Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTARA UMAT


BERAGAMA DAN PENYELENGGARA NEGARA
Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur :
Mata Kuliah :Pendidikan Agama Islam
Pembina : Masturi Istamar Suhadi, Lc. MPhil

Disusun oleh kelompok 7:


1. Bhakti Fajar Firmansyah (41.16.0006)
2. Frisgian Ardabili (41.16.0012)
3. Mughni Laisa Ribawi (41.16.0021)

Jurusan : Instrumentasi
Kelas/Semester : A/1

SEKOLAH TINGGI METEOROLI KLIMATOLOGI


DAN GEOFISIKA (STMKG)
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Pendidikan Agama Islam
dengan judul “Kerukunan Antar Umat Beragama, Antara UmatBeragama Dan
Penyelenggara Negara“. Shalawat serta salam semoga tercurahkan pada junjungan Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang
benderang.

Makalah yang berjudul “Kerukunan Antar Umat Beragama, Antara UmatBeragama


Dan Penyelenggara Negara“ini berisi tentang Pengertian kerukuanan, hubungan inter umat
beragama, hubungan antar umar beragama dan hunugan antara agama dengan penyelenggara
Negara.
Didorong rasa kewajiban dan tanggung jawab tugas dari Pembina Mata Kuliah
Pendidikan Agama Islam Masturi Istamar Suhadi, Lc. Mphil. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada dosen yang telah membimbing penyelesaian makalah ini, semoga Allah SWT
memberikan balasan yang setimpal. Sekalipun penulis berusaha untuk membuat makalah
dengan baik, tetapi kekurangan dan kesalahan pasti terjadi.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk memberi kritik dan
saran yang membangun yang sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini.

Tangerang Selatan, 09Januari 2017

Penyusun.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ...................................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................. 2

1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

2.1. Pengertian Kerukunan .......................................................................................................... 3

2.2. Landasan hokum ................................................................................................................... 4

2.3. Pengertian Kerukunan Umat Beragama............................................................................. 6

2.4. Wadah kerukunan umat beragama ..................................................................................... 7

2.5. Kerukunan Antar Umat Beragama dan Antar Inter Umat Beragama ............................ 8

2.6. Manfaat Kerukunan Antar Umat Beragama dan Antar Inter Umat Beragama ........... 10

2.7. Hubungan Antara Umat Beragama dan Penyelenggara Negara ................................... 10

2.8. Kebersamaan Ummat Beragama Dalam Kehidupan Sosial .......................................... 11

2.9. Kendala-Kendala................................................................................................................. 13

2.10. Solusi .................................................................................................................................... 14

BAB III KESIMPULAN........................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap agama di dunia kebanyakan mengambil nama dari penemunya atau tempat
agama tersebut dilahirkan dan dikembangkan, sebagaimana nasrani yang mengambil
nama dari tempat Nazareth, agama budha yang berasal dari penemunya, Budha Gautama.
Tetapi tidaklah demikian untuk agama Islam.Agama Islam tidak mempunyai hubungan
dengan orang, tempat atau masyarakat tertentu agama ini dilahirkan atau disiarkan.

Agama Islam adalah agama yang Allah turunkan sejak manusia pertama, yaitu
Nabi Adam AS. Kemudian Allah turunkan secara berkesinambungan kepada para Nabi
dan Rasul berikutnya. Akhirnya penurunan agama Islam itu terjadi pada masa kerasulan
Muhammad SAW pada awal abad VII masehi.
Ketika Islam mulai disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada masyarakat Arab,
beliau mengajak masyarakat untuk menerima dan menaati ajaran Islam, tanggapan yang
mereka sampaikan pada Rasulullah adalah sikap heran, aneh dan ganjil. Islam dianggap
sebagai ajaran yang menyimpang dan tradisi leluhur yang telah mendarah daging bagi
masyarakat Arab, yang telah mereka taati secara turun temurun, dan mereka tidak mau
tahu apakah tradisi itu salah atau benar (Qs. Al Baqarah : 170). Di dalam sebuah hadis
juga digambarkan, bahwa Islam datangnnya dianggap asing dan akan kembali dianggap
asing, namun berbahagialah orang yang dianggap asing tersebut.
Kata Islam berarti damai, selamat, penyerahan diri, tunduk dan patuh. Pengertian
tersebut menunjukkan bahwa agama Islam adalah agama yang mengandung ajaran untuk
menciptakan kedamaian, kerukunan, keselamatan dan kesejahteraan bagi kehidupan umat
manusia pada khususnya dan semua makhluk Allah pada umumnya, bukan untuk
mendatangkan dan membuat membuat bencana atau kerusakan di muka bumi. Inilah yang
disebut fungsi Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatal lil alamin)
Fungsi Islam sebagai rahmatal lil alamin tidak tergantung pada penerimaan atau
penilaian manusia.Substansi rahmat terletak pada fungsi ajarannya tersebut. Fungsi itu
baru akan terwujud dan dapat dirasakan oleh manusia sendiri maupun oleh makhluk-
makhluk yang lain, jika manusia sebagai pengembangan amanat Allah telah menaati dan
menjalankan aturan-aturan ajaran Islam dengan benar dan kaaffah.

1
Ditengah-tengah kehidupan jaman modern, yang cenderung individualis dan
materialis ini, persaudaraan atau ukhuwah menjadi hal yang sangat penting untuk
dibangun demi terciptanya tatanan masyarakat yang rukun dan damai.
Dalam situasi dan kondisi seperti sekarang ini, menjalin ukhuwah memang tidaklah
semudah membalikkan kedua telapak tangan, mengingat banyak ranjau-ranjau
menghadang, dan itulah penyakit-penyakit kronis yang seharusnya kita basmi, dan
tentunya membutuhkan perjuangan dan proses yang panjang.
Ukhuwah sebagai rahmat dan karunia Allah SWT, harus terus menerus diupayakan
penerapannya dalam kehidupan umat manusia dalam rangka mewujudkan kerukunan dan
perdamaian di muka bumi. Hal ini akan dapat tercipta jika ukhuwah atau persaudaraan
dapat diwujudkan.

1.2. Rumusan Masalah

Di dalam makalah ini akan dibahas masalah-masalah sebagai berikut :


a. Apa yang dimaksud dengan kerukunan ?
b. Apa yang dimaksud dengan kerukunan umat antar agama dan antar inter agama ?
c. Bagaimana hubungan antara kerukunan umat beragama dengan penyelenggara
negara ?

1.3. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui pengertian dari kerukunan


b. Untuk mengetahui pengertian kerukunan umat antar agama dan antar inter agama
c. Untuk mengetahui hubungan antara kerukunan umat beragama dengan
penyelenggara negara

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kerukunan

Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan “damai”.
Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat”
untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran (Depdikbud, 1985:850) Bila
pemaknaan tersebut dijadikan pegangan, maka “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal
dan didambakan oleh masyarakat manusia. Kerukunan [dari ruku, bahasa Arab, artinya
tiang atau tiang-tiang yang menopang rumah; penopang yang memberi kedamain dan
kesejahteraan kepada penghuninya] secara luas bermakna adanya suasana persaudaraan
dan kebersamaan antar semua orang walaupun mereka berbeda secara suku, agama, ras,
dan golongan. Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena
sebelumnya ada ketidakrukunan; serta kemampuan dan kemauan untuk hidup
berdampingan dan bersama dengan damai serta tenteram.
Kerukunan dapat diklasifikan menjadi dua yaitu kerukunan antar umat islam dan
kerukunan antar umat baragama atau antar umat manusia pada umumnya. Kerukunan
antar umat islam didasarkan pada akidah islamnya dan pemenuhan kebutuhan social
yang digambar kan bagaikan satu bangunan, dimana umat islam satu sama lain saling
menguatkan dan juga digambarkan seperti satu tubuh;jika ada bagian tubuh yang sakit
maka seluruh anggota tubuh merasakan sakit. Hal ini berbeda dengan kerukunan antar
umat beragama atau umat manusia pada umumnya. Kerukunan antar umat beragama
didasarkan pada kebutuhan social dimana satu sama lain saling membutuhkan agar
kebutuhan-kebutuhan hidup dapat terpenuhi. Kerukunan antar umat manusia pada
umumnya baik seagama maupun luar agama dapat diwujudkan apabila satu sama lain
dapat saling menghormati dan menghargai.
Kerukunan hidup umat beragama di Indonesia dipolakan dalam Trilogi
Kerukunan yaitu:
1. Kerukunan intern masing-masing umat dalam satu agama Ialah kerukunan di
antara aliran-aliran / paham-paham /mazhab-mazhab yang ada dalam suatu
umat atau komunitas agama.
2. Kerukunan di antara umat / komunitas agama yang berbeda-beda Ialah
kerukunan di antara para pemeluk agama-agama yang berbeda-beda yaitu di

3
antara pemeluk islam dengan pemeluk Kristen Protestan, Katolik, Hindu, dan
Budha.
3. Kerukunan antar umat / komunitas agama dengan pemerintah Ialah supaya
diupayakan keserasian dan keselarasan di antara para pemeluk atau pejabat
agama dengan para pejabat pemerintah dengan saling memahami dan
menghargai tugas masing-masing dalam rangka membangun masyarakat
dan bangsa Indonesia yang beragama.

2.2. Landasan hokum

1. Landasan Idiil, yaitu Pancasila (sila pertama yakni Ketuhanan Yang Maha Esa).
2. Landasan Konstitusional, yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 29 ayat 1: "Negara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa". Dan Pasal 29 ayat 2: "Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu".
3. Al-Quran
a. Surat Ali 'Imran Ayat 19

‫ب إِ ََّّل ِم ْن بَ ْع ِد َما َجا َء ُه ُم‬َ ‫ف الَّذِينَ أُوت ُوا ْال ِكتَا‬ َ َ‫اختَل‬
ْ ‫اْلس ََْل ُم ۗ َو َما‬ ِ ْ ‫َّللا‬
ِ َّ ‫إِ َّن الدِينَ ِع ْن َد‬
‫ب‬
ِ ‫سا‬ َ ‫س ِري ُع ا ْل ِح‬ َ َّ ‫َّللا فَإ ِ َّن‬
َ ‫َّللا‬ ِ َّ ‫ت‬ِ ‫ْال ِع ْل ُم بَ ْغيًا َب ْي َن ُه ْم ۗ َو َم ْن َي ْكفُ ْر بِآيَا‬

Artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada
berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan
kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir
terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. “

b. Surat Ali 'Imran Ayat 85

َ‫اْلس ََْل ِم دِينًا فَلَ ْن يُ ْق َب َل ِم ْنهُ َو ُه َو ِفي ْاْل ِخ َرةِ ِمنَ ْالخَا ِس ِرين‬
ِ ْ ‫َو َم ْن يَ ْبتَغِ َغي َْر‬

Artinya: Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.

4
c. Surat Al-Baqarah Ayat 256

‫اَّلل فَقَ ِد‬


ِ َّ ‫ت َويُؤْ ِم ْن ِب‬ َّ ِ‫الر ْش ُد ِمنَ ْالغَي ِ ۚ فَ َم ْن يَ ْكفُ ْر ب‬
ُ ‫الطا‬
ِ ‫غو‬ ُّ َ‫ِين ۖ قَ ْد ت َ َبيَّن‬ِ ‫ََّل إِ ْك َراهَ فِي الد‬
‫ع ِلي ٌم‬
َ ‫س ِمي ٌع‬ َّ ‫ام لَ َها ۗ َو‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ص‬َ ‫س َك بِ ْالعُ ْر َوةِ ْال ُوثْقَ ٰى ََّل ا ْن ِف‬
َ ‫ا ْست َ ْم‬

Artinya: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul
tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.

d. Surat Al-Kafirun Ayat 6

‫ِين‬
ِ ‫ىد‬َ ‫لَ ُك ْم دِينُ ُك ْم َو ِل‬

Artinya: Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.

e. Surat Al-Hujarat Ayat 11

َ ِ‫سى أ َ ْن يَ ُكونُوا َخ ْي ًرا ِم ْن ُه ْم َوَّل ن‬


‫سا ٌء‬ َ ‫ع‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا َّل يَ ْسخ َْر قَو ٌم ِم ْن قَ ْو ٍم‬
َ ْ‫ب بِئ‬
‫س‬ ْ ِ‫س ُك ْم َوَّل تَنَابَ ُزوا ب‬
ِ ‫األلقَا‬ َ ُ‫سى أ َ ْن َي ُك َّن َخي ًْرا ِم ْن ُه َّن َوَّل ت َ ْل ِم ُزوا أ َ ْنف‬
َ ‫ع‬ َ ِ‫ِم ْن ن‬
َ ٍ‫ساء‬
َّ ‫ان َو َم ْن لَ ْم َيتُبْ فَأُو َل ِئ َك ُه ُم ال‬
َ‫ظا ِل ُمون‬ ُ ‫س‬
ِ ‫وق َب ْع َد اْلي َم‬ ُ ُ‫اَّل ْس ُم ْالف‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-ngolok kaum
yang lain, boleh jadi mereka yang di perolok-olokkan lebih baik dari mereka yang
mengolok-ngolok. Dan jangan pula sekumpulan perempuan mengolok-ngolokkan
perempuan lain, boleh jadi perempuan yang diperolok-olokkan lebih baik dari pada
perempuan yang mengolok-olok. Dan janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan
jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan
adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka
mereka Itulah orang-orang yang zalim.

5
2.3. Pengertian Kerukunan Umat Beragama

Kerukunan umat beragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang dilandasi
dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam
kesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat
dan bernegara. Umat beragama dan pemerintah harus melakukan upaya bersama dalam
memelihara kerukunan umat beragama, di bidang pelayanan, pengaturan dan
pemberdayaan. Sebagai contoh yaitu dalam mendirikan rumah ibadah harus
memperhatikan pertimbangan Ormas keagamaan yang berbadan hokum dan telah
terdaftar di pemerintah daerah.
Kerukunan umat beragama dalam islam yakni Ukhuwah Islamiah. Ukhuah
islamiah berasl dari kata dasar “Akhu” yang berarti saudara, teman, sahabat, Kata
“Ukhuwah” sebagai kata jadian dan mempunyai pengertian atau menjadi kata benda
abstrak persaudaraan, persahabatan, dan dapat pula berarti pergaulan. Sedangkan
Islaiyah berasal dari kata Islam yang dalam hal ini menjadi atau memberi sifat
Ukhuwah, sehingga jika dipadukan antara kata Ukhuwah dan Islamiyah akan berarti
persaudaraan islam atau pergaulan menurut islam.
Kerukunan intern umat beragama Islam dapat terwujud dengan adanya
pemehaman berikut,
a. Cara beribadah itu bervariasi karena dalil yang menjelaskan cara beribadah
secara uslu’ terbilang sedikit dari pada yang dijelaskan secara furu’
b. Orang yang beristihat (berusaha keras untuk menyimpulkan suatu hukum
karena tidak ada di al-Quran dan Al-Hadis) wlaupun salah diaa tetap
mendapat pahala
c. Ada sehuatu yang tidak ada hukumnya sampai ada mustahid yang beristihad
delam masalah itu
d. Adanya uslu’ dan furu’ dalam Islam

Pelaksanaan Ukhuwah Islamiyah menjadi actual, bila dihubungkan dengan


masalah solidaritas social. Bagi umat Islam, Ukhuwah Islamiyah adalah suatu yang
masyru’ artinya diperintahkan oleh agama. Kata persatuan, kesatuan, dan solidaritas
akan terasa lebih tinggi bobotnya bila disebut dengan Ukhuwah. Apabila bila kata
Ukhuwah dirangkaikan dengan kata Islamiyah, maka ia akan menggambarkan satu
bentuk dasar yakni Persaudaraan Islam merupakan potensi yang obyektif.

6
Ibadah seperti zakat, sedekah, dan lain-lain mempunyai hubungan konseptual
dengan cita ukhuwah islamiyah.Ukhuwah islamiyah itu sendiri bukanlah tujuan,
Ukhuwah Islamiyah adalah kesatuan yang menjelmakan kerukunan hidup umat dan
bangsa, juga untuk kemajuan agama, negara, dan kemanusiaan.
Untuk itulah kerukunan hidup antar umat beragama harus kita jaga agar tidak
terjadi konflik-konflik antar umat beragama. Terutama di masyarakat Indonesia yang
multikultural dalam hal agama, kita harus bisa hidup dalam kedamaian, saling tolong
menolong, dan tidak saling bermusuhan agar agama bisa menjadi pemersatu bangsa
Indonesia yang secara tidak langsung memberikan stabilitas dan kemajuan negara.

2.4. Wadah kerukunan umat beragama

Pada awalnya wadah tersebut diberi nama Konsultasi Antar Umat Beragama,
kemudian berubah menjadi Musyawarah Antar Umat Beragama. Ada tiga kerukunan
umat beragama, yaitu sebagai berikut:
1. Kerukunan antar umat beragama.
2. Kerukunan intern umat beragama.
3. Kerukunan umat beragama dengan pemerintah.
Usaha memelihara kesinambungan pembangunan nasional dilakukan antara lain:
1. Menumbuhkan kesadaran beragama.
2. Menumbuhkan kesadaran rasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap
Pancasila dan UUD 1945.
3. Menanamkan kesadaran untuk saling memahami kepentingan agama masing-
masing.
4. Mencapai masyarakat Pancasila yang agamis dan masyarakat beragama.
Usaha tersebut pada prinsipnya:
1. Tidak mencampuradukan aqidah dengan bukan aqidah.
2. Pertumbuhan dan kesemarakan tidak menimbulkan perbenturan.
3. Yang dirukunkan adalah warga negara yang berbeda agama, bukan aqidah dan
ajaran agama.
4. Toleransi antar umat beragama boleh hanya dalam masalah muamalah saja,
sedangakan dalan masalah syariat, ibadah, dan akhlak tidak diperbolehkan.

7
2.5. Kerukunan Antar Umat Beragama dan Antar Inter Umat Beragama

Dalam masyarakat hubungan antar pemeluk agama yang berbeda beda tidak bisa
dihindarkan dalam bidang sosial, ekonomi, politik, maupun budaya. Bagi umat islam
hubungan ini tidak menjadi halangan, Sepanjang dalam kaitan sosial kemanusiaan dan
muamalah. Bahkan dalam berhubungan dengan mereka umat Islam dituntut untuk
menampilkan perilaku yang baik, sehingga dapat menarik mereka untuk mengetahui
lebih banyak tentang ajaran agama Islam yang Rahmatan lil’alamin itu.
Didalam hubungan persaudaraan / ukhuwah umat antar beragama merupakan
salah satu ajaran yang mendapat perhatian penting dalam Islam. Ukhuwah pada
mulanya berarti “ persamaan dan keserasian dalam hak “.
Ukhuwah islamiyah istilah ini perlu di dudukan maknanya. Pembahsan ukhuwah
adalah tidak keracunan,sedangkan Islamiyah adalah kedudukan. Ukhuwah islamiyah
dapat dibagi menjadi 4 macam “
1. Ukhuwah ‘ubdiyyah atau saudara kesemakhlukan dan kesetundukan kepala Allah.
2. Ukhuwah insaniyyah ( basyariyyah ) dalam arti seluruh umat manusia adalah
bersaudara,karena mereka semua berasalh dari seorang ayah dan ibu yang sama y,
yaitu Adam dan Hawa.
3. Ukhuwah wathaniyyah wa an-nasab yaitu persaudaraan dalam keturunan dan
kebangsaan.
4. Ukhuwah fi din al-islam yaitu persaudaraan antar sesamamuslim.

Sebagaiman yang disebutkan dalam Alqur’an.

‫﴾ َو ََل أَنَا‬٣﴿ ُ ‫عا ِبدُونَ َما أ َ ْعبُد‬َ ‫﴾ َو ََل أَنت ُ ْم‬٢﴿ َ‫﴾ ََل أ َ ْعبُد ُ َما ت َ ْعبُد ُون‬١﴿ َ‫قُ ْل َيا أَيُّ َها ا ْل َكافِ ُرون‬
﴾٦﴿ ‫ِين‬ ِ ‫يد‬ َ ‫﴾ َل ُك ْم دِينُ ُك ْم َو ِل‬٥﴿ ُ ‫عا ِبدُونَ َما أ َ ْعبُد‬
َ ‫﴾ َو ََل أَنت ُ ْم‬٤﴿ ‫عا ِبد ٌ َّما َعبَدت ُّ ْم‬
َ

Artinya:
Katakanlah: Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah Dan aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan
yang aku sembah Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.

8
Esensi dari persaudaraan terletak pada kasih sayang yang ditampilkan bentuk
perhatian, kepedulian, hubungan yang akrab dan merasa senasib sepenanggungan. Nabi
menggambarkan hubungan persaudaraan dalam haditsnya yang artinya ” Seorang
mukmin dengan mukmin yang lain seperti satu tubuh, apabila salah satu anggota tubuh
terluka, maka seluruh tubuh akan merasakan demamnya.” Ukhuwwah adalah
persaudaraan yang berintikan kebersamaan dan kesatuan antar sesama. Kebersamaan di
akalangan muslim dikenal dengan istilah ukhuwwah Islamiyah atau persaudaraan yang
diikat oleh kesamaan aqidah.
Persatuan dan kesatuan sebagai implementasi ajaran Islam dalam masyarakat
merupakan salah satu prinsip ajaran Islam. Salah satu masalah yang di hadapi umat
Islam sekarang ini adalah rendahnya rasa kesatuan dan persatuan sehingga kekuatan
mereka menjadi lemah.Salah satu sebab rendahnya rasa persatuan dan kesatuan di
kalangan umat Islam adalah karena randahnya penghayatan terhadap nilai-nilai Islam.
Begitu juga dalam hadist Rasulullah SAW bersabda: “Perumpamaan orang-
orang mu’min dalam saling mencintai, saling berbelas kasih dan saling tenggang rasa,
mereka itu laksana satu tubuh, apabila salah satu anggotanya terasa sakit, maka
seluruh anggota badannya ikut merasakan tidak dapat tidur dan merasakan demam
panas.” HR Bukhori
Kerangka pluralitas dalam pandangan islam dipahami sebagai ayat ( tanda
kekuasaan) dari ayat Allah yang tidak tergantikan. Ayat –ayat tersebut berdiri di atas
kekuasaan Allah untuk kemaslahatan dan kemanusiaan.dalam kaitan ini Allah
berfirman dalam surah Ar-Rum ayat 22 :

‫ف أ َ ۡل ِسنَتِڪ ُۡم َوأ َ ۡل َوٲنِ ُك ۡم ِإ َّن فِى ذَٲ ِل َك َۡل َ َي ٰـ ٍ۬ت‬ ِ ‫ت َو ۡٱۡل َ ۡر‬
ۡ ‫ض َو‬
ُ ‫ٱختِلَ ٰـ‬ َّ ‫َو ِم ۡن َءا َي ٰـتِِۦه خ َۡل ُق ٱل‬
ِ ‫س َم ٰـ َوٲ‬
َ‫ِل ۡل َع ٰـ ِل ِمين‬
Artinya :
Dan tanda-tanda-Nya adalah penciptaan langit dan bumi, dan perbedaan bahasa dan
warna kulitmu.Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah benar -benar terdapat tanda –
tanda bagi orang yang mengetahui.

9
2.6. Manfaat Kerukunan Antar Umat Beragama dan Antar Inter Umat Beragama

Adapun manfaat yang dapat dirasakan dengan adanya kerukunan antau umat
beragama adalah:
1. Sebagai alat pemersatu maka kerukunan itu akan memberikan stabilitas dan
kemajuan Negara.
2. Terciptanya himpunan antar umat beragama untuk mengatasi masalah sosial
termasuk kemiskinan dan kebodohan.
3. Mengelola kemajemukan bangsa Indonesia, karena kemajemukan yang tidak
dikeloka dengan baik akan menjadi masalah yang sangat menghawatirkan.
4. Menghilangkan prasangka-prasangka antar umat beragama.
5. Mengokohkan persatuan dalam masyarakat Indonesia.

2.7. Hubungan Antara Umat Beragama dan Penyelenggara Negara

Negara dan agama merupakan dua lembaga yang secara hakiki berbeda, agama
terutama berkenaan dengan relasi antara manusia dengan Tuhannya, sementara negara
lebih berkenaan dengan hubungan antara manusia dalam suatu kehidupan bersama,
namun demikian agamanya juga terkait dengan hubungan antar manusia dalam
kehidupan bersama, sehingga sesungguhnya baik negara maupun agama keduanya
sama bertujuan mengatur kehidupan manusia. Perbedaan fungsi yang tegas dan
kerjasama antara agama dan negara itu adalah sedemikian sehingga negara memilik
fungsi,
1. Sebagai Pelindung.
Negara berperan melindungi agama yang ada dan diakui oleh negara itu saja,
sehingga agama-agama sesat yang berkembang di masyarakat dinyatakan
salah dan dapat dibubarkan dengan cara baik-baik maupun paksaan.
2. Sebagai Stabilisator
Negara berperan sebagai penengah antara masyarakat dan masalah konflik
agama yang berkembang, negara berperan menenangkan masyarakat tentang
isu-isu yang bersifat merusak kerukunan umat.
3. Sebagai Dinamisator
Negara berperan membantu berjalannya kegiatan agama sesuai aturan yang
ada, sehingga kegiatan keagamaan di Indonesia dapat berjalan dengan baik.
4. Sebagai Komunikator

10
Negara berperan sebagai penyampai pesan-pesan yang bersifat umum
sehingga komunikasi yang ingin disampaikan oleh pemuka agama dapat
disebar dengan cepat dan tepat ke umatnya.

2.8. Kebersamaan Ummat Beragama Dalam Kehidupan Sosial

1. Pandangan agama islam terhadap ummat non Islam

Islam memiliki perlakuan khusus terhadap para ahli kitab, antara lain:
a. Muslim laki-laki boleh menikahi wanita ahli kitab ( Nasrani dan Yahudi)
b. Kaum muslim boleh memakan daging sembelihan ahli kitab

Kedua hal diatas sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

ِ ‫صنَاتُ ِمنَ ْال ُمؤْ ِمنَا‬


‫ت‬ َ ‫ط َعا ُم ُك ْم ِح ٌّل لَ ُه ْم ۖ َو ْال ُم ْح‬ َ َ ‫ط َعا ُم الَّذِينَ أُوتُوا ْال ِكت‬
َ ‫اب ِح ٌّل َل ُك ْم َو‬ َ ‫َو‬
َ َ ‫صنَاتُ ِمنَ الَّذِينَ أُوتُوا ْال ِكت‬
‫اب ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم‬ َ ‫َو ْال ُم ْح‬

“Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al-Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu
halal pula bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di
antara orang-orang yang diberi Al-Kitab sebelum kamu” [al-Maidah/5: 5]

2. Tanggung jawab sosial ummat Islam

Ummat islam adalah umat yang terbaik yang diciptakan allah dalam kehidupan ini.
Bentuk tanggung jawab sosial ummat islam meliputi berbagai aspek kehidupan , di
antaranya adalah:
1. Menjalin silaturahmi dengan tetangga dalam sebuah hadis rasulullah menjadikan
sebuah kebaikan seseorang kepada tetangganya menjadi salah satu indicator keimanan
2. Memberikan infak sebagian dari harta yang dimiliki, baik yang wajib dalm bentuk
zakat maupun yang sunnah dalam bentuk sedekah.
3. Menjenguk bila ada anggota masyarakat yang sakit dan ta’ziyah bila ada anggota
masyarakat yang meninggal dengan mengantar jenazahnya sampai di kuburnya.
4. Memberi bantuan kepada masyarakat bila ada yang memerlukan bantuan
5. Penyusunan system sosial yang efektif dan efesien untuk membangun masyarakat,
baik mental spiritual maupun fisik materialnya.

11
3. Amar ma’ruf dan nahi munkar

Amar ma’ruf dan nahi munkar adalah memerintahkan orang lain untuk berbuat baik dan
mencegah perbuatan jahat. Disamping system dan saran pendukung, amar ma’ruf dan
nahi munkar memerlukan juga kebijakan dalam bertindak. Karna itu rasulullah
memberikan tiga tingkatan yaitu:
1. Menggunakan tangan atau kekuasaan apabila ia mampu,
2. Menggunakan lisan, dan
3. Dalam hati apabila langkah pertama dan kedua tidak mmemungkinkan.

Bentuk amar ma’ruf dan nahi munkar yang bersistem diantaranya adalah:
1. Mendirikan masjid
2. Menyelenggarakan pengajian
3.Mendirikan lembaga wakaf
4. Mendirikan lembaga pendidikan islam
5. Mendirikan lembaga keuangan atau perbangkan syariah
6. Mendirikan media massa islam, Koran, radio, tv dan lain lain
7. Mendirikan panti rehabilitasi anak anak nakal
8.Mendirikan pesantren
9. Menyelenggarakan kajian-kajian islam
10. Membuat jaringan informasi sosial.

12
2.9. Kendala-Kendala

a. Rendahnya Sikap Toleransi


Menurut Dr. Ali Masrur, M.Ag, salah satu masalah dalam komunikasi antar
agama sekarang ini, khususnya di Indonesia, adalah munculnya sikap toleransi
malas-malasan (lazy tolerance) sebagaimana diungkapkan P. Knitter. Sikap ini
muncul sebagai akibat dari pola perjumpaan tak langsung (indirect encounter) antar
agama, khususnya menyangkut persoalan teologi yang sensitif.Sehingga kalangan
umat beragama merasa enggan mendiskusikan masalah-masalah keimanan. Tentu
saja, dialog yang lebih mendalam tidak terjadi, karena baik pihak yang berbeda
keyakinan/agama sama-sama menjaga jarak satu sama lain.

b. Kepentingan Politik
Faktor Politik, Faktor ini terkadang menjadi faktor penting sebagai kendala
dalam mncapai tujuan sebuah kerukunan antar umat beragama khususnya di
Indonesia, jika bukan yang paling penting di antara faktor-faktor lainnya.
Kekacauan politik yang ikut memengaruhi hubungan antaragama dan bahkan
memorak-porandakannya seolah petir menyambar yang dengan mudahnya
merontokkan “bangunan dialog” yang sedang kita selesaikan. Seperti yang sedang
terjadi di negeri kita saat ini, kita tidak hanya menangis melihat political upheavels
di negeri ini, tetapi lebih dari itu yang mengalir bukan lagi air mata, tetapi darah;
darah saudara-saudara kita, yang mudah-mudahan diterima di sisi-Nya.Tanpa
politik kita tidak bisa hidup secara tertib teratur dan bahkan tidak mampu
membangun sebuah negara, tetapi dengan alasan politik juga kita seringkali
menunggangi agama dan memanfaatkannya.

c. Sikap Fanatisme
Di kalangan Islam, pemahaman agama secara eksklusif juga ada dan
berkembang. Bahkan akhir-akhir ini, di Indonesia telah tumbuh dan berkembang
pemahaman keagamaan yang dapat dikategorikan sebagai Islam radikal dan
fundamentalis, yakni pemahaman keagamaan yang menekankan praktik
keagamaan tanpa melihat bagaimana sebuah ajaran agama seharusnya
diadaptasikan dengan situasi dan kondisi masyarakat.
Dengan saling mengandalkan pandangan-pandangan setiap sekte dalam
agama teersebut, maka timbullah sikap fanatisme yang berlebihan dan itu

13
merupakan akar dari permasalahan yang menyebabkan konflik sekejap maupun
berkepanjangan.

2.10. Solusi

a. Dialog Antar Pemeluk Agama


Pertukaran gagasan dan komunikasi yang semakin intensif menyangkut
gagasan-gagasan keagamaan melalui dialog-dialog antaragama dan kemanusiaan
baik pada tingkat domestik di Indonesia maupun pada tingkat internasional; ini
jelas memperkuat perjumpaan secara damai tersebut. Melalui berbagai pertukaran
semacam ini terjadi penguatan saling pengertian dan, pada gilirannya, kehidupan
berdampingan secara damai.

b. Bersikap Optimis
Masyarakat Indonesia yang mejemuk ini harusnya jangan berfikir pesimis
tentan kemajemukan dan perbedaan-perbedaan budaya yang ada, haruslah mereka
bersikap optimis akan terjadinya kerukunan di Indonesia ,
i. Karena pembelajaran agama sudah masuk ke kalangan akademik sehingga
bisa lebih mengajarkan sikap toleransi
ii. Karena pemimpin masing-masing agama semakin sadar akan perlunya
perspektif baru dalam melihat hubungan antar-agama untuk memecahkan
problem keagamaan saat ini.

c. Masyarakat jangan mudah terprovokasi


Sifat mudah terprovokasi merupakan hal dasar yang mengakibatkan kerusakan
kerukunan di suatu wilayah. Dengan pendidikan dan kesadaran akan hal ini,
masyarakat diharapkan tidak mudah terprovokasi terhadap isu-isu yang menyebar
hanya untuk memecah belah persatuan, kesatuan, dan kedamaian yang telah
terbentuk.

14
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :


1. Pengertian dari kerukunan umat beragama yaitu sikap seorang umat yang memiliki
agama guna mewujudkan kehidupan yang serasi, dengan tidak membedakan pangkat,
kedudukan sosial, tingkat kekayaan, suku, ras, golongan, keturunan dan lainnya.
2. Pengertian kerukunan antar umat berbeda agama adalah cara atau sarana untuk
mempersatukan dan mempererat hubungan antara orang-orang yang tidak seagama
dalam proses pergaulan di masyarakat, tetapi bukan ditujukan untuk
mencampuradukan ajaran agama.
Sedangkan kerukunan umat inter agama berarti adanya kesepahaman dan kesatuan
untuk melakukan amalan dan ajaran agama yang dipeluk dengan menghormati adanya
perbedaan yang masih ditolerir. Dengan kata lain, sesama umat seagama tidak boleh
saling menghina, bermusuhan ataupun menjatuhkan, melainkan harus dikembangkan
sikap saling menghargai, menghormati, dan toleransi apabila terdapat perbedaan,
asalkan perbedaan tersebut tidak menyimpang dari ajaran agama yang dianut.
3. Hubungan antara umat beragama dengan penyelenggara negaraadalah dalam hidup
bersama, masyarakat tidak lepas dari adanya aturan pemerintah setempat yang
mengatur tentang kehidupan bermasyarakat.Masyarakat tidak boleh hanya mentaati
peraturan agamanya masing-masing, melainkan juga harus mentaati hukum yang
berlaku di negara Indonesia.Kemerdekaan beragama dan berkepercayaan tidak boleh
dimaknai sebagai kebiasaan untuk tidak beragama atau kebebasan untuk memaksakan
ajaran agama kepada orang lain yang sudah memeluk agama yang dianutnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Imarah, Muhammad, 1999. Islam dan Pluralitas, Jakarta, Gema Insani..

Wahyuddin.dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta; PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia

Wahid, A. d. (2014). Pendidikan Agama Islam STMKG Sekolah Tinggi Meteorologi


Klimatoogi dan Geofisika. Jakarta.

https://aksarakhuddam.wordpress.com/2015/03/05/negara-dan-agama-menciptakan-
kerukunan-umat-beragama/ 09-01-2017 pukul 18.50

https://wahyusafitrii.blogspot.co.id/2012/01/kerukunan-antar-umat-beragama.htmldiakses
tanggal 09 Januari 2017

16

Anda mungkin juga menyukai