Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN STUDI KASUS

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI SHOULDER


ANTEROPOSTERIOR (AP) SINISTRA PADA KASUS
FRAKTUR CLAVICULA DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH
SAKIT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

Disusun Oleh :

NAMA : FATMA KUMALAHESTI SUCIPTO

NIM : 151910383040

PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI RADIOLOGI PENCITRAAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi penugasan laporan kasus Praktek
Kerja Lapangan Semester 4 Program Studi D-IV Teknologi Radiologi Pencitraan
Universitas Airlangga Surabaya.

Nama : Fatma Kumalahesti Sucipto

Nim : 151910383040

Tanggal : 1 Mei 2021 – 31 Mei 2021

Judul : Teknik Pemeriksaan Radiografi Shoulder Anteroposterior (AP)


Sinistra Pada Klinis Fraktur Clavicula di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya

Surabaya, 31 Mei 2021

Menyetujui,
Instruktur Klinis Kepala Instalasi Radiologi

Hendri Siswanto, A.md Erika Soebakti, dr., Sp.Rad


NIK. 198704102010121005 NIK. 1998604102017017201

Mengetahui,

Koordinator Program Studi Dosen Pembimbing


D-IV Teknologi Radiologi
Pencitraan

Muhaimin, S.Tr.Kes.,M.T Dr. Anggraini Dwi Sensusiati, dr., Sp.Rad.(K)


NIK. 1998604102017017201 NIP. 1998604102017017201

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya yang telah memberikan banyak kesempatan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Teknik Pemeriksaan Radiografi
Shoulder Anteroposterior (AP) Pada Klinis Fraktur Clavicula di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya”.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada


Koordinator program studi D4 Teknologi Radiologi Pencitraan Universitas
Airlangga, Kepala Instalasi Radiologi Rumah Sakit Universitas Airlangga,
Instruktur Klinis Instalasi Radiologi Rumah Sakit Universitas Airlangga, dan
kedua orang tua serta rekan-rekan penulis yang telah memberikan dukungan serta
bantuan dalam penyusunan laporan kasus ini.

Sebagai seorang manusia yang selalu diliputi kekurangan, penulis


menyadari bahwa laporan kasus ini terdapat banyak kekurangan yang harus
diperbaiki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar laporan kasus ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata
penulis berharap agar laporan kasus ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Surabaya, 31 Mei 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4
2.1 Anatomi dan Fisiologi .............................................................................. 4
2.2 Patologi Klinis .......................................................................................... 5
2.3 Prosedur Pemeriksaan Foto Shoulder....................................................... 9
2.4 Proteksi Radiasi ...................................................................................... 11
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 13
3.1 Identitas Pasien ....................................................................................... 13
3.2 Riwayat Patologis Pasien ....................................................................... 13
3.3 Prosedur Pemeriksaan ............................................................................ 13
3.4 Pengolahan Citra .................................................................................... 15
3.5 Usaha Proteksi Radiasi ........................................................................... 15
3.6 Pembahasan Hasil Pemeriksaan ............................................................. 16
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 17
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 17
4.1 Saran ....................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Shoulder ................................................................................. 4


Gambar 2. Proyeksi AP (Anteroposterior) ............................................................ 10
Gambar 3. Hasil Radiografi Proyeksi AP (Anteroposterior) ................................ 11
Gambar 4. Hasil Radiografi Shoulder AP (Anteroposterior) Sinistra................... 15

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Radiologi adalah ilmu kedoteran untuk melihat bagian dalam tubuh


manusia menggunakan pancaran atau radiasi gelombang, baik gelombang
elektromagnetik maupun gelombang mekanik. Radiodiagnostik merupakan
salah satu cabang dari radiologi yang bertujuan untuk membantu pemeriksan
dalam bidang kesehatan, yaitu untuk menegakkan diagnosa suatu penyakit
melalui pembuatan gambar termasuk untuk mendeteksi adanya fraktur pada
tulang anggota gerak atas.
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang
rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian (Helmi, 2013). Fraktur
terjadi karena kelebihan beban mekanis pada suatu tulang, saat tekanan yang
diberikan pada tulang terlalu banyak dibandingkan yang mampu
ditanggungnya. Jumlah gaya pasti yang diperlukan untuk menimbulkan suatu
fraktur dapat bervariasi, sebagian bergantung pada karakteristik tulang itu
sendiri. Fraktur dapat terjadi karena gaya secara langsung, seperti saat sebuah
benda bergerak menghantam suatu area tubuh di atas tulang (Sjamsuhidayat
dan Wim de Jong, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2008
terdapat kurang lebih 13 juta kasus fraktur yang terjadi di dunia dengan angka
prevalensi sebesar 2,7%. Sedangkan pada tahun 2009 terdapat kurang lebih
18 juta orang yang mengalami fraktur dengan angka prevalensi 4,2%.
Peningkatan terjadi pada tahun 2010 menjadi 21 juta orang dengan angka
prevalensi 3,5%. Sedangkan di Indonesia, berdasarkan data dari Departemen
Kesehatan RI tahun 2013, terdapat sekitar 8 juta kasus fraktur dengan 36,9%
diantaranya adalah fraktur pada bagian ekstremitas atas. Hasil survey yang
didapatkan oleh tim Depkes RI, diketahui 25% penderita fraktur yang
mengalami kematian, 45% mengalami cacat fisik, 15% mengalami stress
psikologis seperti cemas atau depresi, dan 10% mengalami kesembuhan
dengan baik (Depkes RI 2013).

1
Fraktur clavicula adalah diskontinuitas struktur os clavicula yang
terjadi sekitar 5-10% dari seluruh kejadian fraktur. Sebesar 39,6% fraktur
clavicula disebabkan oleh trauma langsung seperti jatuh. Pada anak-anak,
clavicula mudah mengalami fraktur namun hampir selalu terjadi union
dengan cepat tanpa komplikasi. Fraktur clavicula sering terjadi pada orang
dewasa dengan angka kejadian sebesar 2,64% dari semua fraktur dan kurang
lebih 35% merupakan cedera gelang bahu (De Giorgi et al., 2011). Pada lebih
dari 80% kasus, fraktur terletak pada sepertiga tengah clavicula (Smeltzer &
Bare, 2002)
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh
mengenai tujuan dilaksanakannya pemeriksaan tersebut. Oleh karena itu
penulis mengangkat kasus dengan judul “Teknik Pemeriksaan Radiografi
Shoulder Anteroposterior (AP) Sinistra Pada Klinis Fraktur Clavicula di
Instalasi Radiologi Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi shoulder anteroposterior (AP)


pada klinis fraktur clavicula di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Universitas
Airlangga Surabaya?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dibuat laporan studi kasus ini adalah untuk mengetahui prosedur
pemeriksaan radiografi shoulder anteroposterior (AP) pada klinis fraktur
clavicula di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya.

2
1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi Penulis


Menambah pengetahuan mengenai prosedur pemeriksaan
radiografi shoulder proyeksi anteroposterior (AP) serta melatih dalam
pembuatan laporan studi kasus.
1.4.2 Bagi Pembaca
Mendapatkan pemahaman lebih mengenai anatomi dan fisiologi
shoulder, dan menambah wawasan tentang prosedur Teknik
pemeriksaan radiografi shoulder proyeksi anteroposterior (AP).

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi

Gambar 1. Anatomi Shoulder


(Edmontonboneandjoint.ca)

Clavicula adalah tulang panjang dengan curvatura ganda yang


memiliki tiga bagian utama yaitu dus sisi ujung dan bagian tengah yang
memanjang. Bagian lateral atau Acromial Clavicula bersendi dengan
Acromion Scapula disebut dengan Acromioclavicular Joint yang dapat diraba
dari permukaan kulit. Clavicula bagian medial atau disebut dengan Sternal
Extremity bersendi dengan Manubrium yang merupakan bagian atas
Strenum. Persendian itu disebut dengan Sternoclavicular Joint
(Bontrager,2018).

Secara umum, pada pria dan wanita terdapat perbedaan ukuran dan
bentuk os Clavicula, pada wanita biasanya lebih pendek dan kurang
melengkung, sebaliknya pada pria cenderung lebih tebal, dan lebih
melengkung (Bontrager,2018).

4
Clavicula memiliki bentuk seperti huruf “S”. Clavicula
berartikulasi dengan tulang Sternum (dalam) dan Scapula pada ujung
Acromion (luar). Ujung dalam berbentuk piramid sedangkan ujung luar
berbentuk pipih dan mirip Procesus Acromion Scapula. Ujung luar
berartikulasi dengan Acromion. Tulang Clavicula terletak persis di
bawah kulit dan mudah di raba sepanjang strukturnya. Dari ujung
Strenum tulang mula-mula melengkung ke dalam kemudian ke belakang.
Tulang Clavicula mempertahankan posisi Scapula dan bila tulang ini patah
bahu akan jatuh ke depan dan kebawah. Clavicula merupakan satu-satunya
tulang yang menghubungkan tulang-tulang ekstremmitas atas dengan
rangka ksila karena Scapula tidak berartikulasi dengan Coste maupun
Columna Vertebralis. Clavicula memudahkan patah akibat benturan pada
bahu karena tertekan antara Sternum dan titik benturan. Clavicula sebenarnya
lebih patah, bila tidak akan terjadi cedera kepala pada leher. Leher
mempunyai banyak struktur penting dalam sistem gerak.

2.2 Patologi Klinis

2.3.1 Fraktur
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu
tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan
jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang
terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila
seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak
melibatkan seluruh ketebalan tulang.
Fraktur terjadi karena kelebihan beban mekanis pada suatu tulang,
saat tekanan yang diberikan pada tulang terlalu banyak dibandingkan
yang mampu ditanggungnya. Jumlah gaya pasti yang diperlukan untuk
menimbulkan suatu fraktur dapat bervariasi, sebagian bergantung pada
karakteristik tulang itu sendiri. Fraktur dapat terjadi karena gaya secara

5
langsung, seperti saat sebuah benda bergerak menghantam suatu area
tubuh di atas tulang.
Penyebab fraktur adalah trauma, yang dibagi atas trauma
langsung, trauma tidak langsung, dan trauma ringan. Trauma langsung
yaitu benturan pada tulang, biasanya penderita terjatuh dengan posisi
miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan
benda keras. Trauma tak langsung yaitu titik tumpuan benturan dan
fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi. Sedangkan
trauma ringan adalah keadaan yang dapat menyebabkan fraktur bila
tulang itu sendiri sudah rapuh atau underlying diseases atau fraktur
patologis (Sjamsuhidayat dan Wim de Jong, 2010).
Fraktur dapat dibagi berdasarkan dengan kontak dunia luar, yaitu
meliput fraktur tertutup dan terbuka. Fraktur tertutup adalah fraktur
tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak keluar melalui
kulit. Fraktur terbuka adalah fraktur yang merusak jaringan kulit,
karena adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka
sangat berpotensi menjadi infeksi. Fraktur terbuka dibagi lagi menjadi
tiga grade, yaitu Grade I, II, dan III. Grade I adalah robekan kulit
dengan kerusakan kulit dan otot. Grade II seperti grade 1 dengan
memar kulit dan otot. Grade III luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan
pembuluh darah, syaraf, kulit dan otot.
Fraktur juga dapat diklasifikasikan berdasarkan pada tipe, luas
jaringan yang retak, serta lokasi berupa :
1. Complete Fracture
Complete fraktur yaitu patah atau diskontinuitas
jaringan tulang yang luas sehingga tulang terbagi menjadi 2
bagian dan garis patahnya menyebrang dari satu sisi ke sisi
yang lain sehingga mengenai seluruh korteks. Pada complete
fraktur Terdapat berbagai macam bentuk fraktur pada
complete fracture, yaitu:
a. Fraktur Transversal

6
Adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap
sumbu panjang tulang. Pada fraktur semacam ini,
segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau
direduksi kembali ke tempat semula, maka segmen-
segmen itu akan stabil, dan biasanya mudah dikontrol
dengan bidai gips.
b. Fraktur Oblik
Adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut
terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit
diperbaiki.
c. Fraktur Spiral
Timbul akibat torsi pada ekstremitas. Yang menarik
adalah bahwa jenis fraktur rendah energi ini hanya
menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak, dan
fraktur semacam ini cenderung cepat sembuh dengan
imobilisasi luar.
d. Fraktur Multipel
Keadaan ini dinamakan suatu multipel apabila terdapat
lebih dari satu fraktur complete pada satu tulang panjang.
e. Fraktur Avusi
Fraktur avulsi memisahkan suatu fragmen tulang pada
tempat insersi tendon maupun ligamen. Biasanya tidak
ada pengobatan spesifik yang diperlukan. Namun, bila
diduga akan terjadi ketidakstabilan sendi atau hal-hal lain
yang menyebabkan kecacatan, maka perlu dilakukan
pembedahan untuk membuang atau meletakkan kembali
fragmen tulang tersebut.
f. Chip Fracture
Fraktur ini sejenis dengan fraktur avusi, tetapi hanya
sedikit fragmen dari sudut tulang yang terlepas. Fraktur
ini sering terjadi pada tulang-tulang pendek pada
phalanx.

7
2. Incomplete Fracture
Incomplete fracture adalah patah atau diskontinuitas
jaringan tulang dengan garis patah tidak menyebrang
sehingga tidak semua struktur tulang terputus. Pada
incomplete fracture terdapat beberapa golongan, yaitu green
stick fracture dan impacted fracture. Green stick fracture
adalah fraktur yang korteks tulangnya sebagian masih utuh,
demikian juga periosteum, sedangkan impacted fracture
adalah masuknya bagian fraktur dari tulang ke bagian
fragmen lainnya serta garis fraktur terlihat sebagai garis dens
dan disertai terjadinya pemendekan tulang.
3. Fraktur Kompresi
Fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk
tulang ketiga yang berada diantaranya, seperti satu vertebra
dengan dua vertebra lainnya. Pada orang muda, fraktur
kompresi dapat disertai perdarahan spatium retroperitoneael
yang cukup berat.

4. Fraktur Patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang
yang telah menjadi lemah karena tumor atau proses patologik
lainnya. Tulang seringkali menunjukkan penurunan densitas.
Penyebab paling sering dari fraktur-fraktur semacam ini
adalah tumor baik primer atau tumor metastasis.
5. Fraktur Traumatis
Pada keadaan ini struktur tulang adalah normal akibat
suatu benturan menyebabkan suatu fraktur.
6. Fraktur Beban Lainnya
Fraktur beban terjadi pada orang-orang yang baru saja
menambah tingkat aktivitas mereka. Pada saat gejala timbul,
radiogram mungkin tidak menunjukkan adanya fraktur.

8
Tetapi, biasanya setelah 2 minggu timbul garis-garis
radioopak linear tegak lurus terhadap sumbuh panjang tulang.
Fraktur semacam ini akan sembuh dengan baik jika tulang itu
diimobilisasi selama beberapa minggu. Tetapi jika tidak
terdiagnosis, tulang-tulang itu dapat bergeser dari tempat
asalnya dan tidak menyembuh dengan seharusnya

2.3 Prosedur Pemeriksaan Foto Shoulder

a) Persiapan Alat dan Bahan


- Meja pemeriksaan
- Pesawat X-ray
- Kaset

b) Persiapan Pasien
- Pasien datang ke instalasi radiologi Rumah Sakit Universitas
Airlangga
- Petugas memastikan data identitas dan klinis pasien dengan
melihat surat permintaan foto dari dokter
- Pasien diminta melepaskan seluruh unsur logam yang berada di
sekitar objek yang akan diperiksa
- Petugas memosisikan pasien sesuai jenis pemeriksaan yang akan
dilakukan

c) Teknik Pemeriksaan
1) Posisi Pasien
Pasien diposisikan erect.
2) Posisi Objek
Scapulohumeral joint diposisikan pada pertengahan kaset.
Lengan pasien diposisikan di samping tubuh dalam rotasi netral
atau sebagaimana adanya.
3) Pengaturan Sinar
1. Central ray : vertikal tegak lurus kaset

9
2. Center point : pertengahan scapulohumeral joint,
kira-kira 2cm inferior dan sedikit
lateral dari processus coracoideus
3. Focus film distance : 100 cm
4. Kolimasi : atur lapangan penyinaran sehingga
area shoulder terlihat

Gambar 2. Proyeksi AP (Anteroposterior)


(Bontrager, Kenneth L. 2014. Textbook of Radiographyc
Positioning and Related Anatomy)

4) Kriteria Foto
Tampak superior scapula, clavicula, dan proximal humerus.
Tuberculum majus sebagian akan superposisi dengan caput
humeri, caput humeri tampak sebagian dan overlapping dengan
cavitas glenoidalis

10
Gambar 3. Hasil Radiografi Proyeksi AP (Anteroposterior)
(Bontrager, Kenneth L. 2014. Textbook of Radiographyc
Positioning and Related Anatomy)

2.4 Proteksi Radiasi

Proteksi Radiasi adalah pengawasan terhadap bahaya radiasi melalui


peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pemanfaatan radiasi dan bahan-
bahan radioaktif. Dalam hal ini BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir)
bertugas untuk melaksanakan pengawasan terhadap segala kegiatan
pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia melalui peraturan perundangan,
perizinan, dan inspeksi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Dalam PP No. 33 Tahun 2007 terkandung prinsip optimisasi proteksi
dan keselamatan yang merupakan salah satu persyaratan yang mengarahkan
Pemegang Izin untuk selalu mengupayakan agar dosis yang diterima oleh
pasien, pekerja radiasi, ataupun masyarakat umum adalah serendah mungkin
yang dapat dicapai dengan mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi.
Pada paparan medik untuk keperluan diagnostik, manajemen dosis pasien
harus diupayakan agar pasien mendapatkan dosis yang minimal, namun
tingkat dosis tersebut cukup untuk menghasilkan citra dengan mutu yang
dapat diterima.
Kini Komisi Internasional untuk Proteksi Radiasi atau ICRP
(International Commission on Radiological Protection) bertugas untuk

11
menetapkan proteksi radiasi yang dipakai dalam suatu pernyataan yang
mengatur pembatasan dosis radiasi, yang intinya sebagai berikut :
1. Justifikasi
Suatu kegiatan tidak akan dilakukan kecuali mempunyai
keuntungan yang positif dibandingkan dengan risiko.
2. Optimisasi
Paparan radiasi diusahakan pada tingkat serendah mungkin yang
bisa dicapai atau biasa disebut dengan prinsip ALARA (as low as
reasonably achievable) dengan mempertimbangkan faktor ekonomi
dan sosial.
3. Limitasi
Dosis perorangan tidak boleh melampaui batas yang
direkomendasikan oleh ICRP untuk suatu lingkungan tertentu.

12
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Identitas Pasien

1. Nama : An. MF
2. Usia : 9 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. No. RM : 160XXX
5. Poliklinik / Ruangan : Ortopedi
6. Tanggal Foto : 18 Mei 2021
7. Klinis : Post Trauma
8. Jenis Pemeriksaan : Shoulder AP (Anteroposterior) Sinistra

3.2 Riwayat Patologis Pasien

Pada tanggal 18 Mei 2021 pasien anak-anak berusia 9 tahun datang ke


Instalasi Radiologi Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya oleh dokter.
Pasien datang dengan didampingi oleh keluarga serta membawa surat
permintaan foto dari poliklinik ortopedi agar dilakukan pemeriksaan foto
shoulder AP (Anteroposterior) sinistra.

3.3 Prosedur Pemeriksaan

1. Persiapan Alat dan Bahan


a. Meja Pemeriksaan
b. Pesawat X-Ray
c. Kaset

13
2. Persiapan Pasien :
- Pasien datang ke instalasi radiologi Rumah Sakit Universitas Airlangga
- Petugas memastikan data identitas dan klinis pasien dengan melihat
surat permintaan foto dari dokter
- Pasien diminta melepaskan seluruh unsur logam yang berada di sekitar
objek yang akan diperiksa
- Petugas memosisikan pasien sesuai jenis pemeriksaan yang akan
dilakukan

3. Teknik pemeriksaan
5) Posisi Pasien
Pasien diposisikan erect.
6) Posisi Objek
Scapulohumeral joint diposisikan pada pertengahan kaset.
Lengan pasien diposisikan di samping tubuh dalam rotasi netral
atau sebagaimana adanya.
7) Pengaturan Sinar
5. Central ray : vertikal tegak lurus kaset
6. Center point : pertengahan scapulohumeral joint,
kira-kira 2cm inferior dan sedikit
lateral dari processus coracoideus
7. Focus film distance : 100 cm
8. Faktor eksposi : 68 kV dan 6 mAs

14
Gambar 4. Hasil Radiografi Shoulder AP (Anteroposterior) Sinistra
(Sumber: Koleksi Pribadi RSUA, An. MF, 18 Mei 2021)

3.4 Pengolahan Citra

Processing gambar di instalasi radiologi Rumah Sakit Universitas


Surabaya menggunakan sistem digital yaitu dengan dengan cara
menggunakan operator melalui computed radiography (CR) dimana
mengklik tombol print dengan kondisi gambar yang telah diatur terlebih
dahulu, mulai mengatur marker, mengatur ukuran dan kontras yang sesuai.

3.5 Usaha Proteksi Radiasi

Proteksi radiasi yang diusahakan di instalasi radiologi Rumah Sakit


Universitas Airlangga pada pemeriksaan shoulder dengan klinis fraktur adalah
sebagai berikut :
1. Pada Pasien
Paparan radiasi diusahakan pada tingkat serendah mungkin yang bisa dicapai
atau biasa disebut dengan prinsip ALARA (as low as reasonably achievable)
yaitu dengan mengatur lapangan penyinaran atau kolimasi sesuai dengan area
yang dibutuhkan, tidak lebih dan tidak kurang. Memperhatikan faktor

15
eksposi pada pasien agar tidak terjadi pengulangan foto yang mengakibatkan
paparan radiasi yang bertambah.
2. Pada Petugas Radiologi
Ketika ekspose, petugas berada di ruang kontrol panel sehingga terhindar
dari paparan radiasi.
3. Pada Masyarakat Umum
Pihak yang tidak berkepentingan tidak diizinkan berada dalam ruang
pemeriksaan. Ketika melakukan pemeriksaan, selalu menutup pintu ruangan
agar radiasi tidak mengenai masyarakat luar.

3.6 Pembahasan Hasil Pemeriksaan

Pada pasien dengan dugaan fraktur clavicula, dokter pengirim


meminta pemeriksaan shoulder dengan proyeksi AP (Anteroposterior).
Selain untuk mengevaluasi fraktur pada clavicula, juga untuk
mengevaluasi apakah terdapat dislokasi maupun fraktur lainnya pada area
shoulder. Pada pemeriksaan ini, pasien diposisikan erect dengan
memosisikan pertengahan shoulder atau scapulohumeral joint pada
pertengahan kaset. Lengan pasien diposisikan di samping tubuh dalam
rotasi netral atau sebagaimana mestinya karena terdapat fraktur pada
scapula. Kemudian diatur FFD (Focud Film Distance) sebesar 100 cm,
dengan CR (Central Ray) tegak lurus pada pertengahan kaset dan CP
(Center Point) pada pertengahan scapulohemural joint. Faktor eksposi
yang digunakan adalah 68 kV dan 6 mAs.
Dari citra yang dihasilkan, tampak tulang dan strukutur jaringan
lunak dari shoulder, superior scapula, clavicula, dan proximal humerus.
Tuberculum majus sebagian akan superposisi dengan caput humeri, caput
humeri tampak sebagian dan overlapping dengan cavitas glenoidalis.
Selain itu, terlihat pula kondisi fraktur pada clavicula pasien yang
diakibatkan oleh jatuh. Pada hasil citra pasien, tidak didapati dislokasi
maupun fraktur pada area lainnya.

16
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan kasus serta pembahasan yang telah dipaparkan, dapat


disimpulkan bahwa pada fraktur clavicula, pemeriksaan shoulder dengan
proyeksi AP (Anteroposterior) dapat diterapkan guna melihat apakah terdapat
dislokasi maupun fraktur pada daerah lainnya, serta untuk mengevaluasi
clavicula. Tidak ada persiapan khusus bagi pasien, hanya melepas benda-
benda yang dapat menganggu citra khususnya benda logam pada area yang
akan dilakukan eksposi.

4.1 Saran

Pada pemeriksaan dengan klinis fraktur, usahakan tidak terlalu


banyak memberikan tekanan maupun perubahan posisi pada pasien agar
kondisi cedera pada tulang tidak semakin parah. Penggunaan faktor eksposi
serta kolimasi yang tepat juga perlu diperhatikan untuk menghindari
pengulangan pemeriksaan agar tidak memberikan radiasi tambahan yang
tidak perlu pada pasien.

17
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Tenaga Nuklir. 2019. Sistem Informasi Data Dosis Pasien.

Bontrager, K. L. (2014). Textbook of Radiographic Positioning and Related


Anatomy. Eight Edition, St. Louis: Mosby Company.

Centre, E. B. (2017). Anatomy of the Shoulder. Diambil kembali dari


https://edmontonboneandjoint.ca/services/shoulder/anatomy-of-the-
shoulder/

De Giorgi et al. (2011). Conservative Treatment of Fractures of the Clavicle.

Depkes, R. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Nuklir, B. P. (2019). Sistem Informasi Data Dosis Pasien.

Pearce, E. C. (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Sjamsuhidajat, D. J. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Smeltzer & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart (8 ed., Vol. 3). (A. Waluyo, Penerj.) Jakarta: EGC.

18

Anda mungkin juga menyukai