Anda di halaman 1dari 26

PENGOLAHAN LIMBAH PLASTIK UNIVERSITAS AHMAD

DAHLAN MENJADI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

PROPOSAL METODE PENELITIAN

Disusun Oleh:

Oleh:

Rama Diva Fauzia (2000020078)

Erika Ziafani F (2100020053)

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal metode

penelitian ini yang berjudul “PENGOLAHAN SAMPAH PLASTIK SEBAGAI

BAHAN BAKAR ALTERNATIF MENGGUNAKAN METODE DISTILASI

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN”.

Proposal ini disusun untuk memenuhi persyaratan gelar program Metode

Penelitian dan dapat dijadikan sebagai informasi dan pengenalan dunia konversi

energi bagi mahasiswa.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


proposal ini, untuk itu penulis mengharapkan kontribusi dan saran yang bersifat
membangun. Akhir kata, penulis hanya bisa berharap semoga proposal ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak khususnya mahasiswa dan saya sendiri.

yogyakarta, 09 April 2033

Penulis

1
DAFTAR ISI

Judul Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
ABSTRAK iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Batasan Masalah 4
1.4 Tujuan Penelitian 4
1.5 Manfaat Penelitian 4
BAB II DASAR TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu 6
2.2 Plastik 10
2.3 Jenis-Jenis Plastik 11
2.4 Limbah 14
2.5 Destilasi 14
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian 18
3.2 Alat dan Bahan 18
3.3 Teknik Pengumpulan Data 18
3.4 Diagram Alir Penelitian 20
3.5 Jadwal Pelaksanaan Penelitian 21
DAFTAR PUSTAKA 22

2
ABSTRAK

Sebagai perguruan tinggi, Universitas Ahmad Dahlan berpotensi

menghasilkan sampah baik organik maupun anorganik. Sampah jenis ini

dihasilkan dari penggunaan plastik di lingkungan kampus yang semakin hari

semakin meningkat. Jati diri Universitas Ahmad Dahlan sebagai kampus

dengan visi dan misi yang berwawasan konservasi juga bermaksud untuk

mendukung perilaku mahasiswa dalam proses pengelolaan sampah,

khususnya dalam menangani sampah plastik. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis perilaku mahasiswa dalam

pemanfaatan dan perawatan sampah plastik, menganalisis kendala yang

dihadapi mahasiswa (analisis strategi optimalisasi Universitas Ahmad Dahlan,

memberikan informasi kepada mahasiswa agar mereka meningkatkan

perilaku mereka dalam proses pengelolaan sampah plastik untuk mendukung

misi konservasi Universitas Ahmad Dahlan.

Plastik telah menjadi bahan untuk berbagai aplikasi karena fleksibilitasnya

dan biaya yang relatif murah. Artikel ini menyajikan skenario konsumsi plastik

saat ini dengan tujuan memberikan pembaca analisis limbah plastik padat

untuk teknik daur ulang. Daur ulang dapat dibagi menjadi empat kategori:

primer, sekunder, tersier dan kuaterner. Karena nilai kalor plastik sama

dengan bahan bakar fosil, plastik ini merupakan alternatif bahan bakar yang

lebih baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membahas metode konversi

plastik menjadi bahan bakar menggunakan metode pirolisis, dekomposisi

katalitik dan gasifikasi.

3
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berpotensi menjadi sumber bahan kimia dan energi yang ekonomis. Saat

ini banyak dari kita yang menjumpai berbagai produk yang menggunakan bahan

plastik. Dengan konsumsi bahan baku yang semakin meningkat, kebutuhan

masyarakat akan bahan bakar minyak (BBM) semakin hari semakin meningkat,

sehingga menyebabkan kelangkaan cadangan minyak dan gas. Menurut Dudley

(2015), pada akhir tahun 2014 cadangan minyak dunia sebesar 1700,1 miliar

barrel, sedangkan cadangan minyak Indonesia hanya 3,7 miliar barel dan hanya

0,2% dari cadangan minyak Indonesia. Total produksi minyak 852.000 barel per

hari dan konsumsi 1,641 juta barel per hari. Dari data di atas terlihat adanya

ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi.

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK),

masalah sampah ini memprihatinkan. Indonesia bahkan berada di urutan kedua

dunia setelah China sebagai penghasil sampah plastik di laut. Hal itu merujuk

pada informasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bahwa

plastik yang diproduksi di 100 toko atau anggota Asosiasi Pengusaha Ritel

Indonesia (APINDO) mencapai 10,95 juta lembar sampah kantong plastik hanya

dalam waktu satu tahun. Jumlah tersebut setara dengan luas 65,7 hektar

kantong plastik, yaitu sekitar 60 kali luas lapangan sepak bola. Padahal, target

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah mengurangi jumlah

sampah plastik hingga lebih dari 1,9 juta ton pada 2019. Tuti Hendrawati

Mintarsih, Dirjen Pengelolaan Sampah, Sampah, dan B3 Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengatakan, jumlah total sampah di Indonesia

akan mencapai 68 juta ton pada tahun 2019, dan sampah plastik akan mencapai
2

9.000 ton, atau 52 juta ton. 14 persen dari semua limbah. Berdasarkan data

Jambeck (2015), Indonesia menempati urutan kedua dunia dalam hal membuang

187,2 juta ton sampah plastik ke laut, setelah China dengan 262,9 juta ton. Di

urutan ketiga ada Filipina yang membuang 83,4 juta ton sampah plastik ke laut,

disusul Vietnam dengan 55,9 juta ton dan Sri Lanka yang menghasilkan 14,6 juta

ton per tahun.

Produksi plastik menyumbang sekitar delapan persen dari produksi

minyak global setiap tahunnya, atau sekitar 12 juta barel minyak atau 14 juta

pohon. Lebih dari satu juta kantong plastik digunakan setiap menitnya, dan 50

persen dari kantong plastik tersebut hanya digunakan sekali dan kemudian

langsung dibuang. Hanya lima persen dari ini yang benar-benar didaur ulang.

Menurut Valli, Gnanavel et al. (2012), sampah plastik adalah sampah plastik

dalam jumlah besar yang berakhir di lingkungan. Perengkahan katalitik adalah

proses yang mengubah limbah plastik menjadi produk hidrokarbon cair yang

berharga yang dapat digunakan sebagai sumber energi untuk berbagai

keperluan seperti mesin diesel, generator, kendaraan, dll. Gas hasil sampingan

yang dihasilkan dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga. Digunakan

untuk mengisi silinder dan juga untuk menggerakkan turbin gas. Dengan

demikian terjadi proses cracking.

1.1 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada proposal ini adalah sebagai berikut:

a. Apakah sampah plastik polyethylene terephthalate dan plastik low

density polyethylene bisa diolah menjadi suatu bahan alternatif ?

b. Apa bahan bakar alternatif dari pengolahan polyethylene terephthalate

limbah plastik polietilen densitas rendah memiliki pengaruh terhadap

kinerja mesin mobil?


3

1.2 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada proposal ini adalah sebagai berikut:

a. Yang menjadi komponen utama dari pengolahan bahan bakar alternatif ini

adalah sampah plastik polyethylene terephthalate dan low-density

polyethylene.

b. proses pembuatan bahan bakar alternatif ini dilakukan dengan metode

yang cukup sederhana dengan peralatan laboratorium yang tersedia.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam proposal ini adalah:

a. Mengetahui bahwa sampah plastik adalah polietilen tereftalat dan

polietilen densitas rendah. Dengan menggunakan metode distilasi, ini

dapat disuling menjadi bahan bakar alternatif.

b. Pengetahuan tentang dampak bahan bakar alternatif yang dihasilkan dari

pengolahan limbah plastik seperti polyethylene terephthalate dan low

density polyethylene terhadap performa mesin mobil.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari proposal ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi peneliti, dengan bantuan penelitian ini peneliti dapat memperluas

pengetahuan khususnya tentang pengolahan sampah plastik menjadi

bahan bakar alternatif.

b. Bagi Universitas Lambung Mangkurat, khususnya S1 Teknik Mesin, kajian

ini meningkatkan akreditasi S1 Teknik Mesin dan pengakuan gelar S1

Teknik Mesin di masyarakat luas.

c. Dari sisi masyarakat, dengan adanya penelitian ini maka pengolahan

sampah khususnya sampah plastik akan dimudahkan di masyarakat dan

pencemaran asap kendaraan bermotor dapat diminimalkan dengan


4

mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar kendaraan alternatif yang

ramah lingkungan.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


D. Mustofa K, Fuad Zainuri (2014) dalam artikel “PIROLISIS

SAMPAH PLASTIK 900 OC TEMPERATUR BAHAN BAKAR RAMAH

LINGKUNGAN” menyebutkan salah satu pilihan pengolahan sampah

plastik yang saat ini sedang dalam penelitian dan pengembangan intensif.

Mengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar. Tujuan dari penelitian

ini adalah memanfaatkan pirolisis limbah plastik untuk mendapatkan

bahan bakar cair yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan

serta nilai kalori dan kualitas yang memenuhi standar. Metode ini

melibatkan pirolisis limbah plastik pada suhu 900 °C, setelah itu uap

panas yang dihasilkan dikondensasikan melalui kondensor flow-through.

Metode ini menghasilkan bahan bakar cair dengan nilai kalor sebesar

46.848 J/g, lebih tinggi dari pengolahan sampah plastik pada suhu 425 °C

yang hanya 41.870 J/g, dan juga lebih aman dibandingkan pengolahan

sampah plastik pada suhu 425 °C. penurunan kadar senyawa yang

berpotensi karsinogenik (asam borat dan siklopentanon). Menurut Kadir

(2012) dalam publikasi PENELITIAN PEMANFAATAN LIMBAH PLASTIK

SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKAR CAIR disebutkan bahwa plastik

merupakan bahan yang berkembang dan banyak digunakan sejak abad

ke-20 dan penggunaannya sangat meningkat. Pada tahun 1930 hanya

beberapa ratus ton – pada tahun 2005 menjadi 220 juta ton/tahun. Plastik

merupakan bahan kemasan terpenting saat ini. Salah satu jenis plastik
6

adalah polyethylene (PE). Polietilen dapat dibagi menjadi dua jenis sesuai

dengan densitasnya: polietilen densitas rendah (LDPE) dan polietilen

densitas tinggi (HDPE). Kepadatan LDPE adalah antara 0,91-0,94 gmL-1,

setengahnya adalah kristal (50-60%) dan titik lelehnya 115 °C. HDPE

memiliki densitas yang lebih tinggi yaitu 0,95-0,97 gmL-1, dan berbentuk

kristal (90% kristalinitas) dengan titik leleh di atas 127 °C (beberapa

derajat sekitar 135 °C). Saat mengolah sampah plastik menjadi bahan

bakar, tidak diperlukan pemilahan awal dan tidak tunduk pada kondisi

yang harus bebas dari kontaminan seperti pasir, abu, kaca, logam, tekstil,

air, limbah, dll. Satuan berat kaleng plastik. menghasilkan:

1. 70% minyak

2. 16% gas

3. 6% karbon tetap

4. 8% air

Pada penelitian ini, pembakaran kantong plastik (PP) 500 gram

membutuhkan 400 mililiter bahan bakar untuk menghasilkan 450 mililiter

bahan bakar dalam waktu 930 detik pada temperatur nyala api 300°C.

Pembakaran botol minyak bumi 500 gram (HDPE) membutuhkan 600

mililiter bahan bakar untuk 400 mililiter bahan bakar pada suhu nyala

415°C dalam 1515 detik. Dan dibutuhkan 500 mililiter bahan bakar untuk

membakar botol PET 500 gram untuk menghasilkan 420 mililiter bahan

bakar dalam waktu 1221 detik pada suhu nyala api 400°C. Ekky

Wahyudin, Zultiniar dkk. (2016) menjelaskan dalam “PERAWATAN

LIMBAH PLASTIK POLYPROPYLENE (PP) MENJADI BAHAN BAKAR

MINYAK MINYAK DENGAN METODE CATALYTIC CRACKING DENGAN

KATALIS SINTETIS” bahwa sampah plastik memiliki dampak negatif bagi

lingkungan jika tidak diolah lebih lanjut. Penelitian ini dilakukan untuk
7

mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak menggunakan

katalis sintetik yang disintesis dari abu layang batubara, yang selanjutnya

dikarakterisasi dengan XRD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh variasi temperatur dan rasio katalis/plastik.

Sebanyak 100 gram plastik polipropilen diretak dalam reaktor batch pada

suhu 350°C, 400°C, dan 450°C selama 60 menit dengan rasio

katalis/plastik 0,5; 1; 1,5 (%massa). Rendemen (%) tertinggi adalah

76,09% dan diperoleh pada temperatur swing 450 °C dan rasio

katalis/plastik 1,5%. Nilai kalor produk adalah 45,56 MJ/kg. Hasil analisis

GC-MS menunjukkan bahwa % rangkaian produk mengandung bahan

bakar seperti bensin (60,46%), minyak tanah dan solar (7,48%).

Hendra Prasetyo, Rudhiyanto dkk. dalam majalah “MESIN

PENGOLAHAN LIMBAH PLASTIK MENJADI BAHAN BAKAR

ALTERNATIF” Sampah plastik merupakan masalah lingkungan global

karena sangat sulit untuk dipecahkan. Menurut data dari kelompok riset

data UNNES tahun 2010, jumlah total sampah di wilayah dan sekitarnya

adalah 20 m3/hari, dimana 3% di antaranya adalah plastik yang sangat

persisten. Solusi sebelumnya untuk kasus ini adalah:

Pada saat yang sama, polutan yang berbahaya bagi lingkungan seperti

NOx, SOx, CO dan lainnya dapat muncul. Oleh karena itu, diperlukan

solusi yang lebih menjanjikan untuk mendaur ulang sampah plastik

menjadi bahan bakar alternatif. Metode yang kami gunakan dalam

program ini adalah mengidentifikasi masalah dan solusinya. Masalahnya

adalah merancang pabrik untuk memproses bahan bakar plastik

alternatif. Kemudian kami menarik dan menyusun kesimpulan, kemudian

kami menguji dan menganalisis dan menarik kesimpulan. Mesin ini

memiliki kapasitas produksi 0,5 liter/30 menit, panjang 1 m, lebar 0,35 m


8

dan tinggi 1,35 m. Kelebihan dari mesin ini adalah ramah lingkungan,

aman dan kuat, sehingga mampu mengurangi sampah plastik yang

mencemari lingkungan dan lingkungan TPS Banara. Setelah dilakukan

pengujian diketahui bahwa 1 kg botol plastik pada suhu 200°C

menghasilkan 0,5 liter bahan bakar dalam waktu 25 menit dan 1 kg

kantong plastik pada suhu 300°C menghasilkan 0,5 liter bahan bakar

dalam waktu 30 menit.

Menurut Rahyani Ermawati (2011) dalam buku MENGUBAH

SAMPAH PLASTIK MENJADI SUMBER ENERGI ALTERNATIF, sumber

energi yang paling banyak digunakan dalam kehidupan manusia selama

ini berasal dari fosil, batu bara dan minyak bumi. Diketahui bahwa sumber

energi ini terbatas dan akan habis jika terus menerus digunakan untuk

kepentingan manusia. Oleh karena itu, beberapa dekade lalu, para

ilmuwan di seluruh dunia membuat penemuan baru terkait sumber energi

terbarukan, termasuk konversi sampah plastik menjadi bahan bakar

alternatif. Setelah konversi sampah plastik menjadi pembawa energi,

katalis memainkan peran penting dalam kualitas hidrokarbon yang

dihasilkan. Konverter katalitik digunakan untuk mengurangi energi dalam

proses pembakaran. Katalis juga berperan dalam mengurangi kandungan

klorida (Cl) dari cairan bahan bakar. Katalis yang umum digunakan adalah

komponen zeolit, polisilikat, pseudoboehmite dan lempung. Dari tabel

terlihat bahwa penggunaan katalis menurunkan konsentrasi klorida dalam

fraksi cair dan meningkatkan konsentrasi gas hidrokarbon C1-C4 dalam

fasa.
9

Tabel 2.1 Perbandingan distribusi hasil produk pembakaran limbah plastik pada suhu pembakaran dan penggunaan katalis

