Anda di halaman 1dari 15

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

Nama : Roy

Nim : 15211049

AGAMA KRISTEN

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR ITK

BALIKPAPAN 21 MEI 2023


DAFTAR ISI

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA...........................................................................1


DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................3
BAB I........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................5
1.3 TUJUAN.......................................................................................................................5
1.4 MANFAAT....................................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
2.1 Pengertian kerukunan umat beragama........................................................................6
2.2 Pandangan orang kristen Terhadap Umat Beragama.................................................8
2.3 Kerukunan Umat Beragama Di Indonesia....................................................................8
2.4 Problem Intoleransi Beragama Di Indonesia..............................................................10
2.5 Kerukunan Antara Umat Beragama Kristen dengan Pemerintah..............................11
BAB III....................................................................................................................................14
PENUTUP..............................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15
DAFTAR GAMBAR
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Kerukunan antar umat agama adalah kondisi harmonis dimana penganut berbagai
agama dan keyakinan hidup bersama dalam saling menghormati, toleransi, dan kerja sama.
Hal ini melibatkan pengakuan dan penghargaan terhadap kebebasan beragama serta
pemahaman bahwa perbedaan agama tidak boleh menjadi sumber konflik atau
diskriminasi.Kerukunan antar umat agama didasarkan pada prinsip-prinsip seperti kesetaraan,
saling pengertian, dan saling menghormati hak-hak asasi manusia. ini melibatkan menerima
perbedaan agama sebagai kekayaan budaya dan nilai tambah dalam masyarakat. Dalam
masyarakat yang menjunjung tinggi kerukunan antar umat agama, penganut agama yang
berbeda dapat berinteraksi secara positif dan saling belajar mengenai kepercayaan,praktik,
dan nilai-nilai masing-masing. kerukunan ini juga melibatkan kolaborasi dalam kegiatan
sosial, budaya, dan pembangunan bersama untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat.Pentingnya kerukunan antar umat agama terletak pada pembangunan masyarakat
yang inklusif, adil, dan harmonis. ini menciptakan lingkungan dimana semua orang dapat
hidup dengan damai tanpa takut diskriminasi atau kekerasan berdasarkan agama atau
keyakinan mereka.Kerukunan antar umat agama bukan hanya tanggung jawab pemerintah,
tetapi juga tanggung jawab seluruh masyarakat. masyarakat perlu aktif dalam
mempromosikan dialog, mengatasi prasangka, dan membangun jaringan solidaritas antar
umat agama selain itu, pendidikan tentang keragaman agama dan nilai-nilai kerukunan juga
merupakan faktor penting dalam membangun dan mempertahankan kerukunan antar umat
agama. Kerukunan antar umat agama bukanlah hal yang statis, tetapi sebuah proses yang
terus berkembang. ini membutuhkan komitmen dan kerja sama dari semua pihak untuk
memastikan bahwa setiap individu dapat hidup dalam damai dan saling menghormati tanpa
memandang perbedaan agama atau keyakinan.

Kerukunan umat beragama di daerah sekitar saya adalah sebagai berikut.

1. Toleransi
2. Dialog antar umat beragama
3. Kegiatan kolaboratif
4. Perayaan bersama
5. Pendidikan multikultural
6. penegakan hukum yang adil

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana mempromosikan kesadaran akan pentingnya kerukunan antar umat


beragama di kalangan generasi muda?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konflik atau ketegangan antar umat
beragama dalam suatu masyarakat?

1.3 TUJUAN

Adapun tujuan dari makalah ini ditulis adalah sebagai berikut.


1. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya kerukunan antar umat beragama dikalangan
generasi mudah
2. Mengatasi faktor-faktor terjadinya konflik atau ketegangan antar umat beragama

1.4 MANFAAT
1. Membangun hubungan sosial yang kuat kesadaran tentang kerukunan antar umat
beragama memungkinkan generasi mudah untuk membangun hubungan sosial yang
kuat dengan orang-orang dari berbagai latar belakang agama.
2. Mempertahankan perdamaian dan stabilitas sosial dengan mengatasi faktor-faktor
yang memicu konflik atau ketegangan antar umat beragama, masyarakat dapat
mempertahankan perdamaian dan stabilitas sosial.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian kerukunan umat beragama

