Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KERUKUNAN ANTAR DAN INTERN UMAT BERAGAMA


MENURUT PANDANGAN ISLAM
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam

Dosen Pengampu : Dr. Drs. Agus Sarono, M.H.

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1. Rega Ardiansyah (40040119650013)

2. Palupi Diah Utami (40040119650015)

Fakultas Sekolah Vokasi


Program Studi Teknologi Rekayasa Kimia Industri
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan rasa puji syukur kehadirat Tuhan YME, karena atas segala
limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah yang berjudul “ Kerukunan Antar dan Intern Umat Beragama Menurut
Pandangan Islam” ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam. Tentunya
tak lupa kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
tugas ini, maka dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Agus Sarono, M.H. selaku dosen pengampu mata kuliah Agama Islam Sekolah
Vokasi Universitas Diponegoro yang telah memberikan arahan, bimbingan serta dukungan
kepada kami dalam menulis dan menyelesaikan tugas makalah ini.

2. Teman-teman TRKI A, khususnya kelompok 4 yang selalu memberikan masukan kepada kami
dalam menyelesaikan tugas makalah ini dan terimakasih karena sudah meluangkan waktu untuk
menyelesaikan makaklah ini tepat waktu.

Tak ada gading yang tak retak, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini memiliki
banyak kekurangan. Meskipun kami telah mengerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti,
tetapi kami masih merasakan adanya kekurangan-kekurangan dalam penyusunan tugas makalah
ini. Untuk itu, kami selalu mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi selangkah
lebih maju. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Semarang, 23 Agustus 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam adalah agama rahmatalil’alamin yaitu rahmat bagi seluruh alam.
Kata islam berarti damai, selamat, sejahtera, penyerahan diri, taat dan patuh. Pengertian tersebut
menunjukkan bahwa agama islam adalah agama yang mengandung ajaran untuk menciptakan
kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan hidup umat manusia pada khususnya dan seluruh
alam pada umumnya. Agama islam adalah agama yang Allah turunkan sejak manusia pertama,
Nabi pertama, yaitu Nabi Adam AS. Agama itu kemudian Allah turunkan secara
berkesinambungan kepada para Nabi dan Rasul-rasul berikutnya.

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari beragam agama.
Kemajemukan yang ditandai dengan keanekaragaman agama itu mempunyai kecenderungan
kuat terhadap identitas agama masing- masing dan berpotensi konflik. Indonesia merupakan
salah satu contoh masyarakat yang multikultural. Multikultural masyarakat Indonesia tidak saja
kerena keanekaragaman suku, budaya,bahasa, ras tapi juga dalam hal agama. Agama yang diakui
oleh pemerintah Indonesia adalah agama Islam, Katolik, protestan, Hindu, Budha, Kong Hu Chu.
Dari agama-agama tersebut terjadilah perbedaan agama yang dianut masing-masing masyarakat
Indonesia. Dengan perbedaan tersebut apabila tidak terpelihara dengan baik bisa menimbulkan
konflik antar umat beragama yang bertentangan dengan nilai dasar agama itu sendiri yang
mengajarkan kepada kita kedamaian, hidup saling menghormati, dan saling tolong menolong.

Berbagai maca, kendala yang sering dihadapi dalam menyukseskan kerukunan antar dan
sesame umat beragama dari luar maupun dalam negeri kita sendiri. Oleh karena itu, untuk
mewujudkan kerukunan hidup antarumat beragama yang sejati, harus tercipta satu konsep hidup
bernegara yang mengikat semua anggota kelompok sosial yang sama maupun berbeda agama
guna menghindari konflik antar dan sesama umat beragama.Warga Indonesia selalu optimis,
bahwa dengan banyaknya agama yang ada di Indonesia, maka banyak pula solusi untuk
menghadapi kendala-kendala tersebut.
Dari berbagai pihak telah sepakat untuk mencapai tujuan kerukunan antar umat beragama di
Indonesia seperti masyarakat dari berbagai golongan, pemerintah, dan organisasi-organisasi
agama yang banyak berperan aktif dalam masyarakat. Keharmonisan dalam komunikasi antar
sesama penganut agama adalah tujuan dari kerukunan beragama, agar terciptakan masyarakat
yang bebas dari ancaman, kekerasan hingga konflik agama.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa definisi dan prinsip dari kerukunan?
2) Apa permasalahan antar dan intern umat beragama?
3) Bagaimana kerukunan antar dan intern umat beragama?
4) Apa pentingnya ukhuwah?
5) Apa saja yang menjadi penyakit ukhuwah?
6) Bagaimana upaya mewujudkan ukhuwah dan kerukunan?
7) Bagaimana kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah?

1.3 Tujuan
Makalah ini disusun untuk mengetahui dan menjelaskan tentang definisi dari kerukunan,
tujuan dan fungsi kerukunan, faktor pembentukan dan penghambat kerukunan antar dan intern
umat beragama, serta menerapkan kebersamaan umat dalam kehidupan sosial.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat makalah ini, yaitu :
1) Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan atau  pengetahuan mengenai kerukunan
antar dan intern umat beragama dalam pandangan Islam.
2) Makalah ini diharapkan dapat menjadi motivasi untuk  bertoleransi dan terciptanya kerukunan
antar dan intern umat beragama.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kerukunan

Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan “damai”.
Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “ bersepakat”
untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran (Depdikbud,1985:850).
Kerukunan berasal dari bahasa Arab “Ruku” yang artinya tiang atau tiang-tiang yang menopang
rumah; penopang yang memberi kedamain dan kesejahteraan kepada penghuninya.
Secara luas bermakna adanya suasana persaudaraan dan kebersamaan antar semua orang
walaupun mereka berbeda secara suku, agama, ras, dan golongan. Kerukunan dapat bermakna
suatu proses untuk menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidakrukunan serta kemampuan dan
keinginan untuk hidup berdampingan dan bersama dengan tentram dan damai.
Langkah-langkah untuk mencapai kerukunan, memerlukan proses waktu, saling berdialog, saling
terbuka, menerima dan menghargai sesama, serta cinta-kasih antar dan sesama umat.

Manusia ditakdirkan Allah sebagai makhluk sosial yang membutuhkan hubungan dan
interaksi sosial dengan sesama manusia. Sebagai makhluk ssial, manusia memerlukan kerja sama
dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan material maupun
spiritual. Ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong menolong
(ta’awun) dengan sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan
umat Islam dapat berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan ras, bangsa, dan agama.

2.2 Prinsip Kerukunan

Prinsip kerukunan dalam Islam:

1. Menurut Muhammad Maftuh Basyuni dalam seminar kerukunan antar umat beragama
tanggal 31 Desember 2008 di Departemen Agama, mengatakan bahwa kerukunan umat
beragama merupakan pilar kerukunan nasional adalah sesuatu yang dinamis
karena itu harus dipelihara terus dari waktu ke waktu. Kerukunan antar umat beragama itu
sendiri juga bisa diartikan dengan toleransi antar umat beragama.Dalam toleransi itu sendiri
pada dasarnya masyarakat harus bersikap lapang dada dan menerima perbedaan antar umat
beragama. Selain itu masyarakat juga harus saling menghormati satu sama lainnya misalnya
dalam hal beribadah, antar pemeluk agama yang satu dengan lainnya tidak saling
mengganggu baik antar dan intern umat beragama.

2. Islam tidak membenarkan adanya paksaan dalam memeluk suatu agama

Artinya:
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”
(QS.Al-Baqarah : 256).
3. Allah SWT tidak melarang orang Islam untuk berbuat baik,berlaku adil dan tidak boleh
memusuhi penganut agama lain,selama mereka tidak memusuhi,tidak memerangi dan tidak
mengusir orang Islam.

Artinya:
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang
tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil” (QS. Al-Mumtahanah : 8)

4. Setiap pemeluk agama mempunyai kebebasan untuk mengamalkan syari'at agamanya


masing-masing.

Artinya:
“Katakanlah: "Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia
adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, dan bagi kamu amalan kamu
dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati” (QS.Al-Baqarah :139).

5. Barangsiapa membunuh orang mu'ahid,orang kafir yang mempunyai perjanjian perdamaian


dengan umat Islam, tidak akan mencium bau surga;padahal bau surga itu telah tercium dari
jarak perjalanan empat puluh tahun (Hadis Nabi dari Abdullah bin 'Ash riwayat Bukhari).
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Permasalahan Antar Umat Beragama

Di Dunia, khususnya di Negara Indonesia mempunyai berbagai macam ras, suku, budaya,
dan agama yang masing-masing mempunyai aspek perbedaan satu sama lain sehingga tidak
jarang menimbulkan konflik dari antar perbedaan tersebut seperti contohnya perbedaan agama.
Contoh konflik perbedaan agama yang terjadi di Indonesia dan dunia:

1. Konflik Ambon Islam dan Nasrani


konflik kerusuhan yang terjadi di Ambon, Maluku tanggal 19 Januari 1999. Konflik sosial ini
dipicu permasalahan sederhana. Lalu pada akhirnya konflik menjadi semakin besar setelah
ada berbagai isu yang menerpa yang pada akhirnya membakar amarah kedua belah pihak
masing-masing orang .
2. Konflik Tolikora Islam dan Nasrani
Konflik antar agama di kota Tolikora Papua, terjadi pada 17 Juli 2015. Konflik yang dimulai
dengan adanya insiden pembakaran masjid dari para jemaat Gereja Injil itu diawali saat
masyarakat muslim hendak melakukan ibadah sholat Idul Fitri. Karena konflik ini
menyebabkan dua orang tewas dan sekitar 96 rumah warga muslim di bakar.
3. Konflik Antar Agama di Aceh
Konflik antar agama terjadi di Aceh kota Singkil pada tahun 2015 yang di awali dengan
serangkaian demonstrasi dilakukan oleh sebagaian umat Islam yang denuntut pemerintah
daerah dalam membongkar sejumlah gereja Kristen.
4. Konflik Antar Agama Perang Salib
Perang salib salah satu sejarah yang kelam di dunia yang memberikan contoh konflik antar
negara, perang salib yang terjadi pada negara Turki ini lalu menguasai seluruh daratan
Palestina. Sejak turki berkuasa ada larangan bagi para orang beragama nasrani untuk tidak
mengunjungi tanah suci yang berada di Palestina. Akhirnya kondisi tersebut menyebabkan
kemarahan dan tak trima bagi masyarakat Vatikan.
5. Konflik Rohingya Islam dan Budha
Konflik rohingya pada Myanmar adalah salah satu contoh-contoh konflik antar agama Di
luar negeri, di konflik itu, ada dua kelompok yang bertikai salah satunya etnis Rohingya
beragama Muslim dengan para pemerintah Myanmar yang membelakukan agama Budha
sebagai agama resmi kerajaan mereka.

