Anda di halaman 1dari 21

Maraknya penggunaan plastik telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara

dengan penyumbang sampah plastik di dunia. Bagaimana tidak, plastik memiliki

peran penting dalam kehidupan masyarakat, mulai dari kantong plastik, sedotan

minuman, botol minuman plastik, pembungkus perabotan, pembungkus mainan anak

dan masih banyak lagi. Dilihat dari tingkat efisiennya, plastik menjadi bahan yang

mudah ditemukan, mudah dibawa ke mana saja karena bentuknya yang ringan dan

murah. akan tetapi, ada bahaya dibalik kelebihan yang diberikan plastik, yakni plastik

menjadi bahan yang sulit terurai. Apalagi, Indonesia belum memiliki alat yang

mampu menguraikan sampah plastik yang kian menumpuk. Ditambah lagi, minimnya

pengetahuan masyarakat Indonesia dengan melakukan pembuangan sampah plastik di

daerah aliran sungai. Limbah plastik yang menumpuk akan menyebabkan aliran

sungai menjadi tersumbat dan akan berdampak pada lingkungan. Dampak utamanya

adalah menjadi pemicu terjadinya banjir di kota-kota besar di Indonesia, seperti

Jakarta. Pertanyaan : 1. Buatlah Judul makalah ilmiah dari permasalahan di atas! 2.

Buatlah makalah ilmiah yang berisi: 1. Bab 1 Pendahuluan 2. Bab II Kajian Pustaka

3. Bab III Pembahasan 4. Bab IV Kesimpulan dan Saran 5. Daftar Pustaka minimal

10 sumber
Dampak Rendahnya Kesadaran Masyarakat dalam

Mengelolah Sampah Plastik di Indonesia

Disusun Oleh :

Kristina 201850034

JURUSAN AKUNTANSI

TRISAKTI SCHOOL OF MANAGEMENT

2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama, puji syukur kepada Tuhan YME atas pertolongan Tuhan

YME, penulis selesai menulis makalah berjudul “Dampak Rendahnya

Kesadaran Masyarakat dalam Mengelolah Sampah Plastik di Indonesia” tepat

dalam waktu yang telah dihitung.

Tujuan dari penyusunan karya ilmiah ialah untuk pemenuhan tugas mata

kuliah Bahasa Indonesia yang diempu oleh Bapak Batara Imanuela. Saya

mengucapkan banyak trimaksih atas bimbingannya dan saran beliau sehingga saya

dapat mennyelsaikan karya ilmiah ini dengan baik.

Dengan penuh kesadaran, saya menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh

dari kata semourna. Maka dari itu, kritik dan saran sebagai masukan bagi kami

kedepan dalaam pembuatan kkarya ilmiah ini sangat berarti. Diakhiir kata, saya

mengucapkan banyaak mohon maaf apa bila ada kata-kata dalam penyampaian yang

kurang berkenan. Trimaksih.

Jakarta, 22 Juni 2021


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, plastik merupakan produk berbagai jenis barang

yang memiliki berbagai bentuk, fungsi dan sangat populer karena banyak

digunakan masyarakat. Plastik dalam bentuk produk dapat berbentuk berbagai

peralatan rumah tangga mulai dari botol minuman bayi, garpu, piring, gelas,

sendok, peralatan masak, Selain banyak digunakan oleh masyarakat, ternyata

plastik juga sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Beberapa waktu

lalu satu ekor ikan paus jenis Physeter Macrocephalus di wilayah laut Pulau

Kapota, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara dan tiga ekor penyu di wilayah

laut Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara ditemukan mati oleh

masyarakat nelayan yang tinggal di sekitar kepulauan tersebut. Matinya mahluk

hidup yang amat dilindungi oleh undang-undang ini karena dalam perutnya

tertelan plastik yang tidak bisa dicerna secara sempurna. Hal ini membuka mata

kita bahwa plastik tidak bisa diurai oleh air laut, dan sangat berbahaya bagi

mahluk hidup yang ada di laut karena sudah banyak di buang masyarakat ke laut

dalam berbagai bentuk dan jenis sampah plastic (Qodriyatun 2018:18). Sampah

jenis plastik yang sudah dipendam dalam tanah ini sulit hancur terurai atau

terdegradasi (non-biodegradable). Sampah plastik ini membutuhkan waktu

beberapa generasi kehidupan hingga ratusan tahun baru dapat terurai atau
terdekomposisi dengan sempurna oleh tanah. (Karuniastuti, 2013:6). Saat ini

cara yang sudah banyak digunakan masyarakat untuk mengurangi dampak

negatif dari sampah plastik adalah mengelola sampah plastik dengan konsep 3R

yaitu singkatan dari Reuse, Reduce, dan Recycle. Salah satu konsep daur ulang

jenis Recycle adalah Pirolisis yaitu mengolah atau memproses sampah splastik

menjadi bahan bakar. Selain untuk mengurangi jumlah sampah plastik, proses

pirolisis sangat bermanfaat karena dapat menghasilkan bahan bakar minyak

dengan nilai energi yang cukup tinggi. Dari kegiatan Recycle dengan proses

Pirolisis 1 kg sampah plastik jenis Polyolefin, misalnya, dapat menghasilkan 950

ml bahan bakar minyak (Wahyudi, 2018:58). Meningkatkan hasil maksimal

tentang konsep 3R pada masyarakat dapat dilakukan dengan cara belajar agar

dapat terjadi perubahan kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Apa yang mereka

pelajari dengan cara menyaksikan, mendengarkan, dan praktek langsung

tentang konsep 3R yang dapat dilakukan kapan pun, diharapkan dapat

mengubah tingkat kognitif, afektif dan psikomotorik masyarakat tentang plastik.

Proses pembelajaran dengan tujuan mengubah tingkat kognitif, afektif dan

psikomotorik masyarakat tentang plastik dapat dilaksanakan tidak hanya di

dalam suatu ruang kelas di suatu sekolah, tetapi dapat juga di laksanakan di luar

ruang kelas dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang ada di sekitar

lingkungan sekolah (Santi dan Nur ,2019:57). Proses pembelajaran yang dapat

dilakukan untuk meningkatakan pengetahuan tentang bahaya plastik bagi

kesehatan dan lingkungan adalah pengabdian masyarakat. Tujuan pengabdian


masyarakat pada kegiatan kali ini adalah meningkatkan pengetahuan siswa

tentang plastik dan bahaya plastik bagi kesehatan dan lingkungan. Berdasarkan

uraian latar belakang masalah tersebut, penulis akan mengkaji masalah iini

dengan melakukan sebuah penelitian korelasi dengan judul “ Dampak

Rendahnya Kesadaran Masyarakat dalam Mengelolah Sampah Plastik di

Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan , terdapat beberapa

masalah penelitian yang akan di analisis dalam penelitian ini, antara lain :

1. Bagaimaana Tahap Persiapan Masyarakat dalam Mengelolah Sampah

Plastik di Indonesia?

2. Bagaimana Tahap pelaksanaan Masyarakat dalam Mengelolah

Sampah Plastik di Indonesia?

3. Bagaimana Tahap Pendampingan Masyarakat dalam Mengelolah

Sampah Plastik di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan,tujuan dari penelitian ini

untuk memperoleh bukti empiris terkait hal-hal berikut :

1. Untuk mendapatkan Tahap Persiapan Masyarakat dalam Mengelolah

Sampah Plastik di Indonesia

2. Untuk mendapatkan Tahap pelaksanaan Masyarakat dalam

Mengelolah Sampah Plastik di Indonesia


3. Untuk mendapatkan Tahap Pendampingan Masyarakat dalam

Mengelolah Sampah Plastik di Indonesia

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan yujuan penelitian yang telah diuraikan, maka penelitian

ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan agar masyarakat dapat memahami

mengenai dampak sampah plastic terhadap Negara Indonesia,

sehingga masyaaraakat mmpunyai pemahaman dan juga dapat

mengantisipasi terhadap dampak tersebut.

2. Bagi pemerintah

Agar pemerintah dapat memberikan perhatian terhadap sampah-

sampah di Indonesia, memberikan solusi , dan juga pemahaman

terhadap permasalahan tersebut.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini merupakan llatihan bagi penulis dalam

mengaplikasikan teori dan menghubungkan dengan kenyataan

untuk mengumpulkan pikiran secara sistematis dalam

memecahkan masalah yang timbul di masyarakaat dengan metode

ilmiah.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Sampah Plastik

Sampah plastik adalah sebagai bahan yang tidak memiliki nilai atau tidak berharga

untuk digunakan secara biasa atau khusus dalam produksi atau pemakaian barang atau

cacat selama manufaktur atau materi berkelebihan atau buangan. Kamus Lingkungan

(1994).

Sampah menurut WHO (World Health Organization), sampah merupakan suatu

materi yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang

yang berasal dari kegiatan manusia.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang

Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses

alam yang berbentuk padat (Depkes RI, 2008). Sampah merupakan bahan padat buangan

dari kegiatan rumah tangga, pasar, perkantoran, rumah penginapan, hotel, rumah makan,

industri, puingan bahan bangunan dan besibesi tua bekas kendaraan bermotor. Sampah

merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang sudah terpakai (Sucipto, 2012).

Setiap aktivitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau

volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi terhadap barang atau material yang

digunakan seharihari (Sejati, 2009).


2.1.2 Peranan Sumber Sampah

Sampah dapat bersumber dari berbagai aktivitas seperti rumah tangga, sampah

pertanian, sampah sisa bangunan, sampah dari perdagangan dan perkantoran, serta

sampah dari industri. Sampah yang paling banyak dihasilkan berasal dari sampah rumah

tangga (Suwerda, 2012)

Sampah dapat digolongkan berdasar sumber sampah yaitu :

a) Rumah tangga, umumnya terdiri dari sampah organik dan anorganik, yang

dihasilkan dari aktivitas rumah tangga. Misalnya dari buangan dapur, taman,

debu, dan alat-alat rumah tangga

b) Daerah komersial, yaitu sampah yang dihasilkan dari pertokoan, restoran,

pasar, perkantoran, hotel, dan lain-lain, biasanya terdiri dari bahan

pembungkus sisa-sisa makanan, kertas, dan lain sebagainya

c) Sampah institusi, berasal dari sekolah, rumah sakit, dan pusat pemerintahan

d) Sampah industri, berasal dari proses produksi indutri, dari pengolahan

bahan baku hingga hasil produksi

e) Sampah dari fasilitas umum, berasal dari taman umum, pantai atau tempat

rekreasi

f) Sampah dari sisa-sisa konstruksi bangunan yaitu, sampah yang berasal dari

sisa-sisa pembuatan gedung, perbaikan, pembongkaran jalan, jembatan,

dan lain-lain
g) Sampah dari hasil pengelolaan air buangan dan sisa-sisa pembuangan dari

incenerator

h) Sampah pertanian berasal dari sisa-sisa pertanian yang tidak dapat

dimanfaatkan lagi (Damanhuri, 2010).

2.1.3 Pengelolahan Sampah

Menurut Undang-Undang nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah dibagi

menjadi dua kelompok utama pengelolaan sampah, yaitu:

a. Pengurangan sampah (waste minimization), yang terdiri dari

pembatasan terjadinya sampah, guna-ulang, dan daur-ulang.

b. b. Penanganan sampah (waste handling), yang terdiri dari:

- Pemilahan : pengelompokan dan pemisahan sampah

sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah.

- Pengumpulan : pengambilan dan pemindahan sampah

dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara

atau tempat pengolahan sampah terpadu.

- Pengangkutan : membawa sampah dari sumber dan/atau

dari tempat penampungan sampah sementara atau dari

tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat

pemrosesan akhir.

- Pengolahan : mengubah karakteristik, komposisi, dan

jumlah sampah
- Pemrosesan akhir sampah : pengembalian sampah

dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media

lingkungan secara aman.

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam teknis operasional penanganan persampahan

di antaranya:

1. Kapasitas peralatan yang belum memadai

2. Pemeliharaan alat yang kurang baik

3. Lemahnya tenaga pelaksana khususnya tenaga harian lepas

4. Terbatasnya metode operasional yang sesuai dengan kondisi daerah

2.1.4 Evaluasi Pengelolahan Sampah

Berdasarkan penelitian dari Tato (2012) melakukan evaluasi pengelolaan

sampah di Kecamatan Sumba Opu. Metode yang digunakan adalah observasi,

wawancara, dan kuisioner, kemudian dibandingkan hasilnya menggunakan standar

pelayanan minimal (SPM). Hasil yang didapatkan menujukkan bahwa pengelolaan

sampah kurang baik dengan skor penilaian 3, pengelolaan yang kurang baik ini

diantaranya adalah pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, dan peran serta

masyarakat. Sedangka regulasi memiliki skor 1 dengan kategori tidak baik.

Sedangkan retribusi dan pembiayaan tergolong kategori baik.

Hapsari (2014) melakukan penelitian tentang evaluasi program pengelolaan

sampah beskala keluarga di Kelurahan Tembalang. Metode yang digunakan adalah


deskriptif kualitatif dengan melakukan sampling. Pengumpulan data dilakukan

secara wawancara dengan jumlah responden 3. Hasil yang diperoleh bahwa

pengelolaan sampah belum seluruhnya dilakukan oleh setiap rumah tangga.

Berdasarkan penelitian Rahman, dkk (2017) tentang evaluasi pengelolaan

sampah di RSUD Hadji Boedjasin Pelaihari Kabupaten Tanah Laut Kalimantan

Selatan. Metode yang digunakan adalah metode pendekatan kulaitatif dan

kuantitatif. Data disajikan dalam bentuk narasi dan tabel, kemudian dianalisa

kesesuaian antara keadaan yang seharusnya dengan kenyataan yang dilakukan.

Hasil yang didapatkan adalah pengelolaan sampah pada teknik operasional

pemilahan sampah medis masih tercampur dengan sampah lain. sampah

dikumpulkan diantara ruang inap di rumah sakit. Pengangkutan sampah medis dan

sampah non medis masih dicampur menggunakan kendaraan roda diga ke TPS.

Sampah medis dikumpulkan di TPS sedangkan sampah non medis dibuang ke TPA.

Tenaga kebersihan belum dilatih tentang pengelolaan sampah rumah sakit. Belum

ada prosedur SOP bagi petugas kebersihan dan pengelolaan sampah.

Bersadarka penelitian di atas menunjukkan bahwa penelitian tentang

evaluasi pengelolaan sampah menarik untuk dilakukan. Oleh sebab itu perlu adanya

evaluasi pengelolaan sampah perkotaan di Kabupaten Gunung Kidul

2.1.5 Pengelolahan Sampah di Indonesia

Pengelolahan sampah di kota di Indonesia menjadi masalah actual seiring dengan

semakin mengkatnya tingkat pertumbuhan penduduk yang berdampak pada semakin


banyak yang dihasilkan. Beberapa penelitian menanalsis penyebab masalah-masalah yang

terjadi pada pengelolahan sampah di Indonesai. Menurut Chaerul et al (2007) menganalisis

permasalahn yyang terjadi pada pengelolahan sammpah di Indonesia, diantaranya

kurangnya dasar hukum yang tegas, tempat pembuangan sampah yang tidak memadai,

kurangnya usaha dalam melakukan pengomposan, dan kurangnya pengelolahan TPA

dengan sisatem yang tepat

Menurut Swadaya (2008), konsep dari pengelolaan sampah terpadu terdiri dari

beberapa tahapan, yakni cegah atau reduce (mencegah atau meminimalisir

penggunaannya), reuse (memperpanjang masa pemakaian atau memanfaatkan kembali),

recycle (mendaur ulang sampah menjadi barang baru), energy recovery (menangkap energi

yang ada pada sampah atau menjadikan sampah sebagai sumber energi alternatif), disposal

(membuang sampah merupakan alternatif terakhir jika memang segala cara yang sudah

disebutkan tadi telah dioptimalkan).

Berikut ini merupakan pengolahan sampah terpadu yang dapat dilakukan

masyarakat.

1) Integrated Rubbish Managing Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu

merupakan sistem yang mengkombinasikan berbagai cara pengelolaan

sampah seperti daur ulang, recycling center, pengomposan, perubahan image

pemulung, pembuatan kerajinan sampah, sampai dengan pengadaan

Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (Sejati, 2009).


2) Sistem Node, Sub Point, dan Centre Point Sistem ini merupakan inovasi dari

sistem pengolahan sampah secara terpadu dan profesional caranya dengan

melakukan pembagian area berdasarkan centre, sub point, dan node.

Pengolahan yang dimaksud di sini adalah mengubah sampahsampah organik

yang telah dikumpulkan menjadi bahan daur ulang yang siap dipakai (Sejati,

2009).

3) Pengelolaan Sampah dengan Sistem Mandiri dan Produktif Pengelolaan

sampah yang melibatkan peran serta masyarakat untuk bersama-sama

mengelola sampah. Sistem ini menekankan kemandirian masyarakat dalam

mengelola sampah yang mereka hasilkan, dan tidak harus selamanya

bergantung dari Pemerintah. Terkait dengan pemberdayaan masyarakat maka

diperlukan beberapa hal penting diantaranya menumbuhkan inisiatif lokal,

menguatkan partisipasi masyarakat, membangun kerjasama dengan

stakeholders (Rahmawati dkk, 2017). Selain itu sistem ini menekankan pada

pentingnya memilah dari rumah tangga, yaitu dengan tiga kantong tempat

sampah. Setiap rumah tangga memisahkan sampah sesuai jenisnya, seperti

sampah plastik, kertas, dan kaleng. Sampah bungkus atau sachet

dimanfaatkan menjadi produk daur ulang seperti tas, dompet, tempat koran.

Sampah anorganik lainnya bisa dijual. Sampah organik yang dihasilkan

selanjutnya dimasukkan ke dalam tong atau gentong untuk dijadikan kompos.

4) Pengelolaan Sampah dengan Bank Sampah Bank Sampah adalah suatu tempat

dimana terjadi kegiatan pelayanan terhadap penabung sampah yang


dilakukan oleh teller bank sampah. Ruangan bank sampah dibagi dalam tiga

ruang atau loker tempat menyimpan sampah yang ditabung, sebelum diambil

oleh pengepul atau pihak ketiga (Suwerda, 2012). Pada prinsipnya pelayanan

di bank sampah sama seperti di bank pada umumnya, bedanya adalah yang

ditabung ini adalah sampah. Jadi dari rumah tangga sudah dipilah sesuai

jenisnya lalu dibawa ke bank sampah untuk ditabung. Bank sampah juga

melakukan pengelolaan sampah dengan memberdayakan masyarakat.

Masyarakat diajarkan mendaur ulang sampah, membuat kompos sampai

sampah tersebut menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi.

2.2 Kerangka Berpikir

Sampah merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang hingga saat ini masih

terjadi di kota-kota besar akibat pertumbuhan penduduk dan arus urbanisasi yang pesat.

Ironisnya, permasalahan sampah yang sering muncul selama ini, tidak membuat seluruh

stakeholder yang bertanggung jawab memiliki kepekaan untuk mengatasi masalah tersebut.

Tidak jarang kita temukan di beberapa kota bahwa instansi yang bertugas dalam

penanganan sampah kurang mampu mengatasi persoalan tersebut, sehingga pengelolaan

sampah tidak berjalan secara efektif bahkan dapat memberikan dampak negative bagi

kesehatan maupun lingkungan.

pemerintah belum mampu mengatasi masalah sampah sehingga pengelolaannya

selama ini belum berjalan optimal. Hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana yang

dimiliki pihak tiap Kecamatan kurang memadai untuk pengoperasian pelaksanaan


pengelolaan sampah, tidak adanya kegiatan pengurangan sampah dengan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle) karena belum optimalnya kesadaran dan peran serta masyarakat

dalam melaksanakan pengurangan sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle),

kinerja pelaksana implementasi kebijakan dalam penegakan Pengelolaan Sampah belum

optimal. Oleh karena itu perlu ditingkatkan lagi upaya pemerintah dalam menangani

masalah tersebut. Berdasarkan masalah yang diperoleh dari observasi serta landasan teori

yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kerangka pemikiran yang menjadi acuan dalam

melakukan penelitian ini yaitu menggunakan teori implementasi kebijakan public untuk

mengetahui bagaimana upaya dalam pengelolaan sampah dengan mengkaji dari beberapa

dimensi yang mempengaruhi proses implementasi kebijakan berdasarkan teori

implementasi kebijakan menurut George C. Edwards III yaitu:

1. Communication atau komunikasi adalah proses penyampaian pesan, ide dan

gagasan dari satu pihak kepada pihak lain yang dilakukan dalam implementasi

kebijakan tentang pengelolaan sampah di tiap Kecamatan . Communication

(komunikasi) terdiri dari:

a. Transmission (penyampaian informasi) adalah penyampaian informasi yang

disampaikan oleh PD Kebersihan Kota Bandung dalam implementasi

pengelolaan sampah di Kecamatan.

b. Clarity (kejelasan) adalah suatu kejelasan perencenaan pengelolaan sampah

yang dilaksanakan oleh PD Kebersihan Kecamatan dan dalam pelaksanaannya

tidak menyimpang serta harus jelas dan konsisten.


c. Consistency (konsistensi) adalah pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh PD

Kebersihan Kecamatan dalam mengelola sampah secara berkesinambungan

sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Resources (sumber daya) adalah pelaksana serta alat bantu bagi PD Kebersihan

dalam mengelola sampah di Kecamatan Ciebunying Kidul. Resources terdiri dari:

a. Staff (staf) adalah pelaku kebijakan yang memiliki kewenangan dalam

melekasanakan pengelolaan sampah ditiap Kecamatan.

b. Information (informasi) adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk

lain yang berguna dalam pengelolaan sampah ditiap Kecamatan.

c. Authority (kewenangan) adalah otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana

dalam melaksanakan kebijakan secara politik dalam pengelolaan sampah ditiap

Kecamatan.

d. Facilities (fasilitas) adalah sumber daya peralatan pendukung dalam

melakukan tugas operasionalnya (sarana dan prasarana) yang harus dimiliki

oleh Kecamatan dalam pengelolaan sampah.

3. Disposition (sikap pelaksana) adalah sikap positif pelaksana untuk melaksanakan

kebijakan yang menjadi tujuan dalam implementasi kebijakan tentang

pengelolaan sampah.

Disposition terdiri dari:

a. Effect of disposition (tingkat kepatuhan pelaksana) adalah pelaksana yang

menimbulkan hambatan - hambatan yang nyata terhadap implementasi

kebijakan tentang pengelolaan sampah.


b. Incentives (insentif) adalah kecenderungan - kecenderungan yang ada pada

pelaksana melalui manipulasi insentif oleh pembuat kebijakan melalui

keuntungan-keuntungan atau biaya-biaya yang akan membuat pelaksana

melaksanakan dengan baik dalam implementasi kebijakan tentang pengelolaan

sampah di Kecamatan .

4. Bureaucratic structure (struktur birokrasi) adalah struktur organisasi,

pembagian wewenang dalam implementasi kebijakan tentang pengelolaan

sampah di Kecamatan Cibeunying. Bureaucratic structure terdiri dari:

a. Standard Operating Prosedures (SOP) adalah mekanisme, sistem dan

prosedur pelaksana kebijakan, pembagian tugas pokok, fungsi kewenangan, dan

tanggung jawab dalam implementasi kebijakan tentang pengelolaan sampah di

Kecamatan.

b. Fragmentation (penyebaran tanggung jawab) adalah penyebaran tanggung

jawab atas bidang kebijakan antara beberapa unit organisasi oleh pelaksana

dalam implementasi kebijakan tentang pengelolaan sampah di Kecamatan.

2.3 Hipotesis

Berdassarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir tersebut, maka dapat disusun hipotesis

menjadi berikut:

Ho: tidak adanya pengaruh antara sampah dengan kesadaran masyarakat

Ha : adanya pengaruh antara samah terhadap kesadaran masayarakat


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rakyat Indonesia. Badan Pusat

Statistik (BPS) merilis data jumlah penduduk Indonesia terbaru. Data tersebut disusun

dari Sensus Penduduk 2020 yang dilaksanakan dalam kurun waktu Februari.

Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menyatakan jumlah penduduk Indonesia

hingga Desember 2020 mencapai 271.349.889 jiwa (jumlah penduduk Indonesia 2021).

Penelitian ini menggunakan data dari Pejaten Timur Setelah dilakukan edukasi tentang

“Minim Plastik sebagai Wujud Cinta Lingkungan” dilanjutkan diskusi dan tanya jawab. Dari

hasil diskusi dan tanya jawab, diketahui bahwa terjadi peningkatan pengetahuan siswa

tentang sampah plastik.

Pengetahuan tentang Sampah Plastik Setelah Edukasi

Anda mungkin juga menyukai