Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH AGAMA ISLAM

DOSEN PENGAMPU :
Dra. Sumiati, M.Ag

Oleh Kelompok 7 :

1. Ariyus Bella Saphira (142012218007)


2. Dwi Okti Sari (142012218020)
3. Lussy Sulistiawati (142012218033)

STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG


PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Bagaimana Membumikan Islam Di Indonesia” mata kuliah Agama Islam dengan
lancar.
Adapun maksud penyusunan makalah ini untak memenuhi tugas Konsep
Dasar Keperawatan. Rasa terima kasih penulis kepada yang terhormat Ibu Dra.
Sumiati, M.Ag selaku dosen penganpu dari materi pembuatan tugas makalah ini,
serta semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan makalah ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Harapan penulis tugas Makalah Agama Islam mengenai Bagaimana
Membumikan Islam Di Indonesia ini agar pembaca bisa menambah wawasan dan
pengetahuan tentang ejaan Bahasa Indonsia. Penulis menyadari bahwa tugas besar
ini masih jauh dari sempurna dengan keterbatasan yang penulis miliki.

Palembang, 23 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................iii
A. Latar belakang......................................................................................1
B. Rumusan masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................2
A. Bagaimana Membumikan Islam Di Indonesia.....................................2
1. Membangun argumen tentang urgensi pribumisasi Islam..............
2. Mendeskripsikan dan mengkomunikasikan pribumisasi Islam
sebagai upaya membumikan Islam di indonesia............................
3. Rangkuman tentang corak keberagamaan umat Islam diindonesia..

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Islam dalam bentuk dasarnya adalah wahyu Allah yang merupakan sesuatu yang
nirbahasa. Wahyu dalam bentuk asalnya ditempatkan dalam sebuah blueprint
yang disebut dengan lauh al-Mahfuz, dari sana ia memancarkan dirinya melalui
tanda-tanda (ayat) yang terdapat dalam seluruh ciptaan Allah. Tanda-tanda Tuhan
tersebut sejatinya telah terinstal dalam diri setiap makhluk ciptaan-Nya. Dengan
bahasa sederhana dapat dikatakan bahwa fenomena alam, fenomena sosial, dan
fenomena budaya tentunya merupakan sebagian dari tanda-tanda Tuhan tersebut.
Dalam ajaran Islam, wahyu Allah selain berbentuk tanda-tanda (ayat) yang
nirbahasa, juga bermanifestasi dalam bentuk tanda-tanda (ayat) yang
difirmankan. Menelusuri Transformasi Wahyu dan Implikasinya terhadap
Corak Keberagamaan Wahyu dengan w kecil menyaran pada tanda-tanda,
instruksi, arahan, nasihat, pelajaran, dan ketentuan Tuhan yang nirbahasa,
dan mewujud dalam alam semesta dan isinya, termasuk dinamika sosial
budaya yang terjadi di dalamnya. wahyu dan Wahyu Wahyu dengan W
besar menyaran pada tanda-tanda, instruksi, arahan, nasihat, pelajaran, dan
ketentuan Tuhan yang difirmankan melalui utusan-Nya (malaikat) dan
diakses secara khusus oleh orang-orang pilihan yang disebut sebagai nabi
atau rasul Tanda-tanda Tuhan di alam semesta ini ada yang dipahami
secara sama, pada sembarang waktu dan tempat. Sebaliknya, tanda-tanda
Tuhan ada pula yang dibaca dan dipahami secara berbeda karena perbedaan
kadar kemampuan jiwa, nalar, rasa, dan fisik. ayat-ayat Tanda-tanda yang
dibaca secara berbeda-beda sesuai dengan perkembangan kemampuan nalar
manusia, disebut dengan ayat-ayat mutasyabihat Tanda-tanda Tuhan yang
ditangkap secara universal itulah yang disebut dengan ayat-ayat muhkamāt
Wahyu Allah (dengan w kecil) pada mulanya bersifat universal dan a-
historis. Sebagai tanda-tanda Tuhan yang terbentang, keberadaan wahyu
melintasi zaman dan melintasi ruang. Namun ketika wahyu tersebut di-
download menjadi wahyu terfirman, maka ia berubah menjadi wahyu yang
historis (menyejarah).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Membumikan Islam di Indonesia?
2. Apa Pengertian Urgenisasi Pribumi?
3. Ada berapa banyak Keberagaman Islam khususnya di Indonesia?

C. Tujuan
Mengetahui kapan membumikan islam di Indonesia dan mengetahui ajaran agama
Islam di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bagaimana Membumikan Islam Di Indonesia


1. Membangun argumen tentang urgensi pribumisasi Islam
Bangsa Indonesia sangat memerlukan kerja kolaboratif dan koordinatif dari
pelbagai komponen untuk menggalang semua potensi bangsa agar terjadi sebuah
kerjasama yang efektif dan produktif bagi pembumian Islam yang penuh rahmat.
Namun, upaya-upaya seperti itu sering kali terhambat oleh adanya potensi-potensi
konflik yang sangat banyak di negeri ini (agama, etnis, strata sosial, dan
sebagainya). Salah satu potensi konflik yang mungkin dapat menghalangi proses
pembangunan dan modernisasi di Indonesia adalah pemahaman agama.
Sering kali ajaran agama, yang bernilai universal dan tidak memihak, berubah
menjadi sebuah pemahaman agama yang bersifat sektarian dan lokal. Sering kali
pula Tuhan yang Mahaluhur dan Mahamulia diseret oleh subjektivitas manusia
untuk membenarkan sikap sektarian tersebut. Teks suci agama pun tidak luput
dari tangan-tangan nakal manusia. Teks sengaja dipahami secara lepas dari
konteks kebahasaan dan sosio-psiko-historisnya agar dapat dijadikan alat untuk
mengafirkan orang lain yang berbeda pemahamannya.
Pada kondisi saat dunia mulai mengarah kepada peradaban global dan
keterbukaan, maka ajaran agama perlu kembali dirujuk untuk ditransformasikan
nilai-nilai luhurnya sehingga dapat memunculkan sebuah pemahaman agama dan
sikap keberagamaan yang bebas dari fanatisme sektarian, stereotip radikal, dan
spirit saling mengafirkan antara sesama umat seagama, atau antara umat yang
berbeda agama. Apabila kita kembali melihat contoh rasul dengan masyarakat
madaninya, maka kita dapati bahwa potensi-potensi konflik akan dapat
dielimininasi dengan mengedepankan persamaan dalam keragaman. Artinya,
Islam mengajarkan bahwa perbedaan itu adalah fitrah (given) dari Tuhan, tetapi
dalam menjalani hidup ini hendaknya kita tidak mempertajam perbedaan tersebut.
Sebaliknya, justru kita harus mencari unsur-unsur persamaan di antara kita.
Sebagai ilustrasi, bisa saja kita berbeda suku bangsa, adat, dan bahasa, tetapi kita
harus mengedapankan kesadaran bahwa ada satu persamaan yang mengikat kita
semua, yaitu kesadaran bahwa kita adalah bangsa Indonesia.
Urgensi Pribumisasi
 Islam Diantara perbedaan praktik ibadah yang kita temukan di masyarakat
ada yang bersifat perbedaan- variatif (ikhtilaf tanawwu'), dalam arti tidak
harus salah satunya benar dan yang lain salah, melainkan kesemuanya
boleh jadi benar dan mempunyai dasar. Perbedaan-perbedaan itu sering
kali disebabkan karena perbedaan pemahaman ulama mengenai suatu teks
keagamaan. Adapula yang memang karena Nabi S.A.W. sendiri pernah
melakukan beberapa praktik yang berbeda, sebagai bentuk pemberian
keleluasan dan kelapangan bagi umat.
 Untuk mengubah praktik yang kita anggap salah, sangat diperlukan kehati-
hatian, setiap sikap dan cara bicara yang bijak, dan pengetahuan yang
memadai mengenai persoalan, jangan sampai salah menimbulkan
permusuhan atau perpecahan diantara umat.
 Kita tidak perlu terlalu tersibukkan dengan perbedaan yang bersifat
furu'iyah (hal-hal yang bukan pokok). Titik-titik persamaan diantara umat
jauh lebih banyak daripada perbedaaannya. Dalam sholat, kita semua
masih mengahadap kiblat yang sama, menyembah tuhan yang sama.
 kita semua masih mengahadap kiblat yang sama, menyembah tuhan yang
sama. Pada kondisi saat dunia mulai mengarah kepada peradaban global
dan keterbukaan, maka ajaran agama perlu kembali dirujuk untuk
ditransformasikan nilai-nilai luhurnya sehingga dapat memunculkan
sebuah pemahaman agama dan sikap keberagamaan yang bebas dari
fanatisme sektarian, stereotip radikal, dan spirit saling mengafirkan antara
sesama umat seagama, atau antara umat yang berbeda agama. Apabila kita
kembali melihat contoh rasul dengan masyarakat madaninya, maka kita
dapati bahwa potensi-potensi konflik akan dapat dielimininasi dengan
mengedepankan persamaan dalam keragaman.
2. Mendeskripsikan dan mengkomunikasikan pribumisasi Islam sebagai upaya
membumikan Islam di Indonesia
Bukti kendornya peran umat Islam Indonesia dalam pembangunan negara,
terpampang jelas di berbagai sektor kehidupan. Tiliklah misalnya pada sektor
pendidikan, ekonomi, hingga sosial-budaya. Bangsa Indonesia masih terkesan
mengekor pada perkembangan bangsa lain, kalau tidak mau disebut tertinggal.
Jelas, ini adalah deviasi dari kenyataan sejarah, sebab umat Islam pernah berjaya
dan menjadi pionir dalam memajukan peradaban di masa lalu. Terpuruknya
bangsa Indonesia, tak pelak, turut merusak citra Islam sebagai agama mayoritas di
negeri ini. Sulit disangkal, bahwa modal keislaman rupanya masih sekadar
simbolisasi, tanpa benar-benar menyentuh dan menyelesaikan masalah dalam
realistas kehidupan masyarakat. Yang terjadi, warga muslim nusantara sedikit
demi sedikit, mulai kehilangan roh keislamannya dalam konteks kehidupan
bernegara Dalam Islam, pengertian ibadah tidak hanya dalam bentuk lahiriah,
tetapi mencakup semua aktivitas kehidupan manusia yang memuat motovasi
untuk selalu mendekatkan diri kepada Tuhan.[8] Ini berarti bahwa perilaku
manusia, selama tidak bertentangan dengan syariat Islam serta bertujuan untuk
mendapat rida Allah SWT, terhitung sebagai ibadah. Akhirnya, peningkatan peran
umat Islam Indonesia dalam pembangunan negara, mempersyarakat pola pikir
yang monolitik, yang menganggap bakti kepada negara juga merupakan perintah
keislaman. Umat Islam harus mendudukkan negara sebagai lading untuk mengais
rida Allah SWT untuk bekal di hari kemudian, bukan malah menghindar dari
kenyataan duniawi tersebut. Menyandingkan nilai-nilai keislaman dengan rasa
cinta terhadap tanah air, sudah merupakan keharusan bagi seorang muslim.
Negara yang madani, akan berdampak positif dalam penunaian ibadah kepada
Allah SWT dalam arti yang seluas-luasnya, begitupun sebaliknya.

3. Rangkuman tentang corak keberagamaan umat Islam diindonesia


Secara bahasa, Corak sebagai kata sifat berarti paham, macam, bentuk. Sementara
itu, Keberagaman berasal dari kata ragam yang memiliki arti macam atau jenis,
dan ditambahkan imbuhan, menjadi keberagaman berarti bermacam-macam.
Secara istilah, Keberagamaan merupakan tingkat pengetahuan, keyakinan,
pelaksanaan dan penghayatan seseorang atas ajaran agama yang diyakininya, atau
suatu sikap penyerahan diri kepada suatu kekuatan yang ada di luar dirinya yang
diwujudkan dalam aktivitas dan perilaku individu sehari- hari.
Keberagaman Islam khususnya di Indonesia.
Syiah
Menurut terminologi, kata Syiah tertuju kepada satu sekte (firqah) yang mengaku
sebagai pengikut dan pendukung setia Ali bin Abi Thalib dan keturunannya.
sehingga menjadi nama yang khusus bagi mereka. Syiah adalah sekelompok
orang yang menganggap pengganti Nabi Saw merupakan hak istimewa keluarga
Nabi, dalam hal ini Ali ra dan keturunannya
Sunda Wiwitan
Sunda Wiwitan adalah kepercayaan pemujaan terhadap kekuatan alam dan arwah
leluhur (animisme dan dinamisme) yang dianut oleh masyarakat tradisional
Sunda, Penganut ajaran ini dapat ditemukan di beberapa desa di provinsi Banten
dan Jawa Barat, Sunda Wiwitan merupakan kepercayaan yang dianut sejak lama
oleh orang Sunda sebelum datangnya ajaran Hindu dan Islam.
Kejawen Aliran
Islam Kejawen mengenal tirakat (syarat mendapatkan ilmu) yang kadang
dianggap kontroversial oleh kalangan tertentu. Tirakat tersebut bisa berupa bacaan
doa, wirid tertentu, mantra, pantangan, puasa atau penggabungan dari kelima
unsur tersebut. Ada puasa yang disebut patigeni (tidak makan, minum, tidur dan
tidak boleh kena cahaya), nglowong, ngebleng dan lain-lain. Biasanya beratnya
tirakat sesuai dengan tingkat kesaktian suatu ilmu. Seseorang harus banyak
melakukan kebajikan dan menjaga bersihnya hati ketika sedang melakukan tirakat
Khodam.

Berdasarkan Organisasi
NAHDLATUL ULAMA
Nahdlatul Ulama yang artinya Kebangkitan memberikan pandan yang dianggap
sud "Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam, lokal kaptak bu disingkat NU,
adalah sebuah organisasi Islam besar di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31
Januari 1926 dan bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi. Didirikan
oleh KH Hasyim Al Asy'ari.

MUHAMMADIYAH
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama
organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga
Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut
Nabi Muhammad SAW. Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan
seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini
sering menyebabkan ajaran Islam bercampur- baur dengan kebiasaan di daerah
tertentu dengan alasan adaptasi.
PERSIS
Persatuan Islam (disingkat Persis) adalah sebuah organisasi Islam di Indonesia.
Persis didirikan pada 12 September 1923 di Bandung oleh sekelompok Islam yang
berminat dalam pendidikan dan aktivitas keagamaan yang dipimpin oleh Haji
Zamzam dan Haji Muhammad Yunus. Persis didirikan dengan tujuan untuk
memberikan pemahaman Islam yang sesuai dengan aslinya yang dibawa oleh
Rasulullah Saw dan memberikan pandangan berbeda dari pemahaman Islam
tradisional yang dianggap sudah tidak orisinil karena bercampur dengan budaya
lokal, sikap taklid buta, sikap tidak kritis, dan tidak mau menggali Islam lebih
dalam dengan membuka Kitab-kitab Hadits yang shahih.
Ahmadiyyah
atau sering pula ditulis Ahmadiyah, adalah sebuah gerakan keagamaan Islam yang
didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908) pada tahun 1889, di sebuah
kota kecil yang bernama Qadian di negara bagian Punjab, India, Mirza Ghulam
Ahmad mengaku sebagai Mujaddid, al Masih dan al Mahdi. Para pengikut
Ahmadiyah, yang disebut sebagai Ahmadi atau Muslim Ahmadi, terbagi menjadi
dua kelompok. Kelompok pertama ialah "Ahmadiyya Muslim Jama'at" (atau
Ahmadiyah Qadian).
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia
hingga akhir zaman. Kewajiban sebagai umat islam untuk membumikan islam
sudah tertera dalam berbagai hadist dan surat di dalam Al-Qur'an. Banyak cara
yang dapat ditempuh dalam membumikan islam di Indonesia. Kebangkitan atau
kemajuan umat islam, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama sungguh sangat
bergantung pada sejauh mana mereka berpedoman dan Lerpegang teguh pada
petunjuk-petunjuk, ajaran-ajaran, aturan-aturan, etika-etika dan norma-norma
yang mencakup segala aspek dan segi kehidupan manusia di mana pun.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mu‟ti “Bagaimana Membumikan Islam Di Indonesia” diunduh pada Pada


23 Maret 2023 melalui
https://spada.uns.ac.id/mod/resource/view.php?id=149340
Syumeezha Sukron “ PPT Makalah Membumikan Islam DiIndonesia” di unduh
Pada 23 Maret 2023 melalui
https://www.academia.edu/40665514/
PPT_MAKALAH_MEMBUMIKAN_ISLAM_DI_INDONESIA
Indriani Muhajeng nwahyu “Membumikan Islam DiIndonesia.” Di unduh pada 23
Maret 2023 melalui
https://www.scribd.com/presentation/362683397/presentasi-membumikan-islam-
indonesia-pptx
Dwi Resandy “Corak Keberagaman Islam DiIndonesia” di unduh pada 23 Maret
2023 melalui
https://prezi.com/msie35kd7txa/corak-keragaman-islam-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai