KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................6
3.1. Kesimpulan..............................................................................................................14
3.2. Saran.......................................................................................................................14
1
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur selalu tercurah limpah kehadirat Allah swt yang telahmemberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada seluruh makhluk-Nya, sehingga pada saat ini kami dapat menyelesaikan tugas dengan
lancar.Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi akhirzaman yaitu Nabi
Muhammad saw. Kepada keluarganya, para sahabatnya dansampai kepada kita selaku umatya yang
senantiasa mengikuti ajarannya serta taatdan patuh kepadanya.Hasil Tugas Makalah ini dimaksud untuk
Dalam penulisan kali ini, kami tidak luput dari berbagai kesulitan. Namun, berkat pertolongan dan
rahmat Allah swt. Serta bimbingan dari semua pihak yang padaakhirnya kami dapat menyelesaikan
Sengkang,September 2022
2
Kerukunan Umat Beragama
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Indonesia adalah negara hukum yang mewajibkan warga negaranya memilihsatu dari 5 agama
resmi di Indonesia. Namun kerukunan antar umat beragama diIndonesia dinilai masih banyak
menyisakan masalah. Kasus-kasus yang munculterkait masalah kerukunan beragama pun belum bisa
terhapus secara tuntas. KasusAmbon, Kupang, Poso, forum-forum islam ekstrimis dan lainnya
menyisakanmasalah ibarat api dalam sekam yang sewaktu-waktu siap membara danmemanaskan
suasana di sekelilingnya. Hal ini mengindikasikan bahwa pemahaman masyarakat tentang kerukunan
atar umat beragama perlu ditinjauulang. Dikarenakan banyaknya ditemukan ketidak adanya kerukunan
antar agama,yang menjadikan adanya saling permusuhan, saling merasa ketidak adilan.Maka dari itulah
pentingnya kerukunan umat beragama, agar semuamasyarakat yang mengalami dan tidak mengalami
efek negative dari ketidakrukunan agama bahwa kerukunan agama itu sangatlah penting.Islam Agama
Rahmat bagi Seluruh Alam. Kata islam berarti damai, selamat,sejahtera, penyerahan diri, taat dan patuh.
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama islam adalah agama yang mengandung ajaran untuk
seluruh alam pada umumnya. Agama islam adalah agama yang Allahturunkan sejak manusia pertama,
Nabi pertama, yaitu Nabi Adam AS. Agama itukemudian Allah turunkan secara berkesinambungan
3
kepada para Nabi dan Rasul-rasul berikutnya.Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk
yang terdiri dari beragam agama. Kemajemukan yang ditandai dengan keanekaragaman agama itu
mempunyai kecenderungan kuat terhadap identitas agama masing- masing dan berpotensi konflik.
Indonesia tidak saja kerenakeanekaragaman suku, budaya,bahasa, ras tapi juga dalam hal agama.
Agamayang diakui oleh pemerintah Indonesia adalah agama islam, Katolik, protestan,Hindu, Budha,
Kong Hu Chu. Dari agama-agama tersebut terjadilah perbedaanagama yang dianut masing-masing
masyarakat Indonesia. Dengan perbedaantersebut apabila tidak terpelihara dengan baik bisa
menimbulkan konflik antarumat beragama yang bertentangan dengan nilai dasar agama itu sendiri
yangmengajarkan kepada kita kedamaian, hidup saling menghormati, dan saling tolongmenolong.Oleh
karena itu, untuk mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragamayang sejati, harus tercipta satu
konsep hidup bernegara yang mengikat semua anggota kelompok sosial yang berbeda agama guna
menghindari ”ledakan konflik antarumat beragama yang terjadi tiba-tiba”. Makalah ini akan membahas
4
1.2.Rumusan Masalah
4. Apakah yang menyebabkan sekelompok umat beragama dengan inter umatnya maupun
1. Untuk mengetahui defisi dan makna dari kerukunan hidup antar umat beragama.
2. Untuk mengetahui manfaat terciptanya kerukunan antar umat beragama bagi negara
5
BAB II PEMBAHASAN
Kerukunan merupakan sikap yang harus dijaga untuk tidak saling bermusuhan, saling menjaga satu sama
lain, tolong menolong, dan toleransi antarsesama. Kerukunan bisa diartikan sebagai proses sosial yang
dilakukan untuk menciptakan kehidupan bersama atas dasar perbedaan-perbedaan yang ada, baik dari
segi agama, politik, budaya, dan lain-lain. Sehingga konsep hidup rukun sangat diperlukan dalam
masyarakat majemuk. Hidup rukun adalah hidup dengan saling berbagi, menghormati, menghargai, dan
berdampingan dengan orang lain. Hidup rukun menjadikan suasana menjadi damai dan terlindungi dari
Kerukunan antar umat beragama adalah suatu kondisi sosial ketika semua golongan agama bisa hidup
bersama tanpa menguarangi hak dasar masing-masing untuk melaksanakan kewajiban agamanya.
Masing-masing pemeluk agama yang baik haruslah hidup rukun dan damai. Karena itu kerukunan antar
umat beragama tidak mungkin akan lahir dari sikap fanatisme buta dan sikap tidak peduli atas hak
keberagaman dan perasaan orang lain. Tetapi dalam hal ini tidak diartikan bahwa kerukunan hidup antar
umat beragama memberi ruang untuk mencampurkan unsur-unsur tertentu dari agama yang berbeda ,
6
sebab hal tersebut akan merusak nilai agama itu sendiri.Kerukunan antar umat beragama itu sendiri juga
bisa diartikan dengan toleransi antar umat beragama. Dalam toleransi itu sendiri pada dasarnya
masyarakat harus bersikap lapang dada dan menerima perbedaan antar umat beragama. Selain itu
masyarakat juga harus saling menghormati satu sama lainnya misalnya dalam hal beribadah, antar
Pemerintah ikut andil dalam menciptakan suasana tentram, termasuk kerukunan antara umat beragama
dengan pemerintah sendiri. Semua umat beragama yang diwakili para pemuka dari tiap-tiap agama bisa
sinergis dengan pemerintah. Bekerjasama dan bermitra dengan pemerintah buat menciptakan stabilitas
persatuan dan kesatuan bangsa. Trikerukunan umat beragama diharapkan menjadi menjadi salah satu
solusi agar terciptanya kehidupan umat beragama nan damai, penuh kebersamaan, bersikap toleran,
7
2. tidak adanya laraangan dri pemerintah bagi umat beragama melaukan ibadah sesuai agama
Menurut Dr. Ali Masrur, M.Ag, salah satu masalah dalam komunikasi antar agama sekarang ini,
diungkapkan P. Knitter. Sikap ini muncul sebagai akibat dari pola perjumpaan tak langsung antar agama,
khususnya menyangkut persoalan teologi yang sensitif. Sehingga kalangan umat beragama merasa
enggan mendiskusikan masalah-masalah keimanan. Tentu saja, dialog yang lebih mendalam tidak
terjadi, karena baik pihak yang berbeda keyakinan/agama sama-sama menjaga jarak satu sama lain.
Masing-masing agama mengakui kebenaran agama lain, tetapi kemudian membiarkan satu sama lain
bertindak dengan cara yang memuaskan masing-masing pihak. Yang terjadi hanyalah perjumpaan tak
langsung, bukan perjumpaan sesungguhnya. Sehingga dapat menimbulkan sikap kecurigaan diantara
beberapa pihak yang berbeda agama, maka akan timbullah yang dinamakan konflik.
8
2.Kepentingan Politik
Faktor ini terkadang menjadi faktor penting sebagai kendala dalam mencapai tujuan sebuah kerukunan
antar umat beragama khususnya di Indonesia, jika bukan yang paling penting di antara faktor-faktor
lainnya. Bisa saja sebuah kerukunan antar agama telah dibangun dengan bersusah payah selama
bertahun-tahun atau mungkin berpuluh-puluh tahun, dan dengan demikian kita pun hampir memetik
buahnya.
3.Sikap Fanatisme
Di kalangan Islam, pemahaman agama secara eksklusif juga ada dan berkembang. Bahkan akhir-akhir ini,
di Indonesia telah tumbuh dan berkembang pemahaman keagamaan yang dapat dikategorikan sebagai
Islam radikal dan fundamentalis, yakni pemahaman keagamaan yang menekankan praktik keagamaan
tanpa melihat bagaimana sebuah ajaran agama seharusnya diadaptasikan dengan situasi dan kondisi
masyarakat. Dari uraian diatas, sangat jelas sekali bahwa ketiga faktor tersebut adalah akar dari
9
Sejarah perjumpaan agama-agama yang menggunakan kerangka politik secara tipikal hampir
keseluruhannya dipenuhi pengumulan,konflik dan pertarungan . Karena itulah dalam pekembangan ilmu
sejarah dalam beberapa dasawarsa terakhir,sejarah yang berpusat pada politik yang kemudian disebut
sebagai " sejarah kovesional " dikembangkan dengan mencangkup bidang - bidang kehidupan sosial-
budaya lainnya,sehingga memunculkan apa yang disebut sebagai " sejarah baru " ( new history ).Sejarah
model mutakhir ini lazim disebut sebagai "sejarah sosial" (social history) sebagai bandingan dari "sejarah
politik" (political history). Penerapan sejarah sosial dalam perjumpaan kristen dan islam di Indonesia
akan sangat relavan , karena ia akan dapat mengungkapkan sisi-sisi lain hubungan para penganut kedua
agama ini di luar bidang politik,yang sangat boleh jadi berlangsung dalam saling pengertian dan
Hampir bisa dipastikan, perjumpaan Kristen dan Islam (dan juga agama agama lain ) akan terus
dan transportasi, kita akan menyaksikan gelombang perjumpaan agama agama dalam skala intensitas
yang tidak pernah terjadi sebelumnya.Dengan begitu, hampir tidak ada lagi suatu komunitas umat
beragama yang bisa hidup eksklusif , terpisah dari lingkungan komunitas umat - umat beragama lainnya.
Satu contoh kasus dapat diambil : Seperti dengan meyakinkan dibuktikan Eck ( 2002 ), Amerika
Serikat ,yang mungkin oleh sebagian orang dipandang sebagai sebuah " negara kristen ," telah berubah
menjadi negara yang secara keagamaan paling beragam. Saya kira Indonesia,dalam batas tertentu, juga
10
mengalami kecendrungan yang sama. Dalam pandangan saya , sebagian perjumpaan di antara agama-
agama itu, khususnya agama yang mengalami konflik , bersifat damai . Dalam waktu-waktu tertentu
ketika terjadi perubahan perubahan politik dan sosial yang cepat , yang memunculkan krisis pertikaian
dan konflik sangat boleh jadi meningkat identitasnya. Tetapi hal ini seyogyanya tidak mengaburkan
perpektif kita , bahwa kedamaian lebih sering menjadi featur utama . Kedamaian dalam perjumpaan itu ,
hemat saya,banyak bersumber dari pertukaran ( exchanges ) dalam lapangan sosio-kultura atau bidang-
bidang yang secara longgar dapat disebut sebagai '' non agama .'' Bahkan terjadinya juga pertukaran
yang semakin intensif menyangkut gagasan-gagasan keagamaan melalui dialog-dialog antaragama dan
kemanusiaan baik pada tingkat internasional ; ini jelas memperkuat perjumpaan secara damai tersebut.
Melalui berbagai pertukaran semacam ini terjadi penguat saling pengertian dan pada gilirannya
2. Bersikap Optimis
Walaupun berbagai hambatan menghadang jalan kita untuk menuju sikap terbuka , saling
pengertian dan saling menghargai antar agama , saya kira kita tidak perku bersikap pesimis . Sebaliknya ,
kita perlu dan seharusnya mengembangkan optimisme dalam menghadapi dan menyongsong masa
depan dialog.
Paling tidak ada 3 hal tang dapat membuat kita bersifat optimis . pertama, pada beberapa dekade
terakhir ini setudy agama-agama, termasuk juga dialog antar agama, semakin berebak dan berkembang
11
di berbagai universitas, baik di dalam maupun diluar negri. selain di berbagai perguruan tinggi agama,
IAIN dan seminari misalnya, di universitas umum seperti universitas gajah mada , juga telah didirikan
pusat study agama-agama dan lindas budaya. Meskipun baru seumur jagung , hal itu bisa menjadi
pertanda sekaligus harapan bagi pengembangan pahang keagamaan yang lebih toleran , dan pada
akhirnya lebih manusiawi. juga bermunculan lembaga lembaga kajian agama ,seperti intervidey dan
FKBA DiYogyakarta ,yang memberikan sumbangan, dalam menumbuh kembangkan paham pluralisme
Kedua,para pwmimpin masing masing agama semakin sadar akan perlunya perspektif baru dalam
melihat hubungan antar agama . mereka sering kali mengadakan pertemuan ,baik secara reguler
maupun insudentil untuk menjalin hubungan yang lebih erat dan memecahkan berbagai problem
keagagamaan yang tengah dihadapi bangsa kita dewasa ini.kesadaran semacam ini seharusnya tidak
hanya dimiliki oleh para pemimpin agama , tetapi juga oleh para penganut agama sampai keakar rumput
sehingga tidak terjadi jurang antar pemimpin agama dan umat atau jemaatnya. Kita seringkali prihatin
melihat orang orang awam yang pemahaman keagamaannya bahkan bertentangan dengan ajaran
agamanya sendiri. Inilah kesalahan kita bersama . Kita lebih mementingkan bangun - bangun fisik
keberagamaan serta kualitas mereka dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama.
Ketiga , masyarakat kita sebenarnya semakin dewasa dalam menanggapi isu-isu atau provokasi-
provokasi. Mereka tidak lagi mudah di sulut dan diadu domba serta di manfaatkan , baik oleh pribadi
12
maupun kelompok demi target dan tujuan politik tertentu meskipun berkali kali masjid dan gereja
diledakkan , tetapi semakin teruji bahwa ini merupakan ujian bagi agama autentik ( Autentic religion )
dan penganutnya. Adalah tugas kita bersama , yakni pemerintah, para pemimpin agama,dan masyarakat
untuk mengingatkan para aktor politik di negri kita untuk tidak memakai agama sebagai instrumen
politik dan tidak lagi menebar teror untuk mengadudomba antar penganut agama .
Jika tiga hal ini bisa dikembangkan dan kemudian diwariskan kepada generasi selanjutnya, maka
setidaknya kita para pemeluk agama masih mempunyai harapa untuk dapat berkomunikasi dengan baik
dan pada gilirannya bisa hidup berdampingan lebih sebagai kawan dan mitra dari pada sebagai lawan.
13
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan dalam makalah ini ,dapat disimpulkan bahwa kerukunan umat beragama yaitu
hubungan sesama umat beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian , saling
menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam
kehidupan masyarakat dan bernegara . berbagai macam bahasa mengenai kerukunan antar umat
Indonesia ada beberapa sebab , antara lain ; Rendahnya sikap toleransi , kepentingan politik dan sikap
anatisme . Adapun solusi untuk menghadapinya , adalah dengan melakukan dialog antar pemeluk
agama dan menanamkan sikap optimis terhadap tujuan untuk mencapai kerukunan antar umat
bergama.
3.2. Saran
Sudah saatnya bukan perbedaan lagi yang kita cari atau yang kita bicarakan , tapi persamaanlah
yang seharusnya yang kita cari karena dari persamaanlah hidup ini akan saling menghargai ,
14
menghormati dan selaras . Lewat persamaan kita bisa jalin persaudaraan dan mempererat tali
DAFTAR PUSTAKA
Ansari,Zahar Ishaq & John L. Esposito, eds., 2001, Muslims and the West : Encounter and
Hlm 57-58
Bulan Bintang,1997.
Al-Faruqi, Ismail. Atlas Budaya Islam, Menjelajah Khazanah Peradaban Gemilan, Cet. III,
Mizan : Bandung,2001.
15
16