Anda di halaman 1dari 13

Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan kita Yesus Kristus atas berkat dan kasihNya sehingga makalah ini
dapat selesai dibuat. Makalah ini adalah makalah Pendidikan Agama Kristen semester dengan
materi “Kerukunan Antar Umat Beragama”.

Kami sadari bahwa sepenuhnya penyusunan materi dan teknik makalah ini belum sempurna,
sehingga segala kritikan, saran dan teguran yang positif dan mengarah pada perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini sangat kami harapkan dan akan kami terima dengan senang hati.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada yang membacanya.

Penulis

Kelompok

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………… i

Daftar Isi…………………………………………………………………... ii

Bab 1 Pendahuluan………………………………………………………. 1

Bab 2 Isi…………………………………………………………………… 2

Kerukunan Antar Umat Beragama……………………………………....... 4-8

Bab 3 Penutup……………………………………………………………. 5

Kesimpulan………………………………………………………………… 9

Saran………………………………….....………………....……………… 9

Daftar Pustaka……………………………………………………………. 10
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berbagai macam kendala yang sering kita hadapi dalam mensukseskan kerukunan antar umat
beragama di Indonesia, dari luar maupun dalam negeri kita sendiri. Namun dengan kendala
tersebut warga Indonesia selalu optimis, bahwa dengan banyaknya agama yang ada di Indonesia,
maka banyak pula yang menjadikan solusi untuk menghadapi kendala-kendala tersebut. Dari
berbagai pihak telah sepakat untuk mencapai tujuan antar umat beragama di Indonesia seperti
masyarakat dari berbagai golongan, pemerintah, dan organisasi-organisasi agama yang banyak
berperan aktif dalam masyarakat.

Budaya dalam komunikasi antar sesama penganut agama adalah tujuan dari kerukunan
beragama, agar terciptakan masyarakat yang bebas dari ancaman, kekerasan hingga konflik
agama.

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan manusia.Agama menjadi pemandu
dalam upaya untuk mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan
bermartabat.Menyadari peran agama amat penting bagi kehidupan umat manusia maka
internalisasi agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh
melalui pendidikan baik pendidikan dilingkungan keluarga, dilembaga pendidikan formal,
maupun nonformal serta masyarakat.

Makalah ini merupakan salah satu tugas terstruktur mata kuliah Pendidikan Agama
Kristen, dan kelompok kami akan membahas tentang “Kerukunan Antar Umat Beragama”.
BAB II

PEMBAHASAN / ISI

A. PENDAHULUAN

Kerukunan berasal sari bahasa arab, yakni “rukaum” yang berarti asas atau dasar, yang
dalam bentuk tunggal berarti tiang dan dalam bentuk jamak “ arkhan” artinya tiang-tiang. Dalam
bahasa Indonesia, istilahrukun memiliki arti damai dan berastu hati. Dari pengertian diatas, dapat
digambarkan kerukunan sebagai suatu bangunan yang dibangun dengan tiang untuk menopang
rumah yang akan dihuni oleh sekelompok orang yang diikat secara kekeluaraan dengan kesatuan
hati untuk mencapai kedamaian. Kerukunan adalah sikap saling mengakui, menghargai, toleransi
yang tinggi antar umat beragama dalam masyarakat multikultural sehngga umat beragama dapat
hidup rukun, damai dan berdampingan.

Istilah “kerukunan” merupakan arti kata yang positif dan dinamis di bandingkan dengan
istilah “toleransi” yang statis. Toleransi lebih mengisyaratkan adanya persetujuan suatu pihak
untuk memberikan hak hidup kepada pihak lain. Kerukunan mengandung pengertian bahwa
walaupun kita berbeda, namun kita mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Hak hidup yang
dimiliki seseorang tidaklah tergantung pada izin pihak lain, melainkan secara bersama-sama
tergantung pada suatu yang luhur yaitu cita-cita bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat untuk
mewujudkan masyarakat adil dan makmur, damai sejahtera berdasarkan pancasila dan terlebih
tergantung pada Tuhan. Kerukunan tidak mengharuskan kita seragam dalam segala
sesuatu.

Pembicaraan mengenai kemajemukan agama-agama di Indonesia biasanya berlangsung


dalam konteks kerukunan beragama. Ada yang mengartikan kerukunan beragama sebagai
"kerukunan di antara agama-agama", tetapi ada juga yang melihatnya sebagai "kerukunan di
antara umat beragama". Hal terakhir ini mengasumsikan bahwa penganut agama yang satu
dengan penganut agama yang lain bisa saling rukun, tetapi belum tentu sehubungan dengan
agama yang satu dengan agama yang lain. Dapat saja ada anggapan, bahwa antara agama yang
satu dengan yang lain pada hakikatnya terdapat pertentangan atau bahkan konflik yang tidak
mungkin dapat dipertemukan.

Kalau pemahaman yang terakhir ini diikuti, maka jalan keluar yang dilihat untuk
menjamin mulusnya kerukunan beragama dicari di luar tubuh agama. Di Indonesia, kita sudah
terbiasa untuk mengalaskan kerukunan beragama ini pada perangkat-perangkat yang disediakan
oleh negara atau pemerintah. Pancasila dan UUD 1945 kerapkali dijadikan dasar pergumulan
agar orang Kristiani dapat hidup dengan layak di tengah-tengah masyarakat Indonesia.
Kenyataan bahwa Indonesia memiliki sebuah ideologi negara dan UUD yang diharapkan dapat
merukunkan penganut agama-agama di dalamnya, perlu disyukuri, mengingat banyak negara-
negara (bahkan yang sudah maju sekalipun) yang tidak memikirkan faktor kemajemukan agama
sebagai sesuatu yang menentukan dalam perjalanan hidup suatu bangsa. Bahkan di tengah-
tengah kegelisahan umat Kristiani dan umat-umat "kecil" lainnya, bahwa sekarang ini terdapat
usaha-usaha yang cenderung untuk memprioritaskan umat tertentu dengan alasan
"proporsionalitas". Nampaknya, prinsip di atas bahwa Pancasila dan UUD 1945 memenuhi untuk
memungkinkan kerukunan beragama tetap tidak diragu-ragukan.

Yang menarik adalah pandangan sebagian orang lagi bahwa dasar untuk kerukunan
beragama dapat dilihat pada kesamaan keprihatinan dan pergumulan kemanusiaan dari setiap
penganut agama. Pembicaraan seperti ini biasanya berlangsung dalam rangka dialog antaragama.
Karena itu kita membicarakannya secara tersendiri, dan pada akhirnya mempertanyakan apakah
dasar itu sudah cukup?

 *Humanitas dan Keprihatinan Sosial sebagai Dasar Dialog

Tentu saja pembicaraan mengenai dasar kedua ini tidak terlepas dari pembicaraan tentang
Pancasila sehubungan dengan kerukunan beragama. Sebab,sila kedua dalam Pancasila jelas
berkaitan dengan humanitas dan keprihatinan sosial, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab
dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Yang dimaksud dengan "humanitas" adalah apa yang mewujudkan keberadaan manusia,
jadi segala komponen yang menyebabkan kita menamakan diri kita manusia. Tentu hal ini
terdengar aneh. Sebab, bukankah dengan sendirinya kita tahu bahwa kita adalah manusia, yang
berbeda dari binatang misalnya? Tentu di satu pihak kesadaran bahwa kita adalah manusia
bersifat pra-reflektif, artinya tidak perlu dipikir dalam-dalam, sudah jelas bahwa kita adalah
manusia. Namun di pihak lain, ada masalah apakah kesadaran bahwa kita adalah manusia juga
menyebabkan kita mau mengakui bahwa orang lain juga manusia? Dalam sejarah dunia, kita
melihat betapa sulitnya bagi manusia untuk mengakui bahwa mereka yang lain dari dia adalah
juga sesama manusia: yang berwarna kulit lain, berambut dan bermata lain; yang berkeyakinan
lain, yang berideologi lain, yang beragama lain, yang termasuk suku atau bangsa lain, pada
pokoknya, kelompok lain.

Pokok humanitas berhubungan dengan persoalan bagaimana mengakui kemanusiaan


orang lain juga, dan dari sana bertolak untuk menggumuli permasalahan bersama manusia dan
aspirasi bersama manusia. Agama, daripada memecah-belah umat manusia, seharusnya
mempersatukan umat manusia. Inheren di sini adalah studi bersama, mengapa agama-agama bisa
berkonflik satu dengan yang lain. Masalah lain adalah apakah tekanan humanitas tidak
membawa kepada relativisme? Jawabnya tidak, asal kita bersedia memegang pemahaman bahwa
manusia adalah makhluk yang penuh warna dan variasi. Biar berlain-lainan, pada akhirnya ada
satu dasar yang tidak perlu diragukan: saya beragama, oleh karena itu saya manusia (meminjam
contoh Descartes).

Keprihatinan sosial bersangkut-paut dengan masalah-masalah sosial yang dihadapi


bersama oleh umat beragama: kemiskinan yang parah dan penderitaan yang disebabkannya. Di
samping itu, penderitaan oleh karena keterasingan manusia (alienasi) yang disebabkan tekanan
dari struktur masyarakat modern yang memperlakukan manusia sebagai sekadar "mur" atau
"baut" dari mesin produksi. Mereka yang mengalami penderitaan jenis kedua ini tidak mesti
miskin, bahkan bisa kaya sekali. Oleh banyak orang, keprihatinan sosial ini dimasukkan ke
dalam apa yang disebut sebagai dialog karya. Kelihatannya, tahap dialog di Indonesia baru
bersifat tukar pikiran terutama di kalangan pejabat dan intelektual. Dari situ baru ada ajakan agar
melakukan dialog karya sebagai sesuatu yang lebih konkret ketimbang dialog yang bersifat tukar
pikiran.
B. SIKAP TERHADAP KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

Ada beberapa sikap masyarakat dalam kaitannya dengan kerukunan antar umat
beragama.Yaitu :sikap eksklusif, inklusif, dan pluralis. Tiga sikap ini dipengaruhi oleh pola pikir,
pengalaman, visi serta kemampuan memahami perwujudan kasih bagi sesama manusia.

a. Eksklusivisme

Eksklusivisme merupakan sikap yang hanya mengakui agamanya sebagai agama yang
paling benar dan baik.Sifat fanatisme sempit seperti ini akan melahirkan berbagai konsekuensi,
antara lain perpecahan, perseteruan antar umat beragama, dan konflik. Bentuk eksklusivme
merupakan pola umum yang ada di abad pertengahan dan makin menipis seiring dengan
perkembangan paradigm berpikir dalam masyarakat.Meskipun tak dapat disangkal bahwa sampai
saat ini, sikap tersebut masih mendominasi kelompok kecil pemeluk agama-agama.

b. Inklusivisme

Inklusivisme adalah sikap yang dapat memahami dan menghargai agama lain dengan
eksistensinya, tetapi tetap memandang agamanya sebagai satu-satunya jalan menuju
keselamatan.

c. Pluralisme

Pluralisme adalah sikap yang menerima, menghargai, dan memandang agama lain
sebagai agama yang baik serta memiliki jalan keselamatan. Dalam perspektif pandangan seperti
ini, maka tiap umat beragama terpanggil untuk membina hubungan solidaritas, dialog, dan
kerjasama dalam rangka mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan lebih berpengharapan.

C. KERUKUNAN, MULTIKULTURALISME, DAN SINKRETISME

Bicara tentang kerukunan antar umat beragama di masa kini, berarti bicara tentang
multikulturalisme. Karena manusia yang berbeda agama itu juga adalah manusia yang
multikultur atau memiliki beragam budaya.Situasi global masa kini menyebabkan mobilitas
manusia antar Negara dan bangsa sangatlah tinggi.Tidak ada manusia yang mampu mengisolir
diri dari pengaruh global.Oleh karena itu,sangatlah penting bagi kita untuk membuka diri dan
bergaul dengan orang yang tidak hanya berbeda agama tetapi juga suku dan budaya.

Bicara tentang kerukunan antar umat beragama tidak terlepas dari kerukunan antar suku
bangsa dan budaya.Oleh karena itu, pluralisme antar agama dan pluralisme – multikultural
bukanlah merupakan sesuatu yang asing bagi gereja – gereja Protestan di Indonesia.

Oleh karena itu, jika kita bicara tentang kerukunan antar umat beragama, maka
kerukunan itu juga mencakup kerukunan antar manusia yang berbeda agama, suku, dan budaya.
Yang mempertemukan berbagai perbedaan itu adalah : upaya bersama dalam memecahkan
berbagai persoalan kemanusiaan secara bersama – sama. Dengan demikian, kerukunan antar
umat yang berbeda agama, suku dan budaya bukanlah sinkretisme.Jika jalan masukke arah
kerukunan ituadalahsebuah dialog dan kerja sama menyangkut pemecahan masalah kemanusiaan
bersama, maka hal tersebut merupakan langkah nyata dalam melaksanakan hokum utama dan
terutama yang diberikanYesus Kristus, yaitu Kasih.

D. MEWUJUDKAN KERUKUNAN HIDUP ANTAR UMAT BERAGAMA DI


INDONESIA

1. Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama

Indonesia merupakan salah satu contoh masyarakat yang multikultural. Multikultural


masyarakat Indonesia tidak saja karena keanekaragaman suku, budaya,bahasa, ras tapi juga
dalam hal agama. Agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia adalah agama Islam, Katolik,
protestan, Hindu, Budha, Kong Hu Chu.Dari agama-agama tersebut terjadilah perbedaan agama
yang dianut masing-masing masyarakat Indonesia.Dengan perbedaan tersebut apabila tidak
terpelihara dengan baik bisa menimbulkan konflik antar umat beragama yang bertentangan
dengan nilai dasar agama itu sendiri yang mengajarkan kepada kita kedamaian, hidup saling
menghormati, dan saling tolong menolong.

Maka dari itulah diperlukan suatu model hubungan antar masyarakat yang berbeda agama
yaitu kerukunan hidup antar umat beragama atau toleransi antar umat beragama.Istilah ini
dikemukakan oleh mantan Menteri Agama Indonesia tahun 1972. Sebagai sarana pencapaian
kehidupan harmonis antar umat beragama yang diselenggarakam dengan segala kearifan dan
kebijakan atas nama pemerintah.

Kerukunan antar umat beragama adalah suatu kondisi sosial ketika semua golongan
agama bisa hidup bersama tanpa menguarangi hak dasar masing-masing untuk melaksanakan
kewajiban agamanya. Masing-masing pemeluk agama yang baik haruslah hidup rukun dan
damai.

Menurut Muhammad Maftuh Basyuni dalam seminar kerukunan antar umat beragama
tanggal 31 Desember 2008 di Departemen Agama, mengatakan bahwa kerukunan umat
beragama merupakan pilar kerukunan nasional adalah sesuatu yang dinamis, karena itu harus
dipelihara terus dari waktu ke waktu. Kerukunan hidup antar umat beragama sendiri berarti
keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian,
menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Kerukunan antar umat beragama itu sendiri juga bisa diartikan dengan toleransi antar
umat beragama.Dalam toleransi itu sendiri pada dasarnya masyarakat harus bersikap lapang dada
dan menerima perbedaan antar umat beragama. Selain itu masyarakat juga harus saling
menghormati satu sama lainnya misalnya dalam hal beribadah, antar pemeluk agama yang satu
dengan lainnya tidak saling mengganggu.

Departemen agama juga menjadikan kerukunan antar umat beragama sebagai tujuan
pembangunan nasional bangsa Indonesia yang diarahkan dalam tiga bentuk yaitu:

a) Kerukunan intern umat beragama.

b) Keukunan antar umat beragama.

c) Kerukunan antar umat beragama dengan pemerinatah.

Untuk itulah kerukunan hidup antar umat beragama harus kita jaga agar tidak terjadi
konflik-konflik antar umat beragama. Terutama di masyarakat Indonesia yang multikultural
dalam hal agama, kita harus bisa hidup dalam kedamaian, saling tolong menolong, dan tidak
saling bermusuhan agar agama bisa menjadi pemersatu bangsa Indonesia yang secara tidak
langsung memberikan stabilitas dan kemajuan negara.

Menjaga Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama Dengan Dialog Antar Umat Beragama
Salah satu prasyarat terwujudnya masyarakat yang modern yang demokratis adalah terwujudnya
masyarakat yang menghargai kemajemukan (pluralitas) masyarakat dan bangsa serta
mewujudkannya dalam suatu keniscayaan. Untuk itulah kita harus saling menjaga kerukunan
hidup antar umat beragama. Secara historis banyak terjadi konflik antar umat beragama,
misalnya konflik di Poso antara umat islam dan umat kristen. Agama disini terlihat sebagai
pemicu atau sumber dari konflik tersebut.Sangatlah ironis konflik yang terjadi tersebut padahal
suatu agama pada dasarnya mengajarkan kepada para pemeluknya agar hidup dalam kedamaian,
saling tolong menolong dan juga saling menghormati.Untuk itu marilah kita jaga tali
persaudaraan antar sesama umat beragama.

Konflik yang terjadi antar umat beragama tersebut dalam masyarakat yang multkultural
adalah menjadi sebuah tantangan yang besar bagi masyarakat maupun pemerintah.Karena
konflik tersebut bisa menjadi ancaman serius bagi integrasi bangsa jika tidak dikelola secara baik
dan benar. Supaya agama bisa menjadi alat pemersatu bangsa, maka kemajemukan harus
dikelola dengan baik dan benar, maka diperlukan cara yang efektif yaitu dialog antar umat
beragama untuk permasalahan yang mengganjal antara masing-masing kelompok umat
beragama. Karena mungkin selama ini konflik yang timbul antara umat beragama terjadi karena
terputusnya jalinan informasi yang benar diantara pemeluk agama dari satu pihak ke pihak lain
sehingga timbul prasangka-prasangka negatif.

Menurut Prof. Dr. H Muchoyar H.S, MA dalam menyikapi perbedaan agama terkait
dengan toleransi antar umat beragama agar dialog antar umat beragama terwujud memerlukan 3
konsep yaitu:

- Setuju untuk tidak setuju, maksudnya setiap agama memiliki akidah masing- masing sehingga
agama saling bertoleransi dengan perbedaan tersebut.

- Setuju untuk setuju, konsep ini berarti meyakini semua agama memiliki kesamaan dalam upaya
peningkatan kesejahteraan dan martabat umatnya. Demikian, kerukunan antar umat yang berbeda
agama, suku dan budaya bukanlah sinkretisme. Jika jalan masuk ke arah kerukunan itu adalah
sebuah dialog dan kerja sama menyangkut pemecahan masalah kemanusiaan bersama, maka hal
tersebut merupakan langkah nyata dalam melaksanakan hokum utama dan terutama yang
diberikan Yesus Kristus, yaitu Kasih.

D. MEWUJUDKAN KERUKUNAN HIDUP ANTAR UMAT BERAGAMA DI


INDONESIA\

1. Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama

Indonesia merupakan salah satu contoh masyarakat yang multikultural. Multikultural


masyarakat Indonesia tidak saja karena keanekaragaman suku, budaya,bahasa, ras tapi juga
dalam hal agama. Agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia adalah agama Islam, Katolik,
protestan, Hindu, Budha, Kong Hu Chu.Dari agama-agama tersebut terjadilah perbedaan agama
yang dianut masing-masing masyarakat Indonesia. Dengan perbedaan tersebut apabila tidak
terpelihara dengan baik bisa menimbulkan konflik antar umat beragama yang bertentangan
dengan nilai dasar agama itu sendiri yang mengajarkan kepada kita kedamaian, hidup saling
menghormati, dan saling tolong menolong.

Kerukunan antar umat beragama adalah suatu kondisi sosial ketika semua golongan
agama bisa hidup bersama tanpa menguarangi hak dasar masing-masing untuk melaksanakan
kewajiban agamanya. Masing-masing pemeluk agama yang baik haruslah hidup rukun dan
damai.

- Setuju untuk berbeda, maksudnya dalam hal perbedaan ini disikapi dengan damai bukan untuk
saling menghancurkan.

Tema dialog antar umat beragama sebaiknya bukan mengarah pada masalah peribadatan
tetapi lebih ke masalah kemanusiaan seperti moralitas, etika, dan nilai spiritual, supaya efktif
dalam dialog aantar umat beragama juga menghindari dari latar belakang agama dan kehendak
untuk memdominasi pihak lain.
2. Cara Menjaga Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama

Indonesia yang multikultural terutama dakam hal agama membuat Indonesia menjadi
sangat rentang terhadap konflik antar umat beragama.Maka dari itu menjaga kerukunan antar
umat beragama sangatlah penting. Dalam kaitannya untuk menjaga kehidupan antar umat
beragama agar terjaga sekaligus tercipta kerukunan hidup antar umat beragama dalam
masyarakat khususnya masyarakat Indonesia misalnya dengan cara sebagai berikut:

Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lain yaitu
dengan cara mengubah rasa curiga dan benci menjadi rasa penasaran yang positf dan mau
menghargai keyakinan orang lain.

Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi salahkan
orangnya. Misalnya dalam hal terorisme.

Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan olok-olok mereka karena ini bagian
dari sikap saling menghormati.

Hindari diskriminasi terhadap agama lain karena semua orang berhak mendapat fasilitas
yang sama seperti pendidikan, lapangan pekerjaan dan sebagainya.

Dengan memperhatikan cara menjaga kerukunan hidup antar umat beragama tersebut
hendaknya kita sesama manusia haruslah saling tolong menolong dan kita harus bisa menerima
bahwa perbedaan agama dengan orang lain adalah sebuah realitas dalam masyarakat yang
multikultural agar kehidupan antar umat beragma bisa terwujud.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan dari makalah yang kami buat adalah :

Pentingnya kerukunan hidup antar umat beragama adalah terciptanya kehidupan


masyarakat yang harmonis dalam kedamaian, saling tolong menolong, dan tidak saling
bermusuhan agar agama bisa menjadi pemersatu bangsa Indonesia yang secara tidak langsung
memberikan stabilitas dan kemajuan Negara.

Cara menjaga sekaligus mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama adalah
dengan mengadakan dialog antar umat beragama yang di dalamnya membahas tentang hubungan
antar sesama umat beragama. Selain itu ada beberapa cara menjaga sekaligus mewujudkan
kerukunan hidup antar umat beragama antara lain:

a) Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lain

b) Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi salahkan
orangnya.

c) Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan mengganggu umat lain yang sedang
beribadah.

d) Hindari diskriminasi terhadap agama lain.

http://simorangkiranakmedan.blogspot.com/2014/05/makalah-agama-kelompok-6-
kerukunan.html

Anda mungkin juga menyukai