Kelompok 5
Disusun Oleh:
Puji syukur kehadirat Allah SWTyang telah memberi karunianya kepada kami, karena
atas berkat dan limpahan rahmat-Nya.Sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.
Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi salah satu tugas penilaian mata kuliah
Pendidikan Kewaarganegaraan yang membahas tentang Nilai-Nilai Kemanusian Keislaman
Keindonesian dan Wawasan Kebangsaan. Kami sebagai penyusun tidak pernah lepas dari
kesalahan dan kekurangan dalam menyusun makalah ini. Oleh karna itu,kami mohon maaf
atas segala kekurannganya.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Dengan segala kerendahan hati ,saran saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan dan para pembaca guna peningkatan kualitas makalah ini dan makalah-makalah
lainnya pada waktu yang mendatang.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain itu, terdapat pula persoalan yang beranggapan bahwa antara Islam
dengan budaya local merupakan hal yang bertabrakan karena Islam itu adalah
bersumber al-quran dan sunnah sementara budaya bersumber pada adat kebiasaan
yang berkembang di masyarakat. Oleh sebab itu, Islam sering bertabrakan dengan
budaya local. Sementara itu dapat 228 AFKARUNA ditemukan bahwa Islam itu
sebagian juga beradaptasi dan mengadopsi budaya local dalam praktek sehari-hari
sehingga Islam tidaklah anti budaya local. Islam itu gerakan kultural bukan ideologis,
karena itu menempatkan hal-hal yang bersifat budaya merupakan karakter khas Islam
Indonesia.Oleh sebab itu gagasan pribumisasi Islam, bukan arabisasi merupakan suatu
yang sangat penting. Persoalan-persoalan kemanusiaan dan keindonesiaan merupakan
hal yang terus menjadi perdebatan, sekalipun secara universal kemanusiaan tidaklah
bertentangan dengan Islam.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Sila kedua yakni “kemanusiaan yang adil dan beradab” sangatlah penting pada
situasi seperti ini. Bila masyarakat Indonesia menerapkan sila kedua secara baik,
maka Indonesia mempunyai kemungkinan yang kokoh dalam menghadapi tantangan-
tantangan dunia pada saat ini. Jadi sila kedua dapat dikatakan sebagai salah satu jaring
pengaman atas permasalahan yang ditimbulkan arus globalisasi.
B. NILAI KEISLAMAN DALAM PANCASILA
b. Sila Kedua; Kemanusiaan yang Adil dan BeradabSila kedua dari Pancasila ini
menunjukkan bahwa bangsa Indonesia meng-hargai dan menghormati hak-hak
yang melekat dalam diri pribadi manusia tanpa terkecuali. Jika hubungan manusia
dengan Tuhannya ditunjukkan pada sila pertama, maka hubungan sesama manusia
ditunjukkan pada sila kedua. Konsep Hablum min an-nass (hubungan sesama
manusia) dalam bentuk saling menghargai sesama manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan yang beradab. Tidak ada perbedaan dalam hak dan kewajiban
sebagai sesama manusia ciptaan Tuhan, artinya tidak boleh ada diskriminasi antar
umat manusia. prinsip ini terlihat dalam ayat al-Qur’an surat al-Maa’idah, ayat 8
yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran). Karena Allah, menjadi saksi de-ngan adil
dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendo rong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, ka-rena adil itu lebih dekat kepada takwa
dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” (QS. al-Maa’idah [5]: 8)
e. Sila Kelima; Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Dalam setiap sila Pancasila
ternyata mengandung nilai-nilai keislaman, se-bagaimana sila kelima yang
mengisyaratkan adanya keadailan dalam proses penyelenggaraan negara. Keadilan
yang dapat dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali oleh adanya
perbedaan agama, ras, dan sebagainya. Mengenai keadilan dalam ajaran Islam
dapat dilihat pada al-Qur’an;“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil
dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi penga-jaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (Q.S. an-Nahl [16]: 90)
C. NILAI KEINDONESIAAN
D. WAWASAN KEBANGSAN
Tekad perjuangan itu lebih tegas lagi dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928
dengan ikrar “Satu Nusa, Satu Bangsa, dan menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa
Indonesia”. Wawasan kebangsaan tersebut kemudian mencapai satu tonggak sejarah,
bersatu padu memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Dalam perjalanan sejarah itu telah timbul pula gagasan, sikap, dan tekad yang
bersumber dari nilai-nilai budaya bangsa serta disemangati oleh cita-cita moral rakyat
yang luhur. Sikap dan tekad itu adalah pengejawantahan dari satu Wawasan Kebangsaan
2. Nilai Dasar Wawasan Kebangsaan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA