DISUSUN OLEH :
1. ANJELI (08041181924009)
2. DESTI SAFITRI (08041181924011)
3. IRMASTIKA (08041181924007)
4. RIA NAULIA (08041381924109)
5. SITI FAIZA (08041181924005)
Puji dan syukur penulis panjatkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi petunjuk dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini,
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa susunan dan materi yang terkandung di dalam
makalah ini belumlah sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun
selalu penulis harapkan dengan senang hati dari semua pihak demi kesempurnaan
makalah ini.
Insya Allah makalah ini dapat membawa pemahaman dan pengetahuan bagi kita semua
tentang tata cara pengolahan limbah plastik sebagai modal pembelajaran dalam mata
kuliah pengolahan limbah.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus meningkat. Data
BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan plastik impor Indonesia,
terutama polipropilena (PP) pada tahun 1995 sebesar 136.122,7 ton sedangkan pada
tahun 1999 sebesar 182.523,6 ton, sehingga dalam kurun waktu tersebut terjadi
peningkatan sebesar 34,15%. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat pada
tahun-tahun selanjutnya. Sebagai konsekuensinya, peningkatan limbah plastikpun tidak
terelakkan. Menurut Hartono (1998) komposisi sampah atau limbah plastik yang dibuang
oleh setiap rumah tangga adalah 9,3% dari total sampah rumah tangga. Di Jabotabek
rata-rata setiap pabrik menghasilkan satu ton limbah plastik setiap minggunya. Jumlah
tersebut akan terus bertambah, disebabkan sifat-sifat yang dimiliki plastik, antara lain
tidak dapat membusuk, tidak terurai secara alami, tidak dapat menyerap air, maupun
tidak dapat berkarat, dan pada akhirnya menjadi masalah bagi lingkungan. (YBP, 1986).
Plastik juga merupakan bahan anorganik buatan yang tersusun dari bahan-bahan kimia
yang cukup berbahaya bagi lingkungan. Limbah daripada plastik ini sangatlah sulit untuk
diuraikan secara alami. Untuk menguraikan sampah plastik itu sendiri membutuhkan
kurang lebih 80 tahun agar dapat terdegradasi secara sempurna. Oleh karena itu
penggunaan bahan plastik dapat dikatakan tidak bersahabat ataupun konservatif bagi
lingkungan apabila digunakan tanpa menggunakan batasan tertentu. Sedangkan di dalam
kehidupan sehari-hari, khususnya kita yang berada di Indonesia, penggunaan bahan
plastik bisa kita temukan di hampir seluruh aktivitas hidup kita. Padahal apabila kita
sadar, kita mampu berbuat lebih untuk hal ini yaitu dengan menggunakan kembali
(reuse) kantung plastik yang disimpan di rumah. Dengan demikian secara tidak langsung
kita telah mengurangi limbah plastik yang dapat terbuang percuma setelah digunakan
(reduce). Atau bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi
sesuatu yang lebih berguna (recycle).
Akibat dari semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta aktivitas lainnya
maka bertambah pula buangan/limbah yang dihasilkan. Limbah/buangan yang
ditimbulkan dari aktivitas dan konsumsi masyarakat sering disebut limbah domestik atau
sampah. Limbah tersebut menjadi permasalahan lingkungan karena kuantitas maupun
tingkat bahayanya mengganggu kehidupan makhluk hidup lainnya. Selain itu aktifitas
industri yang kian meningkat tidak terlepas dari isu lingkungan. Industri selain
menghasilkan produk juga menghasilkan limbah. Dan bila limbah industri ini dibuang
langsung ke lingkungan akan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Limbah
adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah), yang kehadirannya pada
suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai
ekonomis.Jenis limbah pada dasarnya memiliki dua bentuk yang umum yaitu; padat dan
cair, dengan tiga prinsip pengolahan dasar teknologi pengolahan limbah.
Limbah dihasilkan pada umumnya akibat dari sebuah proses produksi yang keluar dalam
bentuk % scrapt atau bahan baku yang memang sudah bisa terpakai. Dalam sebuah
hukum ekologi menyatakan bahwa semua yang ada di dunia ini tidak ada yang gratis.
Artinya alam sendiri mengeluarkan limbah akan tetapi limbah tersebut selalu dan akan
dimanfaatkan oleh makhluk yang lain. Prinsip ini dikenal dengan prinsip Ekosistem
(ekologi sistem) dimana makhluk hidup yang ada di dalam sebuah rantai pasok makanan
akan menerima limbah sebagai bahan baku yang baru.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah limbah plastik ini adalah sebagai berikut:
BAB II
PEMBAHASAN
terpisahkan dalam kehidupan manusia. Diperkirakan ada 500 juta sampai 1 milyar
kantong plastik digunakan penduduk dunia dalam satu tahun. Ini berarti ada sekitar 1 juta
kantong plastik per menit. Untuk membuatnya, diperlukan 12 juta barel minyak per
tahun, dan 14 juta pohon ditebang.
Konsumsi berlebih terhadap plastik pun mengakibatkan jumlah sampah plastik yang
besar. Karena bukan berasal dari senyawa biologis, plastik memiliki sifat sulit
terdegradasi (non-biodegradable). Plastik diperkirakan membutuhkan waktu 100 hingga
500 tahun hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan sempurna. Sampah kantong
plastik dapat mencemari tanah, air, laut, bahkan udara.
Kantong plastik terbuat dari penyulingan gas dan minyak yang disebut ethylene. Minyak,
gas dan batu bara mentah adalah sumber daya alam yang tak dapat diperbarui. Semakin
banyak penggunaan palstik berarti semakin cepat menghabiskan sumber daya alam
tersebut.
Fakta tentang bahan pembuat plastik, (umumnya polimer polivinil) terbuat dari
polychlorinated biphenyl (PCB) yang mempunyai struktur mirip DDT, sehingga kantong
plastik sulit untuk diurai oleh tanah hingga membutuhkan waktu antara 100 hingga 500
tahun. Keadaan plastik yang seperti ini akan memberikan akibat antara lain:
Sebagai tambahan pemahaman, kami beberkan beberapa fakta yang berkaitan dengan
sampah plastik dan lingkungan:
kantong plastik sisa telah banyak ditemukan di kerongkongan anak elang laut di
Pulau Midway, Lautan Pacifik;
sekitar 80% sampah dilautan berasal dari daratan, dan hampir 90% adalah plastik;
dalam bulan Juni 2006 program lingkungan PBB memperkirakan dalam setiap mil
persegi terdapat 46,000 sampah plastik mengambang di lautan;
setiap tahun, plastik telah ’membunuh’ hingga 1 juta burung laut, 100.000 mamalia
laut dan ikan-ikan yang tak terhitung jumlahnya;
banyak penyu di kepulauan seribu yang mati karena memakan plastik yang dikira
ubur-ubur, makanan yang disukainya.
Pembuatan busana kreasi baru dari limbah gelas plastik seharusnya bernilai ekonomis
tinggi. Akan tetapi, proses pembuatnnya yang memerlukan waktu relatif lama terutama
dalam mengecat gelas plastik sehingga diperlukan ketelitian dan kesabaran menjadi salah
satu hambatan terwujudnya hal tersebut. Selain pemasangan hiasan gelas plastik.pada
busana, kesulitan yang tampak terdapat pula pada pemeliharaan busana kreasi baru ini,
selain ketelitian dengan penyimpananya diruang yang longgar/tidak sempit, menghindari
udara lembab dan panas, serta secara periodik dikeluarkan guna diangin-anginkan
menjadi kaharusan untuk pemeliharaan busana. Selain itu, bahan baku limbah yang
digunakan yang pada hakikatnya merupakan sampah yang tidak dipakai lagi
mengharuskan biaya pengolahannya tidak termasuk dalam kisaran yang kecil.
Pemanfaatan plastik daur ulang dalam bidang komposit kayu di Indonesia masih terbatas
pada tahap penelitian. Ada dua strategi dalam pembuatan komposit kayu dengan
memanfaatkan plastik, pertama plastik dijadikan sebagai binder sedangkan kayu sebagai
komponen utama; kedua kayu dijadikan bahan pengisi/filler dan plastik sebagai
matriksnya. Penelitian mengenai pemanfaatan plastik polipropilena daur ulang sebagai
substitusi perekat termoset dalam pembuatan papan partikel telah dilakukan oleh
Febrianto dkk (2001). Produk papan partikel yang dihasilkan memiliki stabilitas dimensi
dan kekuatan mekanis yang tinggi dibandingkan dengan papan partikel konvensional.
Penelitian plastik daur ulang sebagai matriks komposit kayu plastik dilakukan Setyawati
(2003) dan Sulaeman (2003) dengan menggunakan plastik polipropilena daur ulang.
Dalam pembuatan komposit kayu plastik daur ulang, beberapa polimer termoplastik
dapat digunakan sebagai matriks, tetapi dibatasi oleh rendahnya temperatur permulaan
dan pemanasan dekomposisi kayu (lebih kurang 200°C).
Segala keunggulan ini membuat plastik digemari dan banyak digunakan dalam hampir
setiap aspek kehidupan manusia. Akibatnya jumlah produk plastik yang akan menjadi
sampah pun terus bertambah. Limbah plastik yang umum ditemukan di tempat
pembuangan sampah antara lain botol minuman dan deterjen yang termasuk jenis PET,
dan kantong plastik. Jumlah kantong plastik di TPA terus menumpuk karena tidak terlalu
diminati karena memiliki nilai jual yang rendah. Kantong-kantong plastik ini tidak
mudah terurai sehingga hanya akan terus menumpuk dan bertambah di TPA sampai 1000
tahun ke depan.
Oleh karena itu diperlukannya suatu solusi tepat yang bukan hanya mengurangi
penggunaan kantong plastik karena selama masih diijinkan untuk digunakan maka
kantong plastik itu akan terus ada dan bertambah. Limbah kantong plastik yang
menumpuk di TPA dapat menjadi peluang dan jika diolah dengan benar dapat menjadi
sumber daya. Pengembangan proses pengolahan kantong plastik dilakukan melaui
eksperimentasi untuk membuka peluang pemanfaatan kantong plastik dengan penerapan
teknologi sederhana, murah, dan nyata. Eksperimen juga mencakup eksplorasi sifat dan
karakteristik kantong plastik yang unik untuk diaplikasikan menjadi produk bernilai
tinggi sehingga dapat menaikkan nilai dari limbah kantong plastik.
Beberapa solusi Atau cara pengolahan limbah plastik secara umum, yaitu sebagai berikut
:
2.4.1. Daur Ulang
Daur ulang merupakan proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru
dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang
berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan
energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan
dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan
sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan,
pendistribusian dan pembuatan produk / material bekas pakai, dan komponen utama
dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga adalam proses hierarki sampah 3R
(Reuse, Reduce, and Recycle). Pemanfaatan limbah plastik dengan cara daur ulang
umumnya dilakukan oleh industri.”Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu
sampah plastic dapat diproses oleh suatu industri, antara lain limbah harus homogen,
tidak terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi. Untuk mengatasi masalah
tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana, yaitu
pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi dan
sebagainya.
Beberapa bentuk hasil daur ulang dari sampah plastik, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.4.1. Hasil Daur Ulang Sampah Plastik
No. Jenis Sampah Plastik -Produk Hasil Daur Ulang
1. Acrytic Toples, tatakan/tutup gelas
2. AS sen Nampan, korek gas, toples
3. Chip tali Rambut boneka
4. Duragon Roda kaset
5. HD ember Centong, tempat sabun, piring
6. HD blowing Celengan, botol plastic
7. HD hitam Ember, roda mobil mainan
8. HD tikar Ember, piring, rolan kabel
9. HD butek Corong, tempat sayuran, tempat sambal
10. PVC selang Sandal, sepatu boot
11 PVC botol Celengan, botol
12. PVC blue band Botol, celengan, toples
13. PP kardus Ember, gayung, piring
14. PP ember cat Thermos, gayung
15. PP tali Cangkir, gelas,tali raffia, gayung
2.4.2. Incinerasi
Cara lain untuk mengatasi limbah plastik adalah dengan membakarnya pada suhu tinggi
(incinerasi). Limbah plastik mempunyai nilai kalor yang tinggi, sehingga dapat
digunkana sebagai sumber tenaga untuk pembangkit listrik. Beberapa pembangkit listrik
menggunakan batu bara yang dicampur dengan beberapa persen ban bekas. Akan tetapi,
pembakaran sebenarnya menimbulkan masalah baru, yaitu pencemaran udara.
Pembakaran plastik seperti PVC menghasilkan gas HCl yang bersifat korosif.
Pembakaran ban bekas menghasilkan asap hitam yang sangat pekat dan gas-gas yang
bersifat korosif. Gas-gas korosif ini membuat incinerator cepat terkorosi. Polusi yang
paling serius adalah dibebaskannya gas dioksin yang sangat beracun pada pembakaran
senyawa yang mengandung klorin seperti PVC. Untuk itu, pembakaran harus dilakukan
dengan pengontrolan yang baik untuk mengurangi polusi udara.
Meskipun selama ini belum pernah ada pengaduan atau keluhan mengenai gangguan
kesehatan akibat penggunaan kantung “kresek” sebagai wadah makanan, namun kita
perlu berhati-hati. Kalau mau mewadahi makanan siap santap dengan plastik kresek
sebaiknya dilapisi dulu dengan bahan yang aman seperti daun atau kertas.
Selain plastik kresek, kemasan plastik berbahan polivinil klorida (PVC) dan kemasan
makanan “styrofoam” juga berisiko melepaskan bahan kimia yang bisa membahayakan
kesehatan. Monomer styrene yang tidak ikut bereaksi dapat terlepas bila bereaksi dengan
makanan yang berminyak/berlemak atau mengandung alkohol dalam keadaan panas.
Meskipun bila residunya kecil tidak berbahaya.
LDPE (low density polyethylene) berlabel angka 04 dalam segitiga biasa dipakai untuk
tempat makanan dan botol-botol yang lembek. Barang-barang dengan berkode ini dapat
di daur ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat.
Barang ini bisa dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk tempat
makanan.
PP (polypropylene) berlabel angka 05 dalam segitiga adalah pilihan terbaik untuk bahan
plastik terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat
menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi.
Karakteristik botol ini transparan yang tidak jernih atau berawan.
PS (polystyrene) berlabel angka 06 dalam segitiga biasa dipakai sebagai bahan tempat
makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan
bahan styrine ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine
berbahaya untuk otak dan sistem syaraf. Bahan ini harus dihindari dan banyak negara
bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam
termasuk negara China.
Kemasan plastik yang paling banyak dan paling aman digunakan adalah yang terbuat
dari polyethylene (PE) dan polyprophylene (PP) yang dilabeli terkadang juga dilabeli
dengan gambar gelas dan garpu atau ada tulisan `untuk makanan` atau `for food use`.
Sayangnya masih banyak barang plastik yang tidak mencantumkan simbol-simbol ini,
terutama barang plastik buatan lokal. Pemerintah Indonesia sendiri baru berencana untuk
mewajibkan produsen kemasan makanan melakukan penandaaan atau memberi label.
Rencana ini mulai diterapkan bulan November mendatang.
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Berdasarkan pemaparan yang tertulis pada makalah ini, kami dapat menarik beberapa
simpulan, yaitu sebagai berikut:
- Limbah plastik adalah barang buangan yang berupa plastik yang dihasilkan dari
suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih
dikenal sebagai sampah), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu
tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis
- Sumber sampah plstik tergantung pada produksi plastik itu sendiri dan digolongkan
berdasarkan bahan dasar penyusunnya.
- Pemakaian plastik secara terus menerus akan menghabiskan beberapa sumber daya
alam yang tidak dapat diperbaharui, selain itu menghasilkan beberapa zat yang
berbahaya bagi kesehatan manusia.
- Pemanfaatan limbah plastik merupakan upaya menekan pembuangan plastik
seminimal mungkin yang dapat dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse)
maupun daur ulang (recycle).
- Pengolahan limbah plastik dapat dilakukan dengan daur ulang (pemakaian
kembali), incinerasi (pembakaran), dan penggunaan plastik biodegradable.
3.2 Saran
Limbah rumah tangga yang berjenis anorganik diharap mampu diolah kembali, meskipun
dengan sederhana. Serta menerapkan penempata limbah (sampah) dengan sesuai
jenisnya, apakah limbah organic atau anorganik, agar lebih mudah mendaur ulang.
Daftar Pustaka
Hasanah Putri Aswanti.2014.PENCEMARAN OLEH SAMPAH.Makalah.
https://www.academia.edu/19598884/MAKALAH_-_PENCEMARAN_SAMPAH
Nafisah.dkk.2016.Sampah plastik.Makalah
https://www.academia.edu/8669784/MAKALAH_PENGOLAHAN_LIMBAH_PLASTIK
https://www.academia.edu/9853402/SOLUSI_PERMASALAHAN_SAMPAH_PLASTIK_INSINERAT
OR_DAN_DAUR_ULANG