Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan global yang hingga saat ini belum terselesaikan adalah

volume sampah yang jumlahnya terus meningkat seiring dengan bertambahnya

jumlah penduduk. Salah satu jenis sampah yang menjadi perhatian adalah sampah

botol plastik. Peningkatan pemanfaatan plastik ini terjadi karena plastik bersifat

ringan dan dapat menggantikan fungsi dari barang-barang lain. Plastik

diperkirakan mebutuhkan waktu 100 hingga 500 tahun hingga dapat terurai

dengan sempurna (Nurhenu K, 2003 : 6). Menurut Ditjen Cipta Karya

Departemen Pekerjaan Umum (2007), sampah merupakan suatu buangan atau

produk sisa dalam bentuk padat sebagai kegiatan manusia yang dianggap tidak

bermanfaat lagi.

Penumpukan sampah yang melebihi batas telah muncul di beberapa kota

besar, Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan Tempat Pembuangan Akhir

(TPA) penuh sehingga mencemari lingkungan dan dapat menimbulkan penyakit

yang berada disekitar pemukiman penduduk, bahkan bahaya banjir dapat

mengancam akibat pembuangan yang sembarangan.

Untuk mengatasi hal ini tentu saja diperlukan cara untuk mengolah limbah

plastik tersebut menjadi hal yang lebih berguna dan juga memiliki manfaat bagi

manusia, salah satu caranya dengan mendaur ulang limbah plastik tersebut

menjadi bahan bakar berupa minyak. Karena tidak bisa dipungkiri, permintaan

1
pasokan minyak bumi sebagai bahan bakar semakin meningkat setiap tahunnya.

Dengan mengolah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak, selain dapat

mengurangi limbah plastik maka kita juga bisa ikut menghemat persedian minyak

bumi di alam. Pengolahan plastik menjadi minyak ini tentu saja dapat dilakukan

dengan cara yang sangat sederhana, dan bisa diterapkan oleh masyarakat tanpa

mengeluarkan biaya yang besar.

Limbah plastik dapat diubah menjadi minyak dikarenakan pada dasarnya

plastik berasal dari minyak bumi, jadi limbah plastik tersebut seolah mengalami

proses daur ulang. Selain itu, minyak yang dihasilkan dari plastik ini juga

memiliki nilai kalor yang cukup tinggi setara dengan bahan bakar fosil seperti

solar dan bensin. Untuk membuat sebuah inovasi baru tersebut diperlukan suatu

alat yang dapat mengubah limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi

masyarakat pada umumnya. Salah satu alatnya yaitu destilator. Destilator

(penyulingan) merupakan sebuah alat yang digunakan untuk memisahkan bahan

kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap atau volatilitas

bahan. Dalam penyulingan ini, Campuran zat dididihkan sehingga menguap dan

uap tersebut kemudian dididihkan kembali kedalam bentuk cairan. Zat yang

memiliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu.Destilasi pada

dasarnya adalah suatu cara pemisahan larutan dengan menggunakan panas sebagai

pemisah (sparting agent).

Pemilihan jenis plastik PET (Polyethylene Terephtalate) pada penelitian

ini karena plastik jenis ini sangat banyak dijumpai sebagai produk buangan

masyarakat . Mesin destilasi yang dirancang bangun memang tidak dibatasi pada

2
suatu jenis plastik saja, bisa juga digunakan untuk berbagai jenis plastik, akan

tetapi dengan terbatasnya waktu dan biaya maka penelitian ini hanya

menggunakan plastik jenis PET (Polyethylene Terephtalate). Setiap kali pengujian

digunakan plastik jenis Polyethylene Terephtalate sebanyak 2,5 kg. Plastik

dimasukan kedalam ruang pembakaran, lalu kompor dihidupkan sedemikian rupa

hingga temperatur dalam ruang berkisar antara 300-4000C. Uap hasil pembakaran

ditampung pada kolom uap untuk selanjutnya dikondensasikan di dalam

kondensor. Setiap pengujian dilakukan sekitar 150 menit

Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan

mengangkat judul “PEMANFAATAN LIMBAH PLASTIK TIPE PET

(Polyethylene Terephtalate) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN

BAHAN BAKAR SOLAR DENGAN METODE PENYULINGAN

SEDERHANA”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas terdapat identifikasi masalah sebagai

berikut :

1. Jumlah sampah plastik yang terus meningkat di Indonesia.

2. Sampah plastik membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai dalam

tanah.

3. Kurangnya kesadaran masyrakat untuk mengolah limbah plastik untuk

dijadikan bahan baku pembuatan bahan bakar minyak.

3
4. Adanya potensi untuk memanfaatkan limbah plastik jenis PET (Polyethylene

Terephtalate) dengan metode destilasi untuk dijadikan bahan bakar minyak

jenis solar.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak menyimpang dan meluas, sehingga dapat

menimbulkan salah penapsiran, dan mengingat keterbatasan waktu, keterbatasan

biaya, keterbatasan tenaga, kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki

peneliti,maka masalah penelitian ini dibatasi hanya pada PEMANFAATAN

LIMBAH PLASTIK TIPE PET SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN

BAHAN BAKAR SOLAR DENGAN METODE PENYULINGAN

SEDERHANA.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari identifikasi masalah dan batasan masalah diatas,

maka yang menjadi permasalahannya adalah:

1. Bagaimana proses pembuatan bahan bakar solar menggunakan plastik tipe

PET (Polyethylene Terephtalate) dengan proses destilasi sederhana?

2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk satu kali pembuatan bahan bakar

solar dengan proses destilasi dari plastik tipe PET (Polyethylene

Terephtalate)?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

4
1. Untuk mengetahui manfaat limbah sampah plastik terutama botol plastik yang

biasanya dibuang begitu saja tanpa mengetahui manfaat dari plastik itu

sendiri.

2. Untuk mengetahui proses pembuatan bahan bakar minyak jenis solar

menggunakan limbah plastik jenis PET (Polyethylene Terephtalate).

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain

sebagai berikut:

1. Bagi Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, dengan adanya penelitian ini

akan meningkatkan akreditasi program studi Pendidkan Tenik Mesin dan

dapat diikuti oleh masyarakat luas.

2. Bagi Peneliti, dengan adanya penelitian ini dapat menambah wawasan dan

kemampuan berpikir khususnya mengenai pengolahan bahan bakar solar

menggunakan sampah plastik tip PET dengan proses penyulingan.

3. Bagi Masyarakat Luas

a) Untuk menghemat penggunaan minyak bumi.

b) Untuk memberikan edukasi kepada masyarakat bagaimana cara mengolah

sampah plastik menjadi bahan bakar alternatif.

c) Untuk memberikan solusi bagaimana penanggulangan sampah plastik

yang sangat sulit terurai oleh tanah dan akan membahayakan polusi udara

apabila dibakar.

d) Untuk membantu program pemerintah dalam menanggulangi

permasalahan sampah khususnya kota Palangka Raya.

5
e) Untuk memberikan solusi tentang krisinya minyak bumi dengan

menemukan bahan bakar alternatif dari hasil proses penyulingan limbah

plastik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait dengan pemanfaatan

limbah plastik tipe Polyethylene Terephthalate (PET) sebagai bahan bakar

alternatif adalah sebagai berikut :

Penelitian yang berkaitan dengan rancang bangun alat destilasi yang

dilakukan oleh Pandam Eko Prihatmoyo, dkk (2018) dengan judul “Rancang

bangun mesin destilator pengubah limbah plastik menjadi minyak” dari peneitian

tersebut disimpulkan bahwa :

Untuk membuat mesin destilasi ini menggunakan material utama

stainless steel 304 dengan ketebalan 3 mm. Yang terdiri dari tungku

pembakaran, pipa saluran gas, kotak trap , bak penampungan dan

kondensor. Sedangkan untuk membuat dudukan tungku dan kondensor

menggunakan plat besi ASTM A36 ketebalan 2mm dan ditopang dengan

profil siku 5 x 5 cm ketebalan 3 mm. Mesin dapat menghasilkan minyak

sebanyak 500 ml dengan sampah plastik 5 kg . Hasil minyak ini nantinya

akan dibakar untuk mengetahui apakah ini benar-benar minyak atau bukan

6
Penelitian yang berkaitan dengan pembuatan bahan bakar dari plastik

dilakukan oleh Jatmiko Wahyudi, dkk (2018) dengan judul “Pemanfaatan limbah

platik sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar alternatif” dari penelitian

tersebut disimpulkan bahwa :a

Masa jenis minyak pirolisis adalah 0,8 g/ml. Sedangkan waktu

yang digunakan untuk membakar habis suatu benda adalah 4,02 menitt.

Pemasakan air menggunakan bahan bakar minyak pirolisis menghasilkan

temperatur 75oC pada waktu pemasakan 4 menit dengan volume air yang

hilang (menguap) sebesar 12,6 ml.

Peneliatian yang berkaitan dengan pembuatan minyak solar menggunakan

proses destilasi dilakukan oleh Pribadyo & T.Kausar (2018) dengan judul “Kajian

minyak solar dari hasil penyulingan tradisional (Studi kasus pertambangan

minyak tradisional di desa Pasir Putih Aceh Timur)” dari penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa :

Berdasarkan hasil pengujian minyak solar hasil penyulingan

tradisional nilai berat jenis adalah sebesar 877,6 kg/m3 dan minyak solar

standart mutu SNI berat jenisnya adalah sebesar 815-860 kg/m3. Dari hasil

pengujian minyak solar hasil penyulingan tradisional nilai angka setana

adalah sebesar 48 dan minyak solar standart mutu SNI nilai angka setana

adalah sebesar 48-51. Maka berat jenis dan angka setana minyak solar

hasil penyulingan tradisional memenuhi standart SNI.

B. Limbah

7
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik

industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah dan

kehadirannya pada suatu saat tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki

nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah terdiri dari bahan kimia

senyawa organik dan senyawa anorganik. Kehadiran limbah dapat berdampak

negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu

dilakukan penanganan terhadap limbah.

Limbah atau sampah bisa diartikan sebagai kotoran hasil pengolahan

pabrik ataupun manusia yang mengandung zat kimia berupa sampah dan dapat

menimbulkan polusi serta mengganggu kesehatan. Pada umumnya sebagian besar

orang mengatakan bahwa limbah adalah sampah yang sama sekali tidak berguna

dan harus dibuang, namun jika pembuangan dilakukan secara terus-menerus maka

akan menimbulkan penumpukan sampah. Limbah bukanlah suatu hal yang harus

dibuang tanpa guna, karena dengan pengolahan dan pemanfaatan secara baik

limbah akan menjadi barang yang lebih berguna dari sebelumnya.

Limbah akan menjadi suatu yang sangat berguna dan memiliki nilai jual

tinggi jika diolah secara baik dan benar. Limbah yang tidak diolah akan

menyebabkan berbagai polusi baik polusi udara, polusi air, polusi tanah, dan juga

polusi lain yang akan menjadi sarang penyakit. Pada lingkungan tempat

pembuangan sampah bisa dipastikan udara sekitar tidak sehat dengan bau yang tak

sedap dari limbah, sumber air sekitar lingkungan akan tercemar dengan resapan

limbah dan tanah yang ada di lingkungan ini akan terkontaminasi dengan zat

kimia limbah sehingga tanah akan tandus (Silvi. 2012).

