota Anda menginginkan jaringan tersebut diorganisasir?

vi
Adapun karakteristik Jejaring, meliputi :
1. Sekelompok orang atau individu bersama mencapai tujuan atau minat
yang sama
2. Wahana tukar pikiran (belajar bersama), berkomitmen, berbagi tujuan
(cara kerja)
3. Bentuk komunikasi baik
4. Berkomitmen berbagi tanggung jawab
5. Keanggotaan, berbagi tujuan dan cara kerja
Aset terpenting yang dimiliki jaringan advokasi adalah infomasi dan
komunikasi. Informasi disebarkan untuk mengubah persepsi dan preferensi aktor
dan pada akhirnya perilaku mereka. Informasi selalu merupakan komponen
penting dari taktik kampanye konvensional dan tidak konvensional, termasuk
pendidikan dan pengembangan kapasitas, hubungan masyarakat, petisi, lobi, dan
boikot produk atau produsen.
Jaringan advokasi menggunakan informasi dalam tiga cara berbeda. Pertama,
mereka menghasilkan dan menyebarkan informasi baru atau berbeda untuk
mengubah logika yang mendasari masalah kebijakan. Informasi tersebut dapat
merevisi evaluasi kebijakan yang ada, meningkatkan biaya opsi kebijakan yang
tidak diinginkan, atau mengubah pandangan publik tentang aktor kunci. Kedua,
informasi dapat menarik perhatian pada isu-isu baru atau membingkai ulang isu-
isu yang ada dengan cara yang beresonansi dengan audiens yang lebih besar: ini
sering melibatkan penggunaan simbol, pertunjukan, dan narasi secara kreatif.
Ketiga, jaringan advokasi menggunakan informasi untuk mendapatkan dukungan
dari sekutu yang tidak dapat dimanfaatkan sendiri oleh anggota jaringan individu.
Keberhasilan dan taktik jaringan advokasi sangat bergantung pada sistem
pemerintahan di mana mereka beroperasi. Sifat hubungan negara-masyarakat
(akomodasi atau represi). luasnya institusi demokrasi langsung (inisiatif,
referendum, dan recall), sistem pemilihan (mayoritas atau proporsional),
keterbukaan proses pembuatan kebijakan, dan akses ke pemimpin politik secara

vii
signifikan mempengaruhi hasil. upaya jaringan advokasi. Ketika jaringan
advokasi menemui hambatan di tingkat domestik, mereka dapat memperluas
upaya mereka ke tingkat regional atau internasional.
Berjejaring bukan hanya pertukaran informasi dengan orang lain dan tentunya
bukan tentang meminta bantuan. Jaringan adalah tentang membangun dan
memelihara hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dengan orang
yang kamu temui.

2.2 Tujuan Jaringan Advokasi


Aset terpenting yang dimiliki jaringan advokasi adalah infomasi dan
komunikasi. Informasi disebarkan untuk mengubah persepsi dan preferensi aktor
dan pada akhirnya perilaku mereka. Informasi selalu merupakan komponen
penting dari taktik kampanye konvensional dan tidak konvensional, termasuk
pendidikan dan pengembangan kapasitas, hubungan masyarakat, petisi, lobi, dan
boikot produk atau produsen.
Jaringan advokasi menggunakan informasi dalam tiga cara berbeda. Pertama,
mereka menghasilkan dan menyebarkan informasi baru atau berbeda untuk
mengubah logika yang mendasari masalah kebijakan. Informasi tersebut dapat
merevisi evaluasi kebijakan yang ada, meningkatkan biaya opsi kebijakan yang
tidak diinginkan, atau mengubah pandangan publik tentang aktor kunci. Kedua,
informasi dapat menarik perhatian pada isu-isu baru atau membingkai ulang isu-
isu yang ada dengan cara yang beresonansi dengan audiens yang lebih besar: ini
sering melibatkan penggunaan simbol, pertunjukan, dan narasi secara kreatif.
Ketiga, jaringan advokasi menggunakan informasi untuk mendapatkan dukungan
dari sekutu yang tidak dapat dimanfaatkan sendiri oleh anggota jaringan individu.
Keberhasilan dan taktik jaringan advokasi sangat bergantung pada sistem
pemerintahan di mana mereka beroperasi. Sifat hubungan negara-masyarakat
(akomodasi atau represi). luasnya institusi demokrasi langsung (inisiatif,
referendum, dan recall), sistem pemilihan (mayoritas atau proporsional),
keterbukaan proses pembuatan kebijakan, dan akses ke pemimpin politik secara
signifikan mempengaruhi hasil. upaya jaringan advokasi. Ketika jaringan

