Anda di halaman 1dari 84

KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PENAMBANG DI DESA

HULAWA KECAMATAN BUNTULIA KABUPATEN POHUWATO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Mengikuti Ujian


Seminar Skripsi

Oleh
Parjun Mohi

451 414019

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
2019
ABSTRAK

Parjun Mohi. 2018. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Penambang Di Hulawa


Kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato. program Studi S1 Pendidikan
Geografi, Jurusan Ilmu dan Teknilogi Kebumian. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr, Fitriyane
Lihawa, M.Si dan Pembimbing II Dr. Eng Sri Maryati, S.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Penambang Di Desa Hulawa Kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato. Variabel
dalam Penelitian ini yaitu sosial ekonomi masyarakat penambang. Populasi dalam
penelitian ini berjumlah 508 KK. Metode pengambilan sampel menggunakan
Rumus Slovin dengan nilai toleransi 10%. Jumlah sampel dalam penelitian ini
berjumlah 85 responden yang terdistribusi secara proposional pada masyrakat
yang ada di desa hulawa. Tehnik pengumpulan data melalui Observasi dan
Angket. Instrumen yang digunakan yaitu Indikator kondisi sosial ekonomi.
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif Kualitatif.
Hasil penelitian kondisi sosial ekonomi masyarakat penambang di Desa Hulawa.
a) Sosial : Keadaan tempat tinggal masyarakat yang mendominasi yaitu milik
sendiri 88%. Pendidikan masyrakat yaitu tidak sekolah 47%. Keadaan tempat
tinggal yaitu rumah permanen 94%. Sanitasi lingkungan fasilitas MCK yaitu milik
sendiri 76%. Sumber air bersih yaitu PDAM 53%. Sarana persampahan yaitu bak
sampah pribadi 16%. Sarana teknik informasi dan komunikasi yaitu HP 93%.
Penggunaan energi yaitu bahan bakar gas 62%. Penerangan masyarakat yaitu
listrik 82%. Sarana transportasi milik pribadi yaitu 88%. Sarana transportasi
angkutan umun yaitu ojek motor 94%. b) Ekonomi : Status pekerjaan pokok yaitu
penambang 100%. Pekerjaan sampingan yaitu petani 65%. Pendapatan pokok
yaitu penambang > Rp 1.500.000 41%. Pendapatan sampingan yaitu petani > Rp
1.500.000 60%.

Kata Kunci: Sosial, Ekonomi, Masyarakat Penambang.


MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Sesunguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

maka apabila kamu telah selesai (dari satu urusan) maka

kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,

dan hanya kepada ALLAH hendaknya kamu berharap”


Berangakat dengan penuh keyakinan

Berjalan dengan penuh keiklasan

Bersabar dalam menghadapi cobaan

“Kesalahan bukan kegagalan tapi bukti bahwa seseorang

sudah melakukan sesuatu”

PERSEMBABAN
Kedua orangtua ku Bapak ( Ismail Mohi ) dan Ibuku ( Rusna Ali ) Tercinta yang tak
pernah lelah membesarkanku dengan penuh kasih sayang, serta adik adikku Pianti
Mohi, Sriyana Mohi, Rahmat Mohi serta ponakan ponakanku Nurfadilah Monoarfa
dan Abdurahman Monoarfa yang senantiasa memberi dukungan, perjuangan, motivasi
dan pengorbanan dalam hidup ini. Terima kasih buat kalian semua. Tak lupa jua
ucapan terima kasih kepada Yolanda Gani yang selalu mensuport dan membantuku
dalam menyusun skripsi ini serta Sahabat seperjuanganku yang selalu memberi
semangat dan dukungan serta canda tawa yang sangat mengesankan selama masa
perkuliahan, susah senang dirasakan bersama . Terima kasih buat kalian semua.
ALMAMATERKU TERCINTA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI


KEBUMIAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA UNIVERSITAS NEGRI GORONTALO


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmad dan Ridhonya sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Kondisi Sosial

Ekonomi Masyarakat Penambang di Desa Hulawa Kecamatan Buntulia

Kabupaten Pohuwato”. Skripsi ini dibuat sebagai bagian dari kewajiban

mahasiswa dalam menyelesaikan akhir studi didalam upaya memenuhi

persyaratan akademisi dalam menempuh ujian Sarjana Pendidikan di Universitas

Negeri Gorontalo khususnya di fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

pada tahun 2018.

Peneliti menyadari bahwa, selama penyusunan skripsi ini banyak

hambatan dan kesulitan dihadapi baik sejak persiapan sampai dengan

penyelesaian skripsi ini, tetapi dengan ada niat, doa ketekunan, dan keuletan dari

penulis kesabaran serta bantuan Bapak/Ibu Dosen khususnya pembimbing.

Alhadulillah semuanya berjalan dengan baik. Lebih dari itu penulis menyadari

bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari dan partisipasi dari

berbagai pihak.

Teristimewa penulis sampaikan penghargaan dan terimakasih yang tidak

terhingga kepada ayahandaku ISMAIL MOHI dan ibundaku RUSNA ALI atas

segala doa, kesejukan jiwa dan semangat serta ketabahan dalam mendidik, juga

kepada kedua kakak ku dan terimakasih atas doa, semangat, dan bantuanya selama

ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Fitryane Lihawa,

M.Si dan Ibu Eng Sri Maryati, S.Si selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam menyusun

skripsi ini.

Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen penguji, Dr.

Sunarty Eraku, M.Pd., Dr. Sci. Yayu Indriati Arifin. M.Si dan Muhamad Kasim.

S,T, MT yang sedia menguji dan memberikan krtik dan saran, demi

kesempurnaan skripsi

Ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya juga tidak lupa penulis

sampaikan kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Syamsu Qamar Badu, M.Pd, selaku rektor Universitas

Negeri Gorontalo

2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Mahludin Baruadi, M.Pd, selaku Wakil Rektor I

3. Bapak Supardi Nani, SE, M.Si, selaku Wakil Rektor II

4. Bapak Dr. Fence M. Wantu, SH. MH, selaku Wakil Rektor III

5. Bapak Rusdiyanto U. Puluhulawa SH.M. Hum, selakuWakil Rektor IV

6. Prof. Dr. Hj. Evi Hulukati, M.Pd selaku Dekan Fakultas Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo.

7. Drs. Asri Arbie, M.Si selaku wakil Dekan I, Fakultas Pendidkan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo.

8. Dr. Hj. Sunarty S. Eraku, M.Pd selaku Ketua Jurusan dan ibu Dr. Eng. Sri

Maryati selaku sekertaris Jurusan Ilmu dan Teknologi Kebumian, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo.

9. Ibu Rusiah selaku Penasehat Akademik.


10. Seluruh Staf Dosen dilingkungan Jurusan Ilmu dan Teknologi Kebumian

Universitas Negeri gorontalo yang telah banyak membantu dalam

penyelesaian studi.

11. Dr. Hj. Sunarty S. Eraku, M.Pd selaku Pembimbing PPL I dan PPL II.

12. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Gorontalo serta staf dewan guru dan staf

tata usaha yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingannya pada

kegiatan PPL II, terutama Bapak Manyur, S.Pd selaku guru pamong

13. Buat keluarga ku yang tercinta yang telah memberikan doa, semangat,

motivasi serta arahan dalam menyelesaikan studi.

14. Untuk teman-teman Geografi Angkatan 2014 kelas A yang selalu

memberikan motivasi selama penyelesaian studi untuk Usman Mahmud,

Sri Yulianti Lasalutu, Wahyu, Wahyu Zdunaid, Ahmad Samul Hidaya,

Puji Lestari T.M, Lilan Mbade, Mbak Lifa, Rahmad Hasan, Rovilna

Usman, Chairunisa S.N, Arhisal, Uci, Biber, Tiu, Endang, Dinawati

Busura, Siti Khotijah Pamolango dan semua kelas A geografi.

15. Untuk senior-senior geografi, Kak Hastin Mahabu, Wahyu Wironoto,

Lelak Abjul, Sisilia Makuta .

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya

kepada kita semua Aamiiin...

Gorontalo, Maret 2019

Parjun Mohi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


SURAT PERNYATAAN ............................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ v
ABSTRAK ................................................................................................... vi
ABSTRACT ................................................................................................. vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. viii
KATA PENGANTAR . ............................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 4
2.1 Pertambangan Rakyat ................................................................... 4
2.2 Faktor Penyebab Timbulnya Pertambangan Rakyat .................... 4
2.3 Pengertian Kondisi Sosial Ekonomi ............................................. 6
2.4 Aspek Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat ................................ 7
2.5 Kajian Penelitian Yang Relefan ................................................... 20
2.6 Kerangka Berfikir ......................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 23
3.1 Latar Penelitian ............................................................................. 23
3.1.1 Lokasi Penelitian ....................................................................... 23
3.1.2 Waktu Penelitian........................................................................ 23
3.2 Variabel Penelitian ....................................................................... 24
3.3 Populasi dan Sampel ..................................................................... 24
3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 25
3.5 Teknik Analisis Data .................................................................... 26
3.6 Desain Penelitian .......................................................................... 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ................................................... 28
4.1 Gambaran Umum. ........................................................................ 28
4.2 Hasil Penelitian. ............................................................................ 30
4.3 Pembahasan. ................................................................................. 41
BAB V PENUTUP. ...................................................................................... 52
5.1 Kesimpulan. .................................................................................. 52
5.2 Saran. ............................................................................................ 53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Table 3.1Variabel Oprasional ....................................................................... 24


Tabel 3.2 Instrumen Penyajian data .............................................................. 26
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ...................................................................... 22


Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian ............................................................... 23
Gambar 3.2 Desain Penelitian ....................................................................... 27
Gambar 4.1 Peta Distribusi Sampel .............................................................. 29
Gambar 4.2Kepemilikan Tempat Tinggal .................................................... 30
Gambar 4.3 Tingkat Pendidikan ................................................................... 31
Gambar 4.4 Keadaan Tempat Tinggal ......................................................... 32
Gambar 4.5 Fasilitas MCK ........................................................................... 32
Gambar 4.6 Sumber Air Bersih ..................................................................... 33
Gambar 4.7 Sarana Persampahan .................................................................. 34
Gambar 4.8 Sarana Komunikasi ................................................................... 35
Gambar 4.9 Bahan Bakar .............................................................................. 35
Gambar 4.10 Penggunaan Energi Penerangan .............................................. 36
Gambar 4.11 Sarana Transportasi Milik Pribadi........................................... 37
Gambar 4.12 Sarana Transportasi Angkutan Umum .................................... 37
Gambar 4.13 Pekerjaan Pokok ...................................................................... 38
Gambar 4.14 Pekerjaan Sampingan .............................................................. 39
Gambar 4.15 Pendapatan Pekerjaan Pokok .................................................. 40
Gambar 4.15 Pendapatan Pekerjaan Sampingan ........................................... 40
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertambangan merupakan salah satu sumber daya alam (SDA) yang

terkandung di dalam bumi. Salah satu sektor yang menyumbang devisa negara

yang dominan adalah sektor pertambangan. Sektor ini menyumbang 36% dari

pendapatan negara pada tahun 2008 (Kementerian ESDM, 2009) Indonesia

merupakan negara yang memiliki potensi pertambangan yang sangat baik dan

melimpah, dengan keberadaan sumber daya alam yang melimpah ini pengeloaan

secara optimal perlu dilakukan untuk di manfaatkan semaksimal mungkin bagi

perbaikan ekonomi dan taraf hidup masyarakat.

Penambangan mineral logam di Desa Hulawa Kecamatan Buntulia

Kabupaten Pohuwato merupakan salah satu bentuk tambang rakyat. Menurut

UUNo.11 tahun 1967 pasal 1 huruf n, menyebutkan bahwa pertambangan rakyat

adalah suatu usaha pertambangan bahan galian dari semua golongan a,b,c seperti

yang dimaksud dalam pasal 3 ayat 1 yang dilakukan oleh rakyat setempat secara

kecil-kecilan atau gotong royong dengan alat alat sederhana untuk pencarian

sendiri. Menurut Elsam (2003) kehadiran perusahaan tambang disuatu daerah

akan membawa kemajuan terhadap warga di sekitarnya. Berdiri atau beroprasinya

sebuah pertambangan disuatu daerah akan menghadirkan kehidupan yang lebih

sejahtera, keamanan yang terjamin, dan kehidupan sosial yang lebih baik.

Pemikiran demikian didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan pertambangan

merupakan agen perubahan sosial ekonomi bagi masyarakat di sekitar lokasi


pertambangan. Kecamatan Marisa merupakan kecamatan induk dari beberapa

kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato Kecamatan Buntulia yang

dimekarkan pada tahun 2008 yang terdiri dari 7 Desa dengan luas wilayah 375,64

(Km2) salah satunya Desa Hulawa yang memiliki potensi emas yang di kelola

oleh belanda sekitar tahun 1930 berbagai kesengsaraan yang di alami oleh

masyarakat baik dari segi sosial ekonomi dan ketertindasan, sehingga rakyat

berinisiatif untuk merebut tambang tersebut dari pihak belanda sekitar tahun

1950an, dan sampai saat ini tambang tersebut sedang dikelola oleh masyarakat

Pohuwato secara umum. peralihan pengelolaan lokasi tambang emas dari

perusahaan belanda kepada masyarakat pohuwato secara umum berdampak positif

bagi masyarakat pohuwato terlebih husus bagi masyarak yang berada di Desa

Hulawa hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan kehidupan masyarakat dari

segi sosial ekonomi yang terdapat pada hasil penelitian.

Kegiatan penambangan secara ekonomi mampu mendatangkan

keuntungan. Keuntungan tersebut diantaranya mendatangkan devisa dan

menyediakan tenaga kerja. Hal ini dapat mengurangi tingkat pengangguran dan

menambah pendapatan untuk memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi (Hasibuan,

2006). Desa Hulawa merupakan salah satu Desa yang memiliki potensi

pertambangan emas yang ada di Kabupaten Pohuwato, adanya potensi tersebut

hampir seluruh masyarakat Desa Hulawa bekerja sebagai penambang dan bukan

hanya masyarakat Desa Hulawa yang melakukan aktivitas pertambangan di Desa

tersebut tetapi ada juga masyarakat-masyarakat di luar dari Desa hula yang

melakukan kativitas-aktivitas pertambangan, karena menurut masyarakat yang


berstatus penambang dengan bertambang mereka dapat memperbaiki kondisi

sosial ekonomi mereka. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti

melakukan penelitian dengan judul “Kondisi Sosial Ekonomi Pertambangan

Rakyat di Desa Hulawa Kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat di wilayah pertambangan

rakyat di Desa Hulawa Kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato ?

1.3 Tujuan Penelitian

Jika dilihat dari rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini

yakni “Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat penambang di Desa

Hulawa Kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato”.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini sangat bermanfaat bagi :

1.4.1 Peneliti

Sebagai bahan pembelajaran untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan

khususnya untuk pertambangan emas rakyat yang ada di Desa Hulawa Kecamatan

Buntulia Kabupaten Pohuwato.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pertambangan Rakyat

Pertambangan rakyat adalah usaha pertambangan yang dilakukan oleh

rakyat setempat secara kecil-kecilan atau secara bergotong-royong dengan

menggunakan alat-alat sederhana. Tujuan kegiatan pertambangan rakyat adalah

untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari. Usaha pertambangan

rakyat dilakukan secara sederhana, artinya kegiatan pertambangan itu dilakukan

dengan menggunakan alat-alat sederhana (tidak menggunakan teknologi canggih)

sebagaimana halnya dengan perusahaan tambang yang mempunyai modal besar

dan memakai teknologi canggih (As’ad, 2005).

Menurut PP 22 tahun 2010-Pasal 1 ayat 11, UU Minerba 2009-Pasal 1

ayat 29, 32 kegiatan pertambangan rakyat dapat dilaksanakan dalam suatu

Wilayah Pertambangan Rakyat yang selanjutnya disebut WPR adalah bagian dari

Wilayah Pertambangan (WPR) yaitu wilayah yang memiliki potensi mineral dan

emas dan tidak terikat dengan batasan administrasi pemerintahan yang merupakan

bagian dari tata ruang nasional.

2.2 Faktor Penyebab Timbulnya Pertambangan Rakyat

Menurut Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (2004), faktor-

faktor timbulnya kegiatan pertambangan rakyat diantaranya adalah kemiskinan,

keterbatasan lapangan kerja dan kesempatan usaha, serta keterlibatan pihak lain

yang bertindak sebagai pemodal. Salah satu usaha yang dilakukan oleh

masyarakat untuk keluar dari kemiskinan dan memperoleh pendapatan yang layak
adalah dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada, diantaranya adalah

bahan galian (bahan tambang) dan mudah dijual dan memiliki nilai jual yang

cukup tinggi, salah satunya adalah penambangan emas dan bahan galian lainnya

seperti batu bara dan timah. Menurut Elfindri (2004), faktor-faktor penyebab

timbulnya pertambangan, yaitu :

1) Keterbatasan Lapangan Kerja

Sebagai konsekuensi dari laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dalam

dasawarsa tahun 1960-an dan 1970-an, terkonsentrasinya pemusatan

pembangunan, kuatnya arus investasi antar tempat dan ruang serta bervariasinya

laju pertumbuhan ekonomi telah menyebabkan arus mobilisasi orang dan jasa

menjadi semakin deras selanjutnya lapangan pekerjaan disuatu sisi tersedia seiring

dengan semakin besarnya derived demand terhadap tenaga kerja menurut keahlian

dan spesifikasi bidang tertentu. Disisi lain, pencari kerja yang baru serta yang

lama akumulasinya semakin membesar. Tidak disangka bahwa dalam interaksi

tersebut telah pula menghasilkan jenis lapangan kerja yang semakin beragam dan

kompleks, baik formal maupun tidak formal.

2) Adanya Pemodal

Keberadaan pihak ketiga (penyandang dana) yang memanfaatkan

kemiskinan masyarakat untuk mendapatkan keuntungan yang besar merupakan

salah satu faktor yang menyebabkan mankin maraknya kegiatan pertambangn

oleh rakyat yang sudah mengarah kepada kegiatan Pertambangan Tanpa Izin

(PETI). Pada umumnya masyarakat yang melakukan kegiatan penambangan

rakyat adalah berasal dari keluarga miskin dan berpendidikan rendah. Para
penambang ini sering kali menjadi korban atau sapi perahan dari penyandang

dana dengan memberikan pinjaman modal terlebih dahulu dan dikembalikan

dengan cara menjual hasil tambangnya kepada pemodal tersebut dengan harga

yang sangat murah dibandingkan dengan harga dipasaran (Tim Terpadu

Penanggulangan Pertambangan Tanpa Izin, 2000).

2.3 Pengertian Kondisi Sosial Ekonomi

Kata sosial berasal dari kata Latin “socius”yang dalam bahasa

Inggris“society”yang berarti ‘kawan’. Maksud kawan disini adalah mereka

(orangorang) yang ada di sekitar, yakni yang tinggal dalam satu lingkungan

tertentu dan mempunyai sifat saling mempengaruhi (Wahyuni,1986: 60).

Sementara itu, istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani “oikos” yang artinya

rumah tangga dan “nomos” yang artinya mengatur. Jadi secara harfiah ekonomi

berarti cara mengatur rumah tangga. Seiring dengan perkembangan dan perubahan

yang terjadi di masyarakat, pengertian dan konteks dari istilah ekonomi menjadi

lebih luas. Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara manusia memenuhi

kebutuhan sehari-hari (Hamid Hasan, 2008:336).

Menurut Sumardi dan Evers (2002:21), kondisi sosial ekonomi adalah

suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada

posisi tertentu dalam masyarakat, pemberian posisi itu disertai pula dengan

seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh sipembawa status.

Kondisi sosial ekonomi setiap orang itu berbeda-beda dan bertingkat, ada yang

keadaan sosial ekonominya tinggi, sedang, dan rendah. Kondisi sosial ekonomi

adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang


ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis

rumah tangga, dan jabatan dalam organisasi (Abdulsyani, 2007).

Menurut Soerjono Soekanto (2001), menyatakan bahwa kondisi sosial

ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain

dalam arti lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya

dalam hubungannya dengan sumber daya. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut

dapat disimpulkan bahwa kondisi sosial ekonomi adalah posisi individu dan

kelompok yang berkenaan dengan ukuran rata-rata yang berlaku umum tentang

pendidikan, pemilikan barang-barang, dan partisipasi dalam aktivitas kelompok

dan komunitasnya, sedangkan kondisi sosial ekonomi kaitannya dengan status

sosial ekonomi itu sendiri dengan kebiasaan hidup sehari-hari individu atau

kelompok.

2.4 Aspek Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Untuk menentukan kondisi sosial ekonomi masyarakat diperlukan

beberapa aspek sebagai penilaiannya, sehingga dalam penentuan kondisi sosial

ekonomi suatu masyarakat dapat ditentukan secara lebih jelas dan pasti. Menurut

Nasution (2004: 25) kondis sosial ekonomi seseorang dapat dilihat atau dinilai

dari beberapa aspek yaitu pekerjaan, pendapatan, kekayaan,tingkat pendidikan,

keadaan tempat tinggal serta pergaulan danaktivitas sosial.

Menurut ( raden,2010) kondisi ekonomi masyarakat dapat dilihat dari

beberapa indikator yang terdiri dari pendapatan dari pekerjaan utama, pendapatan

dari pekerjaan sampingan, lapangan pekerjaan, peluang usaha dan kesejahteraan

(Raden,2010). Sedangkan menurut Soerjono Soekanto (2001) sosial ekonomi


adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti

lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam

hubunganya dengan sumber daya.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dalam menentukan beberapa aspek

kondisi sosial ekonomi, dalam penelitian ini peneliti hanya akan memfokuskan

pada beberapa aspek dari kondisi sosial ekonomi yang nantinya akan digunakan

untuk mengukur kondisi sosial ekonomi masyarakat penambang yaitu :tingkat

pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pemilikan kekayaan, keadaan tempat tinggal

dan kesejahteraan serta pergaulan dan aktivitas sosial.

2.4.1. Tingkat Pendidikan

a. formal

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional, jalur pendidikan formal dibagi menjadi:

1. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah

atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP)

dan Madrasah Tsanawiyah (MTS) atau bentuk lain yang sederajat.

2. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan

pendidikan menengah jurusan, seperti : SMA, MA, SMK,MAK atau

bentuk lain yang sederajat.


3. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi,

institut dan universitas.

b. Non formal

Menurut Soelaman Joesoef, pendidikan non formal adalah setiap

kesempatan dimana terdapat komunikasi yang terarah di luar sekolah

danseseorang memperoleh informasi, pengetahuan, latihan maupun bimbingan

sesuai dengan tingkat usia dan kebutuhan hidup, dengan tujuan

mengembangkan tingkat keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang

memungkinkan baginya menjadi peserta-peserta yang efesien dan efektif

dalam lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan lingkungan masyarakat dan

negaranya.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan non formal

adalah pendidikan kegiatan belajar mengajar yang diadakan di luar sekolah

untuk memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik tertentu untuk mendapatkan

informasi, pengetahuan, latihan, dan bimbingan sehingga mampu bermanfaat

bagi keluarga, masyarakat, dan negara.

Jenis dan isi pendidikan non formal pada dasarnya bergantung pada kebutuhan

pendidikan sebagai berikut :

1. Pendidikan Keaksaraan

Jenis program pendidikan keaksaraan, ia berhubungan dengan populasi

sasaran yang belum dapat membaca-menulis. Target pendidikannya dari program


pendidikan keaksaraan ini adalah terbebasnya populasi sasaran dari buta baca,

buta tulis, buta bahasa Indonesia, dab buta pengetahuan umum.

2. Pendidikan Vokasional

Jenis program pendidikan vakasioanal berhubungan dengan populasi

sasaran yang mempunyai hambatan di dalam pengetahuan dan keterampilannya

guna kepentingan bekerja atau mencari nafkah. Target pendidikannya dari

program pendidikan vakasional ini adalah terbatasnya populasi sasaran dari

ketidak tahuan atau kekurang mampuannya didalam pekerjaan-pekerjaan yang

sedang atau akan dimasukinnya.

3. Pendidikan Kader

Jenis program pendidikan kader berhubungan dengan populasi sasaran

yang sedang atau bakal memangku jabatan kepemimpinan atau pengelola dari

suatu bidang usaha di masyarakat, baik bidang usaha bidang sosial-ekonomi

maupun sosial budaya. Jenis pendidikan ini diharapkan hadir tokoh atau kader

pemimpin dan pengelola dari kelompok-kelompok usaha yang tersebar di

masyarakat.

4. Pendidikan Umum dan Penyuluhan

Jenis program pendidikan ini berhubungan dengan berbagai variable

populasi sasaran, target pendidikannya terbatas pada pemahaman dan menjadi

lebih sadar terhadap sesuatu hal. Lingkup geraknya bisa sangat luas dari soal

keagamaan, kenegaraan, kesehatan, lingkungan hukum dan lainnya.


2.4.2. Pekerjaan

Menurut Notoatmodjo (2010) pekerjaan adalah aktivitas atau kegiatan

yang dilakukan oleh seseorang sehingga memperoleh penghasilan. Sedangkan

menurut Departemen Kesehatan (2001) pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan

untuk mendapatkan nafkah atau mata pencaharian masyarakat. Berdasarkan

beberapa pendapat yang dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa pekerjaan

adalah sesuatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh

penghasilan yang digunakan untuk mendapatkan nafkah.

Menurut BPS indonesia Tahun 2001 mengkategorikan status pekerjaan

menjadi 7 kategori, antara lain:

1. Berusaha sendiri, adalah bekerja atau berusaha dengan menanggung resiko

secara ekonomis, yaitu dengan tidak kembalinya ongkos produksi yang

telah dikeluarkan dalam rangka usahanya tersebut, serta tidak

menggunakan pekerja dibayar maupun pekerja tak dibayar, termasuk yang

sifat pekerjaannya memerlukan teknologi atau keahlian khusus.

2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar, adalah bekerja atau

berusaha atas resiko sendiri, dan menggunakan buruh/pekerja tak dibayar

dan atau buruh/pekerja tidak tetap.

3. Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar, adalah berusaha atas resiko

sendiri dan mempekerjakan paling sedikit satuorang buruh/pekerja tetap

yang dibayar.

4. Buruh/karyawan/pegawai, adalah seseorang yang bekerja padaorang lain

atau instansi/kantor/perusahaan secara tetap dengan menerima upah/gaji


baik berupa uang maupun barang. Buruh yang tidak mempunyai majikan

tetap, tidak digolongkan sebagai buruh/karyawan, tetapi sebagai pekerja

bebas.

5. Pekerja bebas di pertanian, adalah seseorang yang bekerja padaorang

lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari 1majikan dalam sebolan

terakhir) di usaha pertanian baik berupa usaha rumah tangga maupun

bukan usaha rumah tangga atasdasar balas jasa dengan menerima upah

atau imbalan baikberupa uang maupun barang, dan baik dengan system

pembayaran harian maupun borongan.

6. Majikan adalah orang atau pihak yang memberikan pekerjaan dengan

pembayaran yang disepakati.

7. Pekerja bebas di non pertanian adalah seseorang yang bekerjapada orang

lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari 1majikan dalam sebolan

terakhir), di usaha non pertanian dengan menerima upah atau imbalan baik

berupa uang maupun barang dan baik dengan sistem pembayaran harian

maupun borongan.

2.4.3. Pendapatan

Menurut Sunardi dan Evers (1982:20) menyebutkan bahwa “pendapatan

adalah seluruh penerimaan baik berupa barang maupun uang baik dari pihak lain

maupun dari hasil sendiri, dengan jalan dinilai dengan sejumlah uang atau harga

yang berlaku saat itu”. Uang atau barang tidak langsung kita terima sebagai

pendapatan tanpa kita melakukan suatu pekerjaan baik itu berupa jasa ataupun

produksi. Pendapatan ini digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari demi


kelangsungan hidup. Oleh karena itu, setiap orang harus bekerja demi

kelangsungan hidupnya dan tanggung jawabnya seperti istri dan anak-anaknya.

Pendapatan dapat diartikan sebagai hasil yang diterima seseorang karena orang itu

bekerja dan hasilnya bisa berupa uang atau barang.

Sedangkan pendapatan keluarga adalah semua hasil yang diterima seluruh

anggota keluarga dari bekerja baik dari pekerjaan pokok maupun pekerajaan

sampingan berupa uang atau barang yang dapat di nilai dengan uang.

Pendapatan dibedakan menjadi tiga yaitu:

1) Pendapatan pokok

Pendapatan pokok adalah sumber penghasilan rumah tangga yang paling

menunjang kehidupan rumah tangga atau yang memberikan penghasilan

terbesar. Pada umumnya mata pencaharian utama memiliki alokasi waktu

kerja yang terbesar jika dibandingkan dengan kegiatan lainnya (Pratama,

2014).

2) Pendapatan sampingan

Pendapatan dari pekerjaan sampingan di defenisikan sebagai penghasilan

yang diperoleh rumahtangga dengan mengusahakan kegiatan lain diluar

pekerjaan utama (Pratama, 2014).

Berdasarkan penggolongannya BPS (Badan Pusat Statistik) membedakan

pendapatan penduduk menjadi 4 golongan yaitu:

1) Golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan rata-

rata lebih dari Rp. 3.500.000 per bulan.


2) Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara

Rp 2.500.000 s/d Rp. 3.500.000 per bulan.

3) Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata dibawah

antara Rp. 1.500.000 s/d 2.500.000 per bulan.

4) Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata Rp.

1.500.000 per bulan

2.4.4. Pemilikan Kekayaan Atau Fasilitas

Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kekayaan dalam bentuk

barang barang dimana masih bermanfaat dalam menunjang kehidupan

ekonominya. Fasilitas atau kekayaan itu antara lain:

c. Barang barang berharga

Menurut Abdulsyani (1994), bahwa pemilikan kekayaan yang bernilai

ekonomis dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti perhiasan, televisi,

kulkas dan lain - lain dapat menunjukkan adanya pelapisan dalam

masyarakat.Dalam penelitian ini barang-barang dapat menunjukkan keadaan

sosial ekonomi seseorang. Barang-barang yang berharga tersebut antara lain

tanah, sawah, rumah dan lain-lain.

d. Jenis-jenis kendaraan pribadi.

Kendaraan pribadi dapat digunakan sebagai alat ukur tinggi rendahnya

tingkat sosial ekonomi orang tua. Misalnya: orang yang mempunyai mobil

akan merasa lebih tinggi tingkat sosial ekonominya dari pada orang yang

mempunyai sepeda motor. Yang mana kepemilikan barang - barang berharga

diatas dapat digunakan untuk mengukur kondisi sosial ekonomi masyarakat,


karna semakin banyak barang – barang berharga yang dimiliki maka semakin

tinggi kedudukan sosial ekonomi masyarakat tersebut.

2.4.5. Keadaan Tempat Tinggal

Pengertian tempat tinggal dalam hal ini adalah rumah, menurut undang-

undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan

Permukiman, rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau

hunian dan sarana pembinaan keluarga. Kemudian pengertian lain dari rumah

adalah sebuah bangunan, tempat manusia tinggal dan melangsungkan

kehidupannya (Sarwono dalam Budihardjo, 1998: 148). Jadi dapat disimpulkan

jika rumah atau tempat tinggal adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat

tinggal manusia untuk beraktifitas dan melangsungkan kehidupannya.

Menurut Turner (Jenie, 2001: 45), mendefinisikan tiga fungsi utama yang

terkandung dalam sebuah rumah tempat bermukim,yaitu:

1. Rumah sebagai penunjang identitas keluarga (identity) yang diwujudkan

pada kualitas hunian atau perlindungan yang diberikan oleh rumah.

Kebutuhan akan tempat tinggal dimakssudkan agar penghuni dapat

memiliki tempat berteduh guna melindungi diri dari iklim setempat.

2. Rumah sebagai penunjang kesempatan (opportunity) keluarga untuk

berkembang dalam kehidupan sosial budaya dan ekonomi atau fungsi

pengemban keluarga. Kebutuhan berupaakses ini diterjemahkan dalam

pemenuhan kebutuhan sosial dan kemudahan ke tempat kerja guna

mendapatkan sumber penghasilan.


3. Rumah sebagai penunjang rasa aman (security) dalam arti terjaminnya.

keadaan keluarga di masa depan setelah mendapatkan rumah. Jaminan

keamanan atas lingkungan perumahan yang ditempati serta jaminan

keamanan berupa kepemilikan rumah dan lahan.

Menurut Suparno (2006), jenis rumah diklasifikasikan berdasarkan tipe

rumah. Jenis rumah tersebut terdiri atas:

1. Rumah Sederhana

Rumah sederhana merupakan rumah bertipe kecil, yang mempunyai

keterbatasan dalam perencanaan ruangnya. Ciri ciri utama dari jenis rumah

ini adalah luas bangunannya yang kurang dari 36 meter persegi dan luas

tanah yang menyatu dengan rumah kurang dari 90 meter persegi.

2. Rumah Menengah

Rumah menengah merupakan rumah bertipe sedang. Pada tipe ini, cukup

banyak kebutuhan ruang yang dapat direncanakan dan perencanaan

ruangnya lebih leluasa dibandingkan padarumah sederhana. Ciri-ciri utama

dari jenis rumah ini adalah luas bangunannya yang kurang dari 36-120

meter persegi danluas tanah yang menyatu dengan rumah kurang dari 90-

200 meter persegi.

3. Rumah Mewah

Rumah mewah merupakan rumah bertipe besar, biasanya dimiliki oleh

masyarakat berpenghasilan dan berdaya belitinggi. Perencanaan ruang

pada rumah tipe ini lebih kompleks karena kebutuhan ruang yang dapat

direncanakan dalam rumah ini banyak dan disesuaikan dengan kebutuhan


pemiliknya. Ciri-ciri utama dari jenis rumah ini adalah luas bangunannya

yang kurang dari 120 meter persegi dan luas tanah yang menyatu dengan

rumah kurang dari 200 meter persegi.

Menurut Mulyanto Sumardi (2004) tingkat ekonomi seseorang dapat di

nilai dari rumah yang ditempatinya, dengan kriteria sebagai berikut:

a) Status rumah yang ditempati, bisa rumah sendiri, rumah dinas, menyewa,

menumpang pada saudara, atau ikut orang lain.

b) Kondisi fisik bangunan, dapat berupa rumah permanen, kayu dan bambu.

Keluarga yang keadaan sosial ekonominya tinggi pada umumnya

menempati rumah permanen, sedangkan keluarga yang keadaan sosial

ekonominya menengah ke bawah menggunakan semi permanen atau tidak

permanen.

c) Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang ditempati pada

umumnya semakin tinggi tingkat sosial ekonominya.

Kriteria di atas menjadi salah satu kriteria bahwa kondisi sosial ekonomi

masyarakat dapat dipandang dari jenis tempat tinggal yang dimiliki oleh

seseorang. Semakin baik kondisi rumah yang ditempati maka semakin baik pula

kondisi yang diakui oleh masyarakat, hal ini menjadikan rumah salah satu simbol

kondisi sosial di tengah masyarakat.

2.4.6. Kesejahteraan

Menurut Badan Pusat Statistik (2005), indikator yang digunakan untuk

mengetahui tingkat kesejahteraan ada empat yaitu keadaan tempat tinggal,

fasilitas tempat tinggal sbb :


1. Kriteria keadaan tempat tinggal yang dinilai ada 4 item yaitu jenis atap rumah,

dinding, status kepemilikan rumah, dan jenis lantai. Dari 4 item tersebut

kemudian akan digolongkan ke dalam 3 golongan yaitu:

a) Permanen

Kriteria permanen ditentukan oleh kualitas dinding, atap dan lantai.

Bangunan rumah permanen adalah rumah yang dindingnya terbuat dari

tembok/kayu kualitas tinggi, lantai terbuat dari ubin/keramik/kayu kualitas tinggi

dan atapnya terbuat dari seng/genteng/sirap/asbes.

b) Semi Permanen

Rumah semi permanen adalah rumah yang dindingnya setengah

tembok/bata tanpa plaster/kayu kualitas rendah, lantainya dariubin/semen/kayu

kualitas rendah dan atapnya seng/genteng/sirap/asbes.

c) Non Permanen

Rumah tidak permanen adalah rumah yang dindingnya sangat sederhana

(bambu/papan/daun), lantainya dari tanah dan atapnya dari daun-daunan atau atap

campuran genteng/seng bekas dan sejenisnya.

d) Fasilitas Tempat Tinggal

Untuk fasilitas tempat tinggal yang dinilai terdiri pekarangan, alat

elektronik, pendingin, sumber penerangan, kendaraan yang dimiliki, bahan bakar

untuk memasak, sumber air bersih, sumber air minum, cara memperoleh air

bersih/air minum, fasilitas air minum, MCK, dan jarak dari rumah ke MCK. Skor

diperoleh dengan menjumlahkan nilai dari fasilitas yang tersedia dalam

perumahan tersebut seperti:


1. Luas perkarangan: sempit (<50m²), sedang (50-100m²), luas (100m²).

2. Alat elektronik: radio, tape recorder, TV.

3. Pendingin: alam, kipas angin, AC.

4. Sumber penerangan: lampu tempel, petromak, listrik.

5. Kendaraan yang dimiliki : sepeda, motor, mobil.

6. Bahan bakar: kayu, minyak tanah, gas.

7. Sumber air bersih : sungai, mata air pegunungan, PAM

8. Sumber air minum : sumur, depot air minum, air minum kemasan (Aqua)

9. Fasilitas air minum : sumur, depot, PAM

10. WC: sungai, kamar mandi umum, kamar mandi sendiri.

2.4.7. Pergaulan dan Aktivitas Sosial

Interaksi sosial menurut Kimball Young dalam Ary H. Gunawan

mengatakan bahwa sosialisasi merupakan hubungan interaktif di mana

seseorang dapat mempelajari kebutuhan sosial dan kultural yang menjadikan

sebagai anggota masyarakat.Interaksi sosial bisa saja disebut dengan kontak

sosial yaitu suatu bentuk proses sosial yang dilakukan oleh masyarakat

karenanya interaksi sosial merupakan syarat yang paling utama untuk

terjadinya aktifitas-aktifitas sosial. Interaksi sosial merupakan bentuk

hubungan kepada manusia secara dinamis menyangkut hubungan antara

perorangan atau kelompok.

Dijelaskan lebih lanjut oleh Elly M Setiadi dan Usman Kolip bahwa :

Interaksi sosial dapat dikategorikan berbagai macam diantaranya berdasarkan


sifat, bentuk, dan tingkatan hubungannya. Jika melihat sifatnya dibagi

menjadi tiga macam, yaitu :

a. Interaksi antara individu dan individu. Dalam hubungan ini bisa

terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif, jika hubungan

yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan

timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).

b. Interaksi antara individu dan kelompok. Interaksi ini pun dapat

berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial

individu dan kelompok bermacam-macam sesuai situasi dan kondisinya.

c. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok. Interaksi sosial

kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan

kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan

untuk membicarakan suatu proyek.

2.5 Kajian Penelitian Yang Relevan

Berbagai hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan

yang dibahas merupakan hal yang sangat penting untuk dijadikan sebagai data

pendukung seperti penelitian yang dilakukan oleh Kustiana Ayu (2016) dengan

judul “Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Sekitar Pertambangan Nikel Di

Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali”. Tujuan penelitian ini untuk

mengungkap kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar nikel pertambangan yang

berada di Kecamatan Bohodopi di Kabupaten Morowali.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Semuel Risal, dan DB. Paranoan,

serta Suarta Djaja (2013) dengan judul “Analisis Dampak Kebijakan


Pertambangan Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan

Makroman”. Tujuan penelitian ini adalah menemukan kondisi riil sosial ekonomi

masyarakat di Makroman untuk menganalisis dampak kebijakan pertambangan

batubara dan merekomendasikan sistem pengelolaan sumber daya alam yang

berpihak pada masyarakat.

Refles (2012) dalam penelitian yang berjudul Kegiatan Pertambangan

Emas Rakyat dan Implikasinya terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di

Kenagarian Mundam Sakti, Kecamatan IV Nagari, Kabupaten Sijunjung. Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui implikasi kegiatan

penambangan emas terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kanagarian

Mundam Sakti, Kecamatan IV Nagari, Kabupaten Sijunjung. Penelitian dilakukan

dengan menggunakan metode survey. Hasil dari yang didapatkan berdasarkan

penelitian ini menunjukkan bahwa penambangan emas berdampak terhadap

kondisi sosial ekonomi masyarakat diantaranya adalah dengan meningkatnya

kesejahteraan masyarakat, namun tambang emas juga memberikan dampak

negatif karena adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pertambangan

yang berimplikasi negatif terhadap produksi padi. Persamaan dari penelitian ini

dan penelitian sebelumnya yaitu fokus pada penelitian Kondisi sosial ekonomi

pertambangan rakyat yang ada di desa Hulawa Kecamatan Buntulia Kabupaten

Pohuwato Provinsi Gorontalo.


2.6 Kerangka Berfikir

Pertambangan merupakan salah satu sektor utama dalam tatanan ekonomi

global yang memiliki posisi dominan dalam pembangunan sosial ekonomi

masyarakat baik di negara maju maupun berkembang. Gambar 2.1 berikut :

Sumber Data

Primer Sekunder

1. Data jumlalah
Kondisi Sosial Kondisi Ekononi
Penduduk.

1.Tingkat 1. Jenis
Pendidikan Pekerjaan
2. Pendapatan
2. Keadaan Pekerjaan
Tempat Tinggal Utama dan
3. Kesejahteraan Sampingan

Pengumpulan Data

Analisis Data

Hasil

Gambar 2.1.Kerangka Pemikiran Penelitian


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Latar Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Desa Hulawa, Kecamatan Buntulia,

Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo.

Gambar 3.1 peta lokasi penelitian.

3.1.2 Waktu Penelitian

Peneliti membutuhkan waktu ± 5 bulan untuk menyelesaikan penelitian.

Pelaksanaan penelitian ini dari bulan juni-oktober 2018.


3.2 Variabel oprasional penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu “Kondisi Sosial Ekonomi

Pertambangan Rakyat Di Desa Hulawa Kecamatan Buntulia Kabupaten

Pohuwato” Maka variabel dalam penelitian ini adalah kondisi sosial ekonomi

masyarakat penambang yang ada di Desa Hulawa Kecamatan Buntulia Kabupaten

Pohuwato. Untuk menghindari kesalahan pemahaman perbedaan penafsiran maka

penelitian ini memfokuskan variabel oprasional yaitu :

Tabel 3.1 Variabel oprasional

No Variabel Sub Variabel Indikator Alat ukur


Kondisi Pendapatan kepala
1
Ekonomi Pendapatan keluarga Kuisioner

Jenis
Pekerjaan Jenis Pekerjaan Kuisioner

Kepemilikan
kekayaan Aset yang dimiliki Kuisioner
Kondisi Tempat Keadaan Tempat
2 Sosial Tinggal Tinggal Kuisioner
Tingkat Pendidikan
Pendidikan Terakhir Kuisioner

Kesejahteraan Kesejahteraan Kuisioner

Aktivitas
Sosial
Hubungan sosial Kuisioner

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam Ppenelitian ini adalah seluruh masyarakat di Desa Hulawa,

Kecamatan Buntulia, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo yang berjumlah

508 kk yang terdiri dari 6 dusun,Penentuan sampel dalam penelitian ini meliputi

masyarakat yang berstatus sebagai penambangdi Desa Hulawa, Kecamatan


Buntulia, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo yaitu : berjumlah 85 KK.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini mengacu pada teknik Purposive

Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yakni

dengan nilai toleransi 10 %( n = N / (1 + (N x e²)) (Sugiyono, 2009).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Jenis Data Dan Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu data primer. Data primer

dalam penelitian ini meliputi pekerjaan, pendapatan, keadaan tempat tinggal dan

tingkat pendidikan dan aktivitas sosial. Data primer dalam penelitian ini di

peroleh wawancara kepada responden dengan bantuan kuisioner.


3.4.2 Instrumen Penyajian Data

Instrumen yang di gunakan untuk mengambil data dalam penelitian ini

adalah berupa angket. Angket ini terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang terkait

dengan variabel kondisi sosial ekonomi.

Tabel 3.2 Instrumen Penyajian Data

Jumlah
No Variabel Sub Variabel Indikator Poin Poin

Kondisi PendapatanAnggota 1,2,3,4, 5,


1
Ekonomi Pendapatan Keluarga 6 6

Jenis
Pekerjaan Jenis Pekerjaan 7, 8, 9 3

Kepemilikan
kekayaan Aset yang dimiliki 8 1
Kondisi Tempat Keadaan Tempat
2 Sosial Tinggal Tinggal 1,2,3, 3
Tingkat Pendidikan
Pendidikan Terakhir 1 1

Kesejahteraan Kesejahteraan 4, 5, 6, 7 4

Aktivitas
Sosial
Hubungan sosial 9, 10, 11 3

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

data deskriptif kualitatif. Teknik analisis data deskriptif kualitatif yang diperoleh

dari sampel populasi penelitian dianalisis sesuai dengan metode statistik.


3.6 Desain Penelitian

Desain penelitian yang akan dilakukan peneliti tertera pada Gambar 3.1

INPUT PROSES OUTPUT

Kondisi Sosial Meliputi :


1. Pendapatan
2. Tingkat pendidikan Analisis
3. Kepemilikan kekayaan Kondisi Sosial
Masyarakat
4. Keadaan tempat tinggal
Penambang
5. Kesejahteraan
6. Aktivitas Sosial
Kondisi Sosial
Ekonomi
Masyarakat
Penambang

Analisis
Kondisi Ekonomi meliputi :
Kondisi
1. Pekerjaanpokok dan
Ekonimi
pekerjaan sampingan Masyarakat
Penambang

Gambar 3.2 Desain Penelitian


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

Kabupaten Pohuwato merupakan Kabupaten yang berada di ujung barat

Provinsi Gorontalo. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Buol, sebelah

Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini, Sebelah barat berbatasan dengan

Kabupaten Parigi Moutong dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Boalemo. Luas wilayah adalah 4.244,31 Km2 atau 34,75% dari luas wilayah

Provinsi Gorontalo. Desa Hulawa adalah merupakan Desa yang berada di

Kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato dengan luas wilayah 98, 254 km2

terdiri dari 6 Dusun (Hele, Kapali, Butato, Poladingo, Popaya, Mekar Jaya),

dengan jarak dari kota Marisa sekitar ± 10 km dan dengan jumlah penduduk 1458

jiwa dan jumlah KK 508. Letak geografis Desa Hulawa Kecamatan Buntulia

Kabupaten Pohuwato dengan batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : berbatasan dengan Butato

b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Hele

c. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kapali

d. Sebelah Barat : berbatasan dengan Popaya


Gambar 4.1 Peta Distribusi Sampel
4.2 Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Hulawa Kecamatan Buntulia Kabupaten

Pohuwato Tahun 2018. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 06 Juli Tahun

2018 sampai tanggal 30 Juli Tahun 2018. Penelitian ini merupakan suatu survei

untuk mengetahui kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat penambang yang

ada di Desa Hulawa Kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato Tahun 2018.

Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan secara total sampling yakni seluruh

masyarakat penambang emas sehingga jumlah sampel dalam penelitian adalah 85

responden. Alat observasi yang digunakan adalah kuesioner. Berdasarkan hasil

penelitian maka dapat dipresentasikan sebagai berikut :

4.2.1 Kondisi Sosial Masyarakat Penambang

a) Kepemilikan Tempat Tinggal

Kehidupan sosial berdasarkan tempat tinggal masyarakat penambang yang

ada di Desa Hulawa Kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato tahun 2018 dapat

dilihat pada Gambar 4.1.


Persentase (%)

100

0
Milik Sendiri Milik Keluarga Sewa/Kontrak

Keadaan tempat tinggal

Gambar 4.1 Keadaan tempat tinggal


Gambar 4.1 memperlihatkan bahwa keadaan tempat tinggal masyarakat

penambang yang ada di lokasi penelitian milik sendiri sebanyak (88 %) atau 75

KK dan kategori milik keluarga (12 %) atau 10 KK.

b) Tingkat Pendidikan

Kehidupan sosial berdasarkan tingkat pendidikan masyarakat penambang

yang ada di Desa Hulawa Kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato tahun 2018

dapat dilihat pada Gambar 4.2


Persentase (%)

50

Pendidikan Terakhir

Gambar 4.2 Pendidikan terakhir masyarakat penambang

Gambar 4.2 memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat

penambang dalam penelitian ini adalah tidak sekolah (47%), atau 40 KK lulus SD

(29%) atau 25 KK, lulus SMP/Sederajat (16%) atau 14 KK dan lulus

SMA/Sederajat (7.1%) atau 6 KK.

c) Keadaan tempat tinggal

Keadaan tempat tinggal masyarakat penambang yang menjadi sampel

penelitian dapat di lihat pada Gambar 4.3


Persentase (%)
100

50

0
Permanen Semi Non
Permanen Permanen

Kategori Rumah

Gambar 4.3 Keadaan tempat tinggal masyarakat penambang

Gambar 4.3 Menunjukan bahawa masyarakat yang ada di lokasi penelitian

yang memiliki rumah permanen (94%) atau 80 KK dan semi permanen 6% atau 5

KK.

d) Sanitasi Lingkungan Fasilitas MCK

Untuk menilai kehidupan sosial masyarakat penambang salah satunya

dapat kita lihat dari kepelikan fasilitas MCK berikut hasil penelitian di lapangan

terlihat pada Gambar 4.4.


Persentase (%)

100

Fasilitas MCK

Gambar 4.4 Fasilitas MCK masyarakat penambang

Gambar 4.4 memperlihatkan bahwa sanitasi lingkungan kategori fasilitas

MCK masyarakat penambang berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh


MCK sendiri (76%), atau 65 KK MCK umum (18%), atau 15 KK

menumpang di tetangga (2.4%), atau 2 KK kebun (2.4) atau 2 KK dan

sungai (1.2%) 1 KK.

e) Sumber air bersih masyarakat penambang

Hasil penelitian yang di lakukan peneliti tentang sumber air bersih

masyarakat penambang yang ada di likoasi penelitian dapat di lihat pada Gambar

4.5.
Persentase (%)

100

50

0
PDAM Sumur Mata air Sumur Sungai
gali suntik

Sumber air

Gambar 4.5. Sumber air bersih masyarakat penambang

Gambar 4.5 memperlihatkan sumber air bersih yang digunakan oleh

masyarakat penambang dalam penelitian ini yakni yang menggunkan PDAM

(53%), atau 45 KK sumur gali (29%), atau 25 KK sumur suntik (18%). Atau 15

KK .

f) Sarana persampahan

Untuk mengetahui kondisi sosial masyarakat penambang peneliti

mensurvei sara persampahan masyarakat, yang hasil penelitiannya dapat di lihat

pada Gambar 4.6.


100

Persentase (%)
50

0
Bak Bak Dibunag Dibuang
sampah sampah di kebun di sungai
pribadi komunal

Sarana persampahan

Gambar 4.6. Sarana persampahan masyarakat penambang

Gambar 4.6 memperlihatkan bahwa sarana persampahan yang digunakan

oleh masyarakat penambang dalam penelitian ini yakni menggunkan bak sampah

pribadi (16%), atau 14 KK bak sampah komunal (12%), atau 10 KK dibuang di

kebun (7.1%), atau 6 KK dibuang di sungai (65%) atau 55 KK.

g) Sarana Teknik Informasi dan Komunikasi

Salah satu variabel untuk mengetahui kondisi sosial masyarakat

penambang yaitu sarana komunikasi yang hasil penelitiannya terdapat pada

Gambar 4.7.
100

Persentase (%)
50

0
Telfon HP HP dengan
rumah fasilitas
internet

Sarana Komunikasi

Gambar 4.7 Sarana Komunikasi Masyarakat Penambang

Gambar 4.7 memperlihatkan bahwa sarana komunikasi yang digunakan oleh

masyarakat penambang yakni Hp (93%), atau 79 KK HP dengan fasilitas internet

(7.1%) atau 6 KK.

h) Bahan bakar

Kehidupan sosial berdasarkan penggunaan bahan bakar masyarakat

penambang yang ada di Desa Hulawa Kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato

tahun 2018 dapat dilihat pada Gambar 4.8.


Persentase (%)

100

50

0
Gas Listrik Minyak Kayu
Tanah

Bahan Bakar

Gambar 4.8 Penggunaan Bahan Bakar Masyarakat Penambang


Gambar 4.8 memperlihatkan penggunaan bahan bakar yang digunakan

oleh masyarakat penambang yakni gas (62%) atau 53 KK minyak tanah (7.1%)

atau 6 KK dan kayu (31%) atau 26 KK.

i) Penggunaan enrgi penerangan

Kondisi sosial masyarakat penambang mengenai penggunaan energy

sebagai penerangan dapat kita lihat pada Gambar 4.9.


Persentase (%)

100

Penerangan

Gamba 4.9 Penggunaan Energi Penerangan Masyarakat Penambang

Gambar 4.9. Memperlihatkan penggunaan energi penerangan yang

digunakan oleh masyarakat penambang dalam penelitian ini adalah listrik (82%)

atau 70 KK generator/genset (18%) atau 15 KK.

j) Sarana Transportasi milik pribadi

Kehidupan sosial berdasarkan sarana transportasi milik pribadi masyarakat

penambang yang ada di Desa Hulawa Kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato

tahun 2018 dapat dilihat pada Gambar 4.10.


Persentase (%)
100

50

0
Mobil Sepeda Bentor Sepeda
Motor

Milik Pribadi

Gambar 4.10. Sarana transportasi kategori milik pribadi

Gambar 4.10 memperlihatkan penggunaan sarana transportasi transportasi

milik pribadi yang digunakan oleh masyarakat penambang yakni mobil (4%) atau

3 KK sepeda motor (88%) atau 75 KK bentor (6%) atau 5 KK sepeda (2.4%) atau

2 KK.

k) Sarana transportasi angkutan umum

Penggunaan Sarana Transportasi Kategori Angkutan Umum Masyarakat

Penambang Desa Hulawa Kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato tahun 2018

dapat di lihat pada Gambar 4.11.


Persentase (%)

100

50

0
Mobil Ojek Ojek
Mikrolet Motor Bentor

Angkutan Umum

Gambar 4.11. Sarana transportasi ankutan umum


Gambar 4.11 memperlihatkan penggunaan sarana transportasi kategori

transportasi angkutan umum yang digunakan oleh masyarakat penambang dalam

penelitian ini yakni mobil (4%) atau 3 KK sepeda motor (88%) 75 KK ojek motor

(94%) atau 80 KK ojek bentor (6%) atau 5 KK.

4.2.2 Kehidupan Ekonomi Masyarakat Penambang

Berdasarkan wawancara pada saat pengisian kuesioner terhadap responden

yang berpendapatan pada sektor pertambangan dan sektor lain yang menjadi

pendapatan sampingan masyarakat penambang Desa Hulawa akan dijelaskan pada

Gambar berikut.

a) Pekerjaan Pokok

Untuk mengetahui kondisi ekonomi masyarakat penambang yang ada di

desa Hulaw ada dua variabel yang menjadi tolak ukur peneliti yaitu pokok dan

pendapatan serta pekerjaan samping dan pendapatan. Pekerjaan pokok responden

di lokasi penelitian dapat di lihat pada Gambar 4.12.

100
Persentase %

50

0
Pengemudi…
Buruh
Wiraswasta
Pedagang
Pertanian
Peternakan
Perikanan
Penambang

Pekerjaan Pokok

Gambar 4.12 Pekerjaan Pokok Masyarakat Penambang


Gambar 4.12 memperlihatkan pekerjaan pokok responden di lokasi

penelitian adalah penambang, karena yang menjadi objek dalam penelitian ini

fokus pada masyarakat penambang yang ada di Desa Hulawa, Kecamatan

Buntulia, Kabupaten Pohuwato.

b) Pekerjaan sampingan

Pekerjaan Sampingan Masyarakat Penambang Desa Hulawa dapat di lihat

pada Gambar 4.13.

100
Persentase %

50

Pekerjaan Sampingan

Gambar 4.13. Pekerjaan sampingan masyarakat penambang

Gambar 4.13. Memperlihatkan pekerjaan sampingan masyarakat

penambang dalam penelitian ini adalah petani (76%) atau 65 KK Pedagang (6%)

atau 5 KK buruh bangunan (7%) atau 6 KK ojek (11%) atau 9 KK.

c) Pendapatan Pekerjaan Pokok

Kondisi ekonomi masyarakat penambang dapat di lihat pada pendapatan

pekerjaan pokok yang di jelaskan pada Gambar 4.14.


60

Persentase %
40

20

0
< Rp. Rp. Rp. > Rp.
1.500.000 1.500.000 2.500.000 3.500.000
- Rp. - Rp.
2.500.000 3.500.000

Pendapatan Pekerjaan Pokok

Gambar 4.14 Pendapatan Pekerjaan Pokok Masyarakat Penambang

Gambar 4.14 memperlihatkan pendapatan pekerjaan pokok masyarakat

penambang dalam penelitian ini adalah Rp. < 1.500.000, (6%) atau 5 KK Rp.

1500.000- Rp. 2.500.000, (41%) atau 35 KK > Rp. 2.500.000- Rp. 3.500.000,

(27%) atau 23 KK >Rp. 3.500.000, (26%) 22 KK.

d) Pendapatan Pekerjaan Sampingan

Kehidupan ekonomi masyarakat penambang yang ada di lokasi penelitian

di ukur dengan pendapatan pekerjaan Sampingan dapat di lihat pada Gambar

4.15.

60
Persentase %

40

20

0
< Rp. Rp. Rp. > Rp.
1.500.000 1.500.000 - 2.500.000 - 3.500.000
Rp. Rp.
2.500.000 3.500.000

Pendapatan Pekerjaan Sampingan

Gambar 4.15. Pendapatan Pekerjaan Sampingan Masyarakat

Penambang
Gambar 4.14. Memperlihatkan pendapatan pekerjaan sampingan

masyarakat penambang dalam penelitian ini adalah < Rp. 1.500.000, (60%) atau

51 KK Rp. 1.500.000-Rp.2.500.000, (25%) atau 21 KK Rp. 2.500.000-

Rp.3.500.000, (15%) atau 13 KK.

4.3 Pembahasan

Desa Hulawa memiliki 6 dusun dari masing masing dusun tersebut bisa di

katakan cukup sulit untuk menjangkaunya karna di pengaruhi oleh factor alam

yang memang desa Hulawa merupakan desa yang berada di ketinggian dan jauh

dari pekotaan akan tetapi dari segala kekurangan tersebut desa Hulawa merupakan

Desa yang kaya akan emas yang sampai saat ini masyarakat Desa Hulawa masi

memanfaakan kekayaan alam tersebut untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi

sehingga peneliti melakukan penelitian ini. Tujuannya adalah untuk mengungkap

dan memberikan gambaran secara kualitatif tentang kehidupan masyarakat

penambang yang ada di Desa Hulawa, Kecamatan Buntulia, Kabupaten Pohuwato

yang ditinjau dari segi sosial ekonomi.

