DI SUSUN OLEH :
FRANSISCA A. PANDEY
18302099
JURUSAN MANAJEMEN
FAKUTAS EKONOMI
2021
KATA PENGANTAR
Shalom, Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada penulis untuk
menyelesaikan makalah ini. Atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI KOTA TOMOHON” tepat waktu. Makalah ini dibuat dengan
tujuan memenuhi tugas ujian tengah semester dari ibu Marlyn Truida Londa. Selain itu, penyusunan makalah ini
bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang pengolahan kerukunan antar umar beragama yang ada di
tempat tinggal penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen dalam mata kuliah Pendidikan Agama Kristen
ini. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah wawasan bagi penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih
pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................................5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan...............................................................................................................................5
BAB II..............................................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama.......................................................................................................6
2.2 Toleransi dan Kerukunan.......................................................................................................................................7
2.3 Kerukunan Umat Beragama Di Kota Tomohon.....................................................................................................9
2.4 Cara Menjaga Kerukunan ANtar Umat Beragama...............................................................................................11
2.5 Pencegahan dan Penyelesaian Konflik.................................................................................................................12
BAB III..........................................................................................................................................................................16
PENUTUP......................................................................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................................................16
3.2 Saran.....................................................................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUA
N
Agama adalah salah satu aspek kepercayaan hidup masyarakay yang sangat penting
kedudukannya dalam kehidupan bermasyarakat seperti juga dalam kehidupan
ekonomi, social dan pendidikan. Pada umumnya agama membantu memberikan rasa
aman, tentram dan damai karena agama dipercaya mampu mengontrol dan
membimbing setiap penganutnya kearah yang lebih baik. Disamping itu, agama
berfungsi untuk menjadikan hidup dibumi ini untuk dapat ditolerir, damai dan
tentram antara penganut agama yang berbeda-beda ataupun dapat tersatukannya
kehidupan masyarakat antar bangsa, antar budaya dan antar agama di dunia ini.
Kerukunan yang berpegang kepada prinsip masing-masing agama menjadi setiap
golongan antar umat beragama sebagai golongan terbuka, sehingga memungkinkan
dan memudahkan untuk saling berhubungan. Bila anggota dari suatu golongan umat
beragama telah berhubungan baik dengan anggota dari golongan agama-agama lain,
akan terbuka kemungkinan untuk mengembangkan hubungan dalam berbagai bentuk
kerjasama dalam bermasyarakat dan bernegara.
Dengan kondisi sosial itulah yang menjadikan ketertarikan penulis untuk menulis
makalah tentang “Kerukunan Antar Umat Beragama Di Kota Tomohon”
3. Untuk mengetahui cara menjaga kerukunan umat beragama agar tidak adanya konflik?
B. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Manfaat secara teoritis, penelitian ini diharapkan untuk memperkaya ilmu
perbandingan agama mengenai kerukunan antar umat beragama, khususnya relasi
dalam bidang sosiologi.
2. Manfaat Praktis
Manfaat secara praktis, untuk menambah bahan informasi bagi peneliti yang berminat
mengkaji lebih mendalam mengenai kerukunan antar umat beragama untuk dikembangkan
dalam spektrum yang lebih luas dan dapat berguna dalam mengembangkan wawasan studi.
BAB II
PEMBAHASAN
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terdiri dari berbagai suku,
agama dan ras, tetapi dikenal sebagai bangsa yang ramah dan toleran, termasuk
dalam hal kehidupan beragama. Kemajemukan (pluralisme) agama di Indonesia
telah berlangsung lama dan lebih dahulu dibandingkan dengan di negara-negara
di dunia pada umumnya. Hanya saja, dalam beberapa tahun terakhir ini (terutama
sebelum 2014) terjadi sejumah peristiwa yang menunjukkan prilaku keagamaan
sebagian masyarakat Indonesia yang tidak atau kurang toleran. Hal ini masih
mendapatkan sorotan dari berbagai lembaga internasioanl, seperti UN Human
Rights Council (UNHRC), Asian Human Rights Commission (AHRC), U.S.
Commission on International Religious Freedom (USCIRF), dan sebagainya.
Kerukunan umat beragama itu ditentukan oleh dua faktor, yakni sikap dan prilaku
umat beragama serta kebijakan negara/pemerintah yang kondusif bagi kerukunan.
Semua agama mengajarkan kerukunan ini, sehingga agama idealnya berfungsi
sebagai faktor integratif. Dan dalam kenyataannya, hubungan antarpemeluk agama di
Indoensia selama ini sangat harmonis. Hanya saja, di era reformasi, yang notabene
mendukung kebebasan ini, muncul berbagai ekspresi kebebasan, baik dalam bentuk
pikiran, ideologi politik, faham keagamaan, maupun dalam ekspresi hak-hak asasi.
Dalam iklim seperti ini mucul pula ekspresi kelompok yang berfaham radikal atau
intoleran, yang walaupun jumlahnya sangat sedikit tetapi dalam kasus-kasus tertentu
mengatasnamakan kelompok mayoriras.
Adapun kebijakan negara tentang hubungan antaragama termasuk yang terbaik dan
menjadi model di dunia. Hanya saja, sebagian oknum pemerintah di daerah dengan
pertimbangan politik kadang-kadang mendukung sikap intoleran kelompok tertentu
atas nama pemenuhan aspirasi kelompok mayoritas. Klaim aspirasi kelompok
mayoritas ini pun tidak selalu sesuai kenyataan, karena suatu tindakan intoleran itu
seringkali hanya digerakkan oleh kelompok tertentu dengan mengatasnamakan
mayoritas. Meski demikian, kebijakan Pemda yang cukup arif dan adil, termasuk
dalam konteks menjaga kerukunan umat beragama, jauh lebih banyak dari pada
kebijakan yang dianggap mendukung sikap intoleran ini.
Contoh keduanya, adapun bentuk kerukunan umat beragama Islam dan umat
beragama Kristen pada hari besar nasonal dengan merayakan HUT RI biasa
masyarakat kelurahan pinaras menyebutnya dengan acara “tujuh belasan/
agustusan”,masyarakat di Kota Tomohon sangat antusias sekali dalam
memperingatinya. Salah satu wujud dari antusiasme masyarakat yakni dengan
melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memeriahkan acara tujuh belas agustus
tersebut masyarakat yang ada di kelurahan pinarsas biasanya mengadakan lomba
antar lingkup dusun. Tujuannya untuk menjaga kerukunan antar warga, juga
mengadakan berbagai kegiatan yang bersifat sosial kemasyarakatan, masyarakat
sangat antusias dalam melakukannya seperti dalam kegiatan kerja bakti, dan bersih-
bersih yang tujuannya untuk menjaga rasa saling gotong royong diantara
masyarakatnya dan tanpa membeda bedakan satu dengan yang lainnya. Dan di Kota
Tomohon juga ketika ada acara pernikahan atau ada acara lainya mereka saling
menghormati walaupun berbeda agama.adapun saling berbagi ketika natal sudah
tiba.orangnganya juga mudah bergaul.maka dari itu sampai sekarang ini belum sama
sekali terdengar konflik tentang agama atau konflik lainnya.
Warga yang berada di Kota Tomohon selalu menganggap satu dengan lainnya
adalah saudara sehingga tidak perlu memandang apa agamanya karena agama
menurut mereka merupakan urusan pribadi. Tidak ada pembahasan mengenai agama
di Kota Tomohon ketika bersilaturahmi maupun berdialog. Pertemuan antar tokoh
lintas agama di Kota Tomohon secara rutin dilakukan tetapi hal ini pun juga tidak
membahas mengenai persoalan agama. Mereka hanya membahas mengenai soal
kehidupan masyarakat, teentang politik ekonomi, sosial di wilayah itu dan juga
budaya setempat. Namun, jika
ditinjau dari segi kerukunan beragama masyarakat Kota Tomohon selama ini, sangat
mendukung terciptanya kerukunan antar umat beragama. Hal ini terkesan dari
masyarakatnya yang sangat antusias dalam mewujudkan terciptanya kerukunan yang
senantiasa mendambakan kedamaian dan keamanan. Sehingga terhindar dari
kekacauan dan kekerasan yang mengakibatkan kekhawatiran akan muncul
percekcokan yang mengarah kepada perbedaaan agama atau keyakinan.
5. Dalam masyarakat harus ada keadilan dan rasa ketidakadilan itu harus
dihilangkan agar tidak menimbulkan rasa kebencian.
Konflik antar-umat beragama umumnya tidak murni disebabkan oleh faktor agama,
tetapi oleh faktor politik, ekonomi atau lainnya yang kemudian dikaitkan dengan
agama. Sedangkan yang terkait dengan persoalan agama, di samping karena
munculnya sikap keagamaan secara radikal dan intoleran pada sebagian kecil
kelompok agama, juga dipicu oleh persoalan tentang pendirian rumah ibadah dan
penyiaran agama serta tuduhan penodaan agama. Persoalan pendirian rumah ibadah
merupakan faktor yang paling banyak mempengaruhi terjadinya perselisihan atau
sikap intoleransi. Memang tahun 2014 toleransi beragama ini berkembang lebih baik
dari pada tahun-tahun sebelumnya, tetapi masih ada beberapa peristiwa gangguan
atau penghentian pembangunan rumah ibadah yang sudah mendapatkan izin secara
sah.
Di antara kasus pendirian rumah ibadah yang kini belum ada penyelesaian final
adalah pendirian gereja GKI Yasmin di Bogor, pendirian gereja HKBP Filadelfia di
Bekasi, dan pendirian masjid Nur Musafir di Kupang. Sebenarnya perselisihan
tentang pendirian rumah ibadah yang bisa diselesaikan secara arif dan damai jauh
lebih banyak dibandingkan dengan penyelesaian yang berlarut-larut atau yang
kemudian menjadi konflik. Namun, karena persoalan pendirian rumah ibadah ini
dikaitkan dengan perlindungan kebebasan beragama, maka hal ini pun mendapatkan
catatan dari badan- badan HAM dunia.
Tentu saja, kasus-kasus konflik atau perselisihan sekecil apapun harus diselesaikan
dengan cepat dan bijaksana. Namun yang lebih mendesak adalah penyelesaian
terhadap kasus-kasus yang sudah menjadi sorotan dunia internasional tetapi sampai
kini belum diselesaikan dengan baik, seperti persoalan pendirian gereja GKI Yasmin
di Bogor, pendirian gereja HKBP Filadelfia di Bekasi, atau pendirian masjid Nur
Musafir di Kupang. Demikian pula, penyelesaian kasus-kasus konflik internal agama,
terutama pengungsian Ahmadiyah di Mataram dan pengungsian Syi’ah Sampang di
Sidoarjo.
Dalam buku Pluralisme, Konflik, dan Perdamaian (2002) oleh Elga Sarapung,
beberapa cara menghindari sikap intoleransi sebagai berikut: Tidak memaksakan
kehendak diri sendiri kepada orang lain Peduli terhadap lingkungan sekitar Tidak
mementingkan suku bangsa sendiri atau sikap yang menganggap suku bangsanya
lebih baik Tidak menonjolkan suku, agama, ras, golongan, maupun budaya tertentu
Tidak menempuh tindakan yang melanggar norma untuk mencapai tujuan Tidak
mencari keuntungan diri sendiri daripada kesejahteraan orang lain, Sebuah keganjilan
dari sikap pemerintah Indonesia terhadap kebebasan agama di dalam negara ini
adalah bahwa pemerintah mengakui hanya enam agama saja (yaitu Islam,
Protestantisme, Katolisisme, Hinduisme, Buddhisme dan Konghucu). Setiap orang
Indonesia wajib untuk merangkul salah satu agama tersebut yang merupakan data
pribadi yang disebutkan di dalam dokumen resmi seperti paspor dan kartu identitas
lain.
Ateisme tidak merupakan suatu pilihan. Bahkan ateisme merupakan sebuah filsafat
yang secara umum tidak diterima oleh masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir ini
pernah terjadinya kasus orang Indonesia mengumumkan pandangan ateisme di media
sosial yang kemudian berujung pada ancaman dari masyarakat setempat dan
penangkapan oleh polisi atas dasar penghinaan Tuhan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Agama dalam kehidupan sangatlah diperlukan dalam kondisi masyarakat yang terus
mengalami perubahan sosial baik secara cepat dan secara lambat. Masyarakat yang
bersifat dinamis tidak bisa menolak yang namanyaperubahan bahkan di satu sisi
masyarakat itu juga membutuhkan perubahan sosial, namun dalam hal ini tentu harus
ada peran yang bisa mengimbangiatau menjadi pedoman masyarakat dalam
menyikapai perubahan sosialyang terjadi. Pentingnya kerukunan hidup antar umat
beragama adalah terciptanya kehidupan masyarakat yang harmonis dalam kedamaian,
saling tolong menolong,dan tidak saling bermusuhan agar agama bisa menjadi
pemersatu bangsa Indonesia dan yang ada di Manado yang secara tidak langsung
memberikan stabilitas, kemajuan Negara dan wilayah itu sendiri.
Masyarakat di Kota tomohon, sekalipun heterogen dan dalam segi jumlah
didominasi oleh yang beragama Kristen sejauh ini telah berhasil mengembangkan
stidak eksklusif. Dalam hal ini, nilainilai budaya yang mendasari adalah falsafah
hidup sitou timou tumou tou dan torang samua basudara, nilai budaya mapalus
(kerjasama), nilai budaya demokrasi, nilai budaya anti diskriminasi dan nilai budaya
silaturahmi. Lewat lima nilai budaya tersebut masyarakat yang beragam religi,
membangun dan menguatkan dirinya sebagai kota berwajah ramah dalam hal
kebebasan antar umat beragama. Interaksi sehat tersebut justru muncul dari kesadaran
masyarakat akan pentingnya hidup rukun dan damai.
3.2 Saran
Kepada semua orang, marilah untuk selalu hidup rukun antar sesama tanpa
memandang perbedaan yang ada dan membuat perbedaan yang ada sebagai sarana
untuk lebih saling menghargai satu dengan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
https://media.neliti.com/media/publications/89588-ID-none.pdf
https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/4901/120901032.pdf?
sequence=1&isAllowed=y