3.2 Kerukunan Antar Umat Beragama

Kerukunan antar umat beragama adalah kondisi sosial ketika semua golongan agama bisa
hidup bersama tanpa menguarangi hak dasar masing-masing untuk melaksanakan kewajiban
agamanya. Masing-masing pemeluk agama yang baik haruslah hidup rukun dan damai.
Kerukunan antar umat beragama itu sendiri juga bisa diartikan dengan toleransi antar umat
beragama. Dalam toleransi itu sendiri pada dasarnya masyarakat harus bersikap lapang dada dan
menerima perbedaan antar umat beragama. Selain itu masyarakat juga harus saling menghormati
satu sama lainnya misalnya dalam hal beribadah, antar pemeluk agama yang satu dengan lainnya
tidak saling mengganggu. Departemen agama juga menjadikan kerukunan antar umat beragama
sebagai tujuan pembangunan nasional bangsa Indonesia yang diarahkan dalam tiga bentuk yaitu:

a)   Kerukunan antar umat beragama.

b)   Keukunan intern umat beragama.

c)    Kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah

Gambar 1 : Macam macam agama


sumber: topsy.one.com
Agama yang diakui di Indonesia adalah agama Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha,
dan Konghuchu. Aspek pembeda dari agama-agama tersebut seperti kepercayaannya, kitab suci,
hari raya besar agamanya, tempat ibadah, dan ritual ibadah yang dilakukan. Namun, dari
perbedaan aspek itu, semua orang wajib saling menghormati dan bertoleransi antar umat
beragama. Contoh kerukunan beragama :
1. Setiap agama wajib menjaga ketertiban dan kenyamanan apabila agama lain sedang
memperingati hari besar agamanya
2. Tidak membedakan agama di lingkungan sosial seperti lokasi tempat tinggal
3. Berteman, bertetangga, dan bersaudara dengan yang berbeda agama tanpa menjelekkannya
dan tanpa memaksa untuk masuk agama lain.

4. Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lain

5. Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi salahkan
orangnya.

6. Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan mengganggu umat lain yang sedang
beribadah.

Allah menciptakan perbedaan karena ada tujuannya seperti dijelaskan dalam ayat:

Artinya:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”
Dalam batas wacana teologi, ada yang menganggap agama adalah kebenaran mutlak yang
berasal dari Yang Maha Mutlak dan Maha Benar. Karena itu, tidak mungkin agama mengajarkan
ketidak rukunan, perseteruan, atau bahkan perang dan menindas. Untuk itulah kerukunan hidup
antar umat beragama harus kita jaga agar tidak terjadi konflik-konflik antar umat beragama.
Terutama di masyarakat Indonesia yang multikultural dalam hal agama, kita harus bisa hidup
dalam kedamaian, saling tolong menolong, dan tidak saling bermusuhan agar agama bisa
menjadi pemersatu bangsa Indonesia yang secara tidak langsung memberikan stabilitas dan
kemajuan negara.
3.3 Permasalahan Intern Umat Beragama dalam Pandangan Islam
Terdapat sejumlah kondisi yang menimbulkan konflik atau ketegangan internal agama
dalam agama Islam, yakni:
(1) Keberadaan paham yang dinilai sesat (bukan Islam) baik oleh Dunia Islam maupun
Majelis Ulama Indonesia (MUI), seperti Jemaat Ahmadiyah
(2) keberadaan faham keagamaan yang berbeda dengan mainstream tetapi dunia Islam tetap
mengakui keberadaannya, seperti aliran Syi’ah
(3) munculnya faham radikal baik yang bersifat ideologis seperti Jama’ah Islamiyyah (JI)
dan Jama’ah Ansharut Tauhid (JAT) maupun non-ideologis seperti Front Pembela Islam
(FPI)
(4) munculnya kelompok literalis atau puritan seperti salafi, yang menganggap kelompok
lain sesat atau bid’ah
(5) munculnya aliran-aliran yang dinilai sesat yang bersifat lokal tetapi mengidentifikasikan
diri sebagai Islam, seperti Al-Qiyadah al-Islamiyah yang didirikan Ahmad Musaddeq.

Aliran tersebut dinilai menyimpang yang berarti menodai agama, maupun karena faham-
faham baru itu disiarkan dengan cara menyalahkan, membid’ahkan atau bahkan mengkafirkan
faham yang dikuti warga masyarakat setempat. Namun demikian, hanya sebagian kecil saja dari
ketegangan atau konflik itu yang berkembang menjadi kekerasan atau pengusiran, seperti kasus
Ahmadiyah di Cikesik, Banten dan Lombok serta kasus Syi’ah Sampang di bawah
kepemimpinan Tajul Muluk. Konflik semacam ini juga terjadi di sejumlah negara Muslim
lainnya, seperti konflik Muslim-Ahmadiyah di Pakistan, konflik Sunni-Syi’ah di Pakistan, Irak
dan Lebanon, serta konflik Salafi-Sufi di Mesir.
Ahmadiyah telah dinyatakan sebagai aliran sesat (non-Islam) oleh Rabithah al-‘Alam al-
Islami (Muslim World League) pada 1974 serta fatwa MUI pada 1980 dan 2005. Dalam konteks
perundangan di Indonesia, Ahmadiyah dianggap sebagai aliran yang menodai agama
berdasarkan  PNPS No. 1/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama,
yang kemudian diperkuat menjadi UU No 5/1969 dan dimasukkan ke dalam KUHP, yakni pasal
156a. Ahmadiyah dinilai telah melakukan penafsiran dan kegiatan yang menyimpang dari
pokok-pokok ajaran dari agama, yakni mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai
nabi. Sebenarnya PNPS ini sudah diajukan kepada Mahkamah Konstitusi (MK) untuk judicial
review, tetapi MK menolaknya melalui Keputusannya No. 140/PUU-VII/2009.

Keberadaan Syi’ah diakui di negara-negara Muslim, termasuk Arab Saudi


yang notabene memiliki paham keagamaan yang puritan. Dalam kasus Syi’ah di Sampang
persoalannya bukan semata-mata perbedaan keyakinan, tetapi dipengaruhi juga oleh faktor
konflik keluarga dan persepsi warga bahwa Tajul Muluk kerap mengkafirkan para sahabat Nabi.
Buktinya, kekerasan terhadap pengikut Syi’ah tidak terjadi di tempat lain, dan dakwah yang
dilakukan oleh kelompok Syi’ah di berbagai daerah dapat berlangsung tanpa gangguan.

Macam macam aliran sesat agama Islam:

1. Rafidhah (Syi’ah)
Yaitu orang-orang yang melampaui batas dalam mengagungkan ahlul bait (Nabi).
2. Jahmiyah.
Disebut demikian karena mereka adalah penganut paham Jahm bin Shofwan yang
madzhabnya sesat. Madzhab mereka dalam masalah tauhid adalah menolak sifat Allah.
3. Khawarij
Mereka ini adalah orang-orang yang memberontak kepada khalifah ‘Ali bin Abi
Thalib radhiyallahu ‘anhu  karena alasan pemutusan hukum. Di antara ciri pemahaman
mereka ialah membolehkan pemberontakan kepada penguasa muslim.
4. Qadariyah
Orang-orang yang berpendapat menolak keberadaan takdir. Sehingga mereka meyakini
bahwa hamba memiliki kehendak bebas dan kemampuan berbuat yang terlepas sama
sekali dari kehendak dan kekuasaan Allah.
5. Murji’ah.
Menurut mereka amal bukanlah bagian dari iman. Cukuplah iman berasal dari
pengakuan hati saja.
Karramiyah.
Mereka adalah pengikut Muhammad bin Karram yang cenderung kepada madzhab
Tasybih (penyerupaan sifat Allah dengan makhluk).

Kenapa muncul aliran sesat?

1. Tidak Bersumber dari Ajaran Al-Quran dan Sunnah


Terkadang, ada beberapa aliran sesat yang tidak melaksanakan amalan ibadah dan juga
kehidupan beragamanya berdasarkan ajaran Al-Quran dan Sunnah. Ajaran Al-Quran dan
Sunnah tentu saja menjadi dasar dan panduan. Walaupun zaman sudah berbeda, akan
tetapi prinsip-prinsip dasar serta semangat dalam Al-Quran dan Sunnah tentu tidak akan
berubah.
2. Menjatuhkan dan Merusak Islam
Menjatuhkan dan merusak islam sudah pasti bukan dilakukan pada orang-orang yang
benar mencintai dan meyakini islam. Orang yang mencintai islam dan ingin
melaksanakan ajaran islam secara benar akan menjalankannya sesuai perintah Allah dan
apa yang diajarkan islam.

3. Diajarkan Tanpa Pendasaran yang Kuat


Aliran sesat biasanya bersifat doktrin atau dipaksakan. Sesuatu yang keliru atau sesat
biasanya akan diajarkan tanpa pendasaran hanya sekedar emosi dan pengetahuan yang
belum teruji atau valid.
4. Kesalahan Penafsiran
Kesalahan penafsiran bisa terjadi jika metode yang digunakan salah atau juga umat islam
yang menafsirkan memiliki kepentingan tertentu hingga islam ditafsirkan menjadi
sembarangan atau tidak sesuai dengan kaidah yang seharusnya.
5. Kepentingan Politik atau Golongan
Adanya musuh-musuh islam yang tidak menyukai islam dan membentuk ajaran islam
dengan menyelewengkan dengan ajaran islam yang murni atau sesungguhnya.
6. Hawa Nafsu Manusia
Bersumber dari setan dan juga bisikan-bisikan yang menggoda manusia.

3.3.1 Organisasi Masyarakat Islam

Organisasi massa  atau disingkat ormas adalah bentuk organisasi berbasis massa yang


tidak bertujuan politis. Ormas dapat dibentuk berdasarkan beberapa kesamaan atau tujuan,
misalnya: agama, pendidikan,sosial. Maka ormas Islam dapat kita artikan sebagai organisasi
berbasis massa yang disatukan oleh tujuan untuk memperjuangkan tegaknya agama Islam sesuai
al-qur’an dan as-sunnah serta memajukan umat Islam dalam bidang agama, pendidikan,
ekonomi, sosial, dan budaya.

Macam-Macam ORMAS Islam:

1. NADHLATUL ULAMA

Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926) di


Kota Surabaya. Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasjim Asy'ari.

2. MUHAMMADIYAH

Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kampung Kauman Yogyakarta pada


tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H).
PERSAMAAN NU DENGAN MUHAMMADIYAH

Sama-sama menganut ajaran Islam, hanya mengakui Tuhan yang satu atau esa ialah
Allah SWT dan mempercayai bahwa Muhammad adalah utusan-Nya, Al-Qur’an adalah kitab suci
yang harus dipedomani, berkiblat kepada Ka’bah, dan keduanya sama-sama berusaha
menjalankan kelima rukun Islam sebaik-baiknya, banyak membangun masjid, NU merasa
senang jika ada orang Muhammadiyah ikut shalat berjamaah bersamanya. Apalagi, pada suatu
saat, dalam kegiatan kultural, misalnya istighatsah, tahlil, dan semacamnya. Demikian pula
sebaliknya, orang Muhammadiyah juga akan gembira manakala terdapat orang NU yang
memasukkan anak-anaknya ke lembaga pendidikan dan berobat ke rumah sakit yang
dikembangkannya. Hal sama pula, orang NU juga bergembira manakala ada  anak-anak warga
Muhammadiyah belajar ke pesantren yang dikelolanya.

PERBEDAAN NU DENGAN MUHAMMADIYAH


KONFLIK NU DENGAN MUHAMMADIYAH

Wonokromo adalah salah satu daerah awal pusat perkembangan Islam di Yogyakarta.
Pada awalnya masyarakat Wonokromo cukup homogen karena hanya ada satu faham Nahdlatul
Ulama. Baru kemudian setelah itu muncul Muhammadiyah. Masyarakat menjadi heterogen
sehingga sempat terjadi kategorisasi NU dan Muhammadiyah bahkan sempat terjadi konflik
walaupun hanya berupa celaan. Konflik verbal yang sering muncul dalam kehidupan sehari-hari
lama kelamaan menjadikan bentrok fisik. Seperti pada tahun 1960-an, muncul konflik tentang
bedhug yang menjadikan munculnya bentrokan fisik. Dimulai dengan adanya perbedaan
pendapat tentang hari raya yang kemudian mengarah kepada permasalahan NU dan
Muhammadiyah.

Namun konflik tersebut dapat diatasi dengan adanya pihak penengah yang
mendamaikannya. Setelah konflik tersebut lahir norma baru dalam rangka penciptaan kerukunan
antara NU dan Muhammadiyah agar konflik tersebut tidak terulang lagi. Norma tersebut tidak
memperdebatkan perbedaan khilafiyah antara NU dan Muhammadiyah. Norma yang kedua
adalah Masjid Taqwa Wonokromo sebagai kegiatan nasional sehingga tidak boleh untuk
menyiarkan NU dan Muhammadiyah. Dalam penetapan hari besar Islam, masjid mengikuti
pemerintah dan dalam hal pengangkatan takmir dibuat berimbang antara NU dan
Muhammadiyah. Norma yang ketiga yaitu, sebisa mungkin menghindari penggunaan atau
pemasangan simbol-simbol NU ataupun Muhammadiyah.

HUBUNGAN NU DENGAN MUHAMMADIYAH

Orang NU sering menyebut Muhammadiyah sebagai “saudara tua”. Kadang pula


menyebutnya dengan organisasi “sebelah” ataupun “tetangga”. Baik sebutan “saudara tua”,
“tetangga”, ataupun “sebelah”, sebetulnya biasa saja. Satu waktu sangat dekat, satu waktu sangat
jauh, itu biasa saja. Hubungan pendiri NU, KH Muhammad Hasyim Asy’ari dan pendiri
Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, baik-baik saja. Keduanya satu guru, sama-sama nyantri
kepada Kiai Saleh Darat, di Semarang. Muhammadiyah adalah saudara tua, Kiai Dahalan juga
lebih senior 7 tahun daripada Kiai Hasyim.

Hubungan NU dan Muhammadiyah sekarang memang jauh lebih baik. Masyarakat di bawah
juga tidak lagi berdebat berlebihan tentang NU yang kunut atau Muhammadiyah yang merenung
(tidak wiridan ramai-ramai kayak NU) sendirian setelah salat. Ya sesekali berbeda menentukan 1
Ramadan atau 1 Syawal, tidak masalah, biasa saja. 

3. LDII

Penggagas pertama LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) adalah Al-Imam NurHasan
Ubaidah Lubis Ami. Nama kecilnya ialah Madekal/Madigol atau Muhammad Madigol,
keturunan asli pribumi Jawa Timur.

Faham yang dianut oleh LDII telah dilarang oleh Jaksa Agung Republik Indonesia pada
tahun 1971. Setelah aliran tersebut dilarang, kemudian berganti nama dengan Lembaga
Karyawan Islam (LEMKARI) pada tahun 1972. Lalu pada tahun 1981 berganti nama dengan
Lembaga Karyawan Dakwah Islam yang juga di singkat dengan LEMKARI dan berganti nama
lagi sesuai keputusan kongres/muktamar tahun 1990 dengan nama Lembaga Dakwah Islam
Indonesia (LDII) (M. Amin Djamaluddin, 2008: 1-2)

Sebagian ajaran-ajaran LDII :


1. Dikatakan bahwa presiden bukanlah seorang imam, karena presiden hanya mengurusi
masalah dunia saja, tidak pernah mengajak rakyatnya, meramut rakyatnya untuk mengaji
Al-Qur’an dan al-Hadits yang hal itu berbeda dengan imam-imam mereka.
2. Mengharamkan taqlid dalam fiqh.
3. Mengharamkan budaya-budaya seperti yasinan, tahlilan, maulid Nabi Muhammad dan
lain-lain.
4. Mereka hanya mau mendengar pengajian isi kandungan/arti Al-Qur’an dan Al-Hadits
hanya dari orang-orang yang mengaji dengan guru/imam mereka. Bagi mereka arti yang
disampaikan oleh imamnya adalah bak wahyu yang tidak boleh dibantah. Keluar dari
pemahaman yang diartikan oleh imamnya adalah sesat (Nur Hidayat Muhammad, 2012:
hal. 15).

APAKAH LDII TERMASUK AJARAN ISLAM YANG SESAT?

LDII menurut MUI termasuk ajaran sesat karena ditemukan banyak bukti penyimpangan ajaran
yang tidak sesuai dengan Islam, diantara penyimpangan LDII adalah:

1. Aqidah takfiri, yaitu menganggap semua muslim yang berada di luar golongannya adalah
kafir. Walaupun seseorang sudah masuk Islam, melaksanakan rukun Islam, tetapi belum
baiat kepada Amir mereka, maka dianggap kafir.
2. Imam memiliki hak untuk membuat aturan baru: membuat konsep 5 bab (Mengaji,
Mengamal, Membela, Sambung Jamaah, Taat), 5 bab ini lebih penting dari pada rukun
Islam dan rukun Iman.
3. Mereka membuat “Surat Taubat,” yakni surat pengampunan dosa yang biasa diterbitkan
menjelang Bulan Ramadhan.
4. Mereka juga membuat Syariat “Nikah Dalam” dan “Nikah Luar – di KUA”, membuat
syariat berinfaq sebesar 2,5 persen diserahkan kepada imamnya.
5. Ilmu yang sah harus dengan cara Manqul, Musnad, dan Mutashil. Jamaah LDII dilarang
membaca kitab-kitab dan mengaji di luar kelompok mereka. Penyimpangan yang lain
adalah, Mereka rela berbohong, bahkan dengan sumpah, untuk menutupi aqidah mereka
yang sebenarnya.

4. PERSIS
Persatuan Islam (Persis) berdiri pada permulaan tahun 1920-an, tepatnya tanggal 12 September
1923 di Bandung. Idenya bermula dari seorang alumnus Dâr al-‘Ulûm Mekkah bernama H.
Zamzam yang sejak tahun 1910-1912 menjadi guru agama di sekolah agama Dâr al-Muta'alimîn.

Persis ditujukan terutama pada faham Al-Quran dan Sunnah. Hal ini dilakukan berbagai
macam aktifitas diantaranya dengan mengadakan pertemuan-pertemuan umum, tabligh, khutbah,
kelompok studi, tadarus, mendirikan sekolah-sekolah (pesantren), menerbitkan majalah-majalah
dan kitab-kitab, serta berbagai aktifitas keagamaan lainnya. Tujuan utamanya adalah
terlaksananya syariat Islam secara kaffah dalam segala aspek kehidupan. Persis melaksanakan
berbagai kegiatan antara lain pendidikan yang dimulai dengan mendirikan Pesantren Persis pada
tanggal 4 Maret 1936. dari pesantren Persis ini kemudian berkembang berbagai lembaga
pendidikan Raudlatul Athfal (Taman kanak-kanak), menerbitkan berbagai buku, kitab-kitab, dan
majalah antara lain majalah Pembela Islam (1929), majalah Al-Fatwa, (1931), majalah Al-Lissan
(1935), majalah At-taqwa (1937), majalah berkala Al-Hikam (1939), Majalah Aliran Islam
(1948), majalah Risalah (1962), majalah berbahasa Sunda (Iber). Kegiatan rutinnya adalah
menyelenggarakan pengajian dan diskusi yang banyak digelar di daerah-daerah.
Pada masa kini Persis berjuang menyesuaikan diri dengan kebutuhan umat pada masanya
yang lebih realistis dan kritis. Gerak perjuangan Persis tidak terbatas pada persoalan persoalan
ibadah dalam arti sempit, tetapi meluas kepada persoalan-persoalan strategis yang dibutuhkan
oleh umat Islam terutama pada urusan muamalah dan peningkatan pengkajian pemikiran
keislaman
3.4 Kerukunan Intern Umat Beragama

        Agama Islam adalah agama yang Allah turunkan sejak manusia pertama, yaitu Nabi Adam
As. Kemudian Allah turunkan secara  berkesinambungan kepada para Nabi dan Rasul
berikutnya. Fungsi Islam sebagai rahmat dan bukan sebagai agama pembawa bencana, dijelaskan
oleh Allah dal Al-Qur’an Surat Al Anbiya : 170, :    “ Dan tidaklah Kami mengutus kamu
Muhammad SAW, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam”. 
Sedangkan bentuk-bentuk kerahmatan Allah pada ajaran Islam itu seperti berikut ini.

a.     Islam menunjukkan manusia jalan hidup yang benar.

b.     Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan potensi yang diberikan

oleh Allah secara tanggung jawab.

c.      Islam menghormati dan menghargai manusia sebagai hamba Allah, baik mereka muslim

maupun yang beragama lain.

d.     Islam mengatur pemanfaatan alam secara bai

3.4.1  Persaudaraan (Ukhuwah) dalam Islam

Kata ukhuwah berarti persaudaraan. Maksudnya adanya perasaan simpati dan empati


antara dua orang atau lebih. Masing-masing memiliki satu kondisi atau perasaan yang sama, baik
suka maupun duka, baik senang maupun sedih. Macam-macam Ukhuwah:

1.  Ukhuwah Islamiyah :  persaudaraan yang berlaku antar sesama umat Islam atau
persaudaraan yang diikat oleh akidah/keimanan, tanpa membedakan golongan. Sebagai mana
dijelaskan Allah SWT dalam Al Qur’an Surat Al Hujurat ayat 10, yang artinya : “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu adalah saudara. Oleh karena itu pereratlah tali persaudaraan
diantaramu, dan bertakwalah kepada Allah, mudah-mudahan kamu mendapatkan rahmat”.

Dari ayat diatas jelas bahwa kita sesama umat Islam ini adalah saudara, kita wajib menjalin terus
persaudaraan diantara sesama umat Islam, marilah yang saudara kita jadikan saudara dan
janganlah saudara kita dianggap sebagai musuh, hanya karena masalah-masalah sepele kecil
yang tidak berarti. Jika kita lakukan, akan terjadi permusuhan yang pada akhirnya dapat
melumpuhkan kerukunan.

2. Ukhuwah Insaniyah/Basyariyah :  persaudaraan yang berlaku pada semua manusia secara


universal tanpa membedakan agama, suku, ras, dan aspek-aspek kekhususan lainnya.
Persaudaraan yang diikat oleh jiwa kemanusiaan. Maksudnya, kita sebagai manusia harus dapat
memanusiakan manusia dan memposisikan atau memandang orang lain dengan penuh rasa kasih
sayang, selalu melihat kebaikannya bukan kejelekannya.

3.  Ukhuwah Wathoniyah : persaudaraan yang diikat oleh jiwa nasionalisme/jiwa kebangsaan


tanpa membedakan agama, suku, warna kulit, adat istiadat, budaya, dan aspek-aspek kekhususan
lainnya. Semuanya itu adalah saudara yang perlu untuk dijalin, karena kita sama-sama satu
bangsa yaitu Indonesia.

 3.4.2 Pentingnya Ukhuwah

Pentingnya Ukhuwah itu diantaranya sebagai berikut.

1. Ukhuwah menjadi pilar kekuatan Islam.


Jika umat Islam sering bermusuhan, Islam akan lemah dan tidak punya kekuatan. Jadi,
tegaknya ukhuwah dan terjalinnya ukhuwah menjadi syarat utama kekuatan Islam.
2. Bangunan Ukhuwah akan memudahkan membangun masyarakat madani.
Masyarakat madani adalah masyarakat yang ideal, yang memiliki karakteristik, yaitu
menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan, kedamaian, kerukunanm saling tolong-
menolong, toleran, seimbang, berperadaban tinggi dan berakhlak mulia/bermoral..
3. Ukhuwah merupakan bagian terpenting dari Iman.
Iman tidak akan sempurna tanpa disertai dengan ukhuwah dan ukhuwah tidak akan
bermakna tanpa dilandasi keimanan.
4. Ukhuwah merupakan benteng dalam mengahadapi musuh-musuh Islam.
Orang-orang yang mempunyai misi yang sama, yaitu memusuhi dan ingin
menghancurkan Islam (QS. Al Baqarah : 120). Dan mereka selalu bersama-sama antara
yang satu dengan yang lain.

 3.4.3. Penyakit Ukhuwah

Menurut Dr. KH Didin Hafidhuddin (2003), diantara penyakit-penyakit Ukhuwah yang


seharusnya kita basmi dan kita jauhi adalah sebagai berikut.

1. Pemahaman Islam yang masih dangkal


Berbagai pertentangan atau permusuhan diantara sesama yang terjadi adalah pemahaman
umat Islam sendiri yang masih dangkal. Karena pemahaman Islam yang masih sempit
inilah yang menjadi suatu embrio atau bibit munculnya permusuhan terhadap sesamanya.
2. Ta’asub atau fanatisme yang berlebihan
Sikap fanatik yang berlebih-lebihan dengan mengagung-agungkan kelompoknya,
menganggap kelompoknya paling benar, paling baik dan meremehkan kelompok lain,
padahal masih satu agama, itu merupakan perbuatan yang tidak terpuji dan tidak
dibenarkan dalam Islam, karena dapat merusak tali ukhuwah.
3. Kurang toleransi atau tasamuh
Kurangnya sikap toleransi atau sikap saling menghargai dan menghormati terhadap
perbedaan-perbedaan pendapat yang terjadi, sehingga menutup pintu dialog secara
terbuka dan kreatif, juga menjadi penghalang dalam merajut kembali ukhuwah.
4. Suka bermusuhan
Ini adalah merupakan penyakit  ukhuwah yang sangat berbahaya, jika dalam hati manusia
sudah dirasuki sifat hasut, dengki, iri hati, yang ada dalam hatinya hanyalah dendam dan
permusuhan. Jika hal tersebut tidak kita akhiri akan dapat memporak porandakan
ukhuwah.

  3.4.4. Upaya dalam Mewujudkan Ukhuwah


      Adapun langkah-langkah yang harus kita lakukan dalam mewujudkan ukhuwah atau
persaudaraan adalah sebagai berikut :

1)      Berusaha meningkatkan frekuensi silaturahmi, saling mengunjungi, saling bertegur sapa


baik dalam forum formal, maupun informal terutama kepada mereka yang memutuskan
hubungan baik dengan kita. Silaturahmi ini dapat merajut ukhuwah, juga banyak segi
manfaatnya bagi pelaku silaturahmi, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW yang
artinya: “Barang siapa yang ingin dipanjangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, senang
bersilaturahmi”.

2)      Memperbanyak dialog internal maupun antar umat beragama untuk menyamakan presepsi
terhadap setiap permasalahan yang fundamental dalam arti mencari persamaan bukan perbedaan
pendapat yang mengarah pada konflik kontroversial, menahan diri dari kometar-komentar yang
belum jelas, tidak mudah emosional dan senantiasa mengedepankan rasional dan pertimbangan
akal sehat, Akhirnya, tercipta budaya dialog yang sehat yang mengarah mempererat tali ukhuwah
dan terciptanya kerukunan.

3)      Meningkatkan peran lembaga lintas organisasi dan lembaga pemerintahan untuk terus
menerus melakukan berbagai macam kegiatan yang berorientasi pada upaya merajut simpul
ukhuwah agar tercapai tatanan masyarakat penuh kerukunan dan kedamaian sebagaimana yang
kita cita-citakan bersama.

4)      Menghimbau kepada semua umat manusia terutama umat Islam untuk berupaya
semaksimal mungkin meningkatkan kualitas iman dan takwanya. Jika iman dan takwanya
berkualitas dan sempurna, mereka mempunyai kecenderungan untuk melakukan kebaikan dan
kebenaran termasuk dalam hal mengaktualisasikan ukhuwah dalam kehidupan sehari-hari.

 5) Peran Ormas dalam Islam

1. Melakukan pemurnian akidah umat Islam yang selama ini mengalami


penyimpangan seperti penyebaran aliran sesat
2. Membentengi umat Islam untuk tetap berpegang teguh pada aqidah
3. Membentengi umat Islam dari serangan kristenisasi.
4. Mengarahkan umat Islam kepada peningkatan keilmuan ummat agar mereka
mampu membela Islam dan menjaga identitas keislaman dengan benar
5. Meningkatkan kualitas hidup umat Islam dalam bidang agama, pendidkan,
ekonomi, sosial, dan budaya.

3.5 Kerukunan Antar Umat Beragama dan Pemerintah

Pemerintah ikut andil dalam menciptakan suasana tentram, termasuk kerukunan antara
umat beragama dengan pemerintah sendiri. Semua umat beragama yang diwakili para pemuka
dari tiap-tiap agama bisa sinergis dengan pemerintah. Bekerjasama dan bermitra dengan
pemerintah buat menciptakan stabilitas persatuan dan kesatuan bangsa. Trikerukunan umat
beragama diharapkan menjadi menjadi salah satu solusi agar terciptanya kehidupan umat
beragama nan damai, penuh kebersamaan, bersikap toleran, saling menghormati dan menghargai
dalam perbedaan.

Pemerintah menyelesaikan kasus Ahmadiyah dengan penerbitan SKB Menag, Mendagri,


dan Jaksa Agung, No 3/2008, No KEP-033/A/JA/6/2008, No. 199/2008. SKB ini memberi
peringatan kepada warga Ahmadiyah untuk menghentikan penyebaran ajaran yang
menyatakan Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi, serta peringatan kepada warga masyarakat
untuk tetap menjaga kerukunan. 

Akhirnya, untuk tetap menjaga kerukunan internal umat beragama, Pemda dan aparat
keamanan tetap harus melakukan upaya-upaya pencegahan konflik serta antisipasi agar konflik
atau ketegangan itu tidak berkembang menjadi kekerasan. Sementara para tokoh agama tetap
bisa menjelaskan posisi aliran-aliran tersebut dalam perspektif aqidah Islam yang benar sesuai
dengan kesepakatan ulama dan organisasi Islam tingkat dunia, disertai dengan ajakan kepada
warga tentang perlunya pemeliharaan kedamaian dan kerukunan umat beragama.
DAFTAR PUSTAKA

https://caragigih.id/contoh-konflik-antar-agama/

https://mindaudahedu.wordpress.com/2012/05/26/kerukunan-antar-umat-beragama-2/

https://bengkulu.kemenag.go.id/artikel/42737-tri-kerukunan-umat-beragama

http://masykuriabdillah.lec.uinjkt.ac.id/home-1/itserviceexcellencediuinjakarta

muslim.or.id/1963-beberapa-aliran-sesat.htm

http://digilib.uin-suka.ac.id/1084/

Anda mungkin juga menyukai