Gambaran tentang kehidupan masyarakat penambang diperoleh peneliti

melalui sebuah kuesioner, wawancara dan pengamatan lapangan. Dari kegiatan

tersebut didapatkan setiap masyarakat memiliki kehidupan yang berbeda-beda

baik ditinjau dari segi sosial maupun ekonomi.

a) Keadaan Tempat Tinggal

Hasil survei yang dilakukan peneliti pada tanggal 6 Juli 2018

mengenai kondisi sosial masyarakat penambang bahwa dengan adanya

kawasan pertambangan memberikan dampak fositif bagi masyarakat


dari hasil yang di dapatkan masyarakat penambang yang ada di lokasi

penelitian terdapat 88% atau 75 KK masyarakat yang sudah memiliki

tempat tinggal sendiri, sedangkan tinggal pada keluarga hanya 12%

atau 10 KK.

b) Tingkat Pendidikan

Dari hasil penelitian teryata pendidikan masyarakat penambang yang

ada di Desa Hulawa lebih banyak yang tidak lulus SD yaitu 47% atau

40 KK, sedangkan yang lulus SD 29% atau 25 KK, lulus SMP 16%

atau 14 KK, lulus SMA 7.1% atau 6 KK. Hal ini terjadi karena

beberapa faktor yang salah satunya adalah sulitnya untuk menjangkau

tempat pendidikan sehingganya masyarakat lebih memilih untuk

bekerja sebagai penambang.

c) Keadaan Tempat Tinggal

Dari hasil survei yang dilakukan peneliti tempat tinggal masyarakat

penambang terdapat 94% atau 80 KK sudah permanen, sedangkan

yang semi permanen hanya 6% atau 5 KK, dari hasil survei tersebut

menujukan bahwa kawasan pertambangan mampu menjadikan

kehidupan sosial masyarakat kepada yang lebih baik.

d) Fasilitas MCK

Dapat di lihat dari 85 sampel di lokasi penelitian yang tersebar di 6

Dusun terdapat 76% atau 65 KK sudah memiliki MCK sendiri

sedangkan 18% atau 15 KK masih menggunakan MCK umum 2.4%


atau 2 KK masih menumpang di tetangga sedangkan 1,2% atau 1 KK

masih menggunakan di perkebunan.

e) Sumber Air Bersih

Hasil wawancara yang di lakukan peneliti terkait sumber air bersih

yang di gunakan oleh masyarakat penambang menujukan dari 85

sampel terdapat 53% atau 45 KK yang menggunakan PDAM

sedangkan yang menggunakan sumur galih 29% atau 25 KK dan yang

menggunakan sumur suntik 18% atau 15 KK.

f) Sarana Persampahan

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti terkait sara persampahan

yang terdapat di lokasi penelitian yang tersebar di 85 sampel

menujukan bahwa 16% atau 14 KK yang sudah memiliki tempat

sampah pribadi 16% atau 10 KK menggunakan bak sampah komunal

7,1% atau 6 KK menggunakan kebun sebagai tempat sampah, setelah

di wawanncarai alasannya menapa menggunakan kebun mereka

mengatakan bahwa mereka belum memiliki tempat sampah pribadi

yang terdekat hanyalah kebun pekarangan akan tetapi untuk setiap

harinya mereka membakar sampah tersebut, 65% atau 55 KK

menggunakan sungai, alasan masyarakat membuang sampah di sungai

karena mereka tidak memiliki tempat sampah dan pekarangan yang

sempit karna di blakang rumah mereka suda sungai sehingga mereka

membuang sampahnya di sungai.

g) Sarana Teknik Informasi dan Komunikasi


Peneliti melakukan survei di lokasi penelitian terkait dengan sarana

informasi dan komunikasi menggunakan kuisioner dengan jumlah

sampel 85 KK dari hasil penelitian menujukan bahwa 93% atau 79 KK

menggunakan HP biasa dan 7,1% atau 6 KK mengunakan HP dengan

fasilitas internet, setelah di wawancarai ternyata masyarakat yang

menjadi sampel tersebut bukan tidak mampu membeli HP yang

memiliki fasilitas internet akan tetapi dengan pekerjaan sebagai

penambang yang notabennya berada di pegunungan maka mereka

lebih memprioritaskan jaringan, mereka beralasan bahwa jika HP

dengan fasilitas internek ketika berada di lokasi di mana meeka

bertambang itu sudah tidak memiliki jaringan.

h) Bahan Bakar Untuk Memasak

Dari 85 sampel yang ada di lokasi penelitian menujukan untuk

penggunaan bahan bakar untuk mrmasak terdapat 62% atau 53 KK

yang menggunakan kompor menggunakan gas alasan masyarakat

menggunakan gas karna simpl dan masih terhitung mudah untuk

memperolenya sedangkan 7,1% atau 6 KK yang menggunakan kompor

minyak tanah dan 31% atau 26 KK yang masih menggunakan kayu

bakar.

i) Jenis Penerangan Masyarakat

Masyarakat penambang yang ada di lokasi penelitian dengan jumlah

sampel 85 KK yang tersebar di 6 dusun menujukan bahwa 82% atau

70 KK yang telah menggunakan listrik PLN sedangkan 18% atau 15


KK yang menggunakan generator hal itu dilakukan masyrakat dengan

alasan belum terjangkaunya Listrik PLN.

j) Sarana Transportasi Milik Pribadi

Hasil yang di dapatkan peneliti di lokasi penelitian terkait dengan jenis

kenderaan pribadi yang di miliki oleh masyarakat penambang yaitu 4%

atau 3 KK yang sudah memiliki mobil 88% atau 73 KK yang telah

memiliki sepeda motor 6% atau 5 KK yang memiliki bentor serta 2,4%

atau 2 KK yang memiliki sepeda.

k) Sarana Transportasi Milik Umum

Di lokasi penelitian peneliti mewawancarai 85 KK sebagai sampel

penelitian yang tersebar di 6 dusun terkait angkutan yang sering di

gunakan oleh masyarakat dari hasi wawancara peneliti menemukan

94% atau 80 KK yang menggunakan ojek motor, hal ini di lakukan

masyarakat karena ojek motor lebih dominan di bandikan bentor,

namun sebagian masyarakat memilih menggunakan bentor dengan

alasan kenyamanan adapun masyarakat yang menggunakan bentor

hanya 6 % atau 5 KK.

l) Jenis Pekerjaan Pokok

Sesuai dengan judul penelitian kondisi sosial ekonomi masyarakat

penambang yang ada di Desa Hulawa maka dari keseluruhan sampel

yang berjumlah 85 KK yang terseber di 6 dusun di lokasi penelitian

keseluruhannya berstatus penambang, alasan dari keseluruhan sampel

yaitu 85 KK yang di wawancarai yaitu mereka lebih memilih untuk


bertambang karena itu merupakan pekerjaan yang mudah dengan

penghasilan yang lumayan besar.

m) Jenis Pekerjaan Sampingan

Di lokasi penelitian peneliti menemukan ada 4 jenis pekerjaan

sampingan yang di minati oleh masyarakat yaitu 76% atau 65 KK yang

bekerja sampingan sebagai petani, dengan alasan karna mereka

memiliki lahan sendiri untuk di tanami jagung dan cabai, 6% atau 5

KK yang memilih untuk berdagang 7% atau 6 KK yang memilih

bekerja sebagai buruh bangunan sedangan masyarakat yang memilih

bekerja sebagai ojek motor yaitu 11% atau 9 KK.

n) Pendapatan Pokok

Dari hasil penelitian terkait dengan jumlah pendapatan pokok yang di

dapatkan setiap bulannya oleh masyarakat penambang yaitu kurang

dari Rp. 1.500.000 6% atau 5 KK, Rp. 1500.000-2.500.000 41% atau

35 KK, Rp. 2.500.000-3.500.000 27% atau 23 KK sedangang yang

memiliki pendapatan pokoak > Rp. 3.500.000 26% atau 22 KK. Hal ini

memperlihatkan bahwa jumlah pendapatan dari pekerjaan pokok

masyrakat penambang yang ada di kawasan pertambangan sudah rata-

rata tinggi di bandingkan dengan jenis pendapatan sampingan

masyarakat seperti bertani, ojek motor, berdagang.

o) Pendapatan Sampingan

Adapun pendapatan sampingan yang di dapatkan dari hasil penelitian

yaitu kurang dari Rp. 1.500.000 60% atau 51 KK, Rp. 1.500.000-
2.500.000 25% atau 21 KK, sedangkan yang memiliki penghasilan Rp

2.500-3.500.000 15% atau 13 KK. Pendapatan dari jenis pekerjaan

sampingan masyarakat yang ada di kawasan pertambangan yang

merupakan lokasi penelitian yakni di Desa Hulawa Kecamatan

Buntulia, hasil penelitian di atas dapat di lihat bahwa pendapatan

sampingan masyarakat seperti bertani, berdagang dan ojek motor itu

masih dapat di rata-ratakan rendah di banding dengan pendapatan

pokok masyarakat yaitu bertambang.

Penelitian ini dilihat dari sudut pandang geografi yaitu menggunakan

pendekatan konsep wilayah yang menganalisis terkait perkembangan wilayah,

potensi SDA serta kondisi topografi yang dikaitkan dengan kondisi sosial

ekonomi masyarakat penambang yang ada di lokasi penelitian sebagai berikut :

Kabupaten Pohuwato merupakan kabupaten yang berada di ujung

barat Provinsi Gorontalo, sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Buol,

sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini, sebelah barat berbatasan

dengan Kabupaten Parigi Moutong dan sebelah timur berbatasan dengan

Kabupaten Boalemo. Luas wilayah adalah 4.244,31 Km2 atau 34,75% dari

luas wilayah Provinsi Gorontalo. Kabupaten Pohuwato adalah Kabupaten

yang terbentuk dari hasil pemekaran Kabupaten Boalemo. Kabupaten ini

dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2003 tanggal 25 Februari

2003 yang ditandatangani oleh Presiden Megawati Soekarnoputri dengan luas

wilayah + 432.278 Ha yang meliputi 13 (Tiga belas) wilayah Kecamatan

dengan Ibukota Kecamatan Marisa.


Pada awalnya, Kabupaten Pohuwato merupakan bagian administratif

pemerintahan Kabupaten Boalemo dimana hal ini berlangsung dari tahun

1999 Mei 2003. Sejak tahun 2002 atau satu tahun sebelum terbentuk

Kabupaten Pohuwato, keinginan, semangat dan aspirasi masyarakat untuk

membentuk satu Kabupaten begitu kuat. Kuatnya keinginan tersebut juga

paling besar dipengaruhi oleh polemik kedudukan ibukota Kabupaten

Boalemo yang tertuang dalam Undang-Undang No. 50 tahun 1999 tentang

pembentukan Kabupaten Boalemo, Kabupaten Buol dan Kabupaten

Morowali, yakni pasal 7 dan 8 yang isinya untuk sementara waktu ibukota

Kabupaten Boalemo berkedudukan di Tilamuta Kemudian 5 tahun setelah

pemerintahan berjalan, ibukota Kabupaten harus dialihkan ke kecamatan

Marisa. Polemik tersebut akhirnya disikapi oleh masyarakat dan para

stakeholder bersama pemerintah terkait untuk mengupayakan penyelesaian

secara damai, arif dan bijaksana. Berbagai upaya dilakukan oleh tokoh pemuda,

tokoh masyarakat dan komponen lainnya berjuang mewujudkan Kabupaten

Pohuwato, yang akhir perjuangan tersebut berhasil dengan keluarnya Undang-

Undang No. 6 tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Pohuwato dan

Bone Bolango yang disahkan melalui sidang paripurna Dewan Perwakilan

Rakyat Republik Indonesia tanggal 6 Mei 2003.

