Disusun Oleh:
Kelompok 4
1. Adhya Yani (05151003)
2. Kurniati (02151009)
3. Nurul Ilma H (02151015)
4. Mela Aurelia (05151023)
5. Nabila Retno (02151027)
6. Nindita Cahya K (05151030)
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kuliah lapangan yang berjudul
“Teknologi Fabrikasi Sampah Plastik Sebagai Solusi yang Tepat Untuk TPA
Manggar Balikpapan”.
Laporan kuliah lapangan ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi
kelengkapan nilai mata kuliah Wawasan Teknologi Lingkungan. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Cut Keumala Banaget S.T, M.T selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Wawasan dan Teknologi Lingkungan.
Manggar.
3. Serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan kuliah lapangan ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih belum sempurna,
karena itu kami mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun. Semoga
laporan kuliah lapangan ini bermanfaat bagi kita semua. Atas perhatiannya kami
ucapkan terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Fabrikasi Sampah Plastik sebagai Solusi yang Tepat untuk TPA Manggar
Balikpapan diharapkan dapat memberikan alternatif desain produk daur ulang
sampah plastik dengan kualitas visual yang baik yang dihasilkan dari metode
fabrikasi. Metode fabrikasi adalah metode pembuatan material plastik yang terdiri
dari banyak teknik seperti pemotongan (cutting), pemanasan (heating), pelunakan
(softening), pembengkokan (bending), pembentukan (forming), pengerjaan
menggunakan mesin (machining), pencampuran (bonding), dan penghalusan
(finishing) material plastik dengan atau tanpa bahan tambahan menjadi produk
jadi.
2
Kuliah Lapangan :
a. Mengetahui jenis – jenis sampah berdasarkan pembentukan dan
sumbernya.
b. Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai pengolahan sampah di
lingkungan sekitar kota Balikpapan.
c. Membangun kesadaran masyarakat mengenai bahaya dari limbah
plastik terhadap lingkungan sekitar.
d. Mengurangi masalah limbah plastik yang terus meningkat setiap
harinya dengan solusi menggunakan metode fabrikasi.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
3. Sampah dari perkantoran / institusi: sumber sampah dari kelompok ini
meliputi perkantoran, sekolah, rumah sakit, lembaga pemasyarakatan, dll.
(Damanhuri dan Padmi, 2010).
4. Sampah dari jalan / taman dan tempat umum: sumber sampah dari kelompok
ini dapat berupa jalan kota, taman, tempat parkir, tempat rekreasi, dll. Dari
daerah ini umumnya dihasilkan sampah berupa daun / dahan pohon, pasir /
lumpur, sampah umum seperti plastik, kertas (Damanhuri dan Padmi, 2010).
5. Sampah dari industri dan rumah sakit yang sejenis sampah kota: kegiatan
umum dalam lingkungan industri dan rumah sakit tetap menghasilkan
sampah sejenis sampah domestik, seperti sisa makanan, kertas, plastik
(Damanhuri dan Padmi, 2010).
5
2.3 Penanggulangan Limbah Plastik Dengan Metode Fabrikasi
Penumpukan limbah plastik tentu tidak dapat dibiarkan. Penanggulangan
limbah plastik dengan cara menguburnya ditanah tentu bukan merupakan solusi
yang baik mengingat sifatnya yang sulit terurai di alam, apalagi dengan cara
membakarnya dimana saat proses pembakaran dihasilkan senyawa kimia
berbahaya bagi manusia. Terdapat cara penanggulangan limbah plastik selain
mengubur ataupun membakarnya, salah satunya dengan cara proses daur ulang
limbah plastik yaitu dengan metode fabrikasi. Langkah –langkah pengolahan
limbah plastik dilakukan dengan menggunakan metode fabrikasi di antaranya (1)
pemotongan sampah kemasan plastik menjadi potongan – potongan kecil. Proses
ini bertujuan untuk menyamarkan label produk, gambar, serta tulisan yang
terdapat pada kemasan plastik sehingga produk yang dihasilkan tidak terlihat
sebagai produk daur ulang dari sampah kemasan plastik, (2) pemanasan dan
pelunakan, dilakukan pada potongan – potongan sampah kemasan plastik hasil
dari proses pemotongan menggunakan mesin kempa dan heat gun. Tahapan ini
bertujuan merekatkan potongan - potongan sampah kemasan plastik menjadi
bentuk lembaran sehingga memudahkan pengaplikasian material tersebut di
proses - proses selanjutnya, (3) pembentukan dan pencetakan, proses
pembentukan dilakukan dengan cara melunakkan material sampah plastik
menggunakan teknik heat transfer kemudian dicetak, (4) pengerjaan
menanggunakan mesin atau machining adalah proses pembentukan material daur
ulang dilakukan menggunakan alat pertukangan baik yang sederhana maupun
yang canggih untuk mencapai suatu kondisi material yang diinginkan, dan (5)
penghalusan atau proses finishing merupakan proses terakhir yang dilakukan
setelah melalui proses - proses sebelumnya. Pada proses finishing, dilakukan
pelapisan clear spray agar material hasil daur ulang terlihat rapi dan mengilap.
Secara umum semua proses dalam metode fabrikasi dilakukan menggunakan
peralatan sederhana yang mudah diperoleh seperti gunting, alat pertukangan, heat
gun, mesin kempa, dan sebagainya. Produk yang dihasilkan dari pengolahan
limbah plastik dengan menggunakan metode fabrikasi dapat diaplikasikan pada
berbagai kerajinan kreatif yang mempunyai nilai seni dan nilai ekonomi yang
tinggi (Nasution, 2015).
6
BAB III
GAMBARAN UMUM
3.2 Pengangkutan
Proses pengelolaan sampah di TPA Manggar di mulai dari proses
pengangkutan. Masyarakat akan membuang sampah di kontainer. Kemudian
petugas dari TPA Manggar mengangkut sampah-sampah tersebut dengan
menggunakan truck. Sampah akan diangkut menuju tempat pemrosesan akhir di
Manggar. Sampah-sampah yang diangkut tidak hanya berasal dari rumah tangga
melainkan juga berasal dari pasar, industri dan rumah sakit. Setelah diangkut,
7
sampah akan dikelola berdasarkan jenisnya. Sampah organik (biasanya berasal
dari pasar) akan langsung diolah menjadi kompos. Sedangkan sampah anorganik
akan disimpan pada sanitary landfill.
3.3 Pengomposan
Sampah organik yang terkumpul biasanya mencapai 60%. sampah-sampah
tersebut biasanya berasal dari pasar. Sampah tersebut kemudian diolah menjadi
kompos. Proses awal pengomposan ialah pemilahan. Sampah yang berasal dari
rumah tangga, pasar, dan industri harus dipilah kembali agar yang tertinggal
hanya sampah organik. Selanjutnya proses pencacahan kasar. Pada tahap ini
sampah organik akan dicacah hingga berukuran sekitar 1 sampai 5 cm. Setelah itu,
sampah memasuki proses fermentasi. Pada fermentasi digunakan bakteri EM4
(Effective Microorganisms 4), seperti bakteri dari genus Lactobacillus.
Bakteri EM4 kemudian dicampurkan dengan gula merah (sebagai nutrien
bakteri) agar bekerja lebih efektif. EM4 yang dihasilkan adalah 20 liter dan
digunakan untuk 1 ton sampah organik yang telah dicacah. Setelah bakteri dan
sampah telah tercampur, maka sampah akan ditutup dengan terpal selama 7 hari
dengan suhu 50oC untuk proses fermentasi. Pada hari ke-8, penutup tumpukan
sampah dibuka dan didiamkan secara terbuka untuk beberapa menit. Kemudian
tumpukan sampah tersebut di pindahkan ke proses pengeringan. Proses
pengeringan hanya menggunakan panas matahari. Dan selama pengeringan
tumpukan sampah, dilakukan pembalikan sebanyak 3 kali dalam 4 hari. Jika
terjadi hujan, maka tumpukan hanya ditutup kembali dan akan dilakukan
pengeringan kembali mulai dari awal. Oleh karena itu, proses pengeringan
membutuhkan waktu yang lama. Dan setelah sebulan, sampah yang telah kering
akan melalui pencacahan halus, pengayakan dan penyaringan. Dan setelah proses
penyaringan, sampah akan dikemas serta disimpan.
8
dapat diolah lagi seperti sampah anorganik khususnya sampah plastik dan kaleng.
Metode sanitary landfill dilakukan dengan cara mengurung sampah secara lapis-
perlapis pada lahan yang telah disiapkan, diratakan dan dipadatkan (Damanhuri
dan Padmi, 2010).
TPA Manggar telah melakukan metode ini dari tahun 2002. Dan terdapat 3
zona sanitary landfill di TPA Manggar, yakni zona 1 yang dibuka pada tahun
2002 ditutup tahun 2008 dengan luas sebesar 2,6 hektar, zona 2 dibuka pada 2008
dan ditutup tahun 2014, dan zona 3 yang dibuka tahun 2014 hingga 2016.
Sampah yang telah ditimbun akan terurai selama 40 tahun. Dan menurut
Kementrian Pekerjaan Umum, setelah 40 tahun landfill dapat dibuka dan
digunakan kembali. Adapun yang terjadi ketika hujan, yaitu air hujan akan
meresap ke dalam tanah dan bercampur dengan sampah sehingga menghasilkan
air sampah atau yang sering disebut dengan air lindi (leacheat).
9
3.6 Pengolahan Air Sampah
Air sampah yang tidak lagi mengandung gas metan, harus diproses terlebih
dahulu sebelum dialirkan ke sungai. Proses awal ialah air sampah dialirkan
menuju bak pengumpul. Pada bak tersebut terjadi 2 proses yaitu aerob (dimana
terdapat bakteri pengurai zat nitrogen) dan anaerob yang terjadi pada air yang
lebih dalam. Proses selanjutnya ialah menuju kolam fakultatif. Pada kolam
tersebut terjadi pengendapan selama 2 minggu. Hasil endapan akan diangkut
secara manual dan dipindahkan untuk proses pengomposan dan juga untuk
menutup daerah landfill. Adapun air hasil pengendapan dialirkan menuju kolam
aerasi. Hal tersebut diperlukan untuk mencampurkan air dengan oksigen sebagai
upaya netralisasi air sampah. Setelah aerasi, air akan dialirkan menuju proses
maturasi (penenangan). Dan kemudian dialirkan menuju biofilter. Biofilter
berfungsi untuk meyaring zat-zat pencemar lainnya sehingga COD (Chemical
Oxygen Demand) dan BOD (Biological Oxygen Demand) sesuai dengan baku
mutu. Selanjutnya air dialirkan menuju wetland. Pada proses ini terjadi
penyerapan zat warna oleh tumbuhan dan umumnya digunakan rumput gajah.
Setelah semua proses dilalui, air akan dialirkan menuju sungai.
10
BAB 4
PEMBAHASAN
4.2 Permasalahan
Sampah plastik merupakan permasalahan yang tiada habisnya dihadapi oleh
Indonesia. Selama ini, warga hanya mendaur ulang sebagian kecil plastik yang
masih dapat digunakan dan sisanya dibiarkan menumpuk dan tertimbun di tanah
hingga terurai selama bertahun-tahun. Sama halnya yang terjadi di Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) Manggar Balikpapan.
Seiring pertumbuhan ekonomi dan penduduk, sampah plastik hasil aktivitas
manusia akan terus bertambah dan tidak sebanding dengan perlakuan sampah
11
plastik yang selama ini dijalankan. Sistem perlakuan terhadap sampah anorganik
TPA Manggar masih harus dibenahi karena belum bisa dikatakan efisien. Kepala
UPT TPA Manggar mengatakan bahwa salah satu jenis sampah yang belum
termanfaatkan adalah sampah anorganik, tepatnya plastik. Selama ini, perlakuan
untuk sampah plastik adalah dengan menerapkan landfilling, dengan
membiarkannya menumpuk berlapis-lapis dengan tanah dan terurai selama
bertahun-tahun. Sistem landfilling bukan merupakan solusi yang tepat untuk
permasalahan sampah plastik tersebut.
Metode pengolahan sampah di TPA Piyungan, Bantul menggunakan sistem
Sanitary Landfill, tumpukan sampah dilapisi dengan timbunan tanah, serta
terdapat kolam pengolahan leachate (lindi) pipa pengendali gas buang, sistem
drainase dan lapisan kedap air (Kasam, 2011). Sangat mungkin bahwa leachate
yang dihasilkan dari degradasi sampah akan bergerak melalui poripori tanah yang
selanjutnya akan bercampur dengan air tanah (groundwater) sehingga pencemar
akan terpapar ke lingkungan sekitar. Dari contoh TPA Piyungan tersebut
menunjukkan bahwa sistem landiflling masih belum baik. Ini yang harus dibenahi
dari TPA Manggar Balikpapan.
4.3 Solusi
Terdapat banyak teknologi pengolahan sampah anorganik (tepatnya plastik)
yang dapat diterapkan di TPA Manggar. Salah satunya, menggunakan metode
fabrikasi. Metode fabrikasi adalah metode pembuatan material plastik yang terdiri
dari banyak teknik seperti pemotongan (cutting), pemanasan (heating), pelunakan
(softening), pembengkokan (bending), pembentukan (forming), pengerjaan
menggunakan mesin (machining), pencampuran (bonding), dan penghalusan
(finishing) material plastik dengan atau tanpa bahan tambahan menjadi produk
jadi (Alrashid, 2014).
Sampah plastik untuk metode fabrikasi menggunakan sampah plastik yang
kering sehingga sebelum diproses sampah plastik dari penampungan dipisahkan
yang basah dan yang kering. Pada tahap kompaksi, sampah plastik kering dipilah
lagi berdasarkan ketebalan plastiknya. Ketebalan plastik akan mempengaruhi
proses pelelehan (melting) karena plastik yang tebal akan memerlukan temperatur
12
yang lebih tinggi untuk dapat leleh. Setelah dipilah, masing-masing yang telah
dipisahkan tersebut (tebal dan tipis) kemudian di cuci untuk menghilangkan label
merek (brand) yang tergambar pada kemasan-kemasan atau produk plastik yang
umumnya terbuat dari kertas atau metal. Kemudian, plastik-plastik dipipihkan
dan dipotong-potong hingga menjadi serpihan kecil.
Ko
mpa
ksi
Fab
rika
si
13
kontaminasi (contaminant) yang tidak tersaring saat inspeksi (pemilahan tahap I).
Strand selanjutnya masuk ke dalam mesin peletisasi, sehingga dihasilkan bijih
plastik recycle (Pratiwi, 2012).
Metode fabrikasi bagus dan tepat untuk diterapkan di TPA Manggar.
Walaupun dengan biaya instalasi yang tidak murah, namun akan bagus diterapkan
untuk jangka panjang (kedepannya). Dengan proses fabrikasi, maka sampah-
sampah plastik yang menumpuk pada landfill akan segera berkurang dan
terkonversi menjadi bijih plastik yang bisa dikomersilkan. Ini merupakan sisi
positif dari penerapan fabrikasi di TPA Manggar, selain mengurangi kuantitas
sampah plastik dengan cepat juga dapat menambah pemasukan keuangan TPA
Manggar yang mana dari pemasukan tersebut dapat digunakan untuk kebutuhan
TPA Manggar lainnya. Penerapan solusi ini akan lebih menguntungkan jika TPA
Manggar bisa memproduksi bijih plastik dalam jumlah besar, karena akan
menjadikan TPA Manggar sebagai supplier untuk industri plastik di Kalimantan.
14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
a. Jenis sampah berdasarkan unsur pembentukan terbagi menjadi 2 yaitu
sampah organik dan anorganik. Sedangkan jenis sampah berdasarkan
sumbernya terdiri dari sampah rumah tinggal, daerah komersial,
perkantoran, jalan / tempat umum, serta industri dan rumah sakit.
b. Langkah-langkah daur ulang sampah plastik dengan metode fabrikasi
antara lain pemotongan, pemanasan dan pelunakan, pembentukan dan
pencetakan, pengerjaan menggunakan mesin, serta penghalusan atau
proses finishing.
5.2 Saran
Adapun saran yang mungkin dapat digunakan TPA Manggar untuk
menyelesaikan masalah yang timbul, yaitu sebagai berikut.
a. Sebaiknya dalam mengelolah sampah plastik menggunakan metode
fabrikasi
15
DAFTAR PUSTAKA
Alrashid, Dendi Anugrah dan Kahfiati Kahdar. 2014. Eksplorasi Sampah Plastik
Menggunakan Metode Fabrikasi Untuk Produk Fashion. Jurnal Tingkat
Sarjana bidang Senirupa dan Desain. No. 1 : 2.
Kasam. 2011. Analisis Resiko Lingkungan pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Sampah (Studi Kasus: TPA Piyungan Bantul). Jurnal Sains dan Teknologi
Lingkungan. Vol. 3, No. 1 : 019-030
Mossman, Susan. 2008. FANTASTIC PLASTIC. London: Black Dog Publishing.
Nandi. 2005. Kajian Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah
Dalam Konteks Tata-Ruang. Jurnal “GEA” Jurusan Pendidikan Geografi Vol.
5, No. 9
Nasution, Reni Silvia. 2015. Berbagai Cara Penanggulangan Limbah Plastik.
Program Studi Kimia UIN Ar-Raniry: 101-102.
Newman, Thelma R. 1964. PLASTICS AS AN ART FORM REVISED EDITION.
Philadelphia: Chilton Book Company.
Pratiwi, Irma Hardi, Sritomo Wignjosoebroto, Dyah Santhi Dewi. 2012. Sistem
Pengelolaan Sampah Plastik Terintegrasi Dengan Pendekatan Ergonomi
Total Guna Meningkatkan Peran Serta Masyarakat (Studi Kasus: Surabaya) :
5
Purwaningrum, P. et al. 2011. Desain Pengembangan Landfill Zona 3. Jurusan
Teknik Lingkungan Universitas Trisakti: 160-162.
Safei, Achmad. 2005. Optimalisasi Masa Pakai TPA Manggar Kota Balikpapan.
Jurusan Teknik Lingkungan ITS: 33-34.
Sahwan, Firman L. 2005. Sistem Pengelolaan Limbah Plastik Di Indonesia.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan: 312-313.