Disusun Oleh :
NIM : 151910383040
Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi penugasan laporan kasus Praktek
Kerja Lapangan Semester 4 Program Studi D-IV Teknologi Radiologi Pencitraan
Universitas Airlangga Surabaya.
Nim : 151910383040
Menyetujui,
Instruktur Klinis Kepala Instalasi Radiologi
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya yang telah memberikan banyak kesempatan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Teknik Pemeriksaan Radiografi
Shoulder Anteroposterior (AP) Pada Klinis Fraktur Clavicula di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya”.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4
2.1 Anatomi dan Fisiologi .............................................................................. 4
2.2 Patologi Klinis .......................................................................................... 5
2.3 Prosedur Pemeriksaan Foto Shoulder....................................................... 9
2.4 Proteksi Radiasi ...................................................................................... 11
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 13
3.1 Identitas Pasien ....................................................................................... 13
3.2 Riwayat Patologis Pasien ....................................................................... 13
3.3 Prosedur Pemeriksaan ............................................................................ 13
3.4 Pengolahan Citra .................................................................................... 15
3.5 Usaha Proteksi Radiasi ........................................................................... 15
3.6 Pembahasan Hasil Pemeriksaan ............................................................. 16
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 17
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 17
4.1 Saran ....................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Fraktur clavicula adalah diskontinuitas struktur os clavicula yang
terjadi sekitar 5-10% dari seluruh kejadian fraktur. Sebesar 39,6% fraktur
clavicula disebabkan oleh trauma langsung seperti jatuh. Pada anak-anak,
clavicula mudah mengalami fraktur namun hampir selalu terjadi union
dengan cepat tanpa komplikasi. Fraktur clavicula sering terjadi pada orang
dewasa dengan angka kejadian sebesar 2,64% dari semua fraktur dan kurang
lebih 35% merupakan cedera gelang bahu (De Giorgi et al., 2011). Pada lebih
dari 80% kasus, fraktur terletak pada sepertiga tengah clavicula (Smeltzer &
Bare, 2002)
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh
mengenai tujuan dilaksanakannya pemeriksaan tersebut. Oleh karena itu
penulis mengangkat kasus dengan judul “Teknik Pemeriksaan Radiografi
Shoulder Anteroposterior (AP) Sinistra Pada Klinis Fraktur Clavicula di
Instalasi Radiologi Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya”.
Tujuan dibuat laporan studi kasus ini adalah untuk mengetahui prosedur
pemeriksaan radiografi shoulder anteroposterior (AP) pada klinis fraktur
clavicula di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya.
2
1.4 Manfaat Penulisan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum, pada pria dan wanita terdapat perbedaan ukuran dan
bentuk os Clavicula, pada wanita biasanya lebih pendek dan kurang
melengkung, sebaliknya pada pria cenderung lebih tebal, dan lebih
melengkung (Bontrager,2018).
4
Clavicula memiliki bentuk seperti huruf “S”. Clavicula
berartikulasi dengan tulang Sternum (dalam) dan Scapula pada ujung
Acromion (luar). Ujung dalam berbentuk piramid sedangkan ujung luar
berbentuk pipih dan mirip Procesus Acromion Scapula. Ujung luar
berartikulasi dengan Acromion. Tulang Clavicula terletak persis di
bawah kulit dan mudah di raba sepanjang strukturnya. Dari ujung
Strenum tulang mula-mula melengkung ke dalam kemudian ke belakang.
Tulang Clavicula mempertahankan posisi Scapula dan bila tulang ini patah
bahu akan jatuh ke depan dan kebawah. Clavicula merupakan satu-satunya
tulang yang menghubungkan tulang-tulang ekstremmitas atas dengan
rangka ksila karena Scapula tidak berartikulasi dengan Coste maupun
Columna Vertebralis. Clavicula memudahkan patah akibat benturan pada
bahu karena tertekan antara Sternum dan titik benturan. Clavicula sebenarnya
lebih patah, bila tidak akan terjadi cedera kepala pada leher. Leher
mempunyai banyak struktur penting dalam sistem gerak.
2.3.1 Fraktur
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu
tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan
jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang
terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila
seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak
melibatkan seluruh ketebalan tulang.
Fraktur terjadi karena kelebihan beban mekanis pada suatu tulang,
saat tekanan yang diberikan pada tulang terlalu banyak dibandingkan
yang mampu ditanggungnya. Jumlah gaya pasti yang diperlukan untuk
menimbulkan suatu fraktur dapat bervariasi, sebagian bergantung pada
karakteristik tulang itu sendiri. Fraktur dapat terjadi karena gaya secara
5
langsung, seperti saat sebuah benda bergerak menghantam suatu area
tubuh di atas tulang.
Penyebab fraktur adalah trauma, yang dibagi atas trauma
langsung, trauma tidak langsung, dan trauma ringan. Trauma langsung
yaitu benturan pada tulang, biasanya penderita terjatuh dengan posisi
miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan
benda keras. Trauma tak langsung yaitu titik tumpuan benturan dan
fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi. Sedangkan
trauma ringan adalah keadaan yang dapat menyebabkan fraktur bila
tulang itu sendiri sudah rapuh atau underlying diseases atau fraktur
patologis (Sjamsuhidayat dan Wim de Jong, 2010).
Fraktur dapat dibagi berdasarkan dengan kontak dunia luar, yaitu
meliput fraktur tertutup dan terbuka. Fraktur tertutup adalah fraktur
tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak keluar melalui
kulit. Fraktur terbuka adalah fraktur yang merusak jaringan kulit,
karena adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka
sangat berpotensi menjadi infeksi. Fraktur terbuka dibagi lagi menjadi
tiga grade, yaitu Grade I, II, dan III. Grade I adalah robekan kulit
dengan kerusakan kulit dan otot. Grade II seperti grade 1 dengan
memar kulit dan otot. Grade III luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan
pembuluh darah, syaraf, kulit dan otot.
Fraktur juga dapat diklasifikasikan berdasarkan pada tipe, luas
jaringan yang retak, serta lokasi berupa :
1. Complete Fracture
Complete fraktur yaitu patah atau diskontinuitas
jaringan tulang yang luas sehingga tulang terbagi menjadi 2
bagian dan garis patahnya menyebrang dari satu sisi ke sisi
yang lain sehingga mengenai seluruh korteks. Pada complete
fraktur Terdapat berbagai macam bentuk fraktur pada
complete fracture, yaitu:
a. Fraktur Transversal
6
Adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap
sumbu panjang tulang. Pada fraktur semacam ini,
segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau
direduksi kembali ke tempat semula, maka segmen-
segmen itu akan stabil, dan biasanya mudah dikontrol
dengan bidai gips.
b. Fraktur Oblik
Adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut
terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit
diperbaiki.
c. Fraktur Spiral
Timbul akibat torsi pada ekstremitas. Yang menarik
adalah bahwa jenis fraktur rendah energi ini hanya
menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak, dan
fraktur semacam ini cenderung cepat sembuh dengan
imobilisasi luar.
d. Fraktur Multipel
Keadaan ini dinamakan suatu multipel apabila terdapat
lebih dari satu fraktur complete pada satu tulang panjang.
e. Fraktur Avusi
Fraktur avulsi memisahkan suatu fragmen tulang pada
tempat insersi tendon maupun ligamen. Biasanya tidak
ada pengobatan spesifik yang diperlukan. Namun, bila
diduga akan terjadi ketidakstabilan sendi atau hal-hal lain
yang menyebabkan kecacatan, maka perlu dilakukan
pembedahan untuk membuang atau meletakkan kembali
fragmen tulang tersebut.
f. Chip Fracture
Fraktur ini sejenis dengan fraktur avusi, tetapi hanya
sedikit fragmen dari sudut tulang yang terlepas. Fraktur
ini sering terjadi pada tulang-tulang pendek pada
phalanx.
7
2. Incomplete Fracture
Incomplete fracture adalah patah atau diskontinuitas
jaringan tulang dengan garis patah tidak menyebrang
sehingga tidak semua struktur tulang terputus. Pada
incomplete fracture terdapat beberapa golongan, yaitu green
stick fracture dan impacted fracture. Green stick fracture
adalah fraktur yang korteks tulangnya sebagian masih utuh,
demikian juga periosteum, sedangkan impacted fracture
adalah masuknya bagian fraktur dari tulang ke bagian
fragmen lainnya serta garis fraktur terlihat sebagai garis dens
dan disertai terjadinya pemendekan tulang.
3. Fraktur Kompresi
Fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk
tulang ketiga yang berada diantaranya, seperti satu vertebra
dengan dua vertebra lainnya. Pada orang muda, fraktur
kompresi dapat disertai perdarahan spatium retroperitoneael
yang cukup berat.
4. Fraktur Patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang
yang telah menjadi lemah karena tumor atau proses patologik
lainnya. Tulang seringkali menunjukkan penurunan densitas.
Penyebab paling sering dari fraktur-fraktur semacam ini
adalah tumor baik primer atau tumor metastasis.
5. Fraktur Traumatis
Pada keadaan ini struktur tulang adalah normal akibat
suatu benturan menyebabkan suatu fraktur.
6. Fraktur Beban Lainnya
Fraktur beban terjadi pada orang-orang yang baru saja
menambah tingkat aktivitas mereka. Pada saat gejala timbul,
radiogram mungkin tidak menunjukkan adanya fraktur.
8
Tetapi, biasanya setelah 2 minggu timbul garis-garis
radioopak linear tegak lurus terhadap sumbuh panjang tulang.
Fraktur semacam ini akan sembuh dengan baik jika tulang itu
diimobilisasi selama beberapa minggu. Tetapi jika tidak
terdiagnosis, tulang-tulang itu dapat bergeser dari tempat
asalnya dan tidak menyembuh dengan seharusnya
b) Persiapan Pasien
- Pasien datang ke instalasi radiologi Rumah Sakit Universitas
Airlangga
- Petugas memastikan data identitas dan klinis pasien dengan
melihat surat permintaan foto dari dokter
- Pasien diminta melepaskan seluruh unsur logam yang berada di
sekitar objek yang akan diperiksa
- Petugas memosisikan pasien sesuai jenis pemeriksaan yang akan
dilakukan
c) Teknik Pemeriksaan
1) Posisi Pasien
Pasien diposisikan erect.
2) Posisi Objek
Scapulohumeral joint diposisikan pada pertengahan kaset.
Lengan pasien diposisikan di samping tubuh dalam rotasi netral
atau sebagaimana adanya.
3) Pengaturan Sinar
1. Central ray : vertikal tegak lurus kaset
9
2. Center point : pertengahan scapulohumeral joint,
kira-kira 2cm inferior dan sedikit
lateral dari processus coracoideus
3. Focus film distance : 100 cm
4. Kolimasi : atur lapangan penyinaran sehingga
area shoulder terlihat
4) Kriteria Foto
Tampak superior scapula, clavicula, dan proximal humerus.
Tuberculum majus sebagian akan superposisi dengan caput
humeri, caput humeri tampak sebagian dan overlapping dengan
cavitas glenoidalis
10
Gambar 3. Hasil Radiografi Proyeksi AP (Anteroposterior)
(Bontrager, Kenneth L. 2014. Textbook of Radiographyc
Positioning and Related Anatomy)
11
menetapkan proteksi radiasi yang dipakai dalam suatu pernyataan yang
mengatur pembatasan dosis radiasi, yang intinya sebagai berikut :
1. Justifikasi
Suatu kegiatan tidak akan dilakukan kecuali mempunyai
keuntungan yang positif dibandingkan dengan risiko.
2. Optimisasi
Paparan radiasi diusahakan pada tingkat serendah mungkin yang
bisa dicapai atau biasa disebut dengan prinsip ALARA (as low as
reasonably achievable) dengan mempertimbangkan faktor ekonomi
dan sosial.
3. Limitasi
Dosis perorangan tidak boleh melampaui batas yang
direkomendasikan oleh ICRP untuk suatu lingkungan tertentu.
12
BAB III
PEMBAHASAN
1. Nama : An. MF
2. Usia : 9 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. No. RM : 160XXX
5. Poliklinik / Ruangan : Ortopedi
6. Tanggal Foto : 18 Mei 2021
7. Klinis : Post Trauma
8. Jenis Pemeriksaan : Shoulder AP (Anteroposterior) Sinistra
13
2. Persiapan Pasien :
- Pasien datang ke instalasi radiologi Rumah Sakit Universitas Airlangga
- Petugas memastikan data identitas dan klinis pasien dengan melihat
surat permintaan foto dari dokter
- Pasien diminta melepaskan seluruh unsur logam yang berada di sekitar
objek yang akan diperiksa
- Petugas memosisikan pasien sesuai jenis pemeriksaan yang akan
dilakukan
3. Teknik pemeriksaan
5) Posisi Pasien
Pasien diposisikan erect.
6) Posisi Objek
Scapulohumeral joint diposisikan pada pertengahan kaset.
Lengan pasien diposisikan di samping tubuh dalam rotasi netral
atau sebagaimana adanya.
7) Pengaturan Sinar
5. Central ray : vertikal tegak lurus kaset
6. Center point : pertengahan scapulohumeral joint,
kira-kira 2cm inferior dan sedikit
lateral dari processus coracoideus
7. Focus film distance : 100 cm
8. Faktor eksposi : 68 kV dan 6 mAs
14
Gambar 4. Hasil Radiografi Shoulder AP (Anteroposterior) Sinistra
(Sumber: Koleksi Pribadi RSUA, An. MF, 18 Mei 2021)
15
eksposi pada pasien agar tidak terjadi pengulangan foto yang mengakibatkan
paparan radiasi yang bertambah.
2. Pada Petugas Radiologi
Ketika ekspose, petugas berada di ruang kontrol panel sehingga terhindar
dari paparan radiasi.
3. Pada Masyarakat Umum
Pihak yang tidak berkepentingan tidak diizinkan berada dalam ruang
pemeriksaan. Ketika melakukan pemeriksaan, selalu menutup pintu ruangan
agar radiasi tidak mengenai masyarakat luar.
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1 Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Tenaga Nuklir. 2019. Sistem Informasi Data Dosis Pasien.
Smeltzer & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart (8 ed., Vol. 3). (A. Waluyo, Penerj.) Jakarta: EGC.
18