viii
advokasi menemui hambatan di tingkat domestik, mereka dapat memperluas
upaya mereka ke tingkat regional atau internasional.
Berjejaring bukan hanya pertukaran informasi dengan orang lain dan tentunya
bukan tentang meminta bantuan. Jaringan adalah tentang membangun dan
memelihara hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dengan orang
yang kamu temui.

2.3 Manfaat Membangun Jaringan


Berjejaring adalah sebuah cara untuk membangun kerja sama nasional,
regional atau internasional yang dapat memperkokoh hasil dari segala aktivitas
yang dikerjakan oleh organisasi berbasis komunitas. Di dalam istilah yang lebih
populer, jaringan memiliki efek sinergi. Sinergi berarti bahwa total efek dari hal-
hal yang dilaksanakan bersamasama lebih besar dari pada total tindakan
individual. Adapun manfaat membangun jejaring adalah:
1. Mencapai sesuatu bersama yang tidak dapat dicapai sendirian.
2. Memperkuat advokasi kesehatan
3. Memengaruhi orang lain yang berada di luar maupun di dalam jaringan
4. Memperluas pemahaman terhadap suatu isu masalah kesehatan dengan
mengumpulkan konstituen yang berbeda-beda.
5. Berbagi pekerjaan.
6. Mengurangi atau mencegah pengulangan kegiatan dan menghemat sumber
daya
7. Meningkatkan pertukaran ide, pendapat pengalaman, dan keterampilan.
8. Menimbulkan rasa solidaritas, dukungan moral dan psikologis
9. Dalam situasi tertentu, dapat memobilisasi sumber daya keuangan.

2.4 Tahap Membangun Jaringan


Tahap 1 : Menyiapkan pernyataan tujuan
Pernyataan Tujuan adalah sebuah pernyataan yang jelas dan telah disetujui
oleh semua anggota jaringan tentang keberadaan jaringan tersebut, nilai-nilai yang
terkandung dalam jaringan tersebut dan hal-hal yang ingin dicapai oleh jaringan
tersebut. Pernyataan tujuan sering menjadi deskripsi tentang jaringan Anda
kepada publik, sehingga pernyataan tersebut harus akurat dan dapat diterima.

ix
Pernyataan tersebut harus sederhana, singkat, dan cukup luas agar dapat didukung
oleh berbagai macam organisasi dan/atau individu. Pentingnya untuk menjaga
agar jaringan tersebut tetap pada satu tujuan harus selalu ditekankan. Usaha-usaha
untuk berpindah jalur dapat mengakibatkan usaha-usaha yang terpisahpisah dan
pada akhirnya, kegagalan.
Tahap 2: Tentukan tujuan jangka panjang dan jangka pendek
Dengan tujuan yang jelas, Anda akan memiliki gambaran yang jelas tentang
apa yang ingin dicapai oleh jaringan Anda. Pertama Anda harus membedakan
antara tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan Jangka Panjang
adalah suatu pernyataan yang luas yang mendeskripsikan perubahanperubahan
yang ingin Anda capai dari tindakan yang Anda lakukan. Tujuan Jangka Pendek
adalah pernyataan yang spesifik dan terukur dari perubahan yang ingin dicapai
oleh sebuah jaringan atau organisasi dalam waktu tertentu.
Tahap 3: Membuat rencana kerja
Setelah menulis pernyataan tujuan dan menentukan tujuan jangka panjang
dan jangka pendek. Anda perlu membuat rencana kerja. Sebuah rencana kerja
adalah tahapan-tahapan tertentu yang dikembangkan untuk mencapai tujuan-
tujuan tertentu. Sebuah rencana kerja paling tidak harus meliputi:
1. Menentukan kegiatan yang perlu untuk dilakukan untuk mencapai tujuan.
2. Menentukan sumber daya yang akan dipakai.
3. Memberikan tanggung jawab atas kegiatan kepada orang-orang di
organisasi Anda.
4. Menetapkan tenggat waktu untuk tindakan-tindakan yang harus
dilakukan.
5. Menerapkan, mengawasi dan mengevaluasi

Tahap 4: Menetapkan peraturan dasar


Pada awal proses pembangunan jaringan, sangat penting untuk membahas
tentang bagaimana anggota jaringan saling berinteraksi. Banyak jaringan yang
mengembangkan "Peraturan Dasar" dan sepakat untuk mematuhinya dalam setiap
pertemuan dan bentuk interaksi antar anggota jaringan lainnya.
Peraturan dasar dapat menciptakan ruang yang aman bagi anggota jaringan
untuk saling bekerjasama. Sebuah lingkungan yang aman dan saling

x
menguntungkan harus dikembangkan dan dipelihara sepanjang keberadaan
jaringan tersebut. Hal ini perlu dilakukan dalam pembangunan jaringan karena
individu-individu yang ada di dalam jaringan merupakan wakil dari kelompok
yang lebih besar. Rasa curiga dan tidak percaya akan menurunkan produktivitas,
partisipasi dan mengisolasi anggota-anggota jaringan.
Tahap 5: Menentukan proses pembuatan keputusan
Setiap jaringan perlu untuk menetapkan tugas atau serangkaian tugas yang
disetujui bersama. Hal ini tentu saja memerlukan pembuatan keputusan.
Memutuskan bagaimana keputusan-keputusan tersebut akan dibuat akan
memberikan gambarantentang partisipasi anggota dalam jaringan tersebut dan
membangun kepercayaan dalam prosesnya. Pembahasan tentang bagaimana
anggota jaringan membuat keputusan pada awal terbentuknya jaringan akan
membantu kelompok, tidak hanya untuk menentukan tata cara operasional
kelompok tersebut tetapi juga mengurangi konfliktyang mungkin terjadi apabila
peraturan tidak jelas dan tidak ditegakkan.
Tahap 6: Siapkan rencana komunikasi
Tantangan terbesar bagi kebanyakan jaringan adalah komunikasi yang efektif
penyampaian dan penerimaan informasi yang sesuai jadwal. Komunikasi yang
baik merupakan hak yang sangat penting bagi sukses atau tidaknya suatu jaringan.
Untuk komunikasi resmi di dalam jaringan, Anda dapat melakukan
pertemuanrutin dan/atau newsletter sebagai alat komunikasi utama. Pilihan
lainnya, yang juga memiliki fungsi yang sama, adalah faks, e-mail, surat, telepon,
telekonferensi, atau memo yang melaporkan perkembangan terakhir darisatu
divisi ke divisi lain atau antar anggota. Apapun cara yang Anda pakai, buatlah
suatu prosedur tetap untuk sirkulasi informasi yang harus segera disampaikan
kepada semua yang memerlukannya agar mereka dapat bekerja secara efektif.
Tahap 7: Pilih satu struktur organisasi
Menentukan suatu struktur yang tepat untuk jaringan Anda akan menjadi
suatu pencapaian yang besar dalam pengembangan jaringan Anda. Sebuah
jaringan yang resmi merupakan struktur yang jauh lebih rumit daripada
serangkaian kotak dan garis yang diatur dengan rapi dalam tabel organisasi.
Struktur organisasi mencerminkan cara sebuah jaringan dalam menyampaikan

xi
program dan layanannya serta mencapai tujuannya. Ada beberapa prinsip yang
memandu pembuatan struktur jaringan.

Tahap 8: Memastikan ketersediaan sumber daya


Apa yang dapat dilakukan oleh sebuah jaringan dan cara anggota jaringan
bekerjasama sangat bergantung pada sumber daya jaringan tersebut. Anda perlu
membuat perkiraan yang akurat tentang ketersediaan sumber daya bagi jaringan
Anda. Jika tidak, secara tidak langsung Anda akan menyabotase usaha Anda
sendiri, atau menghilangkan hasil yang ingin anda capai. Pada umumnya, ada tiga
macam sumber daya, uang, manusia dan jasa.

2.5 Teknik Melestarikan Jaringan


Setiap individu, kelompok atau institusi lembaga selalu menginginkan agar
jaringan kemitraan yang telah dirintis dan dikembangkan menjadi jaringan
kemitraan yang lestari selamanya dan memberikan manfaat bagi kedua belah
pihak. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melestarikan jaringan
kemitraan tersebut diantaranya:
1. Memberikan informasi yang up to date
Dengan informasi yang diberikan secara terus menerus, maka mitra kerja
sebagai bagian dari jaringan kemitraan merasa diperhatikan eksistensinya
sehingga akan memberikan respon sebagai bagian dari rasa keterkaitan
dengan kita.
2. Memberikan progress report tentang perkembangan program yang
dikembangkan bersama.
Progress report sangat penting artinya, karena melalui progress report maka
Program yang dikembangkan bersama dapat diketahui perkembangannya.
Dengan mengetahui perkembangan program yang dikelola oleh anggota
jaringan kemitraan, maka akan timbul ide-ide baru untuk perkembangan
program selanjutnya.
3. Diskusi dan pertemuan
Kegiatan diskusi atau pertemuan antar anggota jaringan kemitraan diperlukan
untuk lebih mempererat hubungan kerja, juga untuk menjaring ide, gagasan

xii
baru atau pemecahan masalah yang dimungkinkan dapat dilakukan bersama
sesuai dengan tugas masing-masing. Dengan cara ini mereka merasa ada hal
yang memang diharapkan dari masing-masing anggota jaringan, sehingga
kedudukan mereka dalam jaringan kemitraan sungguh berarti. Dengan
demikian akan muncul rasa bangga dari masing-masing anggota, karena dari
ide mereka program itu muncul, atau masalah itu dapat dipecahkan.
4. Kunjungan berkala
Kunjungan berkala dimaksud adalah upaya untuk saling mengunjungi tempat
usaha, tempat kegiatan, tempat program berlangsung secara bergantian.
Dengan cara tersebut maka akan timbul hubungan yang kuat antar anggota.
Dengan demikian akan muncul kegiatan tindak lanjut untuk saling
mengunjungi dan akhirnya lebih mengekalkan hubungan jaringan kemitraan
yang telah dibina.
5. Pendekatan individual/informal
Hubungan jaringan kemitraan hendaknya jangan hanya didasarkan pada
hubungan formal /kedinasan, akan lebih baik dan lebih solid apabila ada
hubungan "individual" di luar hubungan kedinasan. Dengan hubungan
informal ini biasanya segala masalah, ide dan gagasan akan lebih lancar,
sehingga semua respon akan mudah muncul dan akhirnya mempermudah
peningkatan hubungan kerja. Tetapi hubungan individual ini jangan diartikan
sebagai hubungan untuk keperluan individu sehingga membelokkan arah dari
upaya pengembangan lembaga menjadi pengembangan urusan pribadi.

2.6 Keuntungan dan Kerugian Melakukan Jejaring


a) Keuntungan
Keuntungan dalam berjejaring sosial dalam mencari kemitraan dari institusi
atau sekelompok individu untuk mencapai tujuan yang sama adalah sebagai
berikut:
1. Memperluas dukungan.
2. Menyediakan keamanan dan upaya advokasi.
3. Memperbesar sumber daya dengan meningkatkan financial dan
sumber daya pro.

xiii
4. Meningkatkan kredibilitas dan pengaruh upaya advokasi.
5. Membantu penciptaan lapangan kepemimpinan baru
6. Membantu dalam jaringan individu dan organisasi.
b) Kerugian
Beberapa kerugian yang didapatkan dalam melakukann jejaring, yaitu:
1. Kewajiban tidak terbatas.
Sebuah jejaring kerja sama umumnya memiliki kewajiban yang tidak
terbatas. Hal ini mengharuskan kelompok jejaring bertanggung jawab
atas kewajibannya bahkan jika harus mengatasinya dengan kekayaan
pribadi.
2. Saling ketergantungan.
Misalnya, kesalahan dan keputusan yang buruk oleh salah satu mitra
dapat merusak kepentingan mitra lainnya dan dianggap sebagai tanggung
jawab mereka semua. Untuk alasan ini, penting untuk memilih kelompok
jejaring dengan hati-hati.
3. Keputusan lebih lama.
Pengambilan keputusan ketika melakukan kerja sama memakan waktu
lebih lama. hal ini karena setiap kelompok jejaring perlu berdiskusi
sebelum mengambil keputusan. Dan itu bisa berakhir dengan jalan buntu
jika perselisihan muncul.
4. Ketidaksetaraan keuntungan.
Dalam melakukan jejaring, umumnya anggota individu tidak
mendapatkan keuntungan dari hasil kerja sedangkan mitra senior
mendapatkan bagian yang lebih besar.
5. Potensi konflik
Sebagaimana umumnya sebuah interaksi, sebaik mungkin hubungan
seseorang, potensi konflik tidaklah mungkin untuk dihilangkan. Hal ini
akan semakin besar pada kondisi ketika dalam menjalankan kerja sama
mengalami setress maka konflik dapat terjadi.

2.7 Penerapan Jejaring Sosial Bagi Petugas Kesehatan

xiv
Jejaring sosial kesehatan merupakan suatu jaringan kerjasama aktif antara
berbagai pihak meliputi lintas program, lintas sektor, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, institusi pendidikan, pihak swasta serta mitra potensial lain yang
ditujukan untuk mengatasi masalah terkait kesehatan. Penerapan jejaring sosial
pada petugas kesehatan dengan menjalin kerja sama (kemitraan)

Menjalin kerja sama dengan stakeholder stakeholder kesehatan atau institusi


lain dalam bidang yang sama untuk mencapai tujuan yang sama. Seseorang
petugas kesehatan yang melakukan jejaring sosial harus memiliki kualitas pribadi
dalam fasih berbicara, pendengar yang baik, senang bekerja dengan berbagai
tingkatan masyarakat dan bersedia untuk dilatih serta terbuka bagi peningkatan
profesional.
Mekanisme dalam kerja jejaring yaitu dengan pertemuan rutin, komunikasi
reguler. ada informasi dasar, website dan fasilitasi kapasitas sumber daya
manusia. Tingkatan interaksi anggota jejaring yaitu dimana mitra terbatas, antara
mitra saling berbagi informasi, mitra saling berbagi SDM, dan mitra saling
berbagi sumber daya finansial
Media sosial dapat menjadi alat yang unggul dengan jangkauan dan
interaktivitas luas, menggunakan media sosial dapat meningkatkan akses
masyarakat terhadap informasi kesehatan dan membangun jejaring sosial dengan
individu bersama maupun kelompok.

2.8 Hambatan Penerapan Jejaring


Jejaring yang dilakukan tidak selalu berjalan dengan baik pasti ada hal yang
belum baik dalam proses menjalin kerja sama ataupun koalisi dengan individu
bersama maupun kelompok lain, hambatan-hambatan yang mungkin dihadapai
pada penerapan jejaring sebagai berikut.
1. Tidak akomodatif
Akomodatif adalah sikap seseorang yang dapat menyesuaikan dirinya
baik dalam lingkungan ataupun pergaulan. Seseorang yang memiliki sifat
akomodatif akan lebih mudah melakukan jejaring karena dapat
menyesuaikan dirinya pada lingkungan kerja sama yang baru ia jalankan.

xv
Sedangkan seseorang yang tidak akomodatif cenderung egois, berpikiran
sempit dan sulit berdialog karena dirinya tidak mampu menempatkan
pada suasana baru sehingga akan sulit untuk melanjutkan suatu kerja
sama.
2. Kurangnya kepercayaan antar anggota jejaring
Pada dasarnya, hambatan ini terjadi karena anggota jejaring tidak
bersedia menampilkan sisi rentannya kepada sesama anggota jejaring.
Mereka tidak mau terbuka mengenai kelemahan dan kekurangan diri,
kesalahan yang dilakukan, serta kebutuhan untuk meminta bantuan
rekan-rekannya. Keadaan ini membuat suatu kelompok jejaring kesulitan
untuk membangun kepercayaan yang merupakan fondasi penting dalam
kerja sama anggota.
3. Ketakutan terhadap konflik
Kelompok jejaring yang tidak saling percaya satu sama lain, tidak akan
bersedia untuk terlibat dalam konflik yang terbuka dan konstruktif.
Mereka lebih memilih untuk menyimpan pendapat yang mereka miliki
ketimbang berdebat dengan rekan satu timnya. Anggota jejaring memilih
untuk mempertahankan keharmonisan (palsu) dalam suatu jejaring.
4. Kurangnya komitmen dalam kelompok
Keengganan suatu kelompok untuk terlibat dalam konflik mengakibatkan
kurangnya komitmen anggota terhadap kelompok tersebut. Komitmen
dalam konteks kerja sama tim berfokus pada pembuatan rencana dan
pengambilan keputusan. Ketika anggota tim tidak memberikan
pendapatnya dalam diskusi (karena takut terlibat konflik), mereka
akhirnya tidak benar-benar terlibat dalam keputusan yang diambil oleh
tim.
5. Menghindari pertanggungjawaban
Tanpa adanya komitmen terhadap perencanaan dan pengambilan
keputusan yang diambil oleh tim, anggota tim tidak dapat meminta
pertanggungjawaban kepada rekan kerjanya. Mereka ragu-ragu untuk
memberikan feedback kepada rekan kerja terkait dengan performanya
dalam tim. Mereka memilih untuk tidak mengingatkan rekan kerjanya

xvi
mengenai standar performa yang tinggi demi menghindari
ketidaknyamanan antar anggota tim.
6. Ketidakpedulian terhadap hasil yang diperoleh tim.
Tanpa adanya pertanggungjawaban, anggota tim akhirnya lebih fokus
pada tujuan pribadi ketimbang tujuan tim. Kegagalan untuk meminta
pertanggungjawaban kepada rekan kerja, menciptakan lingkungan
dimana anggota tim tidak peduli terhadap hasil yang diperoleh secara
tim. Mereka cenderung mencari pengakuan untuk diri sendiri dengan
mengorbankan tujuan tim

xvii
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jaringan advokasi adalah kelompok-kelompok organisasi maupun perorangan
yang bekerjasama untuk mencapai perubahan dalam kebijakan hukum dan
program untuk suatu isu atau masalah tertentu. Tujuan pokok jejaring (network)
adalah menyatukan bakat, potensi, kemampuan, baik individu, kelompok maupun
seluruh jajaran organisasi sedemikian rupa sehingga tercipta kemampuan bersama
yang makin besar. Membangun jaringan penting untuk dilakukan karena jejaring
dapat membantu untuk mengembangkan dan meningkatkan keahlian serta dapat
membangun dan memelihara hubungan jangka panjang yang saling
menguntungkan.

3.2 Saran
Dalam menjalankan jejaring, pasti terdapat hambatan-hambatan yang
mungkin terjadi. Maka dari itu, sebelum melakukan jejaring maka pilihah
kelompok yang benar-benar kompeten untuk diajak bekerja sama sehingga sebuah
jejaring tidak terhenti sebelum tujuan yang diinginkan tercapai. Selain itu, carilah
sebuah kelompok organisasi atau individu yang benar-benar tertarik untuk
membentuk sebuah jaringan. Apabila para anggota kelompok telah tertarik dengan
hal tersebut, maka diharapkan diskusi mengenai membangun jaringan dapat
dilanjutkan dan berjalan lancar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

xviii
DAFTAR PUSTAKA
APCASO. (2022). Membangun Jaringan Untuk Advokasi. Surabaya:
YayasanGaya Nusantara.
DIKMAS DAN B.-PAUD. (2018). Bahan Ajar Membangun Kemitraan.
Kalimantan Selatan.
Edukasi, Shikata (2020). Pembentukan Jejaring atau Koalisi dalam Advokasi
Kesehatan https://shikataedukasi.blogspot.com/2020/05/pembentukan-
jejaring-atau-koalisi- dalam-advokasi-kesehatan.html"-1 diakses pada
tanggal 20 Oktober 2022
Kurniati, D. P. (2017). Konsep dan Teknik Dasar Advokasi. Bali: Universitas
Udaya.
https://www.scribd.com/document/628662193/MEMBANGUN-JARINGAN-DALAM-
ADVOKASI-KESEHATAN
Miller, Valerie, dan Covey, J. 2005. Pedoman Advokasi Perencanaan, Tindakan,
dan Refleksi.
Pratomo, Had. Pengembangan Jejaring dalam Advokasi: Kasus Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). Diakses pada 9 Februari 2020.

xix

Anda mungkin juga menyukai