Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENGUKURAN DAN PENILAIAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN

DI SUSUN OLEH:

1. INDY LESTARI NGGALA


2. JORDI YANTO YA’U
3. KRISTIAN KEVIN MADADI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BALA KESELAMATAN PALU

PRODI S1 ADMINISTRASI KESEHATAN

TAHUN 2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpah rahmat, dan Karunianya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca.

Dalam penulisan makalah ini kami masi merasa banyak kekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang di miliki penulis. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Dalam penulisan
makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimahkasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberkati kita
semua yang membaca dan yang memberi kritikan pada makalah ini.

Palu, 25 Februari 2024

Tim penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar belakang .................................................................................................................. 1


B. Rumusan masalah ............................................................................................................ 1
C. Tujuan .............................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 2

A. Pengertian pengukuran dan penilaian mutu pelayanan kesehatan ............................ 2


B. Tujuan dan manfaat ......................................................................................................... 3
C. Deming cycle (PDCA cycle) ............................................................................................. 4
D. Pendekatan IPO dalam pengukuran dan penilaian ...................................................... 5
E. GKM dalam mutu pelayanan kesehatan (RS) ............................................................... 5

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 7

A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 7
B. Saran ................................................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam memberikan kepuasan pelayanan kesehatan kepada pasian ada beberapa hal yang
harus di perhatikan. Salah satu diantaranya adalah manajemen rumah sakit yang baik. Terpenuhinya
kebutuhan masyarakat atau perorangan terhadap asuhan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi
yang baik dengan pemanfaatan sumber daya secara wajar efisien efektif dalam keterbatasan
kemampuan pemerintah dan masyarakat serta diselenggarakan secara aman dan memuasakan
pelanggan sesui dengan norma etika yang baik merupakan suatu mutu pelayanan kesehatan yang baik.
Diperlukan juga suatu pengukuran dan penilaian mutu pelayanan melalui rekam medis. Hal ini untuk
mengetahui derajat kesehatan masyarakat mengetahui kepuasan pasien terhadap pelayanan di rumah
sakit serta pengetahuan kompetensi kredibilitas dan pengetahuan para staf terhadap pelayanan
kesehatan.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian pengukuran dan penilaian mutu pelayanan kesehatan?
2. Apa tujuan dan manfaat pengukuran dan penilaian mutu pelayanan kesehatan?
3. Apa itu deming cycle (PDCA cycle)?
4. Apa itu pendekatan IPO dalam pengukuran dan penilaian?
5. Apa itu GKM dalam mutu pelayanan kesehatan (RS)??

C. Tujuan

Pengukuran indicator mutu bertujuan untuk menilai apakah upaya yang telah dilakukan
benar-benar dapat meningkatkan mutu pelayanan secara berkesinambungan, juga untuk memberikan
umpan balik, transparansi public dan dapat digunakan sebagai pembanding (benchmark) dalam
mengidentifikasi best practice untuk pembelajaran.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian pengukuran dan penilaian mutu pelayanan kesehatan

Pengukuran dan penilaian mutu pelayanan kesehatan merupakan proses untuk mengevaluasi
kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien. Pengukuran mutu pelayanan kesehatan
dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi terkait dengan aspek-aspek tertentu dalam
pelayanan kesehatan, seperti kepuasan pasien, kepatuhan terhadap standar klinis, efisiensi pelayanan,
dan keselamatan pasien.

Sedangkan penilaian mutu pelayanan kesehatan dilakukan dengan cara menginterpretasikan


data dan informasi yang telah dikumpulkan untuk mengevaluasi sejauh mana pelayanan kesehatan
telah mencapai tingkat kualitas yang diinginkan. Penilaian mutu pelayanan kesehatan juga dapat
digunakan sebagai dasar untuk memberikan umpan balik kepada penyedia layanan kesehatan agar
dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan.

Pengukuran merupakan konsep sentral dalam peningkatan mutu. Dengan pengukuran akan
ketergambarkan apa yang sebenarnya sedang dilakukan sarana pelayanan kesehatan dan
membandingkannya dengan target sesungguhnya atau harapan tertentu dengan tujuan untuk
mengidentifikasi kesempatan untuk adanya peningkatan mutu.

