PROPOSAL DISERTASI
Oleh:
Badrun Hasani
NIM : 2223780016
Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan Allah di dunia ini selalu
dalam berpasang-pasangan, demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak
menciptakan lawan jenisnya untuk dijadikan kawan hidup . Hal ini dijelaskan
Allah dalam salah satu firman-Nya dalam Surah Yasin ayat 36.
1
Khairan Muhammad Arif, Moderasi Islam Tela’ah Komprehensif Pemikiran Wasathiyah Islam
Perspektif Al-Qur’an dan As-Sunnah (Jakarta : Pustka IKADI, 2020), h.82
dikondisikan pada masa kini, kemudian mempersiapkan diri untuk masa depan.
Oleh karena itu, aliran pemikiran moderasi Islam tidak akan mempertentangkan
antara ajaran Islam yang orisinil dengan ajaran Islam yang bersifat kontemporer
dan berkembang, antara semangat kembali pada Islam pada masa salaf shaleh dan
semangat pembaharuan ajaran Islam dan antara semangat kembali kepada literatur
orisinil Islam dengan semangat memandang masa depan.
Kaum muslimin seyogyanya lebih mengembangkan sikap tasamuh
diantara mereka, bukan seperti yang terjadi sampai hari ini, yakni terus
berlangsungnya pertengkaran, kontestasi pengaruh dan kekuasaan dan konflik
sekretarian. Semua ini jelas bukan contoh yang baik bagi masyarakat non-muslim
tempat mereka mencari nafkah dan kehidupan. Dalam masyarakat yang majemuk,
seperti Indonesia yang terdiri atas berbagai suku bangsa, ras, agama, kelompok
dan golongan, masalah penginteraksian kelompok-kelompok tersebut merupakan
masalah yang pelik. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan untuk mengelola
konflik tersebut agar dapat menghasilkan perubahan sosial kearah yang lebih baik
dan tidak destruktif karena kemajemukan merupakan ciri yang menonjol di
Indonesia.
Kemajemukan negara Indonesia tersebut merupakan kekayaan terbesar
yang harus kita syukuri dan tak bisa dihindari keberadaannya, dengan
kemajemukan yang ada tidak menutup pula kemungkinan berbagai konflik bisa
terjadi dan dapat menimbulkan berbagai macam masalah serius yang harus
dihadapi dan diselesaikan. Salah satu konsep yang ditawarkan adanya ide dan
inovasi yang dirangkum dalam empat pilar kebangsaan yang pengertiannya adalah
tiang penyangga yang kokoh (soko guru) agar rakyat Indonesia merasa nyaman,
aman, tenteram dan sejahtera serta terhindar dari berbagai macam gangguan dan
bencana. Pilar adalah tiang penyangga suatu bangunan agar bisa berdiri secara
kokoh. Bila tiang rapuh maka bangunan akan mudah roboh.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dan uraian permasalahan di atas, munculnya
identifikasi masalah, diantaranya sebagai berikut:
1. Latar belakang pendidikan, kebiasaan serta status sosial pada lingkungan
keluarga dapat memicu perbedaan dalam memahami kemajemukan di Negara
Indonesia
2. Perbedaan latar belakang keyakinan atau agama, merupakan salah satu
ancaman besar yang harus selalu diwaspadai karena berpotensi menyebabkan
konflik, sehingga dapat memecah belah persatuan bangsa.
3. Perbedaan suku, adat-istiadat serta budaya dapat menimpulkan konflik antar
kelompok yang ada di negara Indonesia
4. Kesalahan dalam penafsiran dan paham keagamaan, tidak membuka diri (open
minded) terhadap pandangan keagamaan kelompok lain juga bisa menjadi
pemicu konflik terjadinya berlatar agama ini disebabkan oleh sikap merasa
benar sendiri.
5. Dijadikannya agama sebagai alat propaganda mengubah tatanan kehidupan
sosial dan politik, dengan menggunakan cara-cara kekerasan.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Menerapkan Nilai-nilai Penguatan Moderasi Beragama Dalam
Keluarga ?
2. Bagaimana Menerapkan Konsep Dasar Empat Pilar Kebangsaan Dalam
Keluarga?
3. Bagaimana Peran Keluarga Dalam Penguatan Moderasi Beragama Untuk
Pemantapan Empat Pilar Kebangsaan?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Penerapan Nilai-nilai Penguatan Moderasi Beragama Dalam
Keluarga
2. Untuk Mengetahui Penerapan Konsep Dasar Empat Pilar Kebangsaan Dalam
Keluarga?
3. Untuk Mengetahui Peran Keluarga Dalam Penguatan Moderasi Beragama
Untuk Pemantapan Empat Pilar Kebangsaan?
E. Manfaat Penelitian
a. Teoritis
1. Mampu berkontribusi dalam pengembangan penelitian berikutnya pada
bidang Kendala Keluarga Dalam Penguatan Pemahaman Tentang
Moderasi Beragama Untuk Pemantapan Empat Pilar Kebangsaan.
2. Memiliki manfaat dalam mengetahui cara Keluarga Dalam Penguatan P
emahaman Tentang Moderasi Beragama Untuk Pemantapan Empat Pilar
Kebangsaan.
3. Mempunyai kontribusi bagi pengetahuan Keluarga Dalam Penguatan
Pemahaman Tentang Moderasi Beragama Untuk Pemantapan Empat Pilar
Kebangsaan bagi Indonesia.
b. praktis
1. Bisa menjadi bahan pertimbangan keluarga dalam menerapkan tentang
moderasi beragama untuk penguatan dalam menjalar empat pilar
kebangsaan.
2. Hasil dari penelitian ini mampu menjadi rekomendasi penentu arah orang
tua dalam memberikan pemahaman tentang moderasi beragama.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Keluarga
1. Terbentuknya Keluarga
Membentuk dan membangun keluarga merupakan perintah yang telah
ditetapkan Allah, yang mengandung hikmah agar terealisir kesinambungan
hidup dalam kehidupan dan agar manusia berjalan selaras dengan fitrahnya.
Sebelum seseorang berkeluarga seluruh aktivitas hidupnya hanya vokus kepada
perbaikan diri. Tanggungjawabnya terpusat pada ucapan, perbuatan dan
tindakan yang terkait dengan dirinya sendiri. Akan tetapi setelah membangun
mahligai rumah tangga, tanggungjawabnya juga bertambah terhadap anggota
keluarganya.
Keluarga merupakan institusi terkecil dari masyarakat, yang merupakan
langkah penting untuk berpartisipasi membangun masyarakat yang bertujuan
menjaga kesinambungan kehidupan dan sekaligus menanmbah anggota baru
masyarakat. Keluarga inti yang paling sederhana adalah keluarga inti yang
terdiri dari suami istri dan anak-anak yang biasanya hidup bersama dalam suatu
tempat tinggal. Ikatan keluarga yang dibentuk oleh suatu pernikahan
merupakan ikatan yang penuh keberkahan, yang dengannya keduanya saling
menghalalkan satu dengan yang lain, memulai sebuah perjalanan panjang yang
saling mencintai, menyayangi dan menghargai yang melahirkan rasa tentram,
ketenangan dan kebahagiaan hidup dalam suasana saling memahami, tolong
menolong serta nasehat-menasehati yang bermuara pada terbentuknya sebuah
keluarga yang kokoh pondasinya bagi terbentuknya sebuah masyarakat.
Ada 4 pilar penyangga keluarga bahagia dunia dan akhirat yaitu iman
dan taqwa, konsisten menjaga hubungan yang baik, memahami tugas dan
kewajiban sebagai suami dan memahami tugas dan kewajiban sebagai istri.
2. Pernikahan
Islam telah memberikan konsep yang jelas tentang tatacara atupun proses
sebuah pernikahan berdasarlan Al-QQur’an dan sunnah yang shahih.
a. Mengenal calon pasangan hidup
Mengenali pasangan hidup yang dimaksud yakni, mengetahui siapa
namanya, asalnya, keturunannya, keluarganya, akhlaknya, agamanya dan
informasi lainyang memang dibutuhkan, yang didapat dari kerabat dekat,
lingkungan tempat tinggal, sahabat-sahabatnya.
Dalam hal mengenal calon pasangan hidup Rasulullah memberi nasehatnya
dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh HR. Bukhari
“ Wanita itu dinikahi karena empat perkara, bisa jadi karna hartanya,
karena keturunannya, karena kecantikannya dank arena agamanya. Maka
pilihlah olehmu wanita yang memiliki agama, bila tidak, engkau
celaka.”(HR. Bukhari)
b. Melihat calon pasangan hidup (Nazhar)
Bila seseorang lelaki ingin menikahi seorang wanita maka dituntunkan
baginya untuk terlebih dahulu melihat calonnya tersebut dan
mengamatinya. Oleh karena itu, ketika seorang sahabat ingin menikahi
wanita Anshor, Rasulullah Saw menasehatinya :
3
Aryatmi, S., Lobby, L., Lavianus, S., 1991, Masalah Remaja, Semarang: Satya
Wacana.
4
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : PT. Kharisma Putra Utama, 2011),
hal 245.
terbaik bagi putra-putrinya. Sekolah atau lembaga pendidikan yang bermutu
menjadi incaran orang tua dalam menentukan tujuan pendidikan anak-anak
selanjutnya. Tidak kalah pentingnya adalah pendidikan akhlak, budi pekerti,
atau moral yang wajib diberikan kepada tiap anak. Sebab walaupun seorang
anak mempunyai kemampuan akademik yang bagus bahkan jenius, tetapi
apabila tidak dibarengi penanganan akhlak dan moral yang benar tentu tidak
seimbang. Di tengah derasnya arus informasi yang mudah didapat, tentu kita
harus membentengi anak-anak kita dengan pendidikan akhlak.
ِ ك لَظُ ْل ٌم ع
َظي ٌم َ ْي اَل تُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ ۖ ِإ َّن ال ِّشر ُ َوِإ ْذ قَا َل لُ ْق َم
َّ َان اِل ْبنِ ِه َوهُ َو يَ ِعظُهُ يَا بُن
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
5
Lihat MUI- Tim Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat, Islam Wasathiyah
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar”.
6
Khairan Muhammad Arif, Moderasi Islam Tela‟ah Komprehensif Pemikiran
Wasathiyah Islam Perspektif Al-Qur‟an dan As-Sunnah
Akhlak yang mulia sangat diutamakan dan dikedepankan dalam
kehidupan dan lingkungan keluarga, karena akhlak yang mulia akan
membawa keselamatan di dunia dan akhirat. Al-Qardhawi berkata “ Al-
wasthiyah” dalam akhlak adalah sikap antara paham kaum idealisme dan
kaum realistis pragmatis. Oleh karenanya, dalam pandangan moderasi
Islam, akhlak dan budi pekerti yang islami dan moderat sesuai dengan
ajaran Alquran dan As-Sunnah memilki prinsip- prinsip berikut :
Semua akhlak atau budi pekerti dan perilaku baik dan buruk, sopan dan
tidaknya, diukur berdasarkan Alquran dan As-Sunnah, bukan berdasarkan
pandangan hawa nafsu atau filsafat materialisme lainnya walaupun manusia
mayoritas bertentangan dengan keduanya, seperti dalam surah al-anam 116-
117
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini,
niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain
hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah
berdusta (terhadap Allah). Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih
mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih
mengetahui tentang orang orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S.Al-
An’am 116-117)
Semua akhlak baik yang bersumber dari Allah Swt., sebaliknya semua
akhlak yang buruk bersumber dari manusia. An-Nisa ayat 7 “Apa saja
nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang
menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu
menjadi Rasul kepada segenap manusia. dan cukuplah Allah menjadi saksi.”
(Q.S.An-Nisa : 7)
7
Quraish Shihab, Wasathiyyah, Wawasan Islam Tentang Moderasi Beragama,
(Tangerang : PT.Lentera Hati, 2019)
ص قَا َل َح َّدثَنِي َأبِي َح َّدثَنِي
ٍ ص ِل ع َِن ْال ِم ْسلِ ِم َح َّدثَنَا َأحْ َم ُد ب ُْن َح ْف
ِ َِّم ْن َسنَا ِد ْال ُمت
ِ ِإب َْرا ِهي ُم ب ُْن طَ ْه َمانَ ع َْن ْال َحج
ِ ََّاج ع َْن قَتَا َدةَ ع َْن يَ ِزي َد ْب ِن َع ْب ِد هَّللا ِ ع َْن ِعي
اض
ي َأ ْن
َّ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِإ َّن هَّللا َ َأوْ َحى ِإل َ َار َأنَّهُ قَا َل ق
َ ِ ال َرسُو ُل هَّللا ٍ ب ِْن ِح َم
)خَر َأ َح ٌد َعلَى َأ َح ٍد ( َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم
َ َحتَّى اَل يَ ْب ِغ َي َأ َح ٌد َعلَى َأ َح ٍد َواَل يَ ْف¤اضعُوا
َ ت ََو
“Menceritakan kepada kami Ahmad Bin Hafsin Ia Berkata Menceritakan
Kepadaku Ayahku, Beliau Berkata Menceritakan Kepadaku Ibrohim Bin
Thohman Dari Hajjaj Dari Qotadah Dari Yazid Bin Abdullah Dari Ibnu
‘Iyad Bin ‘Iyyas Bahwa Rosulullah bersabdah: “ Sesungguhnya Allah
mewahyukan kepadaku agar senantiasa tawadhu’(rendah hati/tidak
sombong), sehingga seseorang tidak meremehkan dan menghina yang lain
dan tidak saling berbuat jahat antara satu dengan yang lain.” (HR. Muslim
halaman 1311 hadits ke 2866 kitab jannah bab ke 16 dan Abu Daud )
Maksud ayat tersebut adalah sungguh telah sukses orang-orang yang mampu
membersihkan dirinya dari akhlak atau sikap yang buruk.
e. Akhlak mulia melahirkan kekuatan
ص ِل ع َِن ْال ِم ْسلِ ِم َح َّدثَنَا يَحْ يَى ب ُْن يَحْ يَى َو َع ْب ُد اَأْل ْعلَى ب ُْن َح َّما ٍد
ِ َِّم ْن َسنَا ِد ْال ُمت
ب ع َْن َأبِي ِ َّب ع َْن َس ِعي ِد ب ِْن ْال ُم َسي
ٍ ك ع َْن اب ِْن ِشهَا ٍ ِت َعلَى َمال ُ قَااَل ِكاَل هُ َما قَ َرْأ
ْس ال َّش ِدي ُد بِالصُّ َر َع ِة ِإنَّ َما َ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق
َ ال لَي َ هُ َر ْي َرةَ َأ َّن َرس
َ ِ ُول هَّللا
)ب (رواه البخاري َ ك نَ ْف َسهُ ِع ْن َد ْالغ
ِ َض ُ ِال َّش ِدي ُد الَّ ِذي يَ ْمل
“Dari Yahya bin Yahya dan Abdul Al-A’la bin Hammad keduanya berkata
kami membacakan hadits ini dari Malik Dari Ibnu Syihab Dari Sa’ad Bin
Musayyib Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah Saw bersabda: “ Orang yang
kuat itu bukanlah orang yang selalu menang dalam bergulat, tapi yang
paling kuat menahan dirinya atau emosinya saat dia marah.” (HR. Bukhari
hadits ke 2114 kitab adab bab ke 76 halaman 1528 dan Muslim hadits ke
2608-2611 kitab al-bir hadits ke 106-108 halaman 1209).
Hadis ini menjelaskan bahwa orang yang paling baik dan unggul adalah
yang paling baik akhlaknya. Ada beberapa orang sahabat besar yang dijamin
surga oleh Nabi Muhammad S.A.W. dan sangat terkenal di dunia sepanjang
masa selama 14 abad ini, Abu Bakar dengan konsistensinya, Umar dengan
keberaniannya, Utsman dengan kedermawanannya, Abdurrahman bin Auf
dengan keprofesionalitasnya dalam berbisnis serta daya juang yang sangat
tinngi yang dimiliki oleh Thalhah dan Abu Ubaidah.
