Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN KKN TEMATIK CITARUM HARUM 2019

DESA CIMANGGUNG KECAMATAN CIMANGGUNG

KABUPATEN SUMEDANG

Disusun untuk memenuhi tugas Kuliah Kerja Nyata

Dosen Pembimbing Lapangan: Dr.Meinanda Kurniawan

Disusun Oleh :

No. Nama Mahasiswa NPM No. Nama Mahasiswa NPM


1. Orvin Shabridan A. 120104170015 11. Syifa Herliani. 150610170044
2. M. Nurhidayah W. D. 170610170042 12. Siti Risalatul Fauziah 180810170067
3. Nabilla Aprilla Siswara 180810170062 13. Nabila Fazrin Maulani 150610170009
4. Prasaktiyoga Adiraputra 150610170040 14. Salsabila Khairunnisa 210310170033
5. Praditya Hermana P. 120310170075 15. Nabila Dita 180810170076
6. Kinanti Amanda Dhiya 210310170011 16. Nurhafiz Abdul Karim 120410170033
7. Aqshal Fatharani 210310170020 17. Vanisa Syifa Salsabila 210410170057
8. Zaena Janati 210510170003 18. Kerin Dea Arisona 210310170057
9. Fellia Almira 210510170004 19. Nadila Indarwati 150610170002
10. Farrent Geovannt 170610170077 20. Nabilla Vynka Fakhira 240310170016

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................. I

RINGKASAN………………………………………………………………………………...1
II.PENDAHULUAN ................................................................................................................ 2

III. ANALISIS SITUASI ......................................................................................................... 5

IV. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 233

V. SOLUSI DAN PRIORITAS PENANGGULANGAN MASYARAKAT .................... 377

VI. METODE PELAKSANAAN PROGRAM .................................................................. 411

VII. EVALUASI PROGRAM ............................................................................................. 444

VIII. ANGGARAN ................................................................................................................ 49

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 511

LAMPIRAN.......................................................................................................................... 522

i
1

I. RINGKASAN

Universitas Padjadjaran mengadakan program KKN Citarum Harum pada


40 Desa yang juga berlokasi dekat anak sungai Citarum, saat ini kami diamanahi
untuk melaksanakan program KKN Citarum Harum di salah satu desa tersebut yaitu
Desa Cimanggung. Tujuan utama ialah untuk menumbuhkan rasa empati para
mahasiswa terhadap persoalan persoalan yang sedang dihadapi oleh masyarakat
melalui penerapan iptek kampus yang menjadi solusi tepat bagi persoalan atau
kebutuhan masyarakat yang tidak berorientasi pada profit.

Kondisi sungai Citarum saat ini tidak baik dan cenderung semakin
memburuk. Hal ini yang mendorong Universitas Padjadjaran untuk melaksanakan
program mahasiswa yang berorientasi masyarakat terutama di sekitar desa yang
dekat dengan Citarum. Permasalahan yang kerap dijumpai misalnya masalah
pengelolaan sampah, konservasi air, sanitasi lingkungan, lahan kritis, dan mitigasi
bencana.

Soal pengelolaan sampah dalam Desa Cimanggung terdapat beberapa warga


yang masih kurang perhatian pada pentingnya pengelolaan sampah. Mengenai
Konservasi Air di Desa Cimanggung pada musim kemarau volume air kecil.
Sanitasi lingkungan Desa Cimanggung sudah sangat maju dengan bertambahnya
MCK dari program Dinas Kesehatan. Tim Lahan Kritis melihat cukup banyak lahan
kritis ketika musim kemarau yang belum ada upaya penanggulanganya.
Pemahaman warga terhadap Mitigasi Bencana perlu terutama bencana kebakaran
yang sering terjadi di Desa Cimanggung dengan mengadakan sosialisasi mengenai
Mitigasi Bencana.

Permasalahan-permasalahan yang ada di desa Cimanggung ini bisa


diselesaikan dengan beberapa solusi. Program lahan kritis kami menyediakan solusi
berupa agroforesty dan penanaman bibit-bibit pohin atau bisa kita sebut reboisasi
.Program konservasi air,kami menyarankan pembangunan sumur resapan. Program
sanitasi,kami menyarankan serta memberikan penyuluhan yang rutin untuk
masyarakat. Program pengelolaan sampah, kami menyarankan agar masyarakat
Cimanggung membangun bank sampah. Program Mitigasi bencana melakukan
modul dan sosialiasi untuk masyarakat.
2

II.PENDAHULUAN

Program kuliah kerja nyata (KKN) adalah salah satu program Universitas
Padjadjaran sebagai salah satu implementasi Tri Dharma Perguruan tinggi yaitu
pengabdian mahasiswa terhadap masyarakat untuk membantu serta membimbing
masyarakat. Program KKN diharapkan dapat menjadi sarana untuk membantu
mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuannya secara nyata dan handal
sehingga dapat memberikan nilai dan juga manfaat bagi masyarakat untuk
mengimplementasika Tri Dharma Perguruan tinggi.

Kuliah Kerja Nyata pada tahun ini mengangkat tema Citarum Harum.
Kuliah Kerja Nyata Tematik Citarum Harum mulai dilaksanakan pada 28 Oktober-
9 November 2019 di beberapa desa yang berada di Sumedang dan Bandung. Salah
satu desa tempat KKN di Desa Cimanggung, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten
Sumedang. KKN mengangkat tema Citarum Harum karena Sungai Citarum adalah
kehidupan bagi penduduk Jawa Barat dan DKI Jakarta. Sungai ini mengalirkan air
baku untuk kebutuhan domestik untuk sekitar 27 Juta penduduk. Sungai Citarum
juga sumber air irigasi untuk ratusan ribu hektar sawah serta pembangkit listrik
untuk Pulau Jawa dan Bali. Sepanjang bentangnya, terdapat tiga waduk di sungai
ini, yaitu Waduk Saguling, Waduk Cirata, dan Waduk Jatiluhur.Sungai Citarum
terbentang sepanjang 297 km.

Aliran DAS Citarum melintasi 11 kabupaten/kota antara lain Kabupaten


Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten
Karawang, Kabupaten Bekasi, Kota Bandung, Kota Cimahi, sebagian Kabupaten
Sumedang, sebagian Kabupaten Cianjur, sebagian Kabupaten Bogor, dan sebagian
Kabupaten Garut. DAS Citarum merupakan salah satu DAS yang cukup penting
keberadaannya karena potensi yang dimiliki oleh DAS Citarum sangat penting
untuk menunjang keberlangsungan hidup masyarakat yang ada di sekitarnya baik
di bagian hulu, tengah, hingga hilir sungai sering digunakan masyarakat setempat
sebagai sumber air baku untuk minum, kebutuhan industri, pembangkit listrik dan
untuk irigasi pertanian. Keberadaan DAS Citarum sangat penting karena untuk
menunjang keberlangsungan hidup masyarakat, tetapi mulai berubah karena
banyak permasalahan yang menjadi ancaman serius bagi para penggunanya.
3

Mirisnya, status Sungai Citarum saat ini adalah tercemar berat. Tingginya
aktivitas domestik dan industri di pinggiran sungai menjadi penyebab utama
tercemarnya sungai ini. Pencemaran dan kerusakan Sungai Citarum meliputi
pencemaran industri, limbah pertanian, limbah peternakan, limbah perikanan, dan
limbah domestik baik limbah cair domestikmaupun sampah domestik.
Permasalahan di DAS Citarum pada dasarnya diakibatkan oleh pertumbuhan
penduduk yang berakibat pada meningkatnya eksploitasi ruang dan sumber daya
air.

Perubahan tata guna lahan menyebabkan terjadinya peningkatan lahan kritis


(RAM-IP, 2016) dan peningkatan run-off aliran permukaan dan sedimentasi pada
Sungai Citarum. Tingginya pertumbuhan penduduk dan industri di pinggiran DAS
Citarum yang tidak diiringi dengan Pengelolaan limbah yang sesuai juga
mengakibatkan tingginya pencemaran di DAS Citarum. Hal ini menjadi penyebab
kualitas air di sepanjang Sungai Citarum berstatus tercemar berat. Ketidaksesuaian
pembangunan berdasarkan zonasi Tata Ruang menyebabkan berkurangnya fungsi
kawasan lindung dan degradasi konservasi sumber daya tidak terdapat pengelolaan
Limbah Cair Domestik dan Pengelolaan Sampah bagi penduduk di sempadan
sungai menyebabkan tingginya kadar bakteri e.coli dan tingginya sampah di badan
Sungai Citarum. Permasalahan mendasar yang menyebabkan hal tersebut adalah
rendahnya kesadaran masyarakat untuk ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat .

Bedasarkan banyaknya masalah yang terjadi di DAS Citarum, maka fokus


pemecahan masalahnya dibagi menjadi 5 topik permasalahan yaitu Lahan Kritis,
Konservasi Air, Sanitasi, Pengelolaan Sampah, dan Mitigasi Bencana. Metode yang
digunakan di dalam KKN Tematik Citarum Harum adalah Participatory Actions
Research (PAR) yang menekankan upaya untuk membangun kolaborasi antara
Mahasiswa, Dosen dan berbagai elemen masyarakat untuk mengatasi permasalahan
di DAS Citarum terutama dalam upaya untuk mengendalikan lahan kritis,
mengendalikan limbah sampah dan agro kompleks (peternakan dan pertanian),
konservasi air, pengendalian run off, serta sanitasi, dan mitigasi bencana. Selain
itu, metode ini dilakukan dengan cara untuk menciptakan masyarakat yang secara
4

aktif terlibat dalam pengelolaan lingkungan di DAS Citarum khususnya di DAS


Citarik.

Pemerintah telah merancang program “Kembalinya Citarum Harum”, tetapi


karena banyaknya masalah di DAS Sungai Citarum program tersebut terhambat.
Dengan adanya program KKN ini bertujuan untuk menyempurnakan implementasi
program “Kembalikan Citarum Harum” yang sudah dirancang pemerintah. Dalam
kegiatan KKN Tematik Citarum Harum mahasiswa peserta KKN bekerja sama
dengan berbagai elemen dari masyarakat untuk mewujudkan ide dan gagasan untuk
membangun solusi dari permasalahan DAS Citarum yang diwujudkan dalam
program kerja desa lokasi kegiatan KKN Tematik Citarum Harum yang didampingi
oleh dosen.
5

III. ANALISIS SITUASI

A. Sosio-Demografik Masyarakat

Pada tahun 2013, Desa Cimanggung memiliki penduduk sejumlah 9.621


orang. Dengan komposisi sebanyak 4.889 jiwa berjenis kelamin laki-laki ditambah
4,732 orang berjenis kelamin perempuan. Jumlah kepala keluarganya sebanyak
2.473 KK. Kepadatan penduduk Desa Cimanggung, untuk tiap kilometer persegi
luas wilayahnya dihuni penduduk sebanyak 1.246,89 jiwa. Mayoritas penduduk di
Desa Cimanggung bekerja di sektor industri baik industry kecil skala rumah tangga
maupun skala sedang. Sebagian lainnya penduduk Desa Cimanggung bekerja di
sektor pertanian sebagai petani maupun buruh tani. Sisanya bekerja di sektor
perdaganan dan jasa.

Desa Cimanggung memiliki beberapa organisasi yang dijalankan oleh


masyarakatnya. Organisasi-organisasi tersebut antara lain adalah, PKK
(Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga), LPM (Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat), BPD (Badan Pengawas Desa), GAPOKTAN (Gabungan Kelompok
Tani), Karang Taruna, LINMAS (Perlindungan Masyarakat), dan Eco Village.
Aktivitas-aktivitas dari beberapa organisasi tersebut berjalan lancer contohnya
seperti kegiatan Karang Taruna yakni, Liga Taranggana (turnamen sepakbola).
Sedangkan organisasi PKK, salah satu programnya adalah Posyandu. Program
Posyandu seperti penyuluhan dan sosialisasi kesehatan berjalan lancer dan rutin
setiap bulannya.

B. Geografik dan Lingkungan Fisik Desa

Desa Cimanggung merupakan sebuah desa yang berada di kecamatan


bernama sama, Kecamatan Cimanggung. secara administratif, Desa Cimanggung
terdiri atas tiga buah dusun yaitu Dusun I, Dusun II Cibubuhan dan Dusun III.
Sementara jumlah Rukun Warga dan Rukun Tetangganya setelah mengalami
perluasan berjumlah masing-masing 25 RW dan lebih dari 60 RT.

Untuk luasan wilayahnya, berdasarkan sumber data yang sama, pada tahun
2013 Desa Cimanggung memiliki luas wilayah sebesar 771,6 hektar. Untuk
penggunaan lahannya, wilayah Desa Cimanggung terbagi ke dalam beberapa
6

penggunaan seperti sebagai lahan pertanian, lahan kehutanan dan lahan pemukiman
serta penggunaan lainnya. Dari luas total wilayah Desa Cimanggung, sebagian
besar lahannya diperuntukan sebagai lahan kehutanan. Luas lahan kehutanan yang
didominasi wilayah bagian utara mencapai 43,64 persen atau 336,73 hektar.
Sementara lahan pertaniannya mencakup wilayah seluas 17,98 persen atau seluas
138,73 hektar. Lahan pertaniannya terbagi ke dalam dua jenis yaitu lahan
pesawahan dan lahan perkebunan atau ladang. Lahan pertanian yang berupa lahan
pesawahan memiliki luas 105,79 hektar sementara lahan pertanian bukan
pesawahan seluas 32,94 hektar. Pemukiman dan pekarangan di Desa Cimanggung
mencakup lahan seluas 17,25 hektar atau sebesar 2,23 persen. Sisanya sebesar 0,26
persen atau seluas 2 hektar dipergunakan untuk keperluan lainnya.

Berikut batas-batas wilayah Desa Cimanggung :

BATAS DESA/KELURAHAN KECAMATAN


Utara Hutan Negara Cimanggung
Selatan Desa Dampit, Kab. Cicalengka Bandung
Bandung
Timur Desa Tegalmanggung Cimanggung
Barat Desa Pasirnanjung & Cimanggung
Sindangpakuon
7

C. Struktur dan Tugas Pemerintahan Desa

Nama dan tugas Aparat Desa :

1. Kepala Desa: Yayat Hidayat

Tugas:

a. Menyelenggarakan Pemerintahan Desa, seperti tata praja Pemerintahan,


penetapan peraturan di desa, pembinaan masalah pertanahan, pembinaan
ketentraman dan ketertiban, melakukan upaya perlindungan masyarakat,
administrasi kependudukan, dan penataan dan pengelolaan wilayah.
b. Pembinaan kemasyarakatan, seperti pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat,
partisipasi masyarakat, sosial budaya masyarakat, keagamaan, dan
ketenagakerjaan..
c. Melaksanakan pembangunan, seperti pembangunan sarana prasarana perdesaan,
dan pembangunan bidang pendidikan, kesehatan.
d. Pemberdayaan masyarakat, seperti tugas sosialisasi dan motivasi masyarakat di
bidang budaya, ekonomi, politik, lingkungan hidup, pemberdayaan keluarga,
pemuda, olahraga, dan karang taruna.
e. Menjaga hubungan kemitraan dengan lembaga masyarakat dan lembaga lainnya.
8

2. Sekretaris Desa: Asep Anton Hidayat

Tugas:

a. Melaksanakan urusan ketatausahaan seperti tata naskah, administrasi surat


menyurat, arsip, dan ekspedisi.
b. Melaksanakan urusan umum seperti penataan administrasi perangkat desa,
penyediaan prasarana perangkat desa dan kantor, penyiapan rapat,
pengadministrasian aset, inventarisasi, perjalanan dinas, dan pelayanan umum.
c. Melaksanakan urusan keuangan seperti pengurusan administrasi keuangan,
administrasi sumber-sumber pendapatan dan pengeluaran, verifikasi
administrasi keuangan, dan administrasi penghasilan Kepala Desa, Perangkat
Desa, BPD, dan lembaga pemerintahan desa lainnya.
d. Melaksanakan urusan perencanaan seperti menyusun rencana anggaran
pendapatan dan belanja desa, menginventarisir data-data dalam rangka
pembangunan, melakukan monitoring dan evaluasi program, serta penyusunan
laporan.

3. Kepala Seksi Pemerintahan: M. Maulana

Kepala seksi pemerintahan mempunyai fungsi melaksanakan manajemen


tata praja Pemerintahan, menyusun rancangan regulasi desa, pembinaan masalah
pertanahan, pembinaan ketentraman dan ketertiban, pelaksanaan upaya
perlindungan masyarakat, kependudukan, penataan dan pengelolaan wilayah, serta
pendataan dan pengelolaan Profil Desa.

4. Kepala Seksi Kesejahteraan: Rizal Nurjaman

Kepala seksi kesejahteraan mempunyai fungsi melaksanakan pembangunan


sarana prasarana perdesaan, pembangunan bidang pendidikan, kesehatan, dan tugas
sosialisasi serta motivasi masyarakat di bidang budaya, ekonomi, politik,
lingkungan hidup, pemberdayaan keluarga, pemuda, olahraga, dan karang taruna.

5. Kepala Seksi Pelayanan: Asep Antriana

Kepala seksi pelayanan memiliki fungsi melaksanakan penyuluhan dan


motivasi terhadap pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat, meningkatkan
9

upaya partisipasi masyarakat, pelestarian nilai sosial budaya masyarakat,


keagamaan, dan ketenagakerjaan.

6. Kepala Urusan Keuangan: Mulyana K.M.

Kepala urusan keuangan memiliki fungsi seperti melaksanakan urusan


keuangan seperti pengurusan administrasi keuangan, administrasi sumber-sumber
pendapatan dan pengeluaran, verifikasi administrasi keuangan, dan admnistrasi
penghasilan Kepala Desa, Perangkat Desa, BPD, dan lembaga pemerintahan desa
lainnya.

7. Kepala Urusan Umum: May Sarah, S.Pd.

Kepala urusan tata usaha dan umum memiliki fungsi seperti melaksanakan
urusan ketatausahaan seperti tata naskah, administrasi surat menyurat, arsip, dan
ekspedisi, dan penataan administrasi perangkat desa, penyediaan prasarana
perangkat desa dan kantor, penyiapan rapat, pengadministrasian aset, inventarisasi,
perjalanan dinas, dan pelayanan umum.

8. Kepala Urusan Perencanaan: Amelia Melantika

Kepala urusan perencanaan memiliki fungsi mengoordinasikan urusan


perencanaan seperti menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja desa,
menginventarisir data-data dalam rangka pembangunan, melakukan monitoring dan
evaluasi program, serta penyusunan laporan.

9. Kepala Dusun

a. Kepala Dusun I : Nanang S


b. Kepala Dusun II : Adin Sutisna
c. Kepala Dusun III : Dede

Tugas:

a. Pembinaan ketentraman dan ketertiban, pelaksanaan upaya perlindungan


masyarakat, mobilitas kependudukan, dan penataan dan pengelolaan wilayah.
b. Mengawasi pelaksanaan pembangunan di wilayahnya.
10

c. Melaksanakan pembinaan kemasyarakatan dalam meningkatkan kemampuan


dan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungannya.
d. Melakukan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam menunjang
kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

D. Program dan Kegiatan Desa

Pemerintah Desa Cimanggung mencanangkan beberapa program dan upaya


untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada di Desa Cimanggung.
Permasalahan sekitaran DAS Citarik yang bermuara ke Sungai Citarum juga harus
diselesaikan dengan program yang terintegrasi dan melibatkan banyak pihak.
Beberapa program yang ada di Desa Cimanggung adalah:

1. Pembuatan Jamban yang didukung oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang


Jamban adalah suatu indikator penting dalam sanitasi lingkungan. Masyarakat
Desa Cimanggung .
2. Rebo Nyunda adalah salah satu kegiatan mingguan di Desa Cimanggung yang
bertujuan melestarikan budaya Sunda sebagai salah satu budaya lokal yang
berkembang di Jawa Barat. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Rabu.Dalam
kegiatan ini, seluruh warga Desa Cimanggung, secara khusus Perangkat Desa
Cimanggung. Setiap hari Rabu warga Desa Cimanggung dihimbau
menggunakan Bahasa Sunda untuk berkomunikasi dengan orang lain.

E. Lahan Kritis

1. Kegiatan
 Observasi & Wawancara

Pada 31 Oktober 2019, tim lahan kritis meluncur ke lapangan. Kami


berkeliling sekitar Desa Cimanggung dan melihat kondisi lahan-lahan di desa.
Masih terdapat banyak lahan kosong yang tidak termanfaatkan dengan baik yang
kami sinyalir merupakan lahan kritis. Di tengah perjalanan kami bertemu dengan
Pak Irwan, salah satu anggota Kelompok Tani Mekarmukti 2, yang mengajak kami
berkunjung ke rumahnya esok hari untuk berbincang lebih dalam mengenai kondisi
lahan di Desa Cimanggunng. Keesokan harinya, kami dijamu makan malam oleh
Pak Irwan sambil berbincang. Dari hasil berbincangan tersebut dapat diketahui
11

bahwa di Desa Cimanggung terdapat kurang lebih 50% lahan yang dimanfaatkan
lahan pertanian mengalami lahan kritis pada musim kemarau. Hal tersebut
disebabkan karena aliran air di Desa Cimanggung lebih banyak dialokasikan untuk
kebutuhan rumah tangga sehingga kebutuhan air untuk lahan pertanian tidak
tercukupi. Selain membahas masalah air, kami membahas juga mengenai erosi.
Menurut penuturan beliau, di Desa Cimanggung tidak pernah terjadi erosi.

Pada 5 November 2019, tim lahan kritis melakukan observasi lanjutan


sekaligus pemetaan lahan kritis di Desa Cimanggung. Hasil observasi tersebut kami
mendapatkan fakta baru bahwa di Desa Cimanggung nampak ciri-ciri terjadinya
erosi. Ciri-ciri erosi yang terlihat yaitu terdapat banyak gundukan tanah di tepi jalan
dan terdapat gundukan tanah di salah satu bagian batang pohon. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa terjadinya pergeseran tanah dari atas ke tepi jalan yang
posisinya cenderung lebih rendah. Kami juga mendapatkan titik-titik lokasi lahan
kritis.

 Workshop

Pada 4 November 2019, tim lahan kritis mengadakan workshop di Kantor


Desa Cimanggung pada pukul 10.00-13.00 WIB yang dihadiri oleh beberapa
lembaga kemasyarakatan. Beberapa diantaranya adalah BPD, LPMD, Gapoktan,
PKK, dan Karang Taruna. Tujuan diadakannya workshop adalah sosialisasi
mengenai lahan kritis dan berdialog langsung dengan masyarakat mengenai
masalah yang dihadapi masyarakat mengenai lahan kritis dan kondisi lahan yang
ada di sekitar Desa Cimanggung. Pada awal workshop ini kami memaparkan
mengenai lahan kritis seperti pengertian, ciri-ciri, penyebab, dan dampaknya. Sesi
selanjutnya beberapa warga menyampaikan kondisi aktual mereka lihat sehari-hari.
Ternyata kondisi yang dikemukakan oleh warga identik dengan hasil perbincangan
bersama Pak Irwan tempo hari. Permasalahan utamanya adalah kekurangan air
untuk pengairan di lahan. Di workshop ini juga membahas tentang kendala yang
dihadapi oleh kelompok tani.
12

2. Mapping Lahan Kritis di Desa Cimanggung, Kecamatan Cimanggung,


Kabupaten Cimanggung

3. Indikator Lahan Kritis

Skala
Uraian
1 2 3 4 5
Lahan Kritis &
Erosi
Kemiringan Lereng
Landai
Sedang
Curam
Tanaman
Tanaman Keras
Tanaman sayur
Tidak ada Tanaman
Cara Penanaman
Sejajar
Searah Lereng
13

Sebaran Lahan
Kritis
Sedikit
Sedikit tapi tersebar
Terhampar Luas
Cara Penanganan
Lahan Kritis
Teras sering
Guludan
Tanpa ada apa-apa

F. Konservasi Air

RW Kualitas Air Kuantitas Air Sumber Air

01 Jernih dan Tidak Berbau Kering Saat Musim Sumur Bor


Kemarau Tiba
02 - Sedikit Berwarna
Kuning dan Tidak
Berbau (Tidak
Memakai Sumur Air Tidak Pernah Kering - Jet Pump
Bor) - Sumur Bor
- Jernih dan Tidak
Berbau (Memakai
Sumur Bor)
03 - Jernih dan Tidak
Berbau (Musim
Kemarau)
- Keruh dan Tidak Air Tidak Pernah Kering Sumur Bor
Berbau (Ketika
Musim Hujan)
14

09 Jernih dan Tidak Berbau Air Tidak Pernah Kering Sumur Bor

10 Jernih dan Tidak Berbau Air Tidak Pernah Kering Sumur Bor

Tabel Kondisi Sumber Daya Air

Kondisi sumber daya air di Desa Cimanggung memiliki kualitas air yang
mayoritas terbilang jernih dan tidak berbau. Hal ini dipengaruhi oleh sumber air
yang digunakan oleh setiap rumah warga Desa Cimanggung. Sementara itu,
kuantitas air pada Desa Cimanggung juga sangat baik karena wilayah ini tidak
pernah memiliki permasalahan kekeringan air yang mengkhawatirkan bagi para
warganya.

Sumber air yang digunakan oleh warga Desa Cimanggung pada umumnya
adalah dengan menggunakan sumur bor di setiap rumah. Kedalaman sumur
mencapai 9 – 10 meter ke bawah permukaan tanah sehingga jarang sekali
mengalami kekeringan air, meskipun saat musim kemarau tiba.

G. Sanitasi

1. Fakta-Fakta:
 Survey serta mengikuti workshop tentang sanitasi dengan Kementrian
Kesehatan (Kemenkes) beserta tokoh-tokoh Desa Cimanggung

Kelompok program sanitasi mendapatkan informasi tentang keadaan yang


ada di Desa Cimanggung melalui sosialisasi serta survey langsung ke titik-titik yang
memiliki sanitasi yang kurang baik serta yang sudah memiliki sanitasi yang
baik.Kemenkes juga berencana membangun 20 jamban,program tersebut juga
sudah berjalan dengan baik tapi baru 14 jamban yang sudah dibangun.Kami juga
mengetahui bahwa permasalahan sanitasi di desa ini terletak pada mindset warga
yang berpikir bahwa membuang feses ke sungai lebih baik daripada melalui
jamban.Selain itu,warga juga berpikir bahwa pembangunan jamban dan septic tank
dapat memakan lahan padahal lahan di desa ini masih bisa dipakai dan masih luas
untuk pembangunan jamban.

 Workshop dengan warga pada tanggal 1 November


15

Kelompok KKN kami melaksanakan Workshop pertama di Kantor Desa


Cimanggung bersama warga dan beberapa tokoh penting desa, kami
mengumpulkan beberapa informasi dan saran dari warga untuk kemudian dicarikan
solusi bersama. Informasi yang kami dapatkan ialah mengenai bantuan dari Dinas
Kesehatan untuk pembuatan 20 Unit MCK untuk masyarakat Desa Cimanggung
yang sudah di tentukan dan di buat pada beberapa titik dan sisanya masih dalam
proses pembangunan. Saran yang diminta oleh warga adalah bagaimana agar
pembangunan MCK dapat terus berlanjut tidak hanya sampai 20 Unit saja agar dari
setiap warga dapat menggunakan MCK umum dengan jarak yang tidak terlalu jauh
dari tempat tinggal mereka, kemudian warga merasa sebagian dari masyarakat
Cimanggung belum begitu memahami pentingnya Sanitasi sehingga membutuhkan
lebih banyak edukasi dan sosialisasi mengenai Sanitasi.

2. Mapping
16

3. Indikator Pembuangan Air Limbah

Apakah tersedia jamban keluarga ✓


Kepemilikan jamban milik pribadi X
Keluarga memenuhi kebutuhan BAB di jamban pribadi X
Tempat pembuangan akhir tinja di Septic Tank ✓
Jarak pembuangan akhir tinja dengan sumber air bersih kurang dari X
10 meter
Tempat pembuangan limbah kamar mandi ada sarana pembuangan ✓
khusus
Tempat pembuangan air limbah cuci atau dapur di sungai ✓
17

4. Indikator Pembuangan Sampah

Melakukan pemilahan sampah rumah tangga X


Kondisi tempat sampah di rumah ada dan terbuka X
Penanganan sampah sampah rumah tangga di bakar ✓

H. Pengolahaan Sampah

1. Kegiatan
 Survey dan Wawancara ke Masyarakat desa Cimanggung di dekat sungai
tanggal 29 Oktober 2019

Berdasarkan hasil survey dan wawancara dapat diketahui bahwa penduduk


desa Cimanggung ini belum mengetahui keberadaan Tempat Pembuangan Sampah
Akhir (TPA) yang sudah dibangun pemerintah setempat. Para penduduk Desa
Cimanggung biasanya membuang sampah ke sungai, tetapi sejak tahun lalu
diberlakukan peraturan larangan membuang sampah ke sungai. Tetapi meskipun
adanya peraturan tersebut, para penduduk tetap saja membuang sampah
sembarangan dan ada yang membakarnya di lahan dekat persawahan dan juga di
perumahan. Jika hal tersebut berlanjut bisa menyebabkan pencemaran udara.

 Workshop tanggal 1 November 2019

Bedasarkan hasil diskusi dengan ibu Kokom Komariah (Ketua LPM Desa
Cimanggung) beliau menyampaikan bahwa TPS di Desa Cimanggung sudah lama
ada tetapi tetap saja masyarakat tidak menggunakan fasilitas tersebut dengan baik
sehingga fungsi TPA tersebut tidak berjalan dengan baik. Di desa Cimanggung ini
juga sudah dibentuk lembaga Eco Village. Lembaga ini dibentuk oleh LPM yang
bertujuan untuk membantu permasalahan sampah dengan pengelolaan sampah
untuk di daur ulang. Sampah yang dipisahkan menjadi sampah organik, sampah non
organik dan sampah residu. TPA di Desa Cimanggung berlokasi disebelah
Lapangan Voli Baskara Desa Cimanggung. Bu Kokom juga menyatakan bahwa
masih banyak masyarakat setempat yang pemikirannya masih belum berpikiran
maju. Berpikiran maju diartikan dengan fakta bahwa masyarakat setempat belum
18

bisa menerima perkembangan teknologi, padahal teknologi yang sudah diberikan


pemerintah sudah sangat baik.

 Survey dan Wawancara ke Lembaga Eco Village tanggal 3 November 2019

Berdasarkan diskusi dengan LPM Desa Cimanggung, pihak tersebut


menyatakan bahwa lembaga Eco Village sudah berdiri sejak tahun 2014. Eco
Village ini merupakan gabungan dari masyarakat Desa Cimanggung yang ingin
berkontribusi untuk program “Citarum Lestari”. Lembaga tersebut mendapatkan
bantuan biaya dari Lembaga Lingkungan Hidup sebesar Rp. 800.000/bulan. Pada
tahun 2016 Eco Village mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk mendapatkan
sebuah gedung. Gedung tersebut dinamai gedung KSM, gedung tersebut berisi
peralatan untuk pengolahan sampah, peralatan tersebut yaitu, 2 motor pengangkut
sampah, 2 Mesin pembuatan sampah organik menjadi pupuk organik, 2 Mesin
penggiling sampah, dan 1 mesin pembakar sampah. Program Eco Village ini
dilakukan 2 kali dalam sebulan, pembayaran untuk sekali pengangkutan sebesar
Rp.10.000, pembayaran ini dilakukan untuk biaya bensin dan pengoprasian mesin
tersebut. Tetapi program ini hanya bertahan selama 3 bulan saja dikarenakan
masyarakat yang tidak ikut berpartisipasi dalam kelanjutan program ini karena
sebagian besar sampah non organik sepeti plastik sudah di kumpulkan terlebih
dahulu untuk di timbang dan di berikan kepada pengepul. Pada tahun 2018 Eco
Village sudah benar-benar terhenti.

2. Indikator pemetaan permasalahan sampah di Desa Cimanggung


a. Tempat sampah di rumah: lokasi tempat sampah berada di rumah masyarakat
masing-masing dan tanggung jawab rumah masing-masing untuk membuang
sampah tersebut maupun membakarnya.
b. Tempat pembuangan sampah sementara: sudah ada tempat pembuangan sampah
sementara di rw 12 tepatnya di samping lapangan voli Baskara, tempatnya
sendiri bernama gedung KSM.
c. Pengelolaan, pemilahan, dan hasil olahan sampah: berada di gedung KSM
tersebut di situlah sampah di kelola, di pilah dan kemudian di olah tetapi program
tersebut masih belum berjalan karena sulitnya partisipasi dari masyarakat.
19

I.Mitigasi Bencana

1. Kegiatan
 Observasi & Wawancara

Pada 3 November 2019, kelompok mitigasi bencana KKN Desa


Cimanggung ditemani oleh ketua bagian keuangan kantor Desa Cimanggung Bapak
Mulyana untuk melakukan observasi langsung ke hutan yang berada di kawasan
Desa Cimanggung dengan tujuan utama yaitu untuk melihat secara langsung
keadaan yang ditinggalkan setelah terjadi kebakaran hutan pada tahun 2015, 2016,
dan 2017. Sambil melakukan observasi, kami sekaligus mewawancarai Bapak
Mulyana mengenai kebakaran hutan yang terjadi beberapa tahun kebelakang di
Desa Cimanggung. Dari wawancara tersebut dan observasi tersebut, kami
menyimpulkan bahwa kebakaran hutan yang terjadi di Desa Cimanggung
disebabkan karena beberapa hal. Penyebab pertama adalah karena kemarau panjang
dan kekeringan yang terjadi di Desa Cimanggung. Kekeringan tersebut terjadi
karena minimnya pohon-pohon besar yang terdapat di hutan di kawasan Desa
Cimanggung walaupun sebenarnya pada tahun 2000-an hutan tersebut banyak
ditumbuhi pohon pinus yang menjulang tinggi. Namun, beberapa tahun ke belakang
ini pohon-pohon pinus tersebut mulai berkurang karena masyarakat sekitar kerap
mengambil getah pohon pinus untuk dijual yang akhirnya mengakibatkan batang
pohon pinus tersebut terkikis dan menjadi tipis. Ditambah dengan adanya angin
besar di kawasan Desa Cimanggung, pohon pinus tersebut pun patah dan
menyebabkan hutan gundul. Selain itu, Bapak Mulyana juga mengatakan bahwa
adanya putung rokok yang dibuang sembarangan di kawasan hutan dan “tangan
jail” lainnya juga kemungkinan besar dapat memicu terjadinya kebakaran.

Upaya yang dilakukan oleh perangkat desa dalam penanggulangan


kebakaran adalah dengan mengadakan sayembara “Barang siapa yang bisa
menemukan pelaku pembakaran hutan akan diberikan hadiah berupa uang sebesar
3.000.000 rupiah.” Upaya lainnya adalah adanya wacana untuk membentuk
program menanam satu keluarga satu pohon namun sayangnya belum pernah
terlaksana.
20

 Workshop

Pada 4 November 2019, kelompok mitigasi bencana KKN Desa


Cimanggung melaksanakan workshop di kantor desa Cimanggung dengan dihadiri
beberapa kelompok masyarakat yang terdapat di Desa Cimanggung dimana
mayoritas diantaranya adalah kelompok Ibu PKK Desa Cimanggung. Kegiatan
workshop tersebut berlangsung pukul 10.00-13.00. Tujuan utama dari kegiatan
workshop tersebut adalah sosialiasi mengenai mitigasi bencana dan juga berdialog
langsung dengan kelompok masyarakat yang ada sehingga kami dapat
mendengarkan opini masyarakat desa Cimanggung mengenai mitigasi bencana.
Dari kegiatan workshop tersebut, kami dapat mengetahui bagaimana kondisi
masyarakat desa Cimanggung apakah sudah tangguh bencana atau belum. Berikut
merupakan fakta-fakta yang kami dapat dari berdialog secara langsung dengan
beberapa kelompok masyarakat desa Cimanggung melalui kegiatan workshop.

a. Terdapat grup di aplikasi WhatsApp yang terdiri dari para stakeholder atau
pemangku kepentingan desa Cimanggung
b. Terdapat inisiatif pemerintah desa dan pemangku kepentingan yang lain untuk
melakukan penanaman kembali atau reboisasi di hutan sejak tahun 2009
c. Belum adanya organisasi atau lembaga yang bergerak dalam bidang mitigasi
bencana
d. Kurangnya sosialisasi mengenai mitigasi bencana sehingga pengetahuan warga
akan mitigasi bencana minim
e. Tidak adanya papan informasi tangguh bencana di desa Cimanggung
f. Simulasi bencana tidak pernah dilakukan kembali sejak tahun 1990-an
21

2. Mapping

3. Indikator Desa Tangguh Bencana pada Desa Cimanggung


a. Indikator Dasar

Penguatan kualitas dan akses layanan dasar

Adanya penguatan kualitas layanan dan akses pendidikan formal maupun non formal; ✓
Adanya penguatan kualitas layanan kesehatan yang dapat diakses oleh semua
masyarakat; ✓
Adanya penguatan infrastruktur khususnya bidang ekonomi, energi, kesehatan,
pendidikan, sanitasi, komunikasi dan informas X
Adanya penguatan sarana dan aksesibilitas transportasi X

Adanya penguatan pelayanan publik oleh pemerintahan desa dan kelurahan ✓


Adanya penguatan sistem informasi desa dan kelurahan yang memadai X
Adanya penguatan tata kelola pemerintahan desa dan kelurahan yang mandiri dan
sumberdaya manusia yang berkualitas ✓
Adanya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alam yang
berkelanjutan X
22

Adanya penguatan perlindungan dan dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan budaya


dan spiritual masyarakat ✓

Adanya perlindungan keamanan masyarakat ✓

Adanya penguatan sistem koordinasi dalam pengelolaan risiko bencana

Terbentuknya forum lintas desa dan kelurahan pada suatu kawasan yang
memiliki bahaya bencana yang sama dalam upaya pengelolaan risiko bencana, yang
meliputi:

Adanya penyelarasan hasil kajian risiko bencana antara desa atau kelurahan dalam suatu
kawasan X
Adanya penyelarasan rencana penanggulangan dan adaptasi bencana antar desa atau
kelurahan dalam suatu kawasan ✓
Adanya regulasi bersama antara desa atau kelurahan dalam suatu kawasan X
Adanya kegiatan simulasi bersama antara desa atau kelurahan dalam suatu kawasan X
Adanya kegiatan aksi pengelolaan risiko bencana bersama antara desa atau kelurahan
dalam suatu kawasan X

Adanya kerjasama dan koordinasi antara desa, kelurahan, dan multi pihak
dalam kawasan yang sama dalam upaya pengelolaan risiko bencana, yang meliputi:

adanya kegiatan advokasi hasil kajian risiko bencana maupun dampak perubahan iklim
desa atau kelurahan kepada multi pihak X
adanya komitmen pemangku kepentingan terkait dalam mendukung rencana
penanggulangan bencana desa atau kelurahan X
adanya keterlibatan multi pihak dalam kegiatan aksi pengelolaan risiko bencana dan
kegiatan simulasi desa atau kelurahan X
23

IV. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lahan Kritis
1. Pengertian Lahan Kritis

Berdasarkan Food and Agriculture Organization (FAO), Lahan merupakan


salah satu komponen sumber daya alam yang turut berperan dalam produksi
pertanian termasuk peternakan dan kehutanan yang meliputi iklim dan sumber daya
air, bentuk permukan lahan (landform), tanah, dan vegetasi termasuk padang
rumput dan hutan Sedangkan tanah merupakan permukaan bumi atau lapisan kulit
bumi bagian atas yang sangat tipis, umumnya kurang dari 2 meter, mempunyai
karakteristik atau sifat-sifat tertentu, dan merupakan tempat akar tanaman
berjangkar, tumbuhnya vegetasi, dan pohon.

Mulyadi dan Soepraptohardjo (1975) mendefinisikan lahan kritis sebagai


lahan yang karena tidak sesuai dengan penggunaan dan kemampuannya telah
mengalami atau dalam proses kerusakan fisik, kimia, dan biologi yang pada
akhirnya membahayakan fungsi hidrologis, orologis, produksi pertanian,
pemukiman dan kehidupan sosial ekonomi dari daerah lingkungan pengaruhnya.
Sedangkan Departemen Kehutanan (1985) mendefinisikan lahan kritis sebagai
lahan yang sudah tidak dapat berfungsi sebagai media pengatur tata air dan unsur
produksi pertanian yang baik, dicirikan oleh keadaan penutupan vegetasi kurang
dari 25 persen, topografi dengan kemiringan lebih dari 15 persen, dan/atau ditandai
dengan adanya gejala erosi lembar (sheet erosion), dan erosi parit (gully erosion).

Kedua definisi lahan kritis tersebut jelas menunjukkan sesuai mandat dari
masing-masing institusinya. Lahan kritis merupakan “bentuk” atau “keragaan”
(performance) sumber daya lahan yang mengalami kemunduran produktivitas
(degradasi) akibat proses kerusakan yang disebabkan oleh berbagai sumber
penyebab.
24

2. Penyebab Lahan Kritis

Lahan kritis dapat terjadi karena dua faktor yaitu alam dan non alam
(kegiatan manusia) sebagai berikut.

a. Faktor Alam
- Kekeringan
Lahan-lahan di wilayah kekeringan cenderung kritis karena tanah memiliki
kondisi kering dan kurang kadar air, sehingga tumbuhan sulit hidup dan
beradaptasi.

- Erosi Tanah

Erosi tanah (masswasting) biasanya terjadi pada daerah dataran tinggi,


pegunungan, dan lahan dengan kondisi miring. Apabila kondisi ini tidak dikelola
dengan tepat, maka erosi tanah akan terjadi. Tanah akan bergerak turun dan
mengikis lapisan tanah yang subur dibawahnya.

- Tergenang Air

Tanah yang tergenang air yang cukup lama dapat menyebabkan lahan kritis.
Hal itu disebabkan karena humus dan mineral tanah yang tergerus sehingga
menjadikan tanah tidak subur.

- Pembekuan Air

Kawasan tanah menjadi kritis akibat pembekuan air biasanya terjadi di


wilayah kutub dan pegunungan yang memiliki cuaca dingin.

b. Faktor Non Alam


- Alih Fungsi Lahan

Pengalihan fungsi lahan yang biasanya dilakukan untuk memenuhi


kepentingan industri, pemukiman, dan lainnya dapat menyebabkan lahan kritis.
Lahan yang beralih fungsi tersebut biasanya adalah wilayah daerah aliran sungai
yang seharusnya berfungsi menjadi pengalir air hujan secara alami.
25

- Salah Pengelolaan Lahan

Dalam mengelola suatu wilayah atau lahan, terdapat aturan-aturan yang


harus ditaati agar lahan tetap produktif dan memberikan manfaat. Jika aturan-aturan
tersebut tidak dilakukan, maka akan menyebabkan terjadinya lahan kritis.

- Tercemar Bahan Kimia

Penggunaan pestisida serta pupuk buatan pada lahan pertanian secara


berlebihan dan terus menerus akan bertahan di dalam tanah selama bertahun-tahun,
hal inilah yang dapat menggangu kesuburan tanah sehingga menyebabkan lahan
kritis. Selain itu, pencemaran akibat limbah juga dapat merusak lahan. Misalnya
kandungan limbah yang terbawa bersama aliran sungai, kemudian air dari sungai
tersebut digunakan untuk pengairan lahan. Maka lahan tersebut akan tercemar dan
menjadi lahan kritis.

- Sampah Anorganik

Tanah yang terdapat sampah-sampah yang sulit terurai seperti plastik,


styrofoam dan kandungan logam juga akan rusak. Perlu diketahui sampah-sampah
jenis anorganik tidak dapat di daur ulang secara alami dengan cepat, butuh berpuluh
tahun bahkan ratusan tahun untuk hancur.

B. Konservasi Air

1. Konservasi

Secara umum konservasi dapat di definisikan sebagai pelestarian yaitu


melestarikan atau mengawetkan daya dukung, mutu, fungsi serta kemampuan
lingkungan secara seimbang. Adapun tujuan dari konservasi di antaranya ialah
mewujudkan kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan
ekosistemnya, sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan
dan mutu kehidupan manusia. Melestarikan kemampuan dan pemanfaatan sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya secara serasi dan seimbang (Siregar, 2009).
Konservasi sendiri lahir akibat adanya semacam kebutuhan untuk melestarikan
sumber daya alam yang diketahui mengalami degradasi mutu secara tajam. Dampak
26

degradasi tersebut, menimbulkan kekhawatiran dan kalau tidak diantisipasi akan


membahayakan umat manusia, terutama pada kehidupan generasi mendatang yang
menjadi pewaris alam kini. Selain itu, sisi lain batasan konservasi dapat dilihat
berdasarkan pendekatan tahapan wilayah yang dicirikan oleh (1) pergerakan
konservasi, ide-ide yang berkembang pada akhir abad ke-19, yakni yang hanya
menekankan keaslian bahan dan nilai dokumentasi (2) teori konservasi modern,
didasarkan pada penilaian kritis pada bangunan bersejarah yang berkaitan dengan
keaslian, keindahan, sejarah, dan pengunaan nilai-nilai lainnya (Anatriksa, 2009).

Konservasi sumber daya air adalah usaha untuk memelihara keberadaan,


sifat dan fungsi, serta keberlanjutan sumber daya air supaya senantiasa tersedia
dalam kualitas dan kuantitas yang memadai guna memenuhi kebutuhan makhluk
hidup, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Konservasi air
merupakan usaha pengelolaan sumber daya air sekaligus penghematan air dengan
mengurangi volume penggunaan air segar demi meningkatkan efisiensi pemakaian
air. Konservasi air bisa dilakukan dengan bantuan teknologi ataupun mengubah
perilaku sosial. Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air hujan yang
jatuh ke atas permukaan tanah seefisien mungkin dengan pengaturan waktu aliran
yang tepat sehingga tidak terjadi banjir pada musim hujan dan tersedia cukup air
pada 6 musim kemarau. Konservasi air dapat dilakukan dengan meningkatkan
pemanfaatan komponen hidrologi berupa air permukaan dan air tanah serta
meningkatkan efisiensi pemakaian air irigasi (Arsyad, 2000).

2. Air

Sebagai salah satu sumber daya alam non-hayati (tidak hidup) adalah
sumber daya alam yang terdapat di atas permukaan bumi dan di bawah permukaan
bumi (Soewarno, 2000). Air mempunyai sifat-sifat tertentu yang khas seperti: air
selalu menempati atau mengisi ruang sesuai bentuk dan ukurannya, mempunyai
berat, permukaan air tenang selalu datar, selalu mengalir ke tempat yang lebih
rendah, dapat berubah bentuk (wujud) padat atau bentuk gas, dapat melarutkan
beberapa zat kimia lainnya, menekan ke segala arah, meresap/merembes melalui
celah kecil, selalu bening/tidak berwarna, tidak mempunyai rasa (netral) dan tidak
berbau. Air dapat menjadi wadah dan sebaliknya air dapat diwadahi oleh benda lain.
27

Oleh karena sifatnya demikian maka air dapat dibuat menjadi sarana pembantu
manusia, namun juga dapat menjadi sumber malapetaka dalam kehidupan manusia
(dapat menjadi kawan dan sebaliknya dapat menjadi lawan). Air merupakan salah
satu sumber alam yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan mempunyai
daya regenerasi yang selalu berada dalam sirkulasinya dari suatu siklus yang
disebut siklus air/siklus hidrologi.

Oleh karena sifatnya dapat diperbaharui tergolong sumber alam yang


tersedia melimpah di alam dan apabila volumenya berkurang dapat dengan cepat
tersedia melalui proses pembaharuan baik secara alami maupun melalui rekayasa
manusia. Namun demikian searah dengan perkembangan populasi mahluk hidup
yang cepat dan khusus pada manusia untuk memenuhi kebutuhan air dalam
kehidupannya menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan persediaan air
disekelilingnya. Oleh karena itu diiperlukan teknologi pengelolaan sumber air yang
bijak dan cerdas (smart) sehingga ketersediaan air tetap berjalan sesuai kebutuhan
populasi mahluk hidup yang ada.

3. Tujuan Konservasi Air

Beberapa tujuan konservasi sumber daya air di antaranya :

a. Pencegahan terhadap bencana banjir dan kekeringan

Banjir yang sering terjadi di Indonesia sebagian besar disebabkan karena


sungai dan saluran- saluran air (drainase) tidak mampu menampung air hujan yang
sangat deras pada musim- musim penghujan. Tingginya curah hujan tidak
diimbangi dengan penyerapan air sehingga menyebabkan banjir air. Penyerapan air
menjadi tidak optimal dikarenakan hutan telah beralih fungsi menjadi lahan
pertanian. Pembangunan gedung- gedung di daerah resapan air juga turut
memperparah penyerapan air sehingga pada musim kemarau tidak ada air yang
tertampung di dalam tanah. Perlu dilakukan pemetaan daerah rawan banjir dan
kekeringan sebagai upaya penanggulangan banjir dan kekeringan. Setelah
dilakukan pemetaan, maka harus diikuti dengan perencanaan penanggulangan
bencana serta menyiapkan sarana dan prasarana untuk mengatasi bencana banjir
dan kekeringan.
28

b. Pencegahan terhadap kerusakan bantaran sungai

Erosi oleh air dan perilaku buruk masyarakat dalam membuang sampah
dapat menyebabkan kerusakan pada bantaran sungai. Kerusakan bantaran sungai
tersebut akan mempengaruhi ketersediaan sumber daya air. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan konservasi untuk menjaga kelestarian air sungai.

c. Pencegahan erosi dan sedimentasi

Erosi adalah proses pengikisan permukaan bumi yang disebabkan oleh


beberapa tenaga alam, salah satunya adalah pengikisan oleh air. Sedangkan
sedimentasi adalah proses pengendapan tanah. Erosi tanah dan sedimentasi ini
banyak dipengaruhi oleh air sehingga pencegahannya berhubungan dengan
konservasi atau pengelolaan sumber daya air.

C. Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis dan


berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah
(Kementerian LH, 2008). Dalam ketentuan UU No.18/2008 tentang Pengelolaan
Sampah dinyatakan, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau
proses alam yang berbentuk padat. Berdasarkan atas zat pembentuknya (biologis
dan kimia), sampah dibedakan menjadi sampah organik (sampah basah) dan
sampah anorganik (sampah kering). Sampah basah juga disebut sampah yang
mudah membusuk (garbage) karena aktivitas mikroorganisme, seperti daun, batang
dan ranting pohon, sisa sayur mayur, buah-buahan, kayu bekas bangunan, bangkai
binatang, dsb. Sampah kering juga disebut sampah yang sulit membusuk (refuse).

Salah satu upaya untuk mengatasi masalah lingkungan tersebut dapat


dilakukan dengan pengelolaan sampah. Menurut ilmu kesehatan lingkungan,
pengelolaan sampah dipandang baik jika sampah tersebut tidak menjadi media
berkembang biaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium
perantara menyebarluasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus dipenuhi,
yaitu tidak mencemari udara, air dan tanah, tidak menimbulkan bau (tidak
29

mengganggu nilai estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan yang lainnya (Aswar,
A. 1986: 56)

1. Dampak

Secara umum, dampak yang ditimbulkan oleh sampah dapat membawa efek
langsung dan tidak langsung. Efek langsung merupakan akibat yang disebabkan
karena kontak langsung dengan sampah tersebut. Misalnya sampah beracun,
sampah yang korosif terhadap tubuh, yang karsinogenik, teratogenik dan lainnya.
Selain itu, ada pula sampah yang mengandung kuman patogen sehingga dapat
menimbulkan penyakit. Sampah ini dapat berasal dari sampah rumah tangga selain
sampah industri (Slamet,S.1996: 154 -155). Dampak tidak langsung dapat
dirasakan oleh masyarakat akibat proses pembusukan, pembakaran, dan
pembuangan sampah. Dekomposisi sampah biasanya terjadi secara aerobik,
dilanjutkan secara fakultatif dan secara anaerobik apabila oksigen telah habis.
Dekomposisi anaerob akan menghasilkan cairan yang disebut leachate berserta gas.
Leachate atau lindi adalah cairan yangmengandung zat padat tersuspensi yang
sangat halus dan hasil penguraian mikroba.Tergantung dari kualitas sampah, maka
leachate bisa pula didapat mikroba patogen, logam berat dan zat yang berbahaya.
Mengalirnya lindi akan berdampak terhadap kesehatan masyarakat, karena
tercemarnya air sungai, air tanah, tanah dan udara.

D. Sanitasi Lingkungan
1. Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang


mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyedian air bersih dan sebagainya
(Notoadmodjo,2007).Banyak sekali permasalahan lingkungan yang harus
dihadapi dan sangat mengganggu terhadap tercapainya kesehatan
lingkungan.Kesehatan lingkungan bisa berakibat positif terhadap kondisi elemen-
elemen hayati dan non hayati dalam ekosistem.Bila lingkungan tidak sehat maka
sakitlah elemennya,tapi sebaliknya jika lingkungan sehat maka sehat pulalah
ekosistem tersebut.Perilaku yang kurang baik dari manusia telah mengakibatkan
perubahan ekosistem dan timbulnya sejumlah masalah sanitasi.
30

2. Lingkungan Pemukiman

Kesehatan perumahan dan lingkungan permukiman adalah kondisi fisik,


kimia, dan biologi di dalam rumah, di lingkungan rumah dan perumahan sehingga
memungkinkan penghuni mendapatkan derajat kesehatan yang
optimal.Persyaratan kesehatan perumahan dan permukiman adalah ketentuan
teknis kesehatan yang wajib di penuhi dalam rangka melindungi penghuni dan
masyarakat yang bermukim di perumahan atau masyarakat sekitar dari bahaya
atau gangguan kesehatan (Soedjadi, 2005).Persyaratan kesehatan lingkungan
perumahan dan permukiman sangat di perlukan karena pembangunan perumahan
berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan derajat kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat.Sanitasi lingkungan pemukiman meliputi: pengelolaan
sampah, air bersih, sarana pembuangan air limbah, dan jamban.

E. Mitigasi Bencana
1. Pengertian Mitigasi Bencana

UNDP (1994) memberikan pengertian mengenai mitigasi sebagai berikut :

Mitigasi berarti mengambil tindakan-tindakan untuk mengurangi pengaruh-


pengaruh dari satu bahaya sebelum bahaya itu terjadi. Istilah mitigasi berlaku untuk
cakupan yang luas dari aktivitas-aktivitas dan tindakan-tindakan perlindungan yang
mungkin diawali, dari fisik, seperti membangun bangunan-bangunan yang kuat,
sampai dengan prosedural, seperti teknik-teknik yang baku untuk menggabungkan
penilaian bahaya di dalam rencana penggunaan lahan (UNDP, 1994 : 11).

Menurut Akbar (2006 : 6) memberikan pemahaman mengenai mitigasi


sebagai berikut :

Mitigasi merupakan titik tolak utama dari manajemen bencana. Dengan


mitigasi, dilakukan usaha-usaha untuk menurunkan dan/atau meringankan dampak
yang disebabkan oleh suatu bencana pada manusia dan harta benda. Mitigasi pada
prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis bencana, baik yang termasuk
kedalam bencana alam (natural disasters) maupun bencana sebagai akibat dari
perbuatan manusia (man-made disaster). Dari pengertian tersebut, mitigasi dapat
31

diartikan sebagai upaya yang dilakukan untuk menekan timbulnya dampak


bencana, baik secara fisik struktural melalui pembuatan bangunan-bangunan fisik,
maupun non fisik struktural melalui perundang-undangan dan pelatihan. Kegiatan
mitigasi bencana merupakan tindakan yang sangat efektif dalam mengurangi
kerugian dan kehilangan jiwa atau harta akibat suatu bencana, dan merupakan
kegiatan paling kompatibel dengan proses perencanaan pembangunan.

Mitigasi merupakan segala upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk


mengurangi atau memperkecil ancaman bencana, terutama bila kegiatan
pencegahan tidak dapat dilaksanakan, sedangkan kesiapsiagan merupakan segala
upaya dan kegiatan pengenalan terhadap sumber bencana, penelaahan dan
pengamatan bencana serta tindakan kesiapsiagaan untuk menghadapi ancaman
bencana sejak dini. Kegiatan dan program yang berhubungan dengan mitigasi
meliputi cara-cara atau tindakan rekayasa dan konstruksi, pelaksanaan peraturan
perundangan tentang bangunan, perencanaan tata guna lahan, pembangunan
infrastruktur yang jauh dari daerah bencana, dan lain sebagainya.

2. Jenis-Jenis Bencana

Menurut Eko Teguh Paripurno (1998:3), menjelaskan beberapa macam


bencana yang sering terjadi :

a. Tanah Longsor

Tanah longsor merupakan salah satu bencan alam yang paling merusak
pemukiman serta prasarana menusia diseluruh dunia setiap tahunya.Fenomena
tanah longsor ini juga diartika sebagai gerakan tanah atau jatuhan batu dan
semacamnya.Tanah longsor biasa diakibatkan karena adanya perubahan –
perubahan secara tiba – tiba ataupun perlahan – lahan / bertahap dalam komposisi,
struktur, daur hidrologi atau kondisi vegetasi disuatu lereng.

b. Tsunami (gelombang pasang)

Tsunami merupakan sebuah kata yang diambil dari khasanah bahasa jepang
yang artinya kira kira “gelombang pasang”. Asal dari gelombang tsunami ini dari
dasar laut atau sarai daerah pantai yang memilii kegiatan seismic, kelongsoran
32

tanah ataupun letusan gunung api. Apapun penyebabnya yang jelas air laut
terdorong sehinggga meluap, pecah menyapu dataran dengan daya rusak luar biasa.

Penyebab yang sering menjadikan gelombang tsunami kebanyakan adalah


gerakan – gerakan sesar / patahan didasar laut, disertai peristiwa gempa bumi.
Kemudian juga bisa disebabkan karena letusan gunungapi, kawah gunung api yang
berada di bawah laut maupaun yang berada di pantai bisa mengalami pergeseran
tempat, entah terangkat atau terbenam, akibat gerakan sesar.

c. Letusan Gunung Api

Letusan gunung api adalah suatu cerobong yang pangkalnya ada didalam
perut bumi dan ujungnya menyembul kepermukaan kerak bumi. Gunung api
merupakan gudang penyimpanan lelehan bebatuan yang dinamakan magma yang
sangat panas. Bencana terjadinya gunungapi mengakibatkan banyak berjatuhan
korban jiwa, sudah banyak lebih dari 300.000 orang tewas secara langsung maupun
tidak langsung.

Akan tetapi dibalik kehebatan letusan yang mengakibtakan tewasnya


banyak jiwa ini, akibat dari letusan gunungapi juga mengadung banyak
manfaat.Sisa letusan gunungapi mengakibatkan tanah disekitarnya menjadi sangat
subur.

d. Gempa Bumi

Diantara sekian banyak jenis bencana, gempa bumi termasuk yang paling
dahsyat, gempa bsa terjadi kapan saja sepanjang tahun, siang atau malam, dengan
dampak buruk yang terjadi secara mendadak dan hanya memberikan sedikit isyarat
bahaya.Gempa dapat menghancurkan bangunan hanya dalam waktu beberapa detik
saja, menewaskan atau melukai orang – orang yang berada didalamnya. Gempa
bumi tidak hanya mampu meluluh-lantahkan kota – kota samapi hamper tak tersisa,
namun juga bisa menggoyahkan kestabilan pemerintahan, perekonomian dan
struktur sosial suatu Negara.
33

e. Banjir

Sepanjang sejarah, manusia selalu tertarik untuk mendiami tanah – tanah


subur di daerah luapan banjir atau bantaran sungai, dimana kehidupan akan lebih
nyaman berkat kedekatan dengan sumber pangan serta air. Ironinya sungai atau
aliran air yang menyediakan kemudahan hidup bagi masyarakat manusia
disekitarnya itu juga menjadikan masyarakat tadi menghadapi risiko bencana
tahunan akibat banjir.

Banjir dapat terjadi akibat naiknya permukaan air lantaran curah hujan
diatas normal, bendungan yang bobol, pencairan salju yang cepat, terhambatnya
aliran air di tempat lain atau waduk yang jebol.

3. Tahap-Tahap Menangani Bencana

Menurut Poernomosidhi (2005 : 4) Upaya penanggulangan dampak bencana


dilakukan melalui pelaksanaan tanggap darurat dan pemulihan kondisi masyarakat
dan wilayah. Upaya penanggulangan dampak bencana tersebut dilakukan secara
sistematis, menyeluruh, efisien dalam penggunaan sumberdaya dan efektif dalam
memberikan bantuan kepada kelompok korban. Upaya penanggulangan dan
pemulihan tersebut dilakukan dengan pendekatan secara utuh dan terpadu melalui
tiga tahapan, yaitu tanggap darurat, rehabilitasi dan rekontruksi yang harus berjalan
secara bersamaan dalam pelaksanaan penanggulangan dampak bencana, yaitu:

a. Tahap Tanggap Darurat

Bertujuan menyelamatkan masyarakat yang masih hidup, mampu bertahan


dan segera terpenuhinya kebutuhan dasar yang paling minimal. Sasaran utama dari
tahap tanggap darurat ini adalah penyelamatan dan pertolongan kemanusiaan.
Dalam tahap tanggap darurat ini, diupayakan pula penyelesaian tempat
penampungan sementara yang layak, serta pengaturan dan pembagian logistik yang
cepat dan tepat sasaran kepada seluruh korban bencana yang masih hidup. Saat
bencana baru saja terjadi, Tahap Tanggap Darurat ditetapkan selama 6 bulan setelah
bencana, namun demikian, setelah ditetapkannya Inpres Nomor 1 Tahun 2005,
Tahap Tanggap Darurat ini kemudian diperpendek menjadi 3 bulan.
34

b. Tahap Rehabilitas

Bertujuan mengembalikan dan memulihkan fungsi bangunan dan


infrastruktur yang mendesak dilakukan untuk menindaklanjuti tahap tanggap
darurat, seperti rehabilitasi mesjid, rumah sakit, infrastruktur sosial dasar, serta
prasarana dan sarana perekonomian yang sangat diperlukan. Sasaran utama dari
tahap rehabilitasi ini adalah untuk memperbaiki pelayanan publik hingga pada
tingkat yang memadai. Dalam tahap rehabilitasi ini, juga diupayakan penyelesaian
berbagai permasalahan yang terkait dengan aspek hukum melalui penyelesaian hak
atas tanah, dan yang terkait dengan aspek psikologis melalui penanganan trauma
korban bencana.

c. Tahap Rekonstruksi

Bertujuan membangun kembali kawasan kota, desa dan aglomerasi


kawasan dengan melibatkan semua masyarakat korban bencana, para pakar,
perwakilan lembaga swadaya masyarakat, dan dunia usaha. Pembangunan
prasarana dan sarana (infrastruktur) haruslah dimulai dari sejak selesainya
penyesuaian rencana tata ruang baik di tingkat provinsi dan terutama di tingkat
kabupaten dan kota yang mengalami kerusakan. Sasaran utama dari tahap
rekonstruksi ini adalah terbangunnya kembali kawasan dan masyarakat di wilayah
yang terkena bencana baik langsung maupun tidak langsung.

Menurut Akbar (2006 : 2), tahapan pengelolaan penanggulangan bencana


yang dibagi menjadi (1) sebelum terjadinya bencana, meliputi pencegahan, mitigasi
(penjinakan.peredaman), dan kesiapsiagaan, (2) saat terjadinya bencana, meliputi
peringatan dini dan tanggap darurat, (3) sesudah bencana mereda, meliputi
rehabilitasi dan rekonstruksi.

Selain itu, dalam Undang – undang Nomer 24 Tahun 2007 tentang


Penanggulangan Bencana juga dijelaskan beberapa langkah dalam siklus
penanganan bencana :

a. Mitigasi merupakan tahap awal penanggulangan bencana alam untuk


mengurangi dan memperkecil dampak bencana. Mitigasi adalah kegiatan
sebelum bencana terjadi.Contoh kegiatannya antara lain membuat peta wilayah
35

rawan bencana, pembuatan bangunan tahan gempa, penanaman pohon bakau,


penghijauan hutan, serta memberikan penyuluhan dan meningkatkan kesadaran
masyarakat yang tinggal di wilayah rawan gempa
b. Kesiapsiagaan merupakan perencanaan terhadap cara merespons kejadian
bencana. Perencanaan dibuat berdasarkan bencana yang pernah terjadi dan
bencana lain yang mungkin akan terjadi. Tujuannya adalah untuk meminimalkan
korban jiwa dan kerusakan sarana-sarana pelayanan umum yang meliputi upaya
mengurangi tingkat risiko, pengelolaan sumber-sumber daya masyarakat, serta
pelatihan warga di wilayah rawan bencana.
c. Respons merupakan upaya meminimalkan bahaya yang diakibatkan bencana.
Tahap ini berlangsung sesaat setelah terjadi bencana. Rencana penanggulangan
bencana dilaksanakan dengan fokus pada upaya pertolongan korban bencana dan
antisipasi kerusakan yang terjadi akibat bencana.
d. Pemulihan merupakan upaya mengembalikan kondisi masyarakat seperti
semula. Pada tahap ini, fokus diarahkan pada penyediaan tempat tinggal
sementara bagi korban serta membangun kembali saran dan prasarana yang
rusak. Selain itu, dilakukan evaluasi terhadap langkah penanggulangan bencana
yang dilakukan.

Selain 4 tahapan tentang mitigasi bencana yang telah dijelaskan dalam


undang-undang diatas. Menurut data yang didapat dilapangan, kebijakan tentang
mitiasi bencan merupakan salah satu tanggung jawab dan kewajiban bagai
pemerintah baik daerah maupun pusat melalu badan yang telah di bentuk yaitu
BNPB dan BPBD.

Badan ini akan merancang sendiri model mitigasi bencana seperti apa yang
akan di terapkan didaerah rawan bencananya sesuai dengan lingkup kerja badan
tersebut. Seperti contoh BPBD Kabupaten Karanganyar yang memiliki tanggung
jawab 17 kecamatan yang kesemuanya memiliki potensi bencana sesuai letak
georafis daerahnya. Berikut adalah kegiatan mitigasi bencana yang dilakukan oleh
BPBD Kabupaten Karanganyar:

1. Pengenalan dan pemantauan risiko bencana.


2. Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana.
36

3. Pengembangan budaya sadar bencana.


4. Penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana.
5. Identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana.
6. Pemantauan terhadap pengelolaan sumber daya alam.
7. Pemantauan terhadap penggunaan teknologi tinggi, pengawasan terhadap
pelaksanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan hidup.
37

V. SOLUSI DAN PRIORITAS PENANGGULANGAN MASYARAKAT


Berdasarkan beberapa masalah yang telah dipaparkan, terdapat beberapa
alternatif solusi yang dapat diambil, yaitu:

Diagram 1 Analisis prioritas solusi

1. Workshop (Quick Wins)

Workshop dilakukan untuk mendapatkan informasi dan data dari


perwakilan masyarakat desa melalui LPMD atau Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Desa. Workshop dilakukan dengan beberapa orang perangkat desa,
Ketua LPM Desa Cimanggung dan beberapa anggota LPMD di Desa Cimanggung.
Melalui workshop ini, diperoleh satu masalah pokok yang sedang dihadapi oleh
warga desa, yaitu masalah pengelolaan limbah agro (pertanian, perkebunan, dan
peternakan). Kegiatan workshop terdiri dari pemaparan materi dari masing-masing
kelompok mengenai sanitasi lingkungan, konservasi air, pengelolaan sampah,
mitigasi bencana, dan lahan kritis kepada audiens agar mereka mendapatkan
pengetahuan mengenai hal-hal tersebut yang dapat memengaruhi Sungai Citarum.
38

Hasil diskusi antara pihak mahasiswa dengan peserta workshop mendapatkan


keluhan-keluhan dari masyarakat mengenai apa yang kurang di Desa Cimanggung.
Workshop ini juga memberikan kepada warga desa untuk menentukan upaya apa
yang mereka ingingkan dalam menyelesaikan masalah yang sedang mereka hadapi.

2. Pemberian Benih Kangkung Untuk Penanggulangan Lahan Kritis (Fill


Ins)

Berdasarkan hasil wawancara dengan warga desa, pada musim kemarau


lahan yang dimanfaatkan untuk pertanian 50%-nya menjadi lahan kritis yang
disebabkan oleh kebutuhan air yang tidak tercukupi. Maka dari itu, solusi yang
diberikan oleh kami yaitu pengolahan lahan dengan system agroforestry. Sistem
agroforestry adalah penggambungan penanaman tanaman pertanian dengan
pepohonan sehingga tidak akan terjadi lahan kritis. Solusi yang diberikan dari kamu
adalah dengan cara memberikan benih kangkung kepada masyarakat desa, karena
masa panen tanaman kangkung tidak berlangsung lama hanya sekitar 2-3 minggu
saja.

Benih kangkung tersebut diberikan karena tanaman kangkung adalah


alternatif yang mudah untuk direalisasikan oleh masyarakat dan merupakan sebuah
stimulus bagi masyarakat terutama anggota kelompok tani agar dapat
memanfaatkan lahan yang tersedia dengan sebaik mungkin. Karena, tanaman
kangkung sendiri bisa ditanam walau hanya di pekarangan rumah warga dan
penanaman bisa dilakukan di dalam media tanam polybag sehingga tidak harus
langsung ditanah.

3. Membuat Sumur Resapan (Biopori) (Major Projects)

Berdasarakan pelaksanaan workshop pertama pada Jumat, 1 November


2019, kami menetapkan untuk membuat sumur resapan (biopori) pada salah satu
lokasi desa guna menjadi solusi permasalahan konservasi air di Desa Cimanggung.
Lokasi tersebut ialah Masjid RW 09 yang berdekatan dengan rumah Kepala Desa
Cimanggung dan rumah Bu Kokom selaku Ketua Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Desa (LPMD).
39

Kami membuat sumur resapan (biopori) tersebut bertujuan untuk menjaga


dan menambah debit air di bawah permukaan tanah, khususnya ketika musim
kemarau tiba. Meskipun warga desa sudah memiliki sumur bor di setiap rumah nya,
akan tetapi dengan adanya sumur resapan ini diharapkan dapat membantu debit air
tanah yang mengalir serta kami memberikan edukasi kepada warga bahwa kualitas
air di bawah permukaan tanah lebih baik untuk digunakan dan dikonsumsi karena
tidak terkontaminasi. Selain itu, kami pun membuat sumur resapan dengan
beberapa persyaratan yakni. Berada jauh dari peternakan, tempat sampah, dan
septic tank dengan jarak 10 meter.

Gambar Membuat Sumur Resapan (Biopori)

4. Penyuluhan (Thankless tasks)

Kegiatan penyuluhan dilakukan pada Rabu, 6 November 2019 di SDN 1


Cimanggung. Penyuluhan ini dilaksanakan oleh tim mitigasi bencana, sanitasi
lingkungan, dan pengelolaan sampah dengan tujuan untuk memberikan
pemahaman secara dini kepada siswa-siswi di SDN 1 Cimanggung mengenai ketiga
tema tersebut.

Tim mitigasi bencana memberikan penyuluhan dengan cara sosialisasi


langsung kepada siswa-siswi mengenai gempa bumi, kebakaran, dan longsor.
Bentuk sosialisasi melalui tanya-jawab dengan memberikan hadiah, menyanyikan
lagu interaktif mengenai gempa bumi, dan memberikan activity book bencana yang
40

bersifat interaktif untuk anak-anak kepada beberapa siswa. Tim mitigasi bencana
juga melakukan simulasi sederhana seperti melindungi kepala, berlindung di bawah
meja, menjauhi kaca, dan berkumpul di lapangan ketika gempa sedang terjadi.

Kemudian, terdapat tim sanitasi lingkungan yang menjelaskan pentingnya


menjaga kebersihan saat membuang air besar dan memaparkan penyakit akibat
pembuangan fases yang tidak benar. Selain itu, juga terdapat penjelasan mengenai
sanitasi lingkungan itu sendiri. Tim juga mengajarkan tahap-tahap dalam mencuci
tangan yang baik dan benar.

Terakhir, tim pengelolaan sampah yang juga melakukan penyuluhan kepada


siswa-siswi mengenai perbedaan sampah organik dan anorganik, menjelaskan juga
tentang akibat dari penumpukan sampah, dan di akhiri dengan hiburan mengenai
ecobrick.

Dengan analisis pendekatan aspek besaran dan kompleksitas upaya dan


aspek dampak, solusi yang diprioritaskan untuk dilaksanakan adalah mengadakan
workshop (Quick Wins). Adanya waktu pelaksanaan KKN Tematik Citarum
Harum yang dilaksanakan dalam waktu sepuluh hari tidak memungkinkan untuk
membuat program atau membangun fasilitas dengan jangka waktu yang panjang.

Namun, solusi membuat sumur resapan (biopori) dapat dilaksanakan karena


memang tidak memakan waktu yang lama dalam proses pembuatannya dan tidak
membutuhkan banyak sumber daya manusia. Melalui pembuatan solusi ini
diharapkan warga dapat melanjutkan pembuatan sumur resapan untuk ke depannya
guna mengatasi permasalahan air di Desa Cimanggung.

Dengan adanya sumber daya manusia dan perangkat desa yang ada,
diharapkan solusi dan program yang telah kami laksanakan dapat meningkatkan
kesadaran warga desa, menimbulkan rasa gotong royong antar sesama, dan
memberikan pemahaman kepada warga desa untuk membuat rencana atau program
jangka pendek ataupun jangka panjang lainnya sebagai penyelesaian masalah
lingkungan yang dihadapi.
41

VI. METODE PELAKSANAAN PROGRAM

Pada KKN Tematik Citarum Harum Desa Cimanggung ini tujuan yang
ingin dicapai adalah:

A. Raising awareness waga mengenai topik dan permasalahan yang dibawakan


diantaranya mengendalikan lahan kritis, mengendalikan limbah sampah ,
konservasi air, pengendalian sanitasi yang baik, dan mitigasi bencana.
B. Membangun rasa percaya dan rasa peduli untuk menyelesaikan masalah yang
dibawakan dari masing- masing topik diantaranya mengendalikan lahan kritis,
mengendalikan limbah sampah , konservasi air, pengendalian sanitasi yang baik,
dan mitigasi bencana.
C. Identifikasi rencana kerja jangka pendek. Dalam Merealisasikan tujuan yang
ingin dicapai dalam kegiatan KKN Tematik Citarum Harum ini dilaksanakan
wawancara kepada setiap lembaga kemasyarakatan yang ada di Desa
Cimanggung. Dalam wawancaranya sendiri difokuskan pada permasalahan
yang ada di Desa Cimanggung adalah tentang mengendalikan lahan kritis,
mengendalikan limbah sampah , konservasi air, pengendalian sanitasi yang baik,
dan mitigasi bencana. Dari hasil wawancara tersebut hasil dan data yang
didapatkan kemudian diolah dan dilakukan workshop sebagai metode dari
pendekatan kepada masyarakat tersebut yang bertujuan untuk meningkatkan
kepedulian masyarakatnya.
D. Pelaksanaan rencana mengenai mengendalikan lahan kritis, mengendalikan
limbah sampah , konservasi air, pengendalian sanitasi yang baik, dan mitigasi
bencana. Hal tersebut direalisasikan dengan pembuatan sumur resapan (biopori),
pemberian benih kangkung, sosialisasi mitigasi bencana pada sekolah-sekolah
dibantuan dengan memberikan Activity Book Bencana, memberikan saran untuk
pelaksanaan Bank Sampah, sanitasi bergabung dengan Dinas Kesehatan
mengenai pembuatan jamban umum.
42

Berikut ini adalah kegiatan yang dilakukan terkait pelaksanaan program:

a.Senin, 28 Oktober 2019

 Upacara dan pelepasan peserta KKN


 Tiba di Desa Cimanggung dan bersih-bersih rumah

b. Selasa, 29 Oktober 2019

 Penyambutan dan pertemuan dengan aparat desa di kantor kepala desa.


 Observasi pertama ke Sungai Citarik

c. Rabu, 30 Oktober 2019

 Observasi Desa Cimanggung perkelompok


 Penyuluhan Dinas Kesehatan di Desa Cimanggung

d. Kamis, 31 Oktober 2019

 Wawancara ke masyarakat Desa Cimanggung perkelompok


 Persiapan workshop pertama

e. Jumat, 1 November 2019

 Workshop pertama mengenai konservasi air, pengolahaan sampah, dan


sanitasi

f. Sabtu, 2 November 2019

 Pembuatan borang mengenai Desa Cimanggung


 Pematangan konsep PKM dan laporan

k. Minggu, 3 November 2019

 Mengunjungi Eco Village


 Observasi ke Hutan Cimanggung

l. Senin, 4 November 2019

 Workshop kedua mengenai lahan kritis dan mitigasi bencana


43

m. Selasa, 5 November 2019

 Pemetaan masing-masing Kelompok

n. Rabu, 6 November 2019

 Pembuatan sumur resapan biopori di Desa Cimanggung bersama


masyarakat

o. Kamis, 7 November 2019

 Monitoring dan evaluasi dari tim DPL ke Desa Cimanggung di Kantor


Kepala Desa
 Ngaliwet bersama dengan masyarakat Desa Cimanggung

p. Jum’at, 8 November 2019

 Workshop ketiga mengenai upaya penanggulan masalah dalam lahan


kritis, konservasi air, pengolahan sampah, sanitasi, dan mitigasi bencana
 Penutupan KKN bersama masyarakata Desa Cimanggung
44

VII. EVALUASI PROGRAM

A.Lahan Kritis

Kegitan I Observasi dan Wawancara ke Kelompok Tani Mekarmukti 2

Kami melakukan kegiatan wawancara dan kami mendapatkan informasi


bahwa ketika musim kemarau terjadi lahan kritis 50% pada lahan yang
dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Hal tersebut terjadi karena kekurangan air
disebabkan air lebih banyak dialokasikan untuk kebutuhan rumahtangga. Setelah
wawacara, kami melakukan observasi langsung dan menpatkan beberapa titik lahan
kritis di Desa Cimanggung.

Kegitan II Workshop

Kami melakukan workshop di Kantor Desa Cimanggung. Di workshop ini


membahasah menganai lahan kritis meliputi dampak,masalah, penyebab dan
melakukan diskusi dengan masyarakat Desa Cimanggung. Pada workshop ini pserta
yang dateng kurang memenuhi target, kurang banyaknya petani yang datateng pada
saat workshop.

Kegiatan III Pemberian 1000 Benih Kangkung

Kami memberikan 1000 benih kangkung untuk menjadi stimulus warga


dalam melakukan penanaman dan pemanfaatan lahan yang tidak digunakan. Kami
memilih benih kangkung karena masa panen dari benih kangkung sebentar.
Antusias masyarakat menadapat 1000 benih kangkung sangat baik.

B. Konservasi Air

Kegiatan I. Wawancara ke Beberapa Warga Mengenai Konservasi Air

Kegiatan ini kami lakukan sesampainya kami di lokasi Desa Cimanggung.


Kami melakukan wawancara ke beberapa warga sekitar desa dari RW yang
berbeda. Melalui kegiatan ini kami mendapatkan informasi-informasi mengenai
kualitas air, kuantittas air, dan sumber air yang terjadi pada setiap warga. Serta kami
45

pun mendapatkan gambaran awal mengenai permasalahan konservasi air di Desa


Cimanggung yang dapat kami gunakan sebagai bahan acuan untuk kegiatan
selanjutnya.

Kegiatan II. Workshop

Kegiatan workshop yang dilakukan pada hari Jumat, 1 November 2019


cukup mendapat respon positif dari warga Desa Cimanggung. Mereka menyambut
baik kegiatan workshop yang membahas mengenai tiga tema, yaitu pengelolaan
sampah, sanitasi air, dan konservasi air. Warga Desa Cimanggung yang hadir saat
kegiatan workshop berlangsung cukup banyak. Audiens di dominasi oleh kaum ibu-
ibu dan beberapa anggota LPMD. Melalui kegiatan workshop ini, kami dapat
mengetahui apa saja permasalahan yang dihadapi oleh warga Desa Cimanggung.
Dengan begitu, kami bisa mencari solusi yang lebih tepat dan efektif untuk
menyelesaikan atau mengurangi permasalahan yang terjadi di Desa Cimanggung.

Meskipun mendapat respon positif, namun keaktifan warga saat kegiatan


workshop berlangsung sangat kurang. Para warga yang hadir cenderung memilih
untuk tidak mengeluarkan pendapatnya dan hanya mendengarkan saja. Hanya ada
satu perwakilan yang berbicara, yaitu Ibu Kokom selaku ketua LPM Desa
Cimanggung. Hampir semua permasalahan lingkungan yang terjadi di Desa
Cimanggung disampaikan oleh Ibu Kokom, sehingga warga yang lain hanya
mendengarkan dan setuju dengan apa yang dikatakan oleh Ibu Kokom. Hal ini
menyebabkan sulitnya mendapatkan informasi serta pendapat dari masing-masing
warga desa. Sehingga kami hanya mendapatkan informasi dari satu sumber, yaitu
Ibu Kokom. Untuk evaluasi kedepannya, diharapkan pengisi kegiatan workshop ini
bisa mengajak warga Desa untuk lebih aktif dalam menyampaikan pendapatnya
tanpa harus diwakilkan oleh seorang ketua atau warga aktif (active citizen).

Kegiatan III. Pemasangan Sumur Resapan (Biopori)

Pemasangan sumur resapan kami pilih sebagai solusi dari adanya


permasalahan air yang terjadi di Desa Cimanggung berdasarkan kegiatan observasi
dan workshop yang telah dilaksanakan. Adanya pemasangan sumur resapan ini
mendapatkan respon yang sangat baik dari warga desa sekitar yang memang sangat
46

mengingikan adanya sumur biopori di setiap rumah dan akhirnya dapat kami
realisasikan dalam kegiatan KKN Citarum Harum ini.

Evaluasi dari adanya kegiatan pemasangan sumur resapan yaitu dalam


pembuatan satu lubang sumur membutuhkan waktu yang cukup panjang sekitar 1
– 1,5 jam dengan jumlah tenaga sumber daya manusia 2 – 3 orang. Oleh karena
demikian, untuk pemasangan sumur ini ke depannya warga Desa Cimanggung
harus turut aktif berkontribusi dan gotong royong agar pemasangan sumur terus
berjalan dan dapat memperbaiki permasalahan air bagi Desa Cimanggung sendiri.

C. Sanitasi

Kegiatan I. Survey ke tempat pembuatan jamban di sekitar sungai (kemenkes)

Kegiatan pertama kami di mudahkan karena ada program sanitasi yang


sudah di lakukan oleh kemenkes pada, mmaka dari itu kami bersama warga dan
kemenkes ikut serta terjun ke berbagai titik-titik pembuatan pembuangan fases yang
di buat boleh kemenkes permasalahan yang terjadi masih banyak 1 kamar mandi
dipakai 3 kepala keluarga, yang akhirnya membuat orang untuk malas dan akhirnya
memilih untuk membuang fases di sungai.

Kegiatan II. Workshop

Untuk workshop sendiri masih banyak dari berbagai pasukan ibu-ibu yang
masih diam, walaupun yang sudah hadir cukup banyak dan memuaskan, hanya 1
audience saja yang mendominasi suara, jadi yang lain seperti tidak kebagian untuk
menyuarakan.

Kegiatan III. Pengudukasian terhadap Sekolah Dasar

Sesuai dengan selesai nya workshop, Tim sanitasi membulatkan tekad untuk
memberin penyuluhan-penyuluhan terhadap masyarakat, dengan begitu tim sanitasi
kami memiliki ide untuk memberibedukasi terhadap siswa-siswa SD
Cimanggung1.
47

Evaluasi dari adanya kegiatan pengedukasian terhadap sekolah dasar adalah


masih banyaknya siswa siswi SD Cimanggung 1 yang masih suka buanh fases di
sungai yang mana itu membuat sungai citarum tidak akan harum dan kami melihat
beberapa kamar mandi di sd cimanggung sangat tidak terjamin untuk kebersihannya
maka dari itubkami beri sabun ke kamarvmandi tersebut.

E. Pengolahaan Sampah

Kegiatan I. Mengunjungi tetangga dekat dengan tempat tinggal KKN

Setelah melakukan kegiatan tersebut, kami mendapatkan informasi tentang


pengolahan sampah yang ada di desa cimanggung. Secara keseluruhan
pelaksanaan kegiatan ini sudah baik, akan tetapi akan lebih tempat yang
dikunjungi lebih banyak lagi.

Kegiatan II. Workshop

Dalam kegiatan ini kami mengetahui lebih banyak informasi tentang


pengelolaan sampah dan kelembagaan tentang sampah di desa cimanggung.
Secara keseluruhan kegiatan tanya jawab ini berjalan dengan baik. Akan tetapi
waktu yang dibutuhkan kurang banyak, sehingga ada pertanyaan yang belum ke
jawab.

Kegiatan III. Mengunjungi gedung KSM

Gedung ksm ini merupakan tempat dimana lokasi Eco Village berada.
Kami melakukan kegiatan dengan mewawancarai ibu – ibu kader penanggung
jawab eco village, disini kami mulai memahami sepenuhnya tentang keadaan desa
Cimanggung khususnya di pengelolaan sampah. Kegiatan ini berjalan dengan
lancar.

Kegiatan IV. Mengadakan Acara “Mencintai kebersihan lingkungan di SDN


Cimanggung”

Kegiatan ini berlangsung dengan lancar. Anak – anak sd disini menerima


kami dengan baik dan mengikuti arahan kami dengan baik. Evaluasi dari kegiatan
ini adalah waktu yang kami datangkan terlalu sebentar, karena jam belajar anak –
anak tersebut.
48

F. Mitigasi Bencana

Kegiatan I Observasi langsung ke lokasi kebakaran hutan

Kegiatan observasi langsung berjalan lancar walaupun observasi tidak


langsung ke lokasi kebakaran dikarenakan jarak tempuh yang cukup jauh dan akses
yang cukup sulit. Namun lokasi kebakaran cukup terlihat dari kejauhan serta
informasi tambahan mengenai kebakaran hutan yang dijelaskan oleh pihak aparat
yang mengantar kami ke lokasi tersebut.

Kegiatan II Workshop

Dalam kegiatan workshop pertama dan kedua, tidak ada kendala yang besar.
Beberapa informasi penting mengenai dampak dari beberapa bencana serta titik-
titik bencana yang diketahui dan dirasakan oleh masyarakat dibahas oleh forum.
Namun, masyarakat yang datang belum mencakupi dari semua daerah di desa,
sehingga kemungkinan bencana yang disampaikan hanyalah bencana besar dan
bencana pada daerah tertentu saja. Terdapat kemungkinan masih ada bencana kecil
yang belum tersampaikan. Mengenai penyuluhan bencana dan penyampaian
informasi-informasi yang kami dapat dari Desa Cimanggung mengenai mitigasi
bencana kepada masyarakat desa berjalan dengan lancar dan mendapat respon yang
baik.

Kegiatan III Sosialisasi mitigasi bencana pada SDN 01 Cimanggung

Sosialisasi terhadap siswa-siswi SDN 01 Cimanggung berjalan dengan


cukup baik. Respon dari siswa-siswi juga baik dilihat dari antusiasme menjawab
pertanyaan dan kesesuaian jawaban dengan pertanyaan yang diajukan.
49

VIII. ANGGARAN

Anggaran KKN Desa Cimanggung

1. Pemasukan

No Tanggal Keterangan Banyak Harga Jumlah


-nya
1 28 Oktober 2019 Dana Kegiatan KKN - - Rp. 2.500.000
2 26 Oktober 2019 Dana Baju Mahasiswa 21 Rp. 50.000 Rp. 1.050.000
3 28 Oktober 2019 Dana Sewa Rumah 12 Rp. 300.000 Rp. 3.600.000
Mahasiswa
Total Rp. 7.150.000

2. Pengeluaran
No Tanggal Jenis Barang Banyak Harga Jumlah Harga
-nya
1 28 Oktober 2019 Banner + Plakat Rp. 150.000 Rp. 150.000
2 26 Oktober 2019 Baju KKN 21 Rp. 50.000 Rp. 1.050.000
3 28 Oktober 2019 Sewa Rumah 12 Hari Rp. 300.000 Rp. 3.600.000
4 28 Oktober 2019 Makan 20 Rp.2.500 Rp. 50.000
5 29 Oktober 2019 Galon Isi Ulang 2 Rp. 4.000 Rp. 8.000
6 1 November 2019 Snack Workshop 1 30pax Rp. 5.000 Rp. 150.000
7 2 November 2019 Daging Ayam 2kg Rp. 35.000 Rp. 70.000
8 4 November 2019 Bibit Tanaman 2x Rp. 50.000 Rp. 100.000
9 4 November 2019 Beras 5kg Rp. 10.000 Rp. 50.000
10 4 November 2019 Galon Al-Masoem 1 Rp. 11.000 Rp. 11.000
11 5 November 2019 Galon Isi Ulang 2 Rp. 4.000 Rp. 8.000
12 5 November 2019 Galian Biopori 1 Rp. 200.000 Rp. 200.000
13 5 November 2019 Ram Nyamuk 1 Rp. 22.000 Rp. 22.000
14 4 November 2019 Snack Workshop 2 30pax Rp. 5.000 Rp. 150.000
50

15 6 November 2019 Galon Al-Masoem 2 Rp.11.000 Rp. 22.000


16 7 November 2019 Galon Isi Ulang 4 Rp. 4.000 Rp. 16.000
17 6 November 2019 Snack anak SD Rp. 75.000
18 7 November 2019 Makan-Makan 50pax Rp. 10.000 Rp. 500.000
Warga
19 7 November 2019 Aqua Dus 1 Rp. 17.000 Rp. 17.000
20 7 November 2019 Sabun Cair 5 Rp. 10.000 Rp. 50.000
21 8 November 2019 Snack Workshop 3 30pax Rp. 5.000 Rp. 150.000
Total Rp. 6.449.000

Sisa : Rp. 701.000


51

DAFTAR PUSTAKA

Center of Citarum Research Universitas Padjadjaran Power Point Konservasi Air

Juniarti,Neti, S.Kp., M.Kes., MNurs., PhD. Power Point Sanitasi Lingkungan

Muslim,Muslim. FTG-UNPAD. KKN Tematik Citarum Harum 2019. Power


Point Mitigasi Bencana di Bagian Hulu DAS Citarum

Kurniawan, Lilik. Standar Nasional Indonesia. Desa dan Kelurahan Tangguh


Bencana.

(t.thn.). Karunianti, Arum. (2019, September 4). Lahan Kritis: Pengertian, Penyebab,
Data, dan Pencegahan. Diperoleh pada 7 November 2019 dari
https://foresteract.com/lahan-kritis/3/ .

(t.thn.). Muljadi, D., dan M. Soepraptohardjo. 1975. Masalah Data Luas dan Penyebaran
TanahTanah Kritis. Simposium Pencegahan dan Pemulihan Tanah Kritis dalam
Rangka Pengembangan Wilayah. Jakarta, 1975.

(t.thn.). Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 1997. Agenda 21 Indonesia: Strategi


Nasional Untuk.

(t.thn.). Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2008. Undang Undang Republik


Indonesia No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolan Sampah. Jakarta.

(t.thn.). Slamet, S. 1996. Kesehatan Lingkungan. Gadja Mada University Press,


Yogyakarta.

Ilmugeografi.com. (t.thn.). ujuan Konservasi Sumber Daya Air di Indonesia. Diambil


kembali dari Ilmu Geografi: https://ilmugeografi.com/ilmu-
bumi/hidrologi/tujuan-konservasi-sumber-daya-air

Pengertian Konservasi. (t.thn.). Diambil kembali dari Pengertian Menurut Para Ahli:
https://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-konservasi/

Sallata, M. K. (t.thn.). Konservasi dan Pengelolaan Sumber Daya Air. Jurnal Balai
Penelitian Kehutanan Makassar, http://balithutmakassar.org/wp-
content/uploads/2014/11/7_Konservasi-Air-berdasarkan-SDA_Info-Teknis-
Eboni-Vol-12-No-1-2015.pdf.

Universitas Muhamadiyah. (t.thn.). Konservasi. Jurnal Universitas Muhamadiyah,


http://eprints.umm.ac.id/42804/3/BAB%20II.pdf.
52

LAMPIRAN

Gambar 1. Observasi lokasi Desa Gambar 2. Pelepasan mahasiswa


Cimanggung KKN

Gambar 3. Penyambutan mahasiswa Gambar 4. Penyambutan mahasiswa


KKN di Kantor Kecamatan KKN di Kantor Desa Cimanggung
Cimanggung
53

Gambar 5. Observasi wilayah Desa Gambar 6. Salah satu lokasi


Cimanggung tumpukan sampah di Desa
Cimanggung

Gambar 7. Kegiatan lokakarya 1 Gambar 8. Kegiatan Lokakarya 2

Gambar 9. Penyuluhan tentang Gambar 10. Pembuatan sumur


menjaga lingkungan dan kebersihan serapan
usia dini
54

Gambar 11. Penyerahan bibit tanaman


Gambar 12. Acara makan-makan
bersama warga Desa Cimanggung
sebagai perpisahan

Gambar 13. Pemaparan akhir hasil


Gambar 14. Penyerahan tanda
kegiatan KKN
terimakasih untuk Desa Cimanggung
55

Gambar 14. Wawancara Warga Desa Gambar 15. Borang Five Bold Step
Cimanggung Canvas

Gambar 16. Borang Akar Masalah Gambar17. Borang Community


Potential Mapping

Gambar 18.
56

Gambar 19. Borang Customer


Journey

Gambar 20. Borang Six Thinking Hat Gambar 21. Borang Pemetaan
Kemitraan Kolaborasi Pentaholix

Gambar 22. Borang Peta Konteks


Gambar 23. Borang The Value
Proposition
57

Gambar 24. Borang The Iceberg

Anda mungkin juga menyukai