Disusun Oleh:
Palupi Diah Utami 40040119650015
Dengan memanjatkan rasa puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas segala limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya, saya dapat
menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul
“Proses Pembuatan Plastik Polyethylene” ini saya susun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Pilihan Petrokimia 1. Tentunya tak lupa saya sampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya tugas ini, maka dalam
kesempatan ini saya ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Fahmi Arifan, S.T, M.Eng selaku dosen pengampu Mata Kuliah
Pilihan Petrokimia 1 Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro yang telah
memberikan arahan, bimbingan serta dukungan kepada saya dalam menulis
dan menyelesaikan tugas makalah ini.
2. Teman-teman TRKI 2019 yang selalu memberikan masukan dan membantu
saya dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Tak ada gading yang tak retak, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah
ini memiliki banyak kekurangan. Meskipun saya telah mengerahkan segala
kemampuan untuk lebih teliti, tetapi saya masih merasakan adanya kekurangan-
kekurangan dalam penyusunan tugas makalah ini. Untuk itu, saya selalu
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi selangkah lebih maju.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembacanya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….………iii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….….iv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik Air Limbah yang Aman bagi Lingkungan………….……26
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa itu industry petrokimia dan produk olahannya?
2. Apa itu plastik polyethylene?
3. Apa saja jenis jenis plastik?
4. Apa bahan baku pembuatan plastik polyethylene?
5. Bagaimana proses pembuatan plastik polyethylene di industry?
6. Bagaimana produk jadi olahan industry petrokimia plastik polyethylene?
7. Apa kelebihan dan kekurangan plastik polyethylene?
8. Bagaimana pengolahan limbah hasil produksi plastik polyethylene?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, didapatkan tujuan penulisan makalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui tentang industry petrokimia dan produk olahannya
2. Mengetahui plastik polyethylene
3. Mengetahui jenis jenis plastik
4. Mengetahui bahan baku pembuatan plastik polyethylene
5. Mengetahui proses pembuatan plastik polyethylene di industry
6. Mengetahui produk jadi olahan industry petrokimia plastik polyethylene
7. Mengetahui kelebihan dan kekurangan plastik polyethylene
8. Mengetahui pengolahanlimbah hasil produksi plastik polyethylene
1.4 Manfaat
Dari tujuan di atas, didapatkan manfaat penulisan makalah sebagai berikut:
1. Menambah wawasan pengetahuan mengenai pengolahan produk industri
petrokimia tentang produksi plastik polyethylene
2. Sebagai sumber referensi atau penunjang mengenai pengolahan industry
petrokimia tentang produksi plastik polyethylene
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
Dalam industri petrokimia pada dasarnya menggunakan bahan baku, yaitu:
1. Olefin
Senyawa olefin merupakan bahan baku utama dalam industri petrokimia
sehingga diproduksi dalam jumlah besar, jenis olefin yang paling
banyak digunakan adalah:
a) Etilena
Jenis ini dapat menghasilkan berbagai macam jenis produk seperi
polietilena (plastik), PVC untuk membuat pipa paralon, etilena
glikol untuk bahan anti beku pada radiator mobil.
b) Propilena
Jenis ini dapat menghasilkan beberapa produk petrokimia seperti
butadina menghasilkan karet sintetis, gliserol dapat digunakan pada
pembuatan bahan pelembab dan peledak, polipropilena digunakan
untuk pembuatan tali dan karung plastik dan isopropyl dapat
digunakan untuk pembuatan bahan lain seperti aseton.
2. Aromatik
Senyawa ini memiliki ikatan rantai rangkap dalam betuk selang-seling.
Berikut bahan aromatik yang digunakan pada industri petrokimia
adalah:
a) Benzena yang dapat menghasilkan sikloheksana (untuk membuat
nilon), kumena (untuk membuat fenol) dan stirena (untuk
pembuatan karet sintetis).
b) Toulena dapat digunakan sebagai bahan pembuatan produk
farmasi.Xilena dapat menghasilkan asam tereftalat untuk bahan
dasar pada pembuatan serat.
3. Syn-Gas (Gas Sintesis)
Bahan ini merupakan campuran dari karbon monoksida (CO) dan
hydrogen (H2), dalam industri petrokimia bahan ini duganakan untuk
menghasilkan berbagai macam produk seperti:
a) Amonia (pupuk,perekat dan plastik)
b) Methanol (alkohol dan spiritus)
c) Formaldehida (dapat diolah menjadi formalin atau pengawet)
4
2.2 Plastik
Plastik merupakan material polimer atau bahan pengemas yang dapat
dicetak menjadi bentuk yang diinginkan dan mengeras setelah didinginkan
atau pelarutnya diuapkan. Plastik berasal dari bijih plastik yang digunakan
untuk pengemas makanan dan minuman yang sifatnya kuat, ringan, dan
praktis. Plastik dapat diolah kembali menjadi bijih plastik sehingga dapat
mengurangi limbah plastik di masyarakat karena sifat polimernya. Polimer
adalah molekul yang besar, mudah dibentuk dari satu bentuk ke bentuk lain
denga satuan struktur yang tersusun secara berulang dan diikat oleh gaya
tarik menarik yang kuat yang disebut ikatan kovalen. Plastik terbentuk dari
kondensasi organik atau penambahan polimer atau dengan menggunakan
zat lain untuk menghasilkan plastik yang ekonomis. Plastik adalah senyawa
polimer dengan struktur kaku yang terbentuk dari polimerisasi monomer
hidrokarbon yang membentuk rantai panjang. Plastik mempunyai titik didih
dan titik leleh yang beragam, hal ini berdasarkan pada monomer
pembentukannya. Monomer yang sering digunakan dalam pembuatan
plastik adalah propena (C3H6), etena (C2H4), vinil khlorida (CH2), nylon,
karbonat (CO3), dan styrene (C8H8). (Lestari, 2016).
5
kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara makanan atau minuman
dengan wadah plastiknya. HDPE biasanya dipakai sebagai bahan
pembuatan botol susu atau jus yang berwarna putih, galon air minum,
dan plastik belanja. HDPE direkomendasikan untuk satu kali pemakaian
saja karena pelepasan senyawa antimony trioksida terus meningkat
seiring waktu. Senyawa tersebut dilaporkan dapat menimbulkan beragam
masalah, seperti mengakibatkan iritasi kulit, dan menimbulkan gangguan
pernapasan.
3. Polyvinyl Chloride (PVC atau V)
PVC biasanya dipakai dalam pembuatan botol detergen, botol sabun,
botol sampo, pipa saluran, dan sebagainya. Bahan plastik ini tidak boleh
digunakan untuk menyimpan makanan dan minuman karena
mengandung zat Diethylhydroxylamine (DEHA) yang dapat merusak
ginjal dan hati.
4. Low Density Polyethylene (LDPE)
LDPE sering dipakai sebagai kantong belanja, plastik kemasan,
pembungkus makan segar, dan botol-botol lembek. Bahan atau jenis
plastik ini memiliki daya resistensi atau perlindungan yang baik terhadap
reaksi kimia. Oleh karena itu, LPDE menjadi salah satu jenis plastik yang
dapat dipakai sebagai pembungkus makanan dan minuman.
5. Polypropylene (PP)
Jenis plastik PP biasanya digunakan dalam pembuatan botol minuman,
kotak makanan, dan wadah penyimpanan makanan lainnya yang dapat
dipakai berulang-ulang. Bahan ini adalah jenis plastik terbaik yang bisa
digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman karena mampu
mencegah terjadinya reaksi kimia dan tahan terhadap panas.
6. Polystyrene (PS)
Jenis plastik PS banyak dipakai sebagai bahan pembuatan Styrofoam,
wadah makanan beku dan siap saji, piring, garpu, dan sendok plastik.
Jenis plastik ini tidak dianjurkan untuk pembungkus makanan. Hal itu
dikarenakan, plastik PS dapat mengeluarkan zat styrene jika bersentuhan
dengan makanan dan minuman apalagi dalam kondisi panas yang dapat
6
menimbulkan banyak masalah kesehatan, di antaranya yaitu kerusakan
otak, mengganggu hormon estrogen, dan mengganggu pertumbuhan dan
sistem saraf. Plastik ini sangat lama terdegradasi di lingkungan.
7. Other (O)
Plastik jenis Other yaitu Styrene acrylonitrile (SAN) Acrylonitrile
Butadiene Styrene (ABS) Polycarbonate (PC) Nylon Plastik jenis SAN
dan ABS adalah jenis plastik yag baik digunakan sebagai kemasan
makanan dan minuman karena memiliki perlindungan yang baik
terhadap reaksi kimia. Sementara, untuk jenis PC, sangat tidak
dianjurkan untuk dipakai sebagai tempat menyimpan makanan dan
minuman karena mengandung Bisphenol-A. Senyawa ini dapat
merugikan kesehatan, seperti gangguan pernafasan, hormone, dan
pencernaan.
7
Fungsi dari Kantong Plastik PE sebagai :
• Kantong Plastik membungkus cairan khususnya jenis minyak dan
santan.
• Kantong Plastik membungkus barang padat dan berat.
• Kantong Plastik khusus es cair atau es batu.
• Kantong Plastik untuk mengisi sampah dalam jumlah banyak.
Bentuk umum dari Plastik PE :
• Plastik PE Kantong / Kemasan.
• Plastik PE Roll / Gulungan.
• Plastik PE Lembaran / Sheet.
8
2.5 Bijih Plastik Polyethylene
Bijih plastik memiliki ciri-ciri bersifat lembut dan fleksibel hampir
menyerupai pvc nilex. Biji plastik LDPE merupakan plastik yang ramah
lingkungan, elastis, dapat melar sedikitjika di tarik sehingga tidak mudah
sobek jika membuat kantong plastik disbanding dengan HDPE, biasanya
pemakaian HDPE dan LDPE bisa dicampur/ kombinasikan untuk
mendapatkan hasil sesuai yang kita mau, jika mau lebih keras tambahkan
HDPE jika igin lebih elastis tambahkan LDPE.
Jenis-jenis umum dari Polyethylene (PE) termasuk dalam keluarga
poliolefin dari polimer dan diklasifikasikan berdasarkan kerapatan dan
percabangannya. Jenis polietilen yang paling umum adalah High Density
Polyethylene (HDPE) dan Low Density Polyethylene (LDPE) (Surya, 2020).
Kedua polimer ini sama karena keduanya bernama polietilene. LDPE
memiliki “kepadatan” yang lebih rendah dari HDPE. Itu hanya berarti
memiliki massa sedikit lebih sedikit dibandingkan dengan volumenya
LDPE juga memiliki lebih banyak molekul yang bercabang, Kerapatan
rendah dan molekul bercabang LDPE memberikan sifat yang agak berbeda
dari HDPE, meskipun mereka berbagi beberapa kegunaan yang sama,
seperti pengemasan. Perbedaan LDPE / HDPE biasanya menyebabkan
mereka dikumpulkan secara terpisah untuk didaur ulang, tetapi bisa juga di
gabungkan. LDPE tahan terhadap benturan (tidak mudah pecah), lembab
(tahan air), dan bahan kimia (bisa tahan terhadap banyak bahan berbahaya).
Biasanya plastik LDPE memiliki titik lebur / melt index yang lebih rendah
di banding HDPE dan tekstur LDPE lebih lunak/ lebih lembek di
bandingkan dengan HDPE (Surya, 2020).
9
Contoh – contoh produk biji plastik LDPE adalah kantong plastik, botol
plastik, buble warp, bungkus plastik sayur, tutup ompleng, tutup botol
galon, dan plastik lembaran.
10
BAB III
DESKRIPSI PROSES
Sifat-sifat kimia
1. Polimerisasi
Polimerisasi merupakan reaksi kimia di mana dua molekul atau lebih
bergabung pada suhu dan tekanan tertentu membentuk molekul yang lebih
besar disebut polietilen. Reaksi : CH2 = CH2O2, Panas, tekanan (-CH2 -
CH2-)n…………..(1)
2. Hidrogenasi
Etilena dapat diubah menjadi etana melalui proses hidrogenasi langsung
dengan katalis nikel pada suhu 300oC. Reaksi : CH2 = CH2 + H2 300°C ,
Ni CH3 – CH3…...(2)
11
3. Adisi
Penambahan brom (Br2) pada senyawa berikatan rangkap
menghasilkan dibromida senyawa baru menjadi jenuh. Reaksi ini juga
dipakai untuk mengidentifikasi adanya suatu ikatan rangkap yang
ditandai hilangnya warna coklat dari larutan brom.
