Anda di halaman 1dari 5

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui

opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfgh
jklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvb
CERITA PENDEK
nmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert
Oleh
NURFADILA GANI

yuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd
KELAS IX

fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc
vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw
ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopa
sdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklz
xcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq
wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio
pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghj
klzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn
Judul : Cerpen Hanya Sebuah Tulisan Kacau
Cerpen Karangan: Ajeung Nur Fauziah
Kategori : Cerpen Galau, Cerpen Remaja

Mungkin sudah satu bulan lebih kau tak mengabariku dan memberi tanda-tanda kehidupan
darimu, memang saat itu kita terpisahkan oleh jarak yang tidak lebih dari 30 km. Apa kau tau?
Saat itu aku lelah dan takut menahan rasa rindu yang terus bergentayangan dalam pikiranku yang
hampir saja membuatku gila. Tapi yang kau lakukan? Acuh saja dengan perasaanku dan kau
tetap bahagia menari-nari dengan lingkunganmu disana, tanpa kau pikirkan aku sangat
membutuhkanmu untuk hadir dan menari dengan kehidupanku.

Hingga tahun ajaran baru pun tiba, kau dipercaya untuk menjaga kedisiplinan sekolah saat siswa
dan siswi smp mengenal seluk beluk sekolah kita. Aku bangga kau bisa dipercaya, aku senang
karena banyak yang mengenalmu dengan paras yang lebih cantik dan menarik daripada aku. Tapi
aku tidak akan menegurmu, aku tidak akan marah padamu atau malah membencimu. Karena aku
tau kamu bisa menjaga perasaan ini, menjaga sebuah rasa yang dibangun atas dasar rasa sayang
dan keinginan untuk mengenal lebih dalam juga saling menjaga perasaan kita satu sama lain.

Satu minggu berlalu dan di suatu malam tiba-tiba kau ingin bertemu denganku, setelah satu
bulan lebih kita tidak bertemu karena sebuah hadiah liburan atas keberhasilan kita mengisi
sebuah lembar jawaban kerja ujian semester kemarin dan ditambah satu minggu kesibukanmu
mengurus tentang kedisiplinan sekolah kita.

Anehnya, kenapa kita bisa merasa canggung lagi seperti saat pertama kita bertemu? Apakah
akibat 1 bulan tidak bertemu dan tidak pernah lagi membicarakan hal-hal yang tak penting
namun kita tertawakan bersama? Malam itu aku merasa berbeda dengan kata-kata yang kau
ucapkan, seakan-akan aku tak mengerti dan tak bisa mengolah apa yang kau maksud. Saat itu
pula pikiranku dilanda dengan negative thinking, apakah yang kau maksud itu semacam kata-
kata perpisahan? Mengakhiri kisah kita secara perlahan dan dengan jalan yang baik-baik agar
aku tidak menangis merengek untuk meminta maaf dan memintamu untuk tidak pergi? Sungguh
pada malam itu aku seperti orang yang kebingungan mencari makna dari kalimat-kalimat yang
kau lontarkan, berusaha untuk merubah negative thinkingku ini menjadi positive thinking agar
aku terlihat baik-baik saja dan menghilangkan rasa kebingunganku terhadap makna yang kau
bicarakan.

“mungkin ini adalah terakhir kalinya aku mengunjungimu untuk bertemu dan bercerita di malam
hari…”
“hah? Maksudnya apa? Aku gak ngerti…”
“iya, ini semacam yang terakhir kalinya aku mengunjungimu seperti ini. Untuk minggu besok
dan selanjutnya mungkin aku gak akan datang lagi, kita cukup bertemu dan berbicara di sekolah
saja pas pulang sekolah…”
“kenapa? Apa ada masalah kalau kamu datang kesini untuk bertemu dan bercerita denganku?
Kenapa kamu tidak pernah bercerita kalau ternyata dengan bertemu denganku kau akan
mendapat masalah? Kau tau? Di sekolah, kita susah untuk bertemu. Aku sibuk dengan
rutinitasku dan kau juga sibuk dengan rutinitasmu. Kita memang hidup di zaman modern,
dengan kecanggihan alat komunikasi yang menurut orang yang sudah lama hidup itu lengkap
dan nggak ribet. Tapi menurutku itu tidak berarti, itu tidak mampu untuk menghilangkan rasa
rindu ini yang membuatku lega dan bahagia dengan hari-hariku…”
“anehya kita, kita satu sekolahan. Satu angkatan, kelas kita berseberangan. Tapi kenapa untuk
bertemu pun susah, pulang sekolah aku langsung pulang dan kau juga. Sore harinya di hari-hari
tertentu aku pergi ke bimbingan belajar dan kau juga, padahal tempat bimbel kita sama. rasanya
waktu untuk bertemu dan bercerita itu tidak ada, di waktu luang kau menggunakannya untuk
beristirahat dari rutinitasmu dan aku juga.”
“makannya, malam bisa jadi waktu kita untuk bertemu dan banyak bercerita. Seperti malam ini,
tak apa aku bercerita denganmu dalam jangka waktu satu minggu sekali…”
“tapi aku ingin fokus belajar, kita sekarang kelas 3 sma. Beberapa bulan lagi kita akan lulus dan
mencari kuliahan, aku takut gagal. Untuk malam hari meski satu minggu sekali aku rasa aku
nggak bisa, aku ingin pulang ke rumah untuk minggu-minggu selanjutnya. Berkumpul bersama
keluargaku disana…”
“jadi kau mau fokus belajar? Ya silahkan kau fokus belajar, lalu tinggalkan saja aku. Maaf kalau
aku hanya sebagai penghalang kesuksesanmu, yang selalu memberimu beban dengan
keegoisanku. Sekali lagi maaf dan terimakasih untuk segalanya selama ini, aku tetap
menyayangimu…”
Tiba-tiba kau memelukku, dan kau berkata “tolong, jangan tinggalkan aku. Aku tidak bermaksud
kesana, kamu jangan negative thinking dulu. Aku sayang kamu, aku ingin bersamamu
selamanya. Aku ingin kita bahagia dengan kesuksesan”.

Jujur saat itu aku bingung, bingung aku harus menjawab pernyataan-pernyataanmu tadi. Kau
ingin fokus belajar secara tidak langsung aku menafsirkannya kalau kau ingin sendiri dulu, lalu
kau menegaskannya dengan kata aku takut gagal dan itu makin membuatku merasa kalau aku
memang tak pantas bersamamu. Tapi kau malah menghalangiku untuk pergi, menahanku dengan
pernyataan yang seketika membuatku lupa dengan segala pikiran kacauku.

“ok, berarti bukan itu maksudmu? Maafkan aku kalau aku selalu negative thinking terhadapmu.
Mungkin rasa rindu ini yang membuatku begitu, sekali lagi maaf. Lalu apa yang harus aku
lakukan?”
“iya, it’s ok. Apa yang harus kamu lakukan? Jalani saja, meski kita tidak berkomunikasi secara
langsung atau tidak langsung. Atau bahkan tidak bertemu, yakinkan saja hatimu. Percayalah
akan ada waktu dimana kita akan merasakan kembali kebahagian yang lebih bahagia dari
momen-momen sebelumnya suatu saat nanti, kamu juga harus bersabar dan kuat menahan rasa
rindumu itu. Percayalah aku dan kamu akan baik-baik saja, jangan takut, jangan cengeng kalau
terjadi apa-apa. Karena aku ingin kamu menjadi seseorang yang kuat dan bahagia, aku juga
mendo’akan kamu supaya sukses dan kita sama-sama menjadi orang sukses nanti…”

Tapi tetap saja aku merasa bingung, bingung dengan tindakan apa yang harus aku lakukan
dengan pernyataan-pernyataanmu. Apakah aku bisa melakukannya? Melakukan seperti apa yang
kau katakan dan yang kau inginkan? Apa aku mampu menjalaninya dengan sifat dan karakterku?
Mungkinkah aku bisa menahan rasa kalau kau tetap menjadi milikku tapi aku tidak merasa kau
adalah milikku? Dengan fokus terhadap tujuan masing-masing untuk saat ini dan kedepannya
dan memberikan waktu kita untuk belajar dan mencapai kesuksesan? Aku sangat berharap ini
berhasil dan tidak sia-sia, supaya kau tidak menyesal dan mampu membuatku bahagia. Semoga
pernyataan-pernyataanmu itu benar-benar akan terjadi disuatu saat nanti. Aku harap kamu
sukses, meski aku harus menanggung rasa rindu dan kacau ini sendirian. Aku menyayangimu..

Anda mungkin juga menyukai