Anda di halaman 1dari 19

PENUGASAN PADA PERTEMUAN KE 9

UNTUK DIBAHAS DAN DISEMINARKAN PADA PERTEMUAN KE 10

MODUL 9
IBADAH MU’AMALAH 1
(SOSIAL DAN EKONOMI DALAM ISLAM)
Kompetensi Sosial dan Ekonomi dalam Islam
Agar mahasiswa mengetahui tentang kosep pembentukan masyarakat dalam Islam melalui pernikahan dalam
mendirikan keluarga, sebagai unit terkecil dalam pembentukan struktur sosial masyarakat Islami yang Madani, yang
melahirkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Kegiatan rumah tangga Islami tidak hanya melahirkan
anak keturunan sebagai pelanjut gererasi, akan tetapi meliputi kegiatan sosial dan ekonimo yang mencakup kegiatan
hubungan antar sesama manusia dalam kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi, Agar mahasiswa mengetahui
konsep sosial ekonomi dalam Islam dalam rangka pembentukan ekonomi masyarakat madani. Sehingga mahasiwa
mampu menerapkan konsep sosial ekonomi islami dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat Islam, dalam
rangka pembentukan masyarakat madani.

Ibadah ialah segala yang diinginkan, yang dirasakan dan dipikirkan yang yang diwujudkan
melalui ucapan dan perbuatan yang didasari oleh niyat karena Allah SWT. sehingga ucapan dan
perbuatann itu bernilai ibadah kepada Allah SWT., berdasarkan Hadits yang artinya sesungguhnya
setiap perbuatan tergatung kepada niyatnya.
Mu’amalah secara umum berarti seluruh amal (aktivitas) manusia selain aktivitas yang
berkaitan ibadah khusus. Dalam pemakaian sehari-hari mu’amalah terkadang dikhususkan untuk
kegiatan ekonomi saja, yang sering disebut juga dengan ekonomi mu’amalah (ekonomi Syari’ah) atau
ekonomi islam. Dalam pembahasan ini ibadah mu’amalah ialah seluruh aktifitas manusia yang bernilai
ibadah kepada Allah SWT., selain aktivitas yang berkaitan ibadah khusus, yang meliputi seluruh aspek
kehidupan, seperti sosial dan ekonomi dalam Islam, politik dan Ham dalam Islam, Olah Raga dan Seni
dalam Islam, ilmi pengetahuan dan filsafat dalam Islam dan sebagainya.
Pada bagian pertama mu’amalah satu; akan dibecarakan tentang masalah sosial dan ekonomi
dalam Islam. Sedangkan pada bagian mua’amalah dua; akan dibicarakan tantang masalah politik dan
hama dalam Islam.
1. Sosial dalam Islam
Sosial dalam Islam ialah ajaran Islam yang mengatur tentang hubungan soaial antar sesama
manusia dalam membentuk struktur masyarakat, dan seluruh interaksi dalam kehidupan bermaysrakat.
Islam meletakkan titik berat utama pada hubungan sosial menjadi inti dari ajaran Islam dalam
membangun kehidupan sosial masyarakat Islam, yang didasarkan pada syari’ah (hukum Islam) dan
1
akhlak mulia (moralitas Ialami). Masyarakat Islam yang dipolakan Allah SWT. adalah masyarakat
madani yaitu masyarakat modern yang memiliki dua ciri yaitu masyrakat theosentris yaitu masyarakat
yang berpusat kepada Tuhan, karena seluruh interaksi manusia dipertanggungjawabkan kepada Allah
Tuhan Yang Maha Esa di akherat. dan masyarakat etiko religius, yaitu masyarakat hidup dengan nilai-
nilai akhlak Islamiyah yang dilestarikan dalam kehidupan sehari-hari. Bertentangan dengan hubungan
sosial masyarakat sekuler yang berdasarkan keduniawiaan dan mempunyai pendekatan materialistis
yang dibangun dalam kefanaan, yaitu kekosongan akhlak atau moral sebagai dasar sistem nilainya.
1.1. Falsafah Sosial Masyarakat Islam
Masyarakat Islam adalah masyarakat madani yang menjadikan theosentris, yaitu Allah SWT
sebagai pusat kekuasaan yang mendasari falsafah sosialnya didasarkan pada sistem nilai yang paling
tinggi dan paling penting, karena mengimani, bergantung dan menyembah kepada Allah SWT.
sebagaimana dijelaskan Allah SWT.dalam firman-Nya QS.112:1-2 dan QS.20:14 (Baca artinya dalam
al-Qur’an dan Terjemahannya)
Kandungan ayat ini memberi prinsip yang sempurna dan lengkap untuk mencapai ideologi
serta nilai tertinggi masyarakat, yaitu masyarakat yang mengimani Ke Maha Esaan Allah SWT.,
masyarakat yang hanya bergantung kepada Allah SWT. dan masyarakat yang hanya menyembah Allah
SWT. semata. Dalam kenyataannya, masyarakat inilah yang mengeluarkan sangsi-sangsi yang murni
dan penting bagi upaya kebenaran, keadilan, keindahan, kasih sayang serta pelayanan dan memuaskan
terhadap sesama, masyarakat yang jauh dari segala perbuatan maksiyat, sebagaimana yang dikrarkan
oleh setiap anggota masyarkat di dalam shalatnya, sebagaimana dijelaskan Allah SWT.dalam firman-
Nya QS.6:79, dan 162-163 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan Terjemahannya)
1.2. Akhlak Sosisal Masyarakat Islam
Sebagai masyarakat yang berakhlak Islamiyah, didasarkan pada idealisme etika theosentris
yang bertopang pada: Pertama, cinta pada Allah SWT. Yang dicerminkan dengan kecintaan kepada
sesama manusia. Kedua, rasa takut pada Allah SWT. yang dicerminkan pada rasa takut pada
pengadilan Allah SWT., sebagaiman dijelaskan dalam Hadis nabi Muhammad SAW., yang artinya:
Belum beriman salah seorang kamu sebelum dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai
dirinya sendiri (Hadis Shalih).
Masyarakat madani adalah masyarakat yang menjadikan nilai spiritual ajaran Islam sebagai
akhlak dan moralnya, yang disebut dengan akhlak al-karimah.. Allah SWT. lewat wahyu al-Qur’an
menguraikan penjelasan tentang nilai-nilai spiritual. Tujuan Allah SWT mengutus nabi Muhammad
SAW. sebagai Rasul-Nya untuk menyempurnakan akhlak manusia, sebagaimana dalam Hadisnya:

2
(‫انما تعثة التمم مكارم االخالق ( رواه احمد اتن حوتاب‬
Sesungguhnya, saya ini diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak manusia menjadi akhlak yang
mulia. (HR. Ahmad Ibnu Hubab).
Kehadiran nabi Muhammad SAW. sebagai Rasul adalah membawa cahaya yang menerangi,
sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam Q.S. 33:45 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan
Terjemahannya). Al-Qur’an al-Karim yang diturunkan Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW.
sebagai petunjuk bagi manusia dalam menjalani kehidupannya adalah manifestasi cahaya dari Allah
SWT. Maka fungsi al-Qur’an sebagai tuntunan yang membimbing manusia dari kegelapan ke sinar
yang terang bendrang, sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam Q.S. 14: 2. (Baca artinya dalam al-
Qur’an dan Terjemahannya).
Anggota masyarakat Islam sejati adalah orang yang menerima cahaya dari Allah SWT., yaitu
yal-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya yang menyinari pergaulan sesamanya. Allah SWT. melalui ajaran
al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya mengajak semua anggota masyarakat Islam melewati kebaikan untuk
meraih kemuliaan, karena Allah SWT. Itu Maha Mulia Nabi Muhammad SWT. Itu mulia, sehingga
anggota masyarakat Islam adalah masyarakat yang mulia dan terhormat, sesuai dengan kemuliaan
sifatnya dan ketaqwaannya masing-masing.
Masyarakat Islam didasarkan pada pengakuan kesatuan umat dan cita-cita persaudaraaan
umat manusia, Islam menentang rasisme (ras), sukuisme (suku), kastaisme (kasta), klasisme (kelas) dan
dinastisme (kekuasaan) sebagai suatu pengkhianatan terhadap umat manusia. Semua anggota
masyarakat Islam adalah sama dan pada dasarnya memiliki hak-hak asasi yang sama, tanpa
mempedulikan ras, suku, kasta, dinasti, warna kulit, dan bahasa. Dengan demikian, masyarakat
madani adalah masyarakat merdeka yang non-rasial, non-suku, non-kasta dan non-kelas. Bisa juga
dikatakan sebagai Egalitarian society (masyarakat yang sama di bidang sosial, politik dan ekonomi).
1.3. Pembentukan Masyarakat Islam
Dalam aspek struktural, masyarakat Islam tersebut menekankan pada keluarga sebagai unit
terkecil dalam pembentukan masyarakat madani. Pada kenyataannya keluarga memainkan peranan
penting dalam pembentukan masyarakat, karena keluarga sebagai lingkungan sosial yang pertama
dialami oleh individu ditekankan oleh Islam sebagai sarana yang pertama dan utama untuk membentuk
akhlak sosial. Di mana seorang harus melibatkan diri dalam interaksi sosial yang konstan di dalam
keluarganya, dan disiplin akhlak yang dimilikinya memainkan peranan penting dalam perilakunya
ketika berhubungan dengan masyarakat, negara dan umat manusia pada umumnya.

3
Keluarga merupakan dasar pembentukan masyarakat madani, sebagai unit terkecil dari
kesatuan sosial masyarakat. Maka Islam telah memberikan suatu tata aturan akhlak dalam keluarga
yang dibangun berdasarkan pernikahan yang sah berdasarkan nilai keimanan dan ketaqwaan suami
isteri (orang tua), keimanan dan ketaqwaan keturunan, dengan penekanan mutlak pada kesucian suami
isteri, kebajikan, kebaikan dan penghormatan anak terhadap orang tuanya dan anggota keluarganya
yang lebih tua.
Islam menekankan bahwa kesucian dan sopan santun dalam rumah tangga ini mutlak adanya,
karena tanpa hal itu tidak akan terwujud keluarga yang sehat. Kenyataan ini didasarkan atas hukum-
hukum khusus tentang akhlak yang telah diletakkan Islam pada hukum terhadap laki-laki dan wanita
yang melarangan kebebasan sex; karena Islam menempatkan peranan wanita yang pokok adalah
sebagai ibu yang mendidik masyarakat dengan akhlak yang mulia.
Izin bersyarat untuk melakukan poligami bagi laki-laki yang mampu berbuat adil terhadap
istri-istrinya adalah bertujuan untuk tindakan prepentif terhadap pelacuran dan membasmi pelacuran,
karena pelacuran akan mengundang kutukan Allah SWT. kepada manusia berupa penyakit AID damn
virus HIV yang mematikan dan tidak pernah ada obatnya di dunia ini, di samping untuk menjaga
kesucian rahim wanita, poligami juga untuk menyelamatkan anak-anak yatim, di dalam suatu
masyarakat yang kelebihan kaum wanitanya. Di atas segala-galanya, ajaran Islam adalah membangun
masyarakat berdasarkan kepada keluarga.
1.4. Fungsi Nikah dalam Pembentukan Masyarakat Islam
Dalam Islam di antara aturan pembatasan yang termasuk hal yang sangat mendasar dan
penting ialah perkawinan (pernikahan), karena lembaga ini adalah merupakan asas pokok bagi
peradaban manusia, sebagai lembaga terkecil yang diakui keberadaannya dari strusktur masyarakat,
baik secara hukum, maupun secara sosial ekonomi.
Di dalam istilah hukum Islam perkawinan dikenal dengan istilah pernikahan yang diambilkan
dari kata nikah. Nikah (Bahasa Arab) artinya ’aqad, dalam bahasa Indonesia berarti ikatan. Jadi nikah
ialah ikatan atau perjanjian suci antara pria dan wanita di depan wali dan saksi yang menghalalkan
hidup bersama (suami/isteri) lahir dan batin untuk membentuk suatukeluarga sakinah, mawaddah dan
rahmah, yairu keluarga yang bahagia, yang berkasih sayang dan yang sejahtera.
Eksistensi keluarga Islami dalam rumah tangga yang islami sebagai sebagai unit terkecil dari
terbentuknya masyarakat madani, berfungsi untuk mewujudkan masyarakat yang yang saling
membahagiakan, saling mengashi, dan saling menyejahterakan. Maka nikah merupakan syarat mutlak

4
untuk mendirikan sebuah keluarga sebagai lembaga rumah tangga, sebagaimana dijelaskan Allah SWT
dalam QS:4:1, QS.24:32 dan QS. 30:21 (Baca artinya daam al-Qur’an dan Terjemahannya).
Keluarga/rumah tangga diikat oleh pernikahan/perkawinan berdasarkan keimanan kepada
Allah SWT., maka status hubungan dalam keluarga sangat erat, yang tidak mudah untuk dipisahkan,
karena hubungan itu bukan hanya karena tali nikah saja, akan tetapi juga karena adanya anak-anak
yang shaleh dan shalehah dan harta yang diperoleh bersama sebagai prestasi/prestise dan kebanggan
suami/istri secara halal dan baik semenjak dilakukan nikah tersebut sampai keduanya menemui ajal
masing-masing kembali kehadirat Allah SWT., sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam QS:3:14
(Baca artinya daam al-Qur’an dan Terjemahannya).
1.5. Prinsip dasar ajaran Islam tentag pernikahan:
1.5.1. Dianjurkan menikah bagi orang yang mampu lahir (sehat jasmani)/batin (sehat rohani). (Hadis).
1.5.2. Dianjurkan menikahi wanita-wanita yang baik dan dinikahi oleh pria yang baik pula,
sebahaimana dijelaskan Allah SWT. dalam Q.S. 24:3 (Baca artinya daam al-Qur’an dan
Terjemahannya).
1.5.3. Nikah itu penting, sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam Q.S. 24:32 (Baca artinya daam
al-Qur’an dan Terjemahannya).
1.5.4. Pernikahan adalah ikatan dari dua jenis kelamin makhluk manusia yang sebenarnya adalah satu,
sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam Q.S 7:189 (Baca artinya daam al-Qur’an dan
Terjemahannya).
1.5.5. Perasaan cinta kasih dan pengabdian hanya dapat tumbuh dan berkembang melalui perkawinan
yang sah, sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam Q.S. 30:21 (Baca artinya daam al-Qur’an
dan Terjemahannya).
1.5.6. Pengembangbiakan manusia hanya dibenarkan oleh Allah swt. melalui perkawinan yang sah,
sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam QS.4 (Baca artinya daam al-Qur’an dan
Terjemahannya).
1.6. Hukum Menikah, sebagai berikut:
1.6.1. Sunnat yang disunnahkan bagi yang mampu dan tidak dikhawatirkan melakukan pergaulan
bebas dan berzina.
1.6.2. Wajib, bagi yang mampu lahir dan batin, dan dikhawatirkan pergaulan bebas dan berzina.
1.6.3. Makruh, bagi yang belum mampu lahir dan batin, akan tetapi mempunyai keinginan untuk
menikah. Terhadap kasus seperti ini disunatkan sering-sering berpuasa untuk mengendalikan
syahwat.

5
1.6.4. Haram hukumnya menikah, bagi orang yang sengaja untuk merusak kesucian dan
menghancurkan masa depan lawan jenis.
Menikah itu adalah Sunnah Rasul, yang mengandung tujuan mulia, yaitu: untuk tolong
menolong, sebagaimana dijelaskann Allah SWT. dalam Q.S. 5:2dan Q.S. 2:223 (Baca artinya daam al-
Qur’an dan Terjemahannya). Untuk ketenangan, kestabilan dan kesehatan jiwa, yairu rumah tangga ang
sakinah, mawaddah dan rahmah, sebagaimana dijelaskann Allah SWT. dalam Q.S. Q.S. 30:21 (Baca
artinya daam al-Qur’an dan Terjemahannya). Untuk kesehatan tubuh (pisik), untuk memperbanyak
amal saleh sebagaimana dijelaskann Allah SWT. dalam Q.S. 2:223 (Baca artinya daam al-Qur’an dan
Terjemahannya).
1.7. Kriteria Memilih Calon Pasangan Suami Istri dalam Islam
Dalam memilih calon pasangan suami/isteri telah ditetapkan kriterianya oleh syara’, Yaitu:
1.7.1. Wajib hukumnya memilih calon suami/istri dengan sesama muslim. Haram hukumnya seorang
muslim menikah dengan yang musyrik (bukan muslim), baik laki-laki maupun perempuan,
sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam Q.S. 2:221 (Baca artinya daam al-Qur’an dan
Terjemahannya).
1.7.2. Kafaah (sama-sama cocok) Rasulullah memberi petunjuk kepada kita, kata Rasulullah SAW.:
Pilihlah calon suami/istri dengan pertimbangan empat hal:
1.7.2.1. Karena bentuk (ketampanan/kecantikan).
1.7.2.2. Karena kekayaan (kekayaan intelektuan atau atau kekayaan material).
1.7.2.3. Karena keturunannya,
1.7.2.4. Karena keimanan, ketaqwaan dan keshalehannya. Maka hendaklah mengutamakan keimanan,
ketaqwaan dan keshalehannya, karena keimanan, keatqwaan dan keshalehan memberikan
jaminan nilai hakiki dan abadi untuk kelangsungan kehidupan rumah tangga yang sejahtera
dan bahagia.
1.8. Kewajiban dan Hak Suami Istri dalam Rumah Tangga Islami
Di dalam rumah tanga muslim terdapat beberapa kewajiban dan Hak masing-masing
pasangan suami dan Istri.
1.8.1. Kewajiban suami terhadap istri:
1.8.1.1. Memenuhi dan mencukupkan kebutuhan pokok lahiriyah (sandang, pangan dan perumahan),
dan mencukupkan kebutuhan pokok batiniyah (kasih sayang dan seks), sebagaimana
dijelaskan Allah SWT. dalam Q.S. 65:7 (Baca artinya daam al-Qur’an dan Terjemahannya).

6
1.8.1.2. Melindungi, mendidik istri dan anak kepada yang benar, sebagaimana dijelaskan Allah SWT.
dalam Q.S. 4:34 (Baca artinya daam al-Qur’an dan Terjemahannya).
1.8.2. Kewajiban istri terhadap suami adalah:
1.8.2.1. Bersama suami memenuhi dan mencukupkan kebutuhan pokok lahiriyah dan bathiniyah
sehingga terpenuhinya kebahagiaan bersama, sebagaimana dijelaskann Allah SWT. dalam
Q.S. Q.S. 30:21 (Baca artinya daam al-Qur’an dan Terjemahannya).
1.8.2.2. Mengurus urusan dalam rumah tangga bersama suami.
1.8.2.3. Menjaga rahasia keluarga dan kehormatan suami.
1.8.2.4. Menjaga kesucian diri dari hal-hal yang akan merusak kebahagian rumah tangga.
1.8.2.5. Taat dan patuh kepada suami selama suami taat kepada Allah SWT.
Apabila sesuatu hal merupakan kewajiban bagi suami terhadap istrinya, maka ketika itu juga
pada tataran pelaksanaannya adalah menjadi hak bagi istri dari suaminya, dan begitu
sebeliknya dari istri kepada suami.
1.8.3. Kewajiban suami istri terhadap anaknya:
1.8.3.1. Memberi nama yang baik.
1.8.3.2. Mengajarkan ilmu pengetahuan.
1.8.3.3. Mendidik akhlaknya.
1.8.3.4. Memberi makan/minum yang halal dan baik/bergizi.
1.8.3.5. Menikahkan jika sudah ditemukan jodohnya. (Hadis Rasul).
1.8.4. Kewajiban anak terhadap ibu/bapaknya:
1.8.4.1. Berbakti kepada keduanya, menghormati dan memuliakan kedua orang tua, memenuhi
kebutuhan hidup dan merawat keduanya jika telah tua, sebagaimana dijelaskan Allah SWT.
dalam QS:31:14 -15 (Baca artinya daam al-Qur’an dan Terjemahannya).
1.8.4.2. Tiadak membentak atau tidak mengucapkan keta-kata yang dapat menyinggung perasaan
kedua orang tua, sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam QS17:23-24 (Baca artinya daam
al-Qur’an dan Terjemahannya).
1.8.4.3. Menganggung kebutuhan hidup dann biaya hidup serta kesehatan kedua orang tua.
1.8.4.4. Selalu mendo’akan kedua orang tua.
1.8.4.5. Selalu menghubungakan silaturrahim kedua orang tua dengan teman sejawatnya, meskipun
keduanya telah mati.
1.9. Problematika Rumah Tangga dan Solusinya dalam Islam

7
Ada beberapa problema dalam rumah tangga yang mungkin saja terjadi, setelah rumah
tangga itu di dirikan, antara lain adalah:
1.9.1. Masalah thalaq (percerai), boleh karena dharurat, namun dimurkai oleh Allah SWT.,
sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam Q.S. 2:227-232 (Baca artinya daam al-Qur’an dan
Terjemahannya).
1.9.2. Masalah poligami, pada prinsipnya boleh dengan syarat suami dapat berlaku ‘adil, sebagaimana
dijelaskan Allah SWT. dalam , Q.S. 4:3 (Baca artinya daam al-Qur’an dan Terjemahannya).
1.9.3. Masalah poliandri, haram (tidak boleh), demi menjaga kesucian rahim wanita, keturunan,
hubungan waris (nasab), sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam Q.S. 2:230 (Baca artinya
daam al-Qur’an dan Terjemahannya).
1.9.4. Masalah keluarga berencana (KB), boleh dengan tujuan (niat) memelihara kesehatan ibu/anak,
kesejahteraan rumah tangga dan pendidikan anak, sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam
Q.S. 2:233 dan QS.31:14 (Baca artinya daam al-Qur’an dan Terjemahannya).
1.9.5. Masalah bayi tabung, boleh, dengan syarat sperma dan sel telur berasal dari suami/istri ang sah
(berdasarkan hasil Ijtihad).
1.9.6. Masalah iddah dan ruju’, sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam Q.S. 2:230 dan Q.S. 234-
235 (Baca artinya daam al-Qur’an dan Terjemahannya).
1.9.7. Masalah waris bila terjadi perpisahan yang disebabkan karena meninggal dunia salah satu
suami/istri, maka setiap individu yang ada hubungan nasab (tali darah) dalam keluarga tersebut
punya hak untuk mendapat bagian dari harta peninggalan si mayat, yang disebut dengan ahli
waris., sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam QS:4:7-14. (Baca artinya daam al-Qur’an
dan Terjemahannya).

2. Ekonomi dalam Islam


Ekonomi asal katanya ialah ekos yang berarti rumah tangga dan nomos yang berarti aturan,
jadi ekonomi ialah aturan dalam rumah tangga tentang kegiatan ekonomi, yang mencakup kegiatan
produksi, distribusi dan konsumsi. Dalam khzazanah ilmu pengetahuan Islam, ekonomi diistilahkan
dengan ‫( األقتصاد‬al-iqtishad) yang berarti berusaha dalam kegiatan ekonomi. Maka ekonomi Islam ialah
kegiatan usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya untuk mencapai keselamatan,
kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia di akhirat, yang dilaksanakan sesuai dengan ajaran
Isalam.

8
Aktivitas ekonomi secara umum mencakup kegiatan produksi (menghasilkan) distribusi
(pembagian), dan konsumsi (pemakaian dan pemanfaatan). Maka ekonomi adalah masalah yang sangat
urgen dalam kehidupan, baik secara nasional maupun internasional.
Ekonomi masyarakat madani adalah ekonomi Islam yang didasarkan kepada filsafat
theosentris dan etiko religius dengan prinsip perimbangan yang sesungguhnya antara kesejahteraan dan
kebutuhan pribadi, keluarga dan masyarakat, dengan landasan hidup yang mardhatillah untuk mencapai
kesejahteraan dan keadilan serta kemakmuran bersama yang hasanah di dunia serta hasanah di akhirat.

2.1. Hubungan Agama dengan Ekonomi Menurut Islam


Menurut Islam kegiatan ekonomi merupakan bagian dari kegiatan ibadah, karena setiap
aktivitas manusia dalam kehidupannya akan dibalasi oleh Allah SWT. kelak di akherat. Allah SWT.
mengutuk terhadap praktek-praktek ekonomi yang berlaku curang pada masa permulaan al-Qur’an
diwahyukan, sebagaimana yang dijelaskan Allah SWT dalam Q.S 83:1-6 (Baca artinya daam al-Qur’an
dan Terjemahannya).
Dalam al-Qur’an dijumpai seorang nabi perekonomian yaitu nabi Syu’aib AS. Syu’aib AS.
yang tegas sekali dalam membangun sikap ekonominya di atas keimanan kepada Allah SWT. dan hari
perhitungan sebahaimana dijelaskan Allah SWT. dalam dalam QS. 11:84-87 (Baca artinya daam al-
Qur’an dan Terjemahannya).
2.2. Eksistensi Ekonomi dalam Islam
Eksistensi ekonomi dalam agama Islam sangat penting, karena kegiatan ekonomi berkaitan
dengan kebutuhan hidup manusia yang bemuara kepada pengabdian kepada Allah SWT.. Apapun
bentuk ibadah dalam rukun Islam membutuhkan pembiayaan, baik untuk mendirikan shalat, berupuasa,
berzakat dan berhaji, semuanya terkait dengan ekonomi.
Orientasi Islam dalam ekonomi mempunyai ciri khusus. Ciri ini dapat dilihat dari sistem
khusus mengenai norma-norma yang berhubungan dengan tingkah laku ekonomi. Sifat dasar prinsip-
prinsip moral ekonomi Islam meletakkan perimbangan. Islam mengajak untuk tunduk sepenuhnya
kepada Allah SWT., dan mengarahkan seluruh kehidupan dan tenaga untuk mengabdi kepada Allah
SWT. sebagimana dijelaskan Allah SWT. dalam dalam QS. 6:162 (Baca artinya daam al-Qur’an dan
Terjemahannya).
Menurut Islam pengabdian kepada Allah SWT. adalah visi hadup (tujuan akhir kehidupan)
umat Islam. Perjalanan/cara hidup yang menuju kepada keredhaan Allah SWT. adalah jalan untuk
sampai kepada Allah SWT. Membina dan merasakan kehidupan materi serta menikmatinya sebetulnya

9
merupakan cara untuk mendapatkan kenikmatan yang diberikan oleh Allah SWT. Mengasingkan diri
dan lari dari kehidupan adalah dosa yang disalahkan oleh Allah SWT. sebagaimana dijelaskan dalam
al-Qur’an dan Sunnah rasul. Dengan demikian walaupun tujuan hidup yang sebenarnya adalah
kesuksesan akhirat, namun tujuan ini tidak mungkin dicapai dengan mengabaikan kesuksesan hidup di
dunia, kaena kesuksesan hidup di dunia yang dredhai Allah SWT. merupakan syarat untuk kesuksesan
akhirat, sebagaimana dijelaskan Allah SWT dalam QS. 28:77 dan QS.61:10-12 (Baca artinya daam al-
Qur’an dan Terjemahannya).

2.3. Sistem Ekonomi Islam


Agama Islam mempunyai sikap tertentu mengenai sistem ekonomi, sikap Islam bernilai
positif. Sebelum mempelajari lebih lanjut sistem ekonomi Islam, terlebih dahulu perlu diberikan
pembatasan, yaitu ada empat hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembicaraan sistem ekonomi
Islam, yaitu:
2.3.1. Untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan, seluruh sistem harus betul-betul jalan, penerapan
total dari sistem ekonomi Islam menghendaki seluruh aspek sosial dalam kehidupan masyarakat
serasi dengan tuntunan sistem ekonomi, karena sistem ekonomi berhubungan dengan berbagai
segi sosial dalam Negara. Sistem ekonomi Islam melarang riba, pelarangan ini harus dilakukan
dengan legalisasi dan hukum. Sistem ekonomi Islam meminta Negara mengumpulkan zakat dan
mendistribusikannya. Sistem Islam meminta Negara mengadakan pengaturan zakat melalui
hukum. Karena itu penerapan sistem ekonomi Islam menghendaki adanya keserasian kerja semua
segi yang ada dalam konstruksi sosio-politik untuk mencapai tujuan yang sama.
2.3.2. Sistem ekonomi Islam dilengkapi dengan nilai-nilai Islami. Sistem eknomi Islam mempunyai
tujuan dan tindakan bersifat netral. Ia bertujuan untuk meningkatkan norma-norma moral Islam
seperti persaudaraan, kejujuran dan keadilan.
2.3.3. Sistem ekonomi Islam dipengaruhi oleh nilai akidah, syari’ah dan akhlak, tidak berdasarkan
kepada perbuatan-perbuatan kemauan bebas (free will). Dengan kata lain sistem ekonomi Islam
sangat menghargai sumbagan (derma) berdasarkan kemauan bebas yang dilandasi nilai-nilai
Islami, seperti sedekah, infak zakat dan wakaf.
2.3.4. Sistem ekonomi Islam berciri dinamis. Ini berarti bahwa ekonomi Islam tidak mempunyai hukum
beku yang memberikan perincian, katena ekonomi masuk wilayah ijtihad, tetapi hanya
menetapkan garis-garis besar dan prinsip-prinsip pokok. Perincian dari kaedah-kaedah pokok
ditentukan oleh masyarakat sesuai dengan kondisi yang selalu berubah berdasarkan ijtihad.

10
2.4. Filsafat Ekonomi Islam
Secara pilosofis Ekonomi Islam didasarkan kepada empat dasar fasafah, yaitu:
2.4.1. Alam Raya ini adalah Milik Allah SWT. Semua kekayaan, hak milik dan sumber-sumber
pemasukan merupakan kepunyaan Allah SWT. Allah SWT. Yang mengatur semua ini sesuai
dengan cara yang diredhai-Nya. Manusia berbuat dan berkuasa terhadap sumber-sumber
kekayaan ini hanya dalam batas keinginan dan iradah-Nya, sebagaimana dalam firman Alah
SWT. QS.3: 189 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan Terjemahannya).
2.4.2. Sistem ekonomi Islam sangat unik dalam hal ini. Dalam Islam hak milik seseorang terhadap
sesuatu terbatas dan tidak mutlak, hanya hak milik untuk pakai, atau milik bersyerikat antara
manusia dengan Allah SWT. Pemahaman ini dalam sistem ekonomi Islam berdasarkan petunjuk
Allah SWT. yaitu bahwa Allah SWT. adalah pencipta satu-satunya terhadap segala sesuatu dan
semua kehidupan yang ada di alam ini adalah milik Allah SWT. Atas dasar ini, selanjutnya akan
jelas bahwa pengertian ini meletakkan dasar-dasar prinsip dan kaedah-kaedah khusus aktifitas
ekonomi dalam Islam.
2.4.3. Allah SWT. adalah Khalik dan selain Allah SWT. adalah Makhluk dan tunduk sepenuhnya
kepada Allah SWT. Allah SWT. adalah pencipta dan selainnya adalah hasil dari ciptaan-Nya.
Sesuai dengan hal ini, semua manusia berasal dari satu asal. Semua sama, tidak terdapat adanya
kelas manusia dan diskriminasi. Semua manusia mempunyai kedudukan dan status yang sama
dalam megelola sumber daya alam yang diciptaan Allah SWT. untuk manusia, sebagaimana
dijelaskan Allah SWT. dalam QS.2:29 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan Terjemahannya).
2.4.4. Keimanan akan hari akhirat sebagai hari perhitungan, dari seluruh aktifitas manusia, merupakan
bagian akhir dari kegiatan ekonomi yaitu pertanggung jawaban kegiatan ekonomi kepada Allah
SWT. sebaga pemilik mutlak makhluk-Nya. Prinsip filsafat ini mempengaruhi tingkah laku
ekonomi. Iman ini memperluas jarak waktu dari perbuatan atau dari pilihan sikap apa saja.
Seorang muslim ingin melakukan sesuatu, terlebih dahulu ia akan memikirkan apa pengaruhnya
perbuatan itu terhadap kehidupannya kelak di akhirat. Dengan mempergunakan bahasa
ekonomi, ini berarti seseorang membandingkan keuntungan dan ongkos atau harga dari sesuatu
perbuatan yang dilakukannya. Ia akan memilih nilai sekarang yang dapat membawa hasil di
masa depan. Hasil itu bukan saja yang akan didapat sebelum mati, tetapi juga setelah mati. Al-
Qur’an dan Sunnah banyak menyebut Iman dengan hari pembalasan dan perhitungan terhadap
kehidupan, antara lain QS.2: 3-5 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan Terjemahannya).
2.5. Prinsip Umum Ekonomi Islam

11
Di sini akan dibicarakan beberapa prinsip praktis secara umum dalam ekonomi menurut
Islam, yaitu:
2.5.1. Hak Milik untuk Pakai
Manusia memiliki sesuatu, hanyalah baginya hak milik untuk pakai. Pada dasarnya segala
sesuatu dari hasil usaha manusia, baginya hanyalah hak milik untuk pakai, bukan hak milik mutlak
untuk menguasai/memiliki. Hak milik ini tetap kepunyaan manusia selama manfaatnya dapat diambil
oleh orang yang diberi hak milik sesuai dengan tujuan-tujuan untuk apa benda atau barang itu
diadakan.
2.5.2. Perimbangan dalam berekonomi
Ekonomi Islam Mempunyai ciri berimbang. Perimbangan ini jelas sekali kelihatan dalam
tingkah laku umat Islam, seperti tidak terlalu; tidak boros dan tidak bakhil. Orang yang boros bahkan
dalam besedekah, dalam hal-hal terentu kadang-kadang termsuk ke dalam golongan orang-orang
bodoh, walaupun sedekah mereka bukan untuk hal-hal yang dilarang, bahkan dalam mempergunakan
uang untuk hal-hal yang sah, orang disuruh untuk tidak terlalu. Termasuk pemikiran yang tidak terlalu,
tidak menganggap konsumsi itu sendiri sebagai yang paling memuaskan. Manusia hanya harus
mengkonsumsikan sesuatu sesuai dengan kebutuhannya dalam kadar yang patut. Prinsip perimbangan
ini juga kita temukan dalam hal-hal seperti kebebasan, pengaturan hak milik individu, hak milik
kelompok dan sebagainya. Walaupun penguasaan sumber-sumber alami dilakukan melalui masyarakat
secara keseluruhan dan penguasaan hal-hal lain melalui individu, namun terdapat perimbangan antara
kepentingan masyarakat dan kepentingan individu.
2.5.3. Keadilan Hakiki
Ekonomi Islam Menganut Faham Keadilan Hakiki. Kita mungkin terkejut melihat kenayataan
bahwa kata keadilan (al-‘adl) adalah kata ketiga setelah kata Allah SWT. dan ilmu pengetahuan (al-
ma’rifah) yang sering diulang-ulang dalam al-Qur’an. Kata keadilan dan kata lain yang berasal dari
akar kata yang sama diulang lebih dari seribu kali dalam al-Qur’an. Keadilan mempunyai pengertian
yang dalam sekali dalam Islam, antara lain sebagaimana dalam QS:16:90 (Baca artinya dalam al-
Qur’an dan Terjemahannya).
2.6 Prinsip Khusus Ekonomi Islam
2.6.1 Sumber daya alam adalah milik Allah SWT. secara mutlak, sebagaimana dijelaskan Allah SWT.
dalam Q.S. 3:189 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan Terjemahannya).
2.6.2 Sumber daya alam diciptakan Allah SWT. untuk kebutuhan hidup manusia: sebagaimana
dijelaskan Allah SWT. dalam Q.S.2:29 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan Terjemahannya).

12
2.6.3 Allah SWT. melarang menguras sumber daya alam secara berlebihan, dijelaskan Allah SWT.,
sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam Q.S.28:77 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan
Terjemahannya).
2.6.4 Hak milik perseorang diakui, apabila diperoleh secara halal, dan mempergunakannya kepada
yang halal, sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam 2:42, 168 dan 261-274, QS.5:87-88,
8:69 dan QS.16:114 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan Terjemahannya).
2.6.5 Allah SWT. melarang menimbun kekayaan, tanpa ada manfaat bagi sesama manusia,
sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam Q.S.9:34, 59:7, QS.17:99-100 (Baca artinya dalam
al-Qur’an dan Terjemahannya).
2.6.6 Pada harta orang kaya, terdapat hak-hak orang-orang tertentu yang wajib dikelaurkan, sebagai
zakat, infak dan sedekah, sebegaimana dijelaskan Allah SWT. dalam firman Allah SWT.
QS.2:177, Q.S. 9:60 dan QS. 59:7 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan Terjemahannya).
2.6.7 Ekonomi Islam Menganut Prinsip Ekonomi Tauhid ialah kegiatann ekonomi untuk
mendekatkan diri ke[ada Allah SW, sebegaimana dijelaskan Allah SWT. dalam firman Allah
SWT. QS. 2:219, QS.4:29-30, QS.9:24 dan QS.102:1-2 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan
Terjemahannya).
2.6.8 Laksanakan transaksi ekonomi sesuai dengan ketentuan Allah SWT. sebegaimana dijelaskan
Allah SWT. dalam Q.S. 2:282-283 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan Terjemahannya).
2.6.9 Jangan melakukan riba, riba ialah keuntungan yang diperoleh pihak yang meminjamkan atau
yang menghutankan kepada pihak yang meminjam atau berhutan, baik berupa uang atau barang,
karena praktek riba haram, sebegaimana dijelaskan Allah SWT. dalam QS. 2:275, Q.S. 3:130
dan 30:39 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan Terjemahannya).
2.7 Pola Umum Praktek Ekonomi Islam
2.7.1 Cara produksi dapat diperoleh melalui jalan usaha (iktisab), dengan jalan mewarisi (waratsa)
dan dengan jalan pemberian (hibah) sebegaimana dijelaskan Allah SWT. dalam QS.4:11-14 an
Q.S. 4:32 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan Terjemahannya).
2.7.2 Dilarang memperoleh harta kekayaan dengan cara yang tidak sah (haram) sebegaimana
dijelaskan Allah SWT. dalam QS. 2:188 dan 219, Q.S. 4:29, 58, QS.5:33 dan 38, dan QS 5:90-
91 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan Terjemahannya).
2.7.3 Harta milik dipergunakan dengan motivasi untuk mensyukuri nikmat Allah SWT., maka
pemanfaatannya harus sesuai dengan hukum Allah SWT. sebegaimana dijelaskan Allah SWT.

13
dalam QS. 2:228, QS. 3:134, QS. 4:5, QS.9:34-35, QS.17:29 dan Q.S. 25:67 (Baca artinya
dalam al-Qur’an dan Terjemahannya).
2.7.4 Harta milik wajib dipelihara dan dimanfaatkan untuk memperoleh keredhaan Allah SWT.,
sebegaimana dijelaskan Allah SWT. dalam Q.S. 2:254 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan
Terjemahannya).
2.7.5 Utamakan kejujuran dalam urusan perjanjian dan transaksi perdagangan sebegaimana dijelaskan
Allah SWT. dalam QS. 2:282-283, Q.S. 17:35, QS. 26:181-183 dan QS. 83:1-3 (Baca artinya
dalam al-Qur’an dan Terjemahannya).
2.7.6 Modal utama dalam segala bentuk perdagangan adalah iman kepada Allah swt. dan rasul-Nya
serta berjihad di jalan kebenaran, sebegaimana dijelaskan Allah SWT. dalam Q.S. 61:10-12
(Baca artinya dalam al-Qur’an dan Terjemahannya).
2.8 Konsumsi dalam Islam
Konsmmsi dalam Islam diatur dalam pola makan dan minuman yang megacu kepada prinsip
Halâlan Thayibân, yaitu yang halal lagi baik (bergizi).
2.8.1 Mengkonsumsi Makanan Yang Halal dan Bergizi
Mengkonsumsi makanan yang halal dan bergizi adalah kebutuhan setiap manusia yang ingin
selalu sehat, sebagaimana dalam QS.2:168-169 dan QS.2:172 (Baca artinya dalam al-Qur’an
dan Terjemahannya).
2.8.2 Hukum Mengkumsi bangkai Ikan dan Belalang
Ikan dan segala binatang air tidak perlu disembelih, dan semuanya halal dimakan, baik yang
ditangkap oleh orang Yahudi, Nasrani, Majusi atau oleh siapa saja (H.R. Bukhari). Demikian pula
semua ikan yang terdampar di tepi laut atau sungai atau yang tertinggal di daratan setelah air surut,
sebagaimana dijelaskan Allah SWT. dalam Q.S. 5:96 dan Q.S. 16:14 (Baca artinya dalam al-Qur’an
dan Terjemahannya). Dalam sebuah Hadts dijelaskan yang substansi artinya ialah bahwa semua
bangkai haram dikonsumsi, kecuali ikan dan belelang.
2.8.3 Makanan yang Diharamkan
Menurut al-Qur’an, makanan yang terang-terangan diharamkan Allah SWT. ada empat
macam, sebagaimana dalam Q.S. 2:173 artinya: 173. Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan
bagimu:
2.8.3.1. bangkai,
2.8.3.2. darah,
2.8.3.3. daging babi, dan

14
2.8.3.4. binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah SWT. (QS.2:173). Dalam Q.S.
5:3 ditambahkan:
2.8.3.5. yang tercekik, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya
2.8.3.6. yang terpukul, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya
2.8.3.7. yang jatuh, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya
2.8.3.8. yang ditanduk, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya dan
2.8.3.9. yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya
2.8.3.10. yang disembelih untuk berhala.
Tiga jenis makanan yang disebutkan lebih dahulu, yaitu bangkai, darah, dan daging babi, ini
menurut al-Qur’an disebut barang najis, sedangkan jenis makanan yang nomor empat dan seterusnya,
yaitu binatang yang disembelih dengan disebut selain nama Allah, disebut fisqun artinya, durhaka
terhadap perintah Allah. Yang menyebabkan Perbedaan itu ialah bahwa tiga jenis makanan yang
disebutkan lebih dahulu, mengandung kekotoran yang mempunyai pengaruh jahat terhadap pikiran,
jasmani, dan akhlak manusia sedang jenis makanan yang nomor empat mempunyai pengaruh jahat
terhadap rohani manusia, karena menyebut selain nama Allah, atau sesaji kepada berhala, ini
menyekutukan Tuhan dengan berhala.
Menurut syari’at Islam, semua binatang yang hendak dijadikan makanan, harus disembelih
lebih dahulu sampai darahnya mengalir semua. Menyembelih itu bahasa Arabnya zabaha, makna
aslinya memotong atau membelah menurut panjangnya. Menurut istilah fiqh, kata zabaha berarti
menyembelih binatang secara hukum syara’, yaitu dengan memotong kedua belah urat leher sebelah
luar, atau dengan memotong kerongkongan di bagian bawah yang berdekatan dengan kepala.
Menurut fiqh, binatang yang disembelih, harus dipotong empat macam urat, yaitu hulqum
atau batang tenggorokan, mari’ atau kerongkongan, dan wadajan atau kedua belah urat leher sebelah
luar. Kewajiban menyebut nama Allan pada waktu menyembelih binatang berdasarkan kepada Q.S.
2:173 dan QS.5:3 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan Terjemahannya) dan berdasarkan kepada Hadis
Rasulullah SAW.: Pada waktu menyembelih binatang seseorang wajib mengucapkan; Bismillah Allahu
Akbar (dengan nama Allah, Allah yang maha Agung) (H.R. Bukhari).
Sedangkan binatang buruan berdasarkan Q.S. 5:4 (Baca artinya dalam al-Qur’an dan
Terjemahannya). Dalam hadis riwayat Bukhari, halal dagingnya dimakan dengan syarat pada waktu
akan melepaskan binatang pemburu disebut nama Allah SWT.
2.8.4 Minuman yang Diharamkan

15
Minuman yang diharamkan menurut al-Qur’an disebut dengan istilah khamr. Kata khamr
berasal dari kata khamara yang berarti menyelubungi, menutupi atau menyembunyikan sesuatu.
Minuman keras disebut khamar karena dapat menyelubungi pikiran (menghilangkan ingatan). Maka
khamar adalah minuman yang memabukkan, bahwa semua yang memabukan yang dapat
menghilangkan pikiran atau ingatan pada prinsipnya hukumnya adalah haram, sebagaimana yang
dijelaskan Allah SWT. dalam ayat-ayat al-Qur’an dalam Q.S.2:119 dan QS. 5:90: 90 (Baca artinya
dalam al-Qur’an dan Terjemahannya).

16
TUGAS DAN LATIHAN
Tugas Pilihan 1
Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan pemahaman anda tentang materi yang dibahas dalam bab ini?
Minimal 4 halaman, maksimal 8 halaman doble fulio bergaris, dengan tulisan tangan sendiri!
1. Jelaskan pengertian mu’amalah secara umum ?
2. Jelaskan pengertian sosial Islam dalam pembahasan mu’amalah?
3. Jelaskan titik berat dasar pembetukan kesaatuan sosial masyarakat Islam.?
4. Jelaskan pengertian masyarakat madani?
5. Jelaskan, kenapa Islam menentang rasisme, sukuisme, kastaisme, klasisme dan dinastisme dalam
kehidupan bermasyarakat?
6. Jelaskan fungsi nikah dalam pembentukan masyarakat Islam?
7. Jelaskan eksistensi keluarga Islami sebagai unit terkecil dari terbentuknya nation (masyarakat)
madani, berdasarkan analisis arti dalil ayat al-Qur’an?
8. Jelaskan prinsip dasar ajaran Islam tentag pernikahan, berdasarkan analisis arti dalil ayat al-Qur’an ?
9. Jelaskann hukum menikah dan kriterian memilih calon suami/istri dalam membetuk masyaakat
madani?
10. Jelaskan kewajiban suami/istri dalam rumah tangga Islami, berdasarkan analisis arti dalil ayat al-
Qur’an dan Hadis?
11. Jelaskan kewajiaban orag tua kepada anak dan kewajiaban anak kepada orang tua dalam rumah
tangga Islami?
12. Jelakan beberapa problematika rumah tangga dan solusinya?
13. Jelaskan pengertian ekonomi Islam?
14. Jelaskan dasar eknonomi masyarakat madani dan prinsipnya?
15. Jelaskan hubungan agama dengan ekonomi menurut Islam, berdasarkan analisis dalil ayat al-
Qu’an?
16. Jelaskan sksistensi ekonomi dalam agama Islam?
17. Jelaskan ciri khusus orientasi Islam dalam ekonomi, bedasarkan analisis arti dalil ayat al-Qur’an?
18. Jelaskan hubungan visi hidup muslim dengan aktivitas ekonominya dalam kehidupan, berdasarkan
analisis arti dalil ayat al-Qur’an?
19. Jelaskan dasar filisafat ekonomi Islam?
20. Jelaskan beberapa prinsip praktis secara umum dalam ekonomi menurut Islam?
21. Jelaskan prinsip konsumsi dalam Islam, berdasarkan dalil anaisis dalil ayat al-Qur’annya?

17
22. Jelaskan jenis-jenis makanan dan minuman yang haram menurut Islam?

Tugas Pilihan 2
PEMBENETUKAN MASYARAKAT MADANI
YANG BERKEADILAN SOSIAL DAN EKONOMI DALAM ISLAM
Batasan Masalah;
1. Konsep Pembentukan Madani, Syarat-syarat dan ciri-cirinya
2. Eksistensi Pernikahan dalam Pembentukan Masyarakat Madani
3. Konsep Pembentukan Rumah tangga Yang Sakinah, Mawaddah dan Rahmah.
4. Problema Rumah Tangga dan Solusinya
5. Tuntunan Islam dalam Kegiatan Produksi, Distribusi dan Konsumsi Untuk menciptakan Ekonomi
Masyaraat Madani

18
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Bustanuddin, MA., Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, Pustaka Univ. Andalas,
1984
-------------------------------, Prof, DR., Sosiologi Agama, Unand Press, Padang, 2003
Al-Syaibani, Omar Muhammad, Al-Toumy, Prof. DR., Filsafat Pendidikan Islam, Bulan Bintang,
Jakarta, 1978
Anshari, H. Saifuddin (ESA), MA., Ilmu, Filsafat dan Agama, Bina Ilmu Surabaya, 1985
Ash-Shiddieqy, T. Hashby, Prof. DR., al-Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1977
Ali, Maulana Muhammad, MA., LLB. Islamologi, Mutiara Medan, Jakarta, 1980
Buchaille, Maufiche, DR., Bibel, al-Qur’an dan Sains Modern, Bulan Bintang, Jakarta, 1978
Daud, Ma’mur, Terjemahan Shahih Muslim, Widjaya Jakarta, 1993
Departemen pendidikan dan Kebudayaan, Bahan Penataran P 4 Pola 100 Jam dan 45 Jam, Jakarta
1989/1990
Farid, Miftah, Drs., Pokok-pokok Ajaran Islam, Salman ITB, Bandung, 1982
Gazalba, Sidi, Drs., Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan, Bulan Bintang, Jakarta, 1978
________________., Ilmu, Filsafat dan Islam tentang Manusia dan Agama, Bulan Bintang, Jkarta,
1978
Kusumamihardja, Supan, Drh. M.Sc. dkk. Studia Islamica, Rajawali, Jakarta, 1985
Muhaimin, et al. Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Kencana, Jakarta, 2005.
Mulia TGS. Prof. DR. dkk., Ensiklopedia Indonesia, Jakarta, 1976
Oesen, Ahmad Amin, DR., Filsafat Islam, Jakarta, 1976
Poerwadarminta, WJS., Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta, 1976
Poejawiyatna, Ir. Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat, Jakarta, 1978
Rasyidi, Prof. DR., Filsafat Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1983
Subhi al-Shaleh, Membahas Ilmu-ilmu al-Qur’an, (terjemahan, Tim Pustaka Firdaus), Pustaka Firdaus,
1996.
Surachmad Winarno Prof. DR., Pengantar Penyelidikan Ilmiah, Dasar-dasar dan Metode, Jammers,
Bandung, 1985
Syari’ati, Ali, DR., Ideologi Kaum Intelektual, Wawasan Islam, Mizan, Bandung, 1984
Tem Departemen Agama RI., Dasar-dasar Agama Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1984
Zaini, Syahminan, Drs. Mengenal Manusia Lewat Al-Qur’a, Bina Ilmu, Surabaya, 1980.

19

Anda mungkin juga menyukai