Anda di halaman 1dari 17

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIDKAN TINGGI

UNIVERSITAS HALU OLEO

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

MAKALAH MITIGASI BENCANA ALAM GEOLOGI

KEKERINGAN

DISUSUN OLEH :

AAN FEBRIAN (R1C118010)

FADLI HAMDAN IKBAL (R1C118028)

MUH. FAJAR IKHSAN ANUGRAH (R1C118052)

JELY TRIANINGSIH (R1C118070)

MUH. RAHMATUL SARFAT (R1C118072)

BOLONG (R1C118092)

YARNI SALFIAN (R1C118098)

KENDARI

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu terdiri atas 2 kata geo dan logos,
geo berarti bumi dan logos berarti ilmu pengetahuan. Geologi adalah ilmu
pengetahuan bumi mengenai asal, struktur, komposisi dan sejarahnya (termasuk
perkembangan, kehidupan) serta proses-proses yang telah menyebabkan keadaan
bumi seperti sekarang ini
Bencana Geologi adalah bencana yang terjadi dipermukaan bumi atau
disebabkan oleh gerakan atau aktifitas dari dasar bumi yang muncul ke
permukaan. Arti geologi sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi,
sehingga macam-macam bencana alam geologi yang terjadi merupakan murni
berasal dari aktifitas di permukaan bumi.
Kekeringan merupakan salah satu bencana hidrometeorologis yang silih
berganti terjadi di Indonesia. Kekeringan tidak dapat dielakkan dan secara
perlahan berlangsung lama hingga musim hujan tiba. Secara umum, pengertian
kekeringan adalah kondisi ketersediaan air yang jauh lebih kecil dibandingkan
dengan kebutuhan, baik untuk untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan
ekonomi, dan lingkungan. Kekeringan terbagi dalam dua kategori, yaitu kategori
terkena kekeringan dan kategori terancam kekeringan.
B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1) Untuk mengetahui kemiringan lereng,curah hujan, jenis tanah dan batuan dan
tutupan vegetasi di kota kendari.
2) untuk mengetahui daerah mana saja kah yang berpotensi terhadap bencana
kekeringan di kota kendari.
3) Untuk mengetahui factor-faktor apa saja yang menyebabkan suatu daerah
rawan akan bencana kekeringan.
4) Untuk mengetahui bagaimana cara menanggulangi dan memitigasi bencana
kekeringan.

C. Sasaran
Sasaran di tujukan kepada masyarakat yang berada di sekitar wilah yang
berpotensi mengalami bencana kekeringan.

D. Kedudukan Dokumen
Kedudukan dokumen yang kami buat sebagai tugas kuliah dan sebagai
referensi untuk manyarakat mengetahui daerah mana saja yang berpotensi
bencana kekeringan di kota kendari.

E. Landasan Hukum
UU no. 24 Tentang penanggulangan bencana

F. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada makalah ini yaitu
BAB 2

GAMBARAN UMUM KEBENCANAAN

A. Gambaran umum wilayah


Kendari adalah ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kendari
diresmikan sebagai kotamadya (kini kota) dengan UU RI No. 6 Tahun 1995
tanggal 27 September 1995. Kota ini memiliki luas 296,00 km² (29.600 Ha) dan
berpenduduk 359.371 jiwa.

1) Luas wilayah dan topografi

Kota Kendari memiliki luas ± 295,89 km² atau 0,70 persen dari luas
daratan Provinsi Sulawesi Tenggara, merupakan dataran yang berbukit dan
dilewati oleh sungai-sungai yang bermuara ke Teluk Kendari
sehingga teluk ini kaya akan hasil lautnya.

2) Letak geografis

Kota Kendari terletak di jazirah Tenggara Pulau Sulawesi. Wilayah


daratannya sebagian besar terdapat di daratan, mengelilingi Teluk Kendari
dan terdapat satu pulau, yaitu Pulau Bungkutoko, secara geografis terletak di
bagian selatan garis khatulistiwa, berada di antara 3º54’30” - 4º3’11” Lintang
Selatan dan 122º23’ - 122º39’ Bujur Timur.

3) Keadaan Iklim

Sekitar bulan April, arus angin selalu tidak menentu dengan curah
hujan yang tidak merata. Musim ini dikenal sebagai musim pancaroba atau
peralihan antara musim hujan dan musim kemarau. Pada bulan Mei sampai
dengan bulan Agustus, angin bertiup dari arah timur berasal dari
benua Australia yang kurang mengandung uap air. Hal ini mengakibatkan
kurangnya curah hujan di daerah ini, sehingga terjadi musim kemarau.
Pada bulan November sampai dengan bulan Maret, angin bertiup
banyak mengandung uap air yang berasal dari benua Asia dan Samudera
Pasifik, setelah melewati beberapa lautan. Pada bulan-bulan tersebut di
wilayah Kota Kendari dan sekitarnya biasanya terjadi musim hujan. Menurut
data yang ada memberikan indikasi bahwa di Kota Kendari tahun 2005 terjadi
205 hari hujan dengan curah hujan 2.850 mm.

4) Suhu Udara

Menurut data yang diperoleh dari Pangkalan Udara Wolter Monginsidi


Kendari, selama tahun 2005 suhu udara maksimum 32,83 °C dan minimum
19,58 °C atau dengan rata-rata 26,20 °C. Tekanan Udara rata-rata 1.010,5
millibar dengan kelembaban udara rata-rata 87,67 persen. Kecepatan angin di
Kota Kendari selama tahun 2005 pada umumnya berjalan normal, mencapai
12,75 m/detik.

5) Kemiringan Lereng
Berdasarkan hasil analisis kelerengan, Kota Kendari didominasi
dengan kemiringan lereng 0-3% dan 3-8% Wilayah tersebut yaitu Kecamatan
Baruga seluas 4.923,45 Ha, Kecamatan Kambu seluas 2.198,38 Ha,
Kecamatan Poasia seluas 4.222,39 Ha, Kecamatan Abeli seluas 3.947,65 Ha,
Kecamatan Kadia 648.30 Ha, Kecamatan Kendari seluas 1.437,43 Ha,
Kecamatan Kendari Barat seluas 2.039,06 Ha, Kecamatan Mandonga seluas
2.166,66 Ha, Kecamatan Puuwatu seluas 4.336,78 Ha, Kecamatan Wuawua
seluas 1.058,89 Ha, dan Kecamatan Nambo seluas 816,47 Ha. Distribusi
kemiringan lereng Kota Kendari disajikan pada Gambar berikut.
Gambar Peta Kemiringan Lereng

6) Curah hujan
Rata-rata curah hujan di Kota Kendari an tergolong tinggi yakni 2.144
mm per tahun (2008-2018). Musim kemarau terjadi pada bulan Juni sampai
dengan Oktober, dan musim penghujan pada bulan November sampai dengan
bulan Mei. Akan tetapi, kadang-kadang pada bulan musim kemarau masih
terdapat hujan dengan intensitas yang cukup tinggi, sehingga apabila keadaan
hari hujan dan curah terus tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Daerah
bagian selatan Kota Kendari memiliki curah hujan yang relative lebih tinggi
dibandingkan daerah bagian utara, akan tetapi perbedaan keduanya tidak
signifikan.

Gambar Peta Curah Hujan

7) Kerapatan vegetasi
Pada daerah dengan vegetasinya jarang kesempatan sinar matahari dan
air hujan mencapai permukaan tanah sangat besar sehingga semakin
intensifnya proses pelapukan dan mendukung terjadinya bencana khususnya
tanah longsor lahan. Berdasarkan hasil analisis Gambar tingkat kerepatan
vegetasi didominasi oleh tingkat kerapatan tinggi. Tingkat kerapatan tinggi
umumunya terdapat di daerah pegununganyang terdapat di sebelah utara,
selatan dan barat Kota Kendari dengan luas 14.741,16 Ha atau 54,7%.
Gambar Peta Kerapatan Vegetasi

8) Jenis tanah
Secara umum, keadaan tanah Kota Kendari ini terdiri dari tanah liat
bercampur pasir halus dan berbatu yaitu jenis aluvium berwarna coklat
keputihputihan dan ditutupi batuan pratersier terdiri dari batuan batu lempung
bergelimer, batu pasir, dan kwarsa. Jenis tanah lainnya yaitu podsolik, gleisol,
latosol, kambisol dan mediteran. Peta jenis tanah dapat dilihat pada Gambar
berikut.
Gambar Peta Jenis Tanah

B. Sejarah Kejadian Bencana


Sejarah kejadian bencana kekeringan terjadi pada setiap tahun tepatnya
kurang lebih pada bulan juni -oktober.
BAB 3

PENGKAJIAN RISIKO BENCANA

A. Ancaman
Ancaman dari bencana kekeringan yaitu :
1) Terganggunya higlogis lingkungan
Terganggunya hidrologis lingkungan yang mengakibatkan terjadinya
kekurangan air pada musim kemarau. Kekeringan saat ini telah membawa
dampak yang lebih dan ancaman bencana ekologis.Dampak kekeringan dapat
kita periksa dari aspek ekologi, ekonomi dan social.
2) Kesehatan masyarakat memburuk
Akibat kekurangan air bersih sebagai sumber kehidupan utama rumah
tangga, dapat menyebabkan kesehatan msyarakat terganggu.
3) Perekonomian menurun
Kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan pertanian sawah dan
lading berpengauh pada menurunnya produksi hasil tani terjadinya puso dan
gagal panen sehingga berpengatuh pada berkurangannya pendapatan para
petani dan buruh tani.
4) Konflik Sosial di Masyarakat
Masyarakat akan melakukan tindakan-tindakan sendiri karena air
merupakan kebutuhan dasar manusia.
B. Kerentanan
Sejauh mana masyarakat, sarana, pelayanan, atau daerah geografis
kemungkinan akan rusak dan terganggu oleh dampak suatu bahaya bencana
kekeringan, karena sifat, konstruksi dan kedekatannya dengan daerah bahaya
atau suatu daerah rawan bencana.
C. Kapasitas
Kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh perorangan, keluarga
dan masyarakat yang membuat mereka mampu mencegah, mengurangi, siap-
siaga, menanggapi dengan cepat atau segera pulih dari suatu kedaruratan dan
bencana
D. Risiko Bencana
Resiko didefinisikan sebagai kerugian-kerugian yang diperkirakan (hilangya
mata pencarian, orang-orang terluka, kerusakan harta benda, dan gangguan
aktifitas ekonomi) yang disebabkan oleh suatu fenomena khusus. Resiko adalah
suatu fungsi dari kemungkinan kejadian-kejadian khusus dan kerugian-kerugian
yang akan ditimbulkan dari masing-masing kejadian itu.
BAB 4
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA

4.1 Visi Dan Misi


Visi
Terwujudnya masyarakat kabupaten yang tangguh dalam menghadapi
bencana.
Misi
 Melindungi masyarakat dari ancaman bencana melalui pengurangan
resiko bencana
 Menyelenggarakan penanggulangan bencana secara terpadu ,
terencana, terkoordinasi dan menyeluruh, cepat, tepat, dan akurat dan
ankuntabel
 Menyelenggarakan kerja sama antar pihak dalam penyelenggaraan
bencana
4.2 Kebijakan

1. Penyelenggaraan penanggulangan bencana merupakan tanggung jawab dan


wewenang Pemerintah dan pemerintah daerah, yang dilaksanakan secara
terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh.
2. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam tahap tanggap darurat
dilaksanakan sepenuhnya oleh badan nasional penanggulangan bencana dan
badan penanggulangan bencana daerah. Badan penanggulangan bencana tersebut
terdiri dari unsur pengarah dan unsur pelaksana. Badan nasional penanggulangan
bencana dan badan penanggulangan bencana daerah mempunyai tugas dan
fungsi antara lain pengkoordinasian penyelenggaraan penanggulangan bencana
secara terencana dan terpadu sesuai dengan kewenangannya.
3. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dilaksanakan dengan memperhatikan
hak masyarakat yang antara lain mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan
dasar, mendapatkan pelindungan sosial, mendapatkan pendidikan dan
keterampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan.
4. Kegiatan penanggulangan bencana dilaksanakan dengan memberikan
kesempatan secara luas kepada lembaga usaha dan lembaga internasional.
5. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dilakukan pada tahap pra bencana,
saat tanggap darurat, dan pasca bencana, karena masing- masing tahapan
mempunyai karakteristik penanganan yang berbeda.
6. Pada saat tanggap darurat, kegiatan penanggulangan bencana selain didukung
dana APBN dan APBD juga disediakan dana siap pakai dengan
pertanggungjawaban melalui mekanisme khusus.
7. Pengawasan terhadap seluruh kegiatan penanggulangan bencana dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat pada setiap tahapan bencana,
agar tidak terjadi penyimpangan dalam penggunaan dana penanggulangan
bencana.
8. Untuk menjamin ditaatinya undang-undang ini dan sekaligus memberikan efek
jera terhadap para pihak, baik karena kelalaian maupun karena kesengajaan
sehingga menyebabkan terjadinya bencana yang menimbulkan kerugian, baik
terhadap harta benda maupun matinya orang, menghambat kemudahan akses
dalam kegiatan penanggulangan bencana, dan penyalahgunaan pengelolaan
sumber daya bantuan bencana dikenakan sanksi pidana, baik pidana penjara
maupun pidana denda, dengan menerapkan pidana minimum dan maksimum.
4.3 Strategis (pilihan tindakan ) dan sasaran

Strategi
No Strategi
1. Memitigasi bencana
2. Meningkatkan pelayanan tanggap darurat bencana

Sasaran
1. Pemerintah, masyarakat dan dunia usaha yang siapsiaga dalam menghadapi
bencana
2. Korban bencana dan sarpras vital yang dilayanani dan ditangani dengan cepat dan
tepaT
3. Infrastruktur, pemukiman, sosial ekonomi dan lintas sektor lainnya yang
dipulihkan kembali fungsinya menjadi lebih baik
4. Administrasi dan kapasitas SDM yang tertib dan handal dalam mendukung
penanggulangan bencana

4.4 Kaidah Pelaksanaan


Pada dasarnya, terdapat 4 tahap pelaksanaan:
1. Pra-bencana: Kondisi normal (tidak adabencana) [Pencegahan dan Mitigasi]
2. Pra-bencana: Situasi adanya potensi bencana [Kesiapsiagaan]
3. Situasi tanggap darurat, yang dilaksanakan saat terjadinya bencana
4. Paska-bencana, yang dilaksanakan setelah bencana terjadi [Pemulihan
BAB 5
FOKUS DAN PROGRAM KEGIATAN

A. FOKUS
Makalah ini membahas tentang bencana kekeringan yang terjadi kota Kendari
yang memuat tujuan untuk mengetahui daerah mana saja yang terkena bencana
kekringan dan masyarakat dapat memitigasi bencana kekeringan tersebut.

B. PROGRAM

Program yang dilakukan dalam penanggulangan kekeringan yang


berkelanjutan meliputi:

1. Gerakan masyarakat melalui penyuluhan


Pada umumnya masalah kekeringan melanda di pedesaan dengan kondisi
masyarakat yang kurang mengerti tentan pengetahuan mengelola sumber daya
air. Dengan adanya penyuluhan masyarakat akan mentransfer ilmu bagaimana
mengoptimalkan lahan kering. Salah satunya yang telah berhasil adalah di
daerah Gunungkidul Yogyakarta, yang mana dahalu daerah tandus sekarang
sudah lebih baik kondisi air tanahnya.
2. Membangun/rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi
Jaringan irigasi yang tak dipelihara dengan baik akan selalu kering saat musim
kemarau. Upaya pembangunan bendungan dan waduk adalah salah satu upaya
yang bisa menanmpung air sungai pada saat musim hujan.
3. Pembangunan sumur
Membangun sumur adalah hal yang sulit dilakukan oleh masyarakat dengan
kategori perekonomian rendah. Terlebih di daerah kekeringan mereka tak
berani asal membangun, karena deteksi air tanah belum canggih. Biaya
menjadi faktor tak adanya sumur sebagai sumber air di desa-desa kering
seperti ini. Mereka masih mengandalkan sumber air yang jaraknya sangat
jauh, bahkan rela tidak mandi berhari-hari karena krisis air.

Minimnya akses akomodasi ke wilayah-wilayah kekeringan di


Indonesia menjadi faktor sulitnya penanggulangan kekeringan. Masalah
kekeringan ini bagi pemerintah tentunya harus ada program untuk
menyelamatkan masyarakat dari krisis air.

Namun ada hal yang tepat dan cepat supaya bisa memberi harapan air
bersih, seperti program wakaf sumur yang dilakukan oleh lembaga Aksi Cepat
Tanggap untuk membantu wilayah-wilayah yang sulit mendapatkan akses air.
BAB 6

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kekeringan merupakan salah satu bencana hidrometeorologis yang silih
berganti terjadi di Indonesia. Kekeringan tidak dapat dielakkan dan secara
perlahan berlangsung lama hingga musim hujan tiba. Secara umum, pengertian
kekeringan adalah kondisi ketersediaan air yang jauh lebih kecil dibandingkan
dengan kebutuhan, baik untuk untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan
ekonomi, dan lingkungan. Kekeringan terbagi dalam dua kategori, yaitu kategori
terkena kekeringan dan kategori terancam kekeringan.
Kendari adalah ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Kendari
diresmikan sebagai kotamadya (kini kota) dengan UU RI No. 6 Tahun 1995
tanggal 27 September 1995. Kota ini memiliki luas 296,00 km² (29.600 Ha) dan
berpenduduk 359.371 jiwa.
Rata-rata curah hujan di Kota Kendari an tergolong tinggi yakni 2.144 mm
per tahun (2008-2018). Musim kemarau terjadi pada bulan Juni sampai dengan
Oktober, dan musim penghujan pada bulan November sampai dengan bulan Mei.
Akan tetapi, kadang-kadang pada bulan musim kemarau masih terdapat hujan
dengan intensitas yang cukup tinggi, sehingga apabila keadaan hari hujan dan
curah terus tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Daerah bagian selatan Kota
Kendari memiliki curah hujan yang relative lebih tinggi dibandingkan daerah
bagian utara, akan tetapi perbedaan keduanya tidak signifikan.

Anda mungkin juga menyukai