Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH AGAMA

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

Dosen Pengampu: Muslim,M.Ag


KELOMPOK 9
Disusun oleh:
 Dinda Ayu Puspita 204110329
 Novi Bilqis Badriyah 204110342
 Tiara Salsabila 204110355

Prodi DIII Kebidanan Padang


Poltekkes Kemenkes RI Padang
Tahun Ajaran 2020/2021
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum wr.wb

Puji dan syukur penyusun sampaikan kepada Allah SWT. Yang telah
memberikan segala cinta dan kasih sayang-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan
kepada junjunan kita Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, sampai
kepada kita sebagai umatnya.
Makalah ini di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam, dengan materi ‘Sejarah Peradaban Islam’. Makalah ini
disusun berdasarkan beberapa sumber.
Penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang
penyusun rasakan sangat membantu, baik moril maupun spiritual dalam
penyelesaiannya. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penyusun
mengucapkan terimakasih atas kerja sama dan do’a yang telah diberikan kepada
penyusun selama pembuatan makalah sehingga dapat terselesaikan.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kesalahan serta kekurangannya. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan.
Akhir kata penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penyusun.

Riau ,19 september 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................

DAFTAR ISI ........................................................................................................

BAB 1

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG ..................................................................................

RUMUSAN MASALAH ............................................................................

TUJUAN .................................................................................................

BAB II

PEMBAHASAN

PENGERTIAN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA ......................

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA ..............................................

Kerja sama antar umat beragama .............................................


BAB III

KESIMPULAN .....................................................................................

SARAN ...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Kerukunan beragama di tengah keanekaragaman budaya merupakan
aset
dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia. Berbagai macam kendala
yang sering kita hadapi dalam mensukseskan kerukunan antar umat
beragama,
dari luar maupun dalam negeri kita sendiri. Namun dengan kendala
tersebut warga
Indonesia selalu optimis, bahwa dengan ba
nyaknya agama yang ada di Indonesia,
maka banyak pula solusi untuk menghadapi kendala
kendala tersebut.
Dari berbagai pihak telah sepakat untuk mencapai tujuan kerukunan
antar
umat beragama di Indonesia seperti masyarakat dari berbagai
golongan,
pemerintah dan organisasi
organisasi agama yang banyak berperan aktif dalam
masyarakat. Keharmonisan dalam komunikasi antar sesama penganut
agama
adalah tujuan dari kerukunan beragama, agar terciptakan masyarakat
yang bebas
dari ancaman, kekerasan hingga konflik ag
ama.
Agama Islam mengakui keberagaman agama yang dianut oleh
manusia,
karena itu agama Islam tidak hanya mengajarkan tata cara hubungan
sesama umat
Islam, tetapi juga hubungan dengan umat beragama lain.
B.Rumusan Masalah
1. Pengertian kerukunan antar umat manusia
2. Jenis jenis kerukunan antar umat beragama
3. Kerja sama antar umat beragama

C.Tujuan
1. Mengetahui pengertian kerukunan antar umat manusia
2. Mengetahui jenis jenis kerukunan antar umat beragama
3. Mengetahui kerja sama antar umat beragama
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian kerukunan antar umat beragama


1. Pengertian Kerukunan

Kerukunan berasal dari kata rukun. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Cetakan Ketiga tahun 1990, artinya rukun adalah
perihal keadaan hidup rukun atau perkumpulan yang berdasarkan tolong
menolong dan persahabatan. Kata kerukunan berasal dari kata dasar rukun,
berasal dari bahasa Arab ruknun (rukun) jamaknya arkan berarti asas atau dasar,
misalnya: rukun Islam, asas Islam atau dasar agama Islam. Dalam kamus besar
bahasa Indonesia arti rukun adalah sebagai berikut: Rukun (nomina): (1) sesuatu
yang harus dipenuhi untuk sahnya pekerjaan, seperti: tidak sah sembahyang yang
tidak cukup syarat dan rukunnya; (2) asas, berarti: dasar, sendi: semuanya
terlaksana dengan baik, tidak menyimpang dari rukunnya; rukun Islam: tiang
utama dalam agama Islam; rukun iman: dasar kepercayaan dalam agama Islam.

Rukun (a-ajektiva) berarti: (1) baik dan damai, tidak bertentangan: kita hendaknya
hidup rukun dengan tetangga: (2) bersatu hati, bersepakat: penduduk kampung
itu rukun sekali. Merukunkan berarti: (1) mendamaikan; (2)menjadikan bersatu
hati. Kerukunan: (1) perihal hidup rukun; (2) rasa rukun; kesepakatan: kerukunan
hidup bersama.

Secara etimologi kata kerukunan pada mulanya adalah dari Bahasa Arab, yakni
ruknun yang berarti tiang, dasar, atau sila. Jamak rukun adalah arkaan. Dari kata
arkaan diperoleh pengertian, bahwa kerukunan merupakan suatu kesatuan yang
terdiri dari berbagai unsur yang berlainan dari setiap unsur tersebut saling
menguatkan. Kesatuan tidak dapat terwujud jika ada diantara unsur tersebut yang
tidak berfungsi. Sedangkan yang dimaksud kehidupan beragama ialah terjadinya
hubungan yang baik antara penganut agama yang satu dengan yang lainnya
dalam satu pergaulan dan kehidupan beragama, dengan cara saling memelihara,
saling menjaga serta saling menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan
kerugian atau menyinggung perasaan.

Dalam bahasa Inggris disepadankan dengan harmonius atau concord. Dengan


demikian, kerukunan berarti kondisi social yang ditandai oleh adanya keselarasan,
kecocokan, atau ketidak berselisihan (harmony, concordance). Dalam literatur
ilmu sosial, kerukunan diartikan dengan istilah intergrasi (lawan disintegrasi) yang
berarti the creation and maintenance of diversified patterns of interactions
among outnomous units. Kerukunan merupakan kondisi dan proses tercipta dan
terpeliharanya pola-pola interaksi yang beragam diantara unitunit(unsure/ sub
sistem) yang otonom. Kerukunan mencerminkan hubungan timbal balik yang
ditandai oleh sikap saling menerima, saling mempercayai, saling menghormati
dan menghargai, serta sikap memaknai kebersamaan.

Secara terminologi banyak batasan yang diberikan oleh para ahli sebagai berikut:

1. W. J.S Purwadarminta menyatakan

Kerukunan adalah sikap atau sifat menenggang berupa menghargai serta


membolehkan suatu pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan maupun yang
lainya yang berbeda dengan pendirian.

2. Dewan Ensiklopedi Indonesia

Kerukunan dalam aspek sosial, politik, merupakan suatu sikap membiarkan orang
untuk mempunyai suatu keyakinan yang berbeda. Selain itu menerima
pernyataan ini karena sebagai pengakuan dan menghormati hak asasi manusia.

3. Ensiklopedi Amerika

Kerukunan memiliki makna sangat terbatas. Ia berkonotasi menahan diri dari


pelanggaran dan penganiayaan, meskipun demikian, ia memperlihatkan sikap
tidak setuju yang tersembunyi dan biasanya merujuk kepada sebuah kondisi
dimana kebebasan yang di perbolehkannya bersifat terbatas dan bersyarat.
Dari beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa kerukunan adalah
suatu sikap atau sifat dari seseorang untuk membiarkan kebebasan kepada orang
lain serta memberikan kebenaran atas perbedaan tersebut sebagai pengakuan
hak-hak asasi manusia. Kerukunan diartikan adanya suasana persaudaraan dan
kebersamaan antara semua orang meskipun mereka berbeda secara suku, ras,
budaya, agama, golongan. Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk
menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidak rukunan serta kemampuan dan
kemauan untuk hidup bersama dengan damai dan tenteram.

Kerukunan juga diartikan sebagai kehidupan bersama yang diwarnai oleh suasana
yang harmonis dan damai, hidup rukun berarti tidak mempunyai konflik,
melainkan bersatu hati dan sepakat dalam berpikir dan bertindak demi
mewujudkan kesejahteraan bersama. Di dalam kerukunan semua orang bisa
hidup bersama tanpa ada kecurigaan, dimana tumbuh sikap saling menghormati
dan kesediaan bekerja sama demi kepentingan bersama. Kerukunan atau hidup
rukun adalah suatu sikap yang berasal dari lubuk hati yang paling dalam terpancar
dari kemauan untuk berinteraksi satu sama lain sebagai manusia tanpa tekanan
dari pihak mana pun.

Dalam pengertian sehari-hari kata rukun dan kerukunan adalah damai dan
perdamaian. Dengan pengertian ini dijelaskan bahwa kata kerukunan
dipergunakan dan berlaku dalam dunia pergaulan. Bila kata rukun ini
dipergunakan dalam konteks yang lebih luas seperti antar golongan atau antar
bangsa, pengertian rukun atau damai ditafsirkan menurut tujuan, kepentingan
kebutuhan masing-masing, sehingga disebut dengan kerukunan sementara,
kerukunan politis dan kerukunan hakiki. Kerukunan sementara adalah kerukunan
yang dituntut oleh situasi seperti menghadapi musuh bersama, bila musuh telah
selesai dihadapi maka keadaan akan kembali sebagaimana sebelumnya.
Kerukunan politis sama dengan kerukunan sebenarnya karena ada sementara
pihak yang terdesak. Kerukunan politis biasanya terjadi dalam peperangan
dengan mengadakan gencatan senjata untuk mengalur-ngalur waktu, sementara
mencari kesempatan atau menyusun kekuatan. Sedangkan kerukunan hakiki
adalah kerukunan yang didorong oleh kesadaran atau hasrat bersama demi
kepentingan bersama. Jadi kerukunan hakikatnya adalah kerukunan murni
mempunyai nilai dan harga yang tinggi dan bebas dari segala pengaruh hipokrisi
(penyimpangan).

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa kata kerukunan hanya digunakan atau


berlaku hanya dalam kehidupan pergaulan kerukunan antar umat beragama
bukan berarti merelatifir agama-agama yang ada melebur kepada satu totalitas
(sinkrtisme agama) dengan menjadikan agama-agama yang ada itu menjadi
madzhab dari agama totalitas itu melainkan sebagai cara atau sarana untuk
mempertemukan, mengatur hubungan luar antara orang yang tidak seagama atau
antar golongan umat beragama dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kerukunan hidup umat beragama mengandung tiga unsur penting: pertama,
kesediaan untuk menerima adanya perbedaan keyakinan dengan orang atau
kelompok lain. Kedua, kesediaan membiarkan orang lain untuk mengamalkan
ajaran yang diyakninya.Dan yang ketiga, kemampuan untuk menerima perbedaan
merasakan indahnya sebuah perbedaan dan mengamalkan ajarannya. Keluhuran
masing-masing ajaran agama yang menjadi anutan dari setiap orang. Lebih dari
itu, setiap agama adalah pedoman hidup umat manusia yang bersumber dari
ajaran tuhan.

Dalam terminologi yang digunakan oleh pemerintah secara resmi, konsep


kerukunan hidup antar umat beragama ada tiga kerukunan, yang disebut dengan
istilah “Trilogi Kerukunan” yaitu:

1. kerukunan intern masing-masing umat dalam satu agama.

Yaitu kerukunan di antara aliran-aliran / paham mazhab-mazhab yang ada dalam


suatu umat atau komunitas agama.

2. kerukunan di antara umat/ komunitas agama berbeda-beda.

Yaitu kerukunan di antara para pemeluk agama-agama yang berbeda yaitu di


antara pemeluk Islam dengan pemeluk Kristen Protestan, katolik, Hindu, dan
Budha.

3. Kerukunan antar umat/ komunitas agama dengan pemerintah.


Yaitu supaya diupayakan keserasian dan keselarasan di antara para pemeluk atau
pejabat agama dengan para pejabat pemerintah dengan saling memahami dan
menghargai tugas masing-masing dalam rangka membangun masyarakat dan
bangsa Indonesia yang beragama.

Dengan demikian kerukunan merupakan jalan hidup manusia yang memiliki


bagian-bagian dan tujuan tertentu yang harus dijaga bersama-sama, saling tolong
menolong, toleransi, tidak saling bermusuhan, saling menjaga satu sama lain.

2. Kerukunan Antar Umat Beragama


A. Pengertian kerukunan antar umat beragama.

Kerukunan antar umat beragama adalah suatu kondisi sosial ketika semua
golongan agama bisa hidup bersama tanpa mengkarangi hak dasar masing-masing
untuk melaksanakan kewajiban agamanya. Masing-masing pemeluk agama yang
baik haruslah hidup rukun dan damai. Karena itu kerukunan antar umat beragama
tidak mungkin akan lahir dari sikap fanatisme buta dan sikap tidak peduli atas hak
keberagaman dan perasaan orang lain. Tetapi dalam hal ini tidak diartikan bahwa
kerukunan hidup antar umat beragama memberi ruang untuk mencampurkan
unsur-unsur tertentu dari agama yang berbeda , sebab hal tersebut akan merusak
nilai agama itu sendiri.

Kerukunan antar umat beragama itu sendiri juga bisa diartikan dengan toleransi
antar umat beragama. Dalam toleransi itu sendiri pada dasarnya masyarakat
harus bersikap lapang dada dan menerima perbedaan antar umat beragama.
Selain itu masyarakat juga harus saling menghormati satu sama lainnya misalnya
dalam hal beribadah, antar pemeluk agama yang satu dengan lainnya tidak saling
mengganggu.

Kerukunan antar umat beragama adalah suatu bentuk hubungan yang harmonis
dalam dinamika pergaulan hidup bermasyarakat yang saling menguatkan yang di
ikat oleh sikap pengendalian hidup dalam wujud:
1. Saling hormat menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agamanya.

2. Saling hormat menghormati dan bekerja sama intern pemeluk agama, antar
berbagai golongan agama dan umat-umat beragama dengan pemerintah yang
sama-sama bertanggung jawab membangun bangsa dan Negara.

3. Saling tenggang rasa dan toleransi dengan tidak memaksa agama kepada
orang lain.

Dengan demikian kerukunan antar umat beragama merupakan salah satu


tongkat utama dalam memelihara hubungan suasana yang baik, damai, tidak
bertengkar, tidak gerak, bersatu hati dan bersepakat antar umat beragama yang
berbeda-beda agama untuk hidup rukun.

Dijelaskan Dalam pasal 1 angkasa (1) peraturan bersama Menteri Agama dan
Menteri Dalam No.9 dan 8 Tahun 2006 tentang pedoman pelaksanaan tugas
Kepala Daerah/Wakil Daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama,
pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pendirian rumah ibadat.

Kerukunan antar umat beragama adalah hubungan sesama umat beragama yang
dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai
kesetaraan dalam pengalaman ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara kesatuan kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

Memahami pengertian kerukunan umat beragama, tampaknya peraturan


bersama diatas mengingatkan kepada bangsa Indonesia bahwa kondisi kerukunan
antar umat beragama bukan hanya tercapainya suasana batin yang penuh
toleransi antar umat beragama, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana
mereka bisa saling berkerjasama membangun kehidupan umat beragama yang
harmonis itu bukan sebuah hal yang ringan. Semua ini haarus berjalan dengan
hati-hati mengingat agama sangat melibatkan aspek emosi umat, sehingga
sebagai mereka lebih cenderung dengan kebenaran dari pada mencari kebenaran.
Meskipun sudah banyak sejumlah pedoman telah digulirkan, pada umumnya
masih sering terjadi gesekan-gesekan dalam menyiarkan agama dan
pembangunan rumah ibadah.

Ada lima kualitas kerukunan umat beragama yang perlu dikembangkan, yaitu:
nilai religiositas, keharmonisan, kedinamisan, kreativitas, dan produktivitas.
Pertama: kualitas kerukunan hidup umat beragama harus merepresentasikan
sikap religius umatnya. Kerukunan yang terbangun hendaknya merupakan bentuk
dan suasana hubungan yang tulus yang didasarkan pada morf-motif suci dalam
rangka pengabdian kepada Tuhan. Oleh karena itu, kerukunan benar-benar
dilandaskan pada nilai kesucian, kebenaran, dan kebaikan dalam rangka mencapai
keselamatan dan kesejahteraan umat.

Kedua: kualitas kerukunan hidup umat beragama harus mencerminkan pola


interaksi antara sesama umat beragama yang harmonis, yakni hubungan yang
serasi, ”senada dan seirama”, tenggang rasa, saling menghormati, saling
mengasihi, saling menyayangi, saling peduli yang didasarkan pada nilai
persahabatan, kekeluargaan, persaudaraan, dan rasa rasa sepenanggungan.

Ketiga: kualitas kerukunan hidup umat beragama harus diarahkan pada


pengembangan nilai-nilai dinamik yang direpresentasikan dengan suasana yang
interaktif, bergerak, bersemangat, dan gairah dalam mengembalikan nilai
kepedulian, kearifan, dan kebajikan bersama.

Keempat: kualitas kerukunan hidup umat beragama harus diorientasikan pada


pengembangan suasana kreatif, suasana yang mengembangkan gagasan, upaya,
dan kreativitas bersama dalam berbagai sektor untuk kemajuan bersama yang
bermakna.

Kelima: kualitas kerukunan hidup umat beragama harus diarahkan pula pada
pengembangan nilai produktivitas umat, untuk itu kerukunan ditekankan pada
pembentukan suasana hubungan yang mengembangkan nilai-nilai sosial praktis
dalam upaya mengentaskan kemiskinan, kebodohan, dan ketertinggalan, seperti
mengembangkan amal kebajikan, bakti sosial, badan usaha, dan berbagai kerja
sama sosial ekonomi yang menyejahterakan umat.
Dalam menciptakan kerukunan antar umat beragama dapat dilakukan dengan
cara-cara sebagai berikut:

1. Saling tenggang rasa menghargai dan toleransi antar umat beragama.

2. Tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu.

3. Melaksanakan ibadah sesuai dengan agamanya.

4. Mematuhi peraturan keagamaan baik dalam agamanya maupun peraturan


Negara atau Pemerintah.

Ada beberapa pedoman yang digunakan untuk menjalin kerukunan antar umat
beragama yaitu:

1. Saling menghormati.

Setiap umat beragama harus atau wajib memupuk, melestarikan dan


meningkatkan keyakinannya. Dengan mempertebal keyakinan maka setiap umat
beragama akan lebih saling menghormati sehingga perasaan takut dan curiga
semakin hari bersama dengan meningkatkan Taqwa, perasaan curiga dapat
dihilangkan.

Rasa saling menghormati juga termasuk menanamkan rasa simpati atas


kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh kelompok lain, sehingga mampu
menggugah optimis dengan persaingan yang sehat. Di usahakan untuk tidak
mencari kelemahan-kelemahan agama lain, apalagi kelemahan tersebut dibesar-
besarkan.

2. Kebebasan Beragama.

Setiap manusia mempunyai kebebasan untuk menganut agama yang disukai serta
situasi dan kondisi memberikan kesempatan yang sama terhadap semua agama.
Dalam menjabarkan kebebasan perlu adanya pertimbangan sosiologis dalam arti
bahwa kenyataan proses sosialisasi berdasarkan wilayah, keturunan dan
pendidikan juga berpengaruh terhadap agama yang dianut seseorang.

3. Menerima orang lain apa adanya.


Setiap umat beragama harus mampu menerima seseorang apa adanya dengan
segala kelebihan dan kekurangannya, melihat umat yang beragama lain tidak
dengan persepsi agama yang dianut. Seorang agama Kristen menerima kehadiran
orang Islam apa adanya begitu pula sebaliknya. Jika menerima orang Islam
dengan persepsi orang Kristen maka jadinya tidak kerukunan tapi justru
mempertajam konflik.

4. Berpikir positif.

Dalam pergaulan antar umat beragama harus dikembangkan berbaik sangka. Jika
orang berburuk sangka maka akan menemui kesulitan dan kaku dalam pergaul
apa lagi jika bergaul dengan orang yang beragama.

Dasar berbaik sangka adalah saling tidak percaya. Kesulitan yang besar dalam
dialog adalah saling tidak percaya. Selama masih ada saling tidak percaya maka
dialog sulit dilaksanakan. Jika agama yang satu masih menaruh prasangka
terhadap agama lain maka usaha kearah kerukunan masih belum memungkinkan.
Untuk memulai usaha kerukunan harus dicari di dalam agama masing-masing
tentang adanya prinsip-prinsip kerukunan .

Menurut Durkheim, kerukunan adalah proses interaksi antar umat beragama,


yang membentuk ikatan-ikatan sosial yang tidak individualis dan menjadi satu
kesatuan yang utuh di bawah peran tokoh agama, tokoh masyarakat maupun
masyarakat yang mempunyai sistem serta memiliki bagian bagian peran tersendiri
yaitu seperti pada umumnya yang terjadi dilingkup masyarakat lain. Durkheim
mengatakan bahwa penghapusan diskriminasi menuju kemerdekaan
berkeyakinan membutuhkan beberapa prasyarat, antara lain pengakuan dan
penghormatan atas pluralisme, merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan
kerukunan.

3.Jenis-jenis kerukunan antar umat beragama

Di Indonesia, kita mengenalnya dengan “Konsep Tri Kerukunan Beragama” yang


terdiri dari :

1.Kerukunan internal umat seagama


Kerukunan umat seagama berarti adanya kesepahaman dan kesatuan untuk
melakukan amalan dan ajaran agama yang dipeluk dengan menghormati adanya
perbedaan yang masih ditoleransi. Dengan kata lain, sesama umat seagama tidak
boleh saling menghina, bermusuhan ataupun menjatuhkan, melainkan harus
dikembangkan sikap saling menghargai, menghormati, dan toleransi apabila
terdapat perbedaan, asalkan perbedaan tersebut tidak menyimpang dari ajaran
agama yang dianut.

2.Kerukunan umat berbeda agama

kerukunan antar umat berbeda agama adalah cara atau sarana untuk
mempersatukan dan mempererat hubungan antara orang-orang yang tidak
seagama dalam proses pergaulan di masyarakat, tetapi bukan ditujukan untuk
mencampur adukan ajaran agama. Hal ini perlu dilakukan guna menghindari
terbentuknya fanatisme ekstrem yang membahayakan keamanan, dan ketertiban
umum.

Bentuk-bentuk nyata yang bisa dilakukan adalah dengan adanya dialog antar
umat beragama yang di dalamnya bukan membahas perbedaan, akan tetapi
memperbincangkan kerukunan, dan perdamaian hidup dalam kedamaian dan
ketenteraman. Intinya adalah bahwa masing-masing agama mengajarkan untuk
hidup dalam kedamaian dan ketenteraman.

3.Kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah

Kerukunan umat beragama dengan pemerintah, maksudnya adalah dalam hidup


bersama, masyarakat tidak lepas dari adanya aturan pemerintah setempat yang
mengatur tentang kehidupan bermasyarakat. Masyarakat tidak boleh hanya
menaati peraturan agamanya masing-masing, melainkan juga harus menaati
hukum yang berlaku di negara Indonesia.

Kemerdekaan beragama dan berkepercayaan tidak boleh dimaknai sebagai


kebiasaan untuk tidak beragama atau kebebasan untuk memaksakan ajaran
agama kepada orang lain yang sudah memeluk agama yang dianutnya.
3.Kerja sama antar umat beragama
1. PENGERTIAN KERJASAMA ANTAR UMAT BERAGAMA

Kerjasama umat bragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang


dilandasidengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling
menghargai dalamkesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam
kehidupan masyarakatdan bernegara.

Umat beragama dan pemerintah harus melakukan upaya bersama


dalammemelihara kerukunan umat beragama, di bidang pelayanan, pengaturan dan
pemberdayaan. Sebagai contoh yaitu dalam mendirikan rumah ibadah
harusmemperhatikan pertimbangan Ormas keagamaan yang berbadan hokum dan
telahterdaftar di pemerintah daerah.

Dengan demikian akan dapat tercipta keamanan dan ketertiban antar umat
beragama, ketentraman dan kenyamanan di lingkungan masyarakat berbangsa dan
bernegara.

2.Kerjasama Sesama Muslim


Ukhuwah umat Islam adalah persaudaraan dan kerja sama yang
bersifatuniversal, yang juga bisa diterapkan atas seluruh umat manusia secara luas.

Secara luas, ada tiga tingkatan ukhuwah: Pertama, Ukhuwah Insaniah: yaitu
persaudaraan di antara sesama manusia, secara menyeluruh. Kedua,
UkhuwahRabbaniah: yaitu ikatan di antara mereka yang percaya kepada Tuhan
Yang Maha Esa.Ketiga, yang lebih khusus, Ukhuwah Islamiah: berarti ikatan
persaudaraan sesama umatIslam.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, kerja sama adalah kegiatan atau usaha
yangdilakukan oleh beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama
merupakansuatu bentuk proses sosial yang didalamnya terdapat persekutuan antara
orang per orangatau kelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama. Kerja
sama dapat juga terjadikarena orientasi individu terhadap kelompoknya sendiri
atau kelompok lain. Kerja samaakan timbul apabila orang menyadari bahwa
mereka mempunyai kepentingan yangsama dan pada saat yang bersamaan
mempunyai cukup pengetahuan dan pengendaliandiri sendiri untuk memenuhi
kepentingan itu.Kerja sama antarumat beragama tersebut dipengaruhi oleh tingkat
akses informasi,keadaan sosial ekonomi, sikap keberagamaan dan tingkat
kepercayaan, Akses informasidiasumsikan mempunyai pengaruh terhadap kerja
sama:

1.Informasi.

Informasi yang kurang memadai terhadap kelompok lain yang berbeda


agama, seringmenimbulkan kecurigaan dan issu-issu yang kurang menguntungkan.

2.Status Sosial Ekonomi.

Status sosial ekonomi seseorang diperkirakan berpengaruh terhadap kerja


samaantarumat beragama. Seseorang yang mempunyai status sosial ekonomi yang
memadai,dalammenjalankan roda perekonomiannya, cendrung untuk berhubungan
dengan oranglain yang berbeda baik suku maupun agama.

3.Sikap Keberagaman.

Sikap keberagamaan diasumsikan mempunyai pengaruh terhadap kerja


sama antarumat beragama. Seseorang untuk dapat bekerja sama dengan orang lain,
didorong olehsikapnya terhadap orang atau kelompok tersebut. Kalau sikapnya
tidak menghargaiorang atau kelompok lain, maka sudah barang tentu akan sulit
untuk menciptakan kerjasama diantara mereka. Sebaliknya bila seseorang
mempunyai sikap terbuka, toleransdan menghargai orang atau kelompok lain,
maka sangat terbuka untuk membangunkerja sama diantara mereka yang berbeda
agama

4 Tingkat kepercayaan(trust)

Kerja sama antarumat beragama dapat tercipta bila diantara mereka terdapat rasa
saling percaya. Bila rasa saling percaya itu belum tumbuh pada masing-masing
kelompokagama, sangat sukar untuk menciptakan kerja sama antar umat beragama.
Untukmenumbuhkan rasa saling percaya tersebut, perlu dilakukan semacam
dialog, seminar,temu karya, untuk membicarakan hal-hal yang kemungkinan dapat
dikerja samakan.Dalam kerja sama rasa saling percaya itu sangat diperlukan. Oleh
sebab itu diasumsikan bahwa trust mempunyai pengaruh terhadap kerja sama
antarumat beragama.

3. Kerjasama Umat islam dengan penganut agama lain .


Ruang lingkup kerja sama dalam masyarakat yang biasa disebut tasamuh.

Tasamuh, yaitu kerjasama antara masyarakat muslim dan masyarakat


nonmuslim yang bertujuan memelihara kerukunan hidup dan kerja sama yang baik
dalammasyarakat. Tasamuh berfungsi sebagai penertib, pengaman, pendamai, dan
pemersatudalam komunikasi dan interaksi sehingga terpelihara kelestarian
lingkungan hidup danterwujudnya hubungan baik antara sesama anggota
masyarakatnya. Namun, tasamufdiantara sesama muslim didasari oleh rasa kasih
sayang, sesuai kedudukan seorangmukmin dengan mukmin lainnya, yaitu
bersaudara sehingga berfungsi untuk salingmeneguhkan atau menguatkan sebagai
suatu bangunan yang kokoh dan kuat.

Islam membolehkan umatnya untuk bekerja sama dengan penganut agama


laindiluar kegiatan Spiritual, misalnya menjalin hubungan ekonomi dan
perdagangan, politik, sosial, dan budaya sepanjang dapat menjalin kemurnian
akidahnya. Sedangkankerja sama dalam urusan ritual atau ibadah tidak
diperkenankan sama sekali. Tetapiumat Islam tetap wajib menghormati dan
memberikan kebebasan kepada mereka untukmenjalan agamanya.

Kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa


semakin berkembang sehingga terbina hidup rukun dan kerjasama di antara sesama
umat beragama dan penganut aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Kerjasamaini akan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dan negara. Di
dalam hubungankerjasama sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang tersurat dan
tersirat di dalamPancasila, khususnya sila Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu
kerjasama yangdidasari:

a.Toleransi hidup beragama, kepercayaan dan keyakinannya masing-masing.

b.Menghormati orang yang sedang melaksanakan ibadah.

c.Bekerja sama dan tolong menolong tanpa membeda-bedakan agama.


d.Tidak memaksakan agama dan kepercayaannya kepada orang lain.Kerjasama di
antara umat beragama merupakan bagian yang sangat penting dalamkehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan kerjasama yang erat diantara
mereka, kehidupan dalam masyarakat akan menjadi aman, tenteram, tertib,
dandamai. Bentuk kerjasama antar umat beragama di antaranya sebagai berikut:

1.Adanya dialog antar pemimpin agama

2.Adanya kesepakatan di antara pemimpin agama untuk membina


agamanya masing-masing.

3.Saling memberikan bantuan bila terkena musibah bencana alam.Itulah


makna dari kerjasama antar umat beragama.

Hubungan antara agama satudengan penganut agama lain tidak dilarang,


kecuali bekerja sama dalam persoalanibadah. persoalan tersebut merupakan hak
intern umat beragama yang tidak bolehdicampuri pihak lain, tetapi aspek sosial
kemasyarakatan dapat bersatu dalam kerjasama yang baik. Kerja sama antar umat
bergama merupakan bagian dari hubungansosial anatar manusia yang tidak
dilarang dalam ajaran agama. Hubungan dan kerjasama dalam bidang-bidang
ekonomi, politik, maupun budaya tidak dilarang, bahkandianjurkan sepanjang
berada dalam ruang lingkup kebaikan.

Dalam hubungannya dengan orang-orang yang tidak seagama, Islammengajarkan


agar umat Islam berbuat baik dan bertindak adil. Selama tidak berbuataniaya
kepada umat Islam. Al-

Qur’an juga mengajarkan agar umat Islammengutamakan terciptanya suasana


perdamaian, hingga timbul rasa kasih sayangdiantara umat Islam dengan umat
beragama lain. Kerjasama dalam bidang kehidupanmasyarakat seperti
penyelenggaraan pendidikan, pemberantasan penyakit sosial, pembangunan
ekonomi untuk mengatasi kemiskinan, adalah beberapa contoh kerjasama yang
dilakukan antara umat Islam dengan umat beragama lain. (AjatSudrajat,2008:149)

Dari pokok bahasan di atas, kita dapat menguraikan komentar bahwa :


kitasebagai umat yang beragama hendaknya menerapkan budaya saling
bekerjasama antarsatu sama lain walaupun dibatasi dengan perbedaan agama, akan
tetapi hal itu bukanlahsebuah alasan untuk kita menghindari orang yang berbeda
keyakinan dengan kita dantidak mau bekerjasama dengan mereka. Karena kita tahu
bahwa negara kita yaitu negaraIndonesia memiliki beragam suku, ras dan agama,
untuk itu kita harus bisa salingmenghargai, menghormati dan saling tengang rasa
terhadap agama yang di anut olehrekan kita yang berbeda kepercayaan

Kerja sama akan menimbulkan asimilasi yaitu suatu proses yang


ditandaidengan adanya usaha mengurangi perbedaan yang terdapat pada
perorangan ataukelompok-kelompok manusia dan juga berusaha untuk
mempertinggi kesatuantindakan, sikap dan proses mental dengan memperhatikan
kepentingan-kepentingan dantujuan bersama. Karena dengan adanya suatu
kerjasama, kita dapat menghindari berbagai konflik yang bisa saja terjadi di antara
kita dan menghindari sikap ketidakadilan terhadap mereka yang lain agamanya.

Kerja sama antar umat bergama merupakan bagian dari hubungan sosial
anatarmanusia yang tidak dilarang dalam ajaran agama. Hubungan dan kerja sama
dalam bidang-bidang ekonomi, politik, maupun budaya tidak dilarang, bahkan
dianjurkansepanjang berada dalam ruang lingkup kebaikan. Dari sudut pandang
itulah kita sebgaiumat manusia yang menganut agama yang berbeda dapat
membentuk suatu kerjasamayang baik dan tanpa harus bekerjasama dengan orang-
orang yang se-iman saja danmengasingkan orang yang berbeda keyakinan karena
hal itu sebuah kesalahan yang besar juka kita mengucilkan mereka.

Asas agama Islam adalah hidup bersama dan hubungan seseorang dengan
masyarakat karena seorang individu memiliki keterbatasan. Oleh itu, manfaat-
manfaat yang diperoleh dari masyarakat, tidak pernah sebanding manfaat-manfaat
yang diperoleh dari individu karena keterbatasannya.
Oleh itu, agama Islam memerintahkan kepada pengikutnya dalam mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan baik selalu bekerja sama dengan orang lain dan ketika
individu-individu bekerja sama dan memiliki hubungan kemasyarakatan, spirit
persatuan yang berhembus dalam anatomi mereka akan menjaga mereka dari
perpecahan, sehingga Islam sangat memandang penting keikutsertaan dalam
masyarakat.
Allah Swt dalam al-Quran berfirman:

«‫»و تَعا َونُوا َعلَى ْالبِرِّ َو التَّ ْقوى َو ال تَعا َونُوا َعلَى اإْل ِ ْث ِم َو ْال ُع ْدوان‬
َ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”  (Qs Al-Maidah
[5]: 2)

Tak diragukan lagi bahwa di dalam setiap masyarakat, terdapat orang-orang yang
fakir dan miskin, orang-orang yang tidak memiliki kemampuan bekerja dan
pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dengan
memperhatikan bahwa menurut sudut pandang agama Islam, semua manusia
adalah makhluk Allah Swt dan semua kekayaan pada dasarnya kepunyaan-Nya,
maka kita harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu-individu ini dalam
batasan yang memungkinkan dan dapat diterima. Masalah ini membuktikan betapa
pentingnya menjalin kerja sama dengan sesama individu dalam masyarakat.

Dalil lain bahwa kerja sama penting bagi kita adalah persoalan persaudaraan antara
sesama umat Islam.

َ ُ‫إِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمن‬


«]3[»ٌ‫ون إِ ْخ َوة‬
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara.” (Qs Hujurat [49]: 10)

Kaum Muslimin dari sisi bahwa antara yang satu dengan yang lainnya bersaudara,
maka antara yang satu dan yang lainnya harus menjalankan hak untuk menunaikan
hak saudaranya yang lain.
Imam Shadiq As bersabda: “Bertakwalah kepada Allah terkait dengan saudara
Muslimmu yang fakir karena mereka memiliki hak yang harus kau tunaikan.” [4]
Dalam berbagai hadis dianjurkan untuk memperhatikan saudara-saudara
seagamanya.
Berbuat baiklah kepada saudaramu, baik ketika dalam keadaan senang maupun
susah. [5]
Berilah makanan kepada para fakir dan miskin karena mereka adalah saudara
kalian. [6]
Perintah ini sangat ditekankan sehingga al-Quran berkenaan dengan harta dan
benda yang dimiliki oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan supaya
memperhatikan orang-orang yang memerlukan.

«‫ق لِلسَّائِ ِل َو ْال َمحْ رُوم‬


ٌّ ‫»و فی أَ ْموالِ ِه ْم َح‬
َ
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan
orang miskin yang tidak mendapat bagian. (Qs Al-Dzariyat [51]: 19)
Oleh itu, apabila bagian dari kekayaan seseorang diberikan kepada orang-orang
yang tidak memiliki kemampuan secara ekonomi, pada dasarnya ia telah
memberikan bagian dan menunaikan hak mereka.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pentingnya kerukunan hidup antar umat beragama adalah terciptanya kehidupan masyarakat
yang harmonis dalam kedamaian, saling tolong menolong, dan tidak saling bermusuhan agar
agama bisa menjadi pemersatu bangsa Indonesia yang secara tidak langsung memberikan
stabilitas dan kemajuan Negara. Cara menjaga sekaligus mewujudkan kerukunan hidup antar
umat beragama adalah dengan mengadakan dialog antar umat beragama yang di dalamnya
membahas tentang hubungan antar sesama umat beragama. Selain itu ada beberapa cara menjaga
sekaligus mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama antara lain:
a)    Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lain
b)   Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi salahkan
orangnya.
c)    Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan mengganggu umat lain yang sedang
beribadah.
d)   Hindari diskriminasi terhadap agama lain.

Saran
Saran yang dapat diberikan untuk masyarakat di Indonesia supaya menanamkan
sejak dini pentingnya menjaga kerukunan antar umat beragama agar terciptanya
hidup rukun antar sesama sehingga masyarakat merasa aman, nyaman dan
sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA
http://merah-putih-net.blogspot.com/2017/01/bentuk-kerukunan-umat-beragama.html?m=1

http://eprints.walisongo.ac.id/6995/3/BAB%20II.pdf

https://www.academia.edu/34564473/_KERJASAMA_ANTARA_UMAT_BERAGAMA_

https://www.islamquest.net/id/archive/question/id24756

Anda mungkin juga menyukai