Anda di halaman 1dari 7

JURNAL AKATIRTA

KAMPUS AIR INDONESIA


ARTIKEL LABORATORIUM LINGKUNGAN

Pembangunan Berkelanjutan : Ekonomi Baru Dari Sampah Plastik

Penulis : Dewa Made Indra Widnyana S, Deon Triyoga A, Deni Prasetya, Dedy Maulana
Pembimbing : Nitis Aruming Firdaus
Teknik Lingkungan, Akademi Teknik Tirta Wiyata, Magelang
Email: dewamadeindra19@gmail.com

Abstrak
Permasalahan sampah khususnya sampah plastik di Indonesia bahkan di dunia hendaknya menjadi perhatian
utama bagi seluruh umat manusia. Bagaimana tidak, negeri tercinta kita Indonesia adalah negara juara kedua
sebagai penyumbang sampah plastik di laut. Maka dari itu perlu adanya suatu gerakan perubahan guna
mengatasi permasalahan sampah plastik tersebut. Sehingga pada artikel ini kami membahas mengenai
tantangan implementasi terhadap pengolahan sampah plastik berbasis pembangunan berkelanjutan (SDGs)
yang akan berguna untuk mengurangi jumlah sampah plastik di indonesia maupun di dunia. Cara yang bisa
diambil yaitu mengubah cara pandang terhadap plastik bukan sebagai sampah tetapi sebagai sebuah komuditas
yang berpotensi untuk dikembangkan yang akan berdampak terhadap terciptanya nilai ekonomi baru yang
berasal dari sampah plastik tersebut. Namun berbagai tantangan juga turut hadir pada setiap aspek
implementasi tersebut yaitu implementasi tersebut hendaknya turut memperhatikan pembangunan berkelanjutan
pada aspek ekonomi, sosial, dan budaya. contohnya saja sikap apatisnya anak muda terhadap lingkungan hidup
yang lebih memilih membuang sampah sembarangan ketimbang membuang sampah pada tempat yang sudah
disediakan. Budaya seperti itu yang harus dihilangkan di Indonesia.

Kata Kunci: Sampah, Implementasi, Pembangunan Berkelanjutan, Tantangan.

Abstract
The problem of waste, especially plastic waste in Indonesia and even in the world should be a major concern for
all humanity. How not, our beloved country Indonesia is the second champion country as a contributor of
plastic waste in the sea. Therefore, it is necessary to have a change movement to overcome the problem of
plastic waste. So in this article we discuss the challenges of implementing the sustainable development-based
plastic waste management (SDGs) that will be useful to reduce the amount of plastic waste in Indonesia and in
the world. The way that can be taken is to change the perspective of plastic not as garbage but as a commodity
that has the potential to be developed which will have an impact on the creation of new economic values derived
from the plastic waste. However, various challenges are also present in every aspect of the implementation,
namely the implementation should pay attention to sustainable development in economic, social and cultural
aspects. for example, the apathetic attitude of young people to the environment who prefers littering rather than
littering in the space provided. Such a culture must be eliminated in Indonesia.

Keywords: Waste, Implementation, Sustainable Development, Challenges.

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Di dalam kehidupan sehari-hari, tentu saja istilah sampah tidak asing lagi ditelinga
Anda. Sampah adalah sisa atau juga dikatakan sebagai material sisa yang nantinya akan
dibuang sebagai hasil dari suatu proses produksi. Biasanya sampah ini bisa ditemukan
baik dari sisa industri ataupun material sisa dari rumah tangga. Material sisa ini biasanya
bisa berasal dari manusia, tumbuh-tumbuhan yang tidak terpakai hingga juga bisa dari
hewan sekaligus. Sedangkan mengenai wujud dari sampah tersebut juga ternyata bisa
beragam. Mulai dari berwujud cair, sampah berwujud gas hingga sampah berwujud
padat.

Adapun pengertian sampah menurut ahlinya. Menurut Azwar (1990) “sampah adalah
sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus
dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk
kegiatan industry) tetapi bukan biologis karena kotoran manusia (humanwaste) tidak
termasuk kedalamnya”.

Menurut manik (2003) “mendefinisikan sampah sebagai suatu benda yang tidak
digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan
manusia”.

