Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama Islam
Dosen Pengampu : Drs. H. Imam Ghozali, MM

Disusun Oleh :
Rheza Ernowo Wicaksono 21013010143
Alifatur Mustofa 21013010109
Firda Satria Bima Nugroho 21013010118
Shavira Aisyah Maharani 21013010130
Iftitah Aulia Safitri 21013010132

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami anggota kelompok 7 bisa menyelesaikan makalah dengan
Judul “Kerukunan Antar Umat Beragama”. Shalawat serta salam senantiasa dilimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah pula mewariskan ilmu, standar nilai kehidupan di
bumi.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Drs. H. Imam Ghazali, MM pada Mata Kuliah Agama Islam. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Kerukunan Antar Umat Beragama bagi para
pembaca dan juga bagi penulis. Serta kami berharap agar makalah ini bisa menyerukan
seruan untuk menjaga kerukunan antar umat beragama atau mengamalkan ilmu yang terdapat
dalam makalah ke dalam kehidupan sehari hari.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. H Imam Ghazali, MM,
selaku Dosen Pengampu pada Mata Kuliah Agama Islam yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Kurang lebih nya saya sebagai penulis serta perwakilan kelompok 7 memohon
maaf atas kekurangan dan kesalahan yang ada.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1. LATAR BELAKANG .............................................................................. 1
2. RUMUSAN MASALAH .......................................................................... 2
3. TUJUAN ................................................................................................... 3
BAB 2. PEMBAHASAN .................................................................................................. 4
BAB 3. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 6
BAB 1
Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
Dalam Agama Islam diajarkan untuk hidup damai, rukun, dan toleran. Kerukunan
umat beragama kondisi dimana antar umat beragama dapat saling menerima, saling
menghormati keyakinan masing-masing, saling tolong menolong, dan juga
bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kerukunan terdapat beberapa bentuk
yang biasa disebut TriKerukunan umat beragama, yang bertujuan agar masyarakat indonesia
dapat bersatu dan menjunjung kebersamaan walau terdapat perbedaan dalam segi agama nya.
Kerukunan umat beragama sangatlah penting terutama di indonesia karena
kemajemukan atau terdapat 6 agama berbeda yang ada di Indonesia dan kerukunan umat
beragama merupakan kunci untuk kehidupan sejahtera dalam masyarakat. Banyak masalah
atau gesekan dalam segi perbedaan agama yang mempengaruhi kesejahteraan Indonesia
bahkan merupakan ancaman bagi keamanan Indonesia. Gesekan gesekan seringkali terjadi
dalam kehidupan umat beragama dikarenakan perbedaan pandangan dan juga saling
intoleran, hal ini akan membuat masalah semakin runyam dan susah diselesaikan.
Perbedaan pandangan, doktrin, suku dan ras pemeluk agama, dan adanya perbedaan
mayoritas dan minoritas pemeluk agama, menjadi faktor timbulnya perselisihan antar umat
beragama. Adanya diskriminasi terhadap agama minoritas, adanya rasa ego terhadap agama
yang merupakan pemeluk terbanyak atau mayoritas. Merasa menguasai dengan tingginya
jumlah pemeluk suatu agama, juga merupakan penyebab terjadinya perselisihan yang didasari
keegoisan semata.
Untuk menjaga keharmonisan umat beragama, kesejahteraan dan keamanan Indonesia
khususnya dalam segi perbedaan antar umat beragama. Maka harus ada sikap saling tenggang
rasa, saling menghargai, toleransi antar umat beragama. Tidak memaksakan kehendak kepada
seseorang untuk memeluk suatu agama tertentu. Melaksanakan ibadah sesuai agama masing
masing serta mematuhi peraturan yang ada dalam agamanya dan juga peraturan negara.

1.2.Rumusan Masalah

1. Arti Kerukkunan menurut Islam ?


2. Apa saja yang termasuk bentuk kerukunan umat beragama ?
3. Mengapa kerukunan antar uma beragama menjadi penting di Indonesia ?
4. Apa saja yang menyebabkan terjadinya perselisihan antar umat beragama ?
5. Bagaimana menjaga kerukunan antar umat beragama ?
1.3.Tujuan

1. Memahami arti kerukunan menurut islam


2. Menambah wawasan tentang segala bentuk kerukunan
3. Mengetahui pentingnya kerukunan antar umat beragama di negara kita dan memiliki
kesadaran untuk menjaga kerukunan
4. Dapat mengetahui sekaligus menghindari penyebab penyebab perselisihan atau
konflik antar umat beragama.
5. Dapat menerapkan dan mengamalkan kerukunan dalam kehidupan sehari hari
BAB 2
Pembahasan

Dalam pengertian sehari-hari rukun dan kerukunan bisa berarti damai dan perdamaian.
Istilah rukun berasal dari bahasa Arab “ ruknun “ yang berarti dasar. Sedangkan menurut kata
sifat rukun berarti damai. Sehingga , kerukunan umat beragama berarti hidup berdampingan
dalam suasana damai, walaupun berbeda keyakinan atau berbeda agama. Kerukunan umat
beragama juga berarti kondisi dimana antar umat beragama dapat saling menerima, saling
menghormati keyakinan masing-masing, saling tolong menolong, dan bekerjasama dalam
mencapai tujuan bersama di kehidupan bermasyarakat.
Islam mengajarkan kita untuk menjaga persaudaraan antar muslim , yang disebut
ukhuwah Islamiyah. Ukhuwah Islamiyah merupakan persaudaraan antar sesama umat Islam,
Al-Qur’an dan hadist merupakan landasan utamanya di dalam ajaran Ukhuwah Islamiyah
tersebut, sehingga dengan ikatan Ukhuwah Islamiyah mampu membangun masyarakat ideal
yang damai dan sejahtera.
Kerukunan antar umat beragama mengaplikasikan ajaran islam dalam kehidupan
bermasyarakat. Ajaran agama Islam tidak hanya bisa diterapkan untuk muslim saja, tetapi
juga bisa berlaku bagi umat non muslim. Artinya, ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an
dan Hadist meski secara mutlak berlaku untuk kehidupan umat muslim, namun ajaran Islam
juga bisa membawa dampak sosial bagi manusia secara keseluruhan. Universalisme Islam
digambarkan pada tidak adanya paksaan bagi manusia untuk memasuki agama Islam. Hal ini
menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang menghormati agama lain.

Dalam Islam tidak dibenarkan memaksakan kebenaran kepada umat agama lain. Ajaran
Islam melarang umatnya mempengaruhi siapapun untuk masuk Islam, apalagi dalam bentuk
tekanan-tekanan sosial dan politik. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al - Baqarah
ayat 256:

Artinya :
“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas
(perbedaan) antara jalan yang benar dan jalan yang sesat. Barang siapa yang ingkar kepada
Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh dia telah berpegang (teguh) pada tali yang
sangat kuat, yang tidak akan putus. Allah Maha mendengar, Maha mengetahui.”
Islam juga melarang bahasa yang kasar terhadap umat agama lain, sebagaimana tertuang
dalam surat al-An’am/6: 108 :

Artinya:
“Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena
mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan.
Demikianlah, kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian
kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa
yang telah mereka kerjakan.”

Islam adalah agama yang sangat toleran dan menghargai pendapat sesama umat Islam
(intern umat Islam), yang didasari atas ukhuwah Islamiyah. Namun toleransi antar umat
beragama dalam hal pelaksanaan ibadah tidak dibenarkan sebagaimana firman Allah dalam
surat al-Kafirun ayat 6:

َ ‫لَ ُك ْم ِد ْينُ ُك ْم َو ِل‬


‫ي ِدي ِْن‬
Artinya :
“ Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”

Tri kerukunan umat beragama merupakan konsep yang digulirkan oleh pemerintah
Indonesia dalam upaya menciptakan kehidupan masyarakat antar umat beragama nan rukun.
Istilah lainnya ialah " trikerukunan ". Kemajemukan bangsa Indonesia nan terdiri atas
puluhan etnis, budaya, suku, dan agama. Membutuhkan konsep yang mampu menciptakan
kerukunan dan kedamaian dalam berkehidupan dalam masyarakat. Kesenjangan dan
ketimpangan sangat memungkinkan memunculkan konflik. Terutama dipacu oleh pihak yang
tidak bertanggung jawab yang menginginkan kekacauan terjadi di antara umat beragama
khususnya. Perbedaan sudah tercipta sejak lama, proses perjalanan manusia di muka bumi
Indonesia dengan wilayah yang luas menciptakan keberagaman suku dan etnis manusia.
Maka lahir pula sekian puluh kepercayaan dan agama nan berkembang di setiap suku-suku di
Indonesia.
Berbagai kebijakan pemerintah telah ditetapkan guna memperbaiki keadaan. Berbagai
peraturan telah disahkan agar meminimalisir bentrokan kepentingan antar umat beragama
Seluruh peraturan pemerintah yang membahas tentang kerukunan hayati antar umat beragama
di Indonesia. Mencakup pada empat pokok masalah, yakni sebagai berikut.
▪ Pendirian Rumah Ibadah.
▪ Penyiaran Agama.
▪ Bantuan Keagamaan dari Luar Negeri.
▪ Tenaga Asing Bidang Keagamaan.
Tri kerukunan umat beragama bertujuan agar masyarakat Indonesia dapat hidup dalam
kebersamaan serta kesejahteraan, sekali pun banyak perbedaan. Konsep ini dirumuskan
dengan tujuan agar tak terjadi pengekangan atau pengurangan hak-hak manusia dalam
menjalankan kewajiban dari ajaran-ajaran agama yang diyakininya. Tri kerukunan ini
meliputi tiga kerukunan, yaitu: Kerukunan intern umat beragama, Kerukunan antar umat
beragama, dan Kerukunan antara umat beragama dan pemerintah.
1. Kerukunan Intern Umat Beragama
Perbedaan pandangan dalam satu agama dapat melahirkan konflik di dalam tubuh
suatu agama itu sendiri. Perbedaan madzhab ialah salah satu perbedaan yang nampak dan
nyata. Kemudian lahir pula ormas keagamaan. Walaupun satu aqidah, yakni aqidah Islam,
terdapat perbedaan dalam sumber penafsiran, penghayatan, kajian, pendekatan terhadap Al-
Quran dan As-Sunnah terbukti mampu menciptakan hubungan tidak harmonis dalam satu
agama itu sendiri. Konsep ukhuwwah islamiyah merupakan salah satu wahana agar tak
terjadi ketegangan intern umat Islam yang menyebabkan peristiwa konflik. Konsep pertama
ini mengupayakan berbagai cara agar tak saling klain kebenaran. Menghindari permusuhan
sebab perbedaan madzhab dalam Islam. Semuanya bertujuan untuk menciptakan kehidupan
beragama nan tenteram, rukun, dan penuh kebersamaan.
2. Kerukunan Antar Umat Beragama
kehidupan beragama yang tentram antar masyarakat yang berbeda agama dan
keyakinan. Tidak terjadi sikap saling curiga mencurigai dan selalu menghormati agama
masing-masing. Berbagai kebijakan dilakukan oleh pemerintah, agar tak terjadi saling
mengganggu umat beragama lainnya guna menghindari terciptanya konflik sebab perbedaan
agama. Semua lapisan masyarakat bersama-sama menciptakan suasana kehidupan
bermasyarakat yang rukun dan damai di Negara Republik Indonesia.
3. Kerukunan Antara Umat Beragama dan Pemerintah
Pemerintah ikut berpartisipasi dalam menciptakan suasana tentram, termasuk
kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah sendiri. Semua umat beragama yang
diwakili para pemuka dari tiap-tiap agama bisa bekerjasama dengan pemerintah. Bekerjasama
dan bermitra dengan pemerintah bertujuan menciptakan kedamaian, kerukunan serta menjaga
persatuan bangsa. Trikerukunan umat beragama diharapkan menjadi menjadi salah satu solusi
agar terciptanya kehidupan umat beragama yang penuh kedamaian, penuh kebersamaan,
bersikap toleran, saling menghormati dan menghargai dalam perbedaan.
Seperti yang kita ketahui, Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang besar,
bangsa yang menghargai perbedaan dan menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama.
Selain itu Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang plural memiliki beragam suku, etnik,
budaya dan bahasa serta mempunyai enam agama yang resmi diakui oleh negara yaitu Islam,
Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Dari keragaman ini tidak menutup
kemungkinan muncul konflik dan gesekan kepentingan. Setiap agama tentu punya aturan
masing-masing dalam beribadah. Namun perbedaan ini bukanlah alasan untuk berpecah
belah. Sebagai satu saudara dalam tanah air yang sama, kita harus menjaga kerukunan umat
beragama di Indonesia agar negara ini tetap menjadi satu kesatuan yang utuh.Dalam hal ini
diperlukan suasana hidup rukun dan toleran. Upaya yang dilakukan, baik melalui kebijakan
pemerintah maupun berbagai elemen masyarakat tertentu terus dilakukan. Sudah puluhan
tahun bangsa ini melakukan upaya, agar masyarakat yang beragam ini hidup rukun.
Melihat Indonesia yang masyarakatnya sangat beragam tersebut, kerukunan antar
masyarakat terutama antar umat beragama menjadi salah satu hal yang sangat penting
diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Kerukunan antar
agama juga menjadi salah satu pilar utama dalam memelihara persatuan bangsa dan
kedaulatan negara Republik Indonesia. Kerukunan sering diartikan sebagai kondisi hidup dan
kehidupan yang mencerminkan suasana damai, tertib, tentram, sejahtera, hormat
menghormati, harga menghargai, tenggang rasa, gotong royong sesuai dengan ajaran agama
dan kepribadian pancasila. Kita ketahui bersama bahwa permusuhan yang dipicu agama
merupakan salah satu penyebab utama permasalahan yang sangat krusial yang dapat
membuat masyarakat di suatu negara terpecah belah, saling bermusuhan yang akhirnya
berujung pada pertikaian yang berkepanjangan. Sudah banyak contoh negara-negara lain di
dunia yang hancur akibat pertikaian terkait oleh isu agama yang tidak bisa ditangani dan
diselesaikan dengan baik, antara lain seperti konflik antara Palestina dengan Israel yang
hingga sekarang masih berlanjut, ISIS di Suriah dan diberbagai negara Arab lainnya,
kelompok teroris yang mengatasnamakan agama dan yang baru-baru ini terjadi yaitu konflik
Rohingya di Myanmar, serta konflik-konflik agama lainnya.
Demikian pula di Indonesia, isu agama menjadi isu sentral yang menyebabkan
terjadinya beberapa konflik. Seperti kejadian yang pernah dialami saudara-saudara kita yaitu
konflik antar agama di kota Ambon Maluku yang terjadi pada tanggal 19 Januari 1999,
selanjutnya kerusuhan di Poso Sulawesi Tengah yang merupakan contoh konflik agama yang
berdampak cukup serius dan berlarut larut karena kurang cepatnya penanganan, Poso I terjadi
antara 25-29 Desember 1998, Poso II terjadi antara 17-21 April 2000 serta Poso III terjadi
antara 16 Mei hingga 15 Juni 2000.Dari konflik tersebut sampai sekarang tidak diketahui
pasti seberapa besar korban dan kerugian yang diderita masyarakat, dan yang pasti kejadian
tersebut menimbulkan trauma serta penderitaan yang mendalam bagi korban dan
keluarganya.Contoh terbaru yang masih hangat dalam benak kita dan menjadi pemberitaan
utama di media massa nasional yaitu penyerangan terhadap tokoh-tokoh agama di berbagai
daerah. Walaupun itu belum tentu dilakukan atas nama agama, namun persepsi yang
terbentuk di masyarakat kejadian tersebut merupakan upaya untuk membenturkan umat
agama satu dengan yang lainnya.
Apabila permasalahan tersebut tidak segera ditangani dengan cepat dan tuntas oleh
aparat keamanan maka dikhawatirkan masyarakat bisa terprovokasi sehingga dapat
dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk memecah belah bangsa Indonesia.Perlu
juga menjadi perhatian kita bersama isu agama tersebut dikaitkan dengan Pilkada serentak
2018 dan pemilu legislatif maupun pemilihan presiden 2019. Kondisi tersebut tentunya
dapat berpotensi meningkatkan suhu politik, menimbulkan ancaman dan konflik yang
dapat mengkoyak kebhinekaan bangsa Indonesia. Kita berharap dalam gelaran pesta
demokrasi tersebut tidak ada oknum partai politik memanfaatkan isu agama sebagai
bagian dari kampanyenya, baik yang dilaksanakan secara terang-terangan maupun secara
tertutup dengan menggunakan media sosial. Dalam konteks ini, hendaknya masyarakat
dapat menyikapinya secara bijak, masyarakat harus bisa memilah-milah mana informasi
yang benar dan mana yang tidak benar atau hoax, termasuk menolak ajakan partai politik
yang menggunakan isu agama dalam menjaring dukungan demi kemenangan partainya,
serta jangan mudah terprovokasi dengan berita-berita yang belum tentu kebenarannya.
Untuk mengatasi permasalahan yang terkait dengan kerukunan antar umat
beragama di Indonesia, diperlukan peran serta seluruh komponen masyarakat, tokoh agama
