Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH WAWASAN DAN KAJIAN MIPA

POTENSI PENGURANGAN SAMPAH PLASTIK


MENGGUNAKAN METODE ECOBRICK

Disusun Oleh :
Kelompok 7
Saufa Pantra Fillah (18312241019)
Risa Nurullailiyah Sujono (18312244035)
Aisyah Aulia Rahma (18312244036)
Refi Aulia Nur Rohmah (18312244037)
Rizal Catur Nugroho (18312244038)
Rosita Dwiki Mustafa (18312244039)

Dosen Pembimbing:
Ir. Ekosari Roektiningrum, M. P.

Kelas D
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Yogyakarta
Semester 3
2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh.


Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Swt. yang telah memberi rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tindak lanjut tugas
mata kuliah Wawasan dan Kajian MIPA. Ucapan terima kasih tidak lupa kami sampaikan
kepada Ibu Ir. Ekosari Roektiningrum, M.P., selaku Dosen Wawasan dan Kajian MIPA yang
telah membimbing kami dalam membuat makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan–kekurangan yang
terdapat di dalamnya. Untuk itu, kritik dan saran sangat kami butuhkan untuk menjadi lebih
baik lagi kedepannya.
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh.

Sleman, 10 November 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………………………………… 1


Kata Pengantar ……………………………………………………………………………... 2
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………. 3

Bab I PENDAHULUAN ..……………………………………………………………….…. 4


A. Latar Belakang …………………………………………………………………….…... 4
B. Rumusan Masalah ……………...………………………………………………….…... 4
C. Tujuan …………………………………………………………………………….….… 4

Bab II ISI ………………………………………………………………………………...…. 5


A. Landasan Teori ……………...…………………………………………………….........5
B. Hasil Pengamatan ……………...……………………………………………………..... 7

Bab III METODOLOGI


A. Metodologi ……………………………………………………………………………. 11
B. Pembahasan …………………………………………………………………………….13

Bab IV PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………..18

Lampiran…... ..……………………………………………………………………………….19
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………………..20

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia masuk dalam peringkat kedua dunia setelah Cina menghasilkan
sampah plastik di perairan mencapai 187,2 juta ton. Sampah plastik tersebut mencemari
lingkungan karena plastik sulit diurai di tanah, sehingga perlu adanya terobosan baru untuk
mengatasinya.

Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 18 Tahun 2008, pertambahan jumlah


sampah disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

1. Pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan


bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah yang semakin beragam;
2. Pengelolaan sampah selama ini belum sesuai dengan metode dan teknik pengelolaan
sampah yang berwawasan lingkungan sehingga menimbulkan dampak negatif
terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan;
3. Sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu
dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan
manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta
dapat mengubah perilaku masyarakat;
4. Pengelolaan sampah diperlukan kepastian hukum, kejelasan tanggung jawab dan
kewenangan pemerintah, pemerintahan daerah, serta peran masyarakat dan dunia
usaha sehingga pengelolaan sampah dapat berjalan secara proporsional, efektif, dan
efisien.

B. Rumusan masalah
Bagaimana pengaruh penggunaan ecobrick terhadap pengurangan jumlah sampah?

C. Tujuan
Mengetahui berapa banyak jumlah sampah plastik yang dapat dikurangi dengan pembuatan
Ecobrick.

4
BAB II
ISI

A. Landasan Teori
1. Pengertian Sampah
Berdasarkan SK SNI Tahun 1990, sampah adalah limbah yang bersifat padat
terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus
dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi
pembangunan.
Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan limbah
padat. Sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan, baik
karena telah sudah diambil bagian utamanya, atau karena pengolahan, atau karena
sudah tidak ada manfaatnya yang ditinjau dari segi sosial ekonomis tidak ada harganya
dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan terhadap
lingkungan hidup. Sampah berasal dari kegiatan penghasil sampah seperti pasar,
rumah tangga, perkotaan (kegiatan komersial perdagangan), penyapuan jalan, taman,
atau tempat umum lainnya, dan kegiatan lain seperti dari industri dengan limbah yang
sejenis sampah (Hadiwiyoto, 1983 : 3).

2. Jenis-Jenis Sampah
Sumber dari sampah di masyarakat pada umumnya, berkaitan erat dengan
penggunaan lahan dan penempatan. Beberapa sumber sampah dapat diklasifikasikan
menjadi antara lain: 1) perumahan, 2) komersil, 3) institusi, 4) konstruksi dan
pembongkaran, 5) pelayanan perkotaan, 6) unit pengolahan, 7) industri, dan 8)
pertanian Terdapat 2 macam sampah berdasarkan sifat-sifatnya, yaitu: (1) Sampah
organik adalah sampah yang tersusun dari unsur karbon, hydrogen dan oksigen.
Merupakan sampah yang dapat terdegradasi oleh mikroba; (2) Sampah Anorganik,
merupakan bahan yang tersusun dari senyawa organik yang sulit terdegradasi oleh
mikroba (Alex, 2007 : 3-4).

5
3. Permasalahan Sampah di Indonesia dan di Jogja
Jambeck, 2015 menyatakan bahwa Indonesia masuk dalam peringkat kedua
dunia setelah Cina menghasilkan sampah plastik di perairan mencapai 187,2 juta ton.
Hal itu berkaitan dengan data dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang
menyebutkan bahwa plastik hasil dari 100 toko atau anggota Asosiasi Pengusaha Ritel
Indonesia (APRINDO) dalam waktu 1 tahun saja, telah mencapai 10,95 juta lembar
sampah kantong plastik. Jumlah itu ternyata setara dengan luasan 65,7 hektar kantong
plastik. Permasalahan sampah plastik tersebut apabila semakin banyak jumlahnya di
lingkungan maka akan berpotensi mencemari lingkungan (Purwaningrum, 2016:142).

Sleman mengatakan jumlah sampah plastik masih tergolong tinggi. Tercatat


selama 2018 lalu sampah plastik di Sleman mencapai 197,268.437 kg per hari.
Sementara non permukiman mencapai 65,781.607 kg per hari. Berdasarkan
persentasenya perumahan menyumbang sampah plastik sebesar 22,79 persen,
sementara non perumahan mencapai 24,08 persen. (Alexander, 2019:1)

4. Reduce, Reuse, Recycle


TPS (Tempat Pembuangan Sampah) atau TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dan
3R (​Reuse, Reduce, Recycle​) kurang efektif untuk diterapkan dalam pengelolaan
sampah khususnya sampah plastik, sehingga solusi yang paling tepat dalam mengelola
sampah plastik adalah ecobrick.

5. Ecobrick
a. Pengertian dan Fungsi Ecobrick
Rifa Syahdil menjelaskan ide mengatasi sampah muncul dari permasalahan
yang dikemukakan oleh masyarakat secara langsung kepada tim mahasiswa
UGM. Setelah melakukan observasi di lapangan maka tim UGM menawarkan
solusi berupa ecobrick. Ecobrick sendiri merupakan batu bata ramah lingkungan
yang dibuat dengan bahan dasar limbah plastik (Agung, 2019).

6
Ecobrick adalah cara lain utilisasi sampah-sampah non biological selain
mengirimnya ke ​landfill ​(pembuangan akhir). Sampah-sampah tersebut diubah
menjadi bagian-bagian kecil (​brick​) lalu dimasukkan ke dalam botol plastik. Lalu
dengan bantuan kayu, brick tersebut dimampatkan agar tidak ada ruang kosong
pada botol tersebut. Dengan ecobrick, sampah-sampah plastik akan tersimpan dan
terjaga di dalam botol sehingga tidak perlu dibakar, menggunung dan tertimbun.
Fungsi dari ecobrick bukan untuk menghancurkan sampah plastik,
melainkan untuk memperpanjang usia plastik-plastik tersebut dan mengolahnya
menjadi sesuatu yang berguna, yang bisa dipergunakan bagi kepentingan manusia
pada umumnya.Selain itu, ecobrick juga dapat menjadi salah satu solusi untuk
mengurangi dampak racun (Bisphenol-A) yang menyebar dan merusak kehidupan
makhluk hidup.

b. Metode Pembuatan Ecobrick


Pembuatan ecobricks tidak membutuhkan skill khusus, dan tanpa biaya,
karena berangkat dari bekas konsumsi sehari-hari, bisa dilakukan kapan saja, dan
bisa juga dikerjakan bersama-sama maupun sendiri sambil melakukan kegiatan
sehari-hari lainnya, sembari mengisi waktu. Membuat ecobrick tidak sulit, hanya
memerlukan ketelatenan dan sedikit usaha. Secara umum langkah-langkah
membuat ecobrick adalah sebagai berikut :

1) Mengumpulkan botol-botol plastik bekas, seperti botol bekas kemasan


minuman (misalnya air mineral), botol bekas kemasan minyak goreng dan
lain sebagainya. Kemudian mencucinya hingga bersih, lalu dikeringkan.
2) Mengumpulkan berbagai macam kemasan plastik, seperti kemasan mie
instan, minuman-minuman instan, plastik pembungkus, tas plastik dan
sebagainya. Harus dipastikan plastik-plastik tersebut bebas dari segala jenis
makanan (yang tersisa di dalamnya), dalam keadaan kering dan tidak
tercampur oleh bahan lain.
3) Memasukkan segala jenis plastik poin ke 2 ke dalam botol-botol plastik poin
ke 1.
4) Tidak boleh bercampur dengan kertas, kaca, logam, benda-benda yang tajam
dan bahan-bahan lain selain plastik.

7
5) Bahan-bahan plastik yang dimasukkan ke dalam botol plastik harus
dimampatkan hingga sangat padat dan mengisi seluruh ruangan dalam botol
plastiknya.
6) Cara memadatkannya bisa dengan menggunakan alat yang terbuat dari bambu
atau kayu (seperti tongkat bambu atau kayu).
7) Jika ingin membuat sesuatu dengan hasil ecobrick ini, misalnya membuat
meja, kursi, atau benda-benda lain, maka bisa menggunakan botol-botol yang
berukuran sama, atau bahkan dari jenis dan merk yang sama, sehingga
memudahkan penyusunan.
8) Jika menginginkan hasil yang berwarna-warni, maka plastik-plastik kemasan
yang disusun di dalamnya bisa diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan
warna sesuai yang diinginkan.
9) Setelah semua botol plastik diisi dengan kemasan-kemasan plastik hingga
padat, maka botol-botol plastik tersebut siap disusun dan digabungkan
menjadi benda lain, seperti meja, kursi, bahkan dinding dan atau lantai
panggung, pembatas ruangan dan banyak lagi lainnya

(Santi, 2019 : 3-4).

c. Manfaat dan Penerapan Ecobrick


Ecobrick dapat dipergunakan sebagai ​furniture r​ umah tangga seperti meja,
kursi, bahkan dinding pembatas. Hal ini sesuai dengan fungsi ecobrick sebagai
pengganti bata yang tentunya lebih efisien karena ramah lingkungan serta dapat
mengurangi sampah plastik yang ada.

Menurut Zakiah (2019:1), dari namanya sendiri yaitu '​eco​' dan '​brick'​ yang
bisa diartikan sebagai bata ramah lingkungan, ​ecobrick ​memang bisa dijadikan
material dalam bahan bangunan. Kita bisa menggantikan batu bata konvensional
dengan ​ecobrick u​ ntuk membuat rumah. Selain itu, kita bisa menjadikan ​ecobrick
sebagai furnitur, seperti kursi, meja dan lain sebagainya.

Beberapa waktu lalu, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Jogja


mencanangkan, Jogja menjadi kota pertama di dunia yang secara formal
menerapkan metode “Ecobricks” sebagai solusi pengelolaan sampah plastik.
Melalui metode gagasan pasangan Russell Maier dan Ani Himawati ini, warga

8
pun diajak menyulap sampah plastik menjadi bahan material yang bisa
dimanfaatkan untuk beragam fungsi. Misalnya bangku, meja hingga kebutuhan
lainnya seperti permainan edukatif anak-anak. Di dunia, program eco-brick sudah
banyak dikembangkan, tidak hanya untuk menanggulangi masalah sampah
plastik, melainkan juga sebagai bahan pembuatan karya-karya seni,
fasilitas-fasilitas umum di tempat wisata, dan lain-lain (Artanti, 2019:1).

Untuk program ecobrick yang akan dikembangkan di Jogja, akan


menggunakan material ramah lingkungan dengan memasukkan dan memadatkan
sampah plastik yang sudah bersih dan kering ke dalam botol plastik. Botol plastik
dinilai masih menjadi sebuah wadah yang cukup kokoh, karena sebuah botol
plastik berukuran 600 mililiter dapat diisi sekitar 250 gram sampah plastik atau
setara dengan 2.500 lembar plastik bungkus mie instan (Artanti, 2019:1).

Adapun menurut Suryaningrum (2019:1), ukuran berat minimal ecobrick


adalah 0,3 kali volume botol sedangkan maksimalnya adalah 0,7 kali volume
botol. Misalnya kita menggunakan botol ukuran 600 ml, maka berat ecobrick
minimal yang harus kita buat adalah 200 gram dan maksimalnya adalah 420 gram.
Setiap orang baik yang masih duduk di sekolah dasar ataupun yang sudah dewasa
pasti bisa membuat ecobrick karena tidak membutuhkan keahlian khusus.

d. Keunggulan dan Kelemahan Ecobrick


Karena TPS(Tempat Pembuangan Sampah) atau TPA(Tempat Pembuangan
Akhir) dan 3R ( Reuse, Reduce, Recycle) kurang efektif untuk diterapkan dalam
pengelolaan sampah khususnya sampah plastik, maka solusi yang paling tepat
dalam mengelola sampah plastik adalah ecobrick. Ecobrick adalah cara lain
utilisasi sampah-sampah non-biological selain mengirimnya ke landfill
(pembuangan akhir). Sampah-sampah tersebut diubah menjadi bagian-bagian
kecil (brick) lalu dimasukkan ke dalam botol plastik. Lalu dengan bantuan kayu,
brick tersebut dimampatkan agar tidak ada ruang kosong pada botol tersebut.
Dengan ecobrick, sampah-sampah plastik akan tersimpan dan terjaga di dalam
botol sehingga tidak perlu dibakar, menggunung dan tertimbun. Fungsi dari
ecobrick bukan untuk menghancurkan sampah plastik, melainkan untuk

9
memperpanjang usia plastik-plastik tersebut dan mengolahnya menjadi sesuatu
yang berguna, yang bisa dipergunakan bagi kepentingan manusia pada umumnya.
Ecobrick dapat dipergunakan sebagai furniture rumah tangga seperti meja,
kursi, bahkan dinding pembatas. Hal ini sesuai dengan fungsi ecobrick sebagai
pengganti bata yang tentunya lebih efisien karena ramah lingkungan serta dapat
mengurangi sampah plastik yang ada. ​Ecobrick ​juga dapat menjadi salah satu
solusi untuk mengurangi dampak racun (Bisphenol-A) yang menyebar dan
merusak kehidupan makhluk hidup. Pembuatan ​ecobricks t​ idak membutuhkan
skill k​ husus, dan tanpa biaya, karena berangkat dari bekas konsumsi sehari-hari,
bisa dilakukan kapan saja, dan bisa juga dikerjakan bersama-sama maupun sendiri
sambil melakukan kegiatan sehari-hari lainnya, sembari mengisi waktu (Merliana,
2018:4). Namun setiap hal ditakdirkan memiliki kelebihan dan kekurangan.
Begitu pula dengan ecobrick,​ ​ecobrick ​yang terpendam dalam beton sebagai
material bangunan tidak mudah didaur ulang di masa depan. ​Ecobrick j​ uga sulit
​ eleleh, akan menghasilkan
untuk diurai dan dirusak. Selain itu, jika ​ecobrick m
senyawa gas yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.

B. Hipotesis
Recycle sampah plastik menggunakan ecobrick dapat mengurangi jumlah sampah plastik
secara cukup signifikan.

10
BAB III

METODOLOGI

A. METODOLOGI
1. Waktu dan Tempat
a. Waktu : Senin, 28 Oktober 2019 - Sabtu, 23 Oktober 2019
b. Tempat : Laboratorium IPA II
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Gunting
2) Timbangan analitik
3) Kayu silinder
b. Bahan
1) Botol bekas 1.5 liter
2) Sampah kantong plastik, kemasan makanan, dan botol atau gelas plastik

11
3. Langkah Kerja

4. Skema

12
Berdasarkan prosedur yang telah dilakukan, didapatkan data sebagai berikut.

No Jenis Sampah Botol Massa

1. Kantong plastik 1 217,77 gram

2 220 gram

2. Kemasan Makanan 3 210,24 gram

4 194,80 gram

3. Botol / gelas plastik 5 260 gram

6 300 gram

Rata-rata 233,8 gram

Massa ecobrick = 233,8 gram


= 0,234 kg
Jumlah ecobrick untuk membuat 1m​2 ​pagar = 25 buah
Sampah yang dapat dikurangi

13
25
= m x 17.000 m x 0,234 kg
= 99,450 kg
= 99,5 ton
Presentase
95
= 197 x 100%
= 48%

B. PEMBAHASAN
Makalah berjudul Recycle Sampah Plastik Menggunakan Ecobrick dibuat dengan
tujuan untuk mengetahui berapa banyak sampah plastik yang dapat dikurangi dengan cara
membuat ecobrick. Kelompok kami mengemukakan bahwa pembuatan ecobrick yang
merupakan salah satu jenis pengolahan sampah yaitu recycle dapat mengurangi jumlah
sampah plastik dengan cukup signifikan.
Untuk membuat ecobrick, bahan dan alat yang dibutuhkan sangat sederhana dan
tidak memerlukan keahlian khusus seperti pengolahan limbah secara ​recycle ​yang sering
ditemukan di masyarakat misalnya dengan membuat produk kerajinan. Pertama alat yang
harus disiapkan adalah kayu silinder yang cukup untuk dimasukkan pada botol, gunting
untuk memotong sampah menjadi ukuran kecil, dan neraca digital untuk mengukur
massa. Adapun bahan yang digunakan adalah botol bekas ukuran 1500 mL, sampah
plastik yang terdiri atas sampah kantong, sampah kemasan makanan, dan sampah botol
atau gelas plastik.
Proses membuat ecobrick juga mudah dan dapat dilakukan oleh siapapun. Langkah
pertama yang harus dilakukan adalah mengumpulkan sampah. Kemudian melipatnya
menjadi ukuran kecil atau memotongnya menjadi ukuran kecil (brick) kemudian
memasukkan sampah tersebut ke dalam botol wadah. Setelah itu memampatkan
menggunakan kayu hingga tidak ada ruang kosong lalu mengisi botol sampai penuh
kemudian menimbangnya.

14
Gambar 1. Cara Membuat Ecobrick
Sumber :
https://www.dispatchlive.co.za/local-heroes/2018-10-08-stirling-weighs-in-at-world-no-1-ecobric
k-heroes/
Jika dicermati pada bagian bahan, ada 3 jenis sampah yang digunakan yaitu
kantong plastik, kemasan makanan, dan botol atau gelas bekas. Ketiga jenis sampah
tersebut merupakan variabel bebas, sehingga nantinya dapat diketahui jenis sampah yang
paling efektif untuk membuat ecobrick. Variabel kontrolnya adalah botol bekas 1500 mL
serta jumlah ecobrick (2 botol per jenis sampah), sedangkan variabel terikatnya adalah
massa ecobrick.
Berdasarkan kegiatan pembuatan ecobrick yang telah dilakukan selama kurang
lebih 3 minggu, didapatkan data massa ecobrick. Pada botol 1 yang berisi sampah
kantong plastik massanya sebesar 217,77 gram, pada botol plastik 2 yang berisi sampah
kantong plastik massanya sebesar 220 gram. Pada botol plastik 3 yang berisi sampah
plastik kemasan, massanya sebesar 210,24 gram. Pada botol plastik 4 yang berisi sampah
plastik kemasan makanan, massanya sebesar 194,80 gram. Pada botol plastik 5 dan 6
yang berisi sampah botol/ gelas plastik memiliki massa secara berturut- turut sebesar 260
gram dan 300 gram. Dari data hasil massa ke enam botol plastik tersebut diperoleh massa
rata-rata sebesar 233,8 gram. Dengan hasil yang demikian ini perbedaan jenis sampah
dapat dikatakan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perbedaan massa
ecobrick.
Berdasarkan percobaan dan pengamatan yang kami lakukan ini, untuk 1500 mL
wadah dapat menampung sekitar 200-300 gram sampah yang telah diubah menjadi
bentuk kecil (brick) dengan cara melipat atau memotongnya dan memadatkannya dengan
kayu agar tidak ada ruang kosong pada ecobrick. Oleh karena itu perbedaan jenis sampah
pada variabel bebas tidak terlalu berpengaruh pada massa ecobrick atau massa sampah
yang dapat dikurangi dengan cara pembuatan ecobrick.

15
Jika mengacu pada literatur menurut Suryaningrum (2019:1), ukuran berat minimal
ecobrick adalah 0,3 kali volume botol sedangkan maksimalnya adalah 0,7 kali volume
botol. Misalnya kita menggunakan botol ukuran 600 ml, maka berat ecobrick minimal
yang harus kita buat adalah 200 gram dan maksimalnya adalah 420 gram. Dari literatur di
atas, berat ecobrick yang sesuai standar adalah minimal 0.3 kali dari wadah dan maksimal
0.7 kali dari wadah, misalnya dalam botol 600 mL, berat minimal ecobrick akhir adalah
180 gram dan berat maksimal adalah 420 gram. Ecobrick yang kami buat ini sebenarnya
belum memenuhi standar karena tidak mencapai berat minimum. Untuk botol dengan
volume 1500 ml, massa ecobrick minimal adalah 450 gram, namun rerata massa ecobrick
yang kami buat adalah 233,8 gram. Ketidakmampuan kami menyetarakan ecobrick hasil
dengan standar yang ada karena kurang memadainya alat penekan sampah, sehingga
dimungkinkan masih ada ruangan kosong yang seharusnya masih bisa dimampatkan lagi
dan diisi oleh sampah plastik.
Namun, berdasarkan data tersebut sudah dapat menjawab/membuktikan hipotesis
yang kami kemukakan. Perlu diketahui bahwa latar belakang pembuatan ecobrick dan
analisis massa yang telah dilakukan kelompok kami dilatarbelakangi oleh masalah
sampah plastik di Indonesia. Menurut data yang ada ( Jambeck , 2015), Indonesia
merupakan penghasil sampah ranking 2 di dunia dengan besar 1.29 juta ton per tahun.
Untuk wilayah Sleman, Yogyakarta sendiri, hasil sampah yang tercatat dalam sehari
adalah 197 ton.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jenna R. Jambeck dari University of
Georgia, pada tahun 2010 ada 275 juta ton sampah plastik yang dihasilkan di seluruh
dunia. Sekitar 4,8-12,7 juta ton diantaranya terbuang dan mencemari laut. Indonesia
memiliki populasi pesisir sebesar 187,2 juta yang setiap tahunnya menghasilkan 3,22 juta
ton sampah plastik yang tak terkelola dengan baik. Sekitar 0,48-1,29 juta ton dari sampah
plastik tersebut diduga mencemari lautan. (Taufan, 2019:1). Data literatur juga
menyebutkan bahwa sampah yang dihasilkan di Indonesia sebanyak 0.48 - 1.29 ton
masuk dan mencemari laut. Berangkat dari hal-hal tersebut maka kelompok kami
menawarkan solusi berupa recycle sampah plastik dengan menggunakan ecobrick yang
dapat dimanfaatkan di daerah sekitar pantai. Kami mengambil sampel pantai di daerah
Bantul yang memiliki panjang pantai 17 km. Penerapan ecobrick pada daerah pantai ini

16
adalah untuk membuat pagar yang memiliki ukuran dasar 1 meter persegi yang dapat
disusun dari 25 buah ecobrick. Pagar ini dapat dimanfaatkan sebagai keamanan atau
estetika misalnya untuk pembatas zona aman, pembatas daerah berbahasa, pembatas
tebing, pencegah erosi, untuk disusun dengan sentuhan seni yang menjual bagi
pariwisata, dan lain sebagainya. Berdasarkan analisis data yang dilakukan 25 buah
ecobrick tersebut jika dikalikan dengan panjang pantai Bantul yaitu 17 km maka sampah
plastik yang dibutuhkan adalah kurang 99.5 ton berdasarkan hasil ecobrick yang kami
buat. Artinya langkah recycle yang kami kemukakan dapat mengurangi 48% dari jumlah
sampah yang dihasilkan Sleman per hari (berdasarkan data tahun 2018).

Gambar 2. Pagar Ecobrick


Sumber : ​https://seruji.co.id/peristiwa/siswa-sd-pamerkan-ecobrick-di-sulsel-expo
Jika ecobrick yang dibuat memenuhi standar yaitu memiliki berat 0.3 kali dari ukuran
botol (1500 ml) maka setiap ecobrick akan memiliki massa 450 gram.Sehingga untuk
membuat pagar ecobrick sepanjang 17 km akan mengurangi sampah sebesar 191,250 ton
yang artinya mengurangi 97% sampah yang dihasilkan di wilayah Sleman dalam sehari.
Adapun pengaplikasian ecobrick tidak sebatas pada daerah pantai tetapi dapat digunakan
untuk berbagai hal. Misalnya untuk daerah perkotaan dapat dimanfaatkan untuk membuat
tempat sampah,untuk membuat bangunan-bangunan kecil dengan bahan batu bata yang
disubtitusi dengan ecobrick, untuk mendukung keindahan wilayah dengan menyusun
ecobrick sedemikian rupa dengan sentuhan seni. Ecobrick sangat efektif untuk
mengurangi jumlah sampah plastik karena dengan menyimpannya dalam botol dan
melakukan penyemenan akan mengawetkan sampah plastik dalam jangka yang panjang
dan tidak mencemari lingkungan. Selain itu, pembuatannya yang cukup sederhana
membuat produk ini dapat dibuat oleh siapapun.

17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan yang telah kami lakukan hipotesis yang kami kemukakan
yaitu recycle sampah plastik menggunakan ecobrick dapat mengurangi jumlah sampah
plastik secara cukup signifikan, terbukti. Pembuatan ecobrick dapat mengurangi
sampah 99.5 ton atau 48% dari jumlah sampah yang dihasilkan Sleman dalam sehari
yaitu 197 ton (menurut data tahun 2018).

18
LAMPIRAN

19
DAFTAR PUSTAKA
Agung. 2019. ​Ecobrick, Upaya Mengatasi Sampah Plastik di Pantai Trisik​. Yogyakarta :
UGM.
Alex, S. 2007. ​Sukses Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk Organik.​ Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
Alexander, Ermando. 2019. ​Sampah Plastik di Sleman Tercatat Capai Hampir 200 Ribu
Kilogram Per Hari Selama 2018​. Diakses di https://jogja.tribunnews.com pada 11
November 2019, pukul 06.02 WIB.
Artanti, Desti. 2019. ​Potensi Wisata Jogja Melalui ‘Program Ecobricks’​. Diakses dari
https://phinemo.com/potensi-wisata-jogja-melalui-program-ecobricks/ pada 4
November 2019 pukul 06.08 WIB.

20
Hadiwiyoto,S. 1983.​Penanganan dan Pemanfaatan Sampah​.Jakarta: Yayasan Idayu.

Harun. 2017. Siswa SD Pamerkan “Ecobrick” di Sulsel Expo.​ Diakses dari


https://seruji.co.id/peristiwa/siswa-sd-pamerkan-ecobrick-di-sulsel-expo/ pada 1
Desember 2019

Local Heroes. 2018. ​Stirling weighs in at world no 1 ecobrick heroes.​ Diakses dari
https://www.dispatchlive.co.za/local-heroes/2018-10-08-stirling-weighs-in-at-world-no-
1-ecobrick-heroes/

Merlina, Eka Santi. 2018. ​Ecobrick Solusi Cerdas dan Praktis Untuk Pengelolaan Sampah
Plastik.​ Diunduh dari https://osf.io pada hari Sabtu, 9 November 2019 pukul 19.31
WIB.

Purwaningrum, Prawiati. 2016. ​Upaya Mengurangi Timbulan Sampah Plastik di Lingkungan.


Jurnal Teknik Lingkungan. Jakarta: Universitas Trisakti.

Santi, Marliana Eka. 2019. ​Ecobrick Solusi Cerdas dan Praktis Pengelolaan Sampah Plastik.​
Surakarta : FMIPA UNS.
Suryaningrum, Riska. 2019. ​Plastik, Lingkungan, dan Ecobrick​. Diakses dari
https://www.kompasiana.com/riskasn/5d4d097f097f3641013125f2/plastik-lingkungan-
dan-ecobrick?page=all pada 4 November 2019 pukul 06.09 WIB.

Taufan, Adharsyah. 2019. ​Sebegini Parah Ternyata Masalah Sampah Plastik di Indonesia.
Diakses di https://www.cnbcindonesia.com pada 11 November 2019, pukul 06.07 WIB.
Zakiah, Nena. 2019. ​Sampah Plastikmu Bisa untuk Bahan Membangun Rumah, Ecobrick
Solusinya!​ diakses melalui https://today.line.me/id/pc/article/Sampah+Plastikmu+Bisa+
untuk+ Bahan+Membangun+Rumah+Ecobrick+Solusinya-KyBE1m pada 4 November
2019 pukul 06.09 WIB.

21

Anda mungkin juga menyukai