BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah memperkenalkan segi-segi kehidupan umat islam
ang berkisar pada masalah sosial-politik . Dengan ini diharapkan mahasiswa dapat
memahami secara komprehensif segi-segi kehidupan dari pranata sosial islam, yang dapat
melahirkan cara pandang yang terbuka dan toleran namun kritis.
1 .3 Rumusan Masalah
1. Apa itu pranata sosial?
2. Masalah sosial-politik yang terjadi dalam kehidupan umat islam?
3. Peran masjid dalam pembinaan umat?
4. Peran islam dalam politik?
5. Konsep keluarga sakinah,mawaddah dan rahmah?
BAB II
ISI
Artinya: “ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk. (ayat 126) Dan jika kamu memberikan balasan, Maka
balaslah dengan Balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu, akan tetapi
jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.
Jadi, nilai-nilai luhur dari dakwah Islam adalah mengajak orang berbuat baik bahkan
menjalankan menjalankan syari’at Islam secara hikmah dan bijaksana tetapi tidak dengan
kekerasan salah satu cara dengan cara hikmah tersebut adalah membangun lembaga-lembaga
ke-Islaman dan toleransi terhadap sesama agama yang lainnya sebagimana yan telah
diuraikan diatas.
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.(ayat
59) Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Ayat ini memerintahkan kita khususnya pada penguasa untuk menjaga dan
menyampaikan amanah yang diberikan Allah untuk semua manusia yang kemudian bagi
umat Islam diwajibkan untk mentaati penguasa selama itu penguasa tersebut menjalankan
amanah Allah. Oleh sebab itu konsep politik yang dibangun dalam Islam tidak sepenuhnya
demokrasi dan tidak juga sepenuhnya absolute murni tetapi mengutamakan musyawarah
sebagai upaya membangkitkan semangat kebersamaan untuk mencapai kesepakatan,
sehingga tidak yang merasa dirugikan dan terabaikan.
Bagi masyarakat modern pranata sosial politik ditandai dengan semakin
berkembangnya kesadaran berpolitik, partisipasi aktif rakyat dalam mensukseskan pemilu
eksekutif dan legislatif sehingga politik mampu menciptakan situasi ketertiban dan
keamanan. Akan tetapi, jika terjadi sebaliknya, tercipta situasi yang rusuh dan konflik karena
kepentingan politik atau sentimen politik sebagimana yang telah terjadi pada beberapa
Wilayah Indonesia, rusuh sebab pemilihan kepala daerah di Maluku, Manado dan lain-lain.
Maka ini menunjukkan Masyarakat Indonesia belum siap sepenuhnya menghadapi
perkembangan politik Indonesia yang salah sebabnya lemahnya sistem keamanan dan
kesadaran masyarakat. Sikap emosinal dan tidak siap berbeda pendapat dari para tokoh
politik juga menjadi salah satu faktor penyebab kelemahan politik Indonesia sehingga dengan
ini dapat kita katakan bahwa Masyarakat Indonesia belum modern dibidang sosial politik.
Untuk ini perlu kiranya kita bercermin kepada Rasulullah SAW empat belas abad yang lalu,
beliau membangun Masyarakat Muslim di Makkah dan Madinah berdasarkan prinsip
musyawarah mufakat dan kebebasan berpendapat yang bertanggung jawab, maka tipelogi
yang dilakukannya dalam memimpim Umat Islam terpusat pada keteladanan sikap pribadi
beliau. Nabi Muhammad SAW berperan ganda sebagai tokoh agama dan kepala
pemerintahan. Selama kepemimpinan Nabi Muhammad SAW ketika beliau menyelesaikan
permasalahan yang bernuansa agama/ibadah maka banyak keputusan yang dibuatnya dibantu
oleh Wahyu Tuhan, bahkan terkadang beliau sendiri menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an dalam
memeberikan suatu jawaban atas pertanyaan sahabat. Ketika beliau menyelesaikan
permasalahan yang bernuansa sosial politik maka beliau mengutamakan musyawarah
mufakat yang banyak dibantu oleh sahabat-sahabatnya. tidak ada diskriminasi terhadap
kelompok tertentu termasuk pada kaum wanita bahkan orang kafir sekalipun, justru
Rasulullah SAW sebaliknya berusaha menghilangkan diskriminasi sebagaimana yang telah
terbangun jauh sebelumnya oleh Arab Jahiliyah dimana kaum wanita dianggap kaum yang
lemah bahkan merusak sehingga banyak bayi wanita dibunuh, bagi Masyarakat Arab dahulu
juga sudah terbangun sistem kasta (bany) antara kasta yang terhormat dan kasta budak
Hukum yang berlaku adalah syari'at Islam, akan tetapi Rasul tidak pernah
menunjukkan sikap tentang Negara Islam di Makkah dan Madinah. Jadi salah kaprah jika
sebagian orang Islam bersikeras membentuk negara Islam Indonesia, yang perlu untuk
diperjuangkan adalah penegakan kembali piagam Jakarta yang mana salah satu isinya adalah
kewajiban orang Islam menjalankan Syari'at Islam di Indonesia.
Contoh, ketika Rakyat Aceh menuntut merdeka dan mendirikan Negara Islam, walaupun hal
ini gagal mereka lakukan, mereka hanya mendapatkan hak istimewa untuk menjalankan
Hukum Islam. Ternyata dalam praktekknya dilakukan terlalu over dosisi sehingga Syari'at
Islam berlaku juga untuk orang non Islam Aceh sehingga yang terjadi adalah didaerah-daerah
tertentu yang minoritas muslim (Irian Jaya dan Maluku) Orang Islam ditekan dan tidak boleh
mendakwahkan Islam secara bebas dan terbuka. Maka situasi sosial politik seperti ini sangat
berpotensi menjadi bom waktu bagi masyarakat Indonesia terjadi perang suku dan agama.
Oleh sebab itu harus segera dicegah, salah satu caranya adalah perlu adanya gerakan
moral yang lebih kuat untuk menciptakan kerukunan antar umat beragama dan perlu adanya
kekuatan militer.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Agama dan nilai-nilai agama merupakan fakta yang konstan yang ada pada setiap
masyarakat manusia sepanjang masa. Agama dan nilai-nilai agama bersatu dengan unsur-
unsur budaya membentuk system dan struktural yang membina dan yang memunculkan arah
kehidupan manusia yang secara nyata telah membedakaan kehidupan dan kualitas kehidupan
manusia dari makhluk lainnya dibandingkan dengan faktor-faktor sosial budaya, maka faktor
agama itulah yang sangat berpengaruh pada semua segi kehidupan mereka.
Dari segi ajaran agama dapat dikatakan bahwa agama merupakan sumber motivasi perilaku
masyarakat dan bangsa. Keinginan untuk meningkatkan kualitas pribadi dan kesejahteraan
sesama warga bangsa akan lebih berhasil bila pula disertai motivasi keagamaan.
Melihat realita diatas yang menunjukan betapa pentingnya agama terhadap kehidupan
masyarakat. Dari itu kami akan sedikit membahas tentang hubungan Hukum Islam dengan
Pranata Sosial dimakalah ini.
Pranata sosial adalah tata nilai mengatur kehidupan masyarakat. Masyarakat yang
dimaksudkan adalah sekelompok orang yang saling berkomunikasi terfokus pada berbagai
aktifitas guna memenuhi kebutuhan hajat hidup manusia secara menyeluruh. Atau pranata
sosial yang kami maksudkan disini adalah lembaga yang terdapat dimasyarakat. Adapun
pranata sosial dalam Islam adalah berupa tata nilai-nilai yang mengaturan kehidupan sosial
Masyarakat Muslim berdasarkan Syari'at Islam sebagaimana yang dicontohkan oleh baginda
Rasulullah SAW untuk terapkan pada masa sekarang.
Berikut ini, ada beberapa faktor pranata sosial dalam Ajaran Islam dilihat dari berbagai aspek
diantaranya
a) Pranata dibidang Agama
b) Pranata dibidang Ekonomi Islam
c) Pranata keluarga yang Islamiyah
d) Pranata pendidikan dalam Islam
e) Pranata politik dalam Islam
Kemudian, dari pranata tersebut terbentuk struktur sosial yaitu memperhatikan
berbagai aspek kehidupan manusia, mulai tingkat sosial dan dinamika masyarakat diantara
keseluruhan jalinan unsur sosial, kaidah sosial, lembaga sosila dan kelompok sosial.
Dinamika masyarakat sebagai proses perubahan sosial itu sendiri. Proses sosial sebagai
timbal balik antara pelbagai segi kehidupan bersama terutama dalam hal interaksi sosial.
Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan orang
perorangan maupun antar kelompok manusia.
Selain itu, manusia secara psikologis juga sebagai mahluk berketuhanan, sadar atau
tidak percaya bahwa manusia selalu mencari kebenaran dibsebalik kebenaran yang ia terima
dan akhir dari pencarian kebenaran tersebut itulah ia membutuhkan kebenaran yang mutak
yaitu kebenaran yang bersumber dari Tuhan.
Setiap manusia membentuk kelompok sosial, reaksi tersebut menyebabkan terjadinya
berbagai tindakan disebabkan keinginan dan kepentingan menjadi satu kesatuan dengan
manusia lain disekelilingnya. Kelompok sosial tersebut terdiri dari dua yaitu kelompok sosial
formal dan non formal, formal adalah kelompok sosial yang diikat oleh aturan-aturan yang
telah ada sebelumnya yang kemudian menjadi landasan hukum dalam menentukan kebijakan.
Sedangkan kelompok sosial non formal adalah kelompok sosial yang tidak terikat oleh
aturan-aturan yang telah ada tetapi hanya berbentuk kesepakatan bersama yang kemudian
menjadi landasan hukum dalam menentukan kebijakan.
Kemudian, terjadinya perubahan sosial disebabkan beberapa fakrot yaitu: terjadi
konflik, perpindahan penduduk dan majunya ilmu penetahuan, dari ketiga faktor ini maka
majunya ilmu pengetahuan memiliki pengaruh sangat besar perubahan yang positip suatu
daerah sebagimana yang diungkapkan Randall Colins dalam sebuah kesimpulan dari
tulisannya tentang peran ilmu pengetahuan sebagai sosial kontrol perubahan, bahwa sosial
kontrol dalam ilmu pengetahuan merupakan suatu perubahan sistem dimana informasi
memberikan manfaat yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan sehingga
mengajak setiap individu berpikir kreatif sebagaimana tujuan mulya dari nilai-nilai ilmu
pengetahuan itu sendiri. Adapun oreantasi dari para ilmuan disini adaah mengaharapkan
penemuan dan pemikirannya dapat diterima dan diakui orang lain sebagai kaidah-kaidah ilmu
pengetahuan tetapi bukanlah fanatik ilmu pengetahuan yang dapat menyebebkan orang tidak
fleksibel dalam berpikir.
http://r3nnysaputri.blogspot.com/2013/12/islam-dan-pranata-sosial.html