Kerukunan umat beragama mengacu pada keadaan harmoni, saling pengertian, dan
kerjasama antara individu-individu yang mewakili berbagai agama dan kepercayaan dalam
suatu masyarakat. Kerukunan ini didasarkan pada prinsip saling menghormati, toleransi,
saling memahami, dan bekerja sama untuk mempromosikan kebaikan bersama. Dalam
kerukunan umat beragama, setiap individu memiliki kebebasan untuk menjalankan agama
dan kepercayaannya tanpa takut menjadi objek diskriminasi atau persekusi. Ini berarti
menghormati hak-hak asasi manusia, termasuk kebebasan beragama dan berkeyakinan, serta
mengakui martabat dan nilai-nilai yang dimiliki setiap individu. Kerukunan umat beragama
memainkan peran penting dalam menciptakan stabilitas sosial, perdamaian, dan
pembangunan yang berkelanjutan dalam masyarakat yang beragam secara agama. Dengan
menghormati perbedaan agama dan kepercayaan, masyarakat dapat menghindari konflik dan
ketegangan yang mungkin timbul.

Pentingnya kerukunan umat beragama terlihat dalam upaya membangun hubungan


positif antar agama, mengadakan dialog antar agama, mempromosikan pemahaman lintas
agama, dan bekerja sama dalam kegiatan sosial, budaya, dan kemanusiaan. Kerukunan ini
juga melibatkan partisipasi aktif dari pemerintah, lembaga keagamaan, pemimpin agama, dan
masyarakat umum. Dalam konteks Indonesia, kerukunan umat beragama memiliki makna
khusus karena negara ini memiliki keragaman agama yang signifikan. Pancasila, sebagai
dasar negara, mengakui dan melindungi kebebasan beragama serta menegaskan pentingnya
kerukunan dan persatuan antar umat beragama. Oleh karena itu, kerukunan umat beragama

Gambar 2.1 Kerukunan antar umat beragama

Kehidupan antar umat beragama juga diatur dalam peraturan bersama Menteri Agama
dan Menteri dalam negeri No 9 Tahun 2006/Nomor 8 tahun 2006 yang menyebutkan, antara
umat beragama harus bekerja sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara di dalam Negara kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undangundang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.25 Sugeng Suharto
menyatakan, bahwa toleransi atau kerukunan umat beragama merupakan sikap yang
diharapkan dan dimiliki oleh setiap bangsa Indonesia, sesuai dengan keleluasan setiap bangsa
untu memeluk agama masing-masing sesuai dengan keinginan dan keyakinan.26 Kerukunan
antarumat beragama adalah suatu kondisi masyarakat majemuk dalam berinteraksi sosial
ketika semua pemimpin agama dan umat dapat bergandengan tangan dan memiliki toleransi
serta dapat hidup bersama tanpa menghilangkan hak-hak dasar masingmasing untuk
melaksanakan segala kegiatan kewajiban agamanya. Suharto mengemukakan, bahwa
Kerukunan akan mudah terbina jika setiap umat beragama taat ajaran agamanya

2.2 Pandangan orang kristen Terhadap Umat Beragama

Gambar 2.2 Pandangan Orang Kristen Terhadap Umat Beragama

Pandangan orang Kristen terhadap kerukunan antar umat beragama didasarkan pada
ajaran-ajaran Yesus Kristus yang mengajarkan kasih, perdamaian, dan saling mengasihi
sesama manusia. Berikut adalah beberapa pandangan umum yang dapat ditemukan di
kalangan orang Kristen terkait dengan kerukunan antar umat beragama: Kasih terhadap
Sesama: Ajaran dasar dalam Kekristenan adalah kasih terhadap sesama manusia. Orang
Kristen dipanggil untuk mengasihi tetangga mereka seperti diri sendiri, tanpa memandang
agama, etnis, atau latar belakang lainnya. Pandangan ini mendorong hubungan yang baik,
toleransi, dan kerjasama antara orang-orang beragama yang berbeda.

Dialog dan Penghargaan Terhadap Keberagaman: Banyak orang Kristen memandang


dialog antaragama sebagai sarana penting untuk memahami dan menghormati keyakinan
orang lain. Mereka percaya bahwa melalui dialog dan saling berbagi pengetahuan, mereka
dapat mencapai pemahaman yang lebih baik tentang perbedaan dan kesamaan agama serta
memperkuat kerukunan antar umat beragama. Misi Damai: Bagi beberapa orang Kristen,
kerukunan umat beragama adalah bagian dari misi damai yang dipanggil oleh iman mereka.
Mereka merasa dipanggil untuk menjadi agen perdamaian, memperjuangkan keadilan sosial,
dan membangun hubungan yang harmonis antara orang-orang beragama. Misi ini mencakup
mendukung hak-hak asasi manusia, menentang diskriminasi agama, dan bekerja untuk
perdamaian dunia

2.3 Kerukunan Umat Beragama Di Indonesia

Kerukunan umat beragama di Indonesia adalah hasil dari interaksi harmonis dan
saling pengertian antar umat beragama yang berbeda dalam lingkungan yang beragam secara
agama. Meskipun Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk Muslim,
kerukunan umat beragama di Indonesia melibatkan berbagai agama, termasuk Islam, Kristen,
Hindu, Buddha, dan Konghucu. Berikut adalah beberapa faktor penting dalam kerukunan
umat beragama di Indonesia:

1. Kebijakan dan Kerangka Konstitusional: Konstitusi Indonesia menjamin kebebasan


beragama dan mengakui keragaman agama dalam kerangka Pancasila. Prinsip-prinsip
Pancasila, seperti Ketuhanan Yang Maha Esa, Persatuan Indonesia, dan Keadilan
Sosial, memberikan dasar konstitusional bagi kerukunan umat beragama.
2. Bhinneka Tunggal Ika: Motto nasional Indonesia, "Bhinneka Tunggal Ika" yang
berarti "Berbeda-beda tetapi tetap satu" mewakili semangat kerukunan dan persatuan
dalam keragaman agama di Indonesia. Ini memperkuat kesadaran akan pentingnya
saling menghormati dan hidup berdampingan dalam perbedaan agama.
3. Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB): FKUB adalah forum yang dibentuk di
tingkat provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia. Forum ini bertujuan untuk
memfasilitasi dialog antaragama, membangun pemahaman bersama, dan menangani
potensi konflik antaragama. FKUB melibatkan pemimpin agama dari berbagai agama
dalam upaya mempromosikan kerukunan umat beragama.
4. Tradisi Toleransi dan Interaksi Lintas Agama: Indonesia memiliki tradisi toleransi
dan interaksi lintas agama yang kuat. Masyarakat Indonesia sering mengadakan
kegiatan dan perayaan agama bersama, seperti perayaan Idul Fitri, Natal, Waisak,
Nyepi, dan lainnya. Ini memberikan kesempatan bagi umat beragama untuk saling
berinteraksi, memahami satu sama lain, dan merayakan keragaman agama.
5. Budaya Gotong Royong: Budaya gotong royong, yang merupakan bagian penting
dari masyarakat Indonesia, juga berperan dalam membangun kerukunan umat
beragama. Semangat saling membantu dan bekerja sama untuk kepentingan bersama
terwujud dalam berbagai kegiatan sosial, seperti kegiatan keagamaan, kegiatan bakti
sosial, dan kegiatan lingkungan.
Namun, kerukunan umat beragama di Indonesia juga menghadapi tantangan, seperti
munculnya kelompok-kelompok intoleran dan insiden konflik antaragama yang terjadi di
beberapa daerah. Untuk menjaga dan meningkatkan kerukunan, penting untuk terus
mempromosikan dialog antaragama, menggalang kesadaran akan pentingnya saling
menghormati, dan memperkuat kerjasama antara pemimpin agama, pemerintah, dan
masyarakat sipil.

Gambar 2.3 Kerukunan Umat Beragama Di Indonesia


2.4 Problem Intoleransi Beragama Di Indonesia

Gambar 2.4 Intoleransi Beragama Di Indonesia

Intoleransi beragama merupakan masalah yang ada di Indonesia, meskipun negara ini
memiliki tradisi kerukunan umat beragama yang kuat. Beberapa tantangan yang terkait
dengan intoleransi beragama di Indonesia antara lain:

1. Sentimen Eksklusivitas dan Radikalisme: Beberapa kelompok atau individu dengan


pandangan yang eksklusif menganggap agama mereka sebagai satu-satunya
kebenaran dan menolak hak-hak agama orang lain. Sikap radikal dan ekstremisme
agama dapat memicu tindakan intoleransi dan konflik antaragama.
2. Diskriminasi dan Perlakuan Tidak Adil: Terkadang, individu atau kelompok dari
agama mayoritas mungkin menunjukkan sikap diskriminatif atau perlakuan tidak adil
terhadap umat beragama minoritas. Hal ini dapat meliputi pembatasan hak-hak
agama, penghancuran tempat ibadah, atau diskriminasi dalam lapangan kerja atau
pendidikan.
3. Ketegangan Sosial dan Konflik: Intoleransi beragama juga dapat memicu ketegangan
sosial dan konflik antaragama. Konflik tersebut bisa timbul dari perbedaan keyakinan,
praktik keagamaan, atau klaim klaim keagamaan yang bertentangan.
4. Propaganda dan Penyebaran Kebencian: Penggunaan media sosial dan teknologi
informasi dalam menyebarkan propaganda yang merusak tentang agama tertentu atau
memprovokasi kebencian antar agama dapat memperburuk intoleransi beragama.
5. Kurangnya Pendidikan dan Pemahaman: Ketidakpahaman tentang agama-agama lain
dan kurangnya pendidikan yang mendorong pemahaman lintas agama dapat memicu
stereotip negatif dan prasangka terhadap umat beragama lain.
Untuk mengatasi masalah intoleransi beragama, langkah-langkah berikut dapat diambil
sebagai berikut.

1. Pendidikan dan Kesadaran: Penting untuk meningkatkan pendidikan dan pemahaman


mengenai agama-agama lain, mempromosikan nilai-nilai kerukunan, toleransi, dan
saling menghormati.
2. Dialog Antar Agama: Mendorong dialog antar agama yang konstruktif, dimana
pemimpin agama dan masyarakat dapat bertemu, berbagi pengetahuan, dan
membangun pemahaman bersama.
3. Penegakan Hukum: Penting untuk menegakkan hukum dan memberikan
perlindungan kepada umat beragama minoritas dari diskriminasi, kekerasan, atau
tindakan intoleransi lainnya.
4. Kolaborasi Lintas Agama: Mendorong kerjasama dan kegiatan bersama antar umat
beragama dari berbagai agama untuk membangun hubungan harmonis dan saling
mendukung.
5. Pengawasan dan Regulasi Media: Diperlukan pengawasan dan regulasi yang ketat
terhadap media sosial dan konten yang menyebar melalui platform digital untuk
mencegah penyebaran propaganda intoleran dan kebencian agama.

Melalui upaya bersama dari pemerintah, pemimpin agama, masyarakat sipil, dan individu,

2.5 Kerukunan Antara Umat Beragama Kristen dengan Pemerintah

kunan Antar Umat Beragama dengan Pemerintah Pemerintah adalah wakil Tuhan di
bumi ini. Pembinaan kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah perlu senantiasa
digalakkan karena akan berpengaruh terhadap kehidupan beragama dan bernegara.
Kepentingan nasional atau prioritas nasional menjadi tujuan utama seluruh lapisan
masyarakat. Jamaludin mengungkapkan ada tiga prioritas nasional dalam pembinaan
kerukunan, yaitu: Pemantapan ideologi Pancasila, pemantapan stabilitas dan ketahanan
nasional serta suksesnya pembangunan Nasional di segala bidang.33 Orang percaya harus
mengimani bahwa keberadaannya sebagai warga negara itu berasal dari rencana Tuhan untuk
menjadi bagian dari karya Tuhan menjangkau manusia-manusia yang belum mengenal
kebenaran. Roma 13:1 jelas sekali menegaskan “Tiap-tiap orang harus takluk kepada
pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah; dan
pemerintah pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. “Paulus mengajarkan teladan kepada
jemaat di Roma, bahwa setiap orang percaya harus dapat menaklukkan diri, mentaati atau
patuh kepada pemerintahan dalam segala level hirarki pemerintahan.

Paulus memberi alasan yang jelas, bahwa tidak ada pemerintahan yang tidak berasal
dari Allah. Atau dengan kata lain, pemerintahan duniawi yang ada di dunia ini adalah
perpanjangan tangan Tuhan untuk memerintah di dunia ini, dan pemerintahan yang ada di
dunia ini ditetapkan oleh Allah. Senada dengan hal tersebut Petrus juga memberikan
nasehatnya dalam 1 Petrus 2:17, “Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu,
takutlah akan Allah, hormatilah raja!” Orang percaya wajib menghormati raja apapun kondisi
dan situasi karena bagi Petrus tahu orang yang takut akan Allah akan juga menghormati raja
yang dalam dunia pemerintahan masa kini mewakili pemerintahan. Saat Yesus menghadapi
provokasi dari ahli Taurat yang memberikan pertanyaan menjebak supaya Yesus dapat
dipersalahkan, jawaban Yesus membungkam ahli Taurat. Ini juga memberi pengajaran
kepada orang percaya supaya menghormati Tuhan dan pemerintahan, yang pada masa itu
kekaisaran Romawi (Matius 22:17-21), “Katakanlah kepada kami pendapatMu: Apakah
diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak? Tetapi Yesus mengetahui
kejahatan hati mereka itu lalu berkata:

Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? Tunjukkanlah kepada-Ku


mata uang untuk pajak itu. Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya. Maka Ia bertanya
kepada mereka: Gambar dan tulisan siapakah ini? Jawab mereka: Gambar dan tulisan Kaisar.
Lalu kata Yesus kepada mereka: Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan
kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” Rasul Paulus
juga memberikan penekanan untuk taat melakukan kewajiban sebagai orang yang
mendukung pemerintahan, hal itu dapat diartikan sebagai tindakan dan ciri khas orang
percaya untuk dapat mendukung pemerintahan. “Bayarlah kepada semua orang apa yang
harus kamu bayar: Pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang
yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan
hormat kepada orang yang berhak menerima hormat” (Roma 13:7).

Paulus juga menekankan begitu pentingnya ketaatan terhadap pemerintahan sehingga


untuk cukai dan pajak yang dikelola pemerintah harus dibayarkan sebagai bagian tindakan
iman terhadap Tuhan yang telah menetapkan pemerintahan. Terlebih lagi bagi pemerintahan
yang ditetapkan Tuhan untuk menjaga dan membawa kebaikan kepada semua orang. Berkaca
pada kehidupan yang dilakukan orang-orang yang tidak percaya kepada kebenaran Allah saja
mau menghormati pemerintahan apalagi orang percaya yang sudah mempunyai dasar
kebenaran pentingnya taat pada pemerintahan harus lebih dari mereka yang tidak mengenal
kebenaran. Dalam kitab Titus kita juga diingatkan “Ingatkanlah mereka supaya mereka
tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melakukan
setiap pekerjaan yang baik (Titus 3:1). Ketaatan yang disertai perbuatan baik seharusnya
menjadi ciri khas kekristenan dalam membangun kerukunan umat beragama dengan
pemerintahan. Perjuangan menghormati dan membina kerukunan terhadap pemerintahan
adalah wujud sikap menghormati Tuhan dengan tidak melawan pemerintahan (Roma 13:2),
“Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang
melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya.”
Gambar 2.5 Kerukunan Antar Beragama Dengan Pemerintah
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dalam mengerjakan makalah ini adalah
sebagai berikut.
1. Kerukunan antar umat agama adalah kondisi harmonis dimana penganut
berbagai agama dan keyakinan hidup bersama dalam saling menghormati,
toleransi, dan kerja sama. Kerukunan ini melibatkan pengakuan dan
penghargaan terhadap kebebasan beragama serta pemahaman bahwa
perbedaan agama tidak boleh menjadi sumber konflik atau diskriminasi.
Kerukunan antar umat agama bukan hanya tanggung jawab pemerintah,
tetapi tanggung jawab seluruh masyarakat. Kerukunan antar umat agama
bukan hanya tanggung jawab pemerintah, t Kerukunan umat beragama
mengacu pada keadaan harmoni, saling pengertian, dan kerjasama antar
individu-individu yang mewakili berbagai agama dan kepercayaan dalam
suatu masyarakat.
2. Kerukunan ini didasarkan pada prinsip saling menghormati, toleransi, saling
memahami, dan bekerja sama untuk mempromosikan kebaikan bersama.
Kerukunan ini memainkan peran penting dalam menciptakan stabilitas sosial,
perdamaian, dan pembangunan yang berkelanjutan dalam masyarakat yang
beragam secara agama. Kerukunan ini juga melibatkan partisipasi aktif dari
pemer

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai