Anda di halaman 1dari 25

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI INDONESIA

Mata Kuliah ………

Dosen Pengampu : ………………………..

Disusun Oleh:
…………….
…………….
…………….

PROGRAM STUDI ………….


FAKULTAS ……………

UNIVERSITAS ……………..
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
tugas Makalah dengan tema “Kerukunan Antar Umat Beragama di Indonesia” ini dapat
terselesaikan dengan baik. Dan tidak lupa kami haturkan terimakasih sebesar-besarnya kepada
berbagai pihak yang membantu baik dalam memberikan ide, penulisan makalah, maupun
memberi dorongan motivasi dalam penyelesaian makalah ini. Makalah ini merupakan kewajiban
untuk memenuhi tugas………..., dan diharapkan dapat berguna baik bagi pembaca sebagai salah
satu sumber ilmu/informasi, maupun bagi penulis sendiri sebagai bahan evaluasi kedepannya.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kritik dan saran
yang membangun sangat kami terima untuk penyempurnaan makalah ini, terimakasih.

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kerukunan, Toleransi, dan Ukhuwah Antar Umat Beragama...................3
B. Tujuan Kerukunan, Toleransi, Dan Ukhuwah Antar Umat Beragama........................10
C. Manfaat terciptanya kerukunan antar umat beragama.................................................12
D. Faktor-Faktor Terjadinya Kerukunan Antar Umat Beragama.....................................13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................................17
B. Saran...............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara majemuk yang terdiri dari berbagai budaya, suku,
bangsa, ras, suku, dan agama yang berbeda. Manusia, masyarakat dan budaya saling
berkaitan erat, menciptakan dan menghilangkan satu sama lain, dan ketiganya ada untuk
berhubungan dan tidak dapat berdiri sendiri tanpa berhubungan satu sama lain. Namun
keragaman agama ini pun dapat menimbulkan perselisihan dalam masyarakat jika tidak
adanya toleransi, seperti kasus di Aceh, Ambon, Poso dan Papua atau kebakaran gereja.
Persoalan SARA (Suku, Ras, dan Antargolongan) yang merepresentasikan keragaman
kekayaan dan kekuatan persatuan suatu negara, tetapi SARA juga dapat menjadi ancaman
bagi kekuatan negara kesatuan Republik Indonesia. Pluralitas agama perlu dipahami agar
tidak terjadi konflikagama dan sosial serta disintegrasi bangsa[1].
Secara teori, agama pada dasarnya menciptakan suatu ikatan, baik antar
anggotanya maupun dalam kewajiban sosial masyarakat. Agama sebagai sistem nilai
sikap dan tindakan dapat bermuara pada penguatan integrasi masyarakat, terutama dalam
komunitas agama yang homogen. Dalam masyarakat yang heterogen secara agama,
pengguna agama sebagai sistem nilai dapat menimbulkan konflik dan disintegrasi sosial,
kecuali setiap umat beragama dapat mengembangkan interpretasi keagamaan yang
mendamaikan persamaan-persamaan yang terdapat pada masing-masing sistem.
Agama adalah sistem kepercayaan mutlak yang mempengaruhi pemikiran dan
perilaku manusia (pengikutnya). Agama dalam fungsinya sebagai aktivitas manusia
berarti pemeriksaan atas perbedaan pendapat tentang agama yang disebabkan oleh
perbedaan pandangan dan nilai[2]. Kondisi seperti ini sangat mempengaruhi kesatuan
bangsa dan negara. Jika masyarakat tidak memiliki toleransi yang tinggi, perpecahan
dapat dengan mudah muncul karena perbedaan yang ada. Selain itu diperlukan
pengaturan interaksi sosial yaitu kontak sosial dan komunikasi terjadi antara dua
orang/kelompok.Kontak antara dua orang yang bertemu.Sedangkan komunikasi adalah
proses penyampaian pesan atau informasi dari satu pihak (individu atau kelompok)
kepada pihak lain (individu atau
1
Rizal Mubit. ”Peran Agama Dalam Multikulturalisme Masyarakat Indonesia”. Episteme. Vol. 11 No.1. 2016.
Hal 182.
2
Shonhaji. “Agama Sebagai Perekat Social Pada Masyarakat Multikultural”. Al-Adyan. Vol.7, No.2. 2012. Hal 4.
1
kelompok) dengan menggunakan simbol-simbol. Simbol dalam komunikasi dapat berupa
apa saja yang pemakainya memberikan arti tertentu, hal ini dapat berupa kata, benda,
suara, warna, gerakan anggota/karakter. Sedangkan tatanan sosial terjadi ketika tindakan
dan interaksi sosial antar anggota masyarakat berkembang sesuai dengan nilai dan norma
yang berlaku.
Berdasarkan teori fungsionalis struktural, meskipun terdapat berbagai unsur sosial
dalam masyarakat, unsur-unsur tersebut cenderung saling menyesuaikan diri agar tercipta
keseimbangan (equilibrium) dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan menurut para
pendukung teori konflik, tatanan sosial muncul ketika ada unsur sosial yang dominan
(mengendalikan) dalam masyarakat atau ketika ada saling ketergantungan ekonomi [3].
Wujud nyata dari keseimbangan ini adalah tatanan sosial, yang merupakan
keadaan di mana cara berpikir, merasa dan bertindak serta interaksi sosial antara anggota
masyarakat dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat
masyarakat masing-masing. Sebagian besar dari lima agama di indonesia, mayoritas
adalah pemeluk Islam. Jadi kerukunan antarumat beragama didasarkan pada kebutuhan
sosial dimana setiap orang saling membutuhkan agar kebutuhan hidup dapat terpenuhi,
tetapi kerukunan antar umat pada umumnya juga dapat menciptakan kerukunan apabila
saling menghormati dan menghargai bahwa suatu hubungan sosial yang baik. Sebagai
bentuk kerukunan antarumat beragama, dapat dikenali dengan letak masjid dan pura yang
berdekatan. Tidak semua daerah membangun rumah ibadah yang letaknya sangat
berdekatan; Masjid dan pura di kota yang sama, hal ini menunjukkan kerukunan antar
umat beragama bagi masyarakat setempat
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi kerukunan, toleransi, dan ukhuwah antar umat beragama ?
2. Apa tujuan kerukunan, toleransi, dan ukhuwah antar umat beragama ?
3. Apa manfaat terciptanya kerukunan antar umat beragama ?
4. Apa faktor terciptanya kerukunan antar umat beragama?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kerukunan, toleransi, dan ukhuwah antar umat beragama

[3] Binti Maunah. “Pendidikan Dalam Perspektif Struktural Fungsional”. Cendekia. Vol. 10. No. 2, 2016. Hal 160
2
2. Untuk mengetahui tujuan kerukunan, toleransi, dan ukhuwah antar umat beragama
3. Untuk mengetahui manfaat terciptanya kerukunan antar umat beragama
4. Untuk mengetahui faktor terciptanya kerukunan antar umat beragama

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian kerukunan, toleransi, dan ukhuwah


Kata kerukunan berasal dari kata dasar rukun, berasal dari bahasa Arab ruknun
(rukun) jamaknya arkan berarti asas atau dasar, misalnya: rukun islam, asas Islam atau
dasar agama Islam. Dalam kamus besar bahasa Indonesia arti rukun adalah sebagai
berikut: Rukun (nomina): (1) sesuatu yang harus dipenuhi untuk sahnya pekerjaan,
seperti: tidak sah sembahyang yang tidak cukup syarat dan rukunnya; (2) asas, berarti:
dasar, sendi: semuanya terlaksana dengan baik, tidak menyimpang dari rukunnya; rukun
islam: tiang utama dalam agama islam; rukun iman: dasar kepercayaan dalam agama
Islam. Seperti yang sudah dijelaskan di atas kata “rukun” secara etimologi, berasal dari
bahasa Arab yang berarti tiang, dasar, dan sila. Kemudian perkembangannya dalam
bahasa Indonesia, kata “rukun” sebagai kata sifat yang berarti cocok, selaras, sehati, tidak
berselisih[4].
Dalam literatur ilmu sosial, kerukunan diartikan dengan istilah intergrasi (lawan
disintegrasi) yang berarti the creation and maintenance of diversified patterns of
interactions among outonomous units. Kerukunan merupakan kondisi dan proses tercipta
dan terpeliharannya pola-pola interraksi yang beragam diantara unit-unit (unsure / sub
sistem) yang otonom. Jika ini sama-sama dipahami oleh setiap penganut agama, maka
akan tercipta keamanan, ketertiban, kenyamanan dan ketentraman dilingkungan
masyarakat, bangsa dan negara. Setiap warga negara dan instansi pemerintah wajib
memelihara kerukunan umat beragama baik pada tingkat daerah maupun tingkat pusat,
hal ini bertujuan untuk ketentraman dan ketertiban guna terwujudnya kerukuanan umat
agama, menkoordinasi kegiatan instansi vertical dan menumbuhkan kembangkan
keharmonisan saling pengertian, saling percaya di antara umat beragama.
Dijelaskan Dalam pasal 1 angaka (1) peraturan bersama Mentri Agama dan
Mentri Dalam No.9 dan 8 Tahun 2006 tentang pedoman pelaksanaan tugas Kepala
Daerah/Wakil Daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan
forum kerukunan umat beragama, dan pendirian rumah ibadat.

