MAKALAH
Disusun oleh :
Hardiansyah (2188203031)
Ramadhoni (21882030006)
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan
Makalah Bahasa Indonesia ini tepat pada waktunya.
Adapun materi yang diuraikan dalam makalah ini diperoleh dari mata kuliah
yang berhubungan dengan Teknik Sipil dan buku penunjang lainnya serta data-
data selama ini menjelaskan tentang Kerukunan Antar Umat Beragama.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kerukunan
2.2 Pengertian Kerukunan antar Umat Beragama
2.3 Jenis-jenis Kerukunan antar Umat Beragama
2.4 Ukhuwah
2.5 Manfaat Kerukunan antar Umat Beragama
2.6 Kendala-kendala
2.7 Solusi masalah antar Umat Beragama
2.8 Cara menjaga kerukunan antar Umat Beragama
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena
sebelumnya ada ketidakrukunan; serta kemampuan dan kemauan untuk hidup
berdampingan dan bersama dengan damai serta tenteram. Langkah-langkah untuk
mencapai kerukunan seperti itu, memerlukan proses waktu serta dialog, saling
terbuka, menerima dan menghargai sesama, serta cinta-kasih. Kerukunan
antarumat beragama bermakna rukun dan damainya dinamika kehidupan umat
beragama dalam segala aspek kehidupan, seperti aspek ibadah, toleransi, dan kerja
sama antarumat beragama(Taher , 2007:118).
Kerukunan antar umat beragama berarti damai dan tentram dalam berbagai
perbedaan agama sehinnga tercipta kesinambungan yang baik antar umat
beragama. Ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong
menolong (ta’awun) dengan sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam
kehidupan sosial kemasyarakatan umat Islam dapat berhubungan dengan siapa
saja tanpa batasan ras, bangsa, dan agama.
Kerukunan dalam kehidupan akan dapat melahirkan karya – karya besar
yang bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan hidup. Sebaliknya konflik
pertikaian dapat menimbulkan kerusakan di bumi. Manusia sebagai mahkluk
sosial membutuhkan keberadaan orang lain dan hal ini akan dapat terpenuhi jika
nilai-nilai kerukunan tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat.
Menurut Muhammad Maftuh Basyuni dalam seminar kerukunan antar
umat beragama tanggal 31 Desember 2008 di Departemen Agama, mengatakan
bahwa kerukunan umat beragama merupakan pilar kerukunan nasional adalah
sesuatu yang dinamis, karena itu harus dipelihara terus dari waktu ke waktu.
Kerukunan hidup antar umat beragama sendiri berarti keadaan hubungan sesama
umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, menghargai kesetaraan
dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. ( Sairin, 2002: 56)
Kerukunan umat Islam dengan penganut agama lainnya telah jelas
disebutkan dalam Alqur’an dan Al-hadits. Hal yang tidak diperbolehkan adalah
dalam masalah akidah dan ibadah, seperti pelaksanaan sosial, puasa dan haji, tidak
dibenarkan adanya toleransi, sesuai dengan firman-Nya dalam surat Al Kafirun: 6,
yang artinya: “Bagimu agamamu, bagiku agamaku”.Beberapa prinsip kerukunan
antar umat beragama berdasar Hukum Islam (Daud Ali, 1998: 124):
1. Islam tidak membenarkan adanya paksaan dalam memeluk suatu agama
(QS.Al-Baqarah : 256).
2. Allah SWT tidak melarang orang Islam untuk berbuat baik,berlaku adil
dan tidak boleh memusuhi penganut agama lain,selama mereka tidak
memusuhi,tidak memerangi dan tidak mengusir orang Islam.(QS. Al-
Mutahanah : 8).
3. Setiap pemeluk agama mempunyai kebebasan untuk mengamalkan syari'at
agamanya masing-masing (QS.Al-Baqarah :139).
4. Islam mengharuskan berbuat baik dan menghormati hak-hak
tetangga,tanpa membedakan agama tetangga tersebut.Sikap menghormati
terhadap tetangga itu dihubungkan dengan iman kepada Allah SWT dan
iman kepada hari akhir (Hadis Nabi riwayat Muttafaq Alaih).
5. Barangsiapa membunuh orang mu'ahid,orang kafir yang mempunyai
perjanjian perdamaian dengan umat Islam, tidak akan mencium bau
surga;padahal bau surga itu telah tercium dari jarak perjalanan empat
puluh tahun (Hadis Nabi dari Abdullah bin 'Ash riwayat Bukhari).
b) Kerukunan antar umat beragama lain, yaitu suatu bentuk kerukunan yang
terjalin antar masyarakat yang memeluk agama berbeda-beda. Misalnya,
kerukunan antar umat Islam dan Kristen, antara pemeluk agama Kristen
dan Budha, atau kerukunan yang dilakukan oleh semua agama.
2.4 Ukhuwah
Kata Ukhuwah berarti persaudaraan. Maksudnya, adanya perasaan
simpati dan empati antara dua orang atau lebih. Jalinan perasaan ini
menimbulkan sikap tibal balik untuk saling membantu bila pihak lain
mengalami kesulitan. Ukhuwah yang kita jalin bukan hanya antar
seagama saja. Akan tetapi yang lebih penting lagi adalah antar umat
beragama.
Manusia yang baik adalah manusia yang dapat menjalin dan mempererat
ukhuwah antar sesama manusia. Ada 3 macam ukhuwh yang seharusnya
dijalin, yaitu ;
1. Ukhuwah islamiyah, persaudaraan yang berlaku antar sesama umat Islam
atau persaudaraan yang diikat oleh akidah / keimanan, tanpa membedakan
golongan. Sesama akidahnya sama (laa ilaaha ilallah) maka itu adalah
saudara kita dan harus kita jalin dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana
dijelaskan Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Al Hujurat ayat 10, yang
artinya: “sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah saudara.
Oleh karena itu, pereratlah simpul persaudaraan diantaramu, dan
bertawakallah kepada Allah , mudah-mudahan kamu mendapatkan
rahmat”
2. Ukhuwah Insaniyah / Basyariah, persaudaraan yang berlaku pada semua
manusia secara universal tanpa membedakan agama, suku, ras dan aspek-
aspek kekhususan lainnya. Persaudaraan yang diikat oleh jiwa
kemanusiaan. Maksudnya, kita sebagai manusia harus dapat
memanusiakan manusia dan memposisikan atau memandang orang lain
dengan penuh rasa kasih saying , selalu melihat kebaikannya bukan
kejelekannya.
3. Ukhuwah wathoniyah, pewrsaudaraan yang diikat oleh jiwa nasionalisme/
jiwa kebangsaan tanpa membedakan agama, suku, warna kulit, adat
istiadat, budaya dan aspek-aspek kekhususan lainnya. Semuanya itu adalah
saudara yang perlu untuk dijalin , karena kita sama-sama satu bangsa yaitu
bangsa Indonesia . mengingat pentingnya menjalin hubungan kebangsaan
ini Rasulullah bersabda “Hubbul wathon minal iman” artinya: cinta
sesama saudara setanah air termasuk sebagian dari iman.
2.5 Manfaat Kerukunan antar umat Beragama
2.6 Kendala-Kendala
b) Kepentingan Politik
Faktor Politik, Faktor ini terkadang menjadi faktor penting sebagai
kendala dalam mncapai tujuan sebuah kerukunan antar umat beragama
khususnya di Indonesia, jika bukan yang paling penting di antara faktor-
faktor lainnya. Bisa saja sebuah kerukunan antar agama telah dibangun
dengan bersusah payah selama bertahun-tahun atau mungkin berpuluh-
puluh tahun, dan dengan demikian kita pun hampir memetik buahnya.
c) Sikap Fanatisme
Di kalangan Islam, pemahaman agama secara eksklusif juga ada
dan berkembang. Bahkan akhir-akhir ini, di Indonesia telah tumbuh dan
berkembang pemahaman keagamaan yang dapat dikategorikan sebagai
Islam radikal dan fundamentalis, yakni pemahaman keagamaan yang
menekankan praktik keagamaan tanpa melihat bagaimana sebuah ajaran
agama seharusnya diadaptasikan dengan situasi dan kondisi masyarakat.
Mereka masih berpandangan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang
benar dan dapat menjamin keselamatan menusia. Jika orang ingin selamat,
ia harus memeluk Islam. Segala perbuatan orang-orang non-Muslim,
menurut perspektif aliran ini, tidak dapat diterima di sisi Allah.
2) Bersikap Optimis
Paling tidak ada tiga hal yang dapat membuat kita bersikap optimis.
Pertama, pada beberapa dekade terakhir ini studi agama-agama, termasuk juga
dialog antaragama, semakin merebak dan berkembang di berbagai universitas,
baik di dalam maupun di luar negeri.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
http://dinaeni.wordpress.com/2012/01/08/kerukunan-antar-umat-beragama/
http://dezhi-myblogger.blogspot.com/2011/05/pengertian-kerukunan-umat-
beragama.html
http://www.scribd.com/-Kerukunan-Antar-Umat-Beragama
http://www.jappy.8m.net/blank_14.html
Masduqi, Irwan. Berislam Secara Toleran. Jakarta, Mizan