Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KERUKUNAN ANTARUMAT BERAGAMA

OLEH

NAMA : ALINE MARYANSE HENUK

NIM : (2323714079)

KELAS : 1C

JURUSAN AKUNTANSI

PRODI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

POLITEKNIK NEGERI KUPANG

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karunianya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KERUKUNAN ANTARUMAT
BERAGAMA” ini dengan lancar dan dapat mengumpulkan makalah ini sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Agama.

Tidak lupa, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Pdt.Yanti Secilia Giri, M. Pd
selaku Dosen Agama yang sudah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.

Meskipun banyak kekurangan didalamnya, kami berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetauan. kami juga menyadari bahwa dalam makalah ini
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya
kritik, saran, dan usulan dari semua pihak demi perbaikan makalah yang kami buat dimasa yang
akan datang, mengingat tidak ada suatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan juga dapat memberi
manfaat sekaligus petunjuk dalam menjalani hidup sebagai “umat beragama yang penuh
kerukunan”. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang
berkenan.

2
DAFTAR ISI

COVER ...............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................4

1.1 Latar belakang...............................................................................................................4

1.2 Rumusan masalah..........................................................................................................5

1.3 Tujuan............................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................6

2.1 Apa itu kerukunan antarumat beragama........................................................................6

2.2 Konflik kerukunan antarumat beragam di Indonesia.....................................................7

2.3 Bagaimana kondisi kerukunan antarumat beragama....................................................9

2.4 Apa dampak kerukunan antarumat beragama bagi masyarakat dilingkungan


sekitar...................................................................................................................................10

2.5 Apa saja tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam menjaga kerukunan antarumat
bergama ..............................................................................................................................12

2.6 Apa strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kerukunan antarumat
beragama dilingkungan sekitar ...........................................................................................13

BAB III PENUTUP...........................................................................................................15

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................15

3.2 Saran..............................................................................................................................15

DAFTAR PUSAKA...........................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerukunan antarumat beragama memiliki peran yang sangat penting dalam membangun
masyarakat terlebih diri kita sendiri dengan lingkungan yang harmonis dan damai. Dalam
lingkungan sekitar, kerukunan antarumat beragama dapat menciptakan iklim yang kondusif
bagi kerjasama, saling menghormati, dan saling memahami antara individu-individu yang
memiliki keyakinan agama yang berbeda. Hal ini juga dapat mendorong terciptanya
perdamaian, stabilitas, dan kemajuan sosial didalam suatu komunitas.

Namun kerukunan antarumat beragama tidak selalu terwujud dengan mudah. Terdapat
berbagai faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kerukunan antarumat beragama dalam
lingkungan sekitar. Faktor-faktor tersebut meliputi perbedaan keyakinan, pemahaman yang
sama tentang agama lain, ketidakadilan sosial, konflik politik, dan kurangnya pendidikan
atau pemahaman yang benar tentang agama.

Dalam makalah ini saya akan membahas juga upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kerukunan antarumat bergama dalam lingkungan sekitar. Upaya tersebut
meliputi dialog antaragama, pendidikan agama yang inklusif, promosi nilai-nilai universal
seperti toleransi dan saling menghormati, serta partisipasi aktif masyarakat dalam
membangun kerukunan antarumat beragama.

Diharapkan dengan adanya makalah ini, pembaca dapat memahami pentingnya


kerukunan antarumat beragama dalam lingkungan sekitar dan bagaimana faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Selain itu pembaca juga akan mendapatkan wawasan mengenai upaya-
upaya yang dapat dilakukan untuk memperkuat kerukunan antarumat beragama dalam
masyarakat yang multikultural dan multireligius.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksut dengan kerukunan antarumat beragama?


2. Konflik kerukunan antar umat beragama di Indonesia?
3. Bagaimana kondisi kerukunan antarumat beragama di Indonesia?
4. Apa dampak dari kerukunan antarumat beragama terhadap masyarakat dilingkungan
sekitar?
5. Apa saja tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam menjaga kerukunan antarumat
beragama?
6. Apa strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kerukunan antarumat beragama?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa itu kerukunan antarumat beragama


2. Menganalisis kondisi kerukunan antarumat beragama dilingkungan sekitar
3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kerukunan antarumat beragama
4. Menjelaskan dampak positif dari kerukunan antarumat beragama terhadap masyarakat
5. Menganalisis tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam menjaga kerukunan
antarumat beragama
6. Merumuskan strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kerukunan antarumat
beragama dilingkungan sekitar.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Apa itu kerukunan antarumat beragama

Pengertian kerukunan dalam kamus besar bahasa Indonesia kerukunan berakar dari kata
rukun yang berarti: (1) baik dan damai, tidak bertentangan: kita hendaknya hidup rukun dengan
tetangga: (2) bersatu hati, bersepakat: penduduk kampung itu rukun sekali. Merukunkan berarti:
(1) mendamaikan; (2) menjadikan bersatu hati. Kerukunan: (1) perihal hidup rukun; (2) rasa
rukun; kesepakatan: kerukunan hidup bersama.
1
Dengan mengacu kepada peraturan bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor
9 dan Nomor 8 Tahun 2006, Kerukunan diartikan sebagai hubungan sesama umat beragama yang
dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam
pengalaman ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara didalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pacasila dan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

Kerukunan umat beragama, mengandung arti hidup rukun walaupun antar maupun intern umat
beragama. Menurut Yustiani menjelaskan bahwa: “Pengertian kerukunan umat beragama adalah
terciptanya suatu hubungan yang harmonis dan dinamis serta rukun dan damai diantara sesama
umat beragama di Indonesia”.

Secara terminologi banyak batasan yang diberikan oleh para ahli sebagai berikut:

1). W. J.S Purwadarminta menyatakan Kerukunan adalah sikap atau sifat menenggang
berupa menghargai serta membolehkan suatu pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan
maupun yang lainya yang berbeda dengan pendirian.

2). Dewan Ensiklopedi Indonesia, Kerukunan dalam aspek sosial, politik, merupakan
suatu sikap membiarkan orang untuk mempunyai suatu keyakinan yang berbeda. Selain itu
menerima pernyataan ini karena sebagai pengakuan dan menghormati hak asasi manusia.

Berikutnya dalam bahasa Inggris disepadankan dengan harmonius, dengan demikian,


kerukunan berarti kondisi sosial yang ditandai oleh adanya keselarasan, kecocokan, atau ketidak
berselisihan. Kerukunan merupakan kondisi dan proses tercipta dan terpeliharanya pola-pola
interaksi yang beragam diantara unit-unit (unsur/sub-sistem) yang otonom. Kerukunan
mencerminkan hubungan timbal balik yang ditandai oleh sikap saling menerima, saling
mempercayai, saling menghormati dan menghargai, serta sikap memaknai kebersamaan.

1
Kustini, Monografi Kerukunan Umat Beragama di Indonesia, Litbangdiklat Press, Jakarta, 2019(v)

6
2
Kerukunan umat beragama merupakan suatu keadaan sosial ketika semua golongan
agama dapat hidup bersama tanpa mengurangi hak dasar masing-masing untuk melaksanakan
kewajiban agamanya. Kerukunan umat beragama tidak akan mungkin lahir dari sikap fanatisme
buta dan sikap masa bodoh atas hak keberagaman dan persaan orang lain. Dalam hal kerukunan
umat beragama juga tidak diartikan bahwa umat beragama dapat mencampurkan unsur-unsur
tertentu dari agama yang berbeda, sebab hal itu dapat merusak nilai-nilai keagamaan.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat dikatakan bahwa kerukunan hidup umat
beragama mengandung tiga unsur penting: pertama, kesediaan untuk menerima adanya
perbedaan keyakinan dengan orang atau kelompok lain. Kedua, kesediaan membiarkan orang
lain untuk mengamalkan ajaran yang diyakininya. Dan yang ketiga, kemampuan untuk menerima
perbedaan merasakan indahnya sebuah perbedaan dan mengamalkan ajarannya. Keluhuran
masing-masing ajaran agama yang menjadi anutan dari setiap orang.

Lebih dari itu, setiap agama adalah pedoman hidup umat manusia yang bersumber dari
ajaran tuhan. Kerukunan umat beragama itu sendiri bisa diartikan dengan toleransi umat
beragama. Dalam toleransi itu sendiri pada dasarnya masyarakat harus bersikap lapang dada dan
menerima adanya perbedaan antar umat beragama. Selain itu masyarakat juga mesti saling
menghormati satu sama lain dalam hal beribadah, antar pemeluk agama yang satu dengan
pemeluk agama lain tidak saling mengganggu.

Dari beberapa definisi di atas saya menyimpulkan bahwa kerukunan umat beragama
adalah suatu sikap atau sifat dari seseorang untuk membiarkan kebebasan kepada orang lain serta
memberikan kebenaran atas perbedaan tersebut sebagai pengakuan hak-hak asasi manusia.
Kerukunan diartikan adanya suasana persaudaraan dan kebersamaan antara semua orang
meskipun mereka berbeda secara suku, ras, budaya, agama, golongan. Kerukunan juga bisa
bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidak rukunan serta
kemampuan dan kemauan untuk hidup bersama dengan damai dan tenteram.

2.2 Konflik kerukunan antarumat beragama di Indonesia.

Konflik adalah hubungan yang tidak selaras di antara dua pihak atau lebih (baik
perseorangan maupun kelompok) yang memiliki (atau merasa memiliki) tujuan dan kepentingan
yang berbeda. Dalam pengertian ini, konflik merupakan fakta hidup yang tidak dapat dihindari.
Sering ada ketidakselarasan atau cekcok antara istri dan suami terkait ke mana anak mereka akan
disekolahkan, misalnya. Juga konflik antara pekerja dan pemilik modal terkait besaran gaji.
Dalam contoh lain, pemeluk agama A ingin mendirikan rumah ibadat, tapi pemeluk agama B
tidak menyetujuinya.

2
The Wahid Institute. 2011.Laporan Kebebasan Beragama dan Toleransi di Indonesia
The Wahid Institute 2011 Lampu merah Kebebasan Beragama. Jakarta;

7
Konflik bisa diatasi dengan baik dan tanpa harus dengan caracara kekerasan. Dalam
maknanya yang luas, kekerasan adalah ucapan, tindakan, sikap, struktur, atau sistem yang
menyebabkan kerusakan atau korban fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan yang menyebabkan
orang tidak dapat mencapai potensi kemanusiaannya secara penuh.Demikian menurut Johan
Galtung, ilmuwan perdamaiandari Norwegia. Menggapai Kerukunan Umat Beragama dalam
Mengelola Konflik. Konflik memang bisa destruktif, tapi bisa juga konstruktif. Faktor yang
menentukan apakah suatu konflik akan negatif atau positif, destruktif atau konstruktif, adalah
pengelolaan atau manajemen konflik.

Pertanyaannya, apakah manajemen konflik di suatu tempat atau komunitas sudah ada
atau tidak? Jika sudah ada, apakah manajemen konflik itu baik atau buruk? Dalam kehidupan
masyarakat, konflik yang dikelola dengan baik dapat bermanfaat, misalnya mendorong
perubahan, mengangkat persoalan di masyarakat dan penanganannya, atau mengarahkan energi
dan perhatian kepada masalah yang penting ditangani. Dalam kasus-kasus ini, konflik bersifat
konstruktif dan kreatif. Misalnya, Aktivis lingkungan dan hak-hak asasi manusia sering kali
membuka dan membeberkan suatu konflik yang tadinya laten dan tertutup sehingga masyarakat
luas menyadarinya dan memikirkan jalan keluarnya.

Konflik yang negatif dan berbahaya adalah konflik yang terus berlanjut dan meningkat,
tidak ditangani atau diselesaikan dengan cara-cara damai sehingga menjurus menjadi tindak
kekerasan seperti pemukulan, perusakan, dan lain-lain. Akibatnya, pihak-pihak yang terlibat
konflik merasa tidak puas dengan hasilnya dan ada pihak yang merasa kalah. Pemerintah, polisi,
pemimpin agama, atau pihak-pihak lain yang ingin mengelola konflik sosial perlu
memperhatikan sisi negatif dan destruktif konflik sosial. Mereka harus berusaha mengelola
konflik supaya tidak menjurus kepada prilaku kekerasan yang merugikan pihak-pihak yang
berkonflik dan masyarakat luas. Konflik berubah menjadi kekerasan apabila:

1. Konflik ditindas dan ditutup-tutupi, tidak ditangani dan diselesaikan.

2. Saluran untuk berdialog dan membicarakan perbedaan pendapat tidak ada atau tidak
memadai.

3. Keresahan dan kekecewaan yang meluas di masyarakat tidak didengarkan atau


ditangani.

4. Ada ketidakadilan, ketidakstabilan, dan rasa takut yang meluas di masyarakat.

Mengapa Pencegahan Perlu? Dokter sering memberi nasihat, “mencegah lebih baik dari pada
mengobati.” Ini juga berlaku sehubungan dengan konflik sosial.Mencegah konflik, khususnya
yang mengandung potensi unsur kekerasan jauh lebih rendah risikonya dibandingkan dengan
menanggulangi konflik yang sudah meningkat menjadi kekerasan. Pengalaman menunjukkan,
semakin lekas konflik ditangani, semakin besar pula peluang menanganinya dengan berhasil.
Kekerasan dan kerusuhan biasanya sulit dihentikan apabila sudah berlarut dan meluas. Akan

8
tetapi, nasihat ini sering diabaikan. Pencegahan jarang dilakukan dan respon terhadap konflik
sering kali baru munculsetelah konflik meletus menjadi kekerasan terbuka dengan korban dan
kerusakan besar.

Setiap konflik memiliki setidaknya tiga unsur pokok yang perlu diperhatikan dalam
rangka pencegahan, yaitu:

1. Situasi konflik atau kondisi-kondisi yang mendahului konflik.

2. Sikap atau aspek-aspek kognitif dan afektif konflik.

3. Perilaku konflik.

Di Idonesia, kerukunan antarumat beragama merupakan salah satu persoalan yang akhir-akhir
ini mencuat. Kearifan lokal di Indonesia sebenarnya menyediakan sarana untuk mengatasi
masalah tersebut.

2.3 Bagaimana kondisi kerukunan antarumat beragama di Indonesia


3
Suatu kenyataan sosiologis bahwa bangsa indonesia terdiri dari masyarakat
multikultural yang harus dijunjung tinggi, dihormati, dan terus dipertahankan. Justru karena
adanya pengakuan atas keberagaman inilah bangsa indonesia terbentuk. Salah satu bentuk
keberagaman yang terdapat di Indonesia adalah persoalan agama. Indonesia bukan negara
sekuler, bukan pula negara agama, akan tetapi pengakuan terhadap agama hanya meliputi enam
agama saja yaitu, Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu. Apabila dilihat
dari sisi jaminan kebebasan beragama yang ada dalam konstitusi, sesungguhnya apa yang
ditentukan oleh negara ini bertentangan, karena negara justru memberikan pembatasan dengan
menentukan jumlah tertentu dari agama yang boleh dipeluk, dengan kata lain agama selain yang
ditentukan itu tak boleh hidup di Indonesia. Ini sesuatu yang paradoks. Bagi penduduk yang
memeluk agama yang ditentukan itu, negara memberikan penghormatan dan penghargaan yang
ditunjukan dengan adanya jaminan kebebasan beragama melalui konstitusi RI ( UUD 1945) dan
UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Hak beragama (memeluk dan menjalankan ibadah) yang dijamin oleh konstitusi dan
perundang-undangan lainnya bukanlah hak yang dapat dilaksanakan sekehendak hati. Artinya
ada rambu-rambu atau syarat-syarat tertentu agar pelaksanaan hak itu tidak mengganggu hak
orang lain, keamanan dan ketertiban masyarakat, negara dan bangsa. Dengan kata lain ada
pembatasan-pembatasan yang harus diperhatikan oleh masyarakat. Apabila jaminan kebebasan
telah diberikan oleh kostitusi, lantas bagaimana dengan praktiknya didalam kehidupan bersama
antarumat beragama?. Pembangunan dibidang budaya sudah mengalami kemajuan yang ditandai
3
Ali, Mukti. Ilmu perbandingan Agama , Burhanudin Daya dan Herman Leonard Beck.
Jakarta . 1922

9
dengan meningkatnya pemahaman terhadap keberagaman budaya, pentingnya toleransi, dan
pentingnya sosialisasi penyelasaian masalah tanpa kekerasan, serta mulai berkembangnya
interaksi antar budaya.

Kehidupan beragama pada masyarakat masih pada tataran simbol keagamaan dan belum
ada pada substansi nilai-nilai ajaran agama. Upaya membangun kerukunan intern antar umat
beragama belum juga berhasil baik, terutama ditingkat masyarakat. Tantangan yang dihadapi
dalam pembangunan agama adalah mengaplikasikan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari,
mewujudkan kerukunan intern antarumat beragama, serta memberikan rasa aman dan
perlindungan dari tindak kekerasan. Ketentuan ini mendedikasikan bahwa kehidupan beragama
( sebagai tantangan kedepan) sesungguhnya seperti api dalam sekam, mengandung potensi
timbulnya konflik antarumat beragama.
4
Hasil penelitian The Wahid Institute menyebutkan bahwa selama tahun 2011, telah terjadi
peningkatan pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan diberbagai daerah di Indonesia.
Apabila tahub sebelumnya hanya 64 kasus maka jumlah ini meningkat 18% menjadi 92 kasus.
Bentuk pelanggaran kebebasan beragama yang paling tinggi adalah pelanggaran atau pembatasan
aktifitas keagamaan atau kegiatan agama kelompok tertentu dengan 49 kasus, kekerasan dan
pemaksaan keyakinan 9 kasus, penyegelan dan pelanggaran rumah ibadah 9 kasus dan juga
kasus-kasus pelanggaran lainnya yang terus terjadi. Praktik kebebasan beragama dan
berkeyakinan sebagai bagian dari konstruksi relasi agama dan negara di Indonesia masih
menyisakan banyak masalah. Institusi negara adalah yang paling banyak melakukan pelanggaran
kebebasan beragama dan berkeyakinan.

Berdasarkan data tersebut, maka persoalan kehidupan beragama diIndonesia bukanlah masalah
yang sederhana. Toleransi masih menjadi permasalahan yang besar ditengah persaingan agama-
agama menjalankan syariat dan menambah umatnya. Kehidupan yang harmonis pun masih
menjadi tanda tanya akan terwujudnya. Ditengah situasi konflik yang terjadi, kita seharusnya
belajar dan terus memperjuangkan kerukunan ditengah situasi konflik yang terjadi. Karena
kehidupan yang harmonis antar sesama kita hanya akan tercipta kalau kita sama-sama mau
mempertahankannya.

2.4 Apa dampak kerukunan antarumat beragama bagi masyarakat dilingkungan sekitar

Pentingnya pemahaman dan penerapan toleransi dalam kehidupan beragama yang


tentunya merupakan perubahan yangg serius dalam kehidupan berbangsa dan bernegera yang
harus dilaksanakan oleh umat beragama. Toleransi tidak mengenal batas waktu, tempat, dan
dengan siapa kita melakukannya, melainkan kita melakukannya dengan semua orang. Toleransi
tidak hanya dipraktikkan oleh etika yang menghargai ras, agama, budaya, suku, dan kelompok
4
The Wahid Institute. Laporan Kebebasan Beragama dan Toleransi di Indonesia
Jakarta . 2011

10
yang berbeda dengan kita , akan tetapi sikap menghargai pendapat orang juga adalah termaksud
bagian dari toleransi. Toleransi dalam beragama memiliki pengertian yaitu tindakan saling
menghargai antarumat beragama. Tidak peduli apapun agama yang dianut, antara masyarakat
harus saling menghargai satu sama lain.

Toleransi antara umat beragama merupakan hal yang penting dimiliki setiap orang saat ini. Jika
setiap orang memiliki sikap toleransi yang tinggi, maka ini akan meminimalisir terjadinya
konflik antara umut beragama pun akan terjalin dengan tentram dan damai. Maka dari itu,
sangatlah penting untuk menerapkan sikap toleransi dengan umat beragama lainnya. Toleransi
dan kebebasan adalah dua hal yang sering berseberangan dalam kehidupan manusia, terutama
dalam masyarakat dimana perbedaan persoalan ini menjadi rumit jika didekati dalam ranah
agama. Kebebasan beragama dipandang sebagai sesuatu yang mengganggu kerukunan.

Seluruh umat beragama harus memberikan konstribusi yang nyata bagi pembangunan
nasional yang dilaksanakan bangsa indonesia. Nilai-nilai religius harus dapat memberikan
motivasi positif dan menjadi arah tujuan dalam seluruh kegiatan pembangunan di Indonesia.
Peraturan dan kerja sama antarumat beragama mutlak diperlukan. Soal hubungan antarumat
beragama adalah soal yang sangat peka. Banyak kejadian yang kadang-kadang mengarah kepada
permusuhan dan penghancuran aset nasional disebabkan isu yang dikaitkan dengan hubungan
antar agama atau isu SARA (suku,agama,ras, dan antar golongan).

Toleransi antarumat beragama perlu kita tanamkan dalam kehidupan kita, karna itu sangat
penting bagi semua orang di dunia saat ini. semakin banyak orang yang memiliki sikap toleran,
semakin baik bagi negara ini, karena konflik dapat dikurangi dan antarumat beragama akan jauh
lebih baik dan damai. Inilah mengapa sangat penting untuk menerapkan sikap toleransi sekarang,
karna akan sangat membantu dalam kehidupan kita di masa depan. Sikap toleransi dapat kita
mulai dari diri sendiri. Contonya: jika kita meliat atau mendengar sesama kita menimbulkan
sikap intoleran, kita bisa menegurnya dan jangan membiarkanya. Untuk itu, kita sebagai generasi
penerus bangsa mari belajar menghargai dan menerapkan sikap toleransi terhadap sesama entah
itu perbadaan suku, agama, maupun ras, karena sejatinya kita semua bersaudara.

Kerukunan antarumat beragama memiliki dampak yang sangat positif bagi masyarakat
disekitarnya. Berikut adalah beberapa dampak yang dapat terjadi:

1). Peningkatan Toleransi:

Kerukunan antarumat beragama dapat memperkuat toleransi di antara anggota masyarakat.


Ini berarti bahwa orang-orang akan lebih menerima perbedaan keyakinan dan praktik agama satu
sama lain, tanpa menghakimi atau memicu konflik.

2). Pembangunan yang kuat:

11
Kerukunan antarumat beragama kemungkinan orang-orang dari berbagai latar belakang
agama untuk saling berinteraksi, berkomunikasi dan membangun hubungan yang kuat. Ini dapat
menciptakan ikatan sosial yang lebih dalam dan memperkuat rasa persatuan diantara masyarakat.

3). Perdamaian dan stabilitas:

Ketika kerukunan antarumat beragama terjaga dengan baik, masyarakat cenderung lebih
damai dan stabil. Konflik agama yang sering kali menjadi sumber ketegangan dan kekerasan
dapat dihindari atau diminimalkan. Ini menciptakan lingkungan yang aman dan harmonis bagi
semua anggota masyarakat.

4). Pertumbuhan ekonomi :

Kerukunan antarumat beragama juga dapat berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi.
Ketika masyarakat hidup dalam harmoni, mereka cenderung bekerja sama dalam berbagai
proyek dan inisiatif ekonomi. Ini dapat meningkatkan infestasi, perdagangan dan peluang kerja,
yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

5). Pembangunan sosial dan budaya:

Kerukunan antarumat beragama juga dapat memperkaya kehidupan sosial dan budaya
masyarakat. Melalui interaksi antarumat beragama, orang dapat saling berbagi pengetahuan,
tradisi dan praktik keagamaan mereka. Hal ini dapat memperkaya kehidupan spiritual dan
budaya masyarakat secara keseluruhan.

2.5 Apa saja tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam menjaga kerukunan
antarumat beragama

Perlu diingat bahwa menjaga kerukunan dan keharmonisan agar tetap terjalin dengan baik
adalah tanggung jawab kita bersama sebagai umat beragama, namun menjaga kerukunan
antarumat beragama adalah suatu tantangan yang kompleks dan membutuhkan upaya yang
berkelanjutan. Beberapa tantangan dan hambatan yang sering dihadapi dalam menjaga
kerukunan antarumat beragama antara lain:

 Perbedaan keyakinan dan doktrin, yakni setiap agama memiliki keyakinan, doktrin, dan
praktik yang berbeda. Perbedaan ini dapat menyebabkan ketegangan dan konflik jika
tidak dikelola dengan baik.
 Ketidakadilan dan diskriminasi, ini terjadi kepada kelompok agama tertentu dan dapat
merusak kerukunan. Perlakuan yang tidak adil atau diskriminatif dapat memicu
ketegangan dan konflik antarumat beragama.

12
 Ketidakpahaman dan stereotip: kurangnya pemahaman tentang agama-agama lain dan
adanya stereotip negatif dapat memperburuk hubungan antarumat beragama.
Ketidakpahaman ini dapat menghasilkan prasangka dan ketakutan yang tidak beralasan.
 Ekstremisme dan radikalisme, yakni adanya kelompok-kelompok ekstremis dan radikal
yang menggunakan agama sebagai alasan untuk melakukan kekerasan atau inteloransi
dapat mengancam kerukunan antarumat beragama.
 Politisasi agama, ini juga dapat memperkeruh hubungan antarumat beragama.
Penggunaan agama untuk kepentingan politik seringkali menghasilkan polarisasi dan
konflik.
 Kurangnya dialog dan interaksi antarumat beragama yaitu kurangnya kesempatan untuk
berdialog dan berinteraksi antarumat beragama dapat menghambat pemahaman dan
saling pengertian antara kelompok-kelompok agama.
 Ketidakstabilan politik dan sosial, ketika hal ini terjadi dalam suatu negara atau daerah
dapat menciptakan ketegangan antarumat beragama. Ketidakstabilan ini dapat
dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang ingin memperkeruh situasi.
Untuk mengatasi tantangan dan hambatan ini, diperlukan upaya yang komprehensif,
antara lain melalui pendidikan yang mempromosikan pemahaman dan toleransi
antaragama, dialog antarumat beragama, penegakan hukum yang adil, dan partisipasi
aktif masyarakat dalam membangun kerukunan antarumat beragama.

2.6 Apa strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kerukunan antarumat
beragama dilingkungan sekitar

Walaupun dalam kehidupan bersama kita sebagai umat beragama yang


berbeda-beda keyakinan dan kepercayaan ini bisa memunculkan konflik dan
pertentangan dalam kehidupan, kita harus tetap bisa mempertahankan dan meningkatkan
kerukunan itu sendiri. Sebenarnya ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk
meningkatkan kerukunan antar sesama kita, ada beberapa strategi yang sekiranya dapat
kita lakukan untuk meningkatkan kerukunan, yakni :
1. Pendidikan dan kesadaran yang bisa meningkatkan pemahaman dan kesadaran
tentang beragam agama dan keyakinan. Ini dapat dilakukan melalui program
pendidikan, seminar, lokakarya, dan diskusi terbuka yang melibatkan perwakilan
dari berbagai agama. Tujuannya adalah untuk menghilangkan stereotip dan
persangka yang mungkin ada.
2. Dialog antar agama: mendorong dialog terbuka dan saling pengertian antara
pemimpin agama dan pengikutnya. Dialog ini dapat membantu membangun
hubungan yang lebih baik dan saling menghormati antar berbagai komunitas
agama.

13
3. Kolaborasi dan kegiatan bersama: mengadakan kegiatan dan proyek bersama
antara berbagai komunitas agama, sepert kegiatan sosial, bakti sosial, atau proyek
lingkungan. Ini dapat membantu membangun hubungan positif dan saling
menghormati antara anggota berbagai agama.
4. Menghormati perbedaan: mendorong penghargaan terhadap perbedaan agama
dan keyakinan. mengajarkan nilai-nilai toleransi, penghormatan, dan saling
menghargai dalam pedidikan dan keluarga.
5. Membangun jaringan: mebangun jaringan dan kerja sama antara organisasi
agama dan lembaga sosial dilingkungan sekitar. Ini dapat membantu memperkuat
kerukunan antar agama melalui kolaborasi dalam kegiatan sosial dan keagamaan.
6. Media sosial yang bertanggung jawab: menggunakan media sosial dengan bijak
dan bertanggung jawab untuk mepromosikan pesan perdamaian, toleransi, dan
saling pengertian antaragama. Menghindari konten yang memicu konflik atau
memperkuat persangka.
7. Hukum dan kebijakan yang adil: mendorong adopsi hukum dan kebijakan yang
melindungi kebebasan beragama dan mencegah diskriminasi berbasis agama.
Memastikan bahwa semua warga negara memiliki hak yang sama dan
pelingdungan hukumyang adil.Strategi ini dapat mebantu membangun kerukunan
antarumat beragama di lingkungan sekitar dengan menciptakan lingkungan yang
inklusif, saling menghormati, dan saling mendukung.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pentingnya kerukunan hidup antarumat beragama adalah terciptanya kehidupan


masyarakat yang harmonis dalam kedamaian, saling tolong menolong, dan tidak saling
bermusuhan agar agama bisa menjadi pemersatu bangsa Indonesia yang secara tidak langsung
memberikan stabilitas dan kemajuan negara. Cara menjaga serta mewujudkan kerukunan hidup
antarumat beragama adalah dengan mengadakan dialog antarumat beragama yang didalamnya
membahas tentang hubungan antar sesama umat beragama. Ada beberapa cara yang bisa kita
lakukan yakni:

1. Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lain


2. Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi salahkan
orangnya
3. Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan mengganggu umat lain yang sedang
beribadah
4. Hindari diskriminasi terhadap agama lain.

3.2 Saran

Sebagai masyarakat Indonesia yang baik seharusnya kita menanamkan sejak dini
pentingnya menjaga kerukunan antarumat beragama agar terciptanya hidup rukun antar sesama
sehingga masyarakat merasa aman, nyaman, sejahtera.

15

Anda mungkin juga menyukai