Kecamatan Marisa merupakan kecamatan induk dari beberapa kecamatan

yang ada di Kabupaten Pohuwato Kecamatan Buntulia yang dimekarkan pada

tahun 2008 yang terdiri dari 7 Desa dengan luas wilayah 375,64 (Km2) salah

satunya Desa Hulawa yang memiliki potensi emas yang di kelola oleh belanda
sekitar tahun 1930 berbagai kesengsaraan yang di alami oleh masyarakat baik dari

segi sosial ekonomi dan ketertindasan, sehingga rakyat berinisiatif untuk

merebut tambang tersebut dari pihak belanda sekitar tahun 1950an, dan sampai

saat ini tambang tersebut sedang dikelola oleh masyarakat Pohuwato secara

umum. peralihan pengelolaan lokasi tambang emas dari perusahaan belanda

kepada masyarakat pohuwato secara umum berdampak positif bagi masyarakat

pohuwato terlebih husus bagi masyarak yang berada di Desa Hulawa hal tersebut

dapat dilihat dari perkembangan kehidupan masyarakat dari segi sosial ekonomi

yang terdapat pada hasil penelitian.

Wilayah pertambangan Gunung Pani yang terletak di Desa Hulawa

sebagaimana kondisi topografi di lapangan, kawasan bagian timur perbukitan

Gunung Pani berupa hutan lebat, bagian barat sebagian tertutup hutan,

perladangan dan sebagian berupa pemukiman, di daerah perbukitan Gunung

Pani dan sekitarnya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan penambangan

emas, penambangan tersebut oleh masyarakat dilakukan dengan dua sistim, yaitu

tambang dalam dan tambang permukaan. Tambang dalam dengan mangambil

urat-urat kuarsa mengandung emas, tambang permukaan dengan sistem talang

tanam, semprot atau paretan dan penambangan pada aliran sungai dengan cara

mengalirkan aliran air melewati sluice box/paretan untuk menangkap emas yang

hanyut. Pengolahan emas dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan

tromol dan dengan pendulangan. Penggunaan tromol untuk mengolah

endapan emas primer maupun sekunder, sedangkan pendulangan untuk mengolah

endapan emas aluvial/campuran emas dan pasir. Kedua cara pengolahan


tersebut menggunakan proses amalgamasi, yaitu memakai merkuri atau perak

sebagai media untuk menangkap emas. Potensi emas yang terdapat di kawasan

pertambangan emas Gunung Pani mampu meningkatkan kondisi sosial ekonomi

masyarakat hal tersebut dapat kita lihat pada hasil penelitian bahwa pendapatan

pokok masyarakat penambang lebih tinggi dibandingan dengan pendapatan

sampingan masyarakat penambang.

Dari uraian di atas yang menganalisis hubungan penelitian ini dengan

geografi yang dilihat dari sudut pandang pendekatan konsep wilayah yang terkait

perkembangan wilayah, potensi SDA serta kondisi topografi dapat kita lihat pada

hasil penelitian ini bahwa perkembangan wilayah, kondisi topografi dan potensi

sumberdaya alam memiliki dampak fositif terhadap kondisi sosial ekonomi hal ini

dapat dilihat dari kehidupan sosial masyarakat penambang yang diperoleh sesuai

hasil penelitian yang menggunakan kuesioner dan wawancara serta pengamatan

peneliti ditemukan kehidupan sosial seperti keadaan tempat tinggal yang masuk

kategori milik sendiri yang lebih banyak dibandingkan milik keluarga, dan jenis

rumah di tempati juga suda rata-rata permanen dan suda di fasilitasi dengan MCK

untuk penggunaan air bersih masyarakat yang ada di lokasi penelitian lebih

banyak menggunakan PDAM, adapun penggunaan energi sebagai penerangan

masyrakat lebih banyak menggunakan listrik PLN dan penggunaan bahan bakar

untuk memasak masyarakat lebih memilih kompor yang menggunakan gas

dengan alasan kompor gas simpel dan untuk gasnya masah terhitung mudah

mendapatkannya, adapun untuk kepemilikan kenderaan pribadi masyarakat yang

ada di lokasi penelitian lebih banyak memiliki kenderaan roda dua (motor) adapun
masyarakat yang belum memiliki kenderaan pribadi mereka menggunakan

angkutan umum dengan jenis angkutan yang paling diminati masyarakat yaitu

ojek motor, untuk sarana komunikasi masyarakat sudah memiliki HP akan tetapi

lebih banyak yang menggunakan HP tanpa fasilitas internet hal ini menjadi

pilihan masyarakat karena faktor jaringan. Adapun kondisi ekonomi masyarakat

penambang yang terkait dengan jenis pekerjaan masyarakat yang ada di Desa

Hulawa notabennya beragam akan tetapi dalam penelitian ini hanya memfokuskan

pada masyarakat yang berstatus penambang sehingga dari 85 sampel untuk jenis

pekerjaan utama (pokok) yaitu penambang dengan penghasilan yang rata-rata

tinggi, sedangkan untuk jenis pekerjaan sampingan masyarakat penambang

berbeda-beda ada yang bekerja sampingan sebagai ojek motor, ada yang berdagan

dan ada juga yang bekerja sebagai buruh bangunan yang dari setiap pendapatan

dari jenis pekerjaan sampingan tersebut hanya tergolong rendah.


BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kehidupan masyarakat penambang yang ada di Desa Hulawa Kecamatan

Buntulia Kabupaten Pohuwato menggambarkan bahwa adanya lokasi

pertambangan mampu meningkatkan kondisi kehidupan sosial ekonomi

masyarakat yang ada di kawasan lokasi pertambangan emas. Kondisi sosial

masyarakat yang meliputi kepemilikan tempat tinggal, tingkat pendidikan,

keadaan tempat tinggal, sanitasi lingkungan fasilitas MCK, sumber air bersih,

sarana persampahan, sarana komunikasi, bahan bakar, penggunaan energi

penerangaan, sarana transportasi milik pribadi, sarana transportasi milik umum,

sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti memperlihatkan

bahwa adanya kawasan pertambangan mampu meningkatkan kondisi sosial

masyarakat ke strata yang lebih baik lagi. Kondisi ekonomi masyarakat yang

berada di kawasan pertambangan emas yang meliputi pendapatan dari pekerjaan

pokok dan pendapatan dari pekerjaan sampingan dari 85 KK yang menjadi sampel

penelitian mengatakan bahwa adanya lokasi pertambangan mampu meningkatkan

kondisi ekonomi masyarakat yang berada di kawasan pertambangan emas hal ini

dapat dilihat dari hasil perbandingan antara pendapatan pekerjaan pokok dan

pendapatan dari pekerjaan sampingan.


5.2. Saran

1. Saran yang dapat ditulis dalam penelitian ini adalah perlu adanya

sosialisasi kepada masyarakat terkait cara pengolahan hasil tambang

dengan baik guna menjaga keselamatan para penambang dan kelestarian

lingkungan sekitar.

2. Pemerintah harus mampu membuka lapangan pekerjaan sebagai pekerjaan

alternative kepada masyarakat penambang, sehingga pengembangan

perekonomian daerah terutama pedesaan dapat tercapai.


DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 1994. Sosiologi, Skematika, Teori, Dan Terapan. Jakarta: PT.Bumi

Aksara

As’ad. 2005. Pengelolaan Lingkungan pada Penambang Rakyat. Semarang:

Program Pascasarjana Universitas Diponegoro

Badan Pusat Statistik 2001. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota

Indonesia 1998-2001. Jakarta: BPS

Badan Pusat Statistik (BPS). 2008. Analisis Perkembangan Statistik

Ketenagakerjaan (Laporan Sosial Indonesia 2007). Jakarta: Badan Pusat

Statistik.

Elfindri. 2004. Ekonomi Ketenagakerjaan. Padang: Andalas University Press.

Hasibuan, Melayu S.P, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi,

Bumi Aksara, Jakarta.

Hasan, Said Hamid dkk. 2008. Pengembangan Budaya dan Karakter Bangsa.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum: Kemendiknas.

Kementrian Pertambangan dan Energi. Tim Terpadu Pusat Penanggulangan

Masalah Pertambangan Tanpa Izin (PETI). 2000. Iplementasi inpres no. 3

Tahun 2000. Jakarta.

Maftukhah. 2007. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap

Prestasi Belajar Siswa Kelas VII SMP n 1 Randudongkal Kabupaten

Pemalang Tahun 2006/2007. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Mulyanto Sumardi. 2004. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. Jakarta : Rajawali.


Mulyanto Sumardi & Hans Dieter Evers. 2002. Sumber Pendapatan, Kebutuhan

Pokok dan Perilaku Menyimpang. Jakarta:CV Rajawali Citra Press.

Nasution. 2004. Sosiologi Pendidikan. Bandung : Jemmars.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Pratama, A. 2014. Studi Dampak Kegiatan Pertambangan Terhadap Kondisi

Sosial Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe

Utara. Kendari: Universitas Halu Oleo

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan

Raden I, dkk. (2010). Kajian dampak penambangan batubara terhadap

pengembangan sosial ekonomi dan lingkungan di Kabupaten Kutai

Kertanegara. Laporan Penelitian. Kementrian Dalam Negeri. Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 2001. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Sarwono. (1998 : 148). Budiharjo, Jakarta : Penerbit Erlangga

Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana

Preneda Media Group.

Suparmo. 2006. Hubungan Antara Mata Pencaharian dan Pendapatan

Masyarakat. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Sunardi, M. dan H.D. Evers. 2002. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. Jakarta:

CV. Rajawali.

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003. tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Jakarta: Pustaka Widyatama

Wahyuni Yuyun. 1986. Dasar-dasar Statistika Diskriptif : Nuha Medika Press.


Young, Kimball dan Raymond, W, Mack : Sosiology and Social Life, (American

Book Company, New York), 1959

Anda mungkin juga menyukai