g. Akhlak melahirkan kemenangan
Keikhlasan bagian dari akhlak relegius dan moral dalam Islam, akhlak ini
menurut Rasulullah S.A.W. dapat memberikan sebab turunnya pertolongan
Allah Swt. pada umat Islam apabila kaum dhu’afa diperhatikan
kehidupannya sehingga mereka mendoakan para pemimpinnya dengan tulus
ikhlas.
h. Akhlak mulia kunci kemuliaan
Tawadhu’ atau rendah hati dan tidak berlaku sombong adalah salah satu
jenis akhlak terpuji dalam Islam, ketawadhu’an akan memuliakan
pemiliknya dan mengangkat derajatnya di sisi Allah Swt.. Sebaliknya,
kesombongan akan menghinakan dan merendahkan sesorang walaupun
terlihat mulia dalam pandangannya sendiri. Sejarah manusia membuktikan
bahwa orang mulia sepanjang masa adalah mereka yang memiliki akhlak.
Sebaliknya, orang yang hilang dan tidak dikenang bahkan sebelum
kematiannya adalah orang yang tidak memiliki akhlak.
j. Akhlak mulia salah satu faktor yang paling banyak memasukkan manusia ke
dalam surga. Abu Hurairah mengatakan bahwa :
يس َح َّدثَنِي َأبِي ع َْن َ ب ُم َح َّم ُد ب ُْن ْال َعاَل ِء َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ ب ُْن ِإ ْد ِر
ٍ َح َّدثَنَا َأبُو ُك َر ْي
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ع َْن َأ ْكثَ ِر َما
َ ِ َجدِّي ع َْن َأبِي هُ َري َْرةَ قَا َل ُسِئ َل َرسُو ُل هَّللا
ق َو ُسِئ َل ع َْن َأ ْكثَ ِر َما يُ ْد ِخ ُل
ِ ُال تَ ْق َوى هَّللا ِ َو ُحس ُْن ْال ُخل
َ َاس ْال َجنَّةَ فَق
َ َّيُ ْد ِخ ُل الن
َريبٌ َو َع ْب ُد ِ ص ِحي ٌح غ َ يث ٌ ال َأبُو ِعي َسى هَ َذا َح ِد َ َاس النَّا َر فَقَا َل ْالفَ ُم َو ْالفَرْ ُج ق
َ َّالن
)يس هُ َو اب ُْن يَ ِزي َد ْب ِن َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن اَأْلوْ ِديُّ (رواه ترمذي
َ هَّللا ِ ب ُْن ِإ ْد ِر
“Menceritakan kepada kami Abu Kuraib , Dan Muhammad Bin Al-Ala’i
Menceritakan Kepada Kamiabdullah Bin Idris Menceritakan Kepadaku
Ayahku Dai Kakekku Dari Abu Hurairoh “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan seseorang ke
dalam surga, beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan berakhlak yang
baik.” Beliau ditanya pula mengenai perkara yang banyak memasukkan
orang dalam neraka, jawab beliau, “Perkara yang disebabkan karena mulut
dan kemaluan.” (HR. Tirmidzi no. 2004 dan Ibnu Majah no. 4246. Al
Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
Surga adalah tempat yang disediakan oleh Allah sebagai penghargaan untuk
hamba-hamba-Nya yang beriman dan shaleh serta berbuat baik dan
bermanfaat bagi orang lain, perilaku dan akhlaknya baik dan memberikan
konstribusi positif bagi umat dan bangsanya lewat akhlaknya yang unggul.
k. Akhlak Mulia pemberian paling memuaskan bagi manusia. Rasulullah
S.A.W. bersabda :
ِ ُاس بَِأ ْم َوالِ ُك ْم َولَ ِك ْن لِيَ َس ْعهُ ْم ِم ْن ُك ْم بَ ْسطُ ْال َوجْ ِه َو ُحس ُْن ْال ُخل
ق َ َّإنَّ ُك ْم اَل تَ َسعُونَ الن
()رواه الحكيم
“Sesungguhnya kalian tidak bisa menarik hati manusia dengan harta kalian.
Akan tetapi kalian bisa menarik hati mereka dengan wajah berseri dan
akhlak yang mulia” (HR. Al Hakim dalam mustadroknya. Al Hakim
mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Dalam Alquran Allah juga menjelaskan bahwa infak sebesar apa pun kepada
orang lain, tidak akan dinilai baik dan berpahala di sisi Allah, apabila infak
tersebut diikuti dengan kata-kata yang menyakitkan penerimanya,
meremehkan orang yang diberi. Akhlak mulia seperti ucapan baik, lemah
lembut, dan kerendahhatian menurut ayat di atas adalah lebih baik daripada
sedekah materi apa pun.
8
Soekarno, Pantja-Sila sebagai dasar negara, Jilid 1-4. Jakarta: Kementrian Penerangan
RI, 1958.
9
Notonagoro, Pancasila Dasar Falsafah Negara, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1984).h. 89
Indonesia.10
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kombinasi. Penelitian
kombinasi adalah penelitian yang menggabungkan antara metode kuantitatif dan
metode kualitatif. Oleh karena itu untuk dapat melakukan penelitian dengan
metode ini harus dipahami karakteristik kedua metode tersebut. Salah satu
perbedaan antara metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian kualitatif
terletak pada landasan filsfat, atau aksioma dasar. Landasan filsafat terkait dengan
10
Soepandji, Budi Susilo, ”Negara Indonesia Ialah Negara Kesatuan Yang Berbentuk
Republik”, Makalah dalam Lokakarya Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, Jakarta:
MPR RI, 17-19 Juni 2011.
pandangan terhadap realitas, gejala atau data.
Metode kuantitatif berlandaskan pada filsafat positivisme, yang
berpandangan bahwa suatu gejala itu dapat dikelompokkan, dapat diamati, dapat
diukur, bersifat sebab akibat, relative tetap dan cenderung bebas nilai, sehingga
peneliti dapat memilih beberapa variable dalam penelitiannya. Sedangkan metode
kualitatif berlandaskan pada filsafat postpositivime atau enterpretif. Filsafat ini
berpandangan bahawa suatu gejala bersifat holistic, belum tentu dapat diamati dan
diukur, hubungan gejala bersifat reciprocal, data bersifat dinamis dan terikat nilai.
Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan pada obyek alamiah ,
untuk memahami makna, menemukan hipotesis, dan mengkonstrusikan fenomena.
Penelitian kualitatif merupakan payungnya semua jenis metode pendekatan
penelitian yang digunakan untuk meneliti kehidupan sosial yang natural/alamiah.
Informasi yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dapat berupa transkrip hasil
wawancara, catatan lapangan, dokumen dan atau bahan-bahan yang bersifat visual
seperti foto, video, internet dan dokumen-dokumen lain tentang kehidupan
manusia secara individual atau kelompok.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang
menggunakan desain penelitian studi kasus dalam arti penelitian difokuskan pada
fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam, dengan
mengabaikan fenomena-fenomena lainnya. Satu fenomena tersebut bisa berupa
suatu proses, suatu program, suatu penerapan kebijakan atau suatu konsep.
Penelitian kualitatif menuntut perencanaan yang matang untuk menentukan
tempat, partisipan dan memulai pengumpulan data. Rencana ini bersifat emergent
atau berubah dan berkembang sesuai dengan perubahan dalam temuan dilapangan.
Desain yang berubah tersebutbersifat sirkuler karena penentuan sampel
yang bersifat purposif, pengumpulan data dan analisis data dilakukan secara
simultan dan merupakan langkah yang bersifat interaktif bukan berpisah-pisah.
Penalitian kualitatif melakukan penelitian dalam skala kecil, kelompok yang
mempunyai kekhususan, keunggulan, inovasi atau juga bermasalah. Kelompok
yang diteliti merupakan satuan sosial-budaya yang bersifat alamiah dan saling
berinteraksi secara individual ataupun kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Ibnu Faris, Mu‟jam Muqayis Al-Lughah, (Beirut : Darul Fikr,tt)
Aryatmi, S., Lobby, L., Lavianus, S., 1991, Masalah Remaja, Semarang: Satya
Wacana.
Eni Fariyatul Fahyuni & Adi Bandono. Pengembangan Media Cerita Bergambar
sebagai Upaya
Notonagoro, Pancasila Dasar Falsafah Negara, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1984).h.
89