4
Artis. “Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama”. Media Ilmiah Komunikasi Umat Beragama.
Vol. 3, No.1. 2011. Hal 87.
4
Meskipun sudah banyak sejumlah pedoman telah digulirkan, pada umumnya masih
sering terjadi gesekan-gesekan dalam menyiarkan agama dan pembangunan rumah
ibadah. Ada lima kualitas kerukunan umat beragama yang perlu dikembangkan, yaitu
Pertama, kualitas kerukunan hidup umat beragama harus merepresentasikan sikap religius
umatnya. Kerukunan yang terbangun hendaknya merupakan bentuk dan suasana
hubungan yang tulus yang didasarkan pada motf-motif suci dalam rangka pengabdian
kepada Tuhan. Oleh karena itu, kerukunan benar-benar dilandaskan pada nilai kesucian,
kebenaran, dan kebaikan. Kedua, kualitas kerukunan hidup umat beragama harus
mencerminkan pola interaksi antara sesama umat beragama yang harmonis, yakni
hubungan tenggang rasa, saling menghormati, saling mengasihi, saling menyanyangi,
saling peduli yang didasarkan pada nilai persaudaraan, dan rasa rasa sepenanggungan.
Ketiga, kualitas kerukunan hidup umat beragama harus diarahkan pada pengembangan
nilai-nilai dinamik yang direpresentasikan dengan suasana yang interaktif, bergerak,
dalam mengembalikan nilai kepedulian, kearifan, dan kebajikan bersama. Keempat,
kualitas kerukunan hidup umat beragama harus diorientasikan pada pengembangan
suasana kreatif, suasana yang mengembangkan gagasan, upaya, dan kreativitas bersama
dalam berbagai sector untuk kemajuan bersama yang bermakna. Kelima, kualitas
kerukunan hidup umat beragama harus diarahkan pula pada pengembangan nilai
produktivitas umat, untuk itu kerukunan ditekankan pada pembentukan suasana
hubungan yang mengembangkan nilai-nilai sosial praktis dalam upaya mengentaskan
kemiskinan, kebodohan, dan ketertinggalan.[5]

Toleransi menuju kerukunan


Sebenarnya toleransi lahir dari watak Islam, seperti yang dijelaskan dalam Al-
Qur'an dapat dengan mudah mendukung etika perbedaan dan toleransi. Al-Qur'an tidak
hanya mengharapkan, tetapi juga menerima kenyataan perbedaan dan keragaman dalam
masyarakat. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Hujarat ayat 13
yang berbunyi:

5
Abrorur Rizqia. “Kerukunan Antar Umat Beragama (Studi Tentang Interaksi Sosial Umat Islam dan Komunitas
Konghuchu Di Kelurahan Karangsari Tuban)”, Skripsi S-1 Ilmu Ushuluddin dan Filsafat, UINSA. 2016
5
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.(QS. Al Hujarat : 13). [6]

Ayat tersebut menunjukkan adanya ketatanan manusia yang essensial dengan


mengabaikan perbedaan-perbedaan yang memisahkan antara golongan yang satu dengan
golongan yang lain, manusia merupakan tiap keluarga besar. Istilah toleransi berasal dari
bahasa Inggris yaitu "Tolerance" yang artinya sikap membiarkan, mengakui dan
menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan persertujuan [7]. Dengan kata lain
toleransi dapat diartikan sebagai sikap menenggang, membiarkan, membolehkan, baik
berupa pendirian, kepercayaan dan kelakuan yang dimiliki seseorang atas yang lainya.
Toleransi tidak berarti seseorang harus mengorbankan kepercayaan dan keyakinan yang
ia anut, tetapi toleransi tercermin pada sikap yang kuat terhadap kepercayaannya sendiri.
Dengan demikian, toleransi menuju pada suatu kerelaan untuk menerima kenyataan pada
perbedaan yang dimiliki orang lain. Toleransi dapat diartikan memberikan tempat kepada
pendapat yang berbeda Pada saat bersamaan sikap menghargai pendapat yang berbeda,
disertai dengan sikap, manahan diri atau sabar.Oleh karena itu, diantara orang yang
berbeda pendapat harus memperhatikan sikap yang sama yaitu saling menghargai dengan
mempertimbangkan persatuan dan kesatuan berbangsa dan bernegara.
Bila dilihat dalam kehidupan sehari-hari antara toleransi dengan kerukunan tidak
ada perbedaan, namun jika ditelusuri bahwa toleransi merupakan sikap atau refleksi dari
kerukunan. Sedangkan kerukunan mempertemukan unsur-unsur yang berbeda. Toleransi
dan kerukunan antar hidup sesama manusia di Indonesia sudah tumbuh dan berkembang
dari dulu, ini telah diwarisi oleh leluhur bangsa dari turun temurun sampai sekarang,

6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya,(Jakarta, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsiran Al-
Qur’an 1970)
7
Safrilsyah. “Sikap Toleransi Beragamadi Kalangan Siswa Sma Di Banda Aceh”. Substantia. Vol. 17, No. 1. 2015.
Hal 105.
6
namun zaman semakin maju dalam berbagai bidang, dan tak ketinggalan dalam bidang
ilmu pengetahuan dan budaya yang telah diwarisi oleh leluhur bangsa Indonesia terhadap

6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya,(Jakarta, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsiran Al-
Qur’an 1970)
7
Safrilsyah. “Sikap Toleransi Beragamadi Kalangan Siswa Sma Di Banda Aceh”. Substantia. Vol. 17, No. 1. 2015.
Hal 105.
6
generasi kegenerasi, merbuat bangsa Indonesia tak bisa mengelak dari kemajuan
teknologi informasi yang membawa berbagai arus budaya-budaya kadang kala
bertentangan dengan budaya yang ada pada bangsa Indonesia itu sendiri.
Jika dicermati secara seksama bahwa toleransi dalam pergaulan antar umat
beragama adalah dimana setiap agama yang disahkan dan dilindungi oleh negara menjadi
tanggung jawab penganut agama masing-masing dan mempunyai system serta cara
tersendiri dalam pelaksanaan ibadahnya sehingga masing-masing dapat mempertanggung
jawabkan ibadah yang mereka lakukan. Oleh sebab itu, toleransi dalam kehidupan antar
umat beragama bertitik tolak dari penghayatan agama dari masing-masing umat
beragama dan tidak dipengaruhi oleh rasa curiga mencurigai antar sesama manusia yang
pluralitas.

Ukhuwah
Ukhuwah berarti persaudaraan, artinya perasaan simpati dan empati antara dua
orang atau lebih. Masing-masing pihak memiliki satu kondisi atau perasaan yang sama
suka maupun duka. Jalinan perasaan itu menimbulkan timbal balik untuk saling
membantu apabila pihak lain mengalami kesulitan dan sikap saling membagi kesenangan
apabila mendapatkan. Ukhuwah terdiri dari tiga yaitu, ukhuwah islamiah, ukhuwah
wathoniyah, ukhuwah insaniah (basyariyah). Ukhuwah islamiah yaitu persaudaraan
antara sesama umat islam tanpa dibatasi suku, ras, kenegaraan dan aspek-aspek yang
lainnya. Persaudaraan sesama muslim berarti saling menghormati dan menghargai
relativitas masing-masing sebagai sifat dasar kemanusiaan, seperti perbedaan pemikiran,
sehingga tidak menjadi penghalang untuk membantu atau menolong. Karena diantara
mereka disatukan oleh satu keyakinan dan jalan hidup yaitu Islam. Agama Islam
memberikan petunjuk yang jelas untuk menjaga agar persaudaraan sesama muslim
terjalin dengan kokoh[8].
Sebagaimana disebutkan dalam QS. 49 (Al-Hujarat) ayat 10 yang artinya :
“orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara, sebab itu damaikanlah antara kedua
saudaramu itu dan takutlah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat” Sesama umat
Islam, hendaklah saling membantu, saling tolong-menolong agar terwujud kehidupan
8
Eva Iryani. “Ukhuwah Islamiyah dan Perananan Masyarakat Islam dalam Mewujudkan Perdamaian: Studi
Literatur”. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi. Vol. 19, No. 2. 2019. Hal. 401.

7
yang harmonis untuk menegakkan ajaran Islam. Allah SWT berfirman dalam QS. 3 (Ali
Imran) ayat 103 yang artinya

8
Eva Iryani. “Ukhuwah Islamiyah dan Perananan Masyarakat Islam dalam Mewujudkan Perdamaian: Studi
Literatur”. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi. Vol. 19, No. 2. 2019. Hal. 401.

7
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah
berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”.[6]
Ukhuwah Insaniyah berarti bahwa persaudaraan sesama manusia secara universal
tanpa membedakan agama, suku, ras dan aspek kekhususan lainnya. Semua umat
manusia itu adalah makhluk Allah, sekalipun Allah memberikan petunjuk kebenaran
melalui ajaran Islam, tetapi Allah juga memberikan kebebasan kepada semua manusia
untuk memilih jalan hidup berdasarkan akalnya. Karena itu sejak awal penciptaan, Allah
tidak menetapkan manusia sebagai satu umat. Itulah fitrah manusia sebagaimana yang
dijelaskan dalam Alquran surat 5 Al-Maidah ayat 48 yang artinya: “ dan Kami telah
turunkan kepadamu Alquran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang
sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap
kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah
turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami
berikan aturan dan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki niscaya Allah
dijadikannya satu umat tetapi Allah hendak menguji kamu atas pemberian-Nya
kepadamu. Maka berlomba-lomba lah kamu dalam kebaikan. Hanya kepada Allah kalian
dikembalikan. Lalu diberitahukan kepada mu apa yang telah kamu perselisihkan”
Adapun tujuan penciptaan manusia dari berbagai jenis dan bangsa yang berbeda adalah
supaya kita saling mengenal satu sama lain, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-
Hujurat ayat 10 yang artinya:

8
“Sesungguhnya Kami menciptakan kamu sekalian dari jenis laki-laki dan
perempuan dan kami jadikan kalian berbagai suku dan bangsa supaya kalian saling
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah adalah
orang yang paling bertaqwa diantara kalian.” [6]

Prinsip kebebasan itu menolak pemaksaan suatu agama oleh otoritas manusia
manapun, bahkan Rasulullah SAW pun dilarang Allah melakukannya. Allah berfirman
dalam QS.Al-Baqarah ayat 256 :

yang artinya : “ Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);


sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu
barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya
ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”[6]

Ukhuwah Wathoniyah, persaudaraan dalam hubungan sosial antara orang-orang


dari bangsa yang sama, meskipun dalam orientasi keagamaan yang berbeda, kelompok
etnis atau suku yang berbeda, Semua itu adalah saudara yang perlu untuk dijalin, karena
kesamaan bangsa.

9
B. Tujuan kerukunan, toleransi, dan ukhuwah antar umat beragama
Dari pengertian kerukunan umat beragama adalah hubungan sesama umat
beragama yang dilandasi toleransi, saling mengerti, saling menghargai satu sama lain
tanpa terjadinya benturan dan konflik agama. Maka pemerintah berupaya untuk
mewujudkan agama agama kerukunan hidup beragama dapat berjalan secara harmonis,
sehingga bangsa ini dapat melangsungkan kehidupannya dengan baik . Adapun tujuan
kerukunan hidup beragama itu diantaranya ialah:
1. Untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan keberagamaan masing-masing
pemeluk agama
Masing- masing penganut agama adanya kenyataan agama lain, akan semakin
mendorong untuk menghayati dan sekaligus memperdalam ajara-ajaran agamanya
serta semakin berusaha untuk mengamalkannya. Maka dengan demikian
keimanan dan keberagamaan masing-masing penganut agama akan dapat lebih
meningkatkan lagi. Jadi semacam persaingan yang bersifat positif, bukan yang
bersifat negatif. Persaingan yang sifatnya positif perlu dikembangkan.
2. Untuk mewujudkan stabilitas nasional yang mantap
Dengan terwujudnya kerukunan hidup beragama, maka secara praktis
ketegangan-ketegangan yang ditimbulkan akibat perbedaan paham yang
berpangkal pada keyakinan keagamaan dapat dihindari. Dapat dibayangkan kalau
pertikainan dan perbedaan paham terjadi di antara pemeluk agama yang beraneka
ragam ini, maka ketertiban dan keamanan nasional akan terganggu. Tapi
sebaliknya kalau antar pemeluk agama sudah rukun, maka hal yang demikian
akan dapat mewujudkan stabilitas nasional yang semakin mantap.
3. Menunjang dan mensukseskan pembangunan
Dari tahun ke tahun pemerintah senantiasa berusaha untuk melaksanakan dan
mensukseskan pembangunan dari segala bidang. Usaha pembangunan akan
sukses apabila didukung dan ditopang oleh segenap lapisan masyarakat.
Sedangkan apabila umat beragama selalu bertikai, saling curiga-mencurigai tentu
tidak dapat mengarahkan kegiatan untuk mendukung serta membantu

10
pembangunan. Bahkan dapat berakibat sebaliknya, yakni bisa menghambat usaha
pembangunan itu

10
sendiri. Membangun dan berusaha untuk memakmurkan bumi ini memang sangat
dianjurkan oleh agama Islam. Untuk memperoleh kemakmuran, kebahagiaan, dan
kesuksesan dalam segala bidang. Salah satu usaha agar kemakmuran dan
pembangunan selalu berjalan dengan baik, maka kerukunan hidup beragama perlu
kita wujudkan demi kesuksesan dan berhasilnya pembangunan disegala bidang
sesuai dengan apa yang telah dituangkan dalam (garis-garis besar haluan negara)
GBHN.
4. Memelihara dan mempererat rasa persaudaraan
Rasa kebersamaan dan kebangsaan akan terpelihara dan terbina dengan baik, bila
kepentingan pribadi atau golongan dapat dikurangi. Sedangkan dalam kehidupan
beragama sudah jelas 28 kepentingan kehidupan agamanya sendiri yang menjadi
titik pandang kegiantan. Bila hal tersebut di atas tidak disertai dengan arah
kehidupan bangsa dan negara, maka akan menimbulkan gejolak sosial yang bisa
mengganggu keutuhan bangsa dan negara yang terdiri dari penganut agama yang
berbeda, karena itulah kerukunan hidup beragama untuk memelihara persatuan
dan kesatuan bangsa harus dikembangkan. Memelihara dan mempererat
persaudaraan sesama manusia atau dalam bahasa ukhwahnya insaniah sangat
diperlukan bagi bangsa yang majemuk/plural dalam kehidupan keberagamanya.
Dengan terlihatnya ukhuwah insaniah tersebut maka percekcokan dan perselisihan
akan bisa teratasi.Itulah antara lain hal-hal yang hendak dicapai oleh kerukunan
antar umat beragama dan hal tersebut sudah tentu menghendaki kesadaran yang
sungguhsungguh dari masing-masing penganut agama itu sendiri.[9]

9
Mukhtar Zaini Dahlan. “Pendidikan Agama Islam”. (Jember: LPPM IKIP PGRI Jember). Hal 70.

11
C. Manfaat terciptanya kerukunan antar umat beragama
Kerukunan antar umat beragama merupakan pondasi dasar dalam segala aspek
kehidupan yang plural ini, termasuk dalam hal kemajuan suatu bangsa dari segi Sumber
daya manusianya maupun pembangunan untuk kemaslahatan. Dan kerukunan adalah
dambaan serta harapan semua orang, sehingga setiap orang bisa melaksanakan hak dan
kewajibannya dengan aman dan suka cita tanpa ada kekhawatiran yang menyelimuti.
Adapun manfaat kerukunan antar umat beragama antara lain.
1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan keberagaman masing-masing agama.
Masing-masing penganut agama dengan adanya kenyataan agama lain, akan semakin
mendorong menghayati dan sekaligus memperdalam ajaran-ajaran agamanya serta
semakin berusaha untuk mengmalkannya. Maka dengan demikian keimanan dan
keberagamaan masing-masing penganut agama akan dapat lebih meningkat lagi. Hal
ini semacam persaingan yang positif yang perlu dikembangkan dan ditanamkan pada
tiap-tiap umat beragama.
2. Menciptakan stabilitas nasional yang mantap. Dengan terwujudnya kerukunan hidup
antar umat Bergama, secara praktis ketegangan-ketegangan yang ditimbulkan akibat
perbedaan paham yang berpangkal pada keyakinan keagamaan dapat dihindari.
Ketertiban dan keamanan nasional akan terjamin, sehingga mewujudkan stabilitas
nasional yang mantap.
3. Menunjang dan mensukseskan pembangunan. Dari tahun ke tahun pemerintah
senantiasa berusaha untuk mensukseskan pembangunan dari segala bidang, namun
apabila umat beragama selalu bertikai dan saling mencurigai satu sama lain, maka hal
itu akan menghambat usaha pembangunan itu sendiri. Dan salah satu usaha agar
kemakmuran dan pembangunan di segala bidang selalu berjalan dengan baik, sukses
dan berhasil diperlukan kerukunan antar umat beragama.
4. Terciptanya suasana yang damai dalam bermasyarakat. Ketika antar sesama manusia
bisa hidup harmonis dalam bingkai kerukunan tanpa ada pembedaan yang menyakiti
atau menindas pihak lain, maka yang tercipta adalah suasana damai dalam
masyarakat. Kedamaian juga merupakan tujuan dari hidup bermasyarakat,
kebersamaan dan komitmen kerukunan antar umat beragama menjadi kunci
kerdamaian dalam kehidupan bermasyarakat.

12
5. Memelihara dan mempererat rasa persaudaraan dan silaturahim antar umat beragama.
Memelihara dan mempererat persaudaraan sesama umat manusia atau dalam bahasa
agama Ukhuwah Insa>niyah sangat diperlukan bagi bangsa yang majemuk atau plural
kehidupan keberagamaannya. Dengan adanya kerukunan antar umat beragama, maka
Ukhuwah Insa>niyah tersebut akan melekat dan percekcokan atau perselisihan akan
bisa teratasi.
6. Menciptakan rasa aman bagi agama-agama minoritas dalam melaksanakan ibadahnya
masing-masing. Rasa aman bagi umat beragama dalam melaksanakan peribadatan
dan ritual keyakinan yang dianutnya merupakan harapan hakiki dari semua pemeluk
agama. Dan salah satu manfaat terciptanya kerukunan antar umat beragama adalah
menjamin itu semua, tidak memandang umat mayoritas maupun umat minoritas.
Kerukunan umat beragama menjadi pengingat bahwasanya dalam beragama tidak ada
unsur keterpaksaan untuk semua golongan.
7. Meminimalisir konflik yang terjadi yang mengatasnamakan agama. Konflik
merupakan suatu keniscayaan yang mengiringi kehidupan manusia, selama ada
kehidupan potensi konflik akan selalu ada. Konflik disebabkan dari berbagai sumber,
termasuk juga dalam hal keagamaan. Konflik yang mengatasnamakan agama menjadi
sangat sensitif bahkan sangat berbahaya bagi masyarakat, karena melibatkan sisi
terdalam manusia. Akan tetapi, apabila setiap pemeluk agama bisa saling
menghormati dan menjalin kerukunan antar umat beragama hal ini akan bisa
meminimalisir terjadinya konflik atas nama agama. [10]

D. Faktor-Faktor Terjadinya Kerukunan Antar Umat Beragama


Toleransi berasal dari bahasa Inggris, Tolerance. Menurut Webster’s New American
Dictionary (halaman 1050) arti tolerance adalah liberty to ward the opinions of others
diartikan dalam bahasa Indonesia artinya (lebih kurang) adalah: memberi kebebasan
(membiarkan) pendapat orang lain dan berlaku sabar menghadapi orang lain. Dalam
bahasa Arab toleransi adalah tasamuh, artinya membiarkan sesuatu untuk dapat saling
mengizinkan, saling memudahkan. Kamus Umum Indonesia mengertikan toleransi itu
sebagai sikap atau sikap menenggang, dalam makna menghargai, membiarkan,
10
Putri Komala, “Toleransi Umat Beragama Dan Pengaruhnya Terhadap Kerukunan Masyarakat Di Desa
Tendakinde Kecamatan Wolowae Kabupaten Nagekeo Nusa Tenggara Timur”. Skripsi S-1 Fakultas Agama Islam,
Univesitas Muhammadiyah Makassar, 2018.
13
membolehkan pendirian, pendapat, kepercayaan, kelakuan yang lain dari yang dimiliki
oleh seseorang atau yang bertentangan dengan pendirian seseorang. Sikap itu harus
ditegakkan dalam pergaulan sosial terutama antara anggota-anggota masyarakat yang
berlainan pendirian, pendapat dan keyakinan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
toleransi adalah sikap lapang dada terhadap prinsip orang lain, tanpa mengorbankan diri
sendiri. Pada umumnya toleransi diartikan sebagai pemberian kebebasan kepada sesama
manusia atau kepada sesama warga masyarakat untuk menjalankan keyakinan atau
mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing-masing, selama di dalam
menjalankan dan menentukan sikap itu tidak bertentangan dengan syarat-syarat
terciptanya ketertiban dan perdamaian masyarakat. Dari beberapa definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa toleransi adalah suatu sikap yang memberi kebebasan kepada orang
lain tanpa ada unsur paksaan dan memberikan kebenaran atas perbedaan tersebut sebagai
pengakuan hak-hak asasi manusia. Jelas bahwa toleransi terjadi dan berlaku terhadap
perbedaan prinsip, dan menghormati perbedaan atau prinsip orang lain tanpa
mengorbankan prinsipnya sendiri.Dengan kata lain, pelaksanaanya hanya pada aspek-
aspek yang detail dan teknis bukan dalam persoalan yang prinsipil. Al-Qur’an
menjelaskan bahwa sikap toleransi dapat memudahkan dan mendukung etika perbedaan.
Dalam firman Allah SWT didalam surah Alhujurat (49) Ayat 13.

Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. [7]
Ayat diatas menjelaskan bahwa keyataan dalam kehidupan bermasyarakat tidak ada
perbedaan antar kerukunan dan toleransi. Tanpa ada kerukunan toleransi tidak pernah

14
ada, sedangkan toleransi tidak pernah tercermin bila kerukunan belum tercapai. toleransi
dalam

14
pergaulan hidup antar umat beragama yang didasarkan kepada setiap agama menjadi
tanggung jawab pemeluk agama itu sendiri dan mempunyai bentuk ibadat (ritual) dengan
sistem dan cara tersendiri yang ditaklifkan (dibebankan) serta menjadi tanggung jawab
orang yang memeluknya atas dasar itu, maka toleransi dalam pergaulan hidup antar umat
beragama bukanlah toleransi dalam masalah-masalah keagamaan, melainkan perwujudan
sikap keberagamaan pemeluk suatu agama dalam pergaulan hidup antar orang yang tidak
seagama, dalam masalah-masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan umum. Dalam
hidup antar umat beragama ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya kerukunan
antar umat beragama yaitu:
1. Memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama, serta antar
umat beragama dengan pemerintah.
2. Membangun harmoni sosial dan persatuan nasional dalam bentuk upaya
mendorong dan mengarahkan seluruh umat untuk hidup rukun dalam bingkai
teologi dan implementasi dalam menciptakan kebersamaan dan sikap toleransi.
3. Menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif dalam rangka
memantapkan pendalaman dan penghayatan agama serta pengalaman agama yang
mendukung bagi pembinaan kerukunan hidup intern dan antar umat beragama.
4. Melakukan eksplorasi secara luas tentang pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dari
seluruh keyakinan plural umat manusia yang fungsinya dijadikan sebagai
pedoman bersama dalam melaksanakan prinsip-prinsip berpolitik dan berinteraksi
sosial satu sama lainya dengan memperlihatkan adanya sikap keteladanan. Dari
sisi ini maka kita dapat mengambil hikmah bahwa nilai-nilai kemanusiaan itu
selalu tidak formal akan mengantar nilai pluralitas kearah upaya selektifitas
kualitas moral seseorang dalam komunitas masyarakat mulya (makromah), yakni
komunitas warga memeliki kualitas ketaqwaan dan nila-nilai solidaritas sosial.
5. Melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual yang implementatif bagi kemanusiaan
yang mengarahkan kepada nilai-nilai ketuhanan, agar tidak terjadi penyimpangan-
penyimpangan nilai-nilai sosial kemasyatakatan maupun sosial agama.
6. Menempatkan cinta dan kasih dalam kehidupan umat beragama dengan cara
menghilangkan rasa saling curiga terhadap pemeluk agama lain, sehingga akan

15
tercipta suasana kerukunan yang manusiawi tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor
tertentu.
7. Menyadari bahwa perbedaan adalah suatu realita dalam kehidupan bermasyarakat,
oleh sebab itu hendaknya hal ini dijadian mozaik yang dapat memperindah
fenomena kehidupan beragama.[11]

11
Hertina. “Toleransi Upaya Untuk Mewujudkan Kerukunan Umat Beragama”. Fak. Syariah dan Ilmu
Hukum, UIN Suska Riau, 2018.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan dalam dokumen ini dapat disimpulkan bahwa kerukunan umat
beragama adalah hubungan antar umat beragama yang dilandasi oleh toleransi, saling
pengertian, saling menghormati, saling menghormati dalam menjalankan ajaran agama
yang setara dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. adalah dengan
menjalin dialog antar umat beragama dan menanamkan sikap optimis terhadap tujuan
kerukunan umat beragama. Adapun faktor yang dapat mempererat kerukunan antar umat
beragama yaitu, memperkuat dasar- dasar kerukunan internal baik antar umat beragama
maupun dengan pemerintah, membentuk harmoni sosial, menciptakan suasana kehidupan
kondusif, melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual, menempatkan cinta dan kasih
dalam kehidupan, dan menyadari bahwa perbedaan adalah suatu realita.

B. SARAN
Saatnya kita tidak mencari perbedaan atau apa yang kita bicarakan, tetapi
persamaan yang harus kita cari, karena dari kesamaan hidup akan saling menghormati,
menghargai, dan menyelaraskan. Melalui kesetaraan, kita dapat membangun
persaudaraan dan mempererat ikatan persahabatan sehingga keharmonisan terjadi secara
alami.

17
DAFTAR PUSTAKA

[1] Mubit, R. (2016). PERAN AGAMA DALAM MULTIKULTURALISME


MASYARAKAT INDONESIA. Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu
Keislaman, 11(1), 163-184.
[2] Shonhaji. (2012). Agama Sebagai Perekat Social Pada Masyarakat Multikultural. Al-
Adyan. Vol.7, No.2. Hal 1-19
[3] Maunah, Binti. (2016). Pendidikan dalam Perspektif Struktural Fungsional. Cendekia,
10(2): 159-178.
[4] Artis. (2011). Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama. Media Ilmiah
Komunikasi Umat Beragama. Vol. 3, No.1. Hal 86-97.
[5] Rizqia, Abrorur. (2016). Kerukunan Antar Umat Beragama (Studi Tentang Interaksi
Sosial Umat Islam dan Komunitas Konghuchu Di Kelurahan Karangsari Tuban),
Skripsi S-1 Ilmu Ushuluddin dan Filsafat, UINSA.
[6] Departemen Agama RI. (1970). Al-Qur’an Dan Terjemahnya. Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penerjemah/Penafsiran Al-Qur’an
[7] Safrilsyah. (2015). Sikap Toleransi Beragamadi Kalangan Siswa Sma Di Banda Aceh.
Substantia. Vol. 17, No. 1. Hal 103-120.
[8] Iryani, Eva. (2019). Ukhuwah Islamiyah dan Perananan Masyarakat Islam dalam
Mewujudkan Perdamaian: Studi Literatur. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari
Jambi. Vol. 19, No. 2. Hal. 401-405.
[9] Dahlan, M.Z. Pendidikan Agama Islam. Jember: LPPM IKIP PGRI Jember
[10] Komala, Putri. (2018). Toleransi Umat Beragama Dan Pengaruhnya Terhadap
Kerukunan Masyarakat Di Desa Tendakinde Kecamatan Wolowae Kabupaten
Nagekeo Nusa Tenggara Timur. Skripsi. Makassar: Univesitas Muhammadiyah
Makassar
[11] Hertina. (2018). Toleransi Upaya Untuk Mewujudkan Kerukunan Umat Beragama. Rau:
UIN Suska

18

Anda mungkin juga menyukai