i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Cara mengikat kantung limbah infeksius dengan model leher angsa (Asian
Development Bank, 2020).
Gambar 2. Pewadahan tunggal (a) dan pewadahan terpisah (b) (ACR, 2020)
Gambar 3. Poster Informasi Limbah Masker dan Cara Pengelolahannya Selama Pandemi
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Walaupun sebagian masyarakat menggunakan masker kain, tetapi banyak juga yang
menggunakan masker sekali pakai. Belum lagi penggunaan sarung tangan sekali pakai. Jika
permasalahan sampah masker dan sarung tangan bekas pakai ini, maka akan dihasilkan
permasalahan yang baru walaupun limbah-limbah ini tidak dikategorikan sebagai limbah
medis-infeksius tapi sebagai limbah domesik tetapi tetap memiliki potensi sebagai limbah
infeksius. Pemerintah melalui kementerian kesehatan sebenarnya sudah mengeluarkan
pedoman mengenai pengelolaan limbah masker dari masyarakat. Namun pada aplikasinya
masyarakat masih banyak yang belum mengetahui bagaimana cara pengelolaan limbah
masker ini dalam skala rumah tangga. Pengetahuan masyarakat yang minim dalam
pengelolaan limbah masker ini menjadi alasan kami menyusun makalah dengan judul
“Pengolahan Limbah Masker yang Benar untuk Mengurangi Penyebaran Virus COVID-
19”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran dari sistem pengelolaan
limbah sampah yang baik dan benar untuk mengurangi adanya penyebaran virus
COVID-19.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui cara pengelolaan limbah samppah yang baik dan benar
2
1.3.2.2 Untuk mengetahui pentingnya kebijakan kesehatan terhadap permasa-
lahan limbah masker
1.3.2.3 Untuk mengetahui analisis permasalahan berdasarkan ilmu epidemologi,
biostatistika dan kependudukan
1.3.2.4 Untuk mengetahui upaya promosi kesehatan yang bisa dilakukan terhadap
permasalahan limbah masker ini
1.3.2.5 Untuk mengetahui apakah permasalahan limbah masker dapat
mempengaruhi status gizi seseorang
1.3.2.6 Untuk mengetahui peran K3 untuk memelihara kesehatan lingku-
ngan pada permasalahan limbah masker
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam rangka penerapan ilmu
selama menempuh pendidikan di Universitas Airlangga
1.4.2 Bagi Pembaca
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagaimana cara mengolah limbah
masker yang baik dan benar sebagai upaya untuk mengurangi penyebaran luas virus
COVID-19
3
BAB II
METODE
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik. Langkah pertama dilakukan pemilahan antara limbah domestik dengan limbah
infeksius. Limbah domestik yaitu sampah rumah tangga yang berasal dari kegiatan sehari-hari
dalam rumah tangga, yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik (Kementerian Pekerjaan
Umum Republik Indonesia, 2013). Sedangkan limbah infeksius yaitu limbah dari orang yang
diwajibkan melakukan karantina di rumah dapat berupa limbah tisue, masker, sapu tangan,
kaos tangan, kain sekali pakai, dan APD lainnya (ACR, 2020).
Limbah masker penggunaannya kian meningkat di masa pandemi, sehingga
menimbulkan berbagai masalah. Diantaranya yang utama adalah ancaman faktor kesehatan
jika limbah tersebut tidak dikelola dengan prosedur yang benar. Limbah masker yang dibuang
secara sembarangan akan berdampak pada lingkungan dan kesehatan, terlebih sampah masker
tersebut sebelumnya digunakan oleh penderita Covid- 19. Untuk itu, pengoalahan limbah
masker dianjurkan dilakukan disinfeksi terlebih dahulu dengan cara direndam dalam larutan
disinfektan/klorin/pemutih kemudian dilakukan perubahan bentuk seperti dirusak talinya atau
dirobek. Hal ini dilakukan untuk mencegah digunakan ulang (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2020).
Langkah selanjutnya yaitu pewadahan dan disinfeksi. pewadahan limbah infeksius
rumah tangga menurut dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut (Anne Scheinberg, et
al., 2020):
1. Limbah dikumpulkan dalam plastik sekali pakai
2. Ketika limbah telah mencapai tiga perempat, harus ditutup dengan kuat, hingga udara
didalamnya sesedikit mungkin (kantung 1)
3. Kantung 1 harus ditempatkan di kantung kedua (kantung 2)
4. Kantung 2 tidak boleh terlalu penuh untuk memastikan kantung tertutup rapat dan tidak
pecah;limbah tidak perlu ditekan untung menambah ruang tambahan
5. Kantung dikat kuat dengan model leher angsa seperti pada gambar 1
(Asian Development Bank, 2020)
4
Gambar 1. Cara mengikat kantung limbah infeksius dengan model leher angsa (Asian
Development Bank, 2020).
Gambar 2. Pewadahan tunggal (a) dan pewadahan terpisah (b) (ACR, 2020)
5
udara (Etty, 2020) kemudian pemerintah membuat produk hukum mengenai masalah
penanganan limbah infeksius termasuk yang mengatur pengelolaan sampah infeksius di rumah
tangga (Wijoyo, 2020).
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
mana keputusannya mempertimbangkan juga aspek politik (Buse, May & Walt, 2005).
Jelasnya kebijakan kesehatan adalah kebijakan publik yang merupakan tanggung jawab
pemerintah dan swasta. Sedangkan tugas untuk menformulasi dan implementasi kebijakan
kesehatan dalam satu negara merupakan tanggung jawab Departemen Kesehatan (WHO,
2000).
Tujuan dari kebijakan kesehatan adalah untuk menyediakan pola pencegahan,
pelayanan yang terfokus pada pemeliharaan kesehatan, pengobatan penyakit dan
perlindungan terhadap kaum rentan (Gormley, 1999). Kebijakan kesehatan juga peduli
terhadap dampak dari lingkungan dan sosial ekonomi terhadap kesehatan (Poter, Ogden
and Pronyk, 1999).
Melonjaknya permintaan alat perlindungan diri (APD) dan keharusan menggunakan
masker kain untuk mencegah penyebaran virus SARS-CoV-2 menimbulkan konsekuensi
meningkatnya limbah medis. Asia Development Bank (ADB) memprediksi Jakarta dapat
menghasilkan tambahan 12.720 ton limbah medis berupa sarung tangan, baju APD,
masker, dan kantong infus selama 60 hari selama pandemi.
Badan Kesehatan Dunia atau WHO, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
pemerintah daerah dan institusi-institusi kesehatan dunia sudah mengeluarkan panduan
dan protokol penanganan alat perlindungan diri (APD), termasuk masker untuk
penggunaan medis dan non-medis, sampai penanganan akhir setelah masa pakai.
8
Last, Beagehole et al, (1993) Studi tentang distribusi dan faktor-faktor yang menentukan
keadaan yang berhubungan dengan kesehatan atau kejadian-kejadian pada kelompok
penduduk tertentu. W.H. Frost Ilmu yang mempelajari timbulnya distribusi dan jenis
penyakit pada manusia menurut waktu dan tempat.
Azrul azwar: Ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah
kesehatan pada sekelompok manusia/masyarakat serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
RUANG LINGKUP EPIDEMIOLOGI
1. Ruang lingkup epidemiologi adalah sebagai berikut:
a. Subjek dan objek epidemiologi : masalah kesehatan ( penyakit menular, penyakit
tidak menular, kecelakaan, bencana alam dan sebagainya)
b. Masalah kesehatan yang ditemukan pada sekelompok manusia (bedakan dengan
ilmu kedokteran klinik?)
c. Dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan dimanfaatkan
data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan tesebut. Dalam metode
penelitian epidemiologi akan melihat penyebab masalah dan timbulnya masalah
kesehatan.
2. Ruang lingkup epidemiologi dalam masalah kesehatan meliputi 6E, yaitu:
a. Etiologi (Penyebab),
b. Efikasi (untuk melihat efek atau daya optimal yang dapat diperoleh dari adanya
intervensi kesehatan ex. Vaksinasi),
c. Efektivitas (untuk mengetahui efek intervensi dalam berbagai kondisi lapangan
yang berbeda),
d. Efisiensi (untuk mengetahui kegunaan dan hasil yang diperoleh berdasarkan
besarnya biaya yang dikeluarkan),
e. Evaluasi (melihat dan memberikan nilai keberhasilan suatu program),
f. Edukasi (salah satu bentuk intervensi berupa upaya peningkatan pengetahuan
kesehatan).
Penurunan aktivitas manusia saat pandemi COVID-19 memberi dampak positif
yakni kualitas udara di berbagai negara menjadi lebih baik. Namun, di sisi lain jumlah
limbah infeksius akibat peningkatan pasien di fasilitas pelayanan
kesehatan.Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI memprediksi terdapat
peningkatan 30 % limbah infeksius selama pandemi dibandingkan dengan sebelum
pandemi.
9
Limbah infeksius berdampak menularkan penyakit yang dapat mengganggu
pelayanan kesehatan ke masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan antisipasi dampak
negatif dari limbah infeksius. “Di sungai atau di pantai yang tadinya tidak ada limbah
masker namun sekarang ditemukan. Di sinilah diperlukan peran kita untuk
meringankan beban masyarakat dan negara dalam penanganan COVID-19,” ujar Deputi
Ilmu Pengetahuan Bidang Teknik LIPI, Agus Haryono dalam Webminar Hari Bumi
‘Penanganan Sampah/Limbah Medis Terkait Covid-19’ pada Rabu (22/4).
Surat Edaran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang
Pengelolaan Limbah Infeksius (Limbah B3) dan Sampah Rumah Tangga dari
Penanganan Corona Virus Disease (COVID-19) mengkategorikan limbah infeksius
selain dari fasilitas pelayanan kesehatan. Kategori tersebut adalah limbah infeksius
yang berasal dari rumah tangga yang terdapat Orang Dalam Pemantauan (ODP) serta
sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga.
Berdasarkan penggolongan tersebut, sampah masker dan sarung tangan sekali
pakai tidak hanya mencemari lingkungan namun dapat mengancam 300 ribu petugas
persampahan yang bertugas di rumah-rumah warga dan 600 ribu pemulung. “Perlu
pengelolaan dengan standar tertentu agar tidak menimbulkan permasalahan baru,” jelas
Agus.
10
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Yogi Ikhwan dalam keterangan pers tertulisnya,
Rabu (27/1/2021).
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan bahwa
kapasitas pengolahan limbah medis fasyankes seluruh Indonesia baru mencapai 70,21 ton/
hari. Ditambah dengan kapasitas jasa pengolahan oleh pihak ketiga sebesar 244,08 ton/hari
(Soemiarno, 2020). Sementara itu, Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa kapasitas
pengolahan limbah medis fasyankes baru mencapai 53,12 ton/hari ditambah kapasitas jasa
pengolahan oleh pihak ketiga sebesar 187,90 ton/hari. Dengan jumlah fasyankes sebanyak
2.889 RS, 10.062 puskesmas, 7.641 klinik, dan fasilitas lain seperti laboratorium
kesehatan, apotek, dan unit transfusi darah, diprediksi limbah medis yang dihasilkan
Indonesia per hari sebanyak 294,66 ton, dengan kata lain defisit 70,432 ton/hari (Nurali,
2020).
Angka ini bahkan belum termasuk timbulan limbah medis yang dihasilkan pada
tingkat rumah tangga berupa masker dan sarung tangan yang jumlahnya turut meningkat.
Fakta ini perlu mendapatkan respons yang baik dari pemerintah. Meskipun angka persis
kenaikan timbulan limbah medis di Indonesia belum dirilis oleh pihak berwenang, namun
pemerintah dituntut untuk meningkatkan kapasitas pengolahan limbah medis beberapa kali
lipat dari kapasitas yang ada saat ini. Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri)
menyatakan jumlah penduduk Indonesia hingga Desember 2020 mencapai 271.349.889
jiwa (jumlah penduduk Indonesia 2021). Sehingga hal ini memungkinkan terjadinya
penumpukan limbah masker terutama di masa pandemi. Hal ini dipicu oleh pengolahan
dan pemilahan yang buruk sehingga limbah tersebut tidak bisa ditangani dengan cepat.
3.4 Analisis PKIP (Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku) dan Gizi
Promosi kesehatan termasuk ke dalam komunikasi kesehatan dimana dalam
komunikasi antar manusia memiliki fokus mengenai bagaimana seorang individu dalam
suatu kelompok/masyarakat dalam menghadapi isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan
dan berupaya dalam menjaga kesehatannya (Northouse dalam Notoatmodjo, 2005). Dalam
analisa promosi Kesehatan ini, terdapat dua metode, yaitu promosi langsung dan tak
langsung sedangkan untuk Ilmu Perilaku terdapat dua cakupan ilmu, yaitu Ilmu Perilaku
dan Intervensi.
Dalam promosi kesehatan yang dilakukan pada media sosial, kami membuat poster
cara membuang sampah masker yang benar dan mencoba menganalisis perilaku
menggunakan data sekunder dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLKH).
11
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat kenaikan limbah medis
selama pandemi ini bekisar di angka 30% hingga 50%. Berdasarkan laporan dari 34
provinsi, setidaknya total limbah itu hingga Oktober 2020 mencapai 1.662,75 ton.
Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa limbah medis kebanyakan dihasilkan oleh
rumah sakit, puskesmas, dan klinik sebagai pusat penanganan Kesehatan. Tempat-tempat
tersebut seharusnya bisa lebih baik dalam manajemen limbah medis sehingga limbah yang
dihasilkan bisa berkurang terutama pada masker sekali pakai. Lalu pada pengelolahannya
sendiri bisa melibatkan masyarakat disekitar guna memberikan pemahaman dan cara
penanganan limbah masker yang tepat agar masyarakat juga dapat memanajemen sendiri
limbah masker yang telah dipakainya.
Untuk analisis gizi, limbah masker tidak berkaitan dengan pengelolahan nutrisi
dalam tubuh, sehingga topik ini tidak bisa mengunakan analisa ini.
12
3.5 Analisis K3 dan Kesehatan Lingkungan
Masker medis yang digunakan pada masyarakat maupun pusat layanan kesehatan
bertujuan mengurangi resiko paparan penyakit seperti penyebaran virus SARS-CoV-2 dari
atau oleh penderita kepada individu dan masyarakat di sekitarnya. Tetapi limbah masker
tergolong kategori limbah domestik sehingga perlakuan pengelolaannya sama dengan
pengelolaan limbah domestik sesuai Undang Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah. Dengan meningkatnya angka kasus positif SARS-CoV-2 masker
yang digunakan masyarakat beresiko terdapat virus yang menjadi penularan virus dari
penderita kepada petugas pengelola maupun masyarakat.
Masyarakat harus melakukan Langkah-langkah mengurangi risiko kesehatan akibat
cara pembuangan masker bekas pakai. Ketika masyarakat dapat melakukan pengurangan
resiko dengan memisahkan sampah masker dengan organic maupun anorganic ke tempat
tersendiri, sehingga petugas kebersihan maupun masyarakat sendiri dapat menjauhkan
atau menyingkirkan limbah masker.
Dengan limbah yang dipisahan para pekerja atau petugas pengelola limbah masker
dapat menyingkirkan resiko yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. Apabila
dalam mengelola diharuskan untuk menghindari waktu berpaparan dengan limbah masker
apabila harus terus berada di dekat limbah dianjurkan menggunakan APD karena masker
dapat sebagai tempat penularan penyakit. Pekerja dapat menggunakan alat untuk
melakukan pengelolaan limbah masker.
Proses pengolahan limbah masker yang berbeda dengan organic maupun anorganik,
dikarenakan dapat menjadi perantara penularan pengelelolaan limbah harus secara tepat.
Pengelolaan yang tidak tepat membuat penyebaran penyakit akibat limbah masker melalui
media lain seperti air.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kebijakan kesehatan adalah kebijakan publik yang merupakan tanggung jawab
pemerintah dan swasta. Sedangkan tugas untuk menformulasi dan implementasi kebijakan
kesehatan dalam satu negara merupakan tanggung jawab Departemen Kesehatan (WHO,
2000). Tujuan dari kebijakan kesehatan adalah untuk menyediakan pola pencegahan,
pelayanan yang terfokus pada pemeliharaan kesehatan, pengobatan penyakit dan
perlindungan terhadap kaum rentan (Gormley, 1999). Kebijakan kesehatan juga peduli
terhadap dampak dari lingkungan dan sosial ekonomi terhadap kesehatan (Poter, Ogden
and Pronyk, 1999).
Dimasa pandemik seperti saat ini kebutuhan untuk alat pelindung diri (apd)
sangatlah meningkat khususnya penggunaan masker. Masker adalah salah satu alat
pelindung diri yang digunakan oleh setiap masyarakat guna mencegah rantai COVID-19.
Namun, disisi lain masker menyebabkan pencemaran terhadap lingukngan yang
diakibatkan oleh limbah masker sekali pakai.
Ditinjau dari sisi epidimologi, penurunan aktivitas manusia saat pandemi COVID-
19 memberi dampak positif yakni kualitas udara di berbagai negara menjadi lebih baik.
Namun, di sisi lain jumlah limbah infeksius akibat peningkatan pasien di fasilitas
pelayanan kesehatan.Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI memprediksi
terdapat peningkatan 30 % limbah infeksius selama pandemi dibandingkan dengan
sebelum pandemi. Selanjutnya ditinjau dari sisi Ilmu Biostatistika dan Kependudukan,
negara Indonesia dalam sehari diprediksi menghasilkan limbah medis sebanyak 294,66
ton, dengan kata lain defisit 70,432 ton/hari. Jumlah limbah tersebut didapatdari fasyankes
sebanyak 2.889 RS, 10.062 puskesmas, 7.641 klinik, dan fasilitas lain seperti laboratorium
kesehatan, apotek, dan unit transfusi darah,angka ini belum termasuk dari limbah sampah
rumah tangga berupa masker dan sarung tangan. Selanjutnya dari sisi PKIP (Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku) dan Gizi pemerintah menggencarkan promosi Kesehatan
melalui media sosia dengan poster yang bertujuan untuk masyarakat bisa membuang
limbah sampah masker dengan benar. Yang terakhir adalah dari sisi K3 dan kesehtan
lingkungan, yaitu Masyarakat harus melakukan Langkah-langkah mengurangi risiko
kesehatan akibat cara pembuangan masker bekas pakai. Ketika masyarakat dapat
melakukan pengurangan resiko dengan memisahkan sampah masker dengan organic
14
maupun anorganic ke tempat tersendiri, sehingga petugas kebersihan maupun masyarakat
sendiri dapat menjauhkan atau menyingkirkan limbah masker.
4.2 Saran
Virus COVID-19 merupakan virus yang hampir menyerang seluruh belahan dunia.
Penggunaan masker merupakan Langkah awal untuk memutus rantai penyebaran virus
melalui pernafasan dan mulut. Masyarakat haruslah diberikan pembekalan agar dapat
mengelolah limbah masker sekali pakai supaya tidak menyebabkan kelonjakan limbah
masker. Ada beberapa cara yang mungkin bisa digunakan supaya limbah masker bisa
berkurang antara lain memotong-motong dan membuang, autoklaf (metode penguapan),
dan insinerasi (Pembakaran).
15
DAFTAR PUSTAKA
16