Anda di halaman 1dari 12

ISLAM DAN PRANATA SOSIAL

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agama dan nilai-nilai agama merupakan fakta yang konstan yang ada pada setiap
masyarakat manusia sepanjang masa. Agama dan nilai-nilai agama bersatu dengan unsur-
unsur budaya membentuk system dan struktural yang membina dan yang memunculkan arah
kehidupan manusia yang secara nyata telah membedakaan kehidupan dan kualitas kehidupan
manusia dari makhluk lainnya dibandingkan dengan faktor-faktor sosial budaya, maka faktor
agama itulah yang sangat berpengaruh pada semua segi kehidupan mereka.
Dari segi ajaran agama dapat dikatakan bahwa agama merupakan sumber motivasi perilaku
masyarakat dan bangsa. Keinginan untuk meningkatkan kualitas pribadi dan kesejahteraan
sesama warga bangsa akan lebih berhasil bila pula disertai motivasi keagamaan.
Pranata sosial adalah norma-norma yang mengatur kehidupan sekelompok manusia
atau disebut masyarakat. Masyarakat yang dimaksud disni adalah sekelompok orang yang
saling berhubungan yang berpusat pada berbagai aktifitas guna memenuhi kebutuhan hajat
hidup manusia secara kompleks, dengan kata lain pranata sosial disini adalah lembaga-
lembaga kemasyarakatan yang ada di masyarakat. Kemudian, permasalahannya yang akan
dibahas nanti adalah, mengapa manusia perlu lembaga-lembaga tersebut. ? Ini membuktikan,
bahwa manusia itu adalah makhluk sosial yang memerlukan bantuan orang lain, walaupun ia
sendiri dilahirkan sendirian tetapi ketika berinteraksi dengan lingkungan ia memerlukan
banyak orang untuk saling mengenal bekerjasama dan saling tolong menolong.
Hal ini telah digariskan oleh Allah SWT dalam Surah al-Hujurat ayat 13:
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha Mengenal.”
Kemudian firman Allah SWT yang lain:
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah , dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram , jangan (mengganggu) binatang-binatang
had-nya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-
kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat
siksa-Nya.”
Oleh karena, manusia itu selalu berinteraksi satu dengan yang lainya Maka terjadilah
perubahan social. Perubahan tersebut disebabkan perubahan fungsi dan perilaku manusia dari
keadaan tertentu kepada keadaan lain. Contoh tentang perubahan social inilah adalah semakin
majunya pendidikan, maka semakin kuat arus perubahan sosial. Kemudian, timbulnya
kebudayaan dan penemuan baru
Agar perubahan tersebut terjadi sesuai dengan nilai-nilai kebaikan dan taqwa sesuai
dengan wahyu Allah maka, empat belas abad yang lalu Rasulullah telah mengajarkan pada
kita khususnya Umat Islam, bahwa Islam mengajarkan pada kita untuk bersilaturrahmi
diantara sesama muslim sebab dengan bersilaturrahmi tercipta sikap toleransi yang tercermin
dengan ibadah haji yang berpusat di Mekkah dan sholat berjama'ah yang berpusat di mesjid-
mesjid.
Sebagaimana Sabda Nabi.
‫حّد ثناعبداللة بن يسف قال أخبرنامالك عن نافع عن عبد اللة بن عمر اّن رسول اللة صلى اللة عليه و سلم قال صالة الفذ‬
‫بسبع و عشرين درجة‬.
Artinya: “ Telah menceritakan pada saya Abdullah ibn Yusuf, beliau berkata telah
menceritakan pada kami dari malik, dari nafi’ dari Abdullah ibn Umar Bahwasanya
Rasulullah SAW berkata: Shalat berjama’ah lebih utama dari shalat sendirian dengan
perbandingan dua puluh tujuh derajat.
Sholat berjama’ah, secara langsung atau tidak langsung mengajarkan pada kita nilai-
nilai filosofi dari ibadah formal tersebut sebagai pusat pertemuan Umat Islam agar tercipta
kekuatan dan persaudaraan dalam membangun masyarakat Islam yang harmonis aman dan
bersahabat baik dengan agama lain, terlebih lagi sesama muslim. Kemudian, untuk mencegah
terjadi kesenjangan antara yang miskin dan kaya RasulullahSAW melalui Wahyu-Nya
mewajibkan kita membayar zakat fitrah bagi yang mampu dan zakat harta (maal) bagi yang
kaya untuk diberikan pada orang yang memerlukannya. Dahulu Nabi Muhammad SAW
membentuk penggurus zakat pada masa itu yang dikenal dengan 'amil zakat, begitu juga
dengan perlindungan dan pemeliharan anak-anak yatim menjadi prioritas utama Syari'at
Islam. Inilah sebenarnya wujud pranata sosial yang dibentuk oleh Rasululluh SAW pada
masyarakat muslim terdahulu. Sebelum Orang Barat mengenal konsep pranata sosial
sebagaimana yang kita pahami sekarang, sebab sebelumnya mereka hanya mengenal “Hukum
Rimba” artinya siapa yang kuat menindas yang lemah yang disponsori oleh Penjajah Belanda
terhadap Indonesia, termasuk pada perang dunia pertama dan kedua. Pada masa itu, wajar
saja jika suatu bangsa yang kuat menjajah bangsa lain yang lemah sebab bagi mereka siapa
yang kuat menguasai yang lemah.
Ibnu khaldun menyatakan manusia adalah mahluk yang bermasyarakat hayawan al-
ijtima'i artinya manusia memerlukan bantuan orang lain mulai dari kelompok masyarakat
terkecil sampai keluarga dan komunitas terbesar skala wilayah. Naluri untuk hidup bersama
manusia melahirkan suatu lembaga tertentu yang diikat dengan kaidah-kaidah hukum berupa
aturan yang dibuat oleh manusia sebagai wadah aspirasinya, sedangkan kaidah-kaidah hukum
yang diatur oleh Wahyu Allah SWT kepada manusia hubungan sesamanya, hubungan dengan
alam dan dengan Tuhannya adalah aturan bersifat mutlak yang harus dipatuhi umatnya agar
terwujud kemaslahatan. Oleh sebab itu, manusia selain mahluk sosial ia juga mahluk yang
berketuhanan (akan dibahas pada materi berikutnya).
Ibnu khaldun menyatakan manusia adalah mahluk yang bermasyarakat hayawan al-
ijtima'i artinya manusia memerlukan bantuan orang lain mulai dari kelompok masyarakat
terkecil sampai keluarga dan komunitas terbesar skala wilayah. Naluri untuk hidup bersama
manusia melahirkan suatu lembaga tertentu yang diikat dengan kaidah-kaidah hukum berupa
aturan yang dibuat oleh manusia sebagai wadah aspirasinya, sedangkan kaidah-kaidah hukum
yang diatur oleh Wahyu Allah SWT kepada manusia hubungan sesamanya, hubungan dengan
alam dan dengan Tuhannya adalah aturan bersifat mutlak yang harus dipatuhi umatnya agar
terwujud kemaslahatan. Oleh sebab itu, manusia selain mahluk sosial ia juga mahluk yang
berketuhanan (akan dibahas pada materi berikutnya). pengaruh dari luar dan pemakaian
teknologi, ciri khas masyarakat ini adalah: Pertama, terdapat banyak pekerjaan tidak hanya
terikat mayoritas satu bidang pekerjaan, kemudian setiap pekerjaan tersebut beroreantasi
keuntungan. Kedua, masuknya berbagai teknologi canggih, termasuk teknologi komunikasi
tidak langsung berupa telpon, internet, televisi dan lain sebagainya. Ketiga, berkembangnya
industrisasi berupa pabrik-pabrik yang menghasilkan berbagai produk barang agar tercukupi
hajat hidup masyarakat tersebut dan mobilisasi masa dimana setiap individu berusaha untuk
terus menerus meningkat karir dan profesionalisme agar dapat mempertahankan eksistensi
dirinya. Keempat, gaya kepemimpinan bersifat formal dan profesional dengan berpola pikir
rasional, analisis selalu bersikap inovatif.
Sedangkan, masyarakat primitf adalah kelompok sosial (masyarakat) memiliki pola
hidup tertumpu pada adat istiadat, dan lingkungan menjadikan alam sebagai sarana mistik
yang dianggap sebagai sumber penolong dan kebahagian. ciri kusus masyarakat ini ialah
sangat tertutup dari pengaruh luar.
Untuk inilah, ajaran Islam sangat menekankan pada umatnya agar tidak menjadi masyarakat
yang primitif (jumud) tetapi sebaliknya, maka wajar saja pada beberapa Hadits Nabi SAW
dan Wahyu Tuhan agar selalu menyuruh umatnya untuk maju, berpikir dan berahlak mulia,
sebab intelektual yang dijiwai dengan ke-imanan akan melahirkan masyarakat madani dan
beradap.
Melihat realita diatas yang menunjukan betapa pentingnya agama terhadap kehidupan
masyarakat. Dari itu kami akan sedikit membahas tentang hubungan Hukum Islam dengan
Pranata Sosial dimakalah ini.