Mengukur mutu pelayanan kesehatan baik di tingkat primer seperti puskesmas dan tingkat
lanjut seperti rumah sakit memerlukan indicator mutu yang jelas. Namun menyusun indicator yang
tepat tidaklah mudah. Kita perlu mempelajari pengalaman berbagai institusi yang telah berhasil
menyusun indicator mutu pelayanan kesehatan yang kemudian dapat digunakan secara efektif
mengukur mutu dan meningkatkan mutu.

Salah satu pengalaman tersebut dapat dipelajari dari program Performance Assessment Tool
for Quality Improvement in Hospital (PATH) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menyusun model konseptual, identifikasi dimensi dan subdimensi dan bagaimana hubungan
antaranya satu sama lain.
2. Melakukan penapisan awal indicator komplementer untuk mengisi area-area yang belum
ditunjang oleh indicator kinerja yang ada dan critical review.
3. Menetapkan indicator komplementer untuk mengisi area-area yang belum di tunjang oleh
indicator awal berdasarkan literature ilmiah.
4. Melakukan pemiliahan awal indicator berdasarkan expert opinion dan bukti- bukti awal

2
5. Melakukan penelitian yang ekstensif untuk mendapatkan literature mengenai angka
prevalensi, bukti pendukung, reliabitas dan validitas, survey pada Negara yang berpartisipasi.
6. Melakukan pemilihan akhir berdasarkan pakar, berdasarkan informasi yang didapatkan pada
langkah 5, menggunakan nominal group tehnic (NGT)

B. Tujuan dan manfaat

Tujuan dari pengukuran dan penilaian mutu pelayanan kesehatan adalah untuk memastikan
bahwa pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien adalah sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan, efektif, efisien, aman, dan berkualitas. Dengan melakukan pengukuran dan penilaian mutu
pelayanan kesehatan, penyedia layanan kesehatan dapat mengidentifikasi area-area yang perlu
diperbaiki atau ditingkatkan, serta mengevaluasi kinerja dan hasil pelayanan yang diberikan.

Beberapa manfaat dari pengukuran dan penilaian mutu pelayanan kesehatan antara lain:

1. Meningkatkan kepuasan pasien: Dengan memastikan bahwa pelayanan kesehatan yang


diberikan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, pasien akan merasa puas dan percaya
dengan layanan yang diberikan.
2. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi layanan: Dengan mengidentifikasi area-area yang
perlu ditingkatkan, penyedia layanan kesehatan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi
layanan yang diberikan, sehingga pasien akan mendapatkan pelayanan yang lebih baik.
3. Meningkatkan keselamatan pasien: Dengan melakukan pengukuran dan penilaian mutu
pelayanan kesehatan, risiko kesalahan dalam pelayanan kesehatan dapat diminimalkan,
sehingga keselamatan pasien dapat terjaga.
4. Meningkatkan kredibilitas penyedia layanan kesehatan: Dengan memastikan bahwa
pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan,
kredibilitas penyedia layanan kesehatan akan meningkat di mata pasien, masyarakat, dan
pemangku kepentingan lainnya.
5. Meningkatkan kinerja penyedia layanan kesehatan: Dengan melakukan evaluasi terhadap
kinerja dan hasil pelayanan kesehatan yang telah diberikan, penyedia layanan kesehatan dapat
meningkatkan kinerjanya dan terus berupaya untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
terbaik kepada pasien.

Pengukuran mutu pelayanan kesehatan dibutuhkan untuk menjamin mutu pelayanan


kesehatan yang dilakukan sehingga pasien akan mendapatkan pelayanan yang bermutu. Pengukuran
mutu pelayanan kesehatan secara umum meliputi:

1. Mutu teknisi pelayanan kesehatan (technical of care)

3
Mutu teknisi pelayanan kesehatan berkaitan dengan kesesuaian proses pelayanan kesehatan
dengan standar yang telah ditetapkan
2. Mutu seni pelayanan (art of care)
Mutu seni pelayanan berkaitan dengan lingkungan, sikap, tingkah laku pemberian pelayanan
dalam memberikan pelayana, termasuk layanan interpersonal (interpersonal care); yaitu
menajemen interaksi social dan psikososia. Salah satunya adalah cara berkomunikasi antara
pasien dan praktisi kesehatan lainnya.
Dilihat secara luas tujuan pengukuran kualitas adalah untuk memberikan manfaat kesehatan
yang paling besar bagi masyarakat. Pengukuran indicator mutu bertujuan untuk menilai apakah upaya
yang telah dilakukan benar-benar dapat meningkatkan mutu layanan secara berkesinambungan, juga
untuk memberikan umpan balik, transparasi public dan dapat digunakan sebagai pembanding
(benchmark) dalam mengidentifikasi best practice untuk pembelajaran. Mutu pelayanan kesehatan
juga memberikan kepuasan kepada para pelanggan sehingga menjaga kepercayaan terhadap rumah
sakit serta menumbuhkan rasa motivasi didalam diri karyawan ataupun tenaga kesehatan.

C. Deming cycle (PDCA cycle)

PDCA merupakan kepanjangan dari plan, do, check, dan act. Dalam bahasa Indonesia berarti
rencanakan, eksekusi, periksa, dan tindak lanjut. Metode ini dapat membantu perusahaan
memperbaiki atau meningkatkan proses, sistem, hingga kinerja karyawan secara berkelanjutan. PDCA
adalah sebuah metode untuk mengenali kapan dan mengapa sebuah produk atau proses tidak berjalan
sesuai dengan yang diharapkan. Dari situ, perusahaan jadi bisa merumuskan hipotesis atau teori apa
yang harus diubah. Setelahnya, teori itu diuji dalam sebuah siklus feedback yang berkelanjutan.

Siklus Plan-Do-Check-Act (PDCA )erupakan salah satu sistem manajemen kualitas, yang
dipopulerkan oleh Dr. Edwards Deming, seorang ahli manajemen kualitas dari Amerika pada tahun
1950 (Schneider, 1997). Siklus PDCA telah banyak digunakan dalam sistem manajemen kualitas,
khususnya dalam meningkatkan mutu/kualitas dari suatu pelayanan kesehatan. Siklus PDCA
digunakan dalam proses pencarian dan pemecahan masalah. Diharapkan PDCA dapat memberikan
perbaikan dalam pelayanan kesehatan secara terus menerus. Review ini dilakukan dengan tujuan agar
dapat dijelaskan berbagai penggunaan siklus PDCA dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan, khususnya di rumah sakit.

4
D. Pendekatan IPO dalam pengukuran dan penilaian

Dalam konteks kesehatan, pendekatan IPO dalam pengukuran dan penilaian dapat merujuk
pada proses penilaian nilai perusahaan kesehatan yang akan melakukan penawaran saham perdana.
Berikut adalah langkah-langkah yang umumnya dilakukan dalam pendekatan IPO untuk perusahaan
kesehatan:

1. Analisis industri kesehatan: Pertama-tama, perlu dilakukan analisis mendalam terhadap


industri kesehatan di mana perusahaan tersebut beroperasi. Hal ini termasuk melihat tren
industri, regulasi, pesaing, peluang pertumbuhan, dan risiko yang terkait dengan industri
kesehatan.
2. Penilaian aset kesehatan: Selanjutnya, perlu dilakukan penilaian aset kesehatan perusahaan,
termasuk fasilitas kesehatan, teknologi, tim medis, aset intelektual, dan lainnya. Penilaian ini
membantu menentukan nilai aset yang dimiliki oleh perusahaan.
3. Analisis keuangan: Setelah itu, dilakukan analisis keuangan perusahaan kesehatan, termasuk
pendapatan, biaya operasional, laba bersih, profil arus kas, rasio keuangan, dan faktor-faktor
keuangan lainnya. Ini akan membantu menilai kinerja keuangan perusahaan dan membuat
proyeksi keuangan untuk masa depan.
4. Faktor-faktor kesehatan: Dalam penilaian perusahaan kesehatan, perlu juga
mempertimbangkan faktor-faktor kesehatan yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan,
seperti regulasi kesehatan, risiko medis, reputasi perusahaan, dan kemampuan untuk
beradaptasi dengan perubahan dalam industri kesehatan.
5. Penilaian risiko: Terakhir, perlu dilakukan analisis risiko untuk mengidentifikasi risiko-risiko
yang mungkin dihadapi perusahaan kesehatan dalam menjalankan bisnisnya. Penilaian risiko
ini akan membantu menentukan harga saham yang tepat selama proses IPO.

Dengan melakukan pendekatan IPO yang komprehensif dan berbasis pada analisis yang cermat,
perusahaan kesehatan dapat menentukan nilai perusahaan yang akurat dan menarik minat investor
untuk berinvestasi dalam bisnis kesehatan mereka.

E. GKM dalam mutu pelayanan kesehatan (RS)

GKM adalah singkatan dari Gugus Kerja Mutu. GKM merupakan satu tim yang dibentuk di
rumah sakit atau lembaga pelayanan kesehatan lainnya yang bertugas untuk memantau,
mengendalikan, dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Anggota GKM biasanya terdiri dari
berbagai profesi di dalam rumah sakit, seperti dokter, perawat, administrator, dan tenaga medis
lainnya. GKM bertanggung jawab untuk melakukan evaluasi terhadap berbagai aspek pelayanan

5
kesehatan di rumah sakit, seperti keamanan pasien, efektivitas pengobatan, kepuasan pasien, serta
keselamatan kerja. Mereka juga bertugas untuk merumuskan dan melaksanakan program-program
peningkatan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dengan adanya GKM, diharapkan mutu
pelayanan kesehatan di rumah sakit dapat terus ditingkatkan sehingga pasien mendapatkan pelayanan
yang lebih baik dan aman.

GKM dalam mutu pelayanan kesehatan RS dapat merujuk pada Good Clinical Practice
(GCP), Good Laboratory Practice (GLP), dan Good Manufacturing Practice (GMP) yang menjadi
standar dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. GCP merujuk pada standar etika dan kualitas
dalam perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan uji klinis. GLP merujuk pada standar kualitas dalam
pelaksanaan percobaan laboratorium. Sedangkan GMP merujuk pada standar kualitas dalam
pengolahan dan produksi obat dan alat kesehatan. Implementasi GKM dalam mutu pelayanan
kesehatan RS akan membantu meningkatkan keselamatan pasien, keefektifan pengobatan, dan
kualitas layanan secara keseluruhan. Bahkan, penerapan GKM dapat membantu mengurangi risiko
terjadinya kesalahan atau kecelakaan yang dapat membahayakan pasien. Oleh karena itu, penting bagi
rumah sakit untuk selalu mematuhi standar GKM dalam memastikan mutu pelayanan kesehatan yang
optimal bagi pasien.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penting untuk terus melakukan pengukuran dan penilaian mutu pelayanan kesehatan guna
memastikan bahwa layanan yang diberikan sesuai dengan standar yang ditetapkan, efektif, efisien,
aman, dan berkualitas. Hal ini dapat membantu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan,
meningkatkan kepuasan pasien, serta meningkatkan hasil kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Dengan adanya pengukuran dan penilaian mutu pelayanan kesehatan, institusi kesehatan dapat
melakukan perbaikan, inovasi, dan pengembangan layanan yang lebih baik demi meningkatkan mutu
pelayanan yang diberikan.

B. Saran
1. Melakukan survei kepuasan pasien secara reguler untuk mendapatkan umpan balik dari
pengguna layanan kesehatan.
2. Menggunakan alat ukur yang valid dan dapat diandalkan dalam mengevaluasi kualitas
pelayanan kesehatan.
3. Melibatkan semua pihak yang terkait dalam proses pengukuran dan penilaian mutu pelayanan
kesehatan, termasuk pasien, penyedia layanan, dan pihak manajemen.
4. Melakukan analisis data secara berkala untuk mengidentifikasi area yang membutuhkan
perbaikan dalam pelayanan kesehatan.
5. Menetapkan target kualitas yang jelas dan realistis untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan.
6. Mengembangkan program pelatihan dan pengembangan karyawan sebagai upaya
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
7. Membuat laporan evaluasi dan tindak lanjut yang terukur dan terstruktur untuk memastikan
implementasi perbaikan dalam pelayanan kesehatan.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://www.mutupelayanankesehatan.net/index.php/component/content/article/22/795

https://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detail/indikator-nasional-mutu-inm-di-fasilitas-pelayanan-
kesehatan

https://jurnal.unpad.ac.id/farmaka/article/viewFile/17729/pdf

https://lizenhs.wordpress.com/2021/05/26/kebijaksanaan-penerapan-gkm-di-rumah-sakit-hospital/

https://wohlersaputra.wordpress.com/2009/06/21/gugus-kendali-mutu-pelayanana-kesehatan/

http://repository.radenintan.ac.id/9267/1/PUSAT%201%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai