Di Susun Oleh :
Nama : Jeri
NPM : 2017210005
Segala puji dan syukur pemakalah persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
berkat rahmat dan hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
1. Bapak H. Bagus Setiawan, Lc. selaku dosen pembimbing dan dosen mata
kuliah Pendidikan Agama program studi Sistem Informasi Universitas Indo
Global Mandiri yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, dan informasi
dalam proses penyelesaian makalah ini;
2. Orang tua yang telah memberikan semangat, dorongan, dan masukan dalam
menyelesaikan makalah ini; dan
3. Beberapa pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Makalah yang berjudul “Toleransi Dalam Pandangan Agama Budha” ini disusun
guna memenuhi nilai tugas mata kuliah Pendidikan Agama Semester I. Makalah
ini disusun berdasarkan hasil referensi melalui internet dan buku.
Pemakalah berharap semoga makalah ini dapat membantu para mahasiswa yang
memeluk agama budha untuk dapat lebih memahami Toleransi Dalam Pandangan
Agama Budha. Akhir kata, pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata “kesempurnaan”. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat
berguna demi penyempurnaan makalah ini.
1
DAFTAR ISI
Daftar isi................................................................................................................ 2
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan...................................................................................... 13
3.2 Saran................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 14
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Seperti Apa Kerukunan Dan Keharmonisan Umat Beragama ?
2. Bagaimana Kerukunan Antar Umat Beragama Dalam Kajian Budha-Dharma ?
3. Bagaimana Toleransi Dalam Perspektif Agama Budha ?
4. Bagaimana Upaya Menciptakan Kerukunan Dan Toleransi Dalam Ajaran
Agama Budha ?
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
agama atau kepercayaan yang berbeda tetapi sesungguhnya tujuan dari semua
agama adalah sama, kerukunan untuk saling membantu dan saling tolong-
menolong, saling memahami antara agama yang satu dengan agama yang lainnya.
Kerukunan umat beragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang dilandasi
dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dan
kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Kerukunan akan bisa
tercapai apabila setiap kelompok agama bisa memahami dan memiliki prinsip
“setuju dalam perbedaan”. Setuju dalam perbedaan berarti orang mau menerima
perbedaan orang lain dan menghormati orang lain dengan seluruh aspirasi,
keyakinan, kebiasaan, dan pola hidupnya, menerima dan menghormati orang lain
dengan kebebasannya untuk menganut keyakinan agamanya sendiri. Kerukunan
antar umat beragama itu sendiri juga bisa diartikan dengan saling toleransi antar
umat beragama. Dalam toleransi itu sendiri pada dasarnya masyarakat harus
bersikap lapang dada dan menerima perbedaan antar umat beragama. Selain itu
masyarakat juga harus saling menghormati satu sama lainnya misalnya dalam hal
beribadah, antar pemeluk agama yang satu dengan lainnya tidak saling
mengganggu.
Departemen agama juga menjadikan kerukunan antar umat beragama
sebagai tujuan pembangunan nasional bangsa Indonesia yang diarahkan dalam
tiga bentuk yaitu:
1. Kerukunan intern umat beragama.
2. Kerukunan antar umat beragama.
3. Kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah.
Untuk itulah kerukunan hidup antar umat beragama harus kita jaga agar
tidak terjadi konflik-konflik antar umat beragama. Terutama di masyarakat
Indonesia yang multikultural dalam hal agama, kita harus bisa hidup dalam
kedamaian, saling tolong menolong, dan tidak saling bermusuhan agar agama bisa
menjadi pemersatu bangsa Indonesia dan negara Indonesia menjadi negara yang
kaya akan perbedaan tetapi tetap menjadi satu “ Bhinekka Tunggal Ika”.
6
2.2 Kerukunan Antar Umat Beragama Dalam Kajian Budha-Dharma
a. Agama dan kerukunan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata Agama didefinisikan
sebagai suatu sistem, prinsip kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Dewa
dan sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian
dengan kepercayaan itu.
Dalam Budha Dhamma kata agama lebih dikenal dengan sebutan Sasana
atau Dhamma, yang secara harafiah berarti kebenaran atau kesunyataan.Agama
Budha sering disebut Budha Dhamma atau Budha Sasana yang artinya ajaran
yang menghantarkan orang yang melaksanakannya agar hidup bahagia di dunia,
setelah kematian dapat terlahir di alam surga dan hingga pada akhirnya mencapai
tujuan tertinggi yaitu tercapainya Nibbana. Budha Dhamma sebagai pedoman
untuk membebaskan diri dari penderitaan, sehingga mencapai kebahagiaan dalam
kehidupan sekarang maupun yang akan datang.
Agar kerukunan hidup beragama dapar dipelihara dengan baik, sebagai
umat Budha wajib membina dan melaksanakan usaha-usaha agar dapat tercipta
kerukunan dan keharmonisan yaitu:
1. Tidak memaksakan kehendak atau keyakinan kepada orang lain.
2. Bekerjasama dan gotong royong untuk mengerjakan sesuatu yang
menyangkut kepentingan bersama.
3. Tidak membeda-bedakan antar umat dalam hal agama dan keyakinan.
4. Memberi kesempatan penuh kepada orang lain untuk menjalankan
ibadahnya.
5. Menghormati orang lain yang sedang menjalankan ibadahnya.
6. Saling menghormati perayaan Hari Besar Agama.
Agama Budha adalah agama yang menjunjung tinggi keerukunan umat
beragama. Sejarah perkembangan agama Budha telah membuktikan bahwa
apabila kerukunan umat beragama dapat terbina, maka dengan sendirinya akan
terwujud pula persatuan dan kesatuan bangsa. Budha memberi petunjuk berupa
“Faktor yang Membawa Keharmonisan” untuk memelihara kerukunan. Faktor-
faktor itu adalah :
7
1. Cinta kasih diwujudkan dalam perbuatan, tutur kata.
2. Cinta kasih diwujudkan dalam pikiran dan pemikiran, dengan memiliki iktikad
baik terhadap orang lain.
3. Memberi kesempatan kepada sesamanya untuk ikut menikmati apa yang
diperoleh secara halal.
4. Didepan umum ataupun, memiliki pandangan yang sama, yang bersifat
membebaskan dari penderitaan dan membawanya berbuat sesuai dengan
pandangan tersebut, hidup harmonis, tidak bertengkar karena perbedaan
pandangan (A.III, 288-289).
b. Contoh-contoh kerukunan Dalam Perjalanan Sejarah Agama Budha.
1. Upali Sutta
Diceritakan bahwa semasa hidup Sang Budha, Nigantha Nataputha
seorang guru besar dari sekte agama Jaina mengutus Upali seorang siswanya yang
cerdik, pandai dan berpengaruh di masyarakat untuk berdialog,
memperbincangkan tentang ajaran Budha yaitu Hukum Karma.
Setelah berdialog cukup panjang Upali memperoleh kesadaran bahwa
ajaran Budha tentang kamma adalah yang benar. Upali kemudian memohon
kepada Sang Budha untuk diterima sebagai muridnya. Sang Budha menyuruh
Upali untuk memikirkannya karena Upali adalah murid dari Guru Besar dan
ternama, ia juga orang berkedudukan dan terpandang di masyarakat.
Akhirnya Sang Budha menerima Upali sebagai muridnya dengan
mengucapkan: “Kami terima anda sebagai umatku, sebagai muridku, dengan
harapan anda tetap menghargai bekas agamamu dan menghormati bekas gurumu
itu, serta membantunya”.
Dari cerita tersebut maka tampaklah bahwa masa kehidupan Sang Budha
telah menunjukkan demikian besarnya toleransi Sang Budha terhadap keyakinan
atau agama lain.
2. Maha Raja Asoka (Prasati Asoka)
Raja Asoka dalam menjalankan pemerintahannya benar-benar menjaga
toleransi dan kerukunan hidup beragama, semua agama yang berkembang saat itu
diperlakukan adil. Untuk mewujudkan kerukunan hidup beragama tersebut, Raja
8
Asoka telah mencanangkan Kerukunan Hidup Beragama yang terkenal
dengan “Prasasti Batu Kalinga No.XXII Raja Asoka”.
Prasasti Asoka adalah prasasti buddhisme yang sangat terkenal karena
mencerminkan sikap Agama Budha yang mengajarkan kerukunan serta toleransi
antar-umat beragama. Prasasti Asoka ditulis oleh Raja Asoka, seorang raja
penganut buddhisme yang memimpin sebuah negara di daerah Asia Selatan pada
sekitar 400-an SM.
Isi prasasti yang sangat terkenal tersebut adalah:
“Janganlah kita hanya menghormati agama sendiri dan mencela agama orang lain
tanpa suatu dasar yang kuat. Sebaliknya agama orang lain pun hendaknya
dihormati atas dasar-dasar tertentu”.
Dengan berbuat demikian kita telah membantu agama kita sendiri, untuk
berkembang di samping menguntungkan pula agama orang lain. Dengan berbuat
sebaliknya kita telah merugikan agama kita sendiri, di samping merugikan agama
orang lain.
Oleh karena itu, barang siapa menghormati agamanya sendiri dan mencela
agama orang lain, semata-mata karena didorong oleh rasa bakti pada agamanya
sendiri dengan berpikir; bagaimana aku dapat memuliakan agamaku sendiri.
Dengan berbuat demikian ia malah amat merugikan agamanya sendiri. Oleh
karena itu, kerukunanlah yang dianjurkan dengan pengertian bahwa semua orang
hendaknya mendengarkan dan bersedia mendengar ajaran orang lain.
Dari isi prasasti tersebut bisa kita renungi bahwa sebenarnya,
dengan menghargai agama lain, sesungguhnya kita sedang memuliakan agama
kita sendiri, sebaliknya, menjelek-jelekan agama lain dengan tujuan memuliakan
agama kita sesungguhnya adalah bumerang. Dengan kata lain, tindakan tersebut
hanya akan membuat nama agama kita sendiri menjadi jelek. Mungkin karena itu
agama-agama lain begitu senang berperang atas nama agama, menumpahkan
darah-darah manusia hanya demi pengakuan bahwa agama merekalah yang nomor
satu. Berbeda dengan buddhisme, jika ditilik sepanjang sejarah, tidak pernah ada
darah yang ditumpahkan demi kemuliaan Agama Budha.
9
3. Era Kerajaan di Indonesia
Pada jaman Keprabuan Majapahit telah berhasil menghantarkan bangsa di
nusantara kita ini memasuki jaman keemasan karena adanya kerukunan hidup
beragama, yakni kerukunan hidup antar umat beragama Hindu dan umat beragama
Budha, yang berhasil mewujudkan persatuan dan kesatuan negara tersebut.
Pada masa tersebut seorang pujangga besar telah menyusun karya
sastra “Sutasoma”, yang di dalam mukadimahnya tersurat sebuah kalimat yang
memiliki makna terdalam guna membina kerukunan persatuan dan persatuan antar
umat beragama, yaitu: “Siwa Budha Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma
Mangrwa”. Kalimat sakti tersebut sekarang telah dijadikan motto atau
semboyan Bhinneka Tunggal Ika di lambang negara garuda pancasila.
10
c. Karunia, kasih sayang terhadap sesama makhluk, kecenderungan untuk
selalu meringankan penderitaan orang lain.
d. Mudita, perasaan turut bahagia dengan kebahagiaan makhluk lain tanpa
bennda, iri hati, perasaan prihatin bila makhluk lain menderita.
e. Karma (reinkarnasi) Hukum sebab akibat.
11
antar umat dalam satu agama, kemudian antar umat beragama, dan juga antar
umat beragama dengan pemerintah. Jika diri sendiri dapat dilatih untuk hidup
rukun, maka akan memberikan contoh kepada yang lain, sehingga mereka akan
meneladani dan terciptalah kerukunan, saling toleransi, saling tolong-menolong,
menghargai, hormat-menghormati, saling menyayangi dan terciptalah perdamaian
di Negara Indonesia.
Kita harus senantiasa menjaga keharmonisan/kerukunan antar umat
beragama agar tercipta kehidupan yang tentram dan nyaman. Untuk menjaga
keharmonisan tersebut bisa dilakukan dengan cara :
a. Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama
lain yaitu dengan cara mengubah rasa curiga dan benci menjadi rasa
penasaran yang positf dan mau menghargai keyakinan orang lain.
b. Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan
tetapi salahkan orangnya. Misalnya dalam hal terorisme.
c. Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan olok-olok mereka
karena ini bagian dari sikap saling menghormati.
d. Hindari diskriminasi terhadap agama lain karena semua orang berhak
mendapat fasilitas yang sama seperti pendidikan, lapangan pekerjaan dan
sebagainya.
Dengan memperhatikan cara menjaga kerukunan hidup antar umat beragama
tersebut hendaknya kita sesama manusia haruslah saling tolong menolong dan kita
harus bisa menerima bahwa perbedaan agama dengan orang lain adalah sebuah
realitas dalam masyarakat yang multikultural agar kehidupan antar umat beragama
bisa terwujud.
12
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Keharmonisan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi damai yang
tercipta berkat adanya toleransi agama. Toleransi agama adalah sikap saling
menghargai tanpa melakukan diskriminasi dalam hal apapun, terutama dalam hal
agama.
Kerukunan umat beragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang
dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling
menghargai dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara.
Kerukunan akan bisa tercapai apabila setiap kelompok agama bisa memahami dan
memiliki prinsip “setuju dalam perbedaan”.
3.2 Saran
Kerukunan antar umat beragama seharusnya bisa di bina dengan baik agar
tidak terjadi suatu konflik antara agama yang satu dengan agama yang lainnya.
Kerukunan dan keharmonisan antar umat beragama di Indonesia sangat penting,
karena di Indonesia terdiri dari berbagai macam agama, serta dari agama tersebut
tentunya terdapat perbedaan dari cara sembahyang, dari upacara peringatan hari
besar masing-masing agama, dan juga keyakinan yang sudah menjadi tradisi dan
budaya dari suatu agama. Oleh karena itu seharusnya sikap saling toleransi, saling
menghargai, saling membantu dan tolong-menolong harus diciptakan dalam
masyarakat di Indonesia agar kerukunan dan keharmonisan antar umat beragama
dapat terjalin dengan baik.
13
DAFTAR PUSTAKA
14