Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ISLAM MEMBANGUN

PERSATUAN DALAM KEBERAGAMAN

Dosen Pengampu
Mahfud Fauzi, S.Sos.I.,M.Sos

Di Susun Oleh :
Kalpri sangra
2021204010

INSTITUT MARITIM PRASETYA MANDIRI


PRODI DIII BUDIDAYA PERAIRAN
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Islam
membangun persatuan dalam keberagaman dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Agama islam.


Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang persatuan
dan keberagaman dalam umat islam

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mahfud Fauzi selaku dosen
Mata Pelajaran Agama islam. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Bandar lampung, 27 November 2021


DAFTAR ISI

Kata Penghantar .......................................................................................................i

Daftar Isi .................................................................................................................ii

BAB I ......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..................................................................................................1
Latar Belakan ........................................................................................................1
Rumusan Masala ...................................................................................................1
Tujuan penulisan,......................................................................1

BAB II .....................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................
A.Pengertian Persatuan dalam Islam....................................................................2
B. Keberagaman Islam dalam Keberagaman ........................................................2
C. Konsep Islam tentang Keragaman dalam Keberagaman ..................................4
D.Agama sebagai Salah Satu Parameter Persatuan dan Kesatuan Bangsa ..........7
E. Implementasi Keragaman dalam Keberagaman ...............................................8

BAB III .................................................................................................................14


PENUTUP ............................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................14

DAFTAR PUSTAK ...........................................................................................15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh dan tidak terpecah belah.
Dalam agama islam persatuan disebut sebagai ukhuwah yaitu persaudaraan, yang
secara umum yaitu ukhuwah islamiyah yaitu persaudaraan sesama umat yang
beragama islam. Dalam persaudaraan dapat menyebabkan orang berbuat damai
dan dengan perdamaian maka persatuan dan kesatuan umat bisa di wujudkan.

Umat Islam terdiri dari beragam mazhab, beragam pemahaman, dan


beragam praktik keagamaan. Keragaman ini semakin berwarn-warni ketika Islam
dibawa masuk ke ranah kehidupan masyarakat yang lebih luas: politik, ekonomi,
dan sosial-budaya. Fakta keragaman ini sudah berlangsung lebih dari beberapa
abad. Di negeri kita hal tersebut tidak mungkin dapat dihindari. Ikhtiar yang perlu
kita lakukan adalah membangun persatuan dalam keragaman.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian persatuan menurut islam ?


2. Bagaimana keberagaman islam dalam keberagaman ?
3. Bagaimana konsep islam tentang keragaman dalam keberagaman ?
4. Bagaimana agama sebagai salah satu parameter persatuan dan kesatuan
bangsa ?
5. Bagaimana implementasi keragaman dalam keberagaman ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui apa pengertian persatuan menurut islamMengetahui tentang


keberagaman islam dalam keberagaman
2. Mengetahu tentang konsep islam tentang keragaman dalam keberagaman
3. Mengetahui bagaimana agama sebagai salah satu parameter persatuan dan
kesatuan bangsa
4. Mengetahui bagaimana implementasi keragaman dalam keberagaman
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Persatuan dalam Islam

Secara bahasa persatuan diartikan sebagai gabungan (ikatan, kumpulan


dan lain sebagainya), beberapa bagian yang sudah bersatu. Sedangkan rukun
berarti baik, damai, tidak bertengkar. Dalam agama islam persatuan disebut
sebagai ukhuwah yaitu persaudaraan. Kerukunan berarti sebagai hidup rukun,
damai dan tidak bertengkar antara warga masyarakat. Persatuan dan kerukunan
sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, sebab terciptanya persatuan
dan kerukunan dalam suatu negara akan menjadikan rakyat nyaman dan tenteram
dalam bekerja, menuntut ilmu, melaksanakan ajaran agama, melaksanakan
pembangunan dan lain sebagaianya. Agama Islam mengajarkan kepada umatnya
untuk membina persatuan dan kerukunan. Firman Allah :

Artinya : "Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal." 

B.Keberagaman Islam dalam Keberagaman

Seperti diketahui, Islam sebagai realitas religio-kultural berada pada dua


korpus besar: Islam sebagai korpus wahyu, dan Islam sebagai korpus historis.
Islam pada korpus pertama adalah Islam ideal yang berada dalam kerangka
wahyu, bersifat normatif atau high tradition, sebagaimana dikandung dan
ditunjukkan oleh teks-teks Al-Quran; sedangkan Islam historis adalah Islam yang
berada pada kerangka local tradition sebagaimana yang dibaca, dimengerti,
dipahami dan dipraktikkan oleh umatnya dalam konteks waktu dan ruang yang
berbeda-beda. .Pemahaman serta praktik-praktik keagamaan yang sarat dengan
perbedaan antaraumat Islam pada satu realm dengan umat Islam pada realm lain.
Dengan kata lain, secarareligio-kultural pada diri Islam historis tidak hanya
dijumpai keberagaman yang disebut “multikultural”, namun juga didapati
keberagaman yang disebut “multisyariat”.
Satu hal yang juga harus dipahami, bahwa keberagaman kultural tidak
dapat dilepaskan dari pemahaman terhadap syariat Islam yang bersumber pada
nash-nash keagamaan (Al-Quran dan As-Sunnah). Dengan kata lain, secara
religio-kultural pada diri Islam historis tidak hanya dijumpai keberagaman yang
disebut "multikultural", namun juga didapati keberagaman yang disebut
”multisyariat” Kenyataannya, dalam waktu yang sangat panjang, keberagaman
kultural dan syariat tersebut telah melahirkan berbagai konflik keumatan dan
kemasyarakatan yang tak mudah diselesaikan.

Umat Islam, sebagaimana umat-umat beragama lainnya yang telah dahulu


lahir, terdiri dari beragam mazhab dan keyakinan religius. Sebagai contoh, di
Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah merupakan dua organisasi
kemasyarakatan (ormas) Islam terbesar yang memiliki corak khas dalam
keyakinan religiusnya.

C. Konsep Islam tentang Keragaman dalam Keberagaman

Dalam kaitannya dengan agama, Islam merupakan petunjuk bagi manusia


menuju jalan yang lurus, benar dan sesuai dengan tuntunan kitab suci Al Qur’an
yang telah diajarkan Nabi Muhammad SAW. Jika dikaitkan dengan konteks
perubahan zaman, bagaimana Islam memandang keberagaman/pluralitas yang ada
dinegeri  ini, bahkan di dunia. Sebagaimana yang telah disebutkan berkali-kali
oleh Allah SWT didalam Al Qur’an, islam sangat menjunjung
keberagaman/pluralitas karena keberagaman/pluralitas merupakan sunnatullah
yang harus kita junjung tinggi dan kita hormati keberadaannya.
Seperti dalam (Qs Al Hujurat:13), Allah SWT telah menyatakan” Wahai para
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki, dan
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku, supaya
kamu saling mengenal”. Dari ayat Al Qur’an tersebut menunjukan bahwa Allah
sendiri lah yang telah menciptakan keberagaman, artinya keberagaman didunia ini
mutlak adanya. Dengan adanya keberagaman ini, bukan berarti menganggap
bahwa kelompoknya yang paling benar.
Harus kita ketahui bahwa keberagaman sudah ada sejak zaman para
sahabat yaitu ketika Nabi wafat, para sahabat saling mengklaim dirinyalah yang
pantas untuk menjadi pengganti Nabi.
Ajaran islam mengutamakan persaudaraan atau ukhuwwah dalam menyikapi
keberagaman, istilah Ukhuwwah dijelaskan dalam Qs. Al-Hujurat, 49:10,
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah
antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat
rahmat”
Ketegasan syariah islam memberikan gambaran betapa perhatiannya Islam
terhadap permasalahan keberagaman, dengan mengutamakan persaudaraan,
keharmonisann, dan perdamaian. Beberapa hadist memeberikan perumpaan
bahwa sesama muslim diibaratkan satu tubuh,
“perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan
menyayangi, seumpama tubuh, jika satu tubuh anggota sakit, maka anggota tubuh
yang lain akan susah tidur atau merasakan demam” (HR.Muslim)
Perumpamaan yang lain diibaratkan bangunan;
“orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan,
sebagian menguatkan sebagian yang lain” (sahahih Muslim no.4684)

Islam memberikan beberapa prinsip dasar dalam menyikapi dan


memahami pruralisme ini,

1) Prinsip keberagamaan yang lapang


Salah satu masaah yang serius dalam menyikapi keberagamaan adalah masalah
klaim kebenaran. Padahal untuk mencapai kepasrahan yang tulus kepada tuhan
(makna generik dari kata islam) diperlukan suatu pemahaman yang sadar dan
bukan hanya ikut-ikutan. Oleh sebab itu sikap kelapangan dalam mencapai
kebenaran ini bisa dikatakan sebagai makna terdalam keislaman itu sendiri.
Diceritakan dalam hadist nabi bersabda kepada sahabat Utsman bin Mazhun “
Dan sesungguhnya sebaik-baik agama disisi Allah adalah semangat pencarian
kebenaran yang lapang (Al Hanifiyah Al Samhah) “.

2) Keadilan yang obyektif


Dalam konteks pruralisme, Keadilan mencakup pandangan maupun tindakan kita
terhadap pemeluk agama lain. Kedangkalan dalam tindakan seringkali karena kita
tidak suka dan menganggap orang lain sebagai bukan bagian dari kelompok kita
(outsider) maka kita bisa berbuat tidak adil terhadap mereka dalam memutuskan
hukum, interkasi sosial maupun hal-hal lain.
Islam mengajarkan bahwa kita harus menegakkan keadilan dalam sikap dan
pandangan ini dengan obyektif terlepas dari rasa suka atau tidak suka (like and
dislike). Seperti yang diterangkan dalam QS. Al-Maidah ayat 8,
“hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi yang adil. Dan janganlah
kebencianmu pada suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.
Berlakulah adil karena adil itu lebih dekat kepada taqwa”

3)  Menjauhi kekerasan dalam berinteraksi dengan pemeluk agama lain


termasuk ketika melakukan dakwah
“Serahkanlah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan jalan bijaksana dan
pelajaran yang baik dan bantahlahlah mereka dengan lebih baik” QS. An Nahl
ayat 12
“Tidak ada paksaan dalam (memeluk) agama, sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang sesat” QS. Al Baqoroh ayat 256
Dalam berdawah kita harus mengutamakan dialog, kebijaksanaan dan cara-cara
argumentatif lainnya (interfaith dialogue). Tiap agama mempunyai logikanya
sendiri dalm memahami tuhan dan firmannya, kedua bahwa dialog bukanlah
dimaksudkan untuk saling menyerang tetapi adalah upaya untuk mencapai
kesepahaman, dan mempertahankan keyakinan kita
“Katakanlah olehmu (wahai Muhammad) wahai Ahli kitab marilah menuju ketitik
pertemuan antara kami dan kamu” QS. Ali Imran ayat 64

4) Menjadikan keragaman agama tersebut sebagai kompetisi positif dalam


kebaikan
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya yang mereka menghadap kepadanya,
maka berlomba-lombalah dalam berbuat kebajikan” QS. Al Baqarah ayat 148
Ketika ada pemeluk agama lain berbuat amal sosial dengan semisal melakukan
advokasi terhadap masyrakat tertindas seperti kaum buruh, pelecehan seksual dan
sebagainya maka kita tidak boleh begitu mencurigainya sebagai gerakan
pemurtadan atau bahkan berusaha menggagalkannya tetapi hal tersebut haruslah
menjadi pemacu bagi kita kaum muslimin untuk berusaha menjadi lebih baik dari
mereka dalam hal amal sosial.
Kalau keempat prinsip ini bisa kita pegang Insya Allah akan tercipta hubungan
yang lebih harrmonis antar umat beragama, hubungan yang dilandasi oleh sikap
saling menghargai, menghormati dan saling membantu dalam kehidupan sosial.
Sehingga kehadiran agama (khususnya islam) tidak lagi menjadi momok bagi
kemanusiaan tetapi malah menjadi rahmat bagi keberadaan tidak hanya manusia
tetapi sekaligus alam semsta ini. ( Wallahu A’lam Bishawab). Manusia Terbaik
Adalah Yang Bermanfaat terhadap Yang Lainnya

D. Agama sebagai Salah Satu Parameter Persatuan dan Kesatuan Bangsa


Adapun  Islam dalam menaggapi perbedaan dalam persatuan dan kesatuan
bangsa adalah:
1. Konsep Toleransi dalam Islam (Kebebasan Beragama)
Radikalisme Islam mendorong Barat memelihara isu “:teroris Islam” agar dunia
waspada dan ikut memberantas kelompok ekstrimis Islam. Dan menghapus citra
Islam dengan mengatakan Islam adalah agama yang intoleransi. Islam adalah
agama yang sangat toleransi. Jelas ini tidak pantas jika Islam dituduh agama yang
ekstrim dan radikal. Apalagi dengan mengatakan Al Qur’an dan Nabi Muhammad
sebagai inti dari semua teror.
Islam mengakui keberagaman ada, termasuk keberagaman dalam agama. Dalam
Islam seorang muslim dilarang memaksa orang lain untuk meninggalkan
agamanya dan masuk Islam dengan terpaksa, karena Allah telah berfirman:
‫ال إكراه في الدين‬
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).”(QS. Al Baqarah: 256)
Sejarah telah mengabadikan kepemimpinan Rosulullah saw dan sikap tasamuh
beliau dalam  memperlakukan penduduk Madinah yang plural. Seperti yang
tertulis dalam “Piagam Madinah” (shahifah madinah). Diantara isi piagam
disebutkan  tentang adanya kesepakatan, bahwa jika ada penyerangan terhadap
kota Madinah  atau penduduknya, maka semua ahlu shahifah (yang terlibat dalam
Piagam  Madinah) wajib mempertahankan dan menolong kota Madinah dan
penduduknya  tanpa melihat perbedaan agama dan qabilah
2. Batasan toleransi dalam perspektif islam
Seperti yang terjadi di masa sahabat, saat seorang munafik yang bernama
Musailah Al Kadzdzab (dan pengikutnya) mengaku bahwa dirinya nabi setelah
wafatnya Nabi Muhammad saw. Melihat hal tersebut para sahabat tidak tinggal
diam dan membiarkan pengikut Musailamah terus menyebarkan ajaran sesatnya.
Karena disitu ada mashlahah untuk menjaga agama (hifdz al din) yang merupakan
faktor dharury (primer) dalam kehidupan umat Islam. Allah telah berfirman
dengan tegas dan jelas bahwa Nabi Muhammad saw adalah penutup para Nabi
dan tidak ada Nabi setelah Nabi Muhammad.
‫ما كان محمد أبا أحد من رجالكم ولكن رسول هللا وخاتم النبيين وكان هللا بكل شيء عليما‬
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara
kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu.”(QS. Al Ahzab: 40)
Toleransi semacam ini jelas tidak dibenarkan dalam agama Islam. Karena seorang
yang mengaku muslim berarti meyakini dan bersakasi bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah dan Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah dan meyakini bahwa
tidak ada nabi setelah Nabi Muhammad saw.

Yusuf Qordhowi dalam kitabnya fi fiqh al aqliyat al muslimah


menyebutkan beberapa faktor toleransi muslim terhadap non-muslim:
a. Nilai kemanusiaan yang mulia.
‫ولقد كرمنا بني آدم‬
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam.”(QS. Al Isra’: 70)

b. Perbedaan yang dimuka bumi ini adalah sesuai dengan kehendak Allah Sang
Maha Pencita alam semesta dan isinya.
‫ولو شاء ربك لجعل الناس أمة واحدة وال يزالون مختلفين‬
“Jikalau Tuhan-mu mengkehendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang
satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.”(QS. Hud: 118)

c. Perbedaan tersebut adalah menjadi pertanggung jawaban antara dia dan Allah di
akhirat nanti.
‫وإن جادلوك فقل هللا أعلم بما تعملون هللا يحكم بينكم يوم القيامة فيما كنتم فيه تختلفون‬
“Dan jika mereka membantah kamu, maka katakanlah, “Allah lebih mengetahui
tentang apa yang kamu kerjakan” Allah akan mengadilindiantara kamu pada
hari kiamat tentang apa yang kamu dahulu selalu berselisih”.(QS. Al Hajj: 68-
69)

d. Allah telah memerintahkan untuk berbuat adil dan berakhlak mulia.


‫يا أيها الذين آمنوا كونوا قوامين هلل شهداء بالقسط وال يجرمنكم شنآن قوم على أال تعدلوا‬
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil.”(QS. Al Ma’idah: 8)

E.Implementasi Keragaman dalam Keberagaman


Mencermati berbagai ulasan mengenai keragaman dan keberagaman dalam
perspektif islam dan juga agama sebagai salah satu parameter persatuan dan
kesatuan bangsa diatas, maka langkah konkrit untuk menyikapi itu semua adalah
membangun tali silaturrahmi yang mengedepankan toleransi intern umat islam.
“siapa yang senang diperluas rezekinya dan diperpanjang umurnya maka
hendaklah dia bersilaturrahmi” (HR. Bukhari dan Muslim). Dengan terjalinnya
tali silaturrahmi maka banyak peluang kerja sama dalam berbagai aspek
kehidupan dan janii Allah melaui sabda Nabi SAW, akan mengundang rezki
material dan spiritual. Maka dari itu sesama muslim dilarang untuk memutus tali
silaturrahmi, jika terjadi pertikaian harus segera berdamai. Jalinan silaturrahmi
dengan mengedepankan toleransi tidak hanya saat berhubungan dengan antar
umat beragama saja, namun bagaimana sesama muslim mampu hidup damai,
rukun, saling menghormati antar golongan keislaman berbeda mahdzab. Istilah
toleransi maka menghargai setiap pendapat maupun perbedaan hal yang dimiliki
oleh seseorang maupun kelompok.
“hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang
lain (karena boleh jadi) mereka (yang diolok-olok) lebih baik daripada mereka
(yang mengolok-olok) dan jangan pula wantita-wanita (mengolok-olok) wanita-
wanita lain karena boleh jadi wanita-wanita (yang diperolokkan) lebih baik
daripada wanita-wanita (yang mengolok-olok0 dan janganlah kamu mencela
dirimu sendiri dan janganlah kamu memanggil dengan gelar-gelar yang buru.
Seburuk-buruk panggilan ialah panggilan yang buruk sesudah iman dan
barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim”
Q.S. Al-Hujurat ayat 11

Ada beberapa hal yang bisa menjadi penyebab rapuhnya tali persatuan dan
kesatuan di kalangan umat antara lain (Sudarto,2014;100):
1) Munculnya sifat kecurigaan/ prasangka buruk yang berlebihan terhadap
kelompok lain
2) Munculnya interpretasi yang juga menjadi penyebab adanya kecurigaan tanpa
bukti yang berujung pada konflik
3) Mencari kejelekan-kejelekan orang lain
“hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-
cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian
yang lain. Sukakah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik padanya. Dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang” Q.S. Al-
Hujurat ayat 12

Oleh karena itu, untuk mencegah adanya perpecahan dalam persatuan dan
kesatuan bangsa maka kita harus menjunjung tinggi toleransi dan senantiasa
menjaga tali silaturrahmi dalam berbagai aspek kehidupan. Berlomba-lomba
berbuat kebaikan untuk mengharapkan ridho-Nya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Membangun persatuan di tengah keberagaman dalam perspektif islam


memerlukan tindakan konkrit yang nyata. Ajaran islam telah mengajarkan
umatnya untuk hidup dalam toleransi. Untuk menjaga persatuan ini maka umat
harus menjaga tali silaturrahmi antar manusia dan juga menjunjung tinggi
toleransi.
Allah SWT telah menyebutkan dalam Al-Quran untuk hidup dengan
damai sekalipun berada di antara perbedaan. Jalinan silaturrahmi dengan
mengedepankan toleransi tidak hanya saat berhubungan dengan antar umat
beragama saja, namun bagaimana sesama muslim mampu hidup damai, rukun,
saling menghormati antar golongan keislaman berbeda mahdzab.
Islam mengakui keberagaman ada, termasuk keberagaman dalam agama. Dalam
Islam seorang muslim dilarang memaksa orang lain untuk meninggalkan
agamanya dan masuk Islam dengan terpaksa
Maka sudah seharusnya kita mampu menyikapi perbedaan dari sudut
pandang yang berbeda, saling menghargai adanya keberagaman maka akan terjadi
keharmonisan dalam hubungan masyarakat, sehingga kedamaian akan terus
berjalan dan perpecahan tidak akan terjadi.
Daftar Pustaka

http://spada.ristekdikti.go.id/lms1/pluginfile.php/12368/mod_resource/content/4/B
agaimana%20Islam%20Membangun%20Persatuan%20dalam%20Keberagaman
%3F.pdf
https://prezi.com/kwk85u6ark3c/a-menelusuri-konsep-keberagamaan-
islam-dan-membangun-persat/
https://www.scribd.com/presentation/350559141/Bagaimana-Islam-
Membangun-Persatuan-Dalam-Keberagaman
https://www.scribd.com/document/374038699/Islam-Membangun-
Persatuan-Dalam-Keberagaman
https://www.bacaanmadani.com/2016/09/pengertian-persatuan-kerukunan-
dan.html

Anda mungkin juga menyukai