DASAR HAKIKAT, FILOSOFI DAN UNSUR-UNSUR BUDAYA MELAYU
RIAU
Oleh : SLAMAT ZAURI:2134044 ANNA KHAIRUNNISAK 2134054 ANDRIANTO SYAH PUTRA 2134053 AFENDI 2134029
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER TP.2021/2022 PENDAHULUAN Kampar (dan Pelalawan dan Gunung Sahilan), Rokan (dan Kunto Provinsi Riau merupakan salah Darussalam, Tambusai, Rambah, serta satu provinsi yang terdapat diwilayah Kepenuhan), dan kerajaan Keritang, bagian tengah pulau Sumatera, Inderagiri, serta Kandis (Rahman, Indonesia. Riau dihuni oleh berbagai 2009). macam suku bangsa, suku terbanyak Rokan Hulu merupakan sebuah yang mendiami Provinsi Riau ini kabupaten yang baru diresmikan pada adalah suku Melayu karena Riau tahun 2000, dahulunya Rokan Hulu merupakan Riau merupakan pusat merupakan bagian dari kabupaten kebudayaan dan tradisi Melayu, Kampar, walaupun berasal dari kemudian setelah itu barulah suku lain kabupaten Kampar, Rokan Hulu seperti suku, Jawa, Batak, memiliki adat dan tradisi yang berbeda, Minangkabau, Tionghoa, Bugis, Nias karena dipengaruhi oleh beberapa dan suku lainnya. Provinsi Riau kerajaan yang ada diwilayah Rokan merupakan salah satu provinsi yang Hulu seperti kerajaan Rokan IV Koto, terkaya di Indonesia, selain kaya akan Kunto Darussalam, Rambah, hasil alamnya, seperti minyak bumi, Tambusai, Kepenuhan, sehingga inilah kelapa sawit, karet dan hasil lainnya, yang membuat kebudayaan diberbagai tetapi bukan hanya itu saja, Riau juga daerah di Indonesia berbeda dan kaya akan budaya dan tradisinya. memiliki ciri yang khas. Kabupaten Seperti yang kita lihat di Riau Rokan Hulu juga berupaya juga terdapat masyarakat adat seperti melestarikan dan menjalakan budaya rantau nan kurang osoduo puluo di atau tradisi yang ditinggalkan oleh para Kuantan, masyarakat limo koto dan tigo leluhur yang kemudian diwariskan boleh koto di Kampar, dan ompek koto secara turun temurun sejak dahulu, di Rokan Hulu. Sejumlah peninggalan hingga sampai pada saat ini. Setiap sejarah berupa candi dan artefak kebudayaan mempunyai ciri khas lainnya yang ditemukan memberi tersendiri supaya kebudayaan tersebut petunjuk bahwa kewujudan dapat dikenal oleh masyarakat luar, ciri kebudayaan dan peradaban kuno khasnya dapat membuktikan bahwa dikawasan Riau sangatlah banyak, sampai sejauh mana budaya itu dikenal. mulai dari pra-sejarah hingga ke Ada sebuah tradisi yang biasanya periode Hindu dan Budha. Beberapa dilakukan masyarakat Riau sebelum kajian ilmiah bahkan menyatakan memasuki ibadah puasa yang disetiap bahwa imperium Sriwijaya pun pernah kabupaten dinamakan dengan nama bertapak di kawasan ini. Di pinggir yang berbeda, seperti masyarakat Kota empat sungai besar dan anak-anak Pekanbaru menyebut dengan nama sungainya yang membelah kawasan ini petang megang, Kampar dengan nama selama berabad-abad, pernah bertapak balimau kasai, dan masyarakat Rokan sejumlah kerajaan, seperti Gasib Hulu tepatnya kecamatan Ujungbatu (kemudian Siak Sri Inderapura), dengan sebutan bolimau cono, tiap
JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018 Page 2
kebudayaan di masing-masing daerah bergantung pada budaya tempat kita berbeda-beda namanya, pelaksanaan dilahirkan dan dibesarkan. dan adatnya. Keunikan inilah yang Konsekuensinya, budaya merupakan dimiliki oleh setiap kebudayaan, baik landasan komunikasi. Bila budaya secara ritual dan perayaannya memiliki beraneka ragam, maka beraneka ragam makna masing-masing bagi masyarakat pula praktik-praktik komunikasi dalam kebudayaan tersebut. (Mulyana, 2005). Upaya untuk melestarikan tradisi Dalam komunikasi, selain dengan dari zaman nenek moyang hingga saat lisan, manusia juga menggunakan ini butuhlah komunikasi yang baik media-media pendukung, seperti alat kepada generasi-generasi penerus, komunikasi. Media ini telah sejak lama Komunikasi dan budaya adalah dua hal tumbuh dan berkembang bersama yang berbeda, namun saling berkaitan masyarakat dan menjadi media satu sama lain dan sangat penting untuk sosialisasi nilai-nilai antar warga dipahami. Karena melalui komunikasi, masyarakat, bahkan generasi ke manusia bisa menciptakan kebudayaan gengerasi. Hal penting dalam dan melestarikan kebudayaan. Seperti komunikasi adalah bagaimana pesan yang di ungkapkan oleh ilmuan dari komunikator dimengerti dan antropologi bahwa kebudayaan adalah dipahami oleh komunikannya. Pesan keseluruhan sistem gagasan, tindakan yang disampaikan tidak hanya berupa dan hasil karya manusia dalam rangka kata-kata (verbal) yang dapat kita kehidupan masyarakat yang dijadikan pahami secara umum, tetapi juga milik dari manusia dengan belajar berupa nonverbal dan simbol. Oleh (Koentjaraningrat, 2002). Dalam teori karena itu penting untuk mengetahui komunikasi juga dikatakan bahwa “We makna dari simbol dan tanda tertentu can not communicate” yang berarti kita untuk memudahkan komunikasi. tidak dapat berkomunikasi. Itulah Simbol merupakan sesuatu yang lepas sebabnya prilaku komunikasi suatu dari apa yang disimbolkan karena suku bisa saja berbeda dengan prilaku komunikasi manusia tidak terbatas komunikasi suku lainnya. Disamping pada ruang, penampilan, sosok fisik itu, tanpa komunikasi suatu dan waktu dimana pengalaman indrawi kebudayaan tidak akan bisa diwariskan berlangsung. Sebaliknya manusia dapat ke generasi-generasi selanjutnya. berkomunikasi tentang objek dan Budaya dan komunikasi tidak dapat tindakan jauh diluar batas waktu dan dipisahkan karena budaya tidak hanya ruang. Contohnya pada saat kita menentukan siapa bicara dengan siapa, menyebutkan kata piring, gelas dan tentang apa, dan bagaimana penyandi lain-lain, maka semua orang sudah pesan, makna yang ia miliki untuk mengetahui wujud fisiknya dari kata- pesan, dan kondisi-kondisinya untuk kata tersebut tanpa harus melihat wujud mengirim, memperhatikan dan aslinya secara langsung. Hal itu menafsirkan pesan. Sebenarnya seluruh dikarenakan oleh adanya khayal dan perbedaan prilaku kita sangat kesepakatan bersama oleh manusia
JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018 Page 3
mengenai kata-kata tersebut. Bahkan dibentuk oleh akal budi manusia untuk sesuatu yang belum pernah kita (Sobur, 2014). lihat wujud fisiknya, namun telah ada Pada penelitian ini peneliti ingin kesepakatan sesama manusia mengenai mengangkat tentang upacara adat hal tersebut maka komunikasi akan Bolimau Cono, yang telah berkembang tetap bisa berjalan. Namun, yang perlu sejak dahulu di Kabupaten Rokan Hulu diingat adalah tidak semua makna dari tepatnya di Kecamatan Ujungbatu suatu simbol bersifat universal atau Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. berlaku sama disetiap situasi dan Tradisi tersebut telah ada sejak zaman daerah. Nilai suatu simbol tergantung kerajaan sekitar 800 ratus tahun lalu, pada orang-orang atau kelompok yang sesuai dengan pepatah Melayu tertentu yang menggunakan simbol “Alam Takambang Jadi Guru” yang tersebut. Hal itu yang sering kita temui artinya alam yang luas ini bisa kita dalam kebudayaan suatu daerah jadikan sebagai guru, pada waktu itu tertentu (Narwoko & Bagong, 2004). masyarakat kerajaan Rokan IV Koto Seperti yang disampaikan juga tidak memiliki sumur sehingga apapun oleh Joseph De Vito dalam hakekatnya aktifitas yang berkaitan dengan air, pembentukan makna ada pada individu, masyarakat Rokan IV melakukannya maka semua tindakan sosial yang dialiran sungai Rokan dan berkembang dilakukan individu memunculkan hingga saat ini. Tradisi ini dimaknai pembentukan makna dan pembentukan oleh penduduk setempat sebagai tradisi makna dikonstruksikan oleh setiap turun-temurun, Bolimau Cono individu. Mungkin pembentukan itu merupakan tradisi rakyat pada sama, berhimpitan, bahkan bertolak masyarakat Ujungbatu, tradisi ini belakang. Sebagian besar sangat diadakan sebelum memasuki bulan suci ditentukan oleh kapasitas dan Ramadhan (Bulan Puasa), kepentingan masing-masing pihak bersilahtuhrahmi dengan orang-orang dalam membentuk makna itu. yang lebih tua atau sebaliknya, yang Masyarakat bukanlah sesuatu yang kemudian dalam ritual disimbolkan statis “diluar sana” yang selalu menyiramkan berbagai macam rempah mempengaruhi dan membentuk diri yang dibuat seperti ramuan, kemudian kita, namun pada hakekatnya disiramkan kekepala. Tetapi pada merupakan sebuah proses interkasi. dasarnya bolimau yang dilakukan oleh Individu bukan hanya memiliki pikiran masyarakat Ujungbatu kebanyakan dari (mind), namun juga diri (self) yang mereka hanya ikut-ikutan dalam bukan sebuah entitas psikologi, namun melaksanakannya, mereka ikut hanya sebuah aspek dari proses sosial yang untuk menampakan muka kepada para muncul dalam proses pengalaman dan makam suku mereka dan mereka tidak aktivitas sosial. Selain itu, keseluruhan begitu paham apa makna yang terdapat proses interaksi tersebut bersifat dalam upacara adat tersebut. Mandi simbolik, dimana makna-makna Bolimaudilaksanakan hampir disemua kabupaten di Provinsi Riau, pada
JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018 Page 4
Kabupaten Rokan Hulu ini, masyarakat adalah tata kelakuan yang kekal dan dikecamatan lain umumnya berkumpul mempunyai kekuatan mengikat yang di Kecamatan Ujungbatu, dikarenakan lebih besar terhadap anggota di daerah tersebut melintas aliran air masyarakatnya sehingga anggota Sungai Rokan, sebagai media untuk masyarakat yang melanggarnya akan mandi bersama-sama. Sebelum menerima sanksi. melaksanakan tradisi tersebut biasanya Berdasarkan pada hal diatas, masyarakat Ujungbatu melaksakan dapat dikatan bahawa tradisi Bolimau upacara adat dahulu agar masyarakat Cono tidak hanya dianggap sebagai bisa melihat tradisi bolimau cono yang tradisi turun temurun yang harus dijaga secara adat. Selain merupakan tradisi, tetapi juga sebagai hiburan, tempat masyarakat Ujungbatu menganggap ini perputaran perekonomian masyarakat sebagai tempat bersilahturahmi, dan tempat berinteraksinya hiburan, dan meningkatkan masayarakat dengan masyarakat lain. perekonomian masyarakat.Tetapi Bisa dikatakan bahwa Bolimau Cono bolimau cono yang dilaksanaan sebagai tradisi yang multifungsi. generasi muda sekarang banyak yang Tradisi ini memiliki nilai-nilai positif bergeser nilai-nilainya dikarenakan atau aspek yang baik terhadap mereka tidak mengetahui makna yang kehidupan masyarakat, seakan-akan sebenarnya, apalagi generasi sekarang masyarakat lokal tahu bahwa kita harus yang lebih banyak menerapkan budaya siap dan senang untuk menyambut asing daripada budayanya sendiri, bulan suci Ramadhan dan menjalin sehingga ini membuat generasi muda silahturahmi lebih erat lagi. Pada banyak yang tidak memahami budaya penelitian ini peneliti ingin asalnya sendiri. Kemudian inilah yang mengungkapkan makna tentang menyebabkan terjadinya pergeseran upacara adat Bolimau Cono di dalam melaksanakan tradisi bolimau Kecamatan Ujungbatu Kabupaten cono. Rokan Hulu Provinsi Riau tidak hanya Salah satu aspek yang menarik sebagai budaya secara turun-temurun dari budaya Bolimau Cono di tetapi juga sebagai budaya yang penuh Kecamatan Ujungbatu ini adalah dengan nilai-nilai kehidupan sosial upacara adat atau prosesi adatnya. masyarakat setempat. Nilai-nilai adalah Upacara adat merupakan salah satu aspek evaluasi dari sistem-sistem wujud dari kebudayaan, kepercayaan, nilai dan sikap. Dimensi- Kontjaraningrat (Basrowi, 2005) dimensi evaluatif ini meliputi kualitas- mengatakan bahwa upacara adat ialah kualitas seperti kemanfaatan. Meskipun suatu yang kompleks dan aktivitas serta setiap orang memilki suatu tatanan tindakan berpola pada manusia dalam nilai yang unik, terdapat pula nilai-nilai masyarakat atau biasa disebut sistem yang cenderung menyerap budaya. sosial. Upacara adat termasuk dalam (Mulyana 2005). Kearifan lokal unsur-unsur normatif yang merupakan menurut Gobyah (2003) adalah bagian dari kebudayaan. Adat istiadat kebenaran yang telah mentradisi atau
JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018 Page 5
ajeg dalam suatu daerah. Lebih lanjut, tergeser oleh nilai-nilai dari budaya ia menekankan bahwa kearifan lokal luar luar yang tidak sesuai dengan merupakan perpaduan atara nilai-nilai kebudayaan Indonesia. Kebanyakan suci firman Tuhan dan berbagai nilai kaum muda dan masyarakat hanya yang ada. Kerarifan lokal merupakan ikut-ikutan dalam melaksanakan tradisi produk masa lalu yang patut secara Bolimau Cono sebelum memasuki terus-menerus dijadikan pegangan bulan suci Ramadhan, tanpa hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi mengetahui makna yang terdapat pada nilai yang terkandung didalamnya prosesi adat budaya Bolimau Cono dianggap sangat universal. Jadi bisa secara mendalam. Mereka berbondong- dikatakan bahwa Balimau Cono bondong ke sungai untuk melaksankan sebagai wadah menurunkan nilai-nilai tradisi ini sehingga orang-orang yang luhur secara turun-temurun, yang melihat budaya ini kemudian menilai menariknya lagi semuanya dituangkan tradisi ini sebatas apa yang mereka didalam tradisi ini. lihat ketika Bolimau Cono itu diadakan, tanpa memahami nilai-nilai yang Penelitian ini difokuskan untuk terkandung pada rangkaian kegiatan mendiskusikan bagaimana makna yang pelaksanaan upacara adat tersebut terkandung pada upacara adat Bolimau sehingga proses upacara adat tidak Cono. Makna merupakan pesan atau termaknai secara betul dan mendalam maksud tertentu yang terkandung atau yang kemudian generasi-generasi dimiliki oleh suatu tindakan (perilaku), sekarang ltidak tahu pasti apa makan simbol ataupun tanda yang mewakili sebenarnya mengenai budaya ini, oleh nilai-nilai tertentu. Karena hakekatnya sebab itu saya tertarik untuk meneliti pembentukan makna ada pada individu, makna sebenarnya mengenai bolimau maka semua tindakan sosial yang conoini, apalagi saya merupakan dilakukan individu memunculkan pemuda setempat yang bakalan pembentukan makna oleh setiap meneruskan budaya ini, kemudian saya individu lainnya. Mungkin melihat orang-orang tua yang pembentukan itu sama, berhimpitan, mengetahui tentang adat istiadat bahkan bertolak belakang. Sebagian didaerah ini tiap tahun makin besar sangat ditentukan oleh kapasitas berkurang karena mereka sudah tua, dan kepentingan masing-masing pihak sehingga ini membuat peneliti semakin dalam membentuk makna itu. (Joseph tertarik untuk meneliti ini, kemudian DeVito 1998 dalam Sobur, 2004). selain itu untuk memperjelas makna Dengan pesatnya perkembangan sebenarnya sehingga masyarakat teknologi informasi dan komunikasi menganggap bolimau ini tidak ada serta masuknya budaya asing, terjadi pergeseran. Seperti ungkapan dikhawatirkan generasi-generasi muda Datuk Bijaksimano ninik mamak yang tidak mengetahui tradisi Bolimau pasukuan Piliang Kabupaten Kampar Cono yang memiliki nilai-nilai luhur, Darusman, Spd “Balimau Kasai sehingga secara berangsur-angsur
JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018 Page 6
sekarang sudah melenceng dan sangat setidaknya sampai menjelang abad ke- berbeda dengan pada zaman dahulu. 20. Dewasa ini fenomenologi di kenal sebagai aliran filsafat sekaligus metode Dalam konteks kebudayaan, berfikir,yang mempelajari fenomena manusia yang baik adalah manusia manusiawi (human phenomena) tanpa yang kenal dan paham akan budayanya mempertanyakan penyebab dari sendiri. Artinya, tanpa mengenal fenomena itu, realitas objektifnya, dan budaya sendiri maka manusia tidak penampakanya(Kuswarno,2009) akan berbudaya sesuai dengan adat, aturan, atau norma yang berlaku Menurut the oxford English dilingkungan sendiri. Akibatnya, Dictionary, yang di maksud dengan mereka akan menjadi orang asing fenomenologi adalah (a) the science of didaerahnya sendiri, disamping itu phenomena as distinct from being dengan mempelajari kebudayaan orang (ontology), dan (b) division of any lain, kita akan mampu meningkatkan science which describes and pemaham kognitif dan menjauhkan diri classifiesits phenomena. Jadi, dari sikap etnosentrisme, sehingga akan fenomenologi adalah ilmu mengenai meningkatkan efektifitas komunikasi fenomena yang di bedakan dari sesuatu antar budaya. Apalagi dengan yang sudah menjadi, atau disiplin ilmu penuturan Bupati Rokan Hulu Tradisi yang menjelaskan dan Bolimau Cono adalah sebagai budaya mengklasifikasikan fenomena, atau dari Masyarakat Ujung Batu yang patut study tentang fenomena (Kuswarno, dikembangkan sebagai Obyek wisata. 2009) Untuk itupeneliti tertarik untuk Upacara Adat mengangkat judul penelitian “Makna Koentjaraningrat (dalam Basrowi, Upacara Adat Tradisi Bolimau Cono 2005) mengatakan bahwa upacara adat ebagai Kearifan Lokal di Kecamatan ialah suatu yang kompleks dan aktivitas Ujungbatu Kabupaten Rokan Hulu serta tindakan berpola pada manusia Provinsi Riau.” dalam masyarakat atau biasa disebut sistem sosial. Upacara adalah kegiatan TINJAUAN PUSTAKA yang dilakukan untuk memperingati Teori Fenomenologi Alfred Schutz tanda-tanda kebesaran, peralatan Istilah fenomenologi menurut adat istiadat. Upacara juga diperkenalkan oleh Johan Heirinckh dapat bermakna sebagai rangkaian Pelopor aliran fenomenologi adalah tindakan atau perbuatan yang terikat Edmund Husserl, istilah fenomenologi dengan aturan adat. Selain itu, upacara berasal dari bahasa yunani yaitu dapat diasumsikan sebagai perayaan phainomai yang berarti “menampak”. yang dilakukan sehubungan dengan Fenomena tidak lain adalah fakta yang peristiwa penting. Dalam upacara disadari dan masuk ke dalam keagamaan atau upacara yang pengindraan manusia. Istilah dilakukan oleh pemangku adat, fenomenologi sendiri tidak di kenal profesi yang dianggap suci menjadi
JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018 Page 7
keharusan dan ini memiliki kekuatan (local) yang bersifat bijaksana, penuh hukum yang sangat keras yang kearifan, bernilai baik, yang tertanam diberlakukan untuk menjaga dan diikuti oleh anggota kelangsungan adat istiadat yang masyarakatnya (Sartini, 2004). diyakini oleh masyarakat. Kearifan lokal menurut UU Upacara adat merupakan salah No.32/2009 tentang perlindungan dan satu dari wujud kebudayaan, Upacara pengelolaan lingkungan hidup BAB I adat termasuk dalam unsur-unsur Pasal 1 butir 30 adalah adalah nilai- normatif yang merupakan bagian dari nilai luhur yang berlaku dalam tata kebudayaan. Basrowi (2005), kehidupan masyarakat untuk antara mengemukakan bahwa salah satu lain melindungi dan mengelola unsur normatif yang merupakan lingkungan hidup secara lestari. bagian dari kebudayaan adalah Menurut Tezzi, dkk (dalam unsur-unsur yang menyangkut Ridwan, 2007) mengatakan bahwa kepercayaan seperti harus mengadakan akhir dari sedimentasi kearifan lokal ini upacara adat pada kelahiran, akan mewujud menjadi tradisi atau pertunangan, perkawianan dan lain- agama. Dalam masyarakat kita, lain. Dalam konsep perkawinan, kearifan-kearifan lokal dapat ditemui upacara adat yang dilaksanakan oleh dalam nyanyian, pepatah, sasanti, masyarakat yang merupakan petuah, semboyan, dan kitab-kitab kuno prasyarat sebelum menikah menjadi yang melekat dalam perilaku sehari- pedoman sendiri bagi mereka yang hari. Kearifan lokal biasanya tercermin memulai hidup berumah tangga. Hal ini dalam kebiasaan-kebiasaan hidup dilakukan agar mendapat restu dari masyarakat yang telah berlangsung seseorang yang sudah mati dan lama. Keberlangsungan kearifan lokal dianggap keramat. Upacara adat juga akan tercermin dalam nilai-nilai yang termasuk lembaga sosial karena berlaku dalam kelompok masyarakat didalamnya terdapat peraturan- tertentu. Nilai-nilai itu menjadi peraturan dan kebiasaan masyarakat pegangan kelompok masyarakat seperti yang dipaparkan oleh Polak tertentu yang biasanya akan menjadi (Basrowi, 2005) bahwa lembaga sosial bagian hidup tak terpisahkan yang adalah suatu yang kompleks atau sistem dapat diamati melalui sikap dan peraturan-peraturan dan adat istiadat perilaku mereka sehari-hari. (dalam yang memepertahankan nilai-nilai yang Apriyanto, 2008). penting. METODOLOGI PENELITIAN Pengertian Kearifan Lokal Jenis penelitian yang digunakan Dalam pengertian kamus, adalah penelitian kualitatif dengan kearifan lokal (local wisdom) terdiri fenomenologi Alfred Schutz. Menurut dari dua yaitu, kearifan (wisdom) dan Muliyono penelitian kualitatif adalah lokal (local), maka local wisdom metode penelitian yang digunakan (kearifan setempat) dapat dipahami untuk meneliti pada kondisi objek yang sebagai gagasan-gagasan setempat alamiah, dimana peneliti adalah
JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018 Page 8
instrument kunci, teknik pengumpulan Rokan Hulu. Penelitian ini sendiri data dilakukan secara triangulasi berbicara tentang bagaimana fenomena (gabungan), analisis data bersifat upacara adat tradisi Bolimau Cono di induktif, dan hasil penelitian kualitatif Kecamatan Ujungbatu dilaksanakan lebih menekankan makna dari pada oleh pelaku kesenian ke dalam produk generalisasi (Muliyono, 2005). Menurut interaksi sosial “makna”, dimana Bogdan dan Tailor sebagaimana dikutip makna tidak melekat pada objek oleh Moleong mendefinisikan bahwa melainkan dinegosiasikan melalui penelitian kualitatif adalah prosedur penggunaan bahasa. Interpretasi ini penelitian yang menghasilkan data juga dapat menjelaskan makna apa deskriptif berupa kata-kata tertulis atau yang terkandung dalam upacara adat lisan dari orang- orang dan prilaku Bolimau Cono. yang diamati (Moleong, 2005). Teknik Pemeriksaan Keabsahan Peneliti menganggap tepat Data menggunakan metode penelitian Perpanjangan Keikutsertaan kualitatif untuk meneliti nilai-nilai Keikutsertaan peneliti sangat kearifan lokal yang terkandung dalam menentukan dalam pengumpulan upacara adat tradisi Bolimau Cono data. Perpanjangan keikutsertaan dan penerapannya di Kecamatan peneliti akan memungkinkan Ujungbatu, Kabupaten Rokan Hulu. peningkatan derajat kepercayaan, data Alasan peneliti menggunakan dikumpulkan karena dengan penelitian kualitatif: Pertama, untuk perpanjangan keikutsertaannya dapat memahami makna dibalik data yang menguji ketidakbenaran informasi yang tampak, gejala sosial sering tidak bisa diperkenalkan oleh distorsi, baik dipahami berdasarkan apa yang berasal dari diri sendiri maupun dari diucapkan dan dilakukan orang. Data responden dan membangun untuk mencari makna dari setiap kepercayaan subjek. Perpanjangan perbuatan tersebut hanya cocok jika keikutsertaan juga menuntut peneliti diteliti dengan teknik wawancara agar terjun kedalam lokasi dan dalam mendalam, observasi partisipan dan waktu yang panjang guna mendeteksi dokumentasi yang itu semua adalah dan memperhitungkan distorsi yang metode pengumpulan data pada jenis mungkin mengotori data. Selain itu penelitian kualitatif. Kedua, untuk perpanjangan keikutsertaan juga memahami interaksi sosial yang dimaksudkan untuk membangun kompleks hanya dapat diurai kalau kepercayaan para subjek terhadap peneliti melakukan penelitian peneliti dan juga kepercayaan diri kualitatif. Ketiga, memahami perasaan peneliti itu sendiri. Penelitian dengan orang sulit jika itu tidak dengan menggunakan perpanjangan penelitian kualitatif. Penelitian keikutsertaan akan banyak mempelajari dilakukan dengan mengumpulkan data “kebudayaan” yang dapat menguji dari pemuka/ tokoh adat masyarakat di ketidakbenaran informasi yang Kecamatan Ujungbatu, Kabupaten diperkenalkan oleh distorsi, baik
JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018 Page 9
berasal dari diri sendiri maupun dari kesesuaian atau ketidaksesuaian informan dan membangun kepercayaan harapan antara kedua belah pihak subjek (Moleong, 2005). sehingga kebenaran informasi yang Triangulasi telah diperoleh sebelumnya oleh Teknik pemeriksaan keabsahan peneliti dapat lebih diperkuat.Peneliti data dengan triangulasi memungkinkan mengumpulkan data dari berbagai peneliti untuk me-recheck temuannya narasumber yang ada kemudian dengan jalan membandingkannya menganalisanya dan ini bisa menjadi dengan berbagai sumber dapat sumber pengetahuan pada saat dilakukan dengan : mewawancara narasumber kembali. 1. Membandingkan data hasil Sehingga informasi yang kita cari dapat pengamatan dengan data hasil untuk penelitian yang kita lakukan. wawancara. HASIL PENELITIAN DAN 2. Membandingkan apa yang PEMBAHASAN dikatakan orang di depan umum Hasil Penelitian dengan apa yang dikatakannya secara pribadi. Pada bab ini, akan diuraikan hasil 3. Membandingkan apa yang observasi dan wawancara yang peneliti dikatakan orang-orang tentang lakukan pada bulan Oktober 2017 situasipenelitian dengan apa yang hingga Mei 2018, didasarkan pada dikatakannya sepanjang waktu. fenomena budaya tradisi bolimau cono 4. Membandingkan keadaan dan yang terjadi di masyarakat Ujungbatu, perspektif seseorang dengan khususnya pada suku Melayu di berbagai pendapat dan pandangan Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. orang. Analisis hasil penelitian ini sendiri 5. Membandingkanhasil wawancara terfokus pada tokoh masyarakat dengan isi dokumen yang Kecamatan Ujungbatu yang merupakan berkaitan. (Moleong, 2005). orang yang paling mengetahui tradisi Peneliti menguji keabsahaan data bolimau cono, meliputi Tokoh Adat yang diperoleh setelah turun ke yakni Ninik Mamak berasal Persukuan lapangan dengan berpedoman kepada Melayu Godang Datuk Bendaharo konsep triangulasi oleh Moleong. H.A.Hakam dan Datuk Paduko Sindo Melalui observasi, peneliti dapat Aman, Persukuan Caniago Datuk langsung membandingkan hasil Bimbo H. Ibnu Hajar dan Persukuan pengamatan tersebut dengan Meniliang Godang Datuk Ajo Tan keterangan-keterangan lebih lanjut Mudo Syamsidi, S,Pd dari suku yang yang didapatkan setelah melalukan ada di Ujungbatu, mereka dipilih wawancara dengan subjek. Peneliti berdasarkan dengan senga karena juga membandingkan bagaimana mereka adalah tetua yang lebih pandangan atau prespektif dari mengerti tentang adat, dan umur berbagai pendapat dan pandangan mereka juga yang tertua dari ninik orang, sehingga dapat diketahui adanya mamak lima suku yang ada di
JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018 Page 10
Kecamatan Ujungbatu. Kebanyakan dalam budaya bolimau cono ini sangat wawancara peneliti lakukan adalah beragam. Keragaman ini terjadi karena dalam situasi non formal, dalam hal variasi sudut pandang masyarakat ini seolah-olah seperti sedang Ujungbatu dalam memberikan berbincang-bincang santai. Berikut persepsi terhadap pikiran itu sendiri. uraian hasil wawancara yang diperoleh Bolimau dalam bahasa Ujungbatu peneliti. memiliki dua makna pertama dari Penelitian ini membuktikan sudut makna simbolik limau atau kita perkembangan orang melayu di kenal dengan jeruk. Jeruk adalah buah Ujungbatu. Masyarakat Ujungbatu yang dijadikan sebagai simbol untuk sebagian besar bersuku Melayu, dan pensucian, jeruk dianggap golongan melandaskan prinsip kehidupannya buah yang mampu membersihkan pada “Adat Bosandi Syarak, Syarak kotoran dengan bau yang paling busuk Bosandi Kitabullah” maksudnya seperti bau amis yang sulit dihilangkan semua kebiasaan adat dapat diuji jika hanya dicuci dengan air ataupun dengan Kitab, mana yang bertentangan sabun. Dan didalam praktek belimau dengan kitab suci umat Islam tidak ini jeruk juga dijadikan sebagai bahan dipakai lagi, masyarakatnya diatur utama dalam membuat ramuan oleh kedua hal tadi yaitu agama dan bolimau. Kedua limau yang maknanya adat. Dalam penyelenggaraan dalam bahasa melayu Ujungbatu kesenian rakyat juga demikian, adalah mandi dengan cara bersuci dari dilaksanakan menurut agama islam dan hadast besar dan kecil yaitu berdasarkan pada adat. membasashi seluruh tubuh dengan air Pembahasan Penelitian mulai dari kepala hingga kaki Dalam pembahasan ini peneliti menggunakan pencuci rambut atau membahas tiga hal sesuai dengan shampo dan sabun. Kemudian identifikasi pada penelitian ini yaitu imbuhan bo yang diucapkan oleh yang pertama adalah makna simbolik masyarakat Ujungbatu secara bahasa apa saja yang terdapat dalam upacara daerah Ujungbatu yang memiliki arti adat tradisi bolimau cono di Kecamatan sama dengan ber sehingga bisa kita Ujungbatu, Kabupaten Rokan Hulu, artikan bolimau adalah berlimau. Provinsi Riau, yang kedua adalah Kemudian kalimat ke dua adalah cono, Aspek sosial apa saja yang terkandung yang memiliki dua makna yaitu dam upacara adat tradisi bolimau cono pertama, diambil dari kata daerah dan yang terakhir adalah nilai-nilai Ujungbatu adalah cerano, atau dalam lokal apa saja yang terdapa pada pepatah adat sirih dan cerano sirih dan upacara adat tradisi bolimau cono. cerano yang merupakan sebuah tepak Makna Simbol Fisik Yang sirih. Yang kedua, cono yang Terkandung Dalam Pelaksanaan dimaksud adalah tepung yang sudah Upacara Adat Tradisi Bolimau Cono diberi warna, yang digunakan untuk Di dalam konteks budaya dan bolimau¸atau pada umum dipakai saat adat, makna simbolik yang dikandung acara tepung tawar.
JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018 Page 11
Sehingga Bolimau cono dapat dengan individu lainya. diartikan sebagai upacara sebelum Aspek Gotong Royong memasuki bulan suci Ramadhan dengan memandikan ramuan berupa Pada bolimau cono terdapat limau sebagai tanda pembersih jiwa, aspek sosial gotong royong dimana dimaknakan secara umum bolimau masyarakat berkumpul bersama mulai cono merupakan tradisi menyambut mempersiapkan acara adat sampai bulan suci Ramadhan yang bertujuan dengan selesai. Disini seluruh cucu untuk mempererat hubungan antara keponakan dari segala suku di yang tua dengan yang muda ataupun Ujungbatu akan berkumpul dan sebaliknya sehingga dengan simbol bersosialisasi untuk bergotong royong menyiramkan ramuan yang telah dalam mempersiapkan upacara adat diracik ke kepala kita. bolimau cono.Sikap gotong royong ini Aspek Sosial Yang Terkandung sudah mengakar kepada diri Dalam Pelaksanaan Upacara Adat masyarakat Ujungbatu sudah sejak Tradisi Bolimau Cono lama Adapun aspek gotong royong Aspek sosialadalah sesuatu yang sudah menjadi sebuah nilai yang sudah melekat di masyarakat yang mendarah dagingyaitu nilai yang telah berhubungan dengan sikap dan menjadi kepribadian dan kebiasaan tindakan manusia. Contohnya, setiap sehingga ketika masyarakat Ujungbatu, tindakan dan perilaku individu di anak cucu kemanakan melakukannya masyarakat, selalu mendapat perhatian kadang tidak melalui proses berpikir dan berbagai macam penilaian. Aspek atau pertimbangan lagi (bawah sadar). ini berperan dalam kehidupan sosial Karna nilai demikian telah sehari-hari, sehingga dapat mengatur tersosialisasi dan terbentuk sejak kecil. pola perilaku manusia dalam kehidupan Jika salahsatu diantara mereka tidak bermasyarakat.Aspek sosial merupakan mengikuti kegiatan gotong royong ini hikmah yang dapat diambil dari maka akan muncul rasa malu atau rasa perilaku sosial dan tata cara hidup bersalah terhadap masyarakat lainnya. sosial. Perilaku sosial berupa sikap Aspek Musyawarah/ potang sejodah seseorang terhadap peristiwa yang Sebelum semua acara dilakukan terjadi di sekitarnya yang ada semua ninik mamak, cerdik pandai, hubungannya dengan orang lain, cara alim ulama, pemerintah setempat dan berfikir, dan hubungan sosial cucu keponkan akan mengadakan bermasyarat antar individu. Nilai sosial potang sejodah atau musyawarah. yang ada dalam upacara balimau cono Dalam musyawarah ini membahas dapat dilihat dari cerminan kehidupan segala hal yang berkaitan dengan adat bolimau cono, mulai dari persiapan masyarakat yang diinterpretasikan. sampai dengan selesai acara.Didalam Nilai sosial akan menjadikan manusia musyawarah ini akan membahas sadar akan pentingnya kehidupan bagaimana acara bolimau berkelompok dalam ikatan conodilaksanakan, para tokoh kekeluargaan antar satu individu masyarakat yaitu mamak soko dan
JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018 Page 12
mamak pisoko berkumpul bersama yang telah sejak lama dipakai oleh cendikiawan (cerdik pandai), induk masyarakat Ujungbatu didalam tata suku (tuo-tuo se-induk), urang cara pada saat pelaksanaan bolimau sumondo, dan dubalang yang ada cono ini adalah nilai musyawarah, nilai ditiap-tiap suku yaitu sebanyak 5 suku. gotong royong dan nilai pariwisata. Mereka mengadakan perjumpaan yang Nilai-nilai yang terkandung pada biasanya diadakan di LKA (Lembaga tradisi bolimau cono telah sejak lama Kerapatan Adat) guna dipakai oleh masyarakat Ujungbatu memusyawarahkan atau mencari didalam tata cara pada saat pelaksanaan mufakat bersama mengenai kegiatan bolimau cono ini adalah nilai yang akan dilaksanakan dalam acara musyawarah, nilai gotong royong dan bolimau cono tersebut. Dalam hal ini nilai pariwisata. Dalam setiap nilai ini intinya setiap melakukan suatu acara memiliki kearifan lokal yang muncul ninik mamak selalu mengadakan seperti pada nilai musyawarah terdapat musyawarah untuk mengambil kearifan lokal kerukunan antar suku, keputusan bersama supaya tidak ada keteaatan pada pemimpin dan yang berkecil hati dalam tiap suku yang kesederhanaan. Pada nilai gotong ada dikecamtan Ujungbatu. royong terdapat kearifan lokal, Aspek Wisata kebersamaan, hukum sosial dan saling melindungi. Pada nilai wisata terdapat Pengembangan kepariwisataan nilai kearifan lokal, ekonomi disuatu daerah berarti pula masyarakat, pola fikir, budaya dan mengembangkan potensi fisik di daerah agama. tersebut, karena setiap obyek atau KESIMPULAN DAN SARAN lokasi wisata mempunyai aspek-aspek Kesimpulan yang saling tergantung satu sama Pada bab ini peneliti berusaha lainnya. Sehingga dalam upacara adat menyimpulkan fenomena apa yang tradisi bolimau cono ini memiliki aspek wisata di Kecamatan Ujungbatu. berkembang pada pelaksanaan upacara Nilai-Nilai Lokal Apa Saja Yang adat tradisi bolimau cono di kecamatan Terkandung Dalam Pelaksanaan Ujungbatu, Kabupaten Rokan Hulu Upacara Adat Tradisi Bolimau Cono pada saat ini. Budaya bolimau cono di di Kecamatan Ujungbatu Kabupaten kecamatan Ujungbatu masih dilakukan Rokan Hulu Provinsi Riau. seperti dahulu kala. Tiap-tiap tahapan Sistem nilai dalam kehidupan pada acara ini menjunjung tinggi nilai- sehari hari yang berwujud nilai luhur suku Melayu Rokan yang aturan.Aturan-aturantersebutlah yang ada pada setiap rangkaian acara, dapat harus dipatuhi setiap manusia yang kitra rasakan dengan apresiasi dan hidup bermasyarakat. Jadi tanpa emosi yang mendalam. Prosesi adat adanya sistem nilai, masyarakat akan pada bolimau cono ini dilakukan secara kehilangan arah dan tidak punya pandangan hidup yang teguh. Tata cara teratur tanpa pengaruh elemen lainnya pelaksanaan bolimau cono pada dan pengaruh modernisasi, masyarakat Ujungbatu merupakan pembangunan dan masuknya budaya kegiatan rutin setiap tahun yang asing tampaknya tidak memiliki dilakukan dalam rangka menyambut pengaruh yang signifikan terhadap bulan suci ramadhan. Beberapa nilai
JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018 Page 13
perubahan baik dalam bentuk, isi dan kearifan lokal yang muncul seperti fungsi. pada nilai musyawarah terdapat 1. Makna simbolik yang terkandung kearifan lokal kerukunan antar suku, dalam tradisi bolimau cono ini keteaatan pada pemimpin dan sangatlah bervariasi tergantung kesederhanaan. Pada nilai gotong kapasitas dan kepentingan setiap royong terdapat kearifan lokal, individu dalam memaknai budaya kebersamaan, hukum sosial dan ini, Bolimau cono merupakan tradisi saling melindungi. Pada nilai wisata mensucikan diri, untuk menyambut terdapat nilai kearifan lokal, bulan suci Ramadhan yang ekonomi masyarakat, pola fikir, bertujuan mempererat tali budaya dan agama. silahturahmi yang sudah ada sejak Saran lama dan dijalan terus menerus Dari uraian skripsi ini ada hingga saat ini. Tatacara tradisi beberapa saran yang ingin peneliti bolimau cono ini meliputi mulai dari sampaikan kepada seluruh lapisan tahap persiapan, pelaksanaan, masyarakat umumnya, dan kepada penutup. masyarakat Ujungbatu khususnya, 2. Aspek sosial yang terkandung dalam yaitu: tradisi bolimau cono ini mengacu 1. Didalam tradisi bolimau cono ini pada hubungan dengan individu terdapat banyak nilai-nilai dan yang lain dalam sebuah masyarakat. kearifan lokal yang terkandung Bagaimana seseorang harus didalamnya, oleh karena itu bersikap, bagaimana cara mereka diharapkan tradisi ini dapat terus menyelesaikan masalah, dan dipertahankan. menghadapi situasi tertentu juga 2. Khususnya pada generasi muda termasuk dalam aspek sosial. Dalam Ujungbatu agar mau mengikuti masyarakat Ujungbatu pengendalian tradisi ini agar lebih memahami diri adalah sesuatu yang sangat maknanya, karena tradisi ini penting untuk menjaga memiliki tujuan yang mulia. keseimbangan masyarakat. Adapun 3. Tentang cara pelaksanaannya aspek sosial yang terdapat pada sepenuhnya telah berjalan dengan tradisi ini adalah, aspek baik, namun menurut peneliti musyawarah/potang sejodah, generasi muda harus lebih dirangkul gotong-royong, dan wisata. lagi, agar tradisi ini tetap bertahan 3. Nilai-nilai yang terkandung pada kedepannya dan tidak terputus. tradisi bolimau cono telah sejak DAFTAR PUSTAKA lama dipakai oleh masyarakat Alwasilah, Chaedar.A. 2002. Pokoknya Ujungbatu didalam tata cara pada Kualitatif (Dasar-dasar Merancang saat pelaksanaan bolimau cono ini danMelakukan Penelitian adalah nilai musyawarah, nilai Kualitatif). Jakarta : Dunia Pustaka gotong royong dan nilai pariwisata. Jaya. Dalam setiap nilai ini memiliki Basrowi dan Sukidin, 2002. Metode
JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018 Page 14
Penelitian Perspektif Mikro: Rosdakarya. GroundedUjungbatu adalahheory, Mulyana, Deddy dan Rakhmat. 2005. Fenomenologi, Etnometodologi, Komunikasi Antar Budaya: Etnografi, Dramaturgi, PanduanBerkomunikasi dengan InteraksiSimbolik, Hermeneutik, Orang-Orang Berbeda Budaya. Konstruksi Sosial, Analisis Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Wacana, danMetodologi Refleksi, Mulyana, Deddy. 2011. Komunikasi Surabaya: Insan Cendekia. Lintas Budaya .Bandung : PT. Basrowi, 2005. Pengantar Sosiologi. RemajaRosdakarya. Bogor : Ghalia Indonesia Rosda Muliyono. 2005. Mengenal Bungin, Burhan. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Penelitian Kualitatif Jakarta : Raja Alfabeta. GrafindoPersada. Narwoko, J. Dwi dan Suyanto, _______. 2008. Konstruksi Sosial Bagong. 2004. Sosiologi: Teks Media Massa. Jakarta : Kencana Pengantar danTerapan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Kencana. 2005. Kamus Besar Bahasa Patilima, Hamid. 2005. Metode Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Penelitian Kualitatif. Bandung : Effendy, Onong Uchjana. 1989. Alfabeta. Kamus Komunikasi: Polarisasi RM. Soedarsono. Seni Pertunjukan di Bandung: Mandar Maju. Era Globalisasi. Jakarta. MSPI _______ 2003. Ilmu Komunikasi Teori (MasyarakatSeni Pertujukan dan Praktek. Bandung : Remaja Indonesia). Rosdakarya. S.Nasution. 2006. Metode Research Idrus Hakimy Dt Rajo Penghulu, (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Rangkaian Mustika Adat Aksara. BasandiSyarak di Minangkabau, Setiadi. 2007. Buku Ilmu Sosial dan Remaja Rosdakarya, 1994 Budaya Dasar. Yogyakarta : Graha Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik IlmuUtama. Praktis Riset Komunikasi Jakarta : Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kencana Media Group. Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Suparno, Paul. 1997. Filsafat Antropologi Pokok-Pokok Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Etnografi II.Jakarta: Rineka Cipta Yogyakarta:Kanisius. Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Sobur, Alex. 2004. Semiotika Penelitian Kualitatif; Edisi Revisi. Komunikasi Cetakan II. Bandung: Bandung:Remaja Rosdakarya. RemajaRosdakarya. Mulyana, Deddy dan Solatun. 2008. Sobur, 2014. Pengantar Ilmu Metode Penelitian Kualitatif: Komunikasi. Bandung, Simbiosa Contoh-contohMetode Penelitian Rekatama Media. Kualitatif dengan Pendekatan Tim Penyusun Kementrian Praktis. Bandung : PT.Remaja Kebudayaan dan Pariwista
JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018 Page 15
Republik Indonesia (Kemendikbud), Malaysia. 2011, Kearifan Lokal di Tengah Nuraini Juliastuti, Representasi, Modernisasi. Jakarta: Pusat Newsletter KUNCI No. 4, Maret Penelitian dan Pengembangan 2000http://kunci.or.id/esai/nws/04/re Sumber Daya Kebudayaan dan presentasi.htm.Diakses pada tanggal Pariwisata RI. 04November 2017, pukul 16.02 WIB Umar, Husein. 2002. Metode Riset Gobyah, I. Ketut. 2003. Berpijak Pada Bisnis. Jakarta: PT.Gramedia Kearifan lokal, www.balipos.co.id. Pustaka Utama. Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi; Pendekatan Taksonomi Konseptual. Depok : Ghalia Indonesia. Syam, 2012. Sejarah Kerajaan Lima Luhak di Hulu Sungai Rokan.Rokan Hulu: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Rokan Hulu. Khairi, 2010. Hikayat Negeri Ujungbatu. Ujungbatu: Lembaga Kerapatan Adat Ujungbatu. Effendy, Onong Uchyana. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:Remaja Rosdakarya Ika Dayani Rajab Putri, 2012. Makna Pesan Tradisi Mappacci Pernikahan AdatBugis Pangkep Di Kelurahan Talaka Kecamatan Ma’rang. Jurnal,Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar. Rizki Hidayat, 2013. Konstruksi Makna DalamUpacara Adat Tradisi PacuJawi Sebagai Kearifan Lokal Kabupaten Tanah DatarProvinsi SumateraBarat. Jurnal, Universitas Riau. Fajri Arman, 2015. Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Balimau KasaiDidesa Kuapan Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar. Jurnal, Universitas Riau. Rahman, (2009). Kerajaan dan Kelestarian Alam Sekitar di
JOM FISIP Vol. 5: Edisi II Juli – Desember 2018 Page 16