8
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014, limbah adalah sisa

suatu usaha atau kegiatan. Berdasarkan dari wujud limbah yang dihasilkan,

limbah dibagi menjadi tiga yaitu limbah padat, limbah cair, dan gas dengan

penjelasan sebagai berikut :

1. Limbah padat adalah limbah yang berwujud padat. Limbah padat bersifat

kering, tidak dapat berpindah kecuali ada yang memindahkannya. Limbah

padat ini misalnya,sisa makanan, sayuran, potongan kayu, sobekan kertas,

sampah plastik, dan logam.

2. Limbah cair adalah limbah yang berwujud cair. Limbah cair terlarut dalam

air, selalu berpindah, dan tidak pernah diam. Contoh limbah cair adalah air

bekas mencuci pakaian, air bekas pencelupan warna pakaian, dan sebagainya.

3. Limbah gas adalah limbah zat (zat buangan) yang berwujud gas. Limbah gas

dapat dilihat dalam bentuk asap. Limbah gas selalu bergerak sehingga

penyebarannya sangat luas. Contoh limbah gas adalah gas pembuangan

kendaraan bermotor. Pembuatan bahan bakar minyak juga menghasilkan gas

buangan yang berbahaya bagi lingkungan.

C. Platik dan Macam-Macam Jenis Plastik

1. Plastik

Plastik merupakan salah satu bagian dari polimer. Hart (1983)

menyebutkan bahwa polimer (poly = banyak, meros = bagian) adalah molekul

raksasa yang bisanya memiliki bobot molekul tinggi, dibangun dari pengulangan

unit-unit dan akan membentuk rantai yang sangat panjang. Molekul sederhana

yang membentuk unit-unit ulangan ini dinamakan monomer, yakni rantai yang

9
paling pendek. Bila rantai tersebut dikelompokan bersama-sama dalam satu pola

acak, menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorp, jika teratur hampir

sejajar disebut kristalin dengan sifat yang lebih keras (Syarief, et al.,198).

Plastik adalah salah satu jenis makromolekul yang dibentuk dengan proses

polimerisasi. Plastik merupakan senyawa polimer yang unsur penyusun utamanya

adalah karbon dan hidrogen. Untuk membuat plastik, salah satu bahan baku yang

sering digunakan adalah Naphta, yaitu bahan yang dihasilkan dari penyulingan

minyak bumi atau gas alam. Sebagai gambaran untuk membuat 1 kilogram plastik

memerlukan 1,75 kilogram minyak bumi, untuk memenuhi kebutuhan bahan

bakunya maupun kebutuhan energi prosesnya (Khumar dkk, 2011).

Sampah plastik di dunia semakin meningkat setiap tahunnya, bahkan

menyentuh angka yang sangat mengkhawatirkan. Data yang ada mengatakan

bahwa setiap 100 toko memproduksi sampah plastik sebesar 10,95 juta ton

sampah setiap tahunnya (Wahyuni, 2016). Presentase kontribusi sampah plastik di

Indonesia tidak jauh berbeda dengan Malaysia (14%) dan Thailand (16%) namun

lebih rendah dibandingkan singapura (27,3%) (AOP, 2007). Namun

kenyataannya, produksi sampah plastik di Indonesia sangat besar sebab secara

total produksi sampah di Indonesia mencapai 198 setiap harinya jauh lebih besar

dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara (Kholidah dkk, 2018). Hal

ini disebabkan jumlah penduduk indonesia yang lebih besar dibandingkan dengan

jumlah penduduk negara-negara di Asia Tenggara.

Berdasarkan sifatnya, plastik dapat dikelompokan menjadi dua macam

yaitu thermoplastic dan thermosetting. Thermoplasticmerupakan jenisplastik yang

10
bisa didaur ulang, dan dicetaklagi dengan pemanasan ulang, contohnyaPolietylene

(PE), polistyrene (PS),akrilonitril butadiene stiren (ABS) danpolicarbonat (PC)..

Sedangkan thermosetting adalah jenis plastik yang tidak bisa didaur ulang atau

dicetak lagi, pemanasan ulang akan menyebabkan kerusakan molekulmolekulnya,

contoh Resin epoksi, resin melamin dan urea- formaldehide.

Tabel 1 Jenis Plastik dan penggunaannya


(Sumber: Sharobem, 2010: 13)
No. Jenis Plastik Penggunaan
Kode
1 PET (polyethylene Botol minuman dan kantong makanan
terephthalate)
2 HDPE (High-density Botol minuman, kantong makanan, detergen
3 Polyethylene) PVC botol, kantong belanja dan ritel kemasan
(Polyvinyl Chloride) makanan dan bukan makanan, tabung medis,
dinding, bingkai jendela, ubin
4 LDPE (Low-density Wadah roti dan makanan beku, botol yang bisa
Polyethylene) diremas
5 PP (Polypropylene atau Botol obat dan kantong makanan
Polypropene)
6 PS (Polystyrene) Gelas, piring, dan karton telur
7 Other (O), jenis plastik Botol air yang dapat digunakan lagi, botol
lainnya selain dari no.1 makanan dan minuman
hingga 6

Gambar 1 Nomor kode plastik


(Sumber: Kurniawan, 2012)

11
2. PET (Polyethylene Terephtalate)

Salah satu jenis plastik yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-

hari adalah polyethylene terephtalate atau biasa disebut PET. Plastik PET

mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi, sifat fisik yang transparan, tidak

beracun, tidak berpengaruh terhadap rasa, dan permeabilitas yang dapat diabaikan

untuk karbondioksida. Selain itu, plastik PET mempunyai ketahanan kimia,

kemampuan warna, dan stabilitas thermalnya (Okatama, 2016).

Para ahli mengatakan bahwa, sampah plastik jenis PET sebaiknya

diuraikan menjadi bahan bakar jenis solar atau bensin melalui proses pemutusan

rantai karbon dengan bantuan panas, proses ini dikenal dengan proses pirolisis

(Havelcova dkk, 2016).

3. HDPE (High-Density Polyethylene)

Plastik HDPE merupakan jenis plastik yang biasanya digunakan untuk

membuat botol susu, botol deterjen, botol shampo, botol pelembab, botol minyak,

mainan, dan beberapa tas plastik. HDPE merupakan plastik yang paling umum

didaur ulang dan dianggap plastik paling aman. Proses daur ulang plastik ini

cukup sederhana dan tidak membutuhkan biaya banyak. Plastik HDPE ini sangat

keras dan tidak mudah rusak karena pengaruh sinar matahari, panas yang tinggi,

atau suhu yang dingin. Karena itu, HDPE digunakan untuk membuat meja piknik,

tempat sampah, dan produk lain yang membutuhkan ketahanan terhadap cuaca.

4. PVC (Polyvinyl Chloride)

Plastik PVC memiliki sifat lembut dan fleksibel. Plastik jenis ini biasa

digunakan untuk membuat plastik pembungkus makanan, botol minyak sayur, dan

12
mainan anak-anak seperti pelampung renang. Selain itu juga digunakan untuk

membuat pipa plastik, dan komponen kabel komputer. PVC dikhawatirkan

sebagai “plastik beracun” karena mengandung berbagai racun yang dapat

mencemari makanan. Plastik ini juga sukar didaur ulang. Produk PVC sebaiknya

tidak digunakan kembali sebagai pembungkus makanan.

5. LDPE (Low-Density Polyethylene)

LDPE biasa ditemukan pada pembungkus baju, kantung pada layanan cuci

kering, pembungkus buah-buahan agar tetap segar, dan pada botol pelumas.

LDPE dianggap memiliki tingkat racun yang rendah dibandingkan dengan plastik

yang lain. LDPE tidak umum untuk didaur ulang, jika didaur ulang plastik LDPE

biasanya digunakan sebagai bahan pembuat ubin lantai

6. PP (Polypropylene)

Plastik PP bersifat kuat, ringan, dan tahan terhadap panas. Plastik PP

mampu menjaga bahan yang ada di dalamnya dari kelembaban, minyak dan

senyawa kimia lain. PP biasanya digunakan sebagai pembungkus pada produk

sereal sehingga tetap kering dan segar. PP juga digunakan sebagai ember, kotak

margarin dan yogurt, sedotan, tali, isolasi, dan kaleng plastik cat. Plastik dari PP

dianggap aman jiga digunakan kembali dan dapat didaur ulang.

7. PS (Polystyrene)

Polystyrene atau styrofoam merupakan plastik yang murah, ringan, dan

mudah dibentuk. Plastik ini banyak digunakan dalam berbagai kebutuhan.

Biasanya plastik PS digunakan sebagai botol minuman ringan, karton telor, kotak

makanan, dan pembungkus bahan yang akan dikirim dalam jarak jauh. Plastik PS

13
ini mudah rusak dan rapuh, sehingga mudah terpotong-potong menjadi kecil dan

mudah mencemari lingkungan. Senyawa styrene pada plastik polystyrene

mungkin bisa lepas dari plastik tersebut dan jika terkonsumsi dapat memicu

kanker dan gangguan sistem reproduksi. Oleh karena itu, jika memungkinkan kita

dapat menghindari plastik ini untuk digunakan sebagai pembungkus makanan.

8. Bahan Plastik Lain (BPA, Polycarbonate, dan LEXAN)

Kategori plastik dengan kode 7 ini digunakan sebagai kode plastik dengan

bahan selain bahan yang telah dipaparkan sebelumnya. Plastik ini biasanya

digunakan untuk membuat aksesoris kendaraan, namun ada juga pabrik yang

menggunakan plastik ini sebagai bahan baku botol minuman bayi dan

pembungkus makanan. Penggunaan plastik ini sebagai botol minuman dan

pembungkus makanan sangat tidak dianjurkan, karena salah satu zat penyusun

plastik ini misalnya BPA (Bisphenol A) merupakan senyawa yang dapat

mengganggu kerja hormon-hormon tubuh. Oleh karena itu sebaiknya kamu

menghindari penggunaan plastik yang memiliki kode 7 (tujuh) ini.

D. Bahan Bakar

Kebutuhan sumber energi alternatif sebagai sumber energi utama saat ini

semakin gencar, ditambah lagi negara-negara maju saat ini sudah mulai

meninggalkan energi fosil dan berlomba untuk mengembangkan energi terbarukan

yang ramah lingkungan (Wahyu,2017). Hal ini disebabkan oleh semakin

menipisnya bahan bakar fosil, dan juga seiring pesatnya laju pertumbuhan

penduduk dunia mengakibatkan permintaan akan bahan bakar menjadi tidak

seimbang. Berdasarkan laporan Organization of The Petroleum Exporting

14
Counters (OPEC) bulan september 2017, dalam situsnya “Pertumbuhan

permintaan minyak dunia pada 2017 meningkat sebesar 1,42 juta barel per hari

atau lebih tinggi 50 ribu barel per hari dari publikasi sebelumnya”

Bahan bakar sudah menjadi kebutuhan bagi manusia, sedangkan bahan

bakar di Indonesia ini sudah semakin menipis persediannya. Ditinjau dari sudut

teknis dan ekonomis,bahan bakar diartikan sebagai bahan yang apabila dibakar

dapat meneruskan proses pembakaran tersebut dengan sendirinya,disertai dengan

pengeluaran kalor. Bahan bakar dibakar dengan tujuan untuk memperoleh kalor

tersebut,untuk digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Syarat utama proses pembakaran adalah tersedia bahan bakar yang

bercampur dengan baik dengan udara dan tercapainya suhu pembakaran. Bahan

bakar yang dipergunakan dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu

sebagai berikut:

1. Bahan Bakar Padat

Bahan bakar padat adalah bahan bakar yang secara fisik berupa padat dan

biasanya menjadi sumber daya panas yang diperoleh dari bumi yang dalam

kelompok kelompok ini adalah bensin dan minyak bakar kemudian dikerosin.

Seperti contohnya kayu serta batu bara, daya panas yang dihasilkan dapat dipakai

untuk memanaskan air menjadi uap untuk menggerakan peralatan.

15
Gambar 2 Bahan Bakar Padat

2. Bahan Bakar Cair

Bahan bakar cair adalah bahan bakar yang strukturnya tak rapat, berbeda

dengan bahan bakar padat, seperti contoh bensin, premium, minyak tanah,

ataupun minyak solar. Bahan bakar cair ini sering sekali digunakan oleh

masyarakat sebagai bahan bakar untuk transportasi dan masih banyak lagi

kegunaan bahan bakar cair. Menurut Naif Fuhaid (2011).

Gambar 3 Bahan Bakar Cair

3. Bahan Bakar Gas

Bahan bakar gas adalah bahan bakar yang sering digunakan di tempat-

tempat yang banyak menghasilkan gas, yang ekonomis dipakai yakni gas alam,

gas dapur tinggi dan gas dari pabrik gas. Serta ada dua type, yaitu Compressed

Alami Gas (CNG) serta Liquid Petroleum Gas (LPG). Yang sering sekali kita

jumpai bahan bakar gas dengan type Liquid Petroleum Gas (LPG). LPG sendiri

sudah menjadi pengganti bahan bakar minyak bagi kebutuhan rumah tangga,

seperti memasak.

16
Gambar 4 Bahan Bakar Gas

Beberapa sifat utama bahan bakar menurut Naif Fuhaid (2011) yang perlu

diperhatikan ialah :

1. Mempunyai nilai bakar tinggi.

2. Mempunyai kesanggupan menguap pada suhu rendah.

3. Uap bahan bakar harus dapat dinyatakan dan terbakar segera dalam campuran

dengan perbandingan yang cocok terhadap oksigen.

4. Bahan bakar dan hasil pembakarannya tidak beracun atau membahayakan

kesehatan.

5. Harus dapat diangkut dan disimpan dengan aman dan mudah.

E. Solar

1. Pengertian Bahan Bakar Minyak Solar

Bahan bakar solar adalah bahan bakar minyak hasil sulingan dari minyak

yang jernih (Pertamina: 2005). bumi mentah bahan bakar ini berwarna kuning

coklat Penggunaan solar pada umumnya adalah untuk bahan bakar pada semua

jenis mesin Diesel dengan putaran tinggi (di atas 1000 rpm), yang juga dapat

digunakan sebagai bahan bakar pada pembakaran langsung dalam dapur-dapur

kecil yang terutama diinginkan pembakaran yang bersih. Minyak solar ini biasa

17
disebut juga Gas Oil, Automotive Diesel Oil, High Speed Diesel (Pertamina:

2005).

Mesin-mesin dengan putaran yang cepat (>1000 rpm) membutuhkan

bahan bakar dengan karakteristik tertentu yang berbeda dengan minyak Diesel.

Karakteristik yang diperlukan berhubungan dengan auto ignition (kemampuan

menyala sendiri), kemudahan mengalir dalam saluran bahan bakar, kemampuan

untuk teratomisasi, kemampuan lubrikasi, nilai kalor dan karakteristik lain.

2. Sifat Bahan Bakar Minyak Solar

Diantara sifat-sifat bahan bakar solar yang terpenting ialah kualitas

penyalaan, volatilitas, viskositas, titik tuang dan titik kabut.

a. Kualitas Penyalaan

Kualitas penyalaan bahan bakar solar yang berhubungan dengan

kelambatan penyalaan, tergantung kepada komposisi bahan bakar. Kualitas

bahan bakar solar dinyatakan dalam angka cetane, dan dapat diperoleh

dengan jalan membandingkan kelambatan menyala bahan bakar solar dengan

kelambatan menyala bahan bakar pembanding (reference fuels) dalam mesin

uji baku CFR (ASTM D 613-86). Sebagai bahan bakar pembanding

digunakan senyawa hidrokarbon cetane atau n-heksadekan (C16H34), yang

mempunyai kelambatan penyalaan yang pendek dan heptametilnonan (isoner

cetane) yang mempunyai kelambatan penyalaan relatif panjang.

b. Volatilitas

Volatilitas bahan bakar diesel yang merupakan faktor penting untuk

memperoleh pembakaran yang memuaskan dapat ditentukan dengan uji

18
destilasi ASTM (ASTM D 86-90). Makin tinggi titik didih atau makin berat

bahan bakar diesel, makin tinggi nilai kalor untuk setiap galonnya dan makin

diinginkan dari segi ekonomi. Tetapi hidrokarbon berat merupakan sumber

asap dan endapan karbon serta dapat mempengaruhi operasi mesin. Sehingga

bahan bakar diesel harus mempunyai komposisi yang berimbang antara fraksi

ringan dan fraksi berat agar diperoleh volatilitas yang baik.

c. Viskositas

Viskositas bahan bakar solar perlu dibatasi. Viskositas yang terlalu rendah

dapat mengakibatkan kebocoran pada pompa injeksi bahan bakar, sedangkan

viskositas yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi kerja cepat alat injeksi

bahan bakar dapat mempersulit pengabutan bahan bakar minyak akan

menumbuk dinding dan membentuk karbon atau mengalir menuju kekarter

dan mengencerkan minyak karter.

d. Titik Tuang dan Titik Kabut

Bahan bakar solar harus dapat mengalir bebas pada suhu atmosfer

terendah dimana bahan bakar ini digunakan. Suhu terendah dimana bahan

bakar solar masih dapat mengalir disebut titik tuang. Pada suhu sekitar 10 oF

diatas titik tuang, bahan bakar solar dapat berkabut dan hal ini disebabkan

oleh pemisahan kristal malam yang kecil-kecil yang disebut titik kabut.

3. Spesifikasi Bahan Bakar Minyak Solar

Bahan bakar minyak yang dipasarkan harus memenuhi persyaratan teknis

tertentu sesuai dengan kebutuhan penggunaanya yang biasa disebut spesifikasi.

Bahan bakar minyak solar untuk kendaraan bermesin penyalaan kompresi

19
(Compressionignition engine) yang beredar di pasaran Indonesia diatur dan

dibatasi dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh pemerintah (Direktorat Jendral

Minyak dan Gas Bumi).

Bahan bakar solar mempunyai sifat-sifat utama, yaitu :

a. Tidak mempunyai warna atau hanya sedikit kekuningan dan berbau.

b. Encer dan tidak mudah menguap pada suhu normal.

c. Mempunyai titik nyala yang tinggi (40°C sampai 100°C).

d. Terbakar secara spontan pada suhu 350°C.

e. Mempunyai berat jenis sekitar 0.82 – 0.86.

f. Mampu menimbulkan panas yang besar (10.500 kcal/kg).

g. Mempunyai kandungan sulfur yang lebih besar daripada bensin.

Limit
No Properties
Min Max
1. Sulphur content % wt - 0.5

2. Specific Gravity at 60/60°F 0.82 0.87

3. Cetane Number 45 48

4. Viscosity Kinematic at cSt 1.6 5.8

5. Sulphur Content % wt - 0.5

6. Residu Carbon %wt (on 10% vol. bottom) - 0.1

7. Water content % vol - 0.05

8. Ash Content % wt - 0.01

9. Flash point P. M. c. c. °F 150 -

10. Calorific value (kcal/kg) 10500 10667

20
Tabel 2 Spesifikasi Bahan Bakar

Bahan bakar minyak solar untuk kendaraan bermotor yang beredar

dipasarkan baik di Indonesia dan beberapa negara lain, sebagai berikut:

a. Solar 48

Bahan bakar solar 48 adalah bahan bakar yang mempunyai angka sentana

CN (Cetane Number) minimal 48. Mutu solar 48 ini dipasaran di Indonesia

dibatasi dengan spesifikasi bahan bakar minyak solar jenis 48 sesuai dengan

surat keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi Nomor

3675K/24/DJM/2006 tanggal 17 Maret 2006.

b. Solar 51

Bahan bakar minyak solar 51 adalah bahan bakar minyak solar yang

mempunyai angka sentana minimal 51 dengan kadar sulfur lebih sedikit

dibanding solar 48. Kandungan sulfur solar 51 ini maksimal 0,05% m/m atau

500 ppm sedang solar 48 maksimal 0,35% m/m atau 3500 ppm. Mutu minyak

solar 51 dipasaran indonesia dibatasi dengan spesifikasi bahan bakar minyak

solar jenis 51 sesuai dengan surat keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas

Bumi No.3675K/24/DJM/2006 tanggal 17 Maret 2006.

F. Penyulingan (Destilasi)

1. Pengertian Destilasi

Destilasi merupakan suatu proses pemisahan dua atau lebih komponen zat

cair berdasarkan pada titik didih. Secara sederhana destilasi dilakukan dengan

memanaskan atau menguapkan zat cair lalu uap tersebut didinginkan kembali

supaya jadi cair dengan bantuan kondensor. Kondensor berfungsi untuk

21
mendinginkan uap panas dari kolom destilasi sehingga berubah bentuk menjadi

cair kembali.

Faktor yang mempengaruhi destilasi adalah jenis larutan, volume larutan,

suhu, dan tekanan. Hasil dari proses destilasi disebut dengan destilat yaitu larutan

hasil destilasi yang sudah terkondisi yang berada di penampung yang telah

tersedia.

Destilasi merupakan proses fisika dan tidak terjadi adanya reaksi kimia

selama proses berlangsung. Dalam penyulingan, campuran dididihkan sehingga

menguap dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat

yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu. Metode ini

termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan masa. Penerapan proses ini

didasarkan pada teori bahwa suatu larutan masing-masing akan menguap pada

titik didihnya (Journal IPTEK,Vol 21 No.2, Desember 2017).

Destilasi adalah suatu proses pemurnian untuk senyawa cair, yaitu suatu

proses yang didahului dengan penguapan senyawa cair dengan memanaskannya,

lalu mengembunkan uap yang akan terbentuk kemudian ditampung dalam wadah

yang terpisah untuk mendapatkan destilat (Underwood, 1983).

Proses yang terjadi pada destilasi adalah perubahan fase cair menjadi fase

uap atau gas dengan perpindahan dan kondensasi pengembun, tetapi destilasi

bukan merupakan dua urutan proses penguapan kondensasi. Tekanan uap selalu

bertambah dengan kenaikan suhu (Khopkar, 2003).

22
2. Prinsip Percobaan destilasi

Prinsip percobaan dari destilasi adalah berdasarkan pada teori bahwa pada

suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya dan

hukumroult bahwa tekanan uap dari sebuah komponen tertentu sebanding dengan

tekanan uap murni dikalikan dengan mol fraksinya dalam larutan tersebut

(Brady,1999).

3. Jenis-Jenis Destilasi

a. Destilasi Sederhana

Destilasi sederhana dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih yang

jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika campuran

dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap

lebih dahulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu

kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas. Destilasi ini dilakukan

pada tekanan atmosfer,

b. Destilasi Fraksionasi

Destilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair, dua

atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Destilasi

ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang

dari 20o dan berkerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah

(Anonim, 2010)

c. Destilasi Uap

Destilasi uap adalah suatu cara untuk memisahkan dan memurnikan

senyawa organik yang tidak atau sukar larut dalam air serta memisahkan zat

23
yang mempunyai tekanan uap relatif rendah (5-10 mg Hg) pada sekitar

100oC.

d. Destilasi Vakum

Destilasi vakum adalah digunakan untuk cairan yang terurai dekat dengan

titik didihnya sehingga untuk memisahkan dari komponennya tidak dapat

dilakukan dengan destilasi sederhana. Dalam destilasi vakum, destilasi tidak

dilakukan pada tekanan barometer biasa sehingga cairan tersebut dapat

mendidih jauh dibawah titik didihnya yang selanjutnya proses pemisahan

seperti biasa (Khoiri, 2008).

24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 1 – 7 September 2020.

2. Tempat Penelitian

Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan di

Laboraturium praktikum Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Palangka Raya.

B. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat Penelitian

Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Tabung gas 12 kilogram, untuk menjadi tabung reactor.

b. Kondensor, berfungsi sebagai aliran uap hasil rekasi serta untuk aliran air

keran.

c. Thermometer, untuk mengukur suhu pada tabung reactor agar suhu tetap

stabil dan tidak berubah-ubah.

d. Kompor gas, untuk memanaskan tabung reactor.

e. Toolset, untuk mengencangkan saluran pemasukkan pada reactor.

f. Gelas Ukur, untuk mengukur hasil minyak dari proses penyulingan.

2. Bahan Penelitian

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

25
a. Plastik Tipe PET (polyethylene terephthalate).

b. Gas LPG 3 kilogram (Liquefied Petroleum Gas)

c. Air digunakan sebagai fluida pendingin pada kondensor.

C. Parameter Penelitian

Adapun parameter dalam penelitian ini adalah :

a. Efektivitas perpindahan panas dalam pengembunan dari sampah plastik

menjadi minyak dari hasil destilasi.

b. Efisiensi variabel waktu yang dibutuhkan dalam proses destilasi plastik.

c. Perbandingam nilai viskositas solar hasil destilasi dengan solar yang

diproduksi oleh Pertamina.

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

melalui metode observasi pada proses destilasi sampah plastik jenis PET yang

diembunkan kemudian menjadi bahan bakar cair jenis solar.

E. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian

Adapun tahap penelitian yang akan dilakukan dalam rangka

mengumpulkan data hingga penyelesaian masalah dalam penelitian ini, untuk

diagram alir dapat dilihat pada gambar diagram alit dibawah ini:

26
Gambar 5 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Studi Literatur
Pemanfaatan limbah plastik tipe PET sebagai bahan baku pembuatan bahan
bakar solar

Persiapan Alat dan Bahan

Input
Memasukan sampah plastik PET

Proses Destilasi
Pengujian dengan proses destilasi sederhana dalam jangka waktu lebih
kurang 90 menit dengan suhu pembakaran 200-400 oC

Output
Minyak hasil dari proses destilasi plastik

Pengujian Hasil

Selesai

27
F. Proses Pengujian

Sebelum melakukan proses pengujian pirolisis, terlebih dahulu harus

dipersiapkan peralatan-peralatan sangat diperlukan untuk mendukung proses

pirolisis. Untuk itu hal-hal yang perlu di perhatikan yaitu:

a. Tempat Destilasi

Alat destilasi sedapat mungkin diletakan pada tempat yang

terlindung dari hujan dan angin sehingga proses destilasi tidak

terganggu, dan dilakukan pada tempat yang terbuka sehingga polusi

asap udara yang keluar dari proses destilasi tidak mengganggu

pernapasan.

b. Persiapan Bahan

Sebelum memulai proses destilasi , hal yang perlu dilakukan

adalah mempersiapkan bahan-bahan yang akan didestilasikan dengan

terlebih dahulu perlu menimbang berat bahan, supaya dapat

mengetahui berapa bahan yang akan di destilasi, dan memotong

bahan menjadi ukuran kecil tujuannya adalah supaya bahan yang lebih

cepat melebur dan juga tabung dapat lebih banyak menanmpung bahan

,sehingga tidak menggagu waktu proses pengujian.

c. Pengecekan Tabung, Selang, Dan Regulator

Langkah ini bertujuan untuk meminimalisir terjadinya kebocoran

pada selang yang mengakibatkan terjadinya kebakaran dan ledakan

pada tabung gas elpigi. Untuk itu, perlu dilakukan pengecekan klem

selang yang menyambung pada regulator dan kompor.

28
d. Pemasukan Air Kondensor

Setelah melakukan pengecekan tabung,selang,dan regulator selesai,

masukan air pendingin ke dalam tangki kondensor sampai tube

kondensor terendam air.

e. Proses Pembakaran

Proses pembakaran dilakukan dilakukan pada tabung reaktor yang

didalamnya sudah terisi bahan plastik kantong dan perlu diamati

waktu dan suhu pada saat proses destilasi berlangsung.

f. Proses Kondensasi

Proses kondensasi terjadi setelah bahan didalam tabung reaktor

melebur menjadi uap.Kemudian uap itu akan mengalir menuju

kondensor melalui pipa sambungan kurang lebih 1 jam setelah proses

destilasi berlangsung. Indikasi jika akan terjadi proses kondensasi yaitu

apabila sudah terjadi kenaikan suhu pada termometer.

g. Penampungan Minyak

Setelah terjadi proses kondensasi, kemudian minyak mengalir

melalui pipa spiral dan keluar menuju keran dan tempat

penampungan. Didalam minyak tersebut masih mengandung banyak

timbal, untuk itu perlu adanya proses penyulingan agar minyak

tersebut menjadi murni. Ada dua metode penampungan minyak

yaitu dengan cara mencampurkan minyak dengan penampung yg

berisi air dan diatasnya terdapat saluran untuk langsung dapat

memisahkan minyak dengan air. Cara lainnya yaitu dengan cara

29
membiarkan minyak yang bercampur dengan air tersebut hingga

proses destilasi selesai, kemudian dipisahkan dengan menggunakan

pipet ukuran.

G. Data Penelitian

1. Proses Perubahan

Proses perubahan plastik menjadi minyak bersasrkan waktu

pengamatan selama 90 menit percobaan.

Tabel 3 Proses Perubahan Plastik Menjadi Bahan Bakar Solar


Percobaan Mulai Mulai Berhenti Mengeluarkan
Mengeluarkan Mengeluarkan Cairan ( Menit )
Uap ( Menit ) Cairan ( Menit )
1
2
3
4
Rata – rata

2. Hasil Minyak yang Diperoleh

Hasil solar yang diperoleh dalam proses penelitian pada alat

penyulingan sederhana ini adalah pengukuran volume minyak solar yang

dihasilkan, selanjutnya hasil data dimasukkan dalam lembar pengambilan

data berupa jumlah volume yang dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKA

30
Dewi, Y., & Raharjo, T. (2019). Aspek Hukum Bahaya Plastik Terhadap

Kesehatan dan Lingkungan Serta Solusinya. Kosmik Hukum, 19(1).

Herfiandhani, W., Azniah, A., & Irmayani, I. (2018). KISAH SUKSES BANK

SAMPAH DI MAKASSAR (STUDI FENOMENOLOGI BANK SAMPAH

MELATI DI BTN ANTARA KELURAHAN TAMLANREA INDAH

KOTA MAKASSAR). Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 12(1), 114-118.

Prihatmoyo, P. E., Dermawan, D., & Bisono, F. (2018, December). Rancang

Bangun Mesin Destilator Pengubah Limbah Plastik Menjadi Minyak.

In Proceedings Conference on Design Manufacture Engineering and its

Application (Vol. 2, No. 1, pp. 105-110).

Wahyudi, J., Prayitno, H. T., & Astuti, A. D. (2018). Pemanfaatan limbah plastik

sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar alternatif. Jurnal Litbang:

Media Informasi Penelitian, Pengembangan dan IPTEK, 14(1), 58-67

Kausar, T. (2018). Kajian Minyak Solar Dari Hasil Penyulingan Tradisional

(Studi kasus pertambangan minyak tradisional di Desa Pasir Putih Aceh

Timur). Jurnal Mekanova: Mekanikal, Inovasi dan Teknologi, 4(1).

Marliani, N. (2015). Pemanfaatan limbah rumah tangga (sampah anorganik)

sebagai bentuk implementasi dari pendidikan lingkungan hidup. Formatif:

Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 4(2).

31
Renilaili, R. (2019). Metode Pyrolisis Upaya Untuk Mengkonversi Limbah Plastik

Menjadi Bahan Bakar Cair Alternatif. Integrasi: Jurnal Ilmiah Teknik

Industri, 4(1), 9-16.

Halim, M. F. (2018). PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK SEBAGAI

BAHAN BAKU BIOGAS DITINJAU MENURUT PERATURAN

PEMERINTAH NOMOR 101 TAHUN 2014 (Tentang Pengolahan Limbah

Bahan Berbahaya dan Beracun) dan hukum Islam.

Pamuji, G., & Rahman, A. N. (2008). Pengaruh Pemakaian Bahan Tambah

Limbah Plastik Kemasan Air Mineral Terhadap

Surono, U. B. (2013). Berbagai metode konversi sampah plastik menjadi bahan

bakar minyak. Jurnal Teknik, 3(1), 32-40.

Wahyudi, J., Prayitno, H. T., & Astuti, A. D. (2018). Pemanfaatan limbah plastik

sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar alternatif. Jurnal Litbang:

Media Informasi Penelitian, Pengembangan dan IPTEK, 14(1), 58-67.

Rais, I. U. N., Hastuti, S., Hardono, H., & No, J. K. S. (2018). Analisa Vacuum

Forming Cetakan Agar-Agar Berbahan Baku Polyethylene Terephthalate

(PET). Jurnal Teknik Mesin MERC (Mechanical Engineering Research

Collection), 1(1).

JUMA, K. D., & FAWAID, A. (2018). RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK

BRIKET OTOMATIS BERBASIS PLC (Doctoral dissertation,

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA).

32
Fuhaid, N., Sahbana, M. A., & Arianto, A. (2011). Pengaruh medan

elektromagnet terhadap Konsumsi bahan bakar dan emisi gas buang pada

motor bensin. PROTON, 3(1).

33

Anda mungkin juga menyukai