Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KULIAH LAPANGAN

WAWASAN TEKNOLOGI DAN LINGKUNGAN

“TEKNOLOGI FABRIKASI SAMPAH PLASTIK


SEBAGAI SOLUSI YANG TEPAT UNTUK TPA
MANGGAR BALIKPAPAN”

Disusun Oleh:
Kelompok 4
1. Adhya Yani (05151003)
2. Kurniati (02151009)
3. Nurul Ilma H (02151015)
4. Mela Aurelia (05151023)
5. Nabila Retno (02151027)
6. Nindita Cahya K (05151030)

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN


2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kuliah lapangan yang berjudul
“Teknologi Fabrikasi Sampah Plastik Sebagai Solusi yang Tepat Untuk TPA
Manggar Balikpapan”.
Laporan kuliah lapangan ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi
kelengkapan nilai mata kuliah Wawasan Teknologi Lingkungan. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Cut Keumala Banaget S.T, M.T selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Wawasan dan Teknologi Lingkungan.

2. Bapak Toni Hartono selaku Pendamping kuliah lapangan di UPTD TPA

Manggar.

3. Serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan kuliah lapangan ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih belum sempurna,
karena itu kami mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun. Semoga
laporan kuliah lapangan ini bermanfaat bagi kita semua. Atas perhatiannya kami
ucapkan terima kasih.

Balikpapan, 17 Maret 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………. i


Daftar Isi …………………………………………………………………... ii
Daftar Gambar …………………………………………………………….. iii
BAB 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang …………………………………………………….. 01
1.2. Perumusan Masalah ……………………………………………….. 02
1.3. Tinjauan Penulisan ………………………………………………… 02
1.4. Manfaat Penulisan ........................................................................... 02
BAB 2 Tinjauan Pustaka
2.1. Jenis-Jenis Sampah ...................................................…………....... 04
2.3. Limbah Plastik …………………………………………………….. 05
2.4. Penanggulangan Limbah Plastik dengan Metode Fabrikasi ........... 06
BAB 3 Gambaran Umum
3.1. Profil TPA Manggar .............................................................. ……... 07
3.2. Pengangkutan ................................................................................... 07
3.3. Pengomposan ................................................................................... 08
3.4. Sanitay Landfill ................................................................................ 08
3.5. Pengolahan Gas Metan ..................................................................... 09
3.6. Pengolahan Air Sampah ................................................................... 10
BAB 4 Pembahasan
4.1. Kerangka Ide .................................................................................... 11
4.2. Permasalahan ................................................................................... 11
4.3. Solusi ................................................................................................ 12
BAB 5 Penutup
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 15
5.2 Saran ................................................................................................ 15

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Diagram Alir Kerangka Ide ................................................... 11


Gambar 4.2 Cara Kerja Solusi yang Ditawarkan .......................................13

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyebab utama permasalahan sampah di Kota Balikpapan adalah
besarnya laju pertambahan penduduk yang mengakibatkan bertambahnya sampah
yang dihasilkan serta belum adanya usaha dalam rangka melakukan reduksi
sampah yang dihasilkan tersebut. Penulisan ilmiah terhadap TPA Manggar
diharapkan dapat mengatasi permasalahan tersebut. Berdasarkan data Dinas
Lingkungan Hidup (DLH) Kota Balikpapan, jumlah sampah plastik yang setiap
hari masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Manggar mencapai 40–60 ton.
Mengingat, sifat sampah plastik yang yang sulit terurai. Bisa dibayangkan apabila
sampah plastik sebanyak itu tidak bisa dikendalikan.
Plastik adalah bahan polimer sintetis yang terbagi menjadi banyak jenis
berdasarkan sifat fisis, mekanis, dan kimia. Berdasarkan sifatnya dalam
menerima panas, plastik dapat digolongkan menjadi dua bagian besar yaitu
plastik thermoplast dan plastik thermosetting. Contoh dari plastik thermoplast
adalah polyetilen dan nylon. Plastik thermosetting merupakan jenis plastik yang
sulit untuk didaur ulang karena tidak dapat dibentuk kembali, contoh dari plastik
jenis ini adalah silikon dan epoksida (Newman, 1964).
Tingkat konsumsi masyarakat Balikpapan terhadap plastik sangat tinggi.
Berbanding lurus dengan jumlah sampah plastik yang dihasilkan. Karakteristik
plastik yang tidak dapat terurai secara alami membuat sampah plastik menjadi
salah satu masalah bagi kelestarian lingkungan. (Mossman, 2008). Saat ini,
sebagian besar sampah plastik didaur ulang menjadi bijih plastik. Berdasarkan
contoh produk daur ulang tersebut, jelas terlihat bahwa daur ulang sampah plastik
tidak memengaruhi kualitas desain produk yang dihasilkan (Mossman, 2008).
Kesadaran mengenai pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dari
bahaya sampah plastik sudah tumbuh pada masyarakat Balikpapan, ditandai
dengan berkembangnya gerakan peduli lingkungan dan program daur ulang
sampah plastik yang dilakukan oleh industri. Laporan yang berjudul ‘Teknologi

1
Fabrikasi Sampah Plastik sebagai Solusi yang Tepat untuk TPA Manggar
Balikpapan diharapkan dapat memberikan alternatif desain produk daur ulang
sampah plastik dengan kualitas visual yang baik yang dihasilkan dari metode
fabrikasi. Metode fabrikasi adalah metode pembuatan material plastik yang terdiri
dari banyak teknik seperti pemotongan (cutting), pemanasan (heating), pelunakan
(softening), pembengkokan (bending), pembentukan (forming), pengerjaan
menggunakan mesin (machining), pencampuran (bonding), dan penghalusan
(finishing) material plastik dengan atau tanpa bahan tambahan menjadi produk
jadi.

1.2 Perumusan Permasalahan


Berdasarkan dari latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka
dapatlah dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
a. Apa saja jenis-jenis sampah berdasarkan unsur pembentukan dan
sumbernya?
b. Apa yang dimaksud limbah plastik?
c. Bagaimana pengaruh limbah plastik terhadap lingkungan sekitar?
d. Bagaimana proses pengolahan sampah plastik dengan metode
fabrikasi?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
a. Menjelaskan jenis-jenis sampah berdasarkan unsur pembentukan dan
sumbernya.
b. Menjelaskan mengenai definisi pengaruh sampah plastik terhadap
lingkungan sekitar.
c. Menjelaskan langkah-langkah daur ulang sampah plastik dengan
metode fabrikasi.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan yang dijelaskan pada bagian ini meliputi manfaat bagi
mahasiswa, masyarakat dan khususnya bagi TPA Manggar sebagai lokasi

2
Kuliah Lapangan :
a. Mengetahui jenis – jenis sampah berdasarkan pembentukan dan
sumbernya.
b. Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai pengolahan sampah di
lingkungan sekitar kota Balikpapan.
c. Membangun kesadaran masyarakat mengenai bahaya dari limbah
plastik terhadap lingkungan sekitar.
d. Mengurangi masalah limbah plastik yang terus meningkat setiap
harinya dengan solusi menggunakan metode fabrikasi.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jenis – Jenis Sampah


Sampah merupakan produk samping dari aktivitas masyarakat. Pengertian
sampah adalah hasil sisa dari produk atau sesuatu yang dihasilkan dari sisa-sisa
penggunaan yang manfaatnya lebih kecil dari pada produk yang digunakan oleh
penggunanya, sehingga hasil dari sisa ini dibuang atau tidak digunakan kembali
(Widawati dkk, 2014) . Berdasarkan sifat kimia unsur pembentuknya, sampah
padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut :
1. Sampah organik atau sering disebut sampah basah adalah jenis sampah yang
berasal dari jasad hidup sehingga mudah membusuk dan dapat hancur secara
alami. Contohnya adalah sayuran, daging, ikan, nasi, dan potongan rumput
atau daun dan ranting dari kebun (Zubair dkk,2011).
2. Sampah non organik atau sampah kering adalah sampah yang tersusun dari
senyawa non organik yang berasal dari sumber daya alam tidak diperbaharui
seperti mineral dan minyak bumi atau dari proses industry. Contohnya adalah
botol gelas, plastic, kaleng dan logam ( Zubair dkk, 2011).
Sedangkan bila dilihat dari sumbernya, sampah perkotaan yang dikelola
oleh Pemerintah Kota di Indonesia sering dikategorikan dalam beberapa
kelompok, yaitu :
1. Sampah dari rumah tinggal: merupakan sampah yang dihasilkan dari
kegiatan atau lingkungan rumah tangga. Umumnya dihasilkan sampah
berupa sisa makanan, plastik, kertas, kain, kayu. Dari rumah tinggal juga
dapat dihasilkan sampah golongan B3 (bahan berbahaya dan beracun),
seperti misalnya baterei, lampu TL, dll (Damanhuri dan Padmi, 2010).
2. Sampah dari daerah komersial: sumber sampah dari kelompok ini berasal
dari pertokoan, pusat perdagangan, pasar. Dari sumber ini umumnya
dihasilkan sampah berupa kertas, plastik, kayu, kaca, logam, dan juga sisa
makanan. Khusus dari pasar tradisional, banyak dihasilkan sisa sayur, buah,
makanan yang mudah membusuk. (Damanhuri dan Padmi, 2010).

4
3. Sampah dari perkantoran / institusi: sumber sampah dari kelompok ini
meliputi perkantoran, sekolah, rumah sakit, lembaga pemasyarakatan, dll.
(Damanhuri dan Padmi, 2010).
4. Sampah dari jalan / taman dan tempat umum: sumber sampah dari kelompok
ini dapat berupa jalan kota, taman, tempat parkir, tempat rekreasi, dll. Dari
daerah ini umumnya dihasilkan sampah berupa daun / dahan pohon, pasir /
lumpur, sampah umum seperti plastik, kertas (Damanhuri dan Padmi, 2010).
5. Sampah dari industri dan rumah sakit yang sejenis sampah kota: kegiatan
umum dalam lingkungan industri dan rumah sakit tetap menghasilkan
sampah sejenis sampah domestik, seperti sisa makanan, kertas, plastik
(Damanhuri dan Padmi, 2010).

2.2 Limbah Plastik


Plastik adalah polimer rantai – panjang dari atom yang mengikat satu
sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau "monomer".
Istilah plastik mencakup produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik, namun
ada beberapa polimer alami yang termasuk plastik. Plastik terbentuk dari
kondensasi organik atau penambahan polimer dan bias juga terdiri dari zat lain
untuk meningkatkan performa atau ekonomi. Ratusan juta ton plastik yang
digunakan di bumi ini, maka ratusan juta ton juga sampah plastik yang dihasilkan
dan menjadi polutan utama dunia. Karena bahan dasar plastik adalah phthalate
ester, di(ethylhexyl) phthalate (DEHP) yang bersifat stabil, sukar diuraikan oleh
mikroorganisme sehingga kita terus-menerus memerlukan area untuk
pembuangan sampah. Plastik mudah terbakar, ancaman terjadinya kebakaran pun
semakin meningkat. Asap hasil pembakaran bahan plastik sangat berbahaya
karena mengandung gas-gas beracun seperti hidrogensianida (HCN) dan karbon
monoksida (CO). Hidrogen sianida berasal dari polimer berbahan dasar krilonitril,
sedangkan karbon monoksida sebagai hasil pembakaran tidak sempurna. Hal
inilah yang menyebabkan sampah plastik sebagai salah satu penyebab
pencemaran udara dan mengakibatkan efek jangka panjang berupa pemanasan
secara global pada atmosfer bumi. (Sahwan, 2005).

5
2.3 Penanggulangan Limbah Plastik Dengan Metode Fabrikasi
Penumpukan limbah plastik tentu tidak dapat dibiarkan. Penanggulangan
limbah plastik dengan cara menguburnya ditanah tentu bukan merupakan solusi
yang baik mengingat sifatnya yang sulit terurai di alam, apalagi dengan cara
membakarnya dimana saat proses pembakaran dihasilkan senyawa kimia
berbahaya bagi manusia. Terdapat cara penanggulangan limbah plastik selain
mengubur ataupun membakarnya, salah satunya dengan cara proses daur ulang
limbah plastik yaitu dengan metode fabrikasi. Langkah –langkah pengolahan
limbah plastik dilakukan dengan menggunakan metode fabrikasi di antaranya (1)
pemotongan sampah kemasan plastik menjadi potongan – potongan kecil. Proses
ini bertujuan untuk menyamarkan label produk, gambar, serta tulisan yang
terdapat pada kemasan plastik sehingga produk yang dihasilkan tidak terlihat
sebagai produk daur ulang dari sampah kemasan plastik, (2) pemanasan dan
pelunakan, dilakukan pada potongan – potongan sampah kemasan plastik hasil
dari proses pemotongan menggunakan mesin kempa dan heat gun. Tahapan ini
bertujuan merekatkan potongan - potongan sampah kemasan plastik menjadi
bentuk lembaran sehingga memudahkan pengaplikasian material tersebut di
proses - proses selanjutnya, (3) pembentukan dan pencetakan, proses
pembentukan dilakukan dengan cara melunakkan material sampah plastik
menggunakan teknik heat transfer kemudian dicetak, (4) pengerjaan
menanggunakan mesin atau machining adalah proses pembentukan material daur
ulang dilakukan menggunakan alat pertukangan baik yang sederhana maupun
yang canggih untuk mencapai suatu kondisi material yang diinginkan, dan (5)
penghalusan atau proses finishing merupakan proses terakhir yang dilakukan
setelah melalui proses - proses sebelumnya. Pada proses finishing, dilakukan
pelapisan clear spray agar material hasil daur ulang terlihat rapi dan mengilap.
Secara umum semua proses dalam metode fabrikasi dilakukan menggunakan
peralatan sederhana yang mudah diperoleh seperti gunting, alat pertukangan, heat
gun, mesin kempa, dan sebagainya. Produk yang dihasilkan dari pengolahan
limbah plastik dengan menggunakan metode fabrikasi dapat diaplikasikan pada
berbagai kerajinan kreatif yang mempunyai nilai seni dan nilai ekonomi yang
tinggi (Nasution, 2015).

6
BAB III
GAMBARAN UMUM

3.1 Profil TPA Manggar Balikpapan


Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah Balikpapan terletak di Jalan
Proklamasi RT. 36 Manggar dengan luas lahan sekitar 44,77 hektar. TPA
mempunyai visi, yaitu “Mewujudkan TPA Manggar sebagai Upaya Edukasi,
Rekreasi, dan Produksi”. Edukasi yang dimaksud ialah TPA Manggar dapat
menjadi sarana pendidikan mengenai bagaimana pemrosesan akhir sampah.
Adapun rekreasi, yakni TPA Manggar menyediakan berbagai macam sarana
wisata seperti ruang sauna, flying fox, taman baca yang asri, dan sebagainya.
Selain itu, produksi juga merupakan salah satu tujuan dari TPA ini, yakni
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Salah satunya ialah menghasilkan gas
metan yang digunakan sebagai sumber energi listrik sehingga TPA Manggar
memiliki listrik mandiri dan tidak bergantung pada Perusahaan Listrik Negara
(PLN).
Sekitar 70 orang setia mengabdi pada TPA Manggar. Orang-orang tersebut,
dipimpin oleh seorang Kepala UPTD TPA Manggar, yaitu Toni Hartono. Dalam
mengelolah sampah, TPA Manggar mempunyai 3 unit bidang, diantaranya unit
pemrosesan sampah, unit pengolahan air sampat (leachet), dan unit pengelolaan
gas metan. Selain itu, TPA Manggar telah melakukan pembebasan lahan sebanyak
3 kali. Pada awalnya hanya membebaskan 25, 1 hektar, kemudian 2 hektar dan
sebanyak 17,67 hektar lahan dibebaskan pada tahun 2014-2015.

3.2 Pengangkutan
Proses pengelolaan sampah di TPA Manggar di mulai dari proses
pengangkutan. Masyarakat akan membuang sampah di kontainer. Kemudian
petugas dari TPA Manggar mengangkut sampah-sampah tersebut dengan
menggunakan truck. Sampah akan diangkut menuju tempat pemrosesan akhir di
Manggar. Sampah-sampah yang diangkut tidak hanya berasal dari rumah tangga
melainkan juga berasal dari pasar, industri dan rumah sakit. Setelah diangkut,

7
sampah akan dikelola berdasarkan jenisnya. Sampah organik (biasanya berasal
dari pasar) akan langsung diolah menjadi kompos. Sedangkan sampah anorganik
akan disimpan pada sanitary landfill.

3.3 Pengomposan
Sampah organik yang terkumpul biasanya mencapai 60%. sampah-sampah
tersebut biasanya berasal dari pasar. Sampah tersebut kemudian diolah menjadi
kompos. Proses awal pengomposan ialah pemilahan. Sampah yang berasal dari
rumah tangga, pasar, dan industri harus dipilah kembali agar yang tertinggal
hanya sampah organik. Selanjutnya proses pencacahan kasar. Pada tahap ini
sampah organik akan dicacah hingga berukuran sekitar 1 sampai 5 cm. Setelah itu,
sampah memasuki proses fermentasi. Pada fermentasi digunakan bakteri EM4
(Effective Microorganisms 4), seperti bakteri dari genus Lactobacillus.
Bakteri EM4 kemudian dicampurkan dengan gula merah (sebagai nutrien
bakteri) agar bekerja lebih efektif. EM4 yang dihasilkan adalah 20 liter dan
digunakan untuk 1 ton sampah organik yang telah dicacah. Setelah bakteri dan
sampah telah tercampur, maka sampah akan ditutup dengan terpal selama 7 hari
dengan suhu 50oC untuk proses fermentasi. Pada hari ke-8, penutup tumpukan
sampah dibuka dan didiamkan secara terbuka untuk beberapa menit. Kemudian
tumpukan sampah tersebut di pindahkan ke proses pengeringan. Proses
pengeringan hanya menggunakan panas matahari. Dan selama pengeringan
tumpukan sampah, dilakukan pembalikan sebanyak 3 kali dalam 4 hari. Jika
terjadi hujan, maka tumpukan hanya ditutup kembali dan akan dilakukan
pengeringan kembali mulai dari awal. Oleh karena itu, proses pengeringan
membutuhkan waktu yang lama. Dan setelah sebulan, sampah yang telah kering
akan melalui pencacahan halus, pengayakan dan penyaringan. Dan setelah proses
penyaringan, sampah akan dikemas serta disimpan.

3.4 Sanitary Landfill


Sanitary Landfill merupakan metode penimbunan sampah. Landfilling
merupakan satu-satunya cara yang untuk menyingkirkan sampah setelah melalui
cara lain. Di TPA Manggar, sanitary landfill digunakan untuk sampah yang tidak

8
dapat diolah lagi seperti sampah anorganik khususnya sampah plastik dan kaleng.
Metode sanitary landfill dilakukan dengan cara mengurung sampah secara lapis-
perlapis pada lahan yang telah disiapkan, diratakan dan dipadatkan (Damanhuri
dan Padmi, 2010).
TPA Manggar telah melakukan metode ini dari tahun 2002. Dan terdapat 3
zona sanitary landfill di TPA Manggar, yakni zona 1 yang dibuka pada tahun
2002 ditutup tahun 2008 dengan luas sebesar 2,6 hektar, zona 2 dibuka pada 2008
dan ditutup tahun 2014, dan zona 3 yang dibuka tahun 2014 hingga 2016.
Sampah yang telah ditimbun akan terurai selama 40 tahun. Dan menurut
Kementrian Pekerjaan Umum, setelah 40 tahun landfill dapat dibuka dan
digunakan kembali. Adapun yang terjadi ketika hujan, yaitu air hujan akan
meresap ke dalam tanah dan bercampur dengan sampah sehingga menghasilkan
air sampah atau yang sering disebut dengan air lindi (leacheat).

3.5 Pengolahan Gas Metan


Air sampah dari sanitary landfill dialirkan dan dikumpulkan disuatu kolam
tertutup. Air sampah tersebut akan menghasilkan gas metan karena terjadi proses
anaerob pada kolam. Gas metan yang dihasilkan sekitar 56,8%. Komposisi gas
metan yang dihasilkan di TPA Manggar merupakan komposisi tertinggi di
indonesia. Gas metan akan dialirkan melalui pipa menuju ruang generator. Pada
ruang generator terdapat mobil bekas yang berasal dari Pemerintah Kota. Mobil
tersebut di-reuse agar dapat menghasilkan listrik. Prinsip pengolahan gas metan
dilakukan dengan cara megambil gas pada air sampah dan dialirkan melalui pipa.
Terdapat 2 pipa dalam pengaliran, yaitu pipa vertikal dan horizontal. Kemudian
gas akan dialirkan menuju mesin kagulator. Lalu menuju mesin mobil yang telah
dimodifikasi. Putaran roda pada mobil menghasilkan energi kinetik yang akan
dikonversi menjadi energi listrik. Listrik yang dihasilkan sebesar 40 kwh dan
digunakan untuk keperluan di TPA Manggar, seperti untuk lampu penerangan
serta mesin. Dan seperti yang diketahui mesin berbahan gas metan lebih aman
dan tidak korosif dibandingkan bahan bakar minyak (BBM). TPA Manggar hanya
dengan 350 ton/hari, mampu menghasilkan listrik sebesar 40 kwh.

9
3.6 Pengolahan Air Sampah
Air sampah yang tidak lagi mengandung gas metan, harus diproses terlebih
dahulu sebelum dialirkan ke sungai. Proses awal ialah air sampah dialirkan
menuju bak pengumpul. Pada bak tersebut terjadi 2 proses yaitu aerob (dimana
terdapat bakteri pengurai zat nitrogen) dan anaerob yang terjadi pada air yang
lebih dalam. Proses selanjutnya ialah menuju kolam fakultatif. Pada kolam
tersebut terjadi pengendapan selama 2 minggu. Hasil endapan akan diangkut
secara manual dan dipindahkan untuk proses pengomposan dan juga untuk
menutup daerah landfill. Adapun air hasil pengendapan dialirkan menuju kolam
aerasi. Hal tersebut diperlukan untuk mencampurkan air dengan oksigen sebagai
upaya netralisasi air sampah. Setelah aerasi, air akan dialirkan menuju proses
maturasi (penenangan). Dan kemudian dialirkan menuju biofilter. Biofilter
berfungsi untuk meyaring zat-zat pencemar lainnya sehingga COD (Chemical
Oxygen Demand) dan BOD (Biological Oxygen Demand) sesuai dengan baku
mutu. Selanjutnya air dialirkan menuju wetland. Pada proses ini terjadi
penyerapan zat warna oleh tumbuhan dan umumnya digunakan rumput gajah.
Setelah semua proses dilalui, air akan dialirkan menuju sungai.

10
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Kerangka Ide


Adapun kerangka ide dalam karya tulis ini disajikan dalam bentuk diagram
alir berikut.

Gambar 4.1 Diagram Alir Kerangka Ide


Sumber: Penulis, 2017
Berdasarkan kerangka ide tersebut, metode fabrikasi menjadi salah satu
teknologi yang dapat digunakan untuk mengurangi sampah anorganik (plastik)
yang pada umumnya merupakan hasil dari segala aktivitas manusia, baik aktivitas
rumah tangga, aktivitas industri dan juga aktivitas pasar.

4.2 Permasalahan
Sampah plastik merupakan permasalahan yang tiada habisnya dihadapi oleh
Indonesia. Selama ini, warga hanya mendaur ulang sebagian kecil plastik yang
masih dapat digunakan dan sisanya dibiarkan menumpuk dan tertimbun di tanah
hingga terurai selama bertahun-tahun. Sama halnya yang terjadi di Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) Manggar Balikpapan.
Seiring pertumbuhan ekonomi dan penduduk, sampah plastik hasil aktivitas
manusia akan terus bertambah dan tidak sebanding dengan perlakuan sampah

11
plastik yang selama ini dijalankan. Sistem perlakuan terhadap sampah anorganik
TPA Manggar masih harus dibenahi karena belum bisa dikatakan efisien. Kepala
UPT TPA Manggar mengatakan bahwa salah satu jenis sampah yang belum
termanfaatkan adalah sampah anorganik, tepatnya plastik. Selama ini, perlakuan
untuk sampah plastik adalah dengan menerapkan landfilling, dengan
membiarkannya menumpuk berlapis-lapis dengan tanah dan terurai selama
bertahun-tahun. Sistem landfilling bukan merupakan solusi yang tepat untuk
permasalahan sampah plastik tersebut.
Metode pengolahan sampah di TPA Piyungan, Bantul menggunakan sistem
Sanitary Landfill, tumpukan sampah dilapisi dengan timbunan tanah, serta
terdapat kolam pengolahan leachate (lindi) pipa pengendali gas buang, sistem
drainase dan lapisan kedap air (Kasam, 2011). Sangat mungkin bahwa leachate
yang dihasilkan dari degradasi sampah akan bergerak melalui poripori tanah yang
selanjutnya akan bercampur dengan air tanah (groundwater) sehingga pencemar
akan terpapar ke lingkungan sekitar. Dari contoh TPA Piyungan tersebut
menunjukkan bahwa sistem landiflling masih belum baik. Ini yang harus dibenahi
dari TPA Manggar Balikpapan.

4.3 Solusi
Terdapat banyak teknologi pengolahan sampah anorganik (tepatnya plastik)
yang dapat diterapkan di TPA Manggar. Salah satunya, menggunakan metode
fabrikasi. Metode fabrikasi adalah metode pembuatan material plastik yang terdiri
dari banyak teknik seperti pemotongan (cutting), pemanasan (heating), pelunakan
(softening), pembengkokan (bending), pembentukan (forming), pengerjaan
menggunakan mesin (machining), pencampuran (bonding), dan penghalusan
(finishing) material plastik dengan atau tanpa bahan tambahan menjadi produk
jadi (Alrashid, 2014).
Sampah plastik untuk metode fabrikasi menggunakan sampah plastik yang
kering sehingga sebelum diproses sampah plastik dari penampungan dipisahkan
yang basah dan yang kering. Pada tahap kompaksi, sampah plastik kering dipilah
lagi berdasarkan ketebalan plastiknya. Ketebalan plastik akan mempengaruhi
proses pelelehan (melting) karena plastik yang tebal akan memerlukan temperatur

12
yang lebih tinggi untuk dapat leleh. Setelah dipilah, masing-masing yang telah
dipisahkan tersebut (tebal dan tipis) kemudian di cuci untuk menghilangkan label
merek (brand) yang tergambar pada kemasan-kemasan atau produk plastik yang
umumnya terbuat dari kertas atau metal. Kemudian, plastik-plastik dipipihkan
dan dipotong-potong hingga menjadi serpihan kecil.

Ko
mpa
ksi

Fab
rika
si

Gambar 4.2 Cara Kerja Solusi yang Ditawarkan


Sumber: Penulis, 2017
Selanjutnya masuk ke proses inti, yaitu fabrikasi. Aktivitas fabrikasi terdiri
dari tahap pemilahan tahap kedua, yaitu membedakan sampah plastik berdasarkan
tipe plastik. Pemilahan kedua ini dilakukan karena setiap tipe plastik memiliki
titik leleh sendiri-sendiri, sehingga tidak dapat diperlakukan sama. Metode yang
digunakan disini adalah dengan memasukkan serpihan sampah plastik ke dalam
cairan seperti air, minyak tanah, maupun minyak goreng. Perbedaan masssa jenis
dari masing-masing tipe plastik akan menyebabkan serpihan plastik tenggelam
dan terapung. Serpihan plastik yang terapung dipisahkan 6 dengan yang
tenggelam. Setelah dipisahkan, serpihan plastik dilelehkan (melting) dengan
menggunakan temperatur yang disesuaikan dengan tipe plastik. Pada proses ini
akan dihasilkan strand (lelehan plastik). Kemudian masuk pada bagian
penyaringan (filtering) untuk memisahkan antara strand dengan bahan

13
kontaminasi (contaminant) yang tidak tersaring saat inspeksi (pemilahan tahap I).
Strand selanjutnya masuk ke dalam mesin peletisasi, sehingga dihasilkan bijih
plastik recycle (Pratiwi, 2012).
Metode fabrikasi bagus dan tepat untuk diterapkan di TPA Manggar.
Walaupun dengan biaya instalasi yang tidak murah, namun akan bagus diterapkan
untuk jangka panjang (kedepannya). Dengan proses fabrikasi, maka sampah-
sampah plastik yang menumpuk pada landfill akan segera berkurang dan
terkonversi menjadi bijih plastik yang bisa dikomersilkan. Ini merupakan sisi
positif dari penerapan fabrikasi di TPA Manggar, selain mengurangi kuantitas
sampah plastik dengan cepat juga dapat menambah pemasukan keuangan TPA
Manggar yang mana dari pemasukan tersebut dapat digunakan untuk kebutuhan
TPA Manggar lainnya. Penerapan solusi ini akan lebih menguntungkan jika TPA
Manggar bisa memproduksi bijih plastik dalam jumlah besar, karena akan
menjadikan TPA Manggar sebagai supplier untuk industri plastik di Kalimantan.

14
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
a. Jenis sampah berdasarkan unsur pembentukan terbagi menjadi 2 yaitu
sampah organik dan anorganik. Sedangkan jenis sampah berdasarkan
sumbernya terdiri dari sampah rumah tinggal, daerah komersial,
perkantoran, jalan / tempat umum, serta industri dan rumah sakit.
b. Langkah-langkah daur ulang sampah plastik dengan metode fabrikasi
antara lain pemotongan, pemanasan dan pelunakan, pembentukan dan
pencetakan, pengerjaan menggunakan mesin, serta penghalusan atau
proses finishing.

5.2 Saran
Adapun saran yang mungkin dapat digunakan TPA Manggar untuk
menyelesaikan masalah yang timbul, yaitu sebagai berikut.
a. Sebaiknya dalam mengelolah sampah plastik menggunakan metode
fabrikasi

15
DAFTAR PUSTAKA

Alrashid, Dendi Anugrah dan Kahfiati Kahdar. 2014. Eksplorasi Sampah Plastik
Menggunakan Metode Fabrikasi Untuk Produk Fashion. Jurnal Tingkat
Sarjana bidang Senirupa dan Desain. No. 1 : 2.
Kasam. 2011. Analisis Resiko Lingkungan pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Sampah (Studi Kasus: TPA Piyungan Bantul). Jurnal Sains dan Teknologi
Lingkungan. Vol. 3, No. 1 : 019-030
Mossman, Susan. 2008. FANTASTIC PLASTIC. London: Black Dog Publishing.
Nandi. 2005. Kajian Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah
Dalam Konteks Tata-Ruang. Jurnal “GEA” Jurusan Pendidikan Geografi Vol.
5, No. 9
Nasution, Reni Silvia. 2015. Berbagai Cara Penanggulangan Limbah Plastik.
Program Studi Kimia UIN Ar-Raniry: 101-102.
Newman, Thelma R. 1964. PLASTICS AS AN ART FORM REVISED EDITION.
Philadelphia: Chilton Book Company.
Pratiwi, Irma Hardi, Sritomo Wignjosoebroto, Dyah Santhi Dewi. 2012. Sistem
Pengelolaan Sampah Plastik Terintegrasi Dengan Pendekatan Ergonomi
Total Guna Meningkatkan Peran Serta Masyarakat (Studi Kasus: Surabaya) :
5
Purwaningrum, P. et al. 2011. Desain Pengembangan Landfill Zona 3. Jurusan
Teknik Lingkungan Universitas Trisakti: 160-162.
Safei, Achmad. 2005. Optimalisasi Masa Pakai TPA Manggar Kota Balikpapan.
Jurusan Teknik Lingkungan ITS: 33-34.
Sahwan, Firman L. 2005. Sistem Pengelolaan Limbah Plastik Di Indonesia.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan: 312-313.

Anda mungkin juga menyukai