Puji dan syukur penyusun sampaikan kepada Allah SWT. Yang telah
memberikan segala cinta dan kasih sayang-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan
kepada junjunan kita Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, sampai
kepada kita sebagai umatnya.
Makalah ini di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam, dengan materi ‘Sejarah Peradaban Islam’. Makalah ini
disusun berdasarkan beberapa sumber.
Penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang
penyusun rasakan sangat membantu, baik moril maupun spiritual dalam
penyelesaiannya. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penyusun
mengucapkan terimakasih atas kerja sama dan do’a yang telah diberikan kepada
penyusun selama pembuatan makalah sehingga dapat terselesaikan.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kesalahan serta kekurangannya. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan.
Akhir kata penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penyusun.
BAB 1
PENDAHULUAN
TUJUAN .................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
KESIMPULAN .....................................................................................
SARAN ...............................................................................................
A.Latar Belakang
Kerukunan beragama di tengah keanekaragaman budaya merupakan
aset
dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia. Berbagai macam kendala
yang sering kita hadapi dalam mensukseskan kerukunan antar umat
beragama,
dari luar maupun dalam negeri kita sendiri. Namun dengan kendala
tersebut warga
Indonesia selalu optimis, bahwa dengan ba
nyaknya agama yang ada di Indonesia,
maka banyak pula solusi untuk menghadapi kendala
kendala tersebut.
Dari berbagai pihak telah sepakat untuk mencapai tujuan kerukunan
antar
umat beragama di Indonesia seperti masyarakat dari berbagai
golongan,
pemerintah dan organisasi
organisasi agama yang banyak berperan aktif dalam
masyarakat. Keharmonisan dalam komunikasi antar sesama penganut
agama
adalah tujuan dari kerukunan beragama, agar terciptakan masyarakat
yang bebas
dari ancaman, kekerasan hingga konflik ag
ama.
Agama Islam mengakui keberagaman agama yang dianut oleh
manusia,
karena itu agama Islam tidak hanya mengajarkan tata cara hubungan
sesama umat
Islam, tetapi juga hubungan dengan umat beragama lain.
B.Rumusan Masalah
1. Pengertian kerukunan antar umat manusia
2. Jenis jenis kerukunan antar umat beragama
3. Kerja sama antar umat beragama
C.Tujuan
1. Mengetahui pengertian kerukunan antar umat manusia
2. Mengetahui jenis jenis kerukunan antar umat beragama
3. Mengetahui kerja sama antar umat beragama
BAB II
PEMBAHASAN
Kerukunan berasal dari kata rukun. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Cetakan Ketiga tahun 1990, artinya rukun adalah
perihal keadaan hidup rukun atau perkumpulan yang berdasarkan tolong
menolong dan persahabatan. Kata kerukunan berasal dari kata dasar rukun,
berasal dari bahasa Arab ruknun (rukun) jamaknya arkan berarti asas atau dasar,
misalnya: rukun Islam, asas Islam atau dasar agama Islam. Dalam kamus besar
bahasa Indonesia arti rukun adalah sebagai berikut: Rukun (nomina): (1) sesuatu
yang harus dipenuhi untuk sahnya pekerjaan, seperti: tidak sah sembahyang yang
tidak cukup syarat dan rukunnya; (2) asas, berarti: dasar, sendi: semuanya
terlaksana dengan baik, tidak menyimpang dari rukunnya; rukun Islam: tiang
utama dalam agama Islam; rukun iman: dasar kepercayaan dalam agama Islam.
Rukun (a-ajektiva) berarti: (1) baik dan damai, tidak bertentangan: kita hendaknya
hidup rukun dengan tetangga: (2) bersatu hati, bersepakat: penduduk kampung
itu rukun sekali. Merukunkan berarti: (1) mendamaikan; (2)menjadikan bersatu
hati. Kerukunan: (1) perihal hidup rukun; (2) rasa rukun; kesepakatan: kerukunan
hidup bersama.
Secara etimologi kata kerukunan pada mulanya adalah dari Bahasa Arab, yakni
ruknun yang berarti tiang, dasar, atau sila. Jamak rukun adalah arkaan. Dari kata
arkaan diperoleh pengertian, bahwa kerukunan merupakan suatu kesatuan yang
terdiri dari berbagai unsur yang berlainan dari setiap unsur tersebut saling
menguatkan. Kesatuan tidak dapat terwujud jika ada diantara unsur tersebut yang
tidak berfungsi. Sedangkan yang dimaksud kehidupan beragama ialah terjadinya
hubungan yang baik antara penganut agama yang satu dengan yang lainnya
dalam satu pergaulan dan kehidupan beragama, dengan cara saling memelihara,
saling menjaga serta saling menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan
kerugian atau menyinggung perasaan.
Secara terminologi banyak batasan yang diberikan oleh para ahli sebagai berikut:
Kerukunan dalam aspek sosial, politik, merupakan suatu sikap membiarkan orang
untuk mempunyai suatu keyakinan yang berbeda. Selain itu menerima
pernyataan ini karena sebagai pengakuan dan menghormati hak asasi manusia.
3. Ensiklopedi Amerika
Kerukunan juga diartikan sebagai kehidupan bersama yang diwarnai oleh suasana
yang harmonis dan damai, hidup rukun berarti tidak mempunyai konflik,
melainkan bersatu hati dan sepakat dalam berpikir dan bertindak demi
mewujudkan kesejahteraan bersama. Di dalam kerukunan semua orang bisa
hidup bersama tanpa ada kecurigaan, dimana tumbuh sikap saling menghormati
dan kesediaan bekerja sama demi kepentingan bersama. Kerukunan atau hidup
rukun adalah suatu sikap yang berasal dari lubuk hati yang paling dalam terpancar
dari kemauan untuk berinteraksi satu sama lain sebagai manusia tanpa tekanan
dari pihak mana pun.
Dalam pengertian sehari-hari kata rukun dan kerukunan adalah damai dan
perdamaian. Dengan pengertian ini dijelaskan bahwa kata kerukunan
dipergunakan dan berlaku dalam dunia pergaulan. Bila kata rukun ini
dipergunakan dalam konteks yang lebih luas seperti antar golongan atau antar
bangsa, pengertian rukun atau damai ditafsirkan menurut tujuan, kepentingan
kebutuhan masing-masing, sehingga disebut dengan kerukunan sementara,
kerukunan politis dan kerukunan hakiki. Kerukunan sementara adalah kerukunan
yang dituntut oleh situasi seperti menghadapi musuh bersama, bila musuh telah
selesai dihadapi maka keadaan akan kembali sebagaimana sebelumnya.
Kerukunan politis sama dengan kerukunan sebenarnya karena ada sementara
pihak yang terdesak. Kerukunan politis biasanya terjadi dalam peperangan
dengan mengadakan gencatan senjata untuk mengalur-ngalur waktu, sementara
mencari kesempatan atau menyusun kekuatan. Sedangkan kerukunan hakiki
adalah kerukunan yang didorong oleh kesadaran atau hasrat bersama demi
kepentingan bersama. Jadi kerukunan hakikatnya adalah kerukunan murni
mempunyai nilai dan harga yang tinggi dan bebas dari segala pengaruh hipokrisi
(penyimpangan).
Kerukunan antar umat beragama adalah suatu kondisi sosial ketika semua
golongan agama bisa hidup bersama tanpa mengkarangi hak dasar masing-masing
untuk melaksanakan kewajiban agamanya. Masing-masing pemeluk agama yang
baik haruslah hidup rukun dan damai. Karena itu kerukunan antar umat beragama
tidak mungkin akan lahir dari sikap fanatisme buta dan sikap tidak peduli atas hak
keberagaman dan perasaan orang lain. Tetapi dalam hal ini tidak diartikan bahwa
kerukunan hidup antar umat beragama memberi ruang untuk mencampurkan
unsur-unsur tertentu dari agama yang berbeda , sebab hal tersebut akan merusak
nilai agama itu sendiri.
Kerukunan antar umat beragama itu sendiri juga bisa diartikan dengan toleransi
antar umat beragama. Dalam toleransi itu sendiri pada dasarnya masyarakat
harus bersikap lapang dada dan menerima perbedaan antar umat beragama.
Selain itu masyarakat juga harus saling menghormati satu sama lainnya misalnya
dalam hal beribadah, antar pemeluk agama yang satu dengan lainnya tidak saling
mengganggu.
Kerukunan antar umat beragama adalah suatu bentuk hubungan yang harmonis
dalam dinamika pergaulan hidup bermasyarakat yang saling menguatkan yang di
ikat oleh sikap pengendalian hidup dalam wujud:
1. Saling hormat menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agamanya.
2. Saling hormat menghormati dan bekerja sama intern pemeluk agama, antar
berbagai golongan agama dan umat-umat beragama dengan pemerintah yang
sama-sama bertanggung jawab membangun bangsa dan Negara.
3. Saling tenggang rasa dan toleransi dengan tidak memaksa agama kepada
orang lain.
Dijelaskan Dalam pasal 1 angkasa (1) peraturan bersama Menteri Agama dan
Menteri Dalam No.9 dan 8 Tahun 2006 tentang pedoman pelaksanaan tugas
Kepala Daerah/Wakil Daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama,
pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pendirian rumah ibadat.
Kerukunan antar umat beragama adalah hubungan sesama umat beragama yang
dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai
kesetaraan dalam pengalaman ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara kesatuan kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Ada lima kualitas kerukunan umat beragama yang perlu dikembangkan, yaitu:
nilai religiositas, keharmonisan, kedinamisan, kreativitas, dan produktivitas.
Pertama: kualitas kerukunan hidup umat beragama harus merepresentasikan
sikap religius umatnya. Kerukunan yang terbangun hendaknya merupakan bentuk
dan suasana hubungan yang tulus yang didasarkan pada morf-motif suci dalam
rangka pengabdian kepada Tuhan. Oleh karena itu, kerukunan benar-benar
dilandaskan pada nilai kesucian, kebenaran, dan kebaikan dalam rangka mencapai
keselamatan dan kesejahteraan umat.
Kelima: kualitas kerukunan hidup umat beragama harus diarahkan pula pada
pengembangan nilai produktivitas umat, untuk itu kerukunan ditekankan pada
pembentukan suasana hubungan yang mengembangkan nilai-nilai sosial praktis
dalam upaya mengentaskan kemiskinan, kebodohan, dan ketertinggalan, seperti
mengembangkan amal kebajikan, bakti sosial, badan usaha, dan berbagai kerja
sama sosial ekonomi yang menyejahterakan umat.
Dalam menciptakan kerukunan antar umat beragama dapat dilakukan dengan
cara-cara sebagai berikut:
Ada beberapa pedoman yang digunakan untuk menjalin kerukunan antar umat
beragama yaitu:
1. Saling menghormati.
2. Kebebasan Beragama.
Setiap manusia mempunyai kebebasan untuk menganut agama yang disukai serta
situasi dan kondisi memberikan kesempatan yang sama terhadap semua agama.
Dalam menjabarkan kebebasan perlu adanya pertimbangan sosiologis dalam arti
bahwa kenyataan proses sosialisasi berdasarkan wilayah, keturunan dan
pendidikan juga berpengaruh terhadap agama yang dianut seseorang.
4. Berpikir positif.
Dalam pergaulan antar umat beragama harus dikembangkan berbaik sangka. Jika
orang berburuk sangka maka akan menemui kesulitan dan kaku dalam pergaul
apa lagi jika bergaul dengan orang yang beragama.
Dasar berbaik sangka adalah saling tidak percaya. Kesulitan yang besar dalam
dialog adalah saling tidak percaya. Selama masih ada saling tidak percaya maka
dialog sulit dilaksanakan. Jika agama yang satu masih menaruh prasangka
terhadap agama lain maka usaha kearah kerukunan masih belum memungkinkan.
Untuk memulai usaha kerukunan harus dicari di dalam agama masing-masing
tentang adanya prinsip-prinsip kerukunan .
kerukunan antar umat berbeda agama adalah cara atau sarana untuk
mempersatukan dan mempererat hubungan antara orang-orang yang tidak
seagama dalam proses pergaulan di masyarakat, tetapi bukan ditujukan untuk
mencampur adukan ajaran agama. Hal ini perlu dilakukan guna menghindari
terbentuknya fanatisme ekstrem yang membahayakan keamanan, dan ketertiban
umum.
Bentuk-bentuk nyata yang bisa dilakukan adalah dengan adanya dialog antar
umat beragama yang di dalamnya bukan membahas perbedaan, akan tetapi
memperbincangkan kerukunan, dan perdamaian hidup dalam kedamaian dan
ketenteraman. Intinya adalah bahwa masing-masing agama mengajarkan untuk
hidup dalam kedamaian dan ketenteraman.
Dengan demikian akan dapat tercipta keamanan dan ketertiban antar umat
beragama, ketentraman dan kenyamanan di lingkungan masyarakat berbangsa dan
bernegara.
Secara luas, ada tiga tingkatan ukhuwah: Pertama, Ukhuwah Insaniah: yaitu
persaudaraan di antara sesama manusia, secara menyeluruh. Kedua,
UkhuwahRabbaniah: yaitu ikatan di antara mereka yang percaya kepada Tuhan
Yang Maha Esa.Ketiga, yang lebih khusus, Ukhuwah Islamiah: berarti ikatan
persaudaraan sesama umatIslam.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kerja sama adalah kegiatan atau usaha
yangdilakukan oleh beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama
merupakansuatu bentuk proses sosial yang didalamnya terdapat persekutuan antara
orang per orangatau kelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama. Kerja
sama dapat juga terjadikarena orientasi individu terhadap kelompoknya sendiri
atau kelompok lain. Kerja samaakan timbul apabila orang menyadari bahwa
mereka mempunyai kepentingan yangsama dan pada saat yang bersamaan
mempunyai cukup pengetahuan dan pengendaliandiri sendiri untuk memenuhi
kepentingan itu.Kerja sama antarumat beragama tersebut dipengaruhi oleh tingkat
akses informasi,keadaan sosial ekonomi, sikap keberagamaan dan tingkat
kepercayaan, Akses informasidiasumsikan mempunyai pengaruh terhadap kerja
sama:
1.Informasi.
3.Sikap Keberagaman.
4 Tingkat kepercayaan(trust)
Kerja sama antarumat beragama dapat tercipta bila diantara mereka terdapat rasa
saling percaya. Bila rasa saling percaya itu belum tumbuh pada masing-masing
kelompokagama, sangat sukar untuk menciptakan kerja sama antar umat beragama.
Untukmenumbuhkan rasa saling percaya tersebut, perlu dilakukan semacam
dialog, seminar,temu karya, untuk membicarakan hal-hal yang kemungkinan dapat
dikerja samakan.Dalam kerja sama rasa saling percaya itu sangat diperlukan. Oleh
sebab itu diasumsikan bahwa trust mempunyai pengaruh terhadap kerja sama
antarumat beragama.
Kerja sama antar umat bergama merupakan bagian dari hubungan sosial
anatarmanusia yang tidak dilarang dalam ajaran agama. Hubungan dan kerja sama
dalam bidang-bidang ekonomi, politik, maupun budaya tidak dilarang, bahkan
dianjurkansepanjang berada dalam ruang lingkup kebaikan. Dari sudut pandang
itulah kita sebgaiumat manusia yang menganut agama yang berbeda dapat
membentuk suatu kerjasamayang baik dan tanpa harus bekerjasama dengan orang-
orang yang se-iman saja danmengasingkan orang yang berbeda keyakinan karena
hal itu sebuah kesalahan yang besar juka kita mengucilkan mereka.
Asas agama Islam adalah hidup bersama dan hubungan seseorang dengan
masyarakat karena seorang individu memiliki keterbatasan. Oleh itu, manfaat-
manfaat yang diperoleh dari masyarakat, tidak pernah sebanding manfaat-manfaat
yang diperoleh dari individu karena keterbatasannya.
Oleh itu, agama Islam memerintahkan kepada pengikutnya dalam mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan baik selalu bekerja sama dengan orang lain dan ketika
individu-individu bekerja sama dan memiliki hubungan kemasyarakatan, spirit
persatuan yang berhembus dalam anatomi mereka akan menjaga mereka dari
perpecahan, sehingga Islam sangat memandang penting keikutsertaan dalam
masyarakat.
Allah Swt dalam al-Quran berfirman:
«»و تَعا َونُوا َعلَى ْالبِرِّ َو التَّ ْقوى َو ال تَعا َونُوا َعلَى اإْل ِ ْث ِم َو ْال ُع ْدوان
َ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (Qs Al-Maidah
[5]: 2)
Tak diragukan lagi bahwa di dalam setiap masyarakat, terdapat orang-orang yang
fakir dan miskin, orang-orang yang tidak memiliki kemampuan bekerja dan
pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dengan
memperhatikan bahwa menurut sudut pandang agama Islam, semua manusia
adalah makhluk Allah Swt dan semua kekayaan pada dasarnya kepunyaan-Nya,
maka kita harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu-individu ini dalam
batasan yang memungkinkan dan dapat diterima. Masalah ini membuktikan betapa
pentingnya menjalin kerja sama dengan sesama individu dalam masyarakat.
Dalil lain bahwa kerja sama penting bagi kita adalah persoalan persaudaraan antara
sesama umat Islam.
Kaum Muslimin dari sisi bahwa antara yang satu dengan yang lainnya bersaudara,
maka antara yang satu dan yang lainnya harus menjalankan hak untuk menunaikan
hak saudaranya yang lain.
Imam Shadiq As bersabda: “Bertakwalah kepada Allah terkait dengan saudara
Muslimmu yang fakir karena mereka memiliki hak yang harus kau tunaikan.” [4]
Dalam berbagai hadis dianjurkan untuk memperhatikan saudara-saudara
seagamanya.
Berbuat baiklah kepada saudaramu, baik ketika dalam keadaan senang maupun
susah. [5]
Berilah makanan kepada para fakir dan miskin karena mereka adalah saudara
kalian. [6]
Perintah ini sangat ditekankan sehingga al-Quran berkenaan dengan harta dan
benda yang dimiliki oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan supaya
memperhatikan orang-orang yang memerlukan.
Saran
Saran yang dapat diberikan untuk masyarakat di Indonesia supaya menanamkan
sejak dini pentingnya menjaga kerukunan antar umat beragama agar terciptanya
hidup rukun antar sesama sehingga masyarakat merasa aman, nyaman dan
sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
http://merah-putih-net.blogspot.com/2017/01/bentuk-kerukunan-umat-beragama.html?m=1
http://eprints.walisongo.ac.id/6995/3/BAB%20II.pdf
https://www.academia.edu/34564473/_KERJASAMA_ANTARA_UMAT_BERAGAMA_
https://www.islamquest.net/id/archive/question/id24756