yang terutama adalah peran serta pemerintah. Berbagai upaya telah dilakukan oleh
pemerintah dalam menciptakan kerukunan antar umat beragama ini, antara lain
Kementerian Agama RI telah menyosialisasikan regulasi dan penguatan regulasi terkait
Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KKB). Kemenag juga sedang menyiapkan RUU
Perlindungan Umat Beragama (PUB) dengan melakukan pengembangan kemitraan,
penelitian, dan pendampingan, termasuk saat terjadi masalah pada pemeluk keyakinan di
luar enam agama yang resmi diakui negara.Begitu juga dengan komitmen aparat keamanan
terutama TNI untuk senantiasa menjaga kerukunan antar umat beragama di Indonesia,
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, S.I.P. telah menegaskan komitmennya
terhadap toleransi dan kerukunan antar umat beragama yang sesuai dengan semboyan
bangsa Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika, dengan memberikan pembekalan agama
kepada prajurit TNI secara berkala.“Prajurit TNI selalu diberikan pemahaman tentang
pentingnya pendidikan mental dan sepiritual sebagai landasan keimananan dalam
menjalankan tugas pokok menjaga keutuhan NKRI,” ujar panglima TNI saat menerima
tokoh agama di Cilangkap beberapa waktu yang lalu.
Perbedaan agama yang ada di masyarakat Indonesia tidak boleh menjadi hambatan
untuk mewujudkan kehidupan yang rukun dan damai. Kerukunan antar umat harus
mengutamakan semangat kebersamaan, tetap saling menghormati persamaan hak dan
kewajiban serta saling menghargai perbedaan dalam berkeyakinan yang dijamin oleh UUD
1945 Pasal 29 Tentang Kebebasan Beragama. Negara dalam hal ini menjamin dan
melindungi kebebasan setiap warga negara untuk memeluk agama sesuai keyakinan dan
kepercayaannya masing-masing.Banyak contoh betapa masyarakat Indonesia itu sangat
menghormati perbedaan, penuh kasih sayang dan saling menghargai pemeluk agama satu
dengan yang lain. Kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh masing-masing
agama selama ini dapat dilaksanakan dengan aman dan lancar. Salah satunya adalah
kegiatan aksi massa 212 di Jakarta yang diikuti oleh jutaan umat Islam yang sebelumnya
diprediksi menimbulkan kerusuhan, namun dapat berjalan dengan tertib dan aman. Hal
tersebut tidak lepas dari adanya sikap toleransi yang ditunjukkan oleh saudara-saudara kita
yang beragama lain.
Untuk mewujudkan toleransi antar umat beragama di Indonesia setidaknya ada
beberapa sikap dan tindakan yang perlu bersama-sama kita laksanakan yaitu, Pertama,
mengembangkan sikap saling menghargai dan menerima adanya perbedaan. Kedua,
menghormati kesetaraan antara pemeluk agama satu dengan yang lainnya dan memahami
bahwa semua memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara. Ketiga,
sesama warga negara harus mempunyai keinginan untuk saling melindungi dan menjaga
dengan tidak memandang agama yang dianut. Agama mayoritas tidak boleh semena-mena
terhadap minoritas. Begitupun sebaliknya sehingga akan terwujud sikap saling tolong
menolong, kerjasama dan gotong royong yang tulus untuk membangun demi kemajuan
bangsa dan negara Indonesia tercinta. Keempat, dalam kehidupan berpolitik hendaknya elit
politik tidak memanfaatkan isu agama untuk kepentingan kelompoknya, berikanlah
program-program membangun yang dapat diterima oleh masyarakat.
Kita sadari bahwa dengan terciptanya kerukunan antar umat beragama menjadi
pilar utama bagi bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan, demi terciptanya
masyarakat yang adil dan makmur, hidup rukun dan damai. Selain itu dengan kerukunan
antar umat beragama diharapkan akan mampu melahirkan kesadaran diri bahwa pada
dasarnya manusia memang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan beraneka ragam
dan saling membutuhkan satu dengan yang lainnya.
Perlu diketahui, bahwa sepanjang sejarah peradaban manusia di dunia kerukunan
antar umat beragama merupakan penyumbang terbesar bagi terciptanya perdamaian di
muka bumi. Akan tetapi karena pengetahuan dan kedewasaan sebagian masyarakat dalam
memaknai toleransi umat beragama masih belum memadai, maka timbulah konflik-konflik
antar manusia. Hal ini patut menjadi perhatian kita terutama para pemuka agama agar
memberikan pemahaman dan tauladan yang baik kepada umatnya tentang pentingnya
toleransi antar umat beragama.

Faktor-faktor Penyebab Konflik Antar Umat Beragama :

1. Klaim Kebenaran (Truth Claim)

Kecenderungan umat beragama berupaya membenarkan ajaran agamanya masing-


masing, beranggapan bahwa hanya ada satu Tuhan dan mereka menganggap agama
mereka yang paling benar. Semangat fanatik keagamaan yang menggelora kadang kala
menyebabkan orang merendahkan orang lain yang tidak sepaham dengannya meskipun
berasal dari satu agama maupun agama lainnya. Harus diakui keyakinan tentang yang
benar itu didasarkan pada Tuhan sebagai satu-satunya sumber kebenaran. Pluralitas
manusia menyebabkan wajah kebenaran itu tampil beda ketika akan dimaknakan. Sebab
perbedaan ini tidak dapat dilepaskan begitu saja dari berbagai referensi dan latar belakang
orang yang meyakininya.
2. Doktrin Jihad

Dalam agama memang dikenal konsep jihad, namun bukan jihad yang membunuh
orang tanpa berdosa karena disebabkan oleh doktrin-doktrin tertentu. Ajaran agama
memang doktrin, tetapi agama memberikan kebebasan kepada pemeluknya untuk
menafsirkan teks-teks kitab suci dalam agama. Belakangan yang terjadi di negara
Indonesia banyak pihak melegitimasi kekerasan atas nama Tuhan, padahal kekerasan dari
perspektif manapun tidak dibenarkan terlebih lagi dari sudut pandang berbagai agama.
Jihad pada era modern sekarang dapat dimaknai dari berbagai perspektif, karena jihad
sekalipun identik dengan peperangan fisik, sekarang harus dibalik ke jihad sosial yaitu
bagaimana memerangi kemiskinan dan kebodohan.

3. Masyarakat masih belum memahami ajaran agamanya

Masyarakat yang masih belum memahami ajaran agamanya atau menyimpang dari
aturan/ajaran agama masing-masing. Mereka mengklaim telah memahami, memiliki,
bahkan menjalankan secara murni terhadap nilai-nilai suci itu. Keyakinan tersebut bisa
membuat masyarakat bertindak semaunya tanpa mengikuti kaedah yang ada. Hal itu bisa
berubah menjadi suatu pemaksaan konsep-konsep gerakannya kepada orang lain yang
berbeda keyakinan dan pemahaman dengan mereka yang bisa menimbulkan gesekan
antar umat beragama.

4. Pemahaman yang Sempit Akan Kebebasan Beragama dan Beribadah

Sosok kelompok dengan paham ini menganut kepercayaannya sebagai suatu hal yang
dianggap paling benar. Sehingga tidak mau menerima pendapat atau pengajaran dari
pihak lain. Kebebasan yang telah diterima dalam memeluk suatu agama dapat
menimbulkan permasalahan macam ini jika tidak diimbangi dengan pemahaman yang
benar akan tata cara menggunakan kebebasannya bagi kepentingan umum. Segala sesuatu
yang diberikan secara bebas tentunya harus dipertanggungjawabkan kebebasan itu,
dimana salah satu syaratnya untuk penerapan kebebasan itu tidak boleh melanggar
kebebasan dari golongan lain.

5. Merebut Lahan Untuk Lokasi Tempat Beribadah

Masalah ini cukup sering terjadi terutama dalam wilayah daerah yang bukan menjadi
kota besar. Hak milik dari suatu tanah dianggap begitu besar sehingga banyak muncul
pihak yang menganggap suatu wilayah tempat berdirinya tempat ibadah dari kepercayaan
tertentu merupakan lahan miliknya. Merasa memiliki hak atas tempat itu, pihak ini sering
melarang orang untuk yang beribadah di sana. Sehingga hal ini mengganggu kegiatan
beribadah rutin yang dilakukan kelompok kepercayaan yang beribadah di daerah itu.
6. Kurang Sadarnya Masyarakat Akan Toleransi dan Keharmonisan

Toleransi menjadi bentuk penting dalam banyak hal di kehidupan manusia, terutama
dalam menjamin hubungan yang baik diantara beragamnya perbedaan diantara mereka.
Tingkat toleransi yang kecil dalam usaha untuk saling mengerti satu sama lain dapat
menimbulkan perbedaan kecil diantara mereka berkembang menjadi masalah besar. Hal
ini juga memberi dampak kewas-wasan dalam pikiran banyak pihak beragama di antara
satu dan lainnya. Menjadi suatu hal yang penting bagi para pemeluk agama yang beragam
untuk menyadari perbedaan di antara mereka sehingga dapat menghindari konflik. Maka
dari itu toleransi di antara satu sama lain memberi peran penting dalam menjaga
kerukunan antar umat beragama.

Ada beberapa penyakit-penyakit yang biasanya menghinggapi aktivis gerakan keagamaan,


antara lain :
1. Absolutisme adalah kesombongan intelektual
2. Eksklusivisme adalah kesombongan sosial
3. Fanatisme adalah kesombongan emosional
4. Ekstremisme adalah berlebih-lebihan dalam bersikap
5. Agresivisme adalah berlebih-lebihan dalam melakukan tindakan fisik.

Cara Menjaga Kerukunan Antar Umat Agama

Sebagai warga negara Indonesia kita pasti tahu jikalau indonesia itu terdiri dari
berbagai macam budaya, suku, agama, dan ras. Sebagai negara yang mempunyai masyarakat
majemuk pasti akan sangat mudah mengalami perselisihan. Maka dari itu kita harus selalu
menjaga kerukunan antar masyarakat.
Indonesia mempunyai 5 agama yang berbeda yaitu Islam, kristen, hindu, budha, dan
konghucu dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Tetapi dengan beragamnya
agama yang dianut oleh masyarakat indonesia akhir-akhir ini banyak terjadi pertikaian antar
umat beragama yang mengakibatkan pemeluk agama minoritas merasa kurang dihargai.
Maka dari itu menjaga kerukunan didalam masyrakat majemuk itu sangat penting. Salah
satunya kita harus menjaga kerukunan antar umat beragama. Dalam menciptakan kerukunan
antar umat beragama dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Saling menghargai dan toleransi antar umat beragama.
2. Tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu.
3. Melaksanakan ibadah sesuai dengan agamanya dan tidak menggangu ibadah agama
lain.
4. Setiap pemeluk agama tidak memandang agama orang lain dari sudut pandangnya
sendiri dan tidak mencampuri urusan internal agama lain.
Ada beberapa pedoman yang digunakan untuk menjalin kerukunan antar umat beragama
yaitu:
1. Saling menghormati
Setiap umat beragama harus atau wajib memupuk, melestarikan dan meningkatkan
keyakinannya. Dengan mempertebal keyakinan maka setiap umat beragama akan lebih saling
menghormati sehingga perasaan takut dan curiga semakin hari bersama dengan meningkatkan
taqwa, perasaan curiga dapat dihilangkan.
2. Kebebasan Beragama
Setiap manusia mempunyai kebebasan untuk menganut agama yang disukai serta situasi dan
kondisi memberikan kesempatan yang sama terhadap semua agama. Dalam memahami
kebebasan perlu adanya pertimbangan sosiologis dalam arti bahwa kenyataan proses
sosialisasi berdasarkan wilayah, keturunan dan pendidikan juga berpengaruh terhadap agama
yang dianut seseorang.
3. Menerima orang lain apa adanya

Setiap umat beragama harus mampu menerima seseorang apa adanya dengan segala
kelebihan dan kekurangannya, melihat umat yang beragama lain tidak dengan persepsi agama
yang dianut. Seorang agama Kristen menerima kehadiran orang Islam apa adanya begitu pula
sebaliknya. Jika menerima orang Islam dengan persepsi orang Kristen maka jadinya tidak
kerukunan tapi justru mempertajam konflik.
BAB 3
Kesimpulan dan Saran

3.1.Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kerukunan umat beragama merupukan
hubungan antar umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling
menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran agamanya, dan kerja sama dalam
kehidupan masyarakat dan bernegara. Berbagai macam pembahasan mengenai kerukunan
antar beragama seperti faktor-faktor penyebab konflik umat beragama. Penyebab lahirnya
konflik dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti klaim kebenaran, doktrin jihad,
masyarakat yang belum memahami ajaran agamanya tetapi mengklaim telah paham,
pemahaman yang sempit akan kebebasan beragama, merebut lahan lokasi ibadah agama,
dan kurangnya masyarakat akan toleransi keharmonisan. Hal tersebut dapat menimbulkan
konflik dan menyebabkan perpecahan antar umat berugama yang akan berakibat fatal
untuk kehidupan berbangsa dan bernegara. Beberapa kasus diikuti oleh tindakan saling
serang, saling membunuh, membakar rumah-rumah ibadah dan tempat-tempat bernilai
bagi masing-masing pemeluk agama telah terjadi dimana-mana di muka bumi ini. Dalam
beberapa dekade terakhir ini, banyak umat suatu agama yang memberikan steriotype
kepada umat agama lain sebagai umat yang radikal, tidak toleran, teroris, fundamentalis
dan sangat subjektif dalam memandang kebenaran agama lain. Adapula yang dipandang
sebagai umat yang agresif dan ambisius, bertendensi menguasai segala aspek kehidupan
manusia. Tendensi-tendensi umat beragama dalam menyebarkan pesan agama dengan
tanpa memperdulikan kebesaran agama lain telah melahirkan konflik baru dalam
beragama.

Dalam hal ini dibutuhkan kearifan dari semua pihak agar potensi konflik yang telah ada
dapat diredam untuk menciptakan Indonesia indah dan bebas dari konflik agama yang
berlarut-larut. Adapun solusi untuk menjauhi konflik umat beragama adalah dengan cara
saling menghargai, tidak memaksa seseorang untuk memeluk agama tertentu,
melaksanakan ibadah sesuai agama, mempelajari ajaran agama yang dianut sesuai dengan
ajarannya dan ditak menyimpaang, serta tidak memandang agama orang lain dari sudut
pandang agamanya. Selain itu pening untuk suatu umat beragama untuk tidak
mencampuri urusan internal agama lain.

3.2.Saran
Kita tahu bahwa Indonesia adalah negara yang mempunyai banyak agama yang besar
kemungkinan bisa menyebabkan terjadinya permusuhan antar agama. Disini kami
memberikan saran kepada masyarakat agar kedepan bisa lebih menjaga kerukunan antar
umat beragama dengan toleransi, mengamalkan bhinneka tunggal ika, menghindari
paham-paham radikalisme agama, dan tentunya meningkatkan penanaman sifat saling
menghargai dimulai dari pendidikan maupun dari orang terdekat kita guna tercapainya
negara yang rukun dan terintegrasi.
Daftar Pustaka

(2021, September 10). Retrieved from Kerukunan Umat Beragama Perekat Persatuan Bangsa:
https://www.tribunnews.com/nasional/2018/03/12/kerukunan-umat-beragama-
perekat-persatuan- bangsa
(2021, September 11). Retrieved from Kerukunan Antar Umat Beragama, Unsur Utama
Kerukunan Nasional: https://www.kominfo.go.id/content/detail/36633/kerukunan-
antar-umat-beragama-unsur-utama- kerukunan-nasional/0/berita
(2021, September 10). Retrieved from Penyebab Konflik Antar Agama:
https://www.newimageoutreach.com/08/penyebab-konflik-antar-agama/
(2021, September 9). Retrieved from MAKNA KERUKUNAN ANTAR UMAT
BERAGAMA DALAM KONTEKS KEISLAMAN DAN KEINDONESIAN:
https://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/736133#:~:text=Ajaran%20Islam%20
mengungkapkan%20hidup%20damai,bekerjasama%20dalam%20mencapai%20tujuan
%20bersama
(2021, September 8). Retrieved from Menjaga Kerukunan Umat Beragama:
https://tniad.mil.id/menjaga-kerukunan-umat-beragama/
(2021, September 9). Retrieved from https://mediaindonesia.com/humaniora/431439/contoh-
kata-pengantar-untuk-tugas-makalah-karya-ilmiah-dan-laporan
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik. (2021, September 9). Retrieved from Strategi dan
Kebijakan Untuk Mewujudkan dan Memelihara Kerukunan Umat Beragama:
https://kesbangpollinmas.klungkungkab.go.id/2018/10/16/strategi-dan-kebijakan-
untuk-mewujudkan-dan-memelihara-kerukunan-umat-beragama/
Ibnu Rusydi, M. (2018). MAKNA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA. al-Afkar.
KEKERASAN DAN DISKRIMINASI ANTAR UMAT BERAGAMA DI INDONESIA.
(2021).
Kementerian Agama Bengkulu. (2021, September 10). Retrieved from
https://bengkulu.kemenag.go.id/artikel/42737-tri-kerukunan-umat-beragama
Kerukunan Umat Beragama. (2021, September 10). Retrieved from
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/6995/3/BAB%20II.pdf
KONFLIK AGAMA DI INDONESIA. (2021).
Natalia, B. V. (2021). BERBAGAI MACAM PERSELISIHAN UMAT BERAGAMA DI
INDONESIA DITINJAU DARI PARADIGMA TEORI KONFLIK MARX.
Permana, F. E. (2021, September 10). KHAZANAH. Retrieved from Ini Enam Etika
Kerukunan Antarumat Beragama Penting Ditaati:
https://republika.co.id/berita/p3ymkc396/ini-enam-etika-kerukunan-antarumat-
beragama-penting-ditaati
REPUBLIKA. (2021, September 10). Retrieved from Ini Enam Etika Kerukunan Antarumat
Beragama Penting Ditaati: https://republika.co.id/berita/p3ymkc396/ini-enam-etika-
kerukunan-antarumat-beragama-penting-ditaati

Anda mungkin juga menyukai