Sampah dikategorikan sebagai sampah organik dan juga jenis sampah anorganik.
Sampah organik atau juga biasanya disebut dengan istilah degradable, dimana sampah ini
merupakan sampah yang bisa dengan mudah membusuk dan juga bisa terurai kembali.
Pada beberapa contoh dimana sampah organik ini sering dijadikan sebagai pupuk
kompos, dimana sampah organik ini ada yang berasal dari dedaunan yang kering, hingga
sisa-sisa makanan dan juga sayuran. Tentu saja pupuk kompos ini sangat bagus
digunakan untuk menyuburkan tanaman yang Anda tanam dan juga sangat aman.
Adapun untuk sampah nonorganik atau juga biasanya dikenal dengan istilah
undegradable merupakan jenis sampah yang sulit atau susah untuk membusuk, tidak
mudah terurai juga sehingga dibutuhkan perlakukan khusus sehingga tidak berdampak
terhadap lingkungan sekitar. Biasanya sampah-sampah non organik ini akan di daur
ulang kembali dengan menggunakan cara yang benar sehingga sampah tersebut bisa
didapatkan kembali. Seperti sisa botol plastik yang bisa didaur ulang untuk menjadi
berbagai kerajinan tangan, kertas bekas bisa didaur ulang kembali sehingga menjadi
bubur kertas dan kembali digunakan sebagai kertas.

Sampah yang terbanyak di dunia yaitu sampah anorganik, khususnya yaitu sampah
plastik, sampah plastik banyak karena penggunaanya yang sangat banyak di dunia dan
tidak dibatasi oleh pemerintah. Selain itu sampah plastik merupakan sampah yang sukar
untuk terdekomposisi, perlu waktu ratusan tahun agar plastik tersebut dapat terurai.

1.2 Perumusan Masalah


Di dunia dapat kita ketahui terdapat 5 negara penyumbang terbesar sampah plastik di
laut yang dimana Indonesia disebut sebagai produsen sampah plastik kedua terbesar
setelah China. Bahkan, setiap hari, produksi sampah plastik di Indonesia bisa mencapai
175.000 ton. Dengan jumlah tersebut, dalam satu tahun sampah plastik di Indonesia
mencapai 63,9 juta ton dan yang dibuang kelaut berjumlah 3,2 ton per tahunnya.
Bayangkan jika jumlah tersebut setiap tahunnya bertambah seiring pertumbuhan
penduduk di Indonesia yang kita tahu setiap tahunnya semakin banyak.
Hal ini akan mengakibatkan rusaknya ekosistem lingkungan di bumi, contohnya saja
kasus terdamparnya paus sperma di wakatobi pada tanggal 19 november 2018 dengan
Panjang 9,6 meter mati karena menelan 5,9 kilogram sampah plastik, dapat dilihat dari
kasus tersebut sampah plastik secara tidak langsung menjadi pembunuh bagi kehidupan
laut.

Adapun kasus lain akibat sampah plastik yaitu bencana banjir bandang yang menerjang
permukiman penduduk di sejumlah wilayah di kota bogor, jawa barat pada hari selasa 8
oktober 2019, banjir bandang didguga terjadi akibat tersumbatnya aliran kali dengan
sampah plastik.

Dilihat dari kedua kasus tersebut sudah dapat mengakibatkan korban jiwa, apakah kita
perlu menunggu korban jiwa berikutnya ? tidak bukan. Maka dari itu perlu adanya suatu
gerakan dalam mengatasi permasalahan yang diakibatkan oleh sampah plastik.

1.3 Tujuan
Dapat mengubah pandangan terhadap sampah dengan implementasi pembangunan
berkelanjutan, khususnya sampah plastik tidak sebagai sampah akan tetapi sebagai
komuditas yang berpotensi untuk dikembangkan sehingga menciptakan nilai ekonomi.

1.4 Kajian Teori


Sudarmadji (2008) “Pembangunan berkelanjutan mengandung makna jaminan mutu
kehidupan manusia dan tidak melampaui kemampuan ekosistem untuk mendukungnya.
Dengan demikian pengertian pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk
memenuhi kebutuha-kebutuhan pada saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi
yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka.”

Marlina (2009) mengatakan “pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi


pada isu -isu lingkungan. Lebih luas dari itu, pembangunan berkelanjutan mencakup tiga
lingkup kebijakan: pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan
lingkungan (selanjutnya disebut 3 Pilar Pembangunan berkelanjutan).”

2. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk menjelaskan tulisan ini bersifat
deskriptif. Deskriptif dipilih karena dapat membantu penulis dalam menjelaskan
permasalahan yang menjadi topic dalam tulisan ini. Metode deskriptif menggambarkan
bagaimana karakteristik dan gejala apa saja yang mempengaruhi permasalahan yang
diteliti. Selain itu metode deskriptif digunakan dalam penelitian ini untuk membantu
peneliti dalam menjelaskan data yang diperoleh untuk menyusun pola dalam fenomena
yang terjadi.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan studi kepustakaan (Library
Research). Data yang digunakan dalam teknik ini menggunakan data sekunder, yang
dimana data ini diperoleh dari hasil observasi peneliti lain yang dipublikasi dalam bentuk
website, artikel, ataupun jurnal. Data yang digunakan juga berupa pengumpulan data
yang bersumber dari buku-buku, dokumen, jurnal nasional maupun internasional,
majalah, situs-situs internet resmi dan laporan-laporan penunjang untuk dapat
memperkuat argumen yang berkaitan dengan teori pada penelitian ini.

Penelitian ini menggunakan teknik analisa data induktif, untuk lebih dapat menemukan
kenyataan kompleks yang terdapat dalam data. Teknik analisa data induktif ini
mengharuskan peneliti untuk mengumpulkan, mengelola, dan mengelompokkan data
fenomena yang akan diteliti, kemudian data-data tersebut dianalisa secara detail yang
akan menghasilkan hasil akhir.

Penulisan jurnal ini dibagi menjadi 3 bab, dimana pada tiap-tiap bab terdiri dari sub-sub
bab yang disesuaikan dengan keperluan penelitian. Pada bab I, peneliti menjelaskan
pendahulan sesuai struktur yang ditentukan. Kemudian di bab 2, penulis akan membahas
detail mengenai metode penelitian dan yang selanjutnya pada bab 3, berisi tentang hasil
dan pembahasan mengenai pembangunan berkelanjutan dalam mengatasi permasalahan
sampah khususnya sampah plastik dari yang berpotensi merusak lingkungan menjadi
komuditas yang berpotensi untuk menciptakan nilai ekonomi.

3. Hasil Dan Pembahasan

3.1 Pengelolaan Sampah Yang Masih Diabaikan


Pengelolaan sampah dari hulu yang belum maksimal menjadikan hasil akhir dari
tempat penampungan menjadi tidak terkelola dengan baik. Pemisahan antara sampah
organic dan nonorganic yang seharusnya mudah dilakukan menjadi rumit. Tidak
dipungkiri masalah tersebut merupakan salah satu factor kunci dalam melahirkan solusi
pengelolaan sampah, seperti halnya plastik bekas produk kemasan, terletak pada sinergi
semua stakeholder untuk ikut terlibat dalam membangun tata kelola persampahan yang
terintegrasi dan berkelanjutan.

Sampah menjadi persoalan pelik hampir di semua daerah kota besar. Tidak hanya di
kota-kota di Indonesia, tetapi juga di dunia. Meski begitu, beberapa negara maju di dunia
sudah menerapkan sistem pengolahan sampah yang tidak hanya jelas, tapi juga tegas.
Indonesia sendiri meski sudah mulai bergerak ke arah yang positif, masih perlu banyak
belajar dari negara maju

.Jerman adalah negara dengan tingkat daur ulang sampah terbaik di dunia berdasar data
dari Eunomia, yang dikutip oleh World Economic Forum. Di Jerman, persentase sampah
yang diolah kembali sudah di atas 50 persen.  Sistem pengolahan dan pemilahan yang
dilakukan Jerman sebenarnya sederhana namun mendetail. Kotak pembuangan sampah
‘warna-warni’ yang ada di sekitar daerah tempat tinggal, mendorong pemilahan
dilakukan oleh tiap-tiap individu atau setidaknya dari rumah masing-masing. Kotak
pembuangan ini punya pengkhususannya sendiri untuk tiap warnanya. Sementara
khusus, untuk sampah botol plastik, di Jerman dikenal istilah ‘Pfandflaschen’. Secara
harfiah istilah ini dapat diartikan sebagai pengembalian botol. Minuman dalam botol
plastik diperlakukan dengan sistem jaminan. Jadi setelah minumannya habis botol
dikembalikan sebuah mesin deposit yang umum ditemukan di pasar swalayan dan
nantinya konsumen akan mendapat kembali uang jaminannya.

Sedangkan Bergeser sedikit ke wilayah Asia, ada Jepang dan Korea Selatan, yang mulai
menggalakkan upaya pengolahan dan daur ulang sampah. Dua negara Asia Timur ini
sebelumnya cenderung mengabaikan pengelolaan sampah dan sebenarnya baru benar-
benar berbenah masalah sampah 10 tahun terakhir. Namun berkat keseriusan dan upaya
maksimal yang dikerahkan, hasilnya Korea Selatan sudah masuk lima besar negara
dengan tingkat daur ulang terbaik di dunia.  Baik Jepang maupun Korea Selatan
memperkuat sisi pemilahan sampah dimulai dari rumah tangga.
 
3.2 Pembangunan Berkelanjutan Dengan Pendekatan Circular Economy
Packaging and Recycling Alliance for Indonesia Sustainability
Environment (PRAISE) menyebutkan bahwa salah satu pendekatan yang harus
dikembangkan adalah pengelolaan berkelanjutan melalui pendekatan Circular Economy.
Ekonomi melingkar ini intinya mengubah cara pandang terhadap plastik kemasan bekas
pakai, tidak sebagai sampah, tapi sebagai sebuah komoditas yang berpotensi untuk
dikembangkan. Material kemasan bekas pakai, misalnya, plastik kemasan dapat terus
dipertahankan nilainya serta dimaksimalkan penggunaannya melalui proses daur ulang
(recycling), penggunaan kembali (reuse) ataupun produksi ulang (remanufacture),
sehingga selain menciptakan, juga menciptakan rantai ekonomi baru, serta juga akan
meminimalisir beban lingkungan ke alam seperti tempat pembuangan akhir atau bahkan
lautan.
Pendapat yang sama juga pernah diungkapkan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto
dalam satu kesempatan di Karanganyar, Jawa Tengah, belum lama ini. Menurutnya, tren
global dengan pendekatan economic circular perlu dilakukan di Indonesia karena
memberi pengaruh positif bagi lingkungan dan sesuai tujuan Sustainable Development
Goals (SDGs). "Oleh karena itu, salah satu dari 10 prioritas nasional di dalam inisiatif
Making Indonesia 4.0 adalah mengakomodasi standar-standar keberlanjutan.
Konsep circular economy dapat meningkatkan nilai tambah di dalam negeri," ujar
Airlangga.
Adapun, prinsip utama dalam konsep ekonomi berkelanjutan adalah 5R, yaitu
pengurangan pemakaian material mentah dari alam (reduce), optimasi penggunaan
material yang dapat digunakan kembali (reuse), penggunaan material hasil dari proses
daur ulang (recycle), proses perolehan kembali (recovery), atau dengan melakukan
perbaikan (repair). Konsep ekonomi berkelanjutan, jelas Airlangga, memungkinkan
sebuah produk yang telah digunakan konsumen untuk didaur ulang kembali.
Implementasi konsep tersebut menurutnya dapat meningkatkan daya saing manufaktur di
masa depan. "Upaya yang dapat dilakukan, di antaranya melalui efisiensi penggunaan
sumber daya, penerapan teknologi rendah karbon, penerapan 3R hingga 5R, minimisasi
limbah, dan menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK)," imbuhnya.
3.3 Beberapa Upaya Yang Bisa Dilakukan Masyarakat
dalam pembangunan berkelanjutan tak cukup pula peran pemerintah di dalamnya,
akan tetapi perlu juga ada dukungan dari masyarakat itu sendiri, beberapa upaya yang
bisa dilakukan masyarakat dalam mendukung pembangunan berkelanjutan yaitu
membentuk komunitas – komunitas yang mengampanyekan gaya hidup less plastik,
adapun beberapa contoh komunitas-komunitas yang telah terbentuk salah satunya
komunitas :

A. Bye Bye Plastik Bags


komunitas ini dibuat dari inisiatif oeduli terhadap lingkungan yang dating dari remaja,
komunitas yang disingkat dengan nama BBPB ini berawal dari dua bersaudara melati
dan Isabel wijsen. Lahir sejak 2013 komunitas ini telah melebarkan sayapnya bukan
hanya di bali, komunitas ini juga eksis di sejumlah kota-kota besar di Indonesia hingga
mancanegara, adapun bentuk kegiatan BBPB tak hanya kampanye penggunaan tas
belanja non-plastik, tapi juga kegiatan edukasi terkait sampah plastik, gerakan
mengumpulkan botol plastik, juga gerakkan clean up dalam rangka World Clean Up Day.

B. Gerakkan Indonesia Diet Kantong Plastik


sama seperti komunitas lain membawa dengan judul yang praktis, mesti terkesan
praktis, namun siapa sangka jika kebiasaan ini menjadi salah satu penyebab menyebar
luasnya sampah plastik du lautan. Komunitas ini mencoba mengajak masyarakat untuk
lebih bijak menggunakan kantik plastik. Komunitas ini bermula dari kampanye
mengurangi penggunaan kantong plastik yang dilakukan sejumlah Lembaga seperti
change.org, ciliwung institute, earth hour Indonesia, leaf plus, dan masih banyak lagi,
selain edukasi, kegiatan rutin yang dilakukan antara lain membuat tas belanja dari kaos
bekas, wisata di sepanjang ciliwung untuk melihat dampak pencemaran plastik, menukar
plastik warga dengan kantong yang bisa dipakai ulang, dan program untuk mengajak
orang berbelanja dengan tas belanja yang bisa dipakai ulang dengan bahan dan desain
unik.

C. Zero Waste Nusantara.


Komunitas ini seperti namanya zore waste berarti nol sampah, maksudnya disini
membuang sampah pada tempatnya tidak cukup, mau dibawa kemana sampah kita ? hal
inilah yang didasari oleh komunitas ini, komunitas ini mengajak masyarakat untuk
menerapkan gaya hidup zero waste dengan menerapkan 5R ala Bea Jhonson. 5R adalah
refuse (mengganti wadah atau barang sekali pakai, reduce (belanja sesuai kebutuhan),
reuse (pakai barang yang bisa digunakan berulang), recycle (daur ulang sampah atau
barang bekas) dan ROT?compost (mengolah sampah jadi kompos).

4. Penutup
Sampah plastik adalah sampah terbanyak yang terdapat di bumi, sampah plastik
banyak karena penggunaanya yang sangat banyak di dunia dan tidak dibatasi
penggunaannya. Selain itu sampah plastik merupakan sampah yang sukar untuk
terdekomposisi, perlu waktu ratusan tahun agar plastik tersebut dapat terurai. Begitupun
terjadi terhadap pengelolaannya yang kurang. Maka dari itu untuk mengatasi
permasalahan sampah plastik tersebut perlu adanya suatu gerakan yaitu pengolahan
sampah berbasis pembangunan berkelanjutan (SDGs). Adapun kegiatan yang dilakukan
pemerintah yaitu dengan Pendekatan Circular Economy yang didukung juga oleh
masyarakat dengan membentuk komunitas-komunitas yang bergerak langsung terhadap
permasalahan sampah plastik.
5. Daftar Pustaka

Referensi Jurnal :

Abdul Karim, DKK, 2019. Pengelolaan Sampah Plastik Berbasis Energi Terbarukan
Dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Pendidikan Dan Pemberdayaan
Masyarakat (Jppm), Bogor.
Wanda, 2019. Upaya Indonesia Menanggulangi Limbah Sampah Plastik Dari Belanda.
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas,
Riau.
Faturachman Alputra Sudirman & Phradiansah, 2019. Tinjauan Implementasi
Pembangunan Berkelanjutan: Pengelolaan Sampah Kota Kendari. Sospol: Jurnal Sosial
Politik

Sudarmadji, 2008. Jurnal Pembangunan Berkelanjutan, Lingkungan Hidup dan. Otonomi


Daerah.

Referensi Buku :

Azwar, 1990. Definisi Pengelolaan Sampah, Jakarta : Rineka Cipta.

Manik, K.E.S., 2003. Pengelolaa Lingkungan Hidup, Penerbit Djambatan, Jakarta.

Marlina, Ani, 2009, karakteristik untuk mendefinisikan sustainable, wordpress.

Referensi Berita/website :

https://www.tribunnews.com
https://www.kompas.tv
https://www.liputan6.com
https://www.cnnindonesia.com

Anda mungkin juga menyukai