POLITEKNIK IMIGRASI
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................2
2.1 Pengertian dari islam dan kemajemukan………………............................................2
2.2 Pengerttian dari kebhinekaan dan kemajemukan …...................................................3
2.3 Ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah insaniyah…………….…5
BAB III PENUTUP..........................................................................................................8
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................9
i
KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Karena berkat
rahmat, hidayahnya, kami telah mampu menyelesaiakan sebuah makalah yang berjudul
“Islam dan Inspirasi Kebangsaan”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
matakuliah Agama Islam.
Sebagai makhluk individu manusia merupakan bagian dan unit terkecil dari
kehidupan sosial atau masyarakat dan sebaliknya sebagai makhluk sosial yang membentuk
suatu kehidupan masyarakat, manusia merupakan kumpulan dari berbagai individu. Dalam
menjalankan peranannya masing-masing dari kedua hal tersebut secara seimbang, maka
setiap individu harus mengetahui dari peranannya masing-masing tersebut. Untuk itu, perlu
kiranya kami menulis sebuah makalah yang mengemukakan wawasan Islam dalam wawasan
kebangsaan. Semoga dengan adanya makalah ini dapat menjadi inspirasi bagi para pembaca.
Kami menyadari bahwa selama penulisan makalah ini kami banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, kami mengucapkan terimakasih.
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hasil maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.
, 8 April 2020
Kelompok 1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang mempunyai berbagai latar belakang;
ras, suku dan agama yang mempengaruhi tingkah laku dan pola pikir tiap-tiap individu.
Kemajemukan masyarakat Indonesia menjadi daya tarik tersendiri, meskipun tidak
dipungkiri bahwa aspek tersebut juga mempunyai bagian negative yang perlu diwaspadai,
khususnya dalam hal religious diversity Wawasan keislaman penting karena ia
merupakan landasan pokok yang selanjutnya akan menjadi sumber sekaligus spirit dalam
menjalankan dan mengembangkan organisasi dakwah. Sedangkan wawasan kebangsaan
penting karena organisasi dakwah yang dimaksud tumbuh dan berkembang di sebuah
Negara-Bangsa (Indonesia), untuk itu sikap nasionalisme menjadi hal yang tidak bisa
ditawar lagi. Oleh karenanya, setiap SDM (kader) dalam organisasi dakwah harus
memiliki wawasan keislaman dan kebangsaan yang komprehensif, tidak hanya paham
namun juga harus diinternalisasi dan diamalkan disetiap gerak langkah dalam
menjalankan roda organisasi. Wawasan keislaman tanpa disertai dengan wawasan
kebangsaan dapat berdampak pada melemahnya sikap nasionalisme. Tanpa wawasan
kebangsaan yang kokoh, organisasi dapat terjebak pada sikap fanatik berlebihan, yang
pada akhirnya dapat berdampak pada sikap intoleran pada organisasi dan bahkan
keyakinan lain yang tidak sama. Lemahnya sikap nasionalisme juga akan berdampak pada
melemahnya institusi.
1.3 Tujuan
a. mengetahui pengertian Islam dan isnpirasi kebangsaan
b. mengetahui artyi dari kebhinekaan dengan kemajemukan dalam islam
c. mengetahui fungsi dari Ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah
insaniyah
1
BAB II
PEMBAHASAN
Seperti yang dicantumkan di surat Al maidah ayat 48 yang mana artinya adalah
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya)
dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka
menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka
dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat
diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak
menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya
kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu”
2
Dan juga di dalam surah Al hujarat ayat 13 yang artinya “Wahai manusia!
Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.
Jadi Allah menciptakan manusia manusia bersuku suku untuk saling mengenal dan
dari ayat diatas juga menjadi penegasan bahwa perbedaan itu merupakan sunatullah
dan islam memandang realitas kemajemukan itu merupakan takdir dari allah swt.
4
menyatukan bangsa sejatinya tidak terlalu perbeda (untuk tidak dikatakan sama)
dengan isi pertama Piagam Madinah. Kemajemukan dan keragaman sudah tentu
membutuhkan “simbol” pemersatu agar tidak terjadi konflik yang merugikan
individu, kelompok, dan negara secara lebih luas.
B. Dalam konteks hubungan antar agama di Indonesia, terbentuknya Pancasila dapat
dikatakan sebagai perwujudan dari keinginan untuk mengembangkan kalîmatun sawâ
dalam Islam, yaitu pengambilan kebijakan yang bersifat win win solution untuk
menjembatani perbedaan pendapat dalam pembentukan Pancasila. Hasil penerimaan
Pancasila itu, sangat jelas menunjukan bahwa para pemimpin Islam sangat
mengutamakan kerukunan dan integritas nasional dibandingkan hanya memikirkan
kepentingan umat muslim belaka. Dalam pandangan mayoritas umat muslim
Indonesia, penerimaan Pancasila menjadi hadiah terbesar umat Islam untuk menjaga
kesatuan dan keutuhan bangsa dan negara Indonesia yang majemuk dari segi agama,
suku, adat istiadat, dan lain-lain.
Sejatinya dalam konsep kebhinekaan, Islam sebagai agama mayoritas telah berhasil
menyatukan berbagai suku yang tersebar di kepulaian Nusantara dan menjadi salah
satu dasar persatuan yang penting. Dan jika melihat kebelakang dalam sejarah
Indonesia, Islam tidak hanya berfungsi sebagaiagama penyang
5
dia seorang manusia yang berada dalam kesulitan dan sudah seharusnya kita tolong, apa pun
agama dan sukunya.
Dalam ukhuwah basyariyah, seseorang merasa menjadi bagian dari umat manusia yang satu:
jika seorang manusia “dilukai”, maka lukalah seluruh umat manusia. Hal ini sesuai dengan
pesan Alquran dalam surah Al-Mâ’idah [5] Ayat 32: barang siapa membunuh seorang
manusia tanpa alasan yang kuat, maka dia bagaikan telah membunuh seluruh umat manusia.
Sebaliknya, barang siapa menolong seseorang, maka ia telah menolong seluruh manusia.
Betapa sangat indah, kuat, dan mendalamnya pesan yang disampaikan ayat Alquran di atas.
Kemudian, apakah ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathaniyah--yang masih
mempertimbangkan dan mementingkan identitas formal dan baju luar seseorang--lantas tidak
diperlukan lagi? Tentu saja keduanya masih dibutuhkan. Tetapi, seseorang perlu berhati-hati,
jangan sampai ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathaniyah yang diekspresikannya terjatuh
pada apa yang bisa diistilahkan sebagai “fanatisme” (juga “nasionalisme”) yang sempit dan
picik.
Dalam konteks itu, misalnya, seseorang mau menolong dan mau berteman dengan orang lain
karena faktor agamanya dan kebangsaannya belaka. Seseorang yang beragama Islam hanya
mau “bersentuhan” dengan seseorang yang beragama Islam juga. Atau lebih sempit lagi
hanya mau “bersentuhan” dengan seseorang yang sealiran/semazhab dan segolongan belaka.
Seseorang juga hanya mau “bersentuhan” dan bekerja sama dengan seseorang yang secara
formal diidentifikasi sebagai bangsa Indonesia.
Ukhuwah wathaniyah yang sempit juga bisa terjatuh pada apologi dan pembelaan seseorang
yang tidak proporsional bagi bangsanya. Padahal, kalau bangsa kita salah dan berbuat jahat
(misalnya mangagresi dan menjajah negara lain), maka menjadi kewajiban dari warganyalah
untuk mengkritik, menyalahkan, dan meluruskannya. Meskipun agama, mazhab, dan
kebangsaannya sama dengan kita, jika seseorang berbuat salah dan zalim, harus kita kritik
dan tunjukkan kesalahannya secara lugas, jujur, dan tegas.
Dalam kasus lain, kadang ada ukhuwah Islamiyah yang dipahami secara sempit dan picik
yang lantas menggerakkan seseorang untuk menempatkan para pemeluk agama di luar Islam
sebagai saingan bahkan musuh yang layak diserang dan dibinasakan. Ukhuwah
Islamiyah yang seperti ini tentu saja kontraproduktif karena diekspresikan secara fanatik dan
dogmatik.
Sebagaimana kita simak dalam lembar-lembar sejarah umat manusia, fanatisme dan
dogmatisme atas nama apa pun (misalnya atas nama “agama” dan ”ideologi” tertentu) bisa
sangat membahayakan karena memunculkan kekerasan dan destruktivitas. Yang terpenting
dalam kehidupan seseorang bukanlah identitas formal semisal agama, suku, bangsa, dan
seterusnya, melainkan apa yang dilakukannya. Hal yang dilakukan seseorang ini secara
sederhana mungkin bisa diidentifikasi sebagai moralitas dan tindakan sosialnya.
Seseorang (meskipun agama, keyakinan, suku, dan bangsanya sama dengan kita) sudah
sepatutnya kita ingatkan, kita kritik, bahkan kita lawan jika apa yang diperbuatnya
merugikan, menindas, dan menggerus hak orang lain. Dalam bahasa yang lain, apa yang
merugikan, menindas, dan menggerus hak orang lain itu bisa diistilahkan sebagai tindakan
jahat dan kriminal.
Lawan kita bukanlah orang yang beragama lain, melainkan orang yang bertindak zalim dan
tidak adil, apa pun agamanya. Orang kafir, menurut cendekiawan Muslim bereputasi
internasional Asghar Ali Engineer, bukanlah orang yang tidak beragama Islam, melainkan
6
orang yang melakukan kezaliman, diskriminasi, penindasan, ketidakadilan, korupsi, dan
semacamnya, apa pun agamanya.
Dengan semangat ukhuwah basyariyah/insaniyah, marilah kita tebarkan semangat
“bersaudara” antarsesama manusia untuk mewujudkan kehidupan yang semakin baik, indah,
adil, dan maslahah. Hadis Nabi yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim
mengatakan,“Tidaklah beriman seseorang dari kamu sehingga dia mencintai saudaranya
seperti dia mencintai dirinya sendiri.” Kata “saudara” dalam hadis di atas bukanlah sekadar
sesama Muslim, melainkan sesama umat manusia.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi motto bangsa Indonesia, meskipun tidak
lahir dari falsafah keislaman namun jika dikaji lebih dalam ternyata memuat nilai-
nilai yang terkandung dalam Islam, sehingga jika seorang muslim merasa anti dengan
kebhinekaan tentunya muncul sebuah pertanyaan, apakah dia paham tentang Islam?.
Perbedaan merupakan sebuah fitrah dalam dokrin Islam, sehingga menyikapi
perbedaan dengan arif dan bijak merupakan sebuah kewajiban bagi umat Islam agar
tidak menimbulkan konflik yang disebabkan perbedaan pandangan. Di Indonesia
umat Islam berperan penting dalam menjaga kebhinnekaan yang ada, hal ini dapat
dilihat dari berbagai peran umat Islam dalam sejarah bangsa dalam membentuk dan
merawat kebhinekaan di Indonesia. Perbedaan-perbedaan yang ada tidak seharusnya
disikapi secara negatif, skeptis, atau bahkan anarkis. Perbedaan merupakan sebuah
rahmat Allah yang harus disyukuri, sehingga kehidupan ini lebih berwarna dan Indah,
dan inilah yang diajarkan agama Islam untuk menciptakan baldatun toyyibah.
8
Daftar Pustaka
Wahid, Abdurrahman. (2006), Islamku Islam Anda Islam Kita, Jakarta :The
Wahid Institute.
https://news.detik.com/kolom/d-3485150/kekalahan-ahok-islam-politik-dan-
narasi- demokrasi-di-indonesia
https://www.academia.edu/38137207/
Makalah_keberagaman_dalam_keberagamaan_dalam_islam
https://tafsirweb.com/1932-quran-surat-al-maidah-ayat-48.html
https://www.researchgate.net/publication/
334300151_Islam_Dan_Kebhinekaan_di_Indonesia_Peran_Agama_Dalam_Mera
wat_Perbedaan
9
10