1.2 Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah memperkenalkan segi-segi kehidupan umat islam
ang berkisar pada masalah sosial-politik . Dengan ini diharapkan mahasiswa dapat
memahami secara komprehensif segi-segi kehidupan dari pranata sosial islam, yang dapat
melahirkan cara pandang yang terbuka dan toleran namun kritis.

1 .3 Rumusan Masalah
1. Apa itu pranata sosial?
2. Masalah sosial-politik yang terjadi dalam kehidupan umat islam?
3. Peran masjid dalam pembinaan umat?
4. Peran islam dalam politik?
5. Konsep keluarga sakinah,mawaddah dan rahmah?

BAB II
ISI

2.1 Keluarga sakinah,mawaddah dan rahmah


Keluarga adalah unut terkecil dari sebuah komunitas,biasanya terdiri dari ayah,ibu
dan anak. Sebagai unit terkecil, pembinaan keluarga menjadai sangat penting karena disitulah
pondasi awal pembangunan sebuah bangsa.Oleh karena itu, sudah lumrah bahwa salah satu
harapan dan cita-cita setiap insan adalah mendapatkan sebuah keluarga yang
skinah,mawaddah dan rahmah.
Konsep keluarga yang sakinah,mawaddah dan rahmah sebetulnya merupakan konsep
tatanan dan hubungan sosial yang harmonis dalam wujudnya yang paling kecil . Menurut
Quraish shihab,kata “litaskunu” yang diambil dari kata dasar “sakana” yang artinya “diam”,
tenang setelah sebelunya goncang. Dari sini , rumah dalam bahasa arab dinamakan sakan
karena dia merupakan tempat memperoleh ketenangan-ketenangan batin karena hidup baru
sempurna setelah bergabungnya masing-masing pasangan dengan pasangan nya.Allah SWT
menciptakan dalam diri setiap makhluk dorongan untuk menyatu dengan pasangannya
apalagi masing-masing ingin mempertahankan eksistensi jenisnya. Dari sisi Allah SWT
menciptakan pada diri mereka naluri seksual. Bila naluri ini tidak dipenuhi maka biasanya
secara alamiyah jiwa akan terus begejolak .Karena itu Allah SWT mensyari’atkan bagi
manusia perkawinan ,agar kekacauan pikiran dan gejolak jiwa itu mereda dan masing-masing
memperoleh ketenangan.Demikian antara lain ,makna dari liitaskunu ilaiha Kata
mawaddah mengandung arti cinta dan harapan. Dan juga bisa berarti kelapangan dan
kekosongan. Ia adalah kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk . Sehingga
kata ini bermakna cinta , tetapi ia adalah cinta plus. Menurut al-Biqa’i, ia adalah “cinta yang
tampak buahnya dalam sikap dan perlakuan,serupa dengan kepatuhan sebagai hasil rasa
kepada seseorang”.
Firman Allah SWT QS: al-Baqarah ayat 221-222
Artinya: “ Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia
menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-
wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik
dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang
Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-
Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.
Makna yang hampir serupa dengan makna mawaddah adalah rahmah (sehingga
disebut mawaddah wa rahmah), hanya saja rahmah tertuju kepada orang yang membutuhkan
atau orang yang lemahsedangkan mawaddah tidak demikian halnya.Cinta yang dilukiskan
dengan kata mawaddah harus terbukti dalam sikap dan tingkah laku,sedangkan rahmah tidak
harus demikian. Orang yang dihiasi dengan mawaddah harus terbuki dalam sikap dan tingkah
rela melakukan apa saja demi kebaikan orang yang dicintainya, sehingga siapa saja yang
dihiasi dengan perasaain ini tidak akan pernah memutuskan hubungan , apapun yang terjadi.
Kesediaan seorang suami untuk membela istri sungguh merupakan suatu keajaiban.
Kesediaan seorang wanita untuk hidup bersama seorang lelaki, meninggalkan orang tua dan
keluarga yang membesarkanya dan mengganti semua itu dengan penu8h kerelaan untuk
hidup bersama seorang lelaki yang menjadi suaminya, serta bersedia membuka rahasia yang
paling dalam , semua itu adalah hal-hal yang tidak akan mudah dapat terlaksana tanpa adanya
kuasa Allah SWT dalam hati suami istri yang hidup harmonis, kapan dan dimana manusia
berada.
Pentingnya membina keluarga yang skinah,mawaddah dan rahmah tidak bisa
dilepaskan dari peranan islam sebagai agama sosial . Sebuah negara baru akan menjadi baik
manakah ia ditopang oleh unit-unit keluarga yang sehat yangditandai dengan kehidupan yang
harmonis.Maka dari itu, perhatian islam terhadap kesempurnaan sebuah keluarga pada
dasarnya dapat diartikan sebagai perhatian islam terhadap sebuah tatanan masyarakat yang
ideal dan bertamadun.

2.2 Peran Masjid Dalam Pembinaan Umat


Masjid seperti yang dijelaskan pada bagian awal merupakan pusat pembinaan umat
dan bahkan menjadi pusat peradaban Islam.
Dalam perspektif Al-Qur’an, signifikansi masjid melakukan pembinaan kepada umat yang
didasarkan pada penjelasan al-Qur’an bahwa umat Islam perlu mencontoh generasi Ashab al-
Kahfi dalam mempersiapkan generasi muda. Mereka adalah generasi yang memiliki
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah serta mampu mempertahankan keyakinannya di
hadapan penguasa yang ingin merusak keimanannya. Selain itu, Al-Qur’an juga
mengingatkan kepada umat Islam agar hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan di belakang mereka generasi yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka (QS. 4:9).
Di dalam hadits juga dijelaskan betapa pemuda ini perlu diberikan bekal pengetahuan
dan pengalaman hidup agar pemuda tersebut tumbuh dewasa dan senantiasa mengabdi
kepada Allah swt. Pemuda inilah yang nantinya mendapatkan perlindungan di hari kiamat
Akhir-akhir ini terdapat usaha di kalangan umat islam yang terdorong untuk
menghidupkan kembali fungsi mesjid seperti di zaman nabi muhammad SAW. Fenomena
yang cukup untuk menggembirakan ini bahkan menyebar ke seluruh dunia islam dengan
kegiatan yang mungkin berbeda-beda. Bahkan dikalangan Muslim Barat sudah terdapat
gagasan tentang fungsi mesjid sebagai pusat peradabanyang disebut”islamic center”.
Karena sebagai pusat peradaban , maka sebuah mesjid tidak cukup hanya sebagai
tempat menyelanggarakan kegiatan ibadah semata,seperti shalat, melainkan diarahkan pada
fungsi yang lebih luas. Hal ini mengingatkan kita dimasa nabi SAW , dimana beliau
menggunakan mesjid untuk seluruh kegiatan ,mulai dari pengajaran,latihan militer,
diplomasi, tempat musyawarah dan sebagainya.Setelah hijrah kemadinah, beliau membangun
sebuah mesjid yang diberi nama Masjid Nabawi yang kemudian menjadi tonggak sejarah
yang amat penting bagi umat islam, melaikan juga bagi seluruh umat manusia.
Sebelum hijrah, Madinah dulunya bernama Yatsrib. Nabi SAW mengubahnya
menjadi al-Madinah atau Madinah al-Nabi, yang artinya Kota atau Kota Nabi. Perkataan
Arab Madinah secara kebahasaan berarti tempat peradaban , sehingga peradaban sendiri
dalam bahasa arab juga disebut madaniyah atau tamadun. Jadi, penggantian nama yatsrib oleh
Nabi SAW dapat diartikan sebagai isyarat bahwa beliau , dengan titik tolak kota itu , akan
membangun sebuah masyarakat yang beradab atau masyarakat madani.
Masjid sebagai “rumah Allah SWT” (Bait Allah ) yang memiliki ruh kemuliaan,
semestinya memiliki peran yang semakin luas dan bermanfaat bagi umat, disamping peran
utamanya sebagai srana ibadah dan pusat syiar bagi umat islam . Masjid dijadikan sebagai
tempat shalat , mengisi pengajian, tadarus Al-Quran dan lain-lain, yang sering disebut dengan
istilah menghidupkan atau memakmurkan masjid. Umat islam diharapkan memakmurkan
masjid dan mencintai masjid , dengan menjadikan masjid sebagai pusat dan tujuan hatinya.

2.3 Ukhuwah Islamiyah


Kata ukhuwah berakar dari kata kerja akha, misalnya dalam kalimat “akha fulanun
shalihan”, (Fulan menjadikan Shalih sebagai saudara). Makna ukhuwah menurut Imam Hasan
Al Banna: Ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan
aqidah.
Hakekat Ukhuwah Islamiyah:
1.Nikmat Allah (Q.S. 3:103)
2.Perumpamaan tali tasbih (Q.S.43:67)
3.Merupakan arahan Rabbani (Q.S. 8:63)
4.Merupakan cermin kekuatan iman (Q.S.49:10
Perbedaan Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Jahiliyah:
Ukhuwah Islamiyah bersifat abadi dan universal karena berdasarkan akidah dan syariat Islam
Ukhuwah Jahiliyah bersifat temporer (terbatas waktu dan tempat), yaitu ikatan selain ikatan
akidah (missal:ikatan keturunan orang tua-anak, perkawinan, nasionalisme, kesukuan,
kebangsaan, dan kepentingan pribadi)

MANFAAT UKHUWAH ISLAMIYAH


1. Merasakan lezatnya iman
2. Mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat (termasuk dalam 7 golongan yang
dilindungi)
3. Mendapatkan tempat khusus di surga (Q.S. 15:45-48)
Hal-hal yang menguatkan ukhuwah islamiyah:
1. Memberitahukan kecintaan kepada yang kita cintai
Hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda: “ Ada seseorang
berada di samping Rasulullah lalu salah seorang sahabat berlalu di depannya. Orang yang
disamping Rasulullah tadi berkata: ‘Aku mencintai dia, ya Rasullah.’ Lalu Nabi menjawab:
‘Apakah kamu telah memberitahukan kepadanya?’ Orang tersebut menjawab: ‘Belum.’
Kemudian Rasulullah bersabda: ‘Beritahukan kepadanya.’ Lalu orang tersebut
memberitahukan kepadanya seraya berkata: ‘ Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah.’
Kemudian orang yang dicintai itu menjawab: ‘Semoga Allah mencintaimu karena engkau
mencintaiku karena-Nya.”

2. Memohon didoakan bila berpisah


“Tidak seorang hamba mukmin berdo’a untuk saudaranya dari kejauhan melainkan malaikat
berkata: ‘Dan bagimu juga seperti itu” (H.R. Muslim)

3. Menunjukkan kegembiraan dan senyuman bila berjumpa


“Janganlah engkau meremehkan kebaikan (apa saja yang dating dari saudaramu), dan jika
kamu berjumpa dengan saudaramu maka berikan dia senyum kegembiraan.” (H.R. Muslim)

4. Berjabat tangan bila berjumpa (kecuali non muhrim)


“Tidak ada dua orang mukmin yang berjumpa lalu berjabatan tangan melainkan keduanya
diampuni dosanya sebelum berpisah.” (H.R Abu Daud dari Barra’)

5. Sering bersilaturahmi (mengunjungi saudara)

6. Memberikan hadiah pada waktu-waktu tertentu

7. Memperhatikan saudaranya dan membantu keperluannya

8. Memenuhi hak ukhuwah saudaranya

9. Mengucapkan selamat berkenaan dengan saat-saat keberhasilan


Kata ukhuwah berarti persaudaraan, maksudnya perasaan simpati dan empati antara
dua orang atau lebih. Masing-masing pihak memiliki satu kondisi atau perasaan yang sama,
baiksuka maupun duka, baik senang maupun susah. Jalinan perasaan itu menimbulkan sikap
timbal balik untuk saling membantu bila pihak yang lain mengalami kesulitan, dan sikap
untuk saling berbagi kesenangan kepada pihak lain bila salah satu pihak menemukan
kesenangan .
Quraish Shihab menyebutkan klasifikasi dan tingkatan ukhuwah atau persaudaraan itu
kepada beberapa macam;
1. Ukhuwah islamiyah , yakni persaudaraan berlaku sesama umat islam.
2. Ukhuwah Wathoniyah, yakni persaudaraan sesama warga negara dalam satu negara ,
apapun asal agamanya, suku, ras, dan adat istiadatnya.
3. Ukhuwah Basyariyah/Insaniyah, yakni persaudaraan yang berlaku bagi semua umat
manusia secara universal, tanpa membedakan lingkungan , negara, agama, suku, dan aspek-
aspek kekhususan lainnya.
4. Ukhuwah Uluhiyyah, yakni persaudaraan sesama makhluk Tuhan, ini dimaksudkan
bahwa manusia tidak hanya harus menjaga ikatan sebagai sesama umat islam, sesama warga
negara, sesama umat manusia, tetapi juga harus meletakan kerangka persaudaraan tersebut
dengan sesama makhluk tuhan.
Persaudaraan sesama muslim berarti, hendaklah sesama muslim yang satu dengan
yang lain, saling menghormati, saling membantu, saling menghargai relativitas masing-
masing sebagai sifat dasar kemanusiaan , seperti perbedaan pemikiran, sehingga tidak
menjadi penghalang untuk saling membantu dan menolong , karena diantara mereka diikat
oleh satu keyakinan dan jalan hidup yaitu islam.
Agama islam memberikan petunjuk yang jelas untuk menjaga agar persaudaraan
sesama muslim itu dapat terjalin dengan kokoh, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-
Hujuraat 10-12 , yang merupakan landasan dasar dalam menerapkan nilai-nilai ukhuwah
islamiyah di twngah-tengah umat.
Jalinan persaudaraan dan kasih sayang antara sesama Muslim ini, sangat banyak dan
sering digambarkan oleh Rasulullah SAW dalam Hadistnya, bagaimana Rasulullah SAW
mengambarkan antara Muslim yang satu dengan Muslim yang lainnya ibarat satu buah
bangunan ,bagian bangunan yang satu saling menguatkan dengan bagian bangunan yang
lainnya, tanpa kebersamaan dalam menopang berdiri kokohnya bangunan tersebut, niscahya
bangunan akan rapuh, mudah roboh dan mudah pula dihancurkan.
Disaat yang lain, Rasulullah mengibaratkan ikatan persaudaraan antara sesama
Muslim itu dengan satu tubuh, yang apabila bagian tubuh yang satu merasakan sakit, maka
bagian tubuh yang lain ikt merasakan dan secara bersama-sama untuk mengatasi dan
menghilangkan rasa sakit tersebut. Oleh karena itu bagi setiap pribadi Muslim, wajib
hukumnya ia menjaga nilai-nilai ukhuwah yang kokoh dalam ikatan kasih sayang dengan
sesama muslim,yang dengan demikianakan semakin menunjukkan islam sebagai rahmat
pemersatu bagi seluruh umat nya. Fanatisme dan syu’ubiyyah tersebut seharusnya tetap
dalam koridor yang positif dalam upayah meninggikan panji-panji kebesaran Allah SWT ,
tanpa melakukan perbuatan-perbuatan yang bersifat destruktif apalagi merugikan pihak-pihak
lain atau penganut agam-agama lain.

2. 4 Kebersamaan dalam pluralitas agama


Pluralitas agama, atau boleh diterjemahkan bahwa keberadaan berbagai agam, banyak
agama-agama yang eksis di ats bumi ini , baik agama samawi maupun agama ardhi, yang di
indonesia diakui oleh negara sebanyak 6 agama, memunculkan kemungkinan-kemungkinan
atau dampak-dampak yang dalam bentuk nya , akan positif ( seperti terjalinya hubungan kerja
sama) apabila kemajemukan agaa tersebut dapat disikapi secara benar dan positif, dan akan
negatif ( seperti pertentangan dan permusuhan) apabila kemajemukan itu tidak disikapi secara
arif dan benar . Kedua keungkinan tersebut dapat saja terjadi mengingat pluralitas agama
merupakan suatau keniscayaan, tinggal lagi bagaimana umat masing-masing agama
mengolah keniscayaan tersebut sesuai dengan noorma-norma yang ada.
Konsep persaudaraan sesama manusia, didalam islam, sebenarnya memberikan
rambu-rambu dalam upaya mewujudkan kerukunan dan kebersamaan antarumat manusia
yang berlainan agama. Dasar memikiran umata hal ini , tentu saja keyakinan bahwa semua
umat manusia adalah makhluk Allah SWT. Sekalipun Allah SWT memberikan petunjuk
kebenaran melaluiajaran islam , tetapi Dia juga memberikan kebebasan kepadasetiap manusia
untuk memilih jalan hidup sesuai dengan rasionya. Karena itu sejak awal pnciptaanya, Allah
SWT tidak menetapkan manusia sebagai satu umat, padahal AllahSWT kuasa bila Dia
menghendaki. Itulah fitrah manusia ,.
Dalam prakteknya, ketegangan yang sering timbul dalam hubungan untern umat
beragama, antar umat beragama dan antara umat beragama dengan pemerintah , disebabkan
antara lain oleh;
1. Sifat dari masing-masing agama yang mengandung dakwah dan misi.
2. Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama lain.
3. Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri, sehingga kurang menghormati bahkan
merendahkan agama lain.
4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi dalam
kehidupan bermasyarakat.
5. Kecurigaan masing -masing akan kejujuran pihak lain , baik intern umat beragama, antar
umat beragama dan antar umat beragama dengan pemerintah .
6. Kurangnya sling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat.
Dalam perjalanan sosial historis islam, benih-benih kebersamaan dalam pluralitas
telah ditanam sejak masa awal Rasulullah SAW dan “ negara islam” madnah sebagai tonggak
sejarah atau contoh utama yang diperlihatkan Rasullah SAW dalam menganyomi
kemajemukan dan pluralitas rakyat madinah yang terdiri dari bermacam-macam agama ,
berbagai suku dan kabilah dapat hidup aman dan tentram berdampingan dibawah panji-panji
islam , sehigga mungkin,dan memang relavan,untuk mengingat kembali bahwa islam
memiliki pengalaman-pengalaman sejarah berkaitan dengan persoalan pluralitas dan telah
menemukan cara untuk menjawabnya secara kreatif dan adpat pula membuka kembali
lembaran sejarah peradaban yang mengagumkan bagi masyarakat muslim, baik dimasa-masa
Rasulullah maupun masa perjalanan islam hingga saat ini.
Dalam Islam al-Qur’an dan hadits adalah sumber hukum yang harus dipatuhi dan
serta harus adil dalam menetapkan suatu hukum berdasarkan wahyu Allah sebagaimana
firman Allah SWT:
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa
kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan
kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena
(membela) orang-orang yang khianat
Islam sangat menekakan aspek spritual keagamaan dimana Wahyu Tuhan sebagai
pedoman hidup Umat Islam, agar Islam yang kita pahami sekarang tidaklah sama seperti
zaman dahulu, karena adanya perubahan zaman dan waktu.
Oleh sebab itu, pintu ijtihad tetap selalu terbuka dengan berdasarkan moralitas dan fitrah
kemanusiaan sehingga eksistensi Ajaran Islam berkembang dengan baik, maka Islam dapat
bertahan hingga kini. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
‫اذاحكم الحاكم فاجتهدثّم اصاب فلـه اجران واذا حكم فاجتهد ثّم اخطأ فله اجر‬
Artinya: Jika seorang hakim berijtihad memutuskan suatu perkara maka baginya ada dua
pahala dan apabila ijtihadnya salah maka baginya mendapatkan satu pahala”.
Hubungan Agama Islam dengan agama-agama lainnya di Indonesia harmonis sebab
nilai-nilai moralita yang ditanamkan dalam Islam adalah kerukunan antar umat beragama
sebagaimana yang termuat dalam nilai-nilai luhur Pancasila dan UUD 1945. Terdapat
beberapa alasan terciptanya kerukunan umat ber-agama di Indonesia ini, yaitu: Pertama,
aspek sejarah, berdasarkan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia mengalami rasa senasib dan
seperjungan, yaitu sama-sama sebagai anak jajahan penajajah dan kaum imprealis. Kemudian
berjuang bersama-sama membebaskan diri dari belenggu penjajah, akhirnya berkat karuna
Tuhan Yang Maha Esa kita dapat menang dan mengusir penjajah di bumi nusantara. Maka
sudah sepantasnya kita untuk saling rukun antar umat beragama. Kedua, aspek sosiologi,
bahwa Masyarakat Indonesia mendiami wilayah kesatuan Republik Indonesia dari Sabang
sampai Merauke yang diikat oleh semboyan “Bhineka Tunggal Ika” artinya walaupun
berbeda-beda tetapi tetap satu yaitu Bangsa Indonesia. Ketiga, aspek hukum yaitu, di
Indonesia hanya diakui beberapa agama; Islam, Kristen, Hindu, Budha dan Thiongha yang
diikat oleh Pancasila dan UUD 1945 tentang kerukunan antar umat beragama.
Selanjutnya, menurut Tajul Arifin menyatakan bahwa antara agama (Islam, Katolik,
Protestan, Hindu dan Budha serta aliran kepercayaan lain Khong hu Chu) dan masyarakat
dalam perkembangannya saling mempengaruhi sehingga terjadi interaksi yang dinamis di
Indonesia. Contoh, Bangsa Indonesia yang penduduknya mayoritas muslim maka budaya
yang terjadi pada masyarakat ini bernuansa Islam sehingga banyak terdapat bangunan mesjid,
Bank Syari`ah dan tempat-tempat pengajian' arsitektur Islam, banyak terdapat gerakan
dakwah secara langsung dan tidak langsung termasuk pengaturan tata aturan kehidupan yang
termuat dalam Kompilasi Hukum Islam dan fatwa MUI.
Oleh sebab itulah, Islam menyuruh umatnya untuk mengajak Umat Islaam dan umat
lainnya untuk kembali kejalan kabaikan dengan hikmah tapi bukan dengan cara kekerasan,
sebagimana firman Allah SWT:

Artinya: “ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk. (ayat 126) Dan jika kamu memberikan balasan, Maka
balaslah dengan Balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu, akan tetapi
jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.
Jadi, nilai-nilai luhur dari dakwah Islam adalah mengajak orang berbuat baik bahkan
menjalankan menjalankan syari’at Islam secara hikmah dan bijaksana tetapi tidak dengan
kekerasan salah satu cara dengan cara hikmah tersebut adalah membangun lembaga-lembaga
ke-Islaman dan toleransi terhadap sesama agama yang lainnya sebagimana yan telah
diuraikan diatas.

2. 5 Islam dan Politik


Islam dan politik merupakan persoalan yang selalu aktual, karena sejalan dengan
pandangan para pakar islam, islam lebih dari sekedar sistem teologis(agama), tetapi ia
merupakan sebuah sistem kehidupan yang lengkap. Untuk memahami model politik islam
biasanya orang dengan mudah merujuk langsung kepada praktek politik dimasa Rasulullah ,
khususnya dimasa madinah , dimana keterkaitan antar agama dan politik sangat erat , bahkan
dikatakan bahwa Nabi Muhammda SAW adalah nabi dan Negarawan sekaligus.

Firman Allah SWT dalam QS: an-Nisa ayat 58-59


‫ِإَّن َهَّللا َيْأُم ُر ُك ْم َأْن ُتَؤ ُّد وا األَم اَناِت ِإَلى َأْهِلَها َو ِإَذ ا َح َك ْم ُتْم َبْيَن الَّناِس َأْن َتْح ُك ُم وا ِباْلَع ْد ِل ِإَّن َهَّللا ِنِعَّم ا َيِع ُظُك ْم ِبِه ِإَّن َهَّللا َك اَن َسِم يًعا‬
‫)َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا َأِط يُعوا َهَّللا َو َأِط يُعوا الَّرُسوَل َو ُأوِلي األْم ِر ِم ْنُك ْم َفِإْن َتَناَز ْعُتْم ِفي َش ْي ٍء َفُر ُّد وُه ِإَلى ِهَّللا‬٥٨( ‫َبِص يًرا‬
)٥٩( ‫َو الَّرُسوِل ِإْن ُكْنُتْم ُتْؤ ِم ُنوَن ِباِهَّلل َو اْلَيْو ِم اآلِخ ِر َذ ِلَك َخْيٌر َو َأْح َس ُن َتْأِويال‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.(ayat
59) Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Ayat ini memerintahkan kita khususnya pada penguasa untuk menjaga dan
menyampaikan amanah yang diberikan Allah untuk semua manusia yang kemudian bagi
umat Islam diwajibkan untk mentaati penguasa selama itu penguasa tersebut menjalankan
amanah Allah. Oleh sebab itu konsep politik yang dibangun dalam Islam tidak sepenuhnya
demokrasi dan tidak juga sepenuhnya absolute murni tetapi mengutamakan musyawarah
sebagai upaya membangkitkan semangat kebersamaan untuk mencapai kesepakatan,
sehingga tidak yang merasa dirugikan dan terabaikan.
Bagi masyarakat modern pranata sosial politik ditandai dengan semakin
berkembangnya kesadaran berpolitik, partisipasi aktif rakyat dalam mensukseskan pemilu
eksekutif dan legislatif sehingga politik mampu menciptakan situasi ketertiban dan
keamanan. Akan tetapi, jika terjadi sebaliknya, tercipta situasi yang rusuh dan konflik karena
kepentingan politik atau sentimen politik sebagimana yang telah terjadi pada beberapa
Wilayah Indonesia, rusuh sebab pemilihan kepala daerah di Maluku, Manado dan lain-lain.
Maka ini menunjukkan Masyarakat Indonesia belum siap sepenuhnya menghadapi
perkembangan politik Indonesia yang salah sebabnya lemahnya sistem keamanan dan
kesadaran masyarakat. Sikap emosinal dan tidak siap berbeda pendapat dari para tokoh
politik juga menjadi salah satu faktor penyebab kelemahan politik Indonesia sehingga dengan
ini dapat kita katakan bahwa Masyarakat Indonesia belum modern dibidang sosial politik.
Untuk ini perlu kiranya kita bercermin kepada Rasulullah SAW empat belas abad yang lalu,
beliau membangun Masyarakat Muslim di Makkah dan Madinah berdasarkan prinsip
musyawarah mufakat dan kebebasan berpendapat yang bertanggung jawab, maka tipelogi
yang dilakukannya dalam memimpim Umat Islam terpusat pada keteladanan sikap pribadi
beliau. Nabi Muhammad SAW berperan ganda sebagai tokoh agama dan kepala
pemerintahan. Selama kepemimpinan Nabi Muhammad SAW ketika beliau menyelesaikan
permasalahan yang bernuansa agama/ibadah maka banyak keputusan yang dibuatnya dibantu
oleh Wahyu Tuhan, bahkan terkadang beliau sendiri menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an dalam
memeberikan suatu jawaban atas pertanyaan sahabat. Ketika beliau menyelesaikan
permasalahan yang bernuansa sosial politik maka beliau mengutamakan musyawarah
mufakat yang banyak dibantu oleh sahabat-sahabatnya. tidak ada diskriminasi terhadap
kelompok tertentu termasuk pada kaum wanita bahkan orang kafir sekalipun, justru
Rasulullah SAW sebaliknya berusaha menghilangkan diskriminasi sebagaimana yang telah
terbangun jauh sebelumnya oleh Arab Jahiliyah dimana kaum wanita dianggap kaum yang
lemah bahkan merusak sehingga banyak bayi wanita dibunuh, bagi Masyarakat Arab dahulu
juga sudah terbangun sistem kasta (bany) antara kasta yang terhormat dan kasta budak
Hukum yang berlaku adalah syari'at Islam, akan tetapi Rasul tidak pernah
menunjukkan sikap tentang Negara Islam di Makkah dan Madinah. Jadi salah kaprah jika
sebagian orang Islam bersikeras membentuk negara Islam Indonesia, yang perlu untuk
diperjuangkan adalah penegakan kembali piagam Jakarta yang mana salah satu isinya adalah
kewajiban orang Islam menjalankan Syari'at Islam di Indonesia.
Contoh, ketika Rakyat Aceh menuntut merdeka dan mendirikan Negara Islam, walaupun hal
ini gagal mereka lakukan, mereka hanya mendapatkan hak istimewa untuk menjalankan
Hukum Islam. Ternyata dalam praktekknya dilakukan terlalu over dosisi sehingga Syari'at
Islam berlaku juga untuk orang non Islam Aceh sehingga yang terjadi adalah didaerah-daerah
tertentu yang minoritas muslim (Irian Jaya dan Maluku) Orang Islam ditekan dan tidak boleh
mendakwahkan Islam secara bebas dan terbuka. Maka situasi sosial politik seperti ini sangat
berpotensi menjadi bom waktu bagi masyarakat Indonesia terjadi perang suku dan agama.
Oleh sebab itu harus segera dicegah, salah satu caranya adalah perlu adanya gerakan
moral yang lebih kuat untuk menciptakan kerukunan antar umat beragama dan perlu adanya
kekuatan militer.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Agama dan nilai-nilai agama merupakan fakta yang konstan yang ada pada setiap
masyarakat manusia sepanjang masa. Agama dan nilai-nilai agama bersatu dengan unsur-
unsur budaya membentuk system dan struktural yang membina dan yang memunculkan arah
kehidupan manusia yang secara nyata telah membedakaan kehidupan dan kualitas kehidupan
manusia dari makhluk lainnya dibandingkan dengan faktor-faktor sosial budaya, maka faktor
agama itulah yang sangat berpengaruh pada semua segi kehidupan mereka.
Dari segi ajaran agama dapat dikatakan bahwa agama merupakan sumber motivasi perilaku
masyarakat dan bangsa. Keinginan untuk meningkatkan kualitas pribadi dan kesejahteraan
sesama warga bangsa akan lebih berhasil bila pula disertai motivasi keagamaan.
Melihat realita diatas yang menunjukan betapa pentingnya agama terhadap kehidupan
masyarakat. Dari itu kami akan sedikit membahas tentang hubungan Hukum Islam dengan
Pranata Sosial dimakalah ini.
Pranata sosial adalah tata nilai mengatur kehidupan masyarakat. Masyarakat yang
dimaksudkan adalah sekelompok orang yang saling berkomunikasi terfokus pada berbagai
aktifitas guna memenuhi kebutuhan hajat hidup manusia secara menyeluruh. Atau pranata
sosial yang kami maksudkan disini adalah lembaga yang terdapat dimasyarakat. Adapun
pranata sosial dalam Islam adalah berupa tata nilai-nilai yang mengaturan kehidupan sosial
Masyarakat Muslim berdasarkan Syari'at Islam sebagaimana yang dicontohkan oleh baginda
Rasulullah SAW untuk terapkan pada masa sekarang.
Berikut ini, ada beberapa faktor pranata sosial dalam Ajaran Islam dilihat dari berbagai aspek
diantaranya
a) Pranata dibidang Agama
b) Pranata dibidang Ekonomi Islam
c) Pranata keluarga yang Islamiyah
d) Pranata pendidikan dalam Islam
e) Pranata politik dalam Islam
Kemudian, dari pranata tersebut terbentuk struktur sosial yaitu memperhatikan
berbagai aspek kehidupan manusia, mulai tingkat sosial dan dinamika masyarakat diantara
keseluruhan jalinan unsur sosial, kaidah sosial, lembaga sosila dan kelompok sosial.
Dinamika masyarakat sebagai proses perubahan sosial itu sendiri. Proses sosial sebagai
timbal balik antara pelbagai segi kehidupan bersama terutama dalam hal interaksi sosial.
Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan orang
perorangan maupun antar kelompok manusia.
Selain itu, manusia secara psikologis juga sebagai mahluk berketuhanan, sadar atau
tidak percaya bahwa manusia selalu mencari kebenaran dibsebalik kebenaran yang ia terima
dan akhir dari pencarian kebenaran tersebut itulah ia membutuhkan kebenaran yang mutak
yaitu kebenaran yang bersumber dari Tuhan.
Setiap manusia membentuk kelompok sosial, reaksi tersebut menyebabkan terjadinya
berbagai tindakan disebabkan keinginan dan kepentingan menjadi satu kesatuan dengan
manusia lain disekelilingnya. Kelompok sosial tersebut terdiri dari dua yaitu kelompok sosial
formal dan non formal, formal adalah kelompok sosial yang diikat oleh aturan-aturan yang
telah ada sebelumnya yang kemudian menjadi landasan hukum dalam menentukan kebijakan.
Sedangkan kelompok sosial non formal adalah kelompok sosial yang tidak terikat oleh
aturan-aturan yang telah ada tetapi hanya berbentuk kesepakatan bersama yang kemudian
menjadi landasan hukum dalam menentukan kebijakan.
Kemudian, terjadinya perubahan sosial disebabkan beberapa fakrot yaitu: terjadi
konflik, perpindahan penduduk dan majunya ilmu penetahuan, dari ketiga faktor ini maka
majunya ilmu pengetahuan memiliki pengaruh sangat besar perubahan yang positip suatu
daerah sebagimana yang diungkapkan Randall Colins dalam sebuah kesimpulan dari
tulisannya tentang peran ilmu pengetahuan sebagai sosial kontrol perubahan, bahwa sosial
kontrol dalam ilmu pengetahuan merupakan suatu perubahan sistem dimana informasi
memberikan manfaat yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan sehingga
mengajak setiap individu berpikir kreatif sebagaimana tujuan mulya dari nilai-nilai ilmu
pengetahuan itu sendiri. Adapun oreantasi dari para ilmuan disini adaah mengaharapkan
penemuan dan pemikirannya dapat diterima dan diakui orang lain sebagai kaidah-kaidah ilmu
pengetahuan tetapi bukanlah fanatik ilmu pengetahuan yang dapat menyebebkan orang tidak
fleksibel dalam berpikir.

http://r3nnysaputri.blogspot.com/2013/12/islam-dan-pranata-sosial.html

Anda mungkin juga menyukai