4. Oksidasi
Oksidasi etilena secara langsung dapat menghasilkan vinyl asetat. Pada
saat ini untuk memproduksi vinyl asetat banyak digunakan etilena
sebagai bahanbakunya disbanding asetilena. Reaksi : CH2 = CH2 +
CH3CO + 1/2 O2 (-CH2-CH2)n
Sifat-sifat kimia
Metil Akrilat merupakan bahan kimia yang mudah terbakar dan mudah
meledak. Dalam jumlah yang kecil dapat menyebabkan gangguan pada
saluran pernafasan serta iritasi pada kulit mata. Oleh karena itu
12
keberadaannya diudara dibatasi sampai 10 ppm. Dalam industri metil akrilat
digunakan sebagai bahan intermediet, amphoteric surfactan, vitamin B1,
serta sebagai bahan baku komonomer pada industri polimer, yaitu polimer
akrilik. Sebagian besar komonomer ini digunakan pada industri polimer
akrilik termoseting, seperti 2-hidroksi etil akrylat (HEA) dan hidroksi propil
akrylat (HPA). Secara komersial metil Akrilat dapat diperoleh dari sintesa etil
cyanohidrin dengan metana dan diluen asam sulfat, atau melalui reaksi oxo
asetilena dengan karbon monoksida melalui katalis kobalt/nikel. Selain itu
metil akrilat juga dapat diperoleh dari sintesa β-propiolacton.
3. Hidrogen
Sifat-sifat fisika
Rumus molekul : H2
Berat molekul : 2,016 kg/kmol
Fase padat
Titik leleh : -259oC
Fase cair
Densitas : 70,973 kg/m3
Titik didih : -252,8oC
Panas laten penguapan : 454,3 kJ/kg
Fase gas
Densitas : 1,312 kg/m3
Specific Gravity : 0,0696
Specific Volume : 11,986 m3/kg
Cp (1 bar, 25oC) : 0,029 kJ/(mol K)
Viskositas (0oC, 1,013 bar) : 0,021 kJ/(mol K)
Konduktivitas panas : 168,35 mW/(m K)
Sifat-sifat kimia
a) Hidrogen diproduksi dari larutan asam dalam logam atau dari reaksi logam
alkali dalam air. Reaksi tersebut berjalan pada temperatur kamar. Reaksinya:
Zn + 2HCl H2 + ZnCl2 .......................... (4)
13
2Na + 2H2O H2 + 2NaOH .......................... (5)
b) Hidrogen bereaksi dengan O2 membentuk air pada kondisi yang sesuai.
Reaksinya: 2H2 + O2 2H2O ......................... (6)
c) Hidrogen bereaksi dengan karbon pada suhu tinggi membentuk metana.
Reaksinya: 2H2 + C (graphite) CH4 .............. (7)
d) Hidrogen dapat bereaksi dengan nitrogen untuk memproduksi amonia.
Reaksinya: 3H2 + N2 2NH ............................. (8)
4. Sikloheksana
Sifat-sifat fisika
Rumus molekul : C6H12
Berat molekul : 84,156 kg/kmol
Bentuk : cair
Freezing Point : 6,55oC
Boiling Point : 80,74oC
Temperatur kritis : 281oC
Tekanan kritis : 0.04 atm
Viskositas (20°C) : 0,98 cp
Panas laten peleburan : 267 kJ/kg
Panas laten penguapan : 357.55 kJ/kg
Sifat-sifat kimia
Sikloheksana merupakan senyawa cincin non polar yang relatif stabil. Oleh
karena itu dengan perlakuan temperatur dan dengan adanya Aluminium klorida
sedikit isomerisasi menjadi metilsiklopentan. Atau pembukaan cincin yang
terjadi. Pada suhu yang tinggi (700-800oC) sikloheksana terdekomposisi menjdi
butadiena dan produk lainnya. Oksidasi fase cair dari sikloheksana dengan udara
memperoleh campuran Sikloheksanol yang utama dan Sikloheksanon,
merupakan suatu reaksi berantai. Dalam memproduksi polimer nylon-66 perlu
sekali dihasilkan adipic acid sebagai intermediet. Adipic acid ini biasanya
dihasilkan dari oksidasi campuran Sikolheksanol-Sikloheksanon dengan nitric
acid.
14
3.2 Diagram Alir Produksi
Linier low density polyethylene di dapat dari proses polimerisasi etilen yang
dapat diproduksi melalui tiga proses utama yang biasa digunakan untuk
mengubah etilen menjadi linier low density polyethylene, yaitu proses solution
polymerization, suspension, dan fase gas. Perbandingan masing-masing proses
tersebut adalah:
a. Solution Polimerization
Proses Solution pertama kali diinisiasi oleh perusahaan DuPont Canada pada
tahun 1960. Katalis yang digunakan adalah Ziegler-Natta dengan logam titanium
dan vanadium yang harus stabil pada suhu tinggi. Polimerisasi terjadi di atas titik
leleh LLDPE (122oC) yaitu pada suhu 160-220 oC. Sedangkan tekanan adalah
500-5000 psig. Pada keadaan ini polimer larut dalam solven hidrokarbon seperti
siklohexane yang inert. Reaktor yang digunakan berjenis Continuous Stirred
Tank dengan residence time sekitar 2-6 menit.
15
reaktor sehingga dibutuhkan lebih banyak energi untuk menghindari terjadinya
pemisahan fasa dalam reaktor. Selain itu dibutuhkan sistem kondensasi dan
recovery yang kompleks.
b. Suspension
Polimersisasi suspensi melibatkan proses dispersi monomer secara mekanis
dalam suatu diluent. Hasil polimerisasi yakni polietilen yang tidak larut di dalam
8 reaktor. Diluent yang biasanya digunakan adalah propana, isobutana dan
hexana karena bersifat inert terhadap katalis. Proses ini dijalankan di reaktor
jenis continuous stirred tank reactor. Monomer terdispersi dalam suspensi
setelah proses agitasi yang berkelanjutan dan penambahan zat penstabil seperti
polivinil alkohol dan metil selulosa. Polimer yang dihasilkan berupa butiran
dengan cara difiltrasi atau dengan menyemprotkan ke dalam suatu wadah yang
dipanaskan. Pada proses ini transfer panas sangat efisien sehingga reaksinya
lebih mudah dikontrol.
16
Gambar 6. Polimerisasi Fase Gas dengan 3 bagian
Polimerisasi dijalankan pada suhu 100oC dan tekanan 30 atm dengan bantuan
katalis kromium oksida. Teknologi ini kemudian digunakan oleh perusahaan
Conoco Philip. Penemuan selanjutnya dilakukan oleh Schmid et al. (1967) yang
menambahkan alat di dalam reaktor sebuah pengaduk. Pada konfigurasi ini, partikel
10 polimer dipindahkan searah dengan putaran pengaduk. Penghilangan panas
reaksi sebagian melalui dinding reaktor dan sisanya terbawa oleh aliran gas. Pada
proses ini polimerisasi dijalankan pada suhu 95oC dan tekanan 36 atm dan rasio
antara diameter tabung dengan tingginya sebesar 1:5. Katalis yang digunakan pada
proses ini adalah kromium oksida yang disupport oleh alumnium silikat.Teknologi
ini dipakai oleh perusahaan BASF. Hal yang membedakan dari proses lainnya
adalah polimerisasi fase gas tidak menggunakan bahan berupa liquid. Polimerisasi
terjadi di antarmuka katalis dan monomer penyusun polimer. Polimerisasi fase gas
disebut juga dengan dry polimerization (Dormenval et al., 1975).
17
Gambar 7. Diagram Alir Pembuatan Plastik Polyethylene LDPE
18
bantuan compressor dengan tekanan 22 bar. Gelembung gas yang terbentuk akan
naik keatas dengan ukuran yang makin besar dan akan membawa partikel –
partikel padat. Pada proses ini akan terjadi penghomogenisasian bed. Partikel-
partikel besar akan jatuh turun kebawah sehingga diharapkan terjadi reaksi
polimerisasi menghasilkan resin polietilena. Gas hidrokarbon yang keluar dari
atas reactor masuk kedalam Gas cyclone. Sedangkan, gas bersuhu 86 oC akan
dikontakkan dengan 1-butena cair dengan tujuan untuk merubah fasa 1-butena
menjadi gas. Gas yang telah bercampur dengan 1-butena ini kemudian masuk ke
Primary Cooler untuk didinginkan suhunya dari 86 oC ke 54 oC. Primary Cooler
ini merupakan heat exchanger berjenis shell and tube dengan bagian tube berisi
gas dan bagian shellnya berisi air pendingin. Jika fines tidak dipisahkan dari gas
di Gas cyclone tadi, maka dikhawatirkan akan membentuk kerak pada tube.
Setelah gas keluar dari Primary Cooler, gas kembali dicampurkan dengan bahan
baku sesuai dengan kebutuhan dan masuk kedalam Main kompresor. Kompresor
ini berfungsi untuk menaikkan tekanan gas sampai 2 bar diatas tekanan reaktor.
Main Compressor ini juga berfungsi menyediakan flowrate gas (LLDPE) dan
tekanan sebesar 24 bar. Aliran keluaran dari Main Compressor ini dapat masuk
ke reaktor karena tekanan sedikit lebih tinggi. Dalam final cooler ini, laju alir air
dingin yang divariasikan untuk memberikan suhu gas yang dibutuhkan dalam
reaksi polimerisasi. Setelah suhu, tekanan dan laju alir gas memenuhi kondisi
operasi, maka gas akan kembali masuk ke reaktor polimerisasi.
4. Degassing Unit
Powder polimer keluar dari reaktor polimerisasi bersamaan dengan gas
hidrokarbon dan dikeluarkan menuju unit Primary Degasser. Pada Primary
Degasser ini, gas hidrokarbon dipisahkan dari powder. Gas sisa ini akan dibuang
ke udara. Powder yang telah dihilangkan hidrokarbonnya kemudian ditransfer
ke Mixer. Pada unit ini dialirkan steam dan nitrogen sebagai udara pembawa
yang berfungsi untuk deaktivasi katalis.
5. Pelletizing
Powder dari Degassing Unit sebagian akan dimasukkan menuju ke Ekstruder.
Pada Ekstruder ini akan terjadi proses homogenisasi dan pembentukkan adonan
selama bergerak sepanjang ekstruder. Semua umpan yang telah masuk ke
19
ekstruder dilelehkan hingga suhu 220oC. Suhu pemotongan ini berada pada 60
oC. Fungsi air pendingin ini adalah sebagai pembeku lelehan pelet yang telah
dipotong-potong.
6. Product Storage And Bagging Unit (PBU)
Product Storage and Bagging Unit ini merupakan unit yang bertujuan sebagai
tempat penyimpanan produk pelet polietilen yang telah terbentuk yang
kemudian akan dilanjutkan dengan proses pengepakan.
Tinjauan Termodinamika
Termodinamika merupakan salah satu aspek penting berkatitan dengan energi.
Secara umum reaksi dibagi menjadi reversibel dan irreversibel serta eksotermis dan
endotermis. Penentuan suatu reaksi reversibel atau irreversibel dapat dilihat dari
konstanta kesetimbangan reaksi. Apabila konstanta kesetimbangan lebih dari 1,
maka reaksi tersebut irreversibel dan sebaliknya. Reaksi dikatakan eksotermis
apabila saat proses pembentukan produk menghasilkan panas yang ditandai oleh
nilai negatif entalpi reaksi. Reaksi dikatakan endotermis apabila menyerap
sejumlah panas.
Reaksi polimerisasi etilena memiliki nilai entalpi dan entropi sebesar -109 kJ/mol
dan -155 J/mol.K (Stevens, 1989). Dari nilai entalpi yang negatif menunjukkan
bahwa proses tersebut berjalan secara eksotermis. Proses polimerisasi ini termasuk
proses irreversible karena memiliki nilai konstanta kesetimbangan lebih dari 1. 17
Nilai energi Gibbs polimerisasi etilena adalah sebagai berikut
Δ𝐺𝑝=Δ𝐻𝑝−𝑇Δ𝑆............................................................................................... (4)
Δ𝐺𝑝=−109.000−259 𝑥(−155) Δ𝐺𝑝=−53.355𝑘𝐽𝑚𝑜𝑙
Untuk mencari konstanta kesetimbangan digunakan persamaan sebagai berikut
Δ𝐺=−𝑅𝑇𝑙𝑛𝐾 ..................................................................................................... (5)
−53.355=−8.314 𝑥 359 𝑥 𝑙𝑛 𝐾 𝐾=7,5 𝑥 1017
Keterangan
ΔG : Energi Gibbs (kJ/mol)
ΔH : Entalpi (kJ.mol)
ΔS : Entropi (J/mol.K)
T : Suhu (K)
20
R : Tetapan Gas ( 8.314 J/mol.K)
K : Konstanta Kesetimbangan
Tinjauan Kinetika
Reaksi polimerisasi LLDPE termasuk adisi koordinasi. Mekanisme tersebut
membutuhkan suatu katalis logam transisi dan kokatalis untuk aktivasi. Katalis
yang digunakan adalah Ziegler-Natta dan kokatalisnya adalah TEAL yang
mengandung alkilalumunium. Sisi aktif katalis yakni atom logam (Mt) dikelilingi
oleh suatu ligan (X) yang membentuk ikatan kovalen koordinasi (Mt-X).
Polimerisasi LLDPE berjalan dengan ikatan kovalen dengan logam aktif katalis.
Kecepatan reaksi dari katalis pada mulanya adalah nol. Aktivitas katalis akan
muncul ketika kokatalis mencapai logam aktif.
Kecepatan polimerisasi alkena dengan katalis Ziegler-Natta sebanding dengan
konsentrasi katalis (MtXn) dan monomer namun tidak bergantung kepada
konsentrasi kokatalis (TEAL). Persamaan kinetika polimerisasinya adalah sebagai
berikut.
𝑅𝑝=𝑘𝑝[𝑀𝑡𝑋𝑛]1[𝑀]1[𝐴]0.................................................................................... (6)
21
Sifat-sifat kimia
• Tidak larut dalam pelarut apapun pada suhu kamar, tetapi mengembang oleh
hidrokarbon dan karbon tetraklorida.
• Tahan terhadap asam dan gas.
• Dapat dirusak oleh asam sulfat pekat
• Tidak tahan terhadap cahaya dan oksigen
• Bila dipanasi secara kuat, akan membentuk sambung silang yang diikuti oleh
pembelahan ikatan secara acak suhu lebih tinggi, tetapi polimerisasi tidak terjadi.
22
2. Insinerasi
Insinerasi adalah metode pengolahan limbah dengan cara membakar limbah
pada suatu tungku pembakaran. Teknologi insinerasi merupakan teknologi yang
mengkonversi materi padat menjadi materi gas (gas buang), serta materi padatan
yang sulit terbakar, yaitu abu (bottom ash) dan debu (fly ash). Panas yang
dihasilkan dari proses insinerasi juga dapat dimanfaatkan untuk mengkonversi
suatu materi menjadi materi lain dan energi, misalnya untuk pembangkitan
listrik dan air panas. Di beberapa negara maju, teknologi insinerasi sudah
diterapkan dengan kapasitas besar (skala kota). Teknologi insinerator skala besar
terus berkembang, khususnya dengan banyaknya penolakan akan teknologi ini
yang dianggap bermasalah dalam sudut pencemaran udara.
Salah satu kelebihan yang dikembangkan terus dalam teknologi terbaru dari
insinerator ini adalah pemanfaatan enersi, sehingga nama insinerator cenderung
berubah seperti waste-to-energy, thermal converter Insinerasi merupakan proses
pengolahan buangan dengan cara pembakaran pada temperatur yang sangat
tinggi (>800ºC) untuk mereduksi limbah yang tergolong mudah terbakar
(combustible), yang sudah tidak dapat didaurulang lagi Sasaran insinerasi adalah
untuk mereduksi massa dan volume buangan, membunuh bakteri dan virus dan
meredukdi materi kimia toksik, serta memudahkan penanganan limbah
selanjutnya. Insinerasi dapat mengurangi volume buangan padat domestik
sampai 85-95 % dan pengurangan berat sampai 70-80%.
Teknologi insinerasi mempunyai beberapa sasaran, yaitu:
a. Mengurangi massa / volume
Proses insinerasi adalah proses oksidasi (dengan oksigen atau udara) limbah
combustible pada temperatur tinggi. Akan dikeluarkan abu, gas, limbah sisa
pembakaran dan abu, dan diperoleh pula enersi panas. Bila pembakaran
sempurna, akan tambah sedikit limbah tersisa dan gas yang belum sempurna
terbakar (seperti CO). Panas yang tersedia dari pembakaran limbah
sebelumnya akan berpengaruh terhadap jumlah bahan bakar yang dipasok.
Insinerator yang bekerja terus menerus akan menghemat bahan bakar.
23
b. Mendestruksi komponen berbahaya
Insinerator tidak hanya untuk membakar limbah kota. Sudah diterapkan
untuk limbah non-domestik, seperti dari industri (termasuk limbah B3), dari
kegiatan medis (untuk limbah infectious). Insinerator tidak hanya untuk
membakar limbah padat. Sudah digunakan untuk limbah non-padat, seperti
sludge dan limbah cair yang sulit terdegradasi. Teknologi ini merupakan
sarana standar untuk menangani limbah medis dari rumah sakit. Sasaran
utamanya adalah mendestruksi patogen yang berbahaya seperti kuman
penyakit menular. Syarat utamanya adalah panas yang tinggi (dioperasikan
di atas 800 oC). Dalam hal ini limbah tidak harus combustible, sehingga
dibutuhkan subsidi bahan bakar dari luar.
c. Menghasilkan energi yang dapat dimanfaatkan
Faktor penting yang harus diperhatikan adalah kuantitas dan kontinuitas
limbah yang akan dipasok. Kuantitas harus cukup untuk menghasilkan
enersi secara kontinu agar suplai enersi tidak terputus. Teknologi ini mampu
melakukan reduksi volume limbah namun teknologi insinerasi
membutuhkan biaya investasi, operasi, dan pemeliharaan yang cukup tinggi.
Fasilitas pembakaran ini dianjurkan hanya digunakan untuk
memusnahkan/membakar limbah yang tidak bisa didaur ulang, ataupun
tidak layak untuk diurug. Alat ini harus dilengkapi dengan sistem
pengendalian dan kontrol untuk memenuhi batas-batas emisi partikel dan
gas-buang sehingga dipastikan asap yang keluar dari tempat pembakaran
limbah merupakan asap/gas yang sudah netral.
.
24
Gambar 8. Unit Pengolahan Limbah Industri
1. Neutralization Unit
Unit ini digunakan untuk menetralkan catalyst residue slurry yang berasal
dari unit persiapan katalis dan mengurangi kandungan COD/BOD. Catalyst
residue slurry ini mengandung BOD/COD sebesar 11.200 ppm selanjutnya
dimasukkan ke neutralization pit. Dewatering area ini berfungsi untuk
menghilangkan kandungan air yang tercampur dengan catalyst residue
slurry. Setelah kering catalyst residue slurry akan berubah menjadi powder
yang kemudian di pak dalam drum dan dikirim ke Pusat Pengendaliaan
Limbah Industri (PPLI).
2. CPI (Cornugated Plate Interceptor) Separator
CPI Separator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan oli dengan
air dari oily water yang berasal dari central oily water pit. Oli yang terpisah
dari oily water ditampung dalam slop on tank. Di slop on tank terjadi
pemisahan air dengan oli berdasarkan pebedaan massa jenis karena oli yang
masuk ke tangki masih mengandung sedikit air. Oli yang terpisah dalam
slop on tank akan ditransfer ke inecerator untuk dibakar, sedangkan airnya
25
dipompa kembali ke central oily water pit. Air dari CPI separator akan
ditransfer ke aerated lagoon sebelum dibuang ke laut.
3. Aerated Lagoon
Aerated lagoon adalah tempat pengolahan limbah cair yang terakhir
sebelum dibuang ke laut bersama dengan sea water return. Air limbah di
aerated lagoon ini berasal dari CPI Separator dan foul water treatment. Pada
aerated lagoon terjadi proses aerasi dengan menggunakan bantuan 2 buah
lagoon aerator berfungsi untuk mengambil oksigen dari udara luar sebagai
makanan bakteri aerob (Aerobacter sp, Saccharomyces C, Bacillus sp). Air
olahan dari aerated lagoon dibuang ke laut dengan kapasitas 51,7 m3/hari
pada musim kemarau dan 121,6 m3/hari pada musim hujan.
4. Incinerator Unit
Incinerator adalah alat yang berfungsi sebagai tempat pengolahan atau
pembakaran limbah padat. Incenerator di desain untuk membakar 125
kg/jam material padat dan biasanya dioperasikan 8 jam/hari.
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Banyak dijumpai produk-produk rumah tangga yang terbuat dari plastik,
seperti alat-alat dapur, kantung plastik, dan lain lain. Diantara jenis plastik yang
sering digunakan adalah termoplastik karena dapat didaur ulang. Termoplastik
yang sering digunakan adalah polietilena, polipropilena, polistirena adalah
polimer termoplastik yang secara komersial banyak digunakan sehingga
diproduksi secara besar. Banyaknya permintaan polietilena tidak terlepas dari
sifat–sifatnya yang tahan terhadap zat kimia, ringan, mudah dibentuk dan tidak
mahal. Polietilena adalah bahan termoplastik yang kuat dan dapat dibuat dari
yang lunak sampai yang kaku. Terdapat dua jenis polietilene yaitu polietilene
densitas rendah (low density polyethylene/ LDPE) dan polietilene densitas
tinggi (high density polyethylene/HDPE). Polietilene densitas rendah relatif
lemas dan kuat, digunakan antara lain untuk pembuatan kantong kemasan, tas,
botol, industri bangunan, dan lain-lain. Keduanya mempunyai sifat yang
berbeda, LDPE derajat kristalinitasnya 60%, HDPE derajat kristalinitasnya
95%. Kelebihan polimer LDPE sebagai matriks antara lain yaitu mudah
diproses, suhu pemrosesan yang lebih rendah dibandingkan polimer lain serta
lebih aplikatif dalam penggunaannya, prosesnya melalui beberapa tahap dan
terdapat pengolahan limbahnya di industry.
4.2 Saran
Dari pembahasan dan informasi yang sudah dijelaskan, penulis menyadari
masih ada kekurangan dalam hal penulisan maupun dalam hal pencarian
informasi. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan saran dari pembaca agar
penulis bisa memperbaikinya
27
DAFTAR PUSTAKA
28