Anda di halaman 1dari 22

TINJAUAN KEBIJAKAN

MENUJU INDONESIA BEBAS SAMPAH 2020


Di susun oleh:
Gina Agusti
Isnawati
Lailaturrohmah
Muhammad Ilham Fachrudin
Muhammad Ridwan Alwi
Nabila Windiarni
Nur Ilmy
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................1
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................2
1.1. LATAR BELAKANG..................................................................................................2
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN...........................................................................................4
1.3. RUANG LINGKUP DAN SISTEMATIKA.....................................................................4
1.4. METODE.................................................................................................................5

BAB 2 LANDASAN PEMIKIRAN................................................................................6


2.1 PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN...................................................................6
2.3 TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................7

BAB III PEMBAHASAN..............................................................................................11


3.1 KONDISI SAAT INI...............................................................................................11
3.2 PERMASALAHAN YANG DITEMUKAN....................................................................12
3.4 KONDISI MENUJU INDONESIA BEBAS SAMPAH 2020 YANG DIHARAPKAN..........14

BAB IV PENUTUP........................................................................................................19
1.1 KESIMPULAN........................................................................................................19
1.2 SARAN..................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................23

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Permasalahan sampah telah menjadi isu internasional. Sampah
merupakan salah satu penyebab dari kerusakan lingkungan di berbagai Negara.
Pembuangan sampah yang tidak diurus dengan baik akan mengakibatkan
masalah besar, karena penumpukan sampah atau membuangnya sembarangan ke
kawasan terbuka akan mengakibatkan timbulnya berbagai pencemaran
lingkungan baik itu ditanah, air, dan udara. Selain itu, eksploitasi lingkungan
adalah menjadi isu yang berkaitan dengan pengurusan sampah, terutama sekitar
kota. Untuk itu, banyak negara besar melakukan 'incineration' atau pembakaran,
yang menjadi alternatif dalam pembuangan sampah. Sementara itu,
permasalahan yang dihadapi untuk proses ini adalah biaya pembakaran lebih
mahal dibandingkan dengan sistem pembuangan akhir (sanitary landfill).
Apabila sampah ini digunakan untuk pertanian dalam jumlah yang besar, maka
akan menimbulkan masalah karena mengandung logam berat.
Salah satu upaya dalam menangani sampah selain dari kesadaran
masyarakat akan dampak pembuangan sampah yang tidak baik terhadap
lingkungan yaitu pengelolaan sampah itu sendiri. Diberbagai Negara di dunia
memiliki cara tersendiri dalam menangani kasus sampah yang dapat
menyebabkan kerusakan lingkungan.
Di Indonesia sendiri pun sampah merupakan masalah yang serius.
Menurut hasil penelitian Jambeck, Jena R., et.al, pada tahun 2015 yang berjudul
"Plastic waste inputs from land into the ocean", menunjukkan bahwa Indonesia
menjadi Negara kedua terbesar di dunia yang menyumbang sampah ke laut yang
mencapai sebesar 187,2 juta ton setelah Cina yang mencapai 262,9 juta ton.
Sejak tahun 2016 Indonesia berbenah, dan saat ini Indonesia tercatat dalam 10
negara yang menjadi kampiun dalam menangani sampah di laut.
Tiap tahunnya, masing-masing kota di dunia setidaknya menghasilkan
sampah hingga 1,3 miliar ton. Diperkirakan oleh Bank Dunia, pada tahun 2025,
jumlah ini bertambah hingga 2,2 miliar ton. Fakta tentang sampah nasional pun
sudah cukup meresahkan. Sebuah penelitian yang diterbitkan di www.
sciencemag.org Februari tahun lalu menyebutkan, Indonesia berada di peringkat

2
kedua di dunia penyumbang sampah plastik ke laut setelah Tiongkok, disusul
Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka. Menurut Riset Greeneration, organisasi non-
pemerintah yang telah 10 tahun mengikuti isu sampah, satu orang di Indonesia
rata-rata menghasilkan 700 kantong plastik per tahun. Di alam, kantong plastik
yang tak terurai menjadi ancaman kehidupan dan ekosistem.
Peningkatan jumlah sampah akan semakin menambah permasalahan,
ketika masyarakat berperilaku buruk mengenai sampah, dengan membuang
sampah sembarangan, seperti di jalan, di sungai, dan tidak menggunakan tempat
sampah yang telah disediakan. Perilaku ini tidak mengenal tingkat pendidikan
maupun status sosial, sebagai contoh di kantor pemerintahan, sekolah atau
kampus masih banyak dijumpai orang yang membuang sampah secara
sembarangan. Adanya permasalahan sampah di Indonesia dapat dilihat dari data
berikut yaitu, total populasi Indonesia (Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara,
Kalimantan, Sulawesi dan Papua) sebesar 232,8 juta. Adapun total sampah yang
dihasilkan sebesar 38,5 juta ton/tahun. Sampah yang dihasilkan per orang
sebesar 0,45 kg/hari. Adapun populasi yang dapat dilayani sebesar 130,4 juta.
Dan pengangkutan sampah aktual sebesar 21, 72 ton per tahun. Sedangkan
sampah dihasilkan yang tidak terangkut sebesar 16,78 juta ton per tahun. Untuk
pulau Jawa, dengan populasi 137,2 juta menghasilkan total sampah sampah 21,2
juta ton per tahun, atau sampah yang dihasilkan per orang sebesar 0,42 kg per
hari. Populasi yang dilayani sebesar 80,8 juta. Pengangkutan sampah akltual
sebesar 12,49 juta ton per tahun. Adapun sampah dihasilkan yang tidak
terangkut sebesar 8,71 juta ton per tahun (Statistik Persampahan Indonesia,
2008, Kementerian Lingkungan Hidup). Sumber utama sampah masih
disumbang rumah tangga, pasar tradisional, dan perkantoran.
Masyarakat sebagai penghasil sampah, memiliki peran yang utama
dalam pengelolaan persampahan. Bentuk peran masyarakat adalah memahami
dampak dari sampah yang dihasilkan, seperti dapat menimbulkan polusi, sumber
penyakit, dan penyebab banjir. Masyarakat juga harus dapat mempertimbangkan
ulang pola hidupnya, seperti mengurangi jumlah sampah dengan menggunakan
barang yang tidak habis dalam satu kali pakai, dengan memilih barang yang
dapat digunakan untuk jangka waktu lama (tidak langsung buang). Masyarakat
harus dapat memilih barang dan pelayanan yang berwawasan lingkungan, seperti
penggunaan pembungkus yang ramah lingkungan. Masyarakat harus

3
berpartisipasi aktif dalam pengelolaan sampah, seperti pemilahan sampah
organik dan anorganik. Selain itu masyarakat juga harus berpartisipasi dalam
pengembangan pengelolaan sampah berbasis 3R.
Menanggapi perihal semakin berkembangnya masalah sampah di
Indonesia, tidak menutup kemungkinan akan menggangu kondisi lingkungan
bahkan ekosistem yang ada didalamnya oleh karena itu perlu perhatian dan
tindakan khusus secara sungguh-sungguh dari semua pihak, baik itu pemerintah
maupun masyarakat. Selain itu diperlukan kerja sama yang sinergis dengan
Negara lain agar permasalahan sampah dapat ditanggulangi secara efektif. Tahun
2017, secara global United Nation Environment Program (UNEP) menetapkan
tema khusus untuk Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2017 yaitu "Global
Campaign of Clean Sea Champion Country", dan bila diserap dengan kondisi
Indonesia, maka tema HPSN 2017 untuk Indonesia adalah "Melaksanakan
Pengelolaan Sampah Terintegrasi dari Gunung, Sungai, Kota, Pantai, hingga
Laut untuk Mewujudkan Indonesia Bersih Sampah 2020". Di Indonesia telah
ada Undang-undang (UU) Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengolahan Sampah,
Peraturan Pemerintah (PP) 81 Tahun 2012 tentang Sampah Rumah Tangga,
Instruksi Presiden hingga Peraturan Menteri tentang Sampah.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud penyusunan makalah ini adalah untuk meninjau pelaksanaan Kebijakan
Strategi Nasional Menuju Indonesia Bebas Sampah 2020 yang memenuhi
prinsip-prinsip serta sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Dengan
melakukan analisis dan pembahasan terhadap data situasi perkembangan
masalah sampah di Indonesia, sehingga diharapkan mampu memberikan
evaluasi dan saran guna mencapai terwujudnya Indonesia Bebas Sampah 2020.

1.3. Ruang Lingkup dan Sistematika


Ruang lingkup dalam penyusunan makalah ini dibatasi pada pelaksanaan
kebijakan upaya dalam mengatasi tibunan sampah antara lain pembuangan,
pemanfaaatan dan penggunaan kembali sampah yang mengacu pada tema Hari
Peduli Sampah Nasional (HPSN) tahun 2017 "Global Campaign of Clean Sea
Champion Country dalam upaya pencapain Indonesia Bebas Sampah 2020
sebagaimana yang telah diatur dalam UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang
pembatasan timbulan sampah, penggunaan dn pendaurulangan kembali.

4
1.4. Metode
Penyusunan makalah ini menggunakan pendekatan analitik dengan sumber data
sekunder. Sumber data yang diperoleh dari jurnal data kementrian kesehatan dan
data kasus sampah yang diperoleh dari website kompas dan situs resmi
kementrian kesehatan

BAB II
LANDASAN PEMIKIRAN

2.1 Peraturan Perundang-undangan


2..1.1 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sampah yang mengatur upaya pengelolaan terhadap tindak pidana
pengelolaan sampah melalui ancaman pidana denda, pidana penjara. Di samping itu, Undang-
undang Nomor 18 Tahun 2008 juga mengatur mengenai pembatasan timbulan sampah,
pemanfaatan dan pendaurulangan sampah kembali. Namun pada kenyataannya tindak pidana
pengelolaan sampah di dalam masyarakat menunjukkan kecenderungan yang semakin

5
meningkat baik dalam bentuk pidana minimum khusus, pidana penjara 15 (lima belas) tahun.
Pemberatan pidana tersebut dilakukan dengan mendasarkan pada jenis pelanggaran sampah yang
dilakukan.
Penanganan masalah sampah di Indonesia, merupakan tanggung jawab Pemerintah (penegak
hukum) dan pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab pengelolaan sampah
dalam mewujudkan hak masyarakat terhadap lingkungan hidup yang baik dan
sehat sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945., masyarakat dan instansi terkait
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan
sampah, dimana mewajibkan masyarakat untuk ikut aktif dalam mengurangi timbulan sampah.
2.1.2 Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012
Peraturan pemerintah nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Peraturan ini sekaligus memperkuat landasan hukum bagi
penyelenggara pengelolaan sampah di Indonesia, khususnya didaerah. Beberapa muatan pokok
penting yang diamanatkan oleh peraturan pemerintah ini, yaitu:
1. Memberikan landasan yang lebih kuat bagi pemerintah daerah dalam penyelenggaraan
pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan dari berbagai aspek antara lain legal formal
manajemen, teknis operasional, pembiayaan, kelembagaan, dan sumber daya manusia.
2. Memberikan kejelasan perihal pembagian tugas dan peran seluruh para pihak terkait dalam
pengelolaan sampah mulai dari kementrian/lembaga, dunia usaha, pengelola kawasan sampai
masyarakat.
3. Memberikan landasan operasional bagi implementasi 3R (reduse, reuse, recycle) dalam
pengelolaan smapah menggantikan paradigma lama kumpul-kumpul bunag.
2.1.3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomer 33 Tahun 2010
1. pemerintah daerah menyusun rencana pengurangan dan penanganan sampah yang dituangkan
dalam rencana strategis dan rencana kerja tahunan SKPD.
2. Rencana pengurangan dan penanganan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-
kurangnya memuat :
a. Target pengurangan sampah.
b. Target penyediaan sarana dan prasarana penguragan dan penanganan sampah mulai dari
sumber sampah sampai dengan TPA.
c. Pola pengembangan kejasama daerah, kemitraan, dan partisipasi masyarakat;
d. Kebutuhan penyediaan pembiayaan yang ditanggung oleh pemerintah daerah dan
masyarakat; dan
6
e. Rencana pengembangan dan pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan dalam
memenuhi kebutuhan mengguna ulang, mendaur ulang dan penanganan akhir sampah.
3. Memberikan landasan hukum yang kuat bagi pelibatan dunia usaha untuk turut
bertanggungjawab dalam pegelolaan sampah sesuai dengan perannya. Dengan PP No. 81 Tahun
2012 ini, akan mewujudkan pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan yang bertumpu
pada penerapan 3R dalam rangka penghematan sumber daya alam, penghematan energi,
pengembangan energi alternatif dari pengolaha sampah, perlindungan, dan pengendalian
pencemaran.

2.2 Tinjauan Pustaka


2.3.1 Pengertian Sampah dan jenis-jenisnya
Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Sementara didalam UU No 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau
proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik
bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi
dan dibuang kelingkungan.
Berdasarkan bentuknya sampah dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Sampah Padat
Sampah padat ialah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urin dan
sampah cair. Sampah padat bisa berupa sampah rumah tangga sampah dapur, sampah
kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan
menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik, adalah sampah yang
dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat
biodegradable. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami.
Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah
organik, misalnya sampah dari dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain kertas,
karet dan plastik), tepung, sayuran, kulit buah, daun dan ranting. Selain itu, pasar
tradisional juga banyak menyumbangkan sampah organik seperti sampah sayuran, buah-
buahan dan lain-lain. Sedangkan Sampah Anorganik adalah sampah yang dihasilkan
dari bahan-bahan non hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi
pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi : sampah logam dan
produk-produk olahannya, sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan keramik,

7
sampah detergen. Sebagian besar anorganik tidak dapat diurai oleh alam/
mikroorganisme secara keseluruhan (unbiodegradable). Sementara, sebagian lainnya
hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah
tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik, dan kaleng, (Gelbert dkk, 1996).
2. Sampah Cair
Sampah cair ialah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali
dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung
patogen yang berbahaya.
Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan
tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.
Sedangkan berdasarkan Sumbernya sampah dibedakan menjadi 7 yaitu:
1. Sampah Alam
Sampah alam merupakan sampah yang diproduksi dikehidupan liar dan
diintegrasikan melalui proses daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di
hutan yang terurai menjadi tanah. Diluar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat
menjadi masalah misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.
2. Sampah Manusia
Sampah manusia merupakan istilah yang digunakan terhadap hasil-hasil
pencernaan manusia, seperti fress dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya
serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor sarana perkembangan
penyakit yang disebabkan virus dan bakteri.
Salah satu perkembangan utama pada dialektika manusia ialah pengurangan
penularan penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup yang higienis dan
sanitasi. Sampah manusia bisa dikurangi dan dipakai ulang seperti melalui sistem
urinoir tanpa air.
3. Sampah Konsumsi
Sampah konsumsi ialah sampah yang dihasilkan oleh manusia selaku pengguna
barang atau sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Walaupun demikian,
jumlah sampah dikategorikan masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah
yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri.
4. Sampah rumah tangga

8
Sampah eumah tangga merupakan hasil sisa buangan dari kegiatan di dalam
rumah tangga, sampah yang dihasilkan oleh kebanyakan rumah tangga adalah kertas
dan plastik.
5.Sampah perkantoran
Sampah perkantoran ialah sampah yang berasal dari lingkungan perkantoran dan
pusat perbelanjaan seperti sampah organik, kertas, tekstil, plastik dan logam.
6.Sampah industri
Sampah industri ialah sampah yang berasal dari daerah industri yang terdiri dari
sampah umum dan limbah berbahaya cair atau padat.
7. Sampah Nuklir
Sampah nuklir ialah hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan
uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan juga manusia.
Oleh karena itu, sampah nuklir disimpan ditempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi
untuk melakukan aktivitas tempat-tempat yang dituju biasanya bekas tambang garam
atau dasar laut. Menurut Gelbert dkk (1996) ada tiga dampak sampah terhadap manusia
dan lingkungan yaitu:
a. Dampak terhadap kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah
yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan
menarik bagi berbagai binatang seperti, lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan
penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut :
Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari
sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit
demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah
yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salahsatu contohnya adalah
suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita(taenia). Cacing ini sebelumnya
masuk kedalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa
makanan/sampah.
b. Dampak terhadap lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai akan
mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa

9
spesien akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis.
Penguraian sampah yang di buang kedalam air akan menghasilkan asam organik dan
gas cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini pada konsentrasi
tinggi dapat meledak.
c. Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi
Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut :
Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan (untuk
mengobati kerumah sakit).
Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak
memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana
penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang
sampahnya dijalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan
diperbaiki.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kondisi Saat Ini


Permasalahan ini tumbuh seiring dengan semakin berkembangnya jumlah
penduduk, yang menjadikan semakin banyak barang yang dikonsumsi dan juga
sampah yang ditimbulkannya. Peningkatan jumlah sampah juga berasal dari
semakin banyaknya usaha dalam bidang kuliner, yang menghasilkan sampah
setiap harinya. Sampah juga bisa berasal dari kemajuan teknologi, sehingga
masyarakat cenderung lebih konsumtif dan mengikuti perkembangan teknologi,
untuk menggantikan teknologi yang lama. Adapun beberapa permasalahan
sampah yang ada, antara lain timbunan sampah, kepedulian masyarakat yang

10
masih rendah untuk membuang sampah pada tempatnya, kebiasaan masyarakat
membuang sampah sembarangan, termasuk dalam sungai atau saluran air.
Adanya perilaku negatif dari masyarakat tersebut dapat mengakibatkan
lingkungan menjadi kotor, terjadinya penyumbatan saluran air dan pada
akhirnya dapat berakibat terjadinya banjir ataupun terjadinya sumber penyakit.
Permasalahan sampah nasional sudah cukup meresahkan. Saat ini, Indonesia
merupakan negara penyumbang sampah plastik ke laut terbanyak kedua di
dunia. Tiap tahunnya, masing-masing kota di dunia setidaknya menghasilkan
sampah hingga 1,3 miliar ton. Diperkirakan oleh Bank Dunia, pada tahun 2025,
jumlah ini bertambah hingga 2,2 miliar ton. Fakta tentang sampah nasional pun
sudah cukup meresahkan. Sebuah penelitian yang diterbitkan di www.
sciencemag.org Februari tahun lalu menyebutkan, Indonesia berada di peringkat
kedua di dunia penyumbang sampah plastik ke laut setelah Tiongkok, disusul
Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka. Menurut Riset Greeneration, organisasi non-
pemerintah yang telah 10 tahun mengikuti isu sampah, satu orang di Indonesia
rata-rata menghasilkan 700 kantong plastik per tahun. Di alam, kantong plastik
yang tak terurai menjadi ancaman kehidupan dan ekosistem. Peningkatan jumlah
sampah akan semakin menambah permasalahan, ketika masyarakat berperilaku
buruk mengenai sampah, dengan membuang sampah sembarangan, seperti di
jalan, di sungai, dan tidak menggunakan tempat sampah yang telah disediakan.
Perilaku ini tidak mengenal tingkat pendidikan maupun status sosial, sebagai
contoh di kantor pemerintahan, sekolah atau kampus masih banyak dijumpai
orang yang membuang sampah secara sembarangan. Adanya permasalahan
sampah di Indonesia dapat dilihat dari data berikut yaitu, total populasi
Indonesia (Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi dan
Papua) sebesar 232,8 juta. Adapun total sampah yang dihasilkan sebesar 38,5
juta ton/tahun. Sampah yang dihasilkan per orang sebesar 0,45 kg/hari. Adapun
populasi yang dapat dilayani sebesar 130,4 juta. Dan pengangkutan sampah
aktual sebesar 21, 72 ton per tahun. Sedangkan sampah dihasilkan yang tidak
terangkut sebesar 16,78 juta ton per tahun. Untuk pulau Jawa, dengan populasi
137,2 juta menghasilkan total sampah sampah 21,2 juta ton per tahun, atau
sampah yang dihasilkan per orang sebesar 0,42 kg per hari. Populasi yang
dilayani sebesar 80,8 juta. Pengangkutan sampah akltual sebesar 12,49 juta ton
per tahun. Adapun sampah dihasilkan yang tidak terangkut sebesar 8,71 juta ton
11
per tahun (Statistik Persampahan Indonesia, 2008, Kementerian Lingkungan
Hidup).
Permasalahan sampah tak bisa dianggap remeh. Sampah bisa menimbulkan
bencana, seperti yang terjadi dalam tragedi longsornya sampah di Leuwigajah,
Cimahi, Jawa Barat, pada 21 Februari 2005 silam. Tragedi ini memicu
dicanangkannya Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) yang diperingati tepat di
tanggal insiden itu terjadi.
3.2 Permasalahan yang ditemukan
a) Masih lemahnya penegakkan hukum, faktor yang mempengaruhi lemahnya penegakan
hukum adalah:
Lemahnya kehendak konstitusional dari para pemangku kebijakan
penyelenggara negara.
Peraturan yang dihasilkan belum mencerminkan kepentingan yang
menjadi objek peraturan.
Rendahnya integritas aparat penegak hukum.
Minimnya sarana dan prasarana penegakan hukum.
Sistem hukum yang kurang sistematis.
Tingkat kesadaran dan budaya hukum yang kurang di masyarakat.
b) Penyusunan revisi Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Norma Standar Prosedur dan
Kriteria (NSPK) dalam kegiatan pengelolaan sampah di tingkat pusat dan daerah.
Untuk lebih meningkatkan penerapan standar pelayanan minimal di bidang sampah bagi
pemerintah dan pemerintah daerah, maka perlu dilakukan revisi terhadap SPM yang ada. SPM ini
diharapkan akan dapat menjadi pijakan n bagi pemerintah dan pemerintah daerah untuk
memberikan pelayanan dasar pengelolaan sampah kepada masyarakat. Dalam rangka percepatan
penyelenggaraan pelayanan persampahan diperlukan adanya Norma, Standar, Prosedur dan
Kriteria. Sehingga semua pemerintah kabupaten/kota dalam rangka penyelenggaraan
pengelolaan sampah akan menerapkan kebijakan yang sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
c) Kurang sinergis dan terintegrasi upaya motivasi masyarakat terhadap kegiatan 3R
Meningkatnya jumlah konsumen di Indonesia akan makin mengundang beroperasinya jaringan
sindikat narkoba di Indonesia terlebih lagi dengan harga yang tinggi (great market great price).
Dari data hasil penelitian Jumlah penyalahguna narkoba coba pakai meningkat dari tahun ke
tahun. Ini menunjukkan kerawanan bagi orang yang imun akan menjadi coba pakai . Dengan

12
demikian timbul pelanggan baru, dan dapat meningkat menjadi teratur pakai dan selanjutnya
akan menjadi Pelanggan tetap.
d) Fasilitas sarana dan prasarana yang kurang dalam menangani timbunan sampah
Fasilitas Pengobatan & Perawatan bagi pecandu terbatas belum tersedia di setiap daerah
dan cukup sulit dijangkau oleh orang dengan perekonomian rendah. Fasilitas rehabilitasi yang
dimilki oleh pemerintah memgratiskan biaya terapi dan rehabilitasi bagi pecandu Narkoba dalam
hal ini adalah Badan Narkotika Nasional yang berada di Lido, Sukabumi hanya mampu
menampung 500 orang pecandu narkoba. Pada tahun 2010 data penyalahguna yang dirawat di
Unit Pelaksana Terapi & Rehabilitasi BNN sebanyak 682.
Sedangkan fasilitas terapi dan rehabilitasi yang tersedia di Indonesia hanya mampu
menampung 180 ribu pecandu narkoba. Apabila angka prevalensi pecandu narkoba pada tahun
2011 mencapai 3,6 juta pecandu Narkoba, Dari 3,6 juta penyalahguna narkoba baru sebagian
yang menjalani perawatan. masih banyak penyalahguna narkoba yang belum mendapatkan
pelayanan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial sehingga sangat rawan menjadi pasar terbuka
jaringan sindikat peredaran gelap narkoba dan menimbulkan dampak buruk yang sangat
berbahaya bagi kelangsungan kehidupan secara individu maupun kehidupan berbangsa dan
bernegara. Situasi tersebut berdampak meningkatnya jumlah penyalahguna yang tidak mendapat
layanan sehingga terus-menerus menyalahgunakan kemudian berpengaruh pada lingkungan
sekitar dari penyalahguna tersebut sehingga peningkatan penyalahgunaan terhadap pengguna baru
dan peredaran gelap Narkoba semakin meluas. Jumlah kebutuhan yang besar akan semakin
menarik masuknya jaringan sindikat narkoba beroperasi di Indonesia. Hal ini seiring dengan
prinsip ekonomi, kebutuhan (demand) yang besar akan mengundang pasokan (supply) yang besar
pula.

3.4 Kondisi Menuju Indonesia Bebas Sampah 2020


Sesuai dengan Peraturan pemerintah nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga dengan melakukan beberapa program,
diantaranya:
Penerapan 3R kembali dengan pengadaan Bank Sampah

Pemilahan sampah organok dan anorganik

Bank sampah dapat menunjang ekonomi masyarakat


3.4.1. Kebijakan

13
MengoptimalkanPelaksanaan Strategi Menuju Indonesia Bebas Sampah
2020
3.4.2. Strategi
a. Melengkapi dan merevisi peraturan perundang-undangan ditingkat
nasional dan daerah terkait pengelolaan sampah. Dalam rangka
percepatan kinerja pengelolaan sampah salah satu strategi yang perlu
dilakukan adalah dengan melengkapi, merevisi peraturan perundang-
undangan,menerapkan, serta menegakkan peraturan perundang-
undangan pengelolaan sampah. Dalam percepatan pengelolaan
sampah, kebijakan dan strategi nasional pengembangan sistem
pengelolaan persampahan (KSNP-SPP) merupakan pedoman yang
digunakan untuk pengaturan, penyelenggaraan dan pengembangan
pengelolaan persampahan baik bagi pemerintah pusat maupun
daerah, dunia usaha dan masyarakat.
b. Menerapkan beberapa Strategi secara aspek teknologi/teknis
operasional untuk percepatan kinerja pengelolaan sampah. Dalam hal
cara pengelolaan sampah, hanya 24,9 persen rumah tangga di
Indonesia yang pengelolaan sampahnyadiangkutolehpetugas.
Sebagian besar rumah tangga mengelola sampah dengan cara dibakar
(50,1%), ditimbun dalam tanah (3,9%), dibuat kompos (0,9%),
dibuang ke kali/parit/laut (10,4%), dan dibuang sembarangan (9,7%).
Lima provinsi dengan proporsi rumah tangga mengelola sampah
dengan cara diangkut petugas tertinggia dalah DKI Jakarta (87,0,%),
Kepulauan Riau (55,8%), Kalimantan Timur (49,9%), Bali (38,2%),
danBanten (34,4%) (sumber :BukuRiskesdas 2013 dalam Angka).
Pola pengelolaan sampah eksisting berdasarkan BukuRiskesdas 2013
dalam Angka dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Tahun 2013 terdapat beberapa data yang perlu dikajiulang. Sebagai
contoh, terdapat perbedaan persentase untuk pengkajian sampah yang
ditimbun, menurut data riskesdas sebesar 3,9 % sedangkan data
KLHK sebesar 10%. Terdapat data yang tidak sinkron, yaitu
berdasarkan data riskesdas persentase sampah diangkut 24,9 %
sedangkan sampah yang ditimbun di TPA sebesar 69%.

14
3.4.3. Upaya strategi melengkapi dan merevisi peraturan perundang-undangan
ditingkat nasional dan daerah terkai pengelolaan sampah antara lain sebagai
berikut :
1. Penyusunan peraturan pelaksanaan yang diperlukan sebagai bentuk
penjabaran dari Undang-undang atau peraturan yang berlaku terkait
pengelolaan sampah (Baik pusat maupun daerah).
2. Penyusunan PP tentang pengelolaan sampah.
3. Sinkronisasi produk hukum terkait pengelolaan sampah antar K/L.
4. Penyusunan peraturan tentang petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
penerapan sanksi.
5. Penyusunan peraturan perundang-undangan tentang Penyidik pegawai
Negeri Sipil (PPNS) di bidang pengelolaan sampah.
6. Penyusunan peraturan perundang-undangan tentang pengalokasian dan
pengaturan anggaran Pusat dan Daerah untuk pengelolaan sampah.
7. Penyusunan peraturan perundang- undangan tentang pelaksanaan EPR
(Extended Producer Responsibility)/kewajiban Produsen pengelolaan
sampah.
8. Penyusunan peraturan perundang-undangan tentang alokasi
CSR(Corporate Social Responsibility) untuk pengelolaan sampah.
9. Penyusunan peraturan perundang-undangan tentang kompensasi, insentif
dan disinsentif untuk pengelolaan sampah.
10. Penyusunan peraturan perundang-undangan tentang industri daur ulang
dan pemasaran.
11. Pengembangan SPM dan NSPK dalam kegiatan pengelolaan sampah di
tingkat pusat dan daerah.
3.4.4. Upaya strategi menerapkan dan menegakkan peraturan perundang-undangan
pengelolaan sampah antara lain sebagai berikut :
1. Sosialisasi produk hukum dalam bentuk desiminasi terkait pengelolaan
sampah melalui media komunikasi secara professional.
2. Penerapan sanksi hukum terhadap pelanggar peraturan perundang-
undangan pengelolaan sampah secara konsisten.
3.4.5. Upaya strategi menerapkan beberapa Strategi secara aspek teknologi/teknis
operasional untuk percepatan kinerja pengelolaan sampah antara lain sebagai
berikut :
1. Menyusun rencana induk/master plan pengelolaan sampah. Program dari
strategi ini adalah sebagai berikut :
Penyusunan rencana induk/master plan pengelolaan sampah.
Penyusunan review rencana induk/master plan pengelolaan
sampah

15
2. Meningkatkan pengurangan sampah pada tahapan perencanaan dan
penyusunan program. Program dari strategi ini adalah sebagai berikut :
Pengembangan standar/ kriteria teknologi ramah lingkungan
yang tepat guna dalam pengurangan sampah
Pengembangan standar/ kriteriasarana prasarana dalam
pengurangan sampah
Pengembangan SOP dalam pengurangan sampah
3. Meningkatkan pengurangan sampah pada tahapan implementasi.
Program dari strategi ini adalah sebagai berikut :
Pengembangan standar kompetensi pelaksana kegiatan
pengurangan sampah.
Pembangunan sarana pasarana pengurangan sampah.
Melakukan pemilahan, pewadahan dan pengolahan sampah di
sumber.
4. Melaksanakan monitoring dan evaluasi dalam rangka peningkatan
kinerja pengurangan dan penanganan sampah. Program dari strategi ini
adalah penyusunan sistem perencanaan, implementasi, pengawasan,
monitoring, evaluasi serta pelaporan pelaksanaan pengelolaan sampah.
5. Melaksanakan EPR (Extended Producer Responsibility)/Kewajiban
Produsen dalam pengurangan sampah. Program dari strategi ini adalah
sebagai berikut :
Penyusunan dan penerapan petajalan kewajiban produsen
dalam pengurangan sampah.
Pengaturan standarisasi produk daur ulang.
6. Melaksanakan CSR (Corporate Social Responsibility) untuk
pengelolaan sampah. Program dari strategi ini adalah penerapan CSR
(Corporate Social Responsibility) untuk pengelolaan sampah.
7. Melakukan pilot project dalam pengelolaan sampah dari sub system
pemilahan/pewadahan, pengumpulan sampah hingga pemrosesan akhir
sampah di Kota terpilih. Program dari strategi ini adalah sebagai
berikut :
Penyusunan kajian pilot project pengelolaan sampah dari sub
system pemilahan/pewadahan, pengumpulan, pengangkutan,
pengolahan dan pemrosesan akhir sampah di Kota Tangerang
secara sentralisasi.

16
Pembangunan dan pengoperasian Pengolahan (ITF) serta TPA
Regional di Kawasan Strategis Nasional (KSN) oleh Pemerintah
Pusat.
8. Membangun dan revitalisasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
Program dari strategi ini adalah sebagai berikut :
Penentuan teknologi dalam pemrosesan akhir sampah yang ramah
lingkungan dan tepat guna.
Evaluasi kinerja dan kapasitas TPA eksisting.
Evaluasi kinerja dan kapasitas TPA Regional eksisting.
Penerapan SOP (StandarOperasionalProsedur) Sanitary Landfill.
Peningkatan jumlah alat berat di TPA.
Peningkatan kualitas sistem pengolahan lindi.
Pengembangan sistem monitoring terhadap pengoperasian TPA.
9. Membangun fasilitas pengolahan sampah antara/ITF (Intermediate
Treatment Facility) di Kota Metropolitan/Kota Besar dengan teknologi
ramah lingkungan yang tidak memerlukan lahan luas.Program dari
strategi ini adalah sebagai berikut:
Penentuan teknologi dalam pengolahan sampah antara (ITF) yang
ramah lingkungan dan tepat guna.
Penentuan lokasi fasilitas pengolahan sampah antara/ITF
(Intermediate Treatment Facilities) dalam RDTR (Rencana
Detail Tata Ruang).
Pembangunan pilot project fasilitas pengolahan sampah
antara/ITF di Provinsi DKI Jakarta.
Pembangunan fasilitas pengolahan sampah antara/ITF.
10. Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana
pengangkutan sampah. Program dari strategi ini adalah sebagai
berikut :
Evaluasi spesifikasi kendaraan pengangkut sampah di Kab/Kota.
Peningkatan sistem pengangkut sampah.
Pengadaan kendaraan pengangkut sampah sesuai standar yang
ditetapkan.
Penyusunan jadwal pengangkutan sampah sesuaijenis/komposisi
sampah.
11. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana
pengumpulan sampah. Program dari strategi ini adalah sebagai
berikut :
Penentuan lokasi, jumlah dan luasan masing-masing TPS dalam
RDTR (RencanaDetail Tata Ruang).
Peningkatan sistem pengumpulan sampah.
17
Peningkatan kualitas dan kuantitas TPS.
Peningkatan kualitas dan kuantitas alat pengumpul sampah.
Pengaturan jadwal pengumpulan sampah.
12. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana
pemilahan/pewadahan sampah. Program dari strategi ini adalah sebagai
berikut :
Penerapan pemilahan sampah di sumber.
Penyediaan pewadahan sampah di sumber.
13. Meningkatkan pengelolaan sampah skala kawasan. Program dari
strategi ini adalah sebagai berikut :
Pengembangan sistem pengelolaan sampah skala kawasan
berbasis masyarakat.
Pengembangan sistem pengelolaan sampah skala kawasan
berbasis institusi.

18
BAB IV
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Dalam upaya pelaksanaan kebijakan Nasional Menuju Indonesia Bebas Sampah 2020 terdapat beberapa
persoalan yang dihadapi antara lain :
1. Masih lemahnya penegakkan hukum, faktor yang mempengaruhi lemahnya penegakan hukum
2. Penyusunan revisi Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Norma Standar Prosedur dan Kriteria
(NSPK) dalam kegiatan pengelolaan sampah di tingkat pusat dan daerah.
3. Kurang sinergis dan terintegrasi upaya motivasi masyarakat terhadap kegiatan 3R
4. Fasilitas sarana dan prasarana yang kurang dalam menangani timbunan sampah
Sehingga dalam optimalisasi pelaksanaan kebijakan Naional Menuju Indonesia Bebas Sampah 2020
diperlukan strategi dan upaya khusus untuk mengatasi persoalan yang dihadapi. Adapun strategi yang
disusun untuk optimalisasi pelaksanaan kebijakan Nasional Menuju Indonesia Bebas Sampah 2020 antara
lain :
1. Meningkatkan kinerja Penegakan Hukum ke arah yang tegas dan tuntas
2. Melengkapi revisi Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Norma Standar Prosedur dan Kriteria
(NSPK) dalam kegiatan pengelolaan sampah di tingkat pusat dan daerah.
3. Meningkatkan sinergis dan integrasi upaya motivasi masyarakat terhadap kegiatan 3R
4. Meningkatkan sarana dan prasarana yang kurang dalam menangani timbunan sampah
Untuk mewujudkan strategi dalam rangka optimalisasi pelaksanaan kebijakan Nasional Menuju Indonesia
maka diperlukan upaya-upaya yang harus dilakukan antara lain :
1. Penyusunan peraturan pelaksanaan yang diperlukan sebagai bentuk penjabaran
dari Undang-undang atau peraturan yang berlaku terkait pengelolaan sampah (Baik
pusat maupun daerah).
2. Penyusunan PP tentang pengelolaan sampah.
3. Sinkronisasi produk hukum terkait pengelolaan sampah antar K/L.
4. Penyusunan peraturan tentang petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
penerapan sanksi.
5. Penyusunan peraturan perundang-undangan tentang Penyidik pegawai Negeri
Sipil (PPNS) di bidang pengelolaan sampah.
6. Penyusunan peraturan perundang-undangan tentang pengalokasian dan
pengaturan anggaran Pusat dan Daerah untuk pengelolaan sampah.
7. Penyusunan peraturan perundang- undangan tentang pelaksanaan EPR
(Extended Producer Responsibility)/kewajiban Produsen pengelolaan sampah.
19
8. Penyusunan peraturan perundang-undangan tentang alokasi CSR(Corporate
Social Responsibility) untuk pengelolaan sampah.
9. Penyusunan peraturan perundang-undangan tentang kompensasi, insentif dan
disinsentif untuk pengelolaan sampah.
10.Penyusunan peraturan perundang-undangan tentang industri daur ulang dan
pemasaran.
11.Pengembangan SPM dan NSPK dalam kegiatan pengelolaan sampah di tingkat
pusat dan daerah.
12.Sosialisasi produk hukum dalam bentuk desiminasi terkait pengelolaan sampah
melalui media komunikasi secara professional.
13 Penerapan sanksi hukum terhadap pelanggar peraturan perundang-undangan
pengelolaan sampah secara konsisten.
14 Menyusun rencana induk/master plan pengelolaan sampah.
15 Meningkatkan pengurangan sampah pada tahapan perencanaan dan penyusunan
program
16 Meningkatkan pengurangan sampah pada tahapan implementasi
17 Melakukan pemilahan, pewadahan dan pengolahan sampah di sumber.
18 Melaksanakan monitoring dan evaluasi dalam rangka peningkatan kinerja
pengurangan dan penanganan sampah
19 Melaksanakan EPR (Extended Producer Responsibility)/Kewajiban Pengaturan
standarisasi produk daur ulang.
20 Melaksanakan CSR (Corporate Social Responsibility) untuk pengelolaan
sampah
21 Membangun dan revitalisasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
22 Membangun fasilitas pengolahan sampah antara/ITF (Intermediate Treatment
Facility) di Kota Metropolitan/Kota Besar dengan teknologi ramah lingkungan
23 Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana pengangkutan sampah
24 Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pengumpulan
sampah.
25 Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana
pemilahan/pewadahan sampah.
26 Meningkatkan pengelolaan sampah skala kawasan.

1.2 Saran
Dalam rangka optimalisasi pelaksanaan strategi Nasional Menuju Indonesia Bebas Sampah 2020
diperlukan peran serta dari seluruh komponen baik penegak hukum, instansi dan lembaga pemerintahan,
masyarakat dan individu untuk bersama membangun komitmen demi terwujudnya lingkungan yang
bersih dan bebas sampah. Bersama melakukan upaya pencegahan menumpuknya sampah secara
komperhensif dan sinergis . Membentuk satu alignment : semua elemen terpimpin dalam satu visi yaitu
mewujudkan indonesia bebas Sampah 2020, saling melengkapi dalam satu jajaran .
20
Melakukan penegakan hukum yang tegas dan adil serta nyata, dengan meningkatkan fungsi pengawasan
dan pemberlakuan sanksi ketegasan hukum bagi individu yang melakukan penyelewengan atau
pelanggaran, melakukan proses hukum secara tegas tanpa pandang bulu dalam melakukan penindakan
hukum bagi individu atau masyakat yang melanggar .

DAFTAR PUSTAKA
UU No 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah

PP 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sejenis


Sampah Rumah Tangga

Alex S. 2012. Sukses Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk Organik.


Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Daniel, Valerina. 2009. Easy Green Living. Bandung: Hikmah.


Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI. 2013.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI. 2015.
Sumber : http://www.kajianpustaka.com/2015/02/pengertian-jenis-dan-dampak-
sampah.html

21

Anda mungkin juga menyukai