Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi dan Antropologi Agama

Disusun oleh Kelompok 12:

Nazila Nurrahmah Syita (21211726)

Neuis Amelia (21211729)

Nurul Hasanah (21211746)

Dosen Pengampu:

Drs. Arison Sani, Ma

PROGRAM STUDY ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA

1444 H/ 2022 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelasaikan makalah Sosiologi dan Antropologi Agama yang membahas
tentang “Kerukunan Antar Umat Beragama” Sholawat dan salam semoga akan senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW manusia teladan yang kita harap-harapkan
syafaatnya di hari kebangkitan kelak.

Penulisan Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi dan
Antropologi Agama. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Arison Sani, Ma.,
selaku dosen pengampu yang telah memberikan kesempatan untuk menulis makahalh ini
sehingga dapat menambah wawasan dan informasi bagi penulis.

Terakhir kali, jika ada kebenaran dan kebaikan dalam pembahasan makalah ini, maka
sejatinya kebenaran itu berasal dari Allah SWT. Sementara, segala kesalahan dan kekurangan
yang ada di dalamnya bersal dari kefakiran penulis. Karena itu penulis dengan tulus
memohon maaf dan menerima dengann lapang dada segala kritik dan saran untuk nantinya
dapatmembuat makalah yang lebih baik lagi. Amin Ya Rabbal ‘alamin.

Cireundeu, 25 November 2022

Kelompok 12

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i

DAFTAR ISI……………………………………………………..……………….ii

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………iii
B. Rumusan Masalah ………………………………………………….…….iv
C. Tujuan Masalah…………………………………………………………...iv

BAB II PEMBAHASAN

A. Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama…………………………………..1


B. Urgensi Dialog Antar Umat Beragama……………………………………..6

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………..8

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerukunan beragama bisa dikatakan dengan suatu konsep adanya kehidupan


berdampingan diatas perbedaan agama yang lebih menekankan kepada kedamaian,
dan ketentraman dalam beragama. Banyak masyarakat yang memahami perbedaan
merupakan rasa ketidak nyamaan terutama dalam hal keyakinan. Ini bisa disebabkan
oleh kurangnya analisis dan penjelasan tentang konsep kerukunan antara umat
berbeda agama. Kerukunan antar umat Beragama saat ini menjadi sebuah hal yang
penting bagi kehidupan beragama di Indonesia.Agama yang sebagian orang dianggap
sebagai memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat, yakni sebagai faktor
intergratif yang dapat mempersatu umat beragama. Disisi lain juga agama dapat
berubah menjadi faktor disintergratif yang akan menimbulkan konfliksosial
keagamaan, baik karena interpretasi terhadap agama maupun sengaja dilakukan
atasnama agama. Konflik yang muncul tersebut disebabkan oleh gesekan keyakinan,
bahkan sampai pada level perbedaan agama.
Berbagai macam kendala yang sering kita hadapi dalam mensukseskan
kerukunan antar umat beragama, dari luar maupun dalam negeri kita sendiri. Namun
dengan kendala tersebut warga Indonesia selalu optimis, bahwa dengan banyaknya
agama yang ada di Indonesia, maka banyak pula solusi untuk menghadapi kendala-
kendala tersebut. Dari berbagai pihak telah sepakat untuk mencapai tujuan kerukunan
antar umat beragama di Indonesia seperti masyarakat dari berbagai golongan,
pemerintah, dan organisasi-organisasi agama yang banyak berperan aktif dalam
masyarakat.
Keharmonisan dalam komunikasi antar sesama penganut agama adalah tujuan
dari kerukunan beragama, agar terciptakan masyarakat yang bebas dari ancaman,
kekerasan hingga konflik agama.
Manusia merupakan makhluk sosial yang bermakna bahwa manusia tidak dapat
hidup sendiri sehingga membutuhkan bantuan orang lain. Berdasarkan hal ini maka
kerukunan antar umat manusia sangat penting untuk diciptakan dalam suatu interaksi
sosial. Kerukunan di sini berfungsi untuk membina interaksi sosial yang

iii
baik serta mempererat tali persaudaraan antar umat manusia.
Menurut Syarbini , dalam konteks sosial kemasyarakatan , umat Islam dapat
berinteraksi dengan siapapun tanpa batasan agama , maka dalam membina dan
membangun kerukunan umat beragama yang paling utama adalah bagaimana menjaga
kepentingan bangsa dan negara dalam upaya mewujudkan kemaslahatan umat.
Agama tidak mengenal kekacauan dalam interaksi sosial , saling menjatuhkan
pemeluk agama lain , atau bahkan menjelek – jelekkan agama lain. Agama dan negara
sangat menghormati heterogenitas dan kemajemukan di kalangan umat.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini diantaranya:
1. Apa pengertian kerukunan antar umat beragama?
2. Bagaimana konsep islam mengenai kerukunan beragama ?
3.  Apa yang menjadi landasan hukum terbinanya kerukunan intern dan antar umat
beragama di Indonesia ?
4. Apa Urgensi dari Kerukunan antar umat beragama ?

C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dan manfaat makalah ini diantaranya:
1. Mengetahui pengertian kerukunan antar umat beragama
2. Mengetahui urgensi dari kerukunan antar umat beragama

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama.

Pengertian Kerukunan Umat Beragama Dalam pengertian sehari-hari kata


rukun dan kerukunan adalah damai dan perdamaian. Dengan pengertian ini jelas,
bahwa kata kerukunan hanya dipergunakan dan berlaku dalam dunia pergaulan.
Kerukunan antar umat beragama adalah cara atau sarana untuk mempertemukan,
mengatur hubungan luar antara orang yang tidak seagama atau antara golongan umat
beragama dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.

Istilah kerukunan umat beragama pertama kali dikemukakan oleh Menteri


Agama, K.H. M. Dachlan, dalam pidato pembukaan Musyawarah Antar Agama
tanggal 30 Nopember 1967 antara lain menyatakan: "Adanya kerukunan antara
golongan beragama adalah merupakan syarat mutlak bagi terwujudnya stabilitas
politik dan ekonomi yang menjadi program Kabinet AMPERA. Oleh karena itu, kami
mengharapkan sungguh adanya kerjasama antara Pemerintah dan masyarakat
beragama untuk menciptakan ‘’ Iklim kerukunan beragama ini sehingga tuntutan hati
nurani rakyat dan cita-cita kita bersama ingin mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur yang dilindungi Tuhan Yang Maha Esa itu benar-benar dapat berrwujud’’
Dari pidato K.H. M. Dachlan tersebutlah istilah ‘’Kerukunan Hidup Beragama’’
mulai muncul dan kemudian menjadi istilah baku dalam berbagai dokumen negara
dan peraturan perundang-undangan.

Sementara istilah ‘’kerukunan’’ dalam kamus besar Bahasa Indonesia yang


diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan kebudayaan, diartikan sebagai ‘’hidup
bersama dalam masyarakat dengan ‘’kesatuan hati’’ dan ‘’bersepakat’’ untuk tidak
menciptakan perselisihan dan pertengkaran’’, kerukunan adalah istilah yang dipenuhi
oleh muatan makna ‘’baik’’ dan damai’’. Intinya. Hidup bersama dalam msyarakat
dengan ‘’kesatuan hati’’ dan ‘’ bersepakat’’ intik tidak menciptakan perselisihan dan
pertengkaran.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kerukunan ialah hidup damai dan tentram saling
toleransi antara masyarakat yang beragama sama maupun berbeda, kesediaan mereka

1
untuk menerima adanya perbedaan keyakinan dengan orang atau kelompok lain,
membiarkan orang lain untuk mengamalkan ajaran yang diyakini oleh masing-masing
masyarakat, dan kemampuan untuk menerima perbedaan. Kerukunan berarti sepakat
dalam perbedaan-perbedaan yang ada dan menjadikan perbedaan-perbedaan itu
sebagai titik tolak untuk membina kehidupan sosial yang saling pengertian serta
menerima dengan ketulusan hati yang penuh ke ikhlasan. Kerukunan mencerminkan
hubungan timbal balik yang ditandai oleh sikap saling menerima saling mempercayai,
saling menghormati dan menghargai, serta sikap saling memaknai kebersamaan.
Berdasarkan pemaparan di atas maka pengertian dari kerukunan umat beragama
adalah kondisi dimana antar umat beragama dapat saling menerima, saling
menghormati keyakinan masing-masing, saling tolong menolong, dan bekerjasama
dalam mencapai tujuan bersama.1

Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan hubungan dan kerja sama


dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan material
maupun spiritual. Ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong
menolong (ta’awun) dengan sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam kehidupan
sosial kemasyarakatan umat Islam dapat berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan
ras, bangsa, dan agama.

1. Hubungan intern umat beragama


Persaudaraan atau ukhuwah, merupakan salah satu ajaran yang mendapat
perhatian penting dalam Islam. Alquran menyebutkan kata yang mengandung arti
persaudaraan sebanyak 52 kali yang menyangkut berbagai persamaan, baik persamaan
keturunan, keluarga, masyarakat, bangsa, dan agama. Ukhuwah yang islami dapat
dibagi kedalam empat macam, yaitu: Pertama, ukhuwah ‘ubudiyah atau saudara
sekemakhlukan dan kesetundukan kepada Allah. Kedua, Ukhuwah insaniyah
(basyariyah), dalam arti seluruh umat manusia adalah bersaudara, karena semua
berasal dari ayah dan ibu yang sama; Adam dan Hawa. Ketiga, ukhuwah wathaniyah
wannasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan. Keempat,
Ukhuwwah fid din al islam, persaudaraan sesama muslim. Esensi dari persaudaraan
terletak pada kasih sayang yang ditampilkan dalam bentuk perhatian, kepedulian,
hubungan yang akrab dan merasa senasib sepenanggungan. Nabi menggambarkan

1
Rusydi,Ibnu “Makna Kerukunan Antar Umat Beragama Dalam Konteks KeIslaman Dan
KeIndonesian” (2018).
2
hubungan persaudaraan dalam hadisnya: Seorang mukmin dengan mukmin seperti
satu tubuh, apabila salah satu anggota tubuh terluka, maka seluruh tubuh akan
merasakan demamnya. HR.Muslim dan Ahmad. Persatuan dan kesatuan sebagai
implementasi ajaran Islam dalam masyarakat merupakan salah satu prinsip ajaran
Islam. Alquran mengajarkan umat Islam untuk menjalin persatuan dan kesatuan
sebagaimana difirmankan Allah: Q.S Surat Al-Anbiya ayat: 92

‫اح َد ۖةً َّواَنَ ۠ا َربُّ ُك ْم فَا ْعبُ ُد ْو ِن‬


ِ ‫اِ َّن ٰه ِذهٖٓ اَُّمت ُكم اَُّمةً َّو‬
ْ ُ

Artinya: Sungguh, (agama tauhid) inilah agama kamu, agama yang satu, dan Aku adalah
Tuhanmu, maka sembahlah Aku.

Kata umat dalam ayat di atas dikaitkan dengan tauhid karena itu umat yang
dimaksud adalah pemeluk agama Islam. Sehingga ayat tersebut pada hakekatnya
menunjukkan bahwa agama umat Islam adalah agama yang satu dalam prinsi-prinsip
usulnya; tiada perbedaan dalam aqidahnya, walaupun dapat berbeda-beda dalam
rincian (furu’) ajarannya. Karena itu, kesatuan umat bukan berarti bersatu dalam satu
wadah, melainkan kesatuan dalam aqidah. Bisa saja berbeda dalam ras, bahasa,
maupun budaya, tetapi semuanya bersatu dalam aqidahnya.

2. Hubungan antar umat beragama


Memahami dan mengaplikasikan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat
tidak selalu hanya dapat diterapkan dalam kalangan masyarakat muslim. Islam dapat
diaplikasikan dalam masyarakat manapun, sebab secara esensial ia merupakan nilai
yang bersifat universal. Kendatipun dapat dipahami bahwa Islam yang hakiki hanya
dirujukkan kepada konsep Alquran dan As-Sunnah, tetapi dampak sosial yang lahir
dari pelaksanaan ajaran Islam secara konsekwen dapat dirasakan oleh manusia secara
keseluruhan. Demikian pula pada tataran yang lebih luas, yaitu kehidupan antar
bangsa, nilai-nilai ajaran Islam menjadi sangat relevan untuk dilaksanakan guna
menyatukan umat manusia dalam suatu kesatuan kebenaran dan keadilan. Dominasi
salah satu etnis atau negara merupakan pengingkaran terhadap makna Islam, sebab ia
hanya setia pada nilai kebenaran dan keadilan yang bersifat universal. Islam
mengajarkan prinsip kesamaan dan kesetaraan manusia sebagaimana diungkapkan
Alquran:

3
Artinya: Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan Kami menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling
mulia diantara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. QS.49:13
Universalisme Islam dapat dibuktikan antara lain dari segi agama, dan
sosiologi. Dari segi agama, ajaran Islam menunjukkan universalisme dengan doktrin
monoteisme dan prinsip kesatuan alamnya. Selain itu tiap manusia, tanpa perbedaan
diminta untuk bersama-sama menerima satu dogma yang sederhana dan dengan itu ia
termasuk ke dalam suatu masyarakat yang homogin hanya dengan tindakan yang
sangat mudah, yakni membaca syahadat. Jika ia tidak ingin masuk Islam, tidak ada
paksaan dan dalam bidang sosial ia tetap diterima dan menikmati segala macam hak
kecuali yang merugikan umat Islam.
Hubungan antara muslim dengan penganut agama lain tidak dilarang oleh
syariat Islam, kecuali bekerja sama dalam persoalan aqidah dan ibadah. Kedua
persoalan tersebut merupakan hak intern umat Islam yang tidak boleh dicampuri
pihak lain, tetapi aspek sosial kemasyarakatan dapat bersatu dalam kerja sama yang
baik. Hubungan dan kerja sama antar umat beragama merupakan bagian dari
hubungan sosial antar manusia yang tidak dilarang dalam ajaran Islam. Hubungan dan
kerja sama dalam bidang-bidang ekonomi, politik, maupun budaya tidak dilarang,
bahkan dianjurkan sepanjang berada dalam ruang lingkup kebaikan.

3. Aktualisasi hubungan umat beragama di Indonesia


Saat ini, di Indonesia sendiri pemahaman hak atas kebebasan beragama
dimasing-masing kelompok memiliki penafsiran sendiri-sendiri, baik kelompok
agama maupun kelompok sekuler. Dan pertentangan ini terus berlanjut yang tidak
akan menyatu karena masing-masing kelompok memiliki landasannya sendiri. Dalam
kesatuan wujud ini Allah Tuhan Yang Maha Kuasa menjadikan manusia berbangsa-
bangsa dan bergolongan-golongan. Manusia dengan wujudnya berbangsa-bangsa dan
bergolong-golongan ini memberi dorongan yang besar baginya untuk memikirkan dan
mempelajari sesama manusia, sehingga melahirkan berbagai ilmu pengetahuan,
seperti antropologi, sosiologi, sejarah, kebudayaan, bahasa, politik dan lain-lain.
dengan ilmu-ilmu ini akan memudahkan bagi manusia itu dalam membina dan
memelihara hubungan antara sesamanya, baik antara golongan, dalam masyarakat,

4
maupun antar bangsa, negara dan agama. Dalam masyarakat yang multiagama,
Harold Howard mengatakan ada tiga prinsip umum dalam merespons
keanekaragaman agama : Pertama, logika bersama, Yang Satu yang berwujud banyak.
Secara filosofis dan teologis, logika ini merupakan sumber realitas dan cara paling
signifikan untuk menjelaskan keanekaragaman agama. Bagi mereka yang mendalami
sejarah agama-agama, logika ini bukanlah hal yang asing. Misalnya, dalam Veda
dapat menemukan gagasan tentang Yang Satu yang disebut dengan banyak nama.
Kedua, agama sebagai alat. Karenanya, wahyu dan doktrin dari agama-agama adalah
jalan, atau dalam tradisi Islam disebut syariat untuk menuju Yang Satu. agama-agama
adalah kumpulan particular sarana yang digunakan sebagai alat yang dengannya,
Yang Satu dapat dicapai. Ketiga, pengenaan kriteria yang mengabsahkan. Yang
dimaksud di sini adalah mengenakan kriteria sendiri pada agama-agama lain.

Al Quran merupakan wahyu yang mengabsahkan, sehingga menjadi dasar


untuk menguji wahyu-wahyu lainnya. Maka, dengan kriteria yang mengabsahkan ini
masing-masing digunakan untuk berlomba-lomba menuju Yang Satu. . Karena
sebagai alat, yang ada Dalam negara, manusia membentuk dan menentukan corak
masyarakat yang dikehendaki. Agar bentuk dan corak yang baik dapat terwujud.
Keberagaman yang ada perlu dipelihara, karena merupakan kenyataan yang telah
ditetapkan oleh pemilik semesta alam ini. Bila ada yang menolak, ia akan menemui
kesulitan, karena berhadapan dengan kenyataan itu sendiri. Mengingat keberagaman
(heterogenitas) merupakan realita dan ketentuan dari Allah Tuhan semesta alam maka
bagi manusia tak ada alternatif lain, kecuali menerima dan memelihara dengan
mengarahkan kepada kepentingan dan tujuan bersama. Memang apabila tidak
dipelihara dengan baik dapat saling bergesekan sehingga terjadi perpecahan, dan tidak
mustahil mengarah kepada separatisme. Tetapi karena bangsa Indonesia adalah
bangsa yang religius dan menyadari bahwa keberagaman ini merupakan ketentuan
atau takdir dari Allah Yang Maha Pengatur alam, maka insan Indonesia menggalang
dan membina persatuan bangsanya. Bukan hanya itu, dari keberagamaan ini pulalah
dihimpun hasrat-hasrat yang ada menjadi hasrat kolektif dalam membangun,
memelihara kesatuan dan keutuhan bangsa dan negara.2
2
Maysita,Alda, “Konsep Dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama” 2014 (n.d.).

5
B. Urgensi Dialog Antar Umat Beragama

Dialog antar umat beragama merupakan dialog dari berbagai pihak kalangan
agamawan. Dialog antar umat beragama bukan ajang untuk berdebat, berapologi,
bahkan pemaksaan pandangan diri sendiri terhadap pihak lainnya. Sebaliknya, peserta
dialog bisa saling belajar satu dengan lainnya mengenai pengalaman kehidupan
keberagamaan mereka. Dengan dialog membuka kemungkinan masing-masing
peserta dialog mengalami perubahan cara pandang dalam berinteraksi antara satu
dengan lainnya secara lebih terbuka, setidaknya akan bisa memahami keyakinan,
pemikiran dan masalah yang dihadapi oleh mitra dialog. Sebagai kenyataan sosial,
dialog antar umat beragama tidak dapat dipisahkan dari persoalan hidup yang dialami
oleh peserta dialog. Realitas sosial merupakan fokus pembicaraan dalam dialog antar
umat beragama ini. Tujuan dialog ini adalah pembicaraan bersama atas dasar saling
pengertian dan menghargai, kemudian bersama-sama membagun hubungan
berdasarkan kejujuran, keterbukaan dan komitmen untuk menjalankan keputusan
bersama. Dialog bukan untuk membandingkan perbedaan atau mengukur benar
tidaknya ajaran atau keyakinan perserta dialog akan tetapi diarahkan untuk mencari
persamaan-persamaan yang bisa dijadikan sebagai landasan saling pengertian dan
kerjasama dalam masyarakat. Dalam dialog antar umat beragama terdapat asas dan
tujuan bagi kerjasama antar umat beragama untuk mencapai keadilan, kemerdekaan,
persatuan, kerukunan, kemakmuran, dan perdamaian Bersama.3

Dialog antar agama sangat penting dilakukan, sebab melalui dialog ini para
pemuka agama akan berusaha untuk saling kenal satu dengan yang lain. Melalui
dialog antar agama, mereka berusaha untuk saling tukar informasi tentang
agama masing-masing, sehingga mereka saling kenal satu dengan yang lain. Di
dalam usaha untuk saling kenal tersebut, mereka tidak saling kritik ajaran atau
dogma agama masing- masing, sebab dialog akan berubah menjadi ajang debat,
sehingga dialog akan berhenti dan pertengkaran juga akan terjadi. Dialog antar

3
Ulfa Masamah, “Pendidikan Islam, Pendidikan Politik, Dan Dialog Antar Umat Beragama Di Indonesia,” Jurnal
Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan 4, no. 1 (2016): hal. 1.

6
agama bukan untuk tempat saling berapologetika, berdebat, menyampaikan
dakwah atau penginjilan, namun dialog merupakan suatu tempat untuk saling
kenal satu dengan yang lain, dengan cara tukar informasi, sehingga mereka saling
mengenal satu dengan yang lain. dialog dilakukan untuk meningkan toleransi antar
agama di Indonesia. Toleransi dilakukan oleh pihak agama yang mayoritas terhadap
agama-agama yang minoritas di Indonesia. Toleransi ini dapat tercapai, bila tiap
agama saling kenal, mengerti dan memahami dan menganggap agama-agama lain
sebagai saudara. Toleransi dalam keadaan majemuk atau plural di Indonesia
sangat penting dilakukan untuk meminimalkan konflik karena agama. Karena,
apabila terjadi konflik karena agama yang mengatasnamakan Tuhan, maka
kekacauan besar akan dapat terjadi. Dialog sangat penting karena dapat
menimbulkan perdamaian antar agama-agama yang sedang konflik atau tidak
konflik. Hans Küng mengatakan “These days, nobody would seriously dispute to the
fact that peace in the world very much depends on peace among various religious.” Ia
mengungkapkan bahwa perdamaian dalam dunia dapat terjadi bila agama-
agama berdamai. Agama dapat berdamai, bila agama melakukan dialog antar
agama. Sebab salah satu penyebab kekacauan adalah agama Oleh sebab itu, dialog
antar agama penting dilakukan, agar terjadi perdamaian antar agama-agama.4

4
Aeron Frior, “MENUJU DIALOG ANTAR AGAMA-AGAMA DI INDONESIA,” Jurnal Teologi dan Pengembangan
Pelayanan 3, no. 1 (Desember 2013): hal. 1.

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Indonesia adalah negara yang memiliki keunikan tersendiri di dalam


membangun, memelihara, membina, mempertahankan, dan memberdayakan
kerukunan umat beragama. Upaya-upaya berkaitan kegiatan kerukunan umat
beragama tersebut merupakan sebuah proses tahap demi tahap yang harus dilalui
secara seksama agar perwujudan kerukuanan umat beragama benar-benar dapat
tercapai. Di samping itu, ia juga merupakan upaya terus-menerus tanpa henti dan
hasilnya tidak diperoleh secara instan.
Dan seandainya kondisi ideal kerukunan tersebut sudah tercapai bukan berarti
sudah tidak diperlukan lagi upaya untuk memelihara dan mempertahankannya. Justru
harus ditingkatkan kewaspadaan agar pihak-pihak yang secara sengaja ingin merusak
keharmonisan kerukunan hidup atau kerukunan umat beragama di Indonesia tidak
bisa masuk. Karena itu kerukunan umat beragama sangat tergantung dan erat
kaitannya dengan ketahana nasional Indonesia.
Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis bangsa dan negara Indonesia dalam
segala aspek kehidupan untuk menangkal segala pengaruh dari luar yang menggangu
stabilitas negara. Tugas berat ini tidak hanya terletak di tangan pemerintah, penguasa,
dan pemimpin negara, tetapi merupakan tugas segala lapisan masyarakat

8
DAFTAR PUSTAKA

Maysita,Alda, ‘’Konsep Dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama’’ 2014 (n,d,).

Masamah, Ulfa. “Pendidikan Islam, Pendidikan Politik, Dan Dialog Antar Umat Beragama
Di Indonesia.” Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan 4, no. 1 (2016).

Rusydi,Ibnu, ‘’Makna kerukunan Antar Umat Beragama Dalam Konteks KeIslaman dan
keIndonesian’’ (2018)

Frior, Aeron. “MENUJU DIALOG ANTAR AGAMA-AGAMA DI INDONESIA.” Jurnal


Teologi dan Pengembangan Pelayanan 3, no. 1 (Desember 2013).

Anda mungkin juga menyukai