Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI KOTA TOMOHON

DI SUSUN OLEH :

FRANSISCA A. PANDEY

18302099

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN-2

JURUSAN MANAJEMEN

FAKUTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

2021
KATA PENGANTAR

Shalom, Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada penulis untuk
menyelesaikan makalah ini. Atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI KOTA TOMOHON” tepat waktu. Makalah ini dibuat dengan
tujuan memenuhi tugas ujian tengah semester dari ibu Marlyn Truida Londa. Selain itu, penyusunan makalah ini
bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang pengolahan kerukunan antar umar beragama yang ada di
tempat tinggal penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen dalam mata kuliah Pendidikan Agama Kristen
ini. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah wawasan bagi penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih
pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Tomohon, 24 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................................5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan...............................................................................................................................5
BAB II..............................................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama.......................................................................................................6
2.2 Toleransi dan Kerukunan.......................................................................................................................................7
2.3 Kerukunan Umat Beragama Di Kota Tomohon.....................................................................................................9
2.4 Cara Menjaga Kerukunan ANtar Umat Beragama...............................................................................................11
2.5 Pencegahan dan Penyelesaian Konflik.................................................................................................................12
BAB III..........................................................................................................................................................................16
PENUTUP......................................................................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................................................16
3.2 Saran.....................................................................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUA
N

1.1 LATAR BELAKANG


Kerukunan merupakan nilai yang universal, yang dapat ditemukan dalam setiap
ajaran agama. Kerukunan hidup beragama merupakan salah satu pilar utama dalam
memelihara persatuan bangsa dan kedaulatan negara Republik Indonesia. Kerukunan
umat beragama adalah hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah kesejahteraan
hidup di negeri ini. Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki keragaman yang
begitu banyak. Tak hanya masalah adat istiadat atau budaya seni, tapi juga termasuk
agama. Masyarakat merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari beragam
agama. Kemajemukan yang ditandai dengan keanekaragaman agama itu mempunyai
kecenderungan kuat terhadap identitas agama masing- masing dan berpotensi konflik.
Dengan perbedaan tersebut apabila tidak terpelihara dengan baik bisa menimbulkan
konflik antar umat beragama yang bertentangan dengan nilai dasar agama itu sendiri
yang mengajarkan kepada kita kedamaian, hidup saling menghormati, dan saling
tolong menolong.

Agama adalah salah satu aspek kepercayaan hidup masyarakay yang sangat penting
kedudukannya dalam kehidupan bermasyarakat seperti juga dalam kehidupan
ekonomi, social dan pendidikan. Pada umumnya agama membantu memberikan rasa
aman, tentram dan damai karena agama dipercaya mampu mengontrol dan
membimbing setiap penganutnya kearah yang lebih baik. Disamping itu, agama
berfungsi untuk menjadikan hidup dibumi ini untuk dapat ditolerir, damai dan
tentram antara penganut agama yang berbeda-beda ataupun dapat tersatukannya
kehidupan masyarakat antar bangsa, antar budaya dan antar agama di dunia ini.
Kerukunan yang berpegang kepada prinsip masing-masing agama menjadi setiap
golongan antar umat beragama sebagai golongan terbuka, sehingga memungkinkan
dan memudahkan untuk saling berhubungan. Bila anggota dari suatu golongan umat
beragama telah berhubungan baik dengan anggota dari golongan agama-agama lain,
akan terbuka kemungkinan untuk mengembangkan hubungan dalam berbagai bentuk
kerjasama dalam bermasyarakat dan bernegara.
Dengan kondisi sosial itulah yang menjadikan ketertarikan penulis untuk menulis
makalah tentang “Kerukunan Antar Umat Beragama Di Kota Tomohon”

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian kerukunan antar umat beragama?
2. Bagaimana Kerukunan antar Umat Beragama di Kota Tomohon?
3. Bagaimana cara menjaga kerukunan umat beragama agar tidak adanya konflik?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan


A. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian kerukunan antar umat beragama

2. Untuk mengetahui bagaimana kerukunan antar umat beragama di Kota Tomohon?

3. Untuk mengetahui cara menjaga kerukunan umat beragama agar tidak adanya konflik?

B. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Manfaat secara teoritis, penelitian ini diharapkan untuk memperkaya ilmu
perbandingan agama mengenai kerukunan antar umat beragama, khususnya relasi
dalam bidang sosiologi.
2. Manfaat Praktis
Manfaat secara praktis, untuk menambah bahan informasi bagi peneliti yang berminat
mengkaji lebih mendalam mengenai kerukunan antar umat beragama untuk dikembangkan
dalam spektrum yang lebih luas dan dapat berguna dalam mengembangkan wawasan studi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama


Kerukukan antar umat beragama merupakan suatu kondisi dimana semua
golongan agama dapat hidup bersama tanpa mengurangi hak dasar masing-masing
untuk melakukan kewajiban agamanya. Kerukukan antar umat beragama
merupakan suatu kondisi dimana semua golongan agama dapat hidup bersama
tanpa mengurangi hak dasar masing-masing untuk melakukan kewajiban
agamanya. Pemeluk agama yang baik haruslah hidup damai dan rukun.
Kerukunan Antarumat beragama adalah terciptanya suatu hubungan yang
harmonis dan dinamis serta rukun dan damai diantara sesama umat beragama di
Indonesia, yaitu hubungan harmonis antara sesama umat seagama dan umat
beragama yang berbeda agama serta antara umat beragama dengan pemerintah
dalam usaha memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa serta meningkatkan
amal untuk bersama-sama membangun masyarakat sejahtera lahir batin.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terdiri dari berbagai suku,
agama dan ras, tetapi dikenal sebagai bangsa yang ramah dan toleran, termasuk
dalam hal kehidupan beragama. Kemajemukan (pluralisme) agama di Indonesia
telah berlangsung lama dan lebih dahulu dibandingkan dengan di negara-negara
di dunia pada umumnya. Hanya saja, dalam beberapa tahun terakhir ini (terutama
sebelum 2014) terjadi sejumah peristiwa yang menunjukkan prilaku keagamaan
sebagian masyarakat Indonesia yang tidak atau kurang toleran. Hal ini masih
mendapatkan sorotan dari berbagai lembaga internasioanl, seperti UN Human
Rights Council (UNHRC), Asian Human Rights Commission (AHRC), U.S.
Commission on International Religious Freedom (USCIRF), dan sebagainya.

Gejala tersebut sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di


negara-negara demokratis lainnya, termasuk negara-negara Barat yang selama ini
masyarakatnya dikenal sangat toleran. Secara sosiologis hal ini merupakan ekses
dari mobilitas sosial yang sangat dinamis sejalan dengan proses globalisasi,
sehingga para pendatang dan penduduk asli dengan berbagai macam latar
belakang
kebudayaan dan keyakinan mereka berinteraksi di suatu tempat. Dalam interaksi
ini bisa terjadi hubungan integrasi, damai dan kerjasama, tetapi bisa juga terjadi
prasangka, ketegangan, persaingan, intoleransi, konflik, dan bahkan disintegrasi.
Yang terakhir ini terjadi jika yang ditonjolkan dalam interaksi itu adalah politik
identitas (identity politics) secara eksklusif. Politik identitas ini kini tidak hanya
diekspresikan sebagai perjuangan kelompok minoritas seperti ketika istilah ini
dimunculkan pada awal 1970-an, tetapi juga oleh sebagian kelompok mainstream
atau mayoritas untuk mempertahankan identitas mereka mewarnai kehidupan
masyarakat.

2.2 Toleransi dan Kerukunan

Toleransi mengadung pengertian adanya sikap seseorang untuk menerima perasaan,


kebiasaan, pendapat atau kepercayaan yang berbeda dengan yang dimilikinya.
Namun Susan Mendus dalam bukunya, Toleration and the Limit of Liberalism
membagi toleransi menjadi dua macam, yakni toleransi negatif (negative
interpretation of tolerance) dan toleransi positif (positive interpretation of tolerance).
Yang pertama menyatakan bahwa toleransi itu hanya mensyaratkan cukup dengan
membiarkan dan tidak menyakiti orang/kelompok lain. Yang kedua menyatakan
bahwa toleransi itu membutuhkan lebih dari sekedar ini, meliputi juga bantuan dan
kerjasama dengan kelompok lain. Konsep toleransi positif inilah yang dikembangkan
dalam hubungan sosial di negara ini dengan istilah kerukunan (harmony).

Jadi, kerukunan beragama adalah keadaan hubungan antarumat beragama yang


dilandasi toleransi, saling pengertian dan saling menghormati dalam pengamalan
ajaran agama serta kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat. Eksistensi kerukunan
ini sangat penitng, di samping karena merupakan keniscayaan dalam konteks
perlindungan hak asasi manusia (HAM), juga karena kerukunan ini menjadi prasyarat
bagi terwujudnya integrasi nasional, dan integrasi ini menjadi prasyarat bagi
keberhasilan pembangunan nasional.

Kerukunan umat beragama itu ditentukan oleh dua faktor, yakni sikap dan prilaku
umat beragama serta kebijakan negara/pemerintah yang kondusif bagi kerukunan.
Semua agama mengajarkan kerukunan ini, sehingga agama idealnya berfungsi
sebagai faktor integratif. Dan dalam kenyataannya, hubungan antarpemeluk agama di
Indoensia selama ini sangat harmonis. Hanya saja, di era reformasi, yang notabene
mendukung kebebasan ini, muncul berbagai ekspresi kebebasan, baik dalam bentuk
pikiran, ideologi politik, faham keagamaan, maupun dalam ekspresi hak-hak asasi.
Dalam iklim seperti ini mucul pula ekspresi kelompok yang berfaham radikal atau
intoleran, yang walaupun jumlahnya sangat sedikit tetapi dalam kasus-kasus tertentu
mengatasnamakan kelompok mayoriras.

Adapun kebijakan negara tentang hubungan antaragama termasuk yang terbaik dan
menjadi model di dunia. Hanya saja, sebagian oknum pemerintah di daerah dengan
pertimbangan politik kadang-kadang mendukung sikap intoleran kelompok tertentu
atas nama pemenuhan aspirasi kelompok mayoritas. Klaim aspirasi kelompok
mayoritas ini pun tidak selalu sesuai kenyataan, karena suatu tindakan intoleran itu
seringkali hanya digerakkan oleh kelompok tertentu dengan mengatasnamakan
mayoritas. Meski demikian, kebijakan Pemda yang cukup arif dan adil, termasuk
dalam konteks menjaga kerukunan umat beragama, jauh lebih banyak dari pada
kebijakan yang dianggap mendukung sikap intoleran ini.

a. Kristen & Katolik di Indonesia


Salah satu contoh dampak dari pengaruh berkelanjutan Eropa dan pemerintahan
kolonial Belanda pada masyarakat Indonesia adalah adanya rata-rata 23 juta orang
Kristen serta Katolik yang saat ini tinggal di Indonesia. Agama Kristen merupakan
agama terbesar kedua dan agama Katolik terbesar ketiga, namun dua-duanya relatif
kecil dibanding Islam. Agama Kristen di Indonesia lebih dikenal sebagai
Protestantisme di dunia Barat. Penganut agama Kristen dan Katolik kebanyakan
ditemukan di Indonesia bagian timur. Meskipun telah terjadi beberapa insiden
kekerasan antara kaum Muslim dan Kristen (yang paling terkenal yaitu konflik
Muslim-Kristen di Maluku pada tahun 1999-2002) serta penutupan paksa beberapa
gereja, penyembah kedua agama ini umumnya hidup dalam harmoni sosial. Terlepas
dari gereja Kristen dan Katolik yang tradisional, gerakan karismatik (yang - seperti
Pentakosta - menempatkan penekanan pada karunia Roh Kudus) bertumbuh pesat di
kota-kota besar di Indonesia.

2.3 Kerukunan Umat Beragama Di Kota Tomohon


Kerukunan anatar uma beragama tempat saya tinggal, dari dulu sampai saat ini
belum ada terdengar tentang konflik-konflik antar umat beragama di tempat tinggal
saya. Cara mereka bersosialisasipun tidak memandang darimana asal mereka. Maka
dari itu, mereka cepat membaur untuk bersosialisasi maupun berkomunikasi.
Mereka memegang erat rasa persaudaraan antar sesama di kampung ini, umat Islam
dan Kristiani serta agama lain hidup berdampingan, rukun dan saling menghargai
satu sama lainnya. Di kampung saya ada tang bergereja di, Katolik, gmim Pentakosta
dan adven dan beberapa umat islam. Perbedaan ini pun tidak menjadikan konflik bagi
masyarakat tersebut. Justru mereka bisa lebih saling menghargai.maknya blm pernah
terdengar konflik tentang agama di kampung ini.

Di tengah kemajemukan masyarakat dalam perbedaan keyakinan agama ternyata


mereka mampu membangun sikap untuk saling menghormati antar pemeluk agama.
Cara mereka agar tetap menjaga toleransi adalah dengan mengadakan salah satu
bentuk kegiatan, kesenian atau olahraga . Kegiatan ini banyak digemari oleh kalangan
remaja di Kota Tomohon. Mereka berbaur tanpa memandang suku, ras, dan agama
mereka. Mereka memandang sama rata. Hal ini menjadi hal yang biasa bagi mereka
dan sudah menjadi budaya untuk saling menjaga solidaritas. Tidak pernah ada
gesekan antar umat beragama di tempat ini.
Contohnya saja ketika perayaan Natal sudah tiba, ada Muslim, berkunjung ke rumah
umat Kristiani untuk mengucapkan selamat Natal. Begitu juga sebaliknya ketika umat
Muslim merayakan Idul Fitri. Mereka turut serta dalam menjaga keamanan ketika
umat agama lain di wilayah tesebut merayakan hari besar keagamaannya.

Contoh keduanya, adapun bentuk kerukunan umat beragama Islam dan umat
beragama Kristen pada hari besar nasonal dengan merayakan HUT RI biasa
masyarakat kelurahan pinaras menyebutnya dengan acara “tujuh belasan/
agustusan”,masyarakat di Kota Tomohon sangat antusias sekali dalam
memperingatinya. Salah satu wujud dari antusiasme masyarakat yakni dengan
melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memeriahkan acara tujuh belas agustus
tersebut masyarakat yang ada di kelurahan pinarsas biasanya mengadakan lomba
antar lingkup dusun. Tujuannya untuk menjaga kerukunan antar warga, juga
mengadakan berbagai kegiatan yang bersifat sosial kemasyarakatan, masyarakat
sangat antusias dalam melakukannya seperti dalam kegiatan kerja bakti, dan bersih-
bersih yang tujuannya untuk menjaga rasa saling gotong royong diantara
masyarakatnya dan tanpa membeda bedakan satu dengan yang lainnya. Dan di Kota
Tomohon juga ketika ada acara pernikahan atau ada acara lainya mereka saling
menghormati walaupun berbeda agama.adapun saling berbagi ketika natal sudah
tiba.orangnganya juga mudah bergaul.maka dari itu sampai sekarang ini belum sama
sekali terdengar konflik tentang agama atau konflik lainnya.

Warga yang berada di Kota Tomohon selalu menganggap satu dengan lainnya
adalah saudara sehingga tidak perlu memandang apa agamanya karena agama
menurut mereka merupakan urusan pribadi. Tidak ada pembahasan mengenai agama
di Kota Tomohon ketika bersilaturahmi maupun berdialog. Pertemuan antar tokoh
lintas agama di Kota Tomohon secara rutin dilakukan tetapi hal ini pun juga tidak
membahas mengenai persoalan agama. Mereka hanya membahas mengenai soal
kehidupan masyarakat, teentang politik ekonomi, sosial di wilayah itu dan juga
budaya setempat. Namun, jika
ditinjau dari segi kerukunan beragama masyarakat Kota Tomohon selama ini, sangat
mendukung terciptanya kerukunan antar umat beragama. Hal ini terkesan dari
masyarakatnya yang sangat antusias dalam mewujudkan terciptanya kerukunan yang
senantiasa mendambakan kedamaian dan keamanan. Sehingga terhindar dari
kekacauan dan kekerasan yang mengakibatkan kekhawatiran akan muncul
percekcokan yang mengarah kepada perbedaaan agama atau keyakinan.

Kerukunan yang berpegang kepada prinsip masing-masing agama menjadi setiap


golongan antar umat beragama sebagai golongan terbuka, sehingga memungkinkan
dan memudahkan untuk saling berhubungan. Bila anggota dari suatu golongan umat
beragama telah berhubungan baik dengan anggota dari golongan agama-agama lain,
akan terbuka kemungkinan untuk mengembangkan hubungan dalam berbagai bentuk
kerjasama dalam bermasyarakat dan bernegara. Untuk mewujudkan kerukunan hidup
antar umat beragama yang sejati harus tersimpan satu konsep konsep hidup bernegara
yang mengikat suatu kelompok sosial yang berbeda agama guna menghindari konflik
antar umat beragama yang terjai tiba tiba. Agar tercipta lingkungan yang nyaman dan
jauh dari konflik perbedaan agama.
Kerukunan beragamapun akan sangat membantu manusia sebagai makhluk sosial
yang berarti membutuhkan bantuan orang lain. Jadi, dengan rukunnya antar agama
akan mendorong interaksi yang baik dan saling menguntungkan. Dapat pula kita
menyambung tali silaturahmi antar sesama manusia. Dalam konteks sosial,
masyarakat dapat berinteraksi dengan siapapun tanpa adanya batasan agama. Jadi kita
saling berbaur tanpa memandang agama.

2.4 Cara Menjaga Kerukunan ANtar Umat Beragama


Berikut ini beberapa Cara Menjaga Kerukunan ANtar Umat Beragama, yaitu :
1. Masyarakat harus mempunyai rasa kehormatan antara agama satu dengan yang lain.

2. Masyarakat harus mempererat tali persahabatan dan berusaha mengenal lebih


jauh antara satu dengan yang lain

3. Mempunyai kesadaran bahwa setiap agama yang dianut masyarakat membawa


misi kedamaian.
4. Masyarakat yang baru saja pindah ke daerah lain harus berbaur atau membaur
ke masyarakat sekitar.

5. Dalam masyarakat harus ada keadilan dan rasa ketidakadilan itu harus
dihilangkan agar tidak menimbulkan rasa kebencian.

2.5 Pencegahan dan Penyelesaian Konflik

Konflik antar-umat beragama umumnya tidak murni disebabkan oleh faktor agama,
tetapi oleh faktor politik, ekonomi atau lainnya yang kemudian dikaitkan dengan
agama. Sedangkan yang terkait dengan persoalan agama, di samping karena
munculnya sikap keagamaan secara radikal dan intoleran pada sebagian kecil
kelompok agama, juga dipicu oleh persoalan tentang pendirian rumah ibadah dan
penyiaran agama serta tuduhan penodaan agama. Persoalan pendirian rumah ibadah
merupakan faktor yang paling banyak mempengaruhi terjadinya perselisihan atau
sikap intoleransi. Memang tahun 2014 toleransi beragama ini berkembang lebih baik
dari pada tahun-tahun sebelumnya, tetapi masih ada beberapa peristiwa gangguan
atau penghentian pembangunan rumah ibadah yang sudah mendapatkan izin secara
sah.

Di antara kasus pendirian rumah ibadah yang kini belum ada penyelesaian final
adalah pendirian gereja GKI Yasmin di Bogor, pendirian gereja HKBP Filadelfia di
Bekasi, dan pendirian masjid Nur Musafir di Kupang. Sebenarnya perselisihan
tentang pendirian rumah ibadah yang bisa diselesaikan secara arif dan damai jauh
lebih banyak dibandingkan dengan penyelesaian yang berlarut-larut atau yang
kemudian menjadi konflik. Namun, karena persoalan pendirian rumah ibadah ini
dikaitkan dengan perlindungan kebebasan beragama, maka hal ini pun mendapatkan
catatan dari badan- badan HAM dunia.

Sedangkan persoalan konflik dan ketegangan internal agama, tertama Islam,


umumnya dipicu oleh adanya perbedaan paham keagamaan dalam hal yang
sangat mendasar (pokok-pokok ajaran agama) dan munculnya aliran kepercayaan
(cult) yang mengaitkan dirinya dengan agama Islam, serta penghinaan agama, seperti
kasus Ahmadiyah, Jamaah Salamullah dan Al-Qiyadah al-Islamiyyah. Sampai kini
masalah Ahmadiyah belum selesai sepenuhnya, bahkan di Mataram kini masih ada
pengungsi Ahmadiyah yang ditampung di Asrama Transito Mataram sejak 2006. Di
samping itu, kasus perbedaan yang berkembang menjadi kekerasan adalah kasus yang
menimpa penganut Syi’ah Sampang, yang sejak 2012 sampai kini masih diungsikan
di rumah susun Puspo AgroSidoarjo.

Jika kasus-kasus semacam di atas terus berlangsung, dikhawatirkan kondisi


kerukunan umat beragama ini akan rusak. Oleh karena itu, penguatan kerukunan dan
toleransi itu perlu terus-menerus dilakukan, teterutama melalui sosialisasi
pemahaman keagamaan yang moderat dan menekankan pentingnya toleransi dan
kedamaian dalam kehidupan masyarakat yang majemuk. Juga, perlu dilakukan
upaya-upaya penguatan wawasan kebangsaan dan integrasi nasional, yang meliputi
sosialisasi Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Kebhinnekaan. Dan tak kalah pentingnya
adalah penguatan kesadaran dan penegakan hukum, baik bagi aparatur negara, tokoh
politik maupun tokoh agama.

Di samping upaya-upaya tersebut, perlu dilakukan pula upaya-upaya pencegahan


konflik (conflict prevention) melalui peningkatan dialog antarumat beragama dengan
melibatkan tokoh agama dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). Sejalan
dengan ini, perlu antisapasi dini terhadap potensi konflik atau ketegangan itu,
sehingga potensi itu tidak berkembang menjadi konflik nyata dan kekerasan. Hal ini
perlu disertai dengan langkah-langkah penyelesaian perselisihan atau konflik yang
terjadi melalui musyawarah atau mediasi dengan melibatkan FKUB. Sedangkan
pemerintah (Pemda) menfasilitasinya sebagai bagian dari kewajibannya dalam
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat.

Tentu saja, kasus-kasus konflik atau perselisihan sekecil apapun harus diselesaikan
dengan cepat dan bijaksana. Namun yang lebih mendesak adalah penyelesaian
terhadap kasus-kasus yang sudah menjadi sorotan dunia internasional tetapi sampai
kini belum diselesaikan dengan baik, seperti persoalan pendirian gereja GKI Yasmin
di Bogor, pendirian gereja HKBP Filadelfia di Bekasi, atau pendirian masjid Nur
Musafir di Kupang. Demikian pula, penyelesaian kasus-kasus konflik internal agama,
terutama pengungsian Ahmadiyah di Mataram dan pengungsian Syi’ah Sampang di
Sidoarjo.

Menurut hemat saya, yang kebetulan pernah mengunjungi tempat-tempat konflik


tersebut, penyelesaian itu sebenarnya tidak terlalu sulit. Yang terpenting adalah
komitmen Pemda/Pemkot terhadap kerukunan serta adanya mediator yang bisa
meyakinkan semua pihak yang terlibat dalam konflik atau perselisihan dengan
mengakomodasi aspirasi mereka. Dalam kondisi tertentu memang diperlukan adanya
kompensasi bagi pihak-pihak tertentu untuk memudahkan penyelesaian berdasarkan
kerangka win win solution. Kita berharap pemerintahan Jokowi-JK bisa menjaga
toleransi dan kerukunan ini serta menyelesaikan konflik atau perselisihan yang belum
terselesaikan pada masa lalu. Keberagaman adalah suatu kondisi masyarakat di mana
terdapat banyak perbedaan dalam berbagai bidang, seperti suku, bangsa, ras,
keyakinan, dan antar golongan. Keberagaman yang dimiliki Indonesia harus
diimbangi dengan sikap toleransi warganya untuk mempertahakan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Sikap toleransi ini ditunjukkan untuk menghormati adanya
perbedaan pendapat agama, ras, dan budaya yang dimiliki kelompok atau indivvidu.
Kurang memahami keragaman dalam masyarakat Indonesia menyebabkan sikap
intoleransi. Berdasarkan Kamus besar Bahasa Indonesia, intoleransi adalah paham
atau pandangan yang mengabaikan seluruh nilai-nilai dalam toleransi. Dapat
diartikan sikap intoleransi merupakan sikap tidak tenggang rasa atau tidak toleran.

Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik


Indonesia, dampak negatif kurangnya pemahaman atas keberagaman, yaitu: Dapatkan
informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email Adanya perpecahan
bangsa yang terjadi karena konflik sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Bisa
karena ekonomi, status sosial, ras, suku, agama, dan kebudayaan. Memandang
masyarakat dan kebudyaan sendiri lebih baik, sehingga menimbulkan sikap
merendahkan kebudayaan lain. Sikap ini mendorong konflik antarkelompok
Terjadinya konflik ras, antarsuku, atau agama Terjadinya kemunduran suatu bangsa
dan negara, karena pemerintah sulit membangun kebijakan Kurangnya partisipasi
masyarakat dalam pembangunan Menghambat usaha pembangunan dan pemerataan
sarana dan prasarana

Dalam buku Pluralisme, Konflik, dan Perdamaian (2002) oleh Elga Sarapung,
beberapa cara menghindari sikap intoleransi sebagai berikut: Tidak memaksakan
kehendak diri sendiri kepada orang lain Peduli terhadap lingkungan sekitar Tidak
mementingkan suku bangsa sendiri atau sikap yang menganggap suku bangsanya
lebih baik Tidak menonjolkan suku, agama, ras, golongan, maupun budaya tertentu
Tidak menempuh tindakan yang melanggar norma untuk mencapai tujuan Tidak
mencari keuntungan diri sendiri daripada kesejahteraan orang lain, Sebuah keganjilan
dari sikap pemerintah Indonesia terhadap kebebasan agama di dalam negara ini
adalah bahwa pemerintah mengakui hanya enam agama saja (yaitu Islam,
Protestantisme, Katolisisme, Hinduisme, Buddhisme dan Konghucu). Setiap orang
Indonesia wajib untuk merangkul salah satu agama tersebut yang merupakan data
pribadi yang disebutkan di dalam dokumen resmi seperti paspor dan kartu identitas
lain.

Ateisme tidak merupakan suatu pilihan. Bahkan ateisme merupakan sebuah filsafat
yang secara umum tidak diterima oleh masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir ini
pernah terjadinya kasus orang Indonesia mengumumkan pandangan ateisme di media
sosial yang kemudian berujung pada ancaman dari masyarakat setempat dan
penangkapan oleh polisi atas dasar penghinaan Tuhan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Agama dalam kehidupan sangatlah diperlukan dalam kondisi masyarakat yang terus
mengalami perubahan sosial baik secara cepat dan secara lambat. Masyarakat yang
bersifat dinamis tidak bisa menolak yang namanyaperubahan bahkan di satu sisi
masyarakat itu juga membutuhkan perubahan sosial, namun dalam hal ini tentu harus
ada peran yang bisa mengimbangiatau menjadi pedoman masyarakat dalam
menyikapai perubahan sosialyang terjadi. Pentingnya kerukunan hidup antar umat
beragama adalah terciptanya kehidupan masyarakat yang harmonis dalam kedamaian,
saling tolong menolong,dan tidak saling bermusuhan agar agama bisa menjadi
pemersatu bangsa Indonesia dan yang ada di Manado yang secara tidak langsung
memberikan stabilitas, kemajuan Negara dan wilayah itu sendiri.
Masyarakat di Kota tomohon, sekalipun heterogen dan dalam segi jumlah
didominasi oleh yang beragama Kristen sejauh ini telah berhasil mengembangkan
stidak eksklusif. Dalam hal ini, nilainilai budaya yang mendasari adalah falsafah
hidup sitou timou tumou tou dan torang samua basudara, nilai budaya mapalus
(kerjasama), nilai budaya demokrasi, nilai budaya anti diskriminasi dan nilai budaya
silaturahmi. Lewat lima nilai budaya tersebut masyarakat yang beragam religi,
membangun dan menguatkan dirinya sebagai kota berwajah ramah dalam hal
kebebasan antar umat beragama. Interaksi sehat tersebut justru muncul dari kesadaran
masyarakat akan pentingnya hidup rukun dan damai.

3.2 Saran
Kepada semua orang, marilah untuk selalu hidup rukun antar sesama tanpa
memandang perbedaan yang ada dan membuat perbedaan yang ada sebagai sarana
untuk lebih saling menghargai satu dengan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/89588-ID-none.pdf
https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/4901/120901032.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai