Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
Alat Untuk Mengubah Sampah Plastik Menjadi BBM Ramah Lingkungan Dengan
Proses Pirolisis Menggunakan Teknik Hydrocracking Sebagai Katalisator

BIDANG KEGIATAN
KARYA INOVASI

Diusulkan Oleh:

Melissa Raidy (5014221036) Angkatan 2022


Umar Abdul Aziz (5014221044) Angkatan 2022
Silvia Grace (5014221132) Angkatan 2022
Najwa Nisyaiyah Hassanah (5014221140) Angkatan 2022

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


SURABAYA
2022
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN……………………………………………………………………3
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………….3
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………3
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………….. 3
1.4 Manfaat…………………………………………………………………………………4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………………..5
2.1 Studi Terdahulu BBM Dari Sampah Plastik……………………………………………5
2.1.1 Plastik……………………………………………………………………………...5
2.1.2 Jenis-jenis Plastik………………………………………………………………….5
2.1.3 Alur Pengolahan Sampah Plastik………………………………………………….6
2.1.4 Pirolisis ……………………………………………………………………………7
2.2 Inovasi yang Diajukan ………………………………………………………………….7
2.3 Langkah-langkah Strategis untuk Mengimplementasikan Inovasi……………………..8
BAB 3. METODE PELAKSANAAN………………………………………………………..9
3.1 Metode Penelitian Alat Inovasi ………………………………………………………...9
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ……………………………………………...10
4.1 Anggaran Biaya ……………………………………………………………………….10
4.2 Format Jadwal Kegiatan ………………………………………………………………10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..12
LAMPIRAN …………………………………………………………………………………13
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota …………………………………………………13
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan energi di Indonesia semakin lama akan semakin meningkat diakibatkan
oleh peningkatan penduduk. Bahan bakar minyak (BBM) memegang posisi yang sangat
dominan dalam pemenuhan kebutuhan energi nasional. Komposisi konsumsi energi nasional
saat ini adalah BBM: 52,50%; Gas: 19,04%; Batubara: 21,52%; Air: 3,73%; Panas Bumi:
3,01%; dan Energi Baru: 0,2%. Dengan kebutuhan energi BBM yang mencapai lebih dari
setengah dibandingkan dengan jenis energi lainnya, ketersediaan BBM semakin lama akan
semakin menipis dikarenakan BBM merupakan jenis energi tak terbarukan, dengan demikian
diperlukan BBM yang ramah lingkungan seperti biodiesel yang diproduksi menggunakan
energi biomassa.
Disisi lain, masalah yang sangat vital dan utama di kota-kota besar yaitu masalah
sampah. Sampah terbagi menjadi dua, yaitu sampah organik dan sampah anorganik.
Sementara itu, contoh sampah anorganik yaitu plastik. Plastik adalah salah satu jenis polimer
yang bahan dasarnya secara umum adalah polipropilena (PP), polietilena (PE), polistirena
(PS), poli metil metakrilat (PMMA), high density polyethylene (HDPE) dan polivinil klorida
(PVC). Plastik hingga saat ini masih merupakan bahan yang banyak digunakan oleh kalangan
industri maupun rumah. Penggunaan plastik yang sangat tinggi memunculkan akibat
terjadinya penumpukan 2 sampah plastik, dan sampah plastik merupakan sampah yang tidak
mudah diuraikan secara cepat oleh mikroorganisme.
Pada kota-kota besar, sampah biasanya akan disetor pada Tempat Pengolahan Sampah
Terpadu (TPS) dan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dimana akan diletakkan pada landfill
yang setiap harinya akan terus menumpuk hingga saat ini banyak dari TPA yang harus
ditutup karena sudah memenuhi batas maksimal penerimaan sampah. Sampah di TPS dan
TPA kurang lebih meliputi 60% organik, 15% plastik, 4% kertas, sisanya berupa: sampah
kaca, dan B3. Plastik merupakan sampah yang sulit terurai, dan membutuhkan waktu puluhan
tahun untuk terurai secara alami di dalam tanah. Untuk mengatasi hal tersebut alternatif yang
sesuai adalah mengolah sampah plastik dengan proses pirolisis. Pirolisis merupakan proses
peruraian suatu bahan pada suhu tinggi tanpa adanya udara atau dengan udara terbatas.

1.2 Rumusan Masalah


Berikut merupakan rumusan permasalahan dari inovasi alat untuk mengubah sampah
plastik menjadi BBM dengan metode pirolisis.
1. Bagaimana agar alat yang diciptakan dapat menghasilkan emisi karbon yang sesedikit
mungkin?
2. Bagaimana agar alat yang diciptakan dapat digunakan untuk segala jenis plastik?
3. Bagaimana cara menciptakan BBM yang efisien dari sampah plastik?

1.3 Tujuan
Berikut merupakan tujuan dari inovasi alat untuk mengubah sampah plastik menjadi
BBM dengan metode pirolisis.
1. Penggunaan proses hydrocracking sebagai katalisator untuk mempercepat laju
pembakaran agar mengurangi potensi emisi karbon.
2. Menganalisis titik leleh tiap jenis plastik agar dapat disesuaikan dan mudah terbakar.
3. Menganalisis nilai kalor tiap pembakaran jenis plastik agar mengetahui efisiensi BBM
yang dihasilkan dari jenis sampah plastik tertentu.

1.4 Manfaat
Berikut adalah manfaat dari inovasi alat untuk mengubah sampah plastik menjadi
BBM dengan metode pirolisis yaitu: memberikan solusi terkait katalisator zeolit dalam proses
hydrocracking untuk mengurangi potensi emisi karbon yang dihasilkan dari proses pirolisis
plastik, memberikan penjelasan titik leleh dan nilai kalor tiap pembakaran jenis plastik agar
mengetahui efisiensi BBM yang dihasilkan serta efektifitas tingkat leleh tiap plastik.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Studi Terdahulu BBM Dari Sampah Plastik
2.1.1 Plastik
Plastik merupakan material terbuat dari nafta yang merupakan produk turunan minyak
bumi yang diperoleh melalui proses penyulingan. Karakteristik plastik yang memiliki
ikatan kimia yang sangat kuat sehingga banyak material yang dipakai oleh masyarakat
berasal dari plastik. Namun plastik merupakan material yang tidak bisa terdekomposisi
secara alami (non biodegradable) sehingga setelah digunakan, material yang berbahan
baku plastik akan menjadi sampah yang sulit diuraikan oleh mikroba tanah dan akan
mencemari lingkungan (Wahyudi et al., 2018).
Komposisi dan material plastik adalah polymer dan zat additive lainnya. Polymer
tersusun dari monomer-monomer yang terikat oleh rantai ikatan kimia (Waste
management information, 2004). Perkembangan plastik bermula dari ditemukannya
plastik pertama yang berasal dari polymer alami, yakni selluloid pada tahun 1869 oleh
investor Amerika John W, Hyatt dan dibentuk pada tahun 1872. Plastik pertama tersusun
oleh nitrat selulosa, kamfer, dan alkohol. Plastik menjadi industri modern setelah adanya
produksi Bakelite oleh American Chemist L. H Baakeland pada tahun 1909. Bakelite
tersusun dari polymer fenol dan formaldehid. Dalam perkembangannya, plastik
digunakan dalam berbagai bentuk dan kegunaan, seperti peralatan makan, pembungkus
makanan, lensa optik, struktur bangunan, furniture, fiberglass, dan lain-lain (Waste
management information, 2004).

2.1.2 Jenis-jenis Plastik


Berdasarkan jenis produknya, terdapat 6 jenis plastik yaitu Polyethylene Terephthalate
(PET), High Density Polyethylene (HDPE), Chloride (PVC), Low Polyvinyl
Polyethylene (LDPE), Polypropylene (PP), Polystyrene (PS) dan Other. (Hartulistiyoso,
dkk, 2014). Umumnya sampah plastik memiliki komposisi 46% Polyethylene (HDPE
dan LDPE), 16% Polypropylene (PP), 16% Polystyrene (PS), 7% Polyvinyl Chloride
(PVC), 5% Polyethylene Trephthalate (PET), 5% Acrylonitrile-Butadiene-Styrene (ABS)
dan polimer-polimer lainnya. Lebih dari 70% plastik yang dihasilkan saat ini adalah
Polyethylene (PE), Polpropylene (PP), Polystyrene (PS), dan Polyvinyl Chloride (PVC)
sehingga sebagian besar studi yang dilakukan berhubungan dengan keempat jenis
polimer tersebut (Praputri dkk, 2016).
2.1.3 Alur Pengolahan Sampah Plastik
Ada beberapa pihak yang terlibat dalam sistem pengelolaan sampah berdasarkan
perannya, yaitu (1) konsumen pengguna plastik; (2) pengelola Bank Sampah; (3)
pemulung dan pengepul sampah; serta (4) pemerintah, melalui Dinas Lingkungan Hidup.
Mengingat bahwa sampah domestik dihasilkan oleh rumah tangga, maka masyarakat
berperan sebagai agen pengolah sampah yang pertama, utamanya dalam memilah
sampah.
Tahap pertama pengolahan sampah plastik dimulai dari rumah tangga yang
merupakan penghasil sampah. Umumnya, masyarakat masih membuang sampah tanpa
memisahkan sampah dapur dari plastik, kaleng, dan kaca. Berdasarkan pengamatan dan
hasil wawancara, sampah-sampah rumah tangga biasanya dikumpulkan oleh pengangkut
sampah keliling yang akan membawanya ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS).
Meskipun demikian, ada pula rumah tangga yang langsung membuang sampah ke TPS,
dan ada yang sampahnya diambil oleh pemulung. Sampah di TPS selanjutnya akan
diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Di TPS dan TPA, sampah akan dipilah
oleh pemulung yang akan menjualnya kepada pengepul. Meskipun demikian, ada pula
anggota masyarakat yang sudah mau memilah sampah lalu mengumpulkannya ke Bank
Sampah. Jika tidak ada usaha pengolahan plastik, oleh pengelola Bank Sampah, sampah
plastik tersebut akan dijual kepada pengepul.
Para pemulung mengumpulkan kantong plastik berdasarkan warnanya, yaitu bening
(tidak berwarna) atau yang berwarna, dan botol-botol plastik. Kantong plastik yang
dikumpulkan oleh pengepul selanjutnya akan disortir oleh pengepul, karena pengepul
hanya mengumpulkan sampah plastik dari jenis PP dan HDPE. Menurut Putra &
Yuriandala (2010), plastik propilen (PP) memiliki titik cair tinggi, lebih tahan terhadap
bahan kimia, dana mat sesuai digunakan untuk menyimpan makanan, minuman, dan
obat. Sementara, plastik HDPE (High Density Polyethylene) sering digunakan untuk
membuat botol untuk kemasan detergen, susu, dan pemutih. Biasanya plastik PP didaur
ulang menjadi sikat dan sapu, sedangkan HDPE dapat didaur ulang menjadi ember dan
pipa. Plastik-plastik yang dikumpulkan pengepul selanjutnya akan dijual ke pabrik
penghasil bijih plastik. Setelah diolah, bijih plastik akan dibeli lagi oleh pengepul yang
akan menjualnya ke pabrik pembuat barang-barang plastik. Akhirnya, plastik daur ulang
tersebut akan kembali lagi kepada pengguna (Septiani et al., 2019).

2.1.4 Pirolisis
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengkonversi sampah plastik
menjadi bahan bakar cair, antara lain: pyrolysis, thermal cracking, and catalitic cracking.
Diantara ketiga metode tersebut, metode pirolisis adalah metode yang menjanjikan.
dianggap paling Pirolisis berasal dari dua kata yaitu pyro yang berarti panas dan lysis
yang berarti penguraian atau degradasi, sehingga pirolisis berarti penguraian biomassa
oleh panas pada suhu lebih dari 150°C.
Pirolisis merupakan proses thermal cracking yaitu proses perekahan atau pemecahan
rantai polimer menjadi senyawa yang lebih sederhana melalui proses thermal
(pemanasan/pembakaran) dengan tanpa maupun sedikit oksigen. Pirolisis merupakan
proses endotermis artinya proses pirolisis hanya bisa terjadi ketika dalam sistem
diberikan energi panas. Energi panas yang dibutuhkan pada proses ini dapat bersumber
dari tenaga listrik maupun dari tungku pembakaran dengan bahan bakar berupa limbah
kayu seperti potongan-potongan kayu, serbuk gergaji, dan lain-lain. Istilah lain dari
pirolisis adalah “destructive distillation” atau destilasi kering, merupakan proses
penguraian yang tidak teratur dari bahan-bahan organik yang disebabkan oleh adanya
pemanasan tanpa berhubungan dengan udara luar.
Plastik yang mengalami proses pirolisis akan terdekomposisi menjadi
material-material pada fase cair dalam bentuk minyak bakar, fase gas berupa campuran
gas yang dapat terkondensasi maupun tidak dapat terkondensasi dan fase padat berupa
residu maupun tar (Hamidi dkk, 2013). Dibandingkan dengan bio-fuel seperti biodisel
maupun bioetanol, minyak hasil pirolisis plastik memiliki beberapa kelebihan. Minyak
hasil pirolisis tidak mengandung air sehingga nilai kalorinya lebih besar. Selain itu,
minyak hasil pirolisis tidak mengandung oksigen sehingga tidak menyebabkan korosi
(Hidayah & Syafrudin, 2018).

2.2 Inovasi yang Diajukan


Studi ini dilakukan untuk merancang sebuah alat yang dapat mengubah sampah
plastik menjadi BBM ramah lingkungan dengan metode pirolisis menggunakan teknik
hydrocracking. Digunakan teknik hydrocracking dengan katalisator zeolit karena
hydrocracking sendiri menggunakan hidrogen yang direaksikan dengan plastik pada suhu
tinggi di ruang tertutup, dengan menggunakan hidrogen, ini akan lebih ramah lingkungan
dibandingkan ketika plastik langusng dipanaskan begitu saja, ditambah dengan katalis zeolit
yang terbukti memiliki tingkat efektivitas tertinggi untuk memproduksi BBM.
2.3 Langkah-langkah Strategis untuk Mengimplementasikan Inovasi
Langkah strategis yang dapat ditawarkan agar inovasi dapat diimplementasikan
dengan menyeluruh adalah sebagai berikut:

Tahap 1: Menginformasikan inovasi alat kepada SPBU di Indonesia khususnya Pertamina


agar dapat menjadi rekomendasi BBM baru yang lebih ramah lingkungan dengan harga yang
terjangkau.

Tahap 2: Mengembangkan kerja sama dengan pihak stakeholders khususnya perusahaan


Pertamina agar BBM olahan plastik dapat mudah di distribusikan pada masyarakat.

Tahap 3: Menggerakkan pihak-pihak yang terlibat dan melaksanakan implementasi dari


inovasi ini.

Tahap 4: Evaluasi, monitoring dan pembelajaran. Kesulitan dan pengalaman yang ada dalam
menciptakan dan penggunaan ini agar menjadi pembelajaran dari model atau sistemnya untuk
kedepannya.
BAB 3. METODE PELAKSANAAN
3.1 Metode Penelitian Alat Inovasi
Dalam teknik pelaksanaan agar BBM dapat diperoleh adalah dengan plastik yang
dipanaskan hingga meleleh dan kemudian berubah menjadi gas karena dipanaskan pada suhu
diatas 400 ℃ tanpa oksigen. Selama proses berlangsung, rantai panjang hidrokarbon akan
terpotong menjadi rantai pendek. Selanjutnya gas akan mengalami kondensasi dan
membentuk cairan pada proses pendinginan yang dilakukan pada gas tersebut. Dan cairan
tersebut nantinya menjadi bahan bakar seperti bensin ataupun bahan bakar diesel.
Tambahkanlah katalis agar hasil yang didapatkan dan performa yang dilakukan menjadi lebih
baik. Suhu, waktu, dan jenis katalis merupakan jenis parameter yang sangat berpengaruh
terhadap produk yang dihasilkan.
Digunakan katalis berupa zeolit dengan katalisator yaitu hydrocracking yang dapat
menghasilkan tingkat fraksa bensin tertinggi dibandingkan katalis lainnya untuk
mempercepat proses pirolisis dan membuat proses tersebut menghasilkan emisi karbon yang
sedikit. Lalu, digunakan mesin reaktor dimana kepingan plastik akan bereaksi dengan panas
dan juga hidrogen pada ruang tertutup tanpa oksigen. Kemudian, kompor akan dinyalakan
dan proses pembakaran akan memakan waktu kurang lebih empat jam setelah tabung reaktor
ditaruh diatas kompor.
Terjadi proses penyubliman uap menjadi zat cair dari hasil pembakaran sampah
plastik yang akan diteruskan melalui pipa pendingin. Zat cair tersebut akan menjadi minyak
mentah dan merupakan bahan dasar dari bahan bakar minyak. Zat cair tersebut akan diproses
kembali dengan metode memanaskan minyak mentah agar dapat mengetahui minyak apa
yang dihasilkan, seperti minyak tanah, bensin, atau solar. Proses pemisahan partikel minyak
itu dibagi ke tiga slot. keluar melalui kran yang berjumlah tiga di setiap slotnya yang
merupakan hasil akhir. BBM sintetis berpotensi menghasilkan 800 mililiter atau 0,8 liter dari
sampah plastik yang ditaruh penuh di dalam tabung reaktor.
Ide menciptakan alat untuk mengubah plastik menjadi BBM bermula saat keresahan
yang terjadi dikarenakan sampah plastik yang jumlahnya semakin lama semakin tidak
terkendali. Tanpa sadar, plastik yang biasa kita pakai sehari-hari seperti menyimpan jajanan
yang kita beli di warung dan di berbagai tempat lainnya telah menurunkan usia bumi sedikit
demi sedikit. Kemudian, diketahui bahwa kebutuhan energi BBM mencapai setengah persen,
yang mana hal tersebut terbilang penting untuk dipikirkan untuk kedepannya yang
memungkinkan BBM mengalami krisis secara berkelanjutan. Maka dari itu, alat untuk
membuat sampah plastik menjadi sebuah BBM akan dibuat berdasarkan proposal yang
dibuat. Bisa dikatakan, alat sejenis ini sudah umum pada masyarakat luas, namun pada alat
ini kami menambahkan metode hydrocracking, yang membuat proses menjadi ramah
lingkungan. Produk dengan ukuran yang dapat dibilang sederhana serta performa yang
dilakukan bersamanya dengan katalis, produk ini mampu digunakan sebagai wadah agar
sampah plastik dapat dikonversi menjadi sebuah BBM.
Secara teknis, produk didesain dan diproduksi seoptimal mungkin agar menciptakan
daya tarik tersendiri. Beberapa bagian yang dibutuhkan seperti drigen oli, valve oli, dan juga
bagian-bagian lainnya yang akan dirakit pada laboratorium yang memungkinkan untuk
digunakan sebagai tempat produksi dari produk tersebut. Blower keong yang merupakan titik
awal mula dari proses sebuah pirolisasi, kemudian dilanjutkan dengan proses memanaskan
dan berakhir dengan hasil berupa BBM.

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN


4.1 Anggaran Biaya
Agar alat inovasi dapat diuji dan diimplementasikan, diperlukan sejumlah anggaran biaya
yang telah disusun sedemikian rupa untuk mengetahui anggaran yang diperlukan. Berikut
adalah rencana anggaran biaya yang diperlukan.

Tabel 4.1 Format Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya


No Jenis Pengeluaran Sumber Dana Besaran Dana
(Rp)
Belmawa 2.000.000
Bahan habis pakai (contoh:
1 Perguruan Tinggi 1.000.000
ATK, kertas, bahan, dll)
Instansi Lain 1.000.000
Sewa dan jasa (sewa/jasa alat; Belmawa 500.000
2 jasa pembuatan produk pihak Perguruan Tinggi 800.000
ketiga, dll) Instansi Lain 200.000
Belmawa 300.000
3 Transportasi lokal maksimal Perguruan Tinggi 300.000
Instansi Lain 300.000
Lain-lain (contoh: biaya Belmawa 100.000
4 komunikasi, biaya bayar akses Perguruan Tinggi 100.000
publikasi, dll) Instansi Lain 100.000
Jumlah 6.700.000

Belmawa 2.900.000
Perguruan Tinggi 2.200.000
Rekap Sumber Dana
Instansi Lain 1.600.000
Jumlah 6.700.000

4.2 Format Jadwal Kegiatan


Agar kegiatan dapat berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, perlu
dibentuk jadwal kegiatan yang terstruktur. Berikut merupakan format jadwal kegiatan selama
mengembangkan riset invoasi ini.

Tabel 4.2 Format Jadwal Kegiatan


Jenis Bulan Penanggung
No
Kegiatan 1 2 3 4 jawab
1 Melaksanaka v v v -
n eksperimen
di
laboratorium
untuk
menguji titik
leleh tiap
jenis plastik
dan nilai
kalor saat
terjadi proses
pirolisis.
2 Membeli v v v v v v v -
bahan dan
alat serta
merangkai
alat yang
akan
digunakan
(sebelum
evaluasi dan
setelah
evaluasi.
3 Menguji alat v v v v -
dan
memastikan
alat bekerja
secara efisien
dan efektif.
4 Bekerja sama v v v v v -
dengan
stakeholder
lainnya.
5 Mengimplem v v v -
entasikan alat
DAFTAR PUSTAKA

[1] Abdullah et al. (2020) Buju Ajar Teknologi Tepat Guna: Mengolah Sampah Plastik
Menjadi Bahan Bakar Minyak . 1st edn. Kayutangi, Banjarmasin: Lambung Mangkurat
University Press.

[2] Purwaningrum, P. (2016) “UPAYA MENGURANGI TIMBULAN SAMPAH PLASTIK


DI LINGKUNGAN ,” INDONESIAN JOURNAL OF URBAN AND ENVIRONMENTAL
TECHNOLOGY, 8(2).

[3] Saputra, R.B. et al. (2020) “RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN ALAT
PENGUBAH SAMPAH PLASTIK MENJADI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM),” Jurnal
Baut dan Manufaktur, 2(2).

[4] Septiani, B.A., Arianie, D.M. and Risman, V.F.A.A. (2019) “Pengelolaan Sampah Plastik
di Salatiga: Praktik dan Tantangan,” JURNAL ILMU LINGKUNGAN, 17(1).

[5] Wahyudi, J., Prayitno, H.T. and Astuti, A.D. (2018) “PEMANFAATAN LIMBAH
PLASTIK SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BAHAN BAKAR ALTERNATIF ,”
Jurnal Litbang, XIV(1).
LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota
1. Biodata Ketua

2. Biodata Anggota 1
3. Biodata Anggota 2
4. Biodata Anggota 3

Anda mungkin juga menyukai