Berdasarkan penelitian ini, terlihat bahwa silika-alumina efektif

meningkatkan laju degradasi dan produksi minyak pelumas. Mereka juga

mempelajari pengaruh jenis katalis lain pada degradasi polimer, seperti zeolit,

yang digunakan sebagai katalis dalam proses degradasi PP dan PE dan terbukti

menghasilkan lebih sedikit produk cair daripada gas. Tamil Kolundu dan

Murugesan (2012) melakukan penelitian konversi limbah plastik PVC menjadi

bahan bakar minyak. Kepadatan minyak pemanas plastik PVC 7% lebih tinggi

dari solar. Begitu juga dengan viskositasnya, 300% lebih tinggi dibandingkan

dengan solar. Selain itu, minyak pemanas yang diperoleh dari sampah plastik
10

dicampur dengan solar. Campuran bahan bakar ini diuji pada mesin diesel satu

silinder. Kinerja yang diamati meliputi konsumsi bahan bakar, konsumsi spesifik

dan efisiensi termal. Hasil pengujian ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.2 Perbandingan unjuk kerja campuran minyak dari plastik dan solar

Narayana dan Mojeswararao melakukan penelitian tentang efisiensi mesin diesel

yang berjalan pada sampah plastik dan solar pada tahun 2012. Penelitian

dilakukan dengan dua varian campuran yaitu dengan kandungan minyak dari

sampah plastik antara 20 dan 40%. Mesin diesel satu silinder digunakan dalam

penelitian ini.

2.2 Plastik

Plastik merupakan bahan baru yang dikembangkan dan banyak

digunakan sejak abad ke-20, yang jumlahnya telah berkembang pesat dari

beberapa ratus ton pada tahun 1930-an menjadi 150 juta ton per tahun pada

tahun 1990-an dan 220 juta ton per tahun pada tahun 1930-an. Konsumsi bahan

plastik saat ini 60 kg/orang/tahun di negara-negara Eropa Barat, 80

kg/orang/tahun di Amerika Serikat, sedangkan di India hanya 2 kg/orang/tahun.

Plastik adalah polimer rantai panjang yang terdiri dari atom-atom yang terikat.

Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang atau "monomer". Ada dua

jenis polimer dalam kehidupan, yaitu polimer alami dan polimer buatan atau

sintetik.
11

a. Polimer alami

Alam juga menawarkan berbagai polimer yang dapat langsung digunakan

sebagai bahan oleh manusia. Polimer ini adalah:

kayu, kulit binatang, kapas, karet alam, rambut, dll.

b. Polimer sintetik

Kebutuhan manusia yang terus berkembang dan berubah membuat

manusia perlu mencari cara untuk memenuhinya dengan memenuhi

kebutuhan tersebut. Termasuk polimer, manusia menghasilkan polimer

melalui reaksi kimia (sintesis) yang tidak disediakan oleh alam.

2.3 Jenis-Jenis Plastik


a. (Polyethylene terephthalate)

PETE atau PET (polyethylene terephthalate) biasa digunakan untuk botol

plastik bening/bening/transparan seperti botol air mineral, botol jus dan

hampir semua botol minuman lainnya. Botol PET/PETE jenis ini

direkomendasikan untuk sekali pakai saja. Mengapa? Dengan

penggunaan yang terlalu banyak, belum lagi menyimpan air hangat atau

bahkan panas, lapisan polimer pada botol akan meleleh dan melepaskan

zat karsinogen (dapat menyebabkan kanker) dalam jangka panjang. Jadi

jika anda menggunakan botol air mineral bekas untuk mendinginkan

kulkas, sebaiknya ganti botol tersebut dengan botol kaca.

b. HDPE (Polietilen Densitas Tinggi)

HDPE (High Density Polyethylene) memiliki sifat material yang lebih kuat,

keras, opak dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Kode 2 biasanya

digunakan untuk botol susu putih, tupperware, galon air minum, dan

lain-lain. HDPE merupakan bahan plastik yang aman digunakan karena

mencegah terjadinya reaksi kimia antara wadah plastik HDPE dengan

makanan/minuman kemasan. Namun, Kode 2 juga direkomendasikan


12

untuk sekali pakai. Mengapa? karena pelepasan senyawa antimon

trioksida meningkat seiring waktu.

c. PVC (polivinil klorida)

V atau PVC (polyvinyl chloride) adalah plastik yang paling sulit didaur

ulang. Plastik ini terdapat pada film plastik (film perekat) dan botol. PVC

dalam bungkus plastik, yang disebut DEHA, dapat larut saat dipanaskan

dan masuk ke dalam makanan berlemak. Reaksi antara PVC dan

makanan yang dikemas dalam plastik ini dapat menyebabkan kerusakan

ginjal, hati, dan berat badan.

d. LDPE (Polietilen Densitas Rendah)

LDPE (Low Density Polyethylene) banyak digunakan dalam kemasan

makanan, kemasan plastik dan botol lunak. Produk yang ditandai dengan

Kode 4 dapat didaur ulang dan cocok untuk produk yang memerlukan

fleksibilitas tetapi kuat. Barang-barang bertanda Kode 4, meskipun

dianggap tidak mudah rusak, masih cocok untuk penyimpanan makanan

karena hampir tidak bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang

dikemas dengan bahan ini.

e. PP (polipropilena)

PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama

wadah makanan dan minuman seperti wadah makanan, botol air, dan

terutama botol bayi. Ciri-cirinya transparan, tidak jernih atau keruh, dan

cukup cerah. Polypropylene lebih kuat dan lebih ringan, memiliki

permeabilitas uap yang rendah, ketahanan terhadap minyak yang baik,

dan stabil pada suhu tinggi.

f. PS (polistiren)

PS (polystyrene) banyak digunakan sebagai bahan pembuatan wadah

styrofoam, wadah minuman sekali pakai, dll. Bahan polystyrene dapat

melepaskan styrene ke dalam makanan saat bersentuhan dengan


13

makanan. Styrene berbahaya bagi kesehatan otak dan mengganggu

hormon estrogen wanita, menyebabkan masalah reproduksi dan

neurologis. Selain wadah makanan, styrene juga berasal dari asap rokok,

knalpot kendaraan, dan bahan bangunan. Bahan ini harus dihindari dan

banyak negara bagian AS, termasuk China, telah melarang penggunaan

kemasan makanan Styrofoam

g. OTHER

Tujuh jenis plastik lainnya adalah empat jenis, yaitu SAN (Styrene

Acrylonitrile), ABS (Acrylonitrile Butadiene Styrene), PC (Polycarbonate)

dan Nylon. Lainnya (biasanya polikarbonat) ditemukan di area perhotelan,

seperti olahraga. Botol minuman, suku cadang mobil, peralatan rumah

tangga, komputer, elektronik dan kemasan plastik. Polycarbonate dapat

melepaskan komponen utamanya, Bisphenol-A ke dalam makanan dan

minuman yang dapat merusak fungsi endokrin. Hindari bahan plastik

polikarbonat. Di bawah ini adalah tabel jenis-jenis plastik dan

kegunaannya:
14

Tabel 2.3 Jenis-jenis plastik dan penggunaannya

Plastik memiliki sifat termal. Properti termal ini sangat penting dalam

proses pembuatan dan daur ulang plastik. Sifat termal tersebut meliputi titik

leleh (Tm), suhu transisi (Tg), dan temperatur dekomposisi. Suhu transisi

adalah suhu di mana plastik mengalami peregangan struktural yang

mengarahkan ke transisi dari keadaan kaku ke keadaan fleksibel. Di atas titik

lebur, volume plastik mengembang, memungkinkan molekul bergerak lebih

bebas, yang merupakan tanda peningkatan fleksibilitasnya. Temperatur leleh

adalah temperatur dimana plastik mulai melunak dan menjadi cair. Suhu

dekomposisi membatasi proses pencairan. Jika suhu dinaikkan di atas suhu

leleh, plastik mudah mengalir dan strukturnya pecah. Dekomposisi terjadi

karena energi termal melebihi energi ikat rantai molekul. Secara umum
15

Polimer terurai pada suhu lebih besar dari 1,5 kali suhu transisi. Informasi

tentang sifat termal dari proses daur ulang plastik ini dapat dilihat pada tabel

di bawah ini:

Tabel 2.4 Temperatur transisi dan temperatur lebur plastik

Adapun perbandingan nilai kalor yang terkandung dalam plastik dengan

sumber-sumber kalor lainnya dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut:

Tabel 2.5 Perbandingan nilai kalor plastik dengan bahan lainnya


16

b.4 Limbah
Sampah adalah residu yang kehadirannya tidak diinginkan diperoleh dari
suatu proses atau kegiatan industri atau domestik (rumah tangga). Menurut
Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014, limbah adalah sisa dari suatu
perusahaan dan/atau operasi. Berdasarkan bentuk limbah yang dihasilkan,
limbah dibedakan menjadi tiga kategori yaitu limbah padat, limbah cair dan gas,
dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Limbah padat adalah sampah atau residu yang diperoleh dalam fase padat.

Limbah padat bersifat kering memiliki bentuk dan tidak dapat dipindahkan

kecuali ada orang yang memindahkannya. Limbah padat ini bisa didapat

dalam beberapa sumber diantaranya limbah makanan, limbah sayuran,

limbah kayu, limbah kertas, limbah plastik dan logam.

b. Limbah cair adalah limbah yang berbentuk cair. Limbah cair sifatnya

homogen mudah larut dalam air , selalu mengalir dan tidak pernah

menggenang. Contoh limbah cair bisa diperoleh dari manapun, misalnya

limbah sisa pencucian baju, larutan pewarna sisa pembuatan pembuatan

batik,dll.

c. Limbah gas adalah residu yang dihasilkan dalam fasa gas(udara). Gas
buang muncul dalam bentuk asap. Limbah gas selalu bergerak sedemikian
rupa sehingga penyebarannya sangat besar. Contoh gas buang adalah gas
sisa pembakaran incinerator. Industri minyak yang melalui proses
pemanasan juga menghasilkan emisi berupa gas yang berbahaya bagi
lingkungan.
Sampah plastik tergolong sampah yang cukup sulit diuraikan, untuk

penguraian sampah plastik diperlukan waktu yang cukup lama (Ofoma, 2006).

Pemanfaatan sampah plastik sebagai bahan bakar cair merupakan alternatif

untuk mengurangi jumlah sampah plastik yang kini semakin meningkat

jumlahnya. Reaksi perengkahan plastik, baik perengkahan termal maupun

perengkahan katalitik, digunakan untuk mengubah plastik menjadi bahan bakar

cair (Junya, 2004).


17

b.5 Destilasi

Destilasi atau biasa disebut dengan proses penyulingan adalah suatu

metode pemisahan larutan kimia berdasarkan kecepatan atau kemudahan bahan

tersebut menguap (volatility). Dalam metode ini, proses destilasi berlangsung

dengan cara memanaskan suatu campuran hingga mendidih kemudian terjadi

perubahan fase menjadi uap, dan uap tersebut kemudian dikondensasi sehingga

uap tersebut kembali ke keadaan cair. zat cair dengan titik didih lebih rendah

menguap terlebih dahulu. Ada berbagai jenis distilasi:

a. Distilasi sederhana

Dengan destilasi sederhana, perbedaannya destilasi sederhana metode

pemisahannya berdasarkan perbedaan titik didih yang besar atau karena salah

satu dari cair yang menguap . Saat campuran dipanaskan, komponen dengan

titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu. Selain perbedaan titik

didih, juga terdapat perbedaan volatilitas, yaitu. kecenderungan suatu zat untuk

berubah menjadi gas. Penyulingan ini dilakukan pada tekanan atmosfir. Aplikasi

sederhana penyulingan digunakan untuk memisahkan campuran air dan alkohol.

b. Distilasi Fraksional

Tugas pemisahan fraksional adalah memisahkan dua atau lebih komponen cair

dari suatu campuran berdasarkan perbedaan titik didihnya. Metode pemisahan

ini juga dapat digunakan pada campuran dengan perbedaan titik didih yang

kurang dari 20 °C dan pada tekanan atmosfir atau rendah. Pemisahan fraksional

sering digunakan dalam industri perminyakan untuk memisahkan

komponen-komponen minyak bumi. Perbedaan antara pemisahan fraksional dan

metode pemisahan sederhana adalah adanya pemisahan fraksional. Pada kolom

ini, pemanasan dilakukan secara bertahap pada temperatur yang berbeda pada

masing-masing pelat. Tujuan dari pemanasan berbeda ini adalah untuk lebih
18

memurnikan destilat dari baki di bawahnya. Semakin tinggi suhu, semakin sulit

bagi cairan untuk menguap.

c. Distilasi uap

Distilasi uap digunakan untuk campuran zat dengan titik didih 200 °C atau lebih.

Distilasi uap dapat digunakan untuk menguapkan senyawa-senyawa ini hingga

suhu mendekati 100 °C menggunakan uap atau air mendidih pada tekanan

atmosfer. Sifat dasar destilasi uap adalah dapat mendistilasi campuran senyawa

di bawah titik didih masing-masing senyawa campuran. Selain itu, penyulingan

uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air pada semua

suhu tetapi dapat disuling dengan air. Distilasi uap digunakan untuk

mendapatkan berbagai produk alami, seperti minyak kayu putih dari kayu putih,

minyak jeruk dari lemon atau jeruk dan untuk mendapatkan minyak wangi dari

tumbuhan. Campuran dipanaskan dengan uap, yang dimasukkan ke dalam

campuran dan secara opsional dengan pemanasan tambahan. Uap dari

campuran naik ke kondensor dan kemudian masuk ke penyuling.

d. Distilasi vakum

Distilasi vakum biasanya digunakan bila senyawa yang akan didestilasi tidak

stabil dalam arti dapat terurai pada atau mendekati titik didih, atau titik didih

campuran di atas 150 °C. Untuk pelarut dengan titik didih rendah, metode

distilasi ini tidak dapat digunakan ketika air dingin digunakan dalam kondensor

karena air tidak dapat mengembunkan komponen yang mudah menguap. Pompa

vakum atau alat hisap digunakan untuk mengurangi tekanan. Aspirator bertindak

sebagai alat pengurang tekanan dalam sistem distilasi ini. Berikut adalah tata

letak alat destilasi sederhana:

1. timba air

2. satu set alat destilasi

3. pipa L sambungan
19

4. termometer

5. kondensor bola

6. aliran masuk air dingin

7. aliran keluar air dingin

8. labu distilat

9. lubang udara

10. tempat keluarnya distilat

11. penangas

12. air penangas

13. larutan zat

Gambar 2.1 Gambar rancangan destilasi sederhana


20

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian


Objek penelitian pada penelitian ini limbah plastik jenis polyethylene

terephthalate dan Low-Density Polyethylene yang diolah menjadi bahan

bakar alternatif dengan metode destilasi.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

- Alat:

a. Pipa paralon dan sambungan

b. Tabung Gas Elpiji 3 kg

c. Kaleng Khong Guan bekas

d. Labu destilasi

- Bahannya adalah Plastik jenis polyethylene terephthalate dan

Low-Density Polyethylene

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pencarian literatur

b. Mencari dan memilih sampah plastik yang ingin digunakan, penelitian ini

menggunakan polietilen tereftalat dan polietilen densitas rendah sebagai

bahan plastik.

c. Bersihkan dan cuci bahan plastik, potong kecil-kecil dan jemur di bawah

sinar matahari.

d. Rakit alat destilasi

e. Menyalakan kompor gas


21

f. Atur suhu ke 300°C, lalu tambahkan 500 gram polietilen densitas rendah

selama 15 menit.

g. Proses ini berakhir dengan pencampuran minyak dengan gas dan air

h. Dari bahan plastik jenis Low-Density Polyethylene ini didapatkan bahan

bakar bakar sebanyak 484 mili liter.

i. Catat hasil penelitian.

j. Langkah-langkah distilasi untuk resin polietilen tereftalat sama dengan

untuk resin polietilen densitas rendah, hanya saja resin polietilen tereftalat

membutuhkan waktu lebih lama yaitu 20 menit. Dan hasilnya tak kurang

dari 447 mililiter bahan bakar.

k. Catat hasil tes dan matikan oven.


22

3.4 Diagram Alir Penelitian

Anda mungkin juga menyukai