Anda di halaman 1dari 6

Hujan Bulan Juli.

Kemarin kita masih bersama...


Saat tak ada yang berhak menjadi pemisah diantara kita. Kita bercerita banyak
tentang nanti dan sekarang, mengelilingi kota walau sekedar duduk menikmati senja,
menyerumput teh manis dingin di alun-alun kota malam hari. Mencoba melalui arah yang
belum tau tujuan namun petunjuk arah yang canggih sekarang yang selalu membantu kita
walaupun akhirnya kadang tersesat karena salah baca alur. Sederhana memang tetapi kita
bahagia.
Selepas tamat SMA dengan status Sahabat jadi Pacar dengan proses yang lumayan
rumit, meskipun bukan siapa-siapa tapi merasa kamu siapa-siapa (aneh tidak?).
Seakan kita janjian untuk melanjutkan hidup di kota orang dan mengadu nasib menggapai
cita-cita.
Tidak ada proses yang mulus, datar dan lurus. Ternyata ada belokan, tanjakan, dan
turunan. Terbakar Api curiga dan Kecemburuan. Wajar kita begitu, kita tidak bisa seperti
yang lainnya yang bisa bertemu setiap hari. Kita dihalangi oleh posisiku yang saat ini masih
di karantina, kita dihalangi oleh komunikasi yang kurang. Jadi wajar kita curiga dan kadang
cemburu. Wajar kita berantem hebat masalah tentang aktifitas keseharian, meskipun begitu
kita tidak membuat perpisahan. Aku salut sama mu. Bisa bersikap Dewasa dalam
menanggapi akhir dari sebuah permasalahan. Yah meskipun hari-hari berikutnya terulang
lagi.
Tiga tahun berlalu masa karantina berakhir. Akhirnya kita bisa seperti yang lainnya,
bisa menyempatkan waktu bersama meskipun cuman sebentar. Tiga tahun masa karantina,
Tiga tahun juga kamu selalu siap jadi teman, sahabat, pacar yang selalu menasehati,
mendukung dan menolong aku saat susah. Terimakasih untuk semua nya itu.
Bekerja disalah satu tempat swasta, kini kita bisa bersama meskipun hanya sebentar
menikmati makan siang atau makan malam atau gereja bareng. Dan aku sangat bersyukur
akan hal itu. Rindu ku selama tiga tahun yang telah ku tabung, pecah dan nyebar dalam
gejolak dada yang tak tertahankan.
Setahun berlalu...
Bak petir disiang bolong. Dapat kabar bahwa aku harus pindah kerja ditempt asal.
Dapat telpon dari salah satu orang dinas bahwa dibutuhkan seorang tenaga kesehatan
disana.
Dengan berbagai banyak pertimbangan. Pilu... baru saja memulai karir bisa bersama-
sama dengan mu, namun ini penting untuk menunjang pekerjaan dan saya dibutuhkan
disana. Dengan berat hati kita memutuskan bahwa aku akan berangkat Minggu depan dan
itu artinya kita Long distance relationship.
Seminggu penuh...
Kita peduli dengan waktu, tanpa memikirkan besok adalah perpisahan. Detik, menit,
jam di manfaatkan untuk bisa melukis kisah. Siap kerja sepakat Makan siang bareng dan
jalan.
Merasakan Ratu seminggu..
Di turutin kemauan, di ajak kemana-mana tanpa bantahan dan tanpa letih. Sekejap
ku tatap wajah lelah nya, rasa iba dan kasihan. Seharian merelakan waktu istirahat untuk
bisa bersama dalam waktu yang singkat, Malam hari matanya tetap on menyelesaikan
Tugas demi cita-cita. Kadang aku berpikir aku terlalu Ego atau gimana ?
Tepat tgl 16 bulan Juni kamu mengantarkan aku kebandara. Aku tau kamu sedih, ku
tatap mata mu yang udah lelah mengerjakan tugas semalam dan menahan kantuk untuk
tetap mengantar aku dan tidak ketiduran.
Mata yang udah mulai berkaca-kaca, namun setitik air pun dari nya tak bisa
menetes. Aku tau kamu berusaha menguatkan aku, kamu berusaha untuk tetap tegar.
Tapi hatiku kacau, berat untuk melangkahkan kaki. Andai bisa ditolak aku memilih untuk
kembali lagi. Aku marah, nangis tapi tak bisa lagi kembali ke awal. Dan ini memang harus di
jalani. Akhirnya kita dibatasi oleh Jarak, waktu dan kesibukan masing-masing. Tak terasa
sudah satu bulan.
Aku tak tau apakah bulan Juli adalah musim hujan. Ku pandangi luar jendela,
langit yang jauh disana sedang mendung. Aku terdiam bak kapal yang karam, aku marah bak
dihantam gelombang.
Disana apakah kau baik-baik saja ?
Apakah kau merindu ?
Tidak kah engkau berpaling ?
Bukan kah rumput tetangga lebih hijau ?
Tapi bukan kah sama layu saat Musik kemarau ?
Masih pantas kah aku menunggu ?
Atau ini semua berakhir Pilu ?
Jangan... Ini sudah terlalu jauh.
Banyak kisah yang tak mungkin terulang kembali.
Tidak masalah untuk ku menunggu !
Namun Apakah kau kembali untuk ku ?
Terkadang hati tak bisa menahan, ingin bertemu meskipun hanya sebentar.
Tetesan air membasahi pipiku menetes seirama dengan rintik hujan yang lagi berkompromi
saat ini. Aku hanya berdo'a kita bisa dipertemukan kembali, jarak dan waktu berpihak ke
kita.
Kesabaran membutuhkan waktu, hingga sang semesta memberi waktu temu yang
kita harapkan. Aku berharap semua ini tidak melelahkan untuk bersama-sama menunggu,
agar kita tak berakhir Pilu. Namun berakhir melepas rindu. Adu argumen sudah menjadi
rutinitas kita, beda pendapat, dan mempertahankan ego kadang berkuasa.
Namun tak lepas dari semua itu, masih tetap menjadi tempat berpulang untuk berbagi
kisah. Meskipun kita hanya bisa berbagi cerita melalui Watshap, instagram dan kadang
sesekali deringan Telponan dari mu.
Aku selalu berdo'a untuk Tuhan..
Kita tidak dipertemukan hanya untuk saling sapa, tapi kita dipertemukan dengan
menjalin kisah. Belajar memahami satu sama lain, belajar selalu memperbaiki diri dan
dewasa dalam menyelesaikan Masalah.
Namun.. hati kecil berbisik tentang keraguan yang ngak bisa di tolak. Seketika aku
berpikir sudah yakin, sudah mantap. Namun kadang hal kecil membuatku seakan ragu. Aku
mungkin terlalu cepat berpikir untuk aku lebih dewasa dari usia ku. Dan itu bukan berarti
aku harus menuntut sesuatu jadi seperti ku.
Aku mencoba untuk bisa memahami, perlahan-lahan aku sabar menghadapi, aku
coba memberikan sisi positif yang bisa di ambil, tapi tetap saja selalu salah dan jadinya salah
paham dan selalu memacu kita dalam pertengkaran. Tetapi terkadang cara mu, membuat
jiwa semangat menunggu ku jatuh kadang tak berarti, hanya penuh ke sia-sia'an. Aku tidak
menuntut kamu harus jadi dewasa se-dewasa mungkin. Tapi aku hanya minta kamu
mengerti sedikit.
Memang aku sadari, kita berbeda. Kamu terlahir dari keluarga yang masih bisa
mencukupi mu tanpa memikirkan kesusahan hari esok. Tapi aku tidak, kesusahan hari ini
harus aku pikirkan biar besok aku bisa hidup dan bisa menjalani kenyataan hidup ini.
Aku memang bersyukur dipertemukan dengan kamu, bisa bertahun-tahun saling
mengenal satu sama lain. Aku memantapkan bahwa aku hanya menunggu mu, tapi aku jga
tidak memaksa jika waktu dan rencana Tuhan tidak berpihak. Aku masih tetap sama seperti
dulu, sama seperti kamu kenal dulu, hanya saja mungkin sekarang agak sedikit cepat
tersinggung.
Aku hanya berdo'a semoga kamu juga semakin dewasa dalam berpikir, tanpa
merubah kamu apa adanya. Wanita itu tidak selama nya salah. Perhatikan lah sesekali dia
bicara, karena yang dikatakannya pun bukan untuk mencelakakan mu, tapi yang terbaik
untuk Mu. Karena Kalau wanita sudah sayang dia tidak akan peduli apa yang menimpanya
dia lebih mengutamakan kamu.
Pacaran jarak jauh memang tak semudah air yang jatuh, tetapi pacaran jarak jauh
mampu menumbuhkan rindu yang utuh. Cara baik menjalaninya adalah dengan tetap fokus
mengejar impianmu. Kalau dia sibuk dan kamu sibuk, berkabarlah semampunya. Kalau
memang begitu banyak pekerjaan, hingga komunikasi tak lancar namun kamu percaya dia
setia.
Tetaplah fokus pada pekerjaanmu, pendidikanmu, dan hal-hal baik yang kau lakukan.
Kalau memang dia yang terbaik, dia akan tetap menjaga hatimu meski tak selalu
mengabarimu. Namun, jika dia bukan yang terbaik, setidaknya kau tetap menjadikan dirimu
yang terbaik dengan menggapai impianmu. Nanti, kamu juga akan ditemukan seseorang
terbaik saat kamu menjadikan dirimu lebih baik.
Kamu tidak tahu, aku menenangkan debar dada sendiri. Perasaan yang bergemuruh
sepanjang hari. Rasanya ingin terus bersamamu; menatap matamu, mendengar suaramu.
Berlama-lama menghabiskan waktu, menikmati apa saja. Asal denganmu. Mungkin, ini yang
dikatakan rindu, sedalam dalamnya rindu.
Jadilah penyeimbang perjalananku. Seseorang yang belajar mengerti kelemahanku.
Kau yang mau memahami kekalahanku. Juga yang tersenyum kala aku mampu mengalahkan
rasa takutku. Jangan berjarak terlalu jauh, agar aku tetap bisa berjalan dengan melihatmu
utuh. Jangan mendekap terlalu erat, agar aku masih bisa bernapas untuk segala yang aku
ingat.
Bagiku, kau adalah arah pulang. Persimpangan mana pun yang kutempuh padamu
juga aku akan datang. Kau dan aku hanya perlu mempersiapkan diri, hingga kita punya hari
baik suatu hari. Kita perlu melawan perasan buruk dalam diri, perasaan yang hanya
membuat kita saling jauh. Perasaan yang menciptakan saling tuduh. Siapa yang tidak cinta di
antara kita. Padahal, semua itu hanyalah efek dari rasa curiga.
Jangan memikirkan hal yang tidak ada. Kau hanya perlu meyakini, jika memang kita
disuratkan di jalan ini. Maka tak ada satu pun yang perlu kita risaukan. Jika memang bukan
dikehendaki yang Mahatinggi, kita akan belajar lagi saling mengikhlaskan. Fokuslah pada
hal-hal baik dalam hari-harimu. Jaga baik-baik semua rasa rindu.
Mari saling mendoakan agar menyatu dalam temu. Bukan membuat kita menjadi
terbelenