Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

DASAR KESEHATAN MASYARAKAT

“Pengolahan Limbah Masker yang Benar untuk Mengurangi Penyebaran


Virus COVID-19”
Dosen Pengampu : Berliana Devianti Putri, S.KM., M.Kes

Disusun Oleh : Kelompok 4


Hamidatul Lisya Agistha 151910383008
Manggi Hilmy Mahmudi 151910383014
Shofiyyah Dwi Wahyuni 151910383024
Moh. Hasyim Asyari 151910383033
Alivia Ayuni Hermanintyas 151910383035
Shevia Umara Gassani 151910383038
Fatma Kumalahesti Sucipto 151910383040
Fransiskus Alvabeth Fajar S 151910383045
Tirta Kharisma Ningtiyas 151910383047

D4 TEKNOLOGI RADIOLOGI PENCITRAAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
DAFTAR ISI

Daftar Isi ............................................................................................................................. i


Daftar Gambar .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ......................................................................................................................... 3
BAB II METODE ............................................................................................................... 4
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................... 7
3.1 Analisa Kebijakan Kesehatan ........................................................................................ 7
3.2 Analisa Ilmu Epidemologi ............................................................................................. 8
3.3 Analisa Ilmu Biostatistika dan Kependudukan ............................................................. 10
3.4 Analisa PKIP (Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku dan Gizi .................................... 11
3.5 Analisa K3 dan Kesehatan Lingkungan ....................................................................... 13
BAB IV PENUTUP .......................................................................................................... 14
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 14
4.2 Saran ........................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Cara mengikat kantung limbah infeksius dengan model leher angsa (Asian
Development Bank, 2020).
Gambar 2. Pewadahan tunggal (a) dan pewadahan terpisah (b) (ACR, 2020)
Gambar 3. Poster Informasi Limbah Masker dan Cara Pengelolahannya Selama Pandemi

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampah dan limbah menjadi permasalahan serius dan tidak bisa dipandang sebelah
mata yang terjadi di berbagai negara khususnya di Indonesia. Sampah merupakan bahan
sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan baik skala industri, rumah tangga, instansi dan lain
sebagainya yang dilakukan oleh manusia. Sampah yang tidak diolah dengan baik dapat
menjadi salah satu faktor terjadinya pencemaran lingkungan yang berdampak buruk bagi
lingkungan (Soemirat,2014).
Semenjak pandemi virus SARS-CoV-2 (COVID-19) yang pertama kali ditemukan
kasusnya di Kota Wuhan Cina pada akhir tahun 2019, saat ini telah menyebar di 210 negara
dan 2 kapal pesiar internasional. Dilaporkan kasus positif virus corona di dunia, telah
menjangkit sekitar 3,4 juta orang dengan kematian hampir 240 ribu orang dan diprediksi
angka ini akan terus bertambah (Worldometer, 2020). Di Indonesia virus corona
ditemukan mulai menjangkit pada awal bulan Maret tahun 2020 dan saat ini telah
ditemukan 10.551 kasus positif dengan kematian sebanyak 800 orang (Worldometer,
2020). Virus corona menyebar lewat droplet cairan orang yang positif saat batuk atau
bersin dan virus corona ini dapat bertahan sampai dengan 9 hari pada permukaan benda.
Sehingga virus corona ini dapat dengan cepat menyebar. Berbagai upaya dilakukan
pemerintah untuk menekan penyebaran virus corona ini, dari mulai himbauan untuk
melakukan social distancing, mewajibkan pemakaian masker, sampai pembatasan sosial
berskala besar.
Pada awal April tahun 2020 WHO mengeluarkan anjuran untuk menggunakan
masker bagi semua masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit. Anjuran ini merupakan
revisi dari himbauan sebelumnya yang menyatakan bahwa masker hanya diperuntukan bagi
masyarakat yang sakit saja. Himbauan ini dikeluarkan karena saat ini penularan virus
corona ini dapat disebabkan juga oleh orang-orang yang belum bergejala (prasimtomatik).
Rata-rata waktu inkubasi virus corona bias mencapai 14 hari, yang dinamakan dengan
masa prasimtomatik. Orang yang berada dalam masa prasimtomatik dapat menyebarkan
virus corona ke orang lain sebelum munculnya gejala (World Health Organization, 2020).
Menindaklanjuti anjuran dari WHO, pemerintah Indonesia mewajibkan pemakaian
masker bagi masyarakat (Evanalia, 2020). Adanya kewajiban menggunakan masker oleh
semua masyarakat, tentu akan diikuti dengan sampah/limbah masker yang dihasilkan.

1
Walaupun sebagian masyarakat menggunakan masker kain, tetapi banyak juga yang
menggunakan masker sekali pakai. Belum lagi penggunaan sarung tangan sekali pakai. Jika
permasalahan sampah masker dan sarung tangan bekas pakai ini, maka akan dihasilkan
permasalahan yang baru walaupun limbah-limbah ini tidak dikategorikan sebagai limbah
medis-infeksius tapi sebagai limbah domesik tetapi tetap memiliki potensi sebagai limbah
infeksius. Pemerintah melalui kementerian kesehatan sebenarnya sudah mengeluarkan
pedoman mengenai pengelolaan limbah masker dari masyarakat. Namun pada aplikasinya
masyarakat masih banyak yang belum mengetahui bagaimana cara pengelolaan limbah
masker ini dalam skala rumah tangga. Pengetahuan masyarakat yang minim dalam
pengelolaan limbah masker ini menjadi alasan kami menyusun makalah dengan judul
“Pengolahan Limbah Masker yang Benar untuk Mengurangi Penyebaran Virus COVID-
19”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
yaitu :
1.2.1 Bagaimana sistem pengelolaan limbah masker yang baik dan benar?
1.2.2 Bagaimana analisis yang tepat berdasarkan kebijakan kesehatan?
1.2.3 Bagaimana analisis permasalahan terhadap aspek ilmu epidemologi, biostatistika,
dan kependudukan ?
1.2.4 Bagaimana upaya PKIP (Promosi kesehatan dan Ilmu Perilaku) yang dapat
dilakukan terhadap permasalahan limbah masker tersebut?
1.2.5 Apakah dengan permasalahan tersebut gizi seseorang dapat terpengaruhi?
1.2.6 Bagaimana peran K3 dalam mewujudkan kesehatan lingkungan pada pemasalahan
limbah masker tersebut?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran dari sistem pengelolaan
limbah sampah yang baik dan benar untuk mengurangi adanya penyebaran virus
COVID-19.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui cara pengelolaan limbah samppah yang baik dan benar

2
1.3.2.2 Untuk mengetahui pentingnya kebijakan kesehatan terhadap permasa-
lahan limbah masker
1.3.2.3 Untuk mengetahui analisis permasalahan berdasarkan ilmu epidemologi,
biostatistika dan kependudukan
1.3.2.4 Untuk mengetahui upaya promosi kesehatan yang bisa dilakukan terhadap
permasalahan limbah masker ini
1.3.2.5 Untuk mengetahui apakah permasalahan limbah masker dapat
mempengaruhi status gizi seseorang
1.3.2.6 Untuk mengetahui peran K3 untuk memelihara kesehatan lingku-
ngan pada permasalahan limbah masker

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam rangka penerapan ilmu
selama menempuh pendidikan di Universitas Airlangga
1.4.2 Bagi Pembaca
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagaimana cara mengolah limbah
masker yang baik dan benar sebagai upaya untuk mengurangi penyebaran luas virus
COVID-19

3
BAB II
METODE

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik. Langkah pertama dilakukan pemilahan antara limbah domestik dengan limbah
infeksius. Limbah domestik yaitu sampah rumah tangga yang berasal dari kegiatan sehari-hari
dalam rumah tangga, yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik (Kementerian Pekerjaan
Umum Republik Indonesia, 2013). Sedangkan limbah infeksius yaitu limbah dari orang yang
diwajibkan melakukan karantina di rumah dapat berupa limbah tisue, masker, sapu tangan,
kaos tangan, kain sekali pakai, dan APD lainnya (ACR, 2020).
Limbah masker penggunaannya kian meningkat di masa pandemi, sehingga
menimbulkan berbagai masalah. Diantaranya yang utama adalah ancaman faktor kesehatan
jika limbah tersebut tidak dikelola dengan prosedur yang benar. Limbah masker yang dibuang
secara sembarangan akan berdampak pada lingkungan dan kesehatan, terlebih sampah masker
tersebut sebelumnya digunakan oleh penderita Covid- 19. Untuk itu, pengoalahan limbah
masker dianjurkan dilakukan disinfeksi terlebih dahulu dengan cara direndam dalam larutan
disinfektan/klorin/pemutih kemudian dilakukan perubahan bentuk seperti dirusak talinya atau
dirobek. Hal ini dilakukan untuk mencegah digunakan ulang (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2020).
Langkah selanjutnya yaitu pewadahan dan disinfeksi. pewadahan limbah infeksius
rumah tangga menurut dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut (Anne Scheinberg, et
al., 2020):
1. Limbah dikumpulkan dalam plastik sekali pakai
2. Ketika limbah telah mencapai tiga perempat, harus ditutup dengan kuat, hingga udara
didalamnya sesedikit mungkin (kantung 1)
3. Kantung 1 harus ditempatkan di kantung kedua (kantung 2)
4. Kantung 2 tidak boleh terlalu penuh untuk memastikan kantung tertutup rapat dan tidak
pecah;limbah tidak perlu ditekan untung menambah ruang tambahan
5. Kantung dikat kuat dengan model leher angsa seperti pada gambar 1
(Asian Development Bank, 2020)

4
Gambar 1. Cara mengikat kantung limbah infeksius dengan model leher angsa (Asian
Development Bank, 2020).

Gambar 2. Pewadahan tunggal (a) dan pewadahan terpisah (b) (ACR, 2020)

Mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat melalui penyuluhan lingkungan


merupakan salah satu faktor penting dalam penanganan sampah (Dedeng Yusuf Maolani &
Deding Ishak, Tahun 2018). Menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang pengelolaan
limbah infeksius yang bersumber dari masyarakat seperti tissue, masker, sarung tangan, baju
pelindung (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2020), serta meningkatkan
kesadaran tentang tata cara penanganan sampah infeksius dan risiko kontaminasi (Jain, 2020).
Perubahan perilaku dapat terjadi karena adanya pemahaman, proses interaksi dengan
lingkungan dan berkenaan dengan objek tertentu. (Suci Kurnia Sari, Afrizal, & Indraddin,
2019).
Petugas kebersihan dan penanganan limbah infeksius merupakan salah satu komponen
penting terutama dalam masa pandemi. Meningkatkan kapasitas mereka untuk mengelola
sampah dan mencegah penularan pathogen sangat penting untuk pulih dari COVID-19 dan
wabah di kemudian hari (Peters & Chan, 2020). Seluruh petugas kebersihan atau pengangkut
sampah diwajibkan dilengkapi dengan APD khususnya masker, sarung tangan, dan safety
source yang setiap hari harus dicuci. (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2020).
Kesigapan dari pemerintah dalam penanganan limbah sampah juga masih kurang.Sarana
pengolahan sampah medis yang belum memadai. Sebaiknya, pemerintah menyiapkan
insinerator dengan suhu diatas 1000 derajat, karena jika dibawah itu akan terjadi pencemaran

5
udara (Etty, 2020) kemudian pemerintah membuat produk hukum mengenai masalah
penanganan limbah infeksius termasuk yang mengatur pengelolaan sampah infeksius di rumah
tangga (Wijoyo, 2020).

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Analisis Kebijakan Kesehatan


Mengapa kebijakan kesehatan itu sangat penting? Hal itu disebabkan antara lain
sektor kesehatan merupakan bagian dari ekonomi. Jelasnya sektor kesehatan ibarat suatu
sponge yang mengabsorpsi banyak anggaran belanja negara untuk membayar sumber daya
kesehatan. Ada yang mengatakan bahwa kebijakan kesehatan merupakan driver dari
ekonomi, itu disebabkan karena adanya inovasi dan investasi dalam bidang teknologi
kesehatan, baik itu bio-medical maupun produksi, termasuk usaha dagang yang ada pada
bidang farmasi. Namun yang lebih penting lagi adalah keputusan kebijakan kesehatan
melibatkan persoalan hidup dan mati manusia (Buse, Mays & Walt, 2005). Kebijakan
kesehatan itu adalah tujuan dan sasaran, sebagai instrumen, proses dan gaya dari suatu
keputusan oleh pengambil keputusan, termasuk implementasi serta penilaian (Lee, Buse
& Fustukian, 2002). Kebijakan kesehatan adalah bagian dari institusi, kekuatan dari aspek
politik yang memengaruhi masyarakat pada tingkat lokal, nasional dan dunia (Leppo,
1997).
Definisi kebijakan kesehatan bervariasi. Kebijakan kesehatan didefinisikan sebagai
suatu cara atau tindakan yang berpengaruh terhadap perangkat institusi, organisasi,
pelayanan kesehatan dan pengaturan keuangan dari sistem kesehatan (Walt, 1994).
Kebijakan kesehatan merupakan bagian dari sistem kesehatan (Bornemisza & Sondorp,
2002). Komponen sistem kesehatan meliputi sumber daya, struktur organisasi,
manajemen, penunjang lain dan pelayanan kesehatan (Cassels, 1995). Kebijakan
kesehatan bertujuan untuk mendesain program-program di tingkat pusat dan lokal, agar
dapat dilakukan perubahan terhadap determinandeterminan kesehatan (Davies 2001; Milio
2001), termasuk kebijakan kesehatan internasional (Hunter 2005; Labonte, 1998;
Mohindra 2007).
Kebijakan kesehatan adalah suatu hal yang peduli terhadap pengguna pelayanan
kesehatan termasuk manajer dan pekerja kesehatan. Kebijakan kesehatan dapat dilihat
sebagai suatu jaringan keputusan yang saling berhubungan, yang pada prakteknya peduli
kepada pelayanan kesehatan masyarakat (Green & Thorogood, 1998). Kebijakan-
kebijakan kesehatan dibuat oleh pemerintah dan swasta. Kebijakan merupakan produk
pemerintah, walaupun pelayanan kesehatan cenderung dilakukan secara swasta,
dikontrakkan atau melalui suatu kemitraan, kebijakannya disiapkan oleh pemerintah di

7
mana keputusannya mempertimbangkan juga aspek politik (Buse, May & Walt, 2005).
Jelasnya kebijakan kesehatan adalah kebijakan publik yang merupakan tanggung jawab
pemerintah dan swasta. Sedangkan tugas untuk menformulasi dan implementasi kebijakan
kesehatan dalam satu negara merupakan tanggung jawab Departemen Kesehatan (WHO,
2000).
Tujuan dari kebijakan kesehatan adalah untuk menyediakan pola pencegahan,
pelayanan yang terfokus pada pemeliharaan kesehatan, pengobatan penyakit dan
perlindungan terhadap kaum rentan (Gormley, 1999). Kebijakan kesehatan juga peduli
terhadap dampak dari lingkungan dan sosial ekonomi terhadap kesehatan (Poter, Ogden
and Pronyk, 1999).
Melonjaknya permintaan alat perlindungan diri (APD) dan keharusan menggunakan
masker kain untuk mencegah penyebaran virus SARS-CoV-2 menimbulkan konsekuensi
meningkatnya limbah medis. Asia Development Bank (ADB) memprediksi Jakarta dapat
menghasilkan tambahan 12.720 ton limbah medis berupa sarung tangan, baju APD,
masker, dan kantong infus selama 60 hari selama pandemi.
Badan Kesehatan Dunia atau WHO, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
pemerintah daerah dan institusi-institusi kesehatan dunia sudah mengeluarkan panduan
dan protokol penanganan alat perlindungan diri (APD), termasuk masker untuk
penggunaan medis dan non-medis, sampai penanganan akhir setelah masa pakai.

3.2 Analisis Ilmu Epidemiologi


Epidemiologi berasal dari kata yunani yaitu (epi=pada, demos=penduduk,
logos=ilmu) dengan demikian epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang
terjadi pada rakyat. Epidemiologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajarai kejadian
dan distribusi masalah, yang berkaitan dengan kesehatan beserta determinant, yaitu faktor-
faktor yang mempengaruhi kejadian dan distribusi tersebut. Ilmu yang mempelajari
kejadian dan distribusi tersebut disebut epidemiologi deskriptif, sedangkan ilmu yang
mempelajari determinant itu disebut epidemiologi analitik.
Beberapa definisi epidemiologi sebagai berikut:
W.H. Welch Epidemiologi adalah Suatu ilmu yang mempelajari tentang timbulnya
perjalanan dan pencegahan penyakit terutama penyakit infeksi menular.
Mac Mahon dan Pugh Ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit dan faktor-
faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia.

8
Last, Beagehole et al, (1993) Studi tentang distribusi dan faktor-faktor yang menentukan
keadaan yang berhubungan dengan kesehatan atau kejadian-kejadian pada kelompok
penduduk tertentu. W.H. Frost Ilmu yang mempelajari timbulnya distribusi dan jenis
penyakit pada manusia menurut waktu dan tempat.
Azrul azwar: Ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah
kesehatan pada sekelompok manusia/masyarakat serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
 RUANG LINGKUP EPIDEMIOLOGI
1. Ruang lingkup epidemiologi adalah sebagai berikut:
a. Subjek dan objek epidemiologi : masalah kesehatan ( penyakit menular, penyakit
tidak menular, kecelakaan, bencana alam dan sebagainya)
b. Masalah kesehatan yang ditemukan pada sekelompok manusia (bedakan dengan
ilmu kedokteran klinik?)
c. Dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan dimanfaatkan
data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan tesebut. Dalam metode
penelitian epidemiologi akan melihat penyebab masalah dan timbulnya masalah
kesehatan.
2. Ruang lingkup epidemiologi dalam masalah kesehatan meliputi 6E, yaitu:
a. Etiologi (Penyebab),
b. Efikasi (untuk melihat efek atau daya optimal yang dapat diperoleh dari adanya
intervensi kesehatan ex. Vaksinasi),
c. Efektivitas (untuk mengetahui efek intervensi dalam berbagai kondisi lapangan
yang berbeda),
d. Efisiensi (untuk mengetahui kegunaan dan hasil yang diperoleh berdasarkan
besarnya biaya yang dikeluarkan),
e. Evaluasi (melihat dan memberikan nilai keberhasilan suatu program),
f. Edukasi (salah satu bentuk intervensi berupa upaya peningkatan pengetahuan
kesehatan).
Penurunan aktivitas manusia saat pandemi COVID-19 memberi dampak positif
yakni kualitas udara di berbagai negara menjadi lebih baik. Namun, di sisi lain jumlah
limbah infeksius akibat peningkatan pasien di fasilitas pelayanan
kesehatan.Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI memprediksi terdapat
peningkatan 30 % limbah infeksius selama pandemi dibandingkan dengan sebelum
pandemi.

9
Limbah infeksius berdampak menularkan penyakit yang dapat mengganggu
pelayanan kesehatan ke masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan antisipasi dampak
negatif dari limbah infeksius. “Di sungai atau di pantai yang tadinya tidak ada limbah
masker namun sekarang ditemukan. Di sinilah diperlukan peran kita untuk
meringankan beban masyarakat dan negara dalam penanganan COVID-19,” ujar Deputi
Ilmu Pengetahuan Bidang Teknik LIPI, Agus Haryono dalam Webminar Hari Bumi
‘Penanganan Sampah/Limbah Medis Terkait Covid-19’ pada Rabu (22/4).
Surat Edaran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang
Pengelolaan Limbah Infeksius (Limbah B3) dan Sampah Rumah Tangga dari
Penanganan Corona Virus Disease (COVID-19) mengkategorikan limbah infeksius
selain dari fasilitas pelayanan kesehatan. Kategori tersebut adalah limbah infeksius
yang berasal dari rumah tangga yang terdapat Orang Dalam Pemantauan (ODP) serta
sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga.
Berdasarkan penggolongan tersebut, sampah masker dan sarung tangan sekali
pakai tidak hanya mencemari lingkungan namun dapat mengancam 300 ribu petugas
persampahan yang bertugas di rumah-rumah warga dan 600 ribu pemulung. “Perlu
pengelolaan dengan standar tertentu agar tidak menimbulkan permasalahan baru,” jelas
Agus.

3.3 Analisis Ilmu Biostatistika dan Kependudukan


Biostatistik Kesehatan adalah sekumpulan konsep dan metode yang digunakan untuk
mengumpulkan dan menginterpretasi data tentang bidang kesehatan dan mengambil
kesimpulan dalam situasi dimana ada ketidakpastian dan variasi. Statistik dipakai dalam
masalah-masalah kesehatan, baik dalam rencana, aplikasi, evaluasi, maupun monitoring.
Statistik menjadi penting karena setiap pencatatan permasalahan kesehatan diperlukan
untuk melakukan perbaikan.
Limbah masker akhir – akhir ini sedang diperhatikan dikarenakan jumlahnya yang
cukup banyak. menurut data yang didapatkan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI
Jakarta mengumpulkan 1,5 ton limbah masker sekali pakai selama pandemi
virus Corona (COVID-19) di Ibu Kota. Data limbah masker tersebut terhitung sejak April
hingga akhir Desember 2020. "Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta telah
menangani sebanyak 1.538 kilogram limbah masker sekali pakai dari rumah tangga,
selama masa pandemi COVID-19 dari awal pandemi pada bulan April. Data limbah
infeksius tersebut terhitung dari bulan April hingga akhir Desember 2020," ujar Humas

10
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Yogi Ikhwan dalam keterangan pers tertulisnya,
Rabu (27/1/2021).
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan bahwa
kapasitas pengolahan limbah medis fasyankes seluruh Indonesia baru mencapai 70,21 ton/
hari. Ditambah dengan kapasitas jasa pengolahan oleh pihak ketiga sebesar 244,08 ton/hari
(Soemiarno, 2020). Sementara itu, Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa kapasitas
pengolahan limbah medis fasyankes baru mencapai 53,12 ton/hari ditambah kapasitas jasa
pengolahan oleh pihak ketiga sebesar 187,90 ton/hari. Dengan jumlah fasyankes sebanyak
2.889 RS, 10.062 puskesmas, 7.641 klinik, dan fasilitas lain seperti laboratorium
kesehatan, apotek, dan unit transfusi darah, diprediksi limbah medis yang dihasilkan
Indonesia per hari sebanyak 294,66 ton, dengan kata lain defisit 70,432 ton/hari (Nurali,
2020).
Angka ini bahkan belum termasuk timbulan limbah medis yang dihasilkan pada
tingkat rumah tangga berupa masker dan sarung tangan yang jumlahnya turut meningkat.
Fakta ini perlu mendapatkan respons yang baik dari pemerintah. Meskipun angka persis
kenaikan timbulan limbah medis di Indonesia belum dirilis oleh pihak berwenang, namun
pemerintah dituntut untuk meningkatkan kapasitas pengolahan limbah medis beberapa kali
lipat dari kapasitas yang ada saat ini. Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri)
menyatakan jumlah penduduk Indonesia hingga Desember 2020 mencapai 271.349.889
jiwa (jumlah penduduk Indonesia 2021). Sehingga hal ini memungkinkan terjadinya
penumpukan limbah masker terutama di masa pandemi. Hal ini dipicu oleh pengolahan
dan pemilahan yang buruk sehingga limbah tersebut tidak bisa ditangani dengan cepat.

3.4 Analisis PKIP (Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku) dan Gizi
Promosi kesehatan termasuk ke dalam komunikasi kesehatan dimana dalam
komunikasi antar manusia memiliki fokus mengenai bagaimana seorang individu dalam
suatu kelompok/masyarakat dalam menghadapi isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan
dan berupaya dalam menjaga kesehatannya (Northouse dalam Notoatmodjo, 2005). Dalam
analisa promosi Kesehatan ini, terdapat dua metode, yaitu promosi langsung dan tak
langsung sedangkan untuk Ilmu Perilaku terdapat dua cakupan ilmu, yaitu Ilmu Perilaku
dan Intervensi.
Dalam promosi kesehatan yang dilakukan pada media sosial, kami membuat poster
cara membuang sampah masker yang benar dan mencoba menganalisis perilaku
menggunakan data sekunder dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLKH).

11
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat kenaikan limbah medis
selama pandemi ini bekisar di angka 30% hingga 50%. Berdasarkan laporan dari 34
provinsi, setidaknya total limbah itu hingga Oktober 2020 mencapai 1.662,75 ton.

Gambar 3. Poster Informasi Limbah Masker dan Cara Pengelolahannya Selama


Pandemi

Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa limbah medis kebanyakan dihasilkan oleh
rumah sakit, puskesmas, dan klinik sebagai pusat penanganan Kesehatan. Tempat-tempat
tersebut seharusnya bisa lebih baik dalam manajemen limbah medis sehingga limbah yang
dihasilkan bisa berkurang terutama pada masker sekali pakai. Lalu pada pengelolahannya
sendiri bisa melibatkan masyarakat disekitar guna memberikan pemahaman dan cara
penanganan limbah masker yang tepat agar masyarakat juga dapat memanajemen sendiri
limbah masker yang telah dipakainya.
Untuk analisis gizi, limbah masker tidak berkaitan dengan pengelolahan nutrisi
dalam tubuh, sehingga topik ini tidak bisa mengunakan analisa ini.

12
3.5 Analisis K3 dan Kesehatan Lingkungan
Masker medis yang digunakan pada masyarakat maupun pusat layanan kesehatan
bertujuan mengurangi resiko paparan penyakit seperti penyebaran virus SARS-CoV-2 dari
atau oleh penderita kepada individu dan masyarakat di sekitarnya. Tetapi limbah masker
tergolong kategori limbah domestik sehingga perlakuan pengelolaannya sama dengan
pengelolaan limbah domestik sesuai Undang Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah. Dengan meningkatnya angka kasus positif SARS-CoV-2 masker
yang digunakan masyarakat beresiko terdapat virus yang menjadi penularan virus dari
penderita kepada petugas pengelola maupun masyarakat.
Masyarakat harus melakukan Langkah-langkah mengurangi risiko kesehatan akibat
cara pembuangan masker bekas pakai. Ketika masyarakat dapat melakukan pengurangan
resiko dengan memisahkan sampah masker dengan organic maupun anorganic ke tempat
tersendiri, sehingga petugas kebersihan maupun masyarakat sendiri dapat menjauhkan
atau menyingkirkan limbah masker.
Dengan limbah yang dipisahan para pekerja atau petugas pengelola limbah masker
dapat menyingkirkan resiko yang dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. Apabila
dalam mengelola diharuskan untuk menghindari waktu berpaparan dengan limbah masker
apabila harus terus berada di dekat limbah dianjurkan menggunakan APD karena masker
dapat sebagai tempat penularan penyakit. Pekerja dapat menggunakan alat untuk
melakukan pengelolaan limbah masker.
Proses pengolahan limbah masker yang berbeda dengan organic maupun anorganik,
dikarenakan dapat menjadi perantara penularan pengelelolaan limbah harus secara tepat.
Pengelolaan yang tidak tepat membuat penyebaran penyakit akibat limbah masker melalui
media lain seperti air.

13
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kebijakan kesehatan adalah kebijakan publik yang merupakan tanggung jawab
pemerintah dan swasta. Sedangkan tugas untuk menformulasi dan implementasi kebijakan
kesehatan dalam satu negara merupakan tanggung jawab Departemen Kesehatan (WHO,
2000). Tujuan dari kebijakan kesehatan adalah untuk menyediakan pola pencegahan,
pelayanan yang terfokus pada pemeliharaan kesehatan, pengobatan penyakit dan
perlindungan terhadap kaum rentan (Gormley, 1999). Kebijakan kesehatan juga peduli
terhadap dampak dari lingkungan dan sosial ekonomi terhadap kesehatan (Poter, Ogden
and Pronyk, 1999).
Dimasa pandemik seperti saat ini kebutuhan untuk alat pelindung diri (apd)
sangatlah meningkat khususnya penggunaan masker. Masker adalah salah satu alat
pelindung diri yang digunakan oleh setiap masyarakat guna mencegah rantai COVID-19.
Namun, disisi lain masker menyebabkan pencemaran terhadap lingukngan yang
diakibatkan oleh limbah masker sekali pakai.
Ditinjau dari sisi epidimologi, penurunan aktivitas manusia saat pandemi COVID-
19 memberi dampak positif yakni kualitas udara di berbagai negara menjadi lebih baik.
Namun, di sisi lain jumlah limbah infeksius akibat peningkatan pasien di fasilitas
pelayanan kesehatan.Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI memprediksi
terdapat peningkatan 30 % limbah infeksius selama pandemi dibandingkan dengan
sebelum pandemi. Selanjutnya ditinjau dari sisi Ilmu Biostatistika dan Kependudukan,
negara Indonesia dalam sehari diprediksi menghasilkan limbah medis sebanyak 294,66
ton, dengan kata lain defisit 70,432 ton/hari. Jumlah limbah tersebut didapatdari fasyankes
sebanyak 2.889 RS, 10.062 puskesmas, 7.641 klinik, dan fasilitas lain seperti laboratorium
kesehatan, apotek, dan unit transfusi darah,angka ini belum termasuk dari limbah sampah
rumah tangga berupa masker dan sarung tangan. Selanjutnya dari sisi PKIP (Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku) dan Gizi pemerintah menggencarkan promosi Kesehatan
melalui media sosia dengan poster yang bertujuan untuk masyarakat bisa membuang
limbah sampah masker dengan benar. Yang terakhir adalah dari sisi K3 dan kesehtan
lingkungan, yaitu Masyarakat harus melakukan Langkah-langkah mengurangi risiko
kesehatan akibat cara pembuangan masker bekas pakai. Ketika masyarakat dapat
melakukan pengurangan resiko dengan memisahkan sampah masker dengan organic

14
maupun anorganic ke tempat tersendiri, sehingga petugas kebersihan maupun masyarakat
sendiri dapat menjauhkan atau menyingkirkan limbah masker.
4.2 Saran
Virus COVID-19 merupakan virus yang hampir menyerang seluruh belahan dunia.
Penggunaan masker merupakan Langkah awal untuk memutus rantai penyebaran virus
melalui pernafasan dan mulut. Masyarakat haruslah diberikan pembekalan agar dapat
mengelolah limbah masker sekali pakai supaya tidak menyebabkan kelonjakan limbah
masker. Ada beberapa cara yang mungkin bisa digunakan supaya limbah masker bisa
berkurang antara lain memotong-motong dan membuang, autoklaf (metode penguapan),
dan insinerasi (Pembakaran).

15
DAFTAR PUSTAKA

Adyani, Veronika, 2020. Pengelolahan Sampah Sekali Pakai. DLHK DIY.


https://www.dlhk.jogjaprov.go.id/pengelolaan-sampah-masker-sekali-pakai. Diakses
pada 10 Juni 2021
Dr. Eng. Agus Haryono. 2020. Strerilisasi Limbah Infeksius untuk Mencegah Penyebaran
Virus Corona. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Fetty Rosyadia W. 2020. Modul Praktikum Kesehatan Masyarakat. Fakultas Ilmu Kesehatan.
Ponorogo.
Penulis. 2020. Limbah Medis Meningkat Selama Pandemi, LIPI Tawarkan Metode
Rekristalisasi. https://www.dw.com/id/metode-rekristalisasi-untuk-solusi-penanganan-
limbah-medis/a-56606464. Diakses pada 10 Juni 2021
Roy G.A. Massie. 2009. KEBIJAKAN KESEHATAN: PROSES, IMPLEMENTASI, ANALISIS
DAN PENELITIAN. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 12 No. 4. Jakarta.
Saifuddin, A.B. dkk. (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal.
YBPSP, Jakarta.
Saifuddin, A.B. et.al (2000). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan. YBPSP, Jakarta.
Teddy P.2020. PERMASALAHAN LIMBAH MEDIS COVID-19 DI INDONESIA Vol. XII,
No. 9/I/Puslit/Mei/2020. Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI.
Amalia, Vina dkk 2020. Jurnal Karya Tulis Ilmiah tentang “Penanganan Limbah Infeksius
Rumah Tangga Pada Masa Wabah Covid-19”. Diakses pada Rabu 08 Juni 2021.
Warih, Andono. 2020. “Implementasi Pengelolaan Limbah B3 Medis Covid-19 di Provinsi
DKI Jakarta”. Disampaikan pada Webinar Pengelolaan Limbah Medis B3 Covid-19, 28
April 2020.
Yuyun Yunia Ismawati. 2020. Empat cara mengelola limbah masker dan APD selama
pandemi COVID-19. Mana yang lebih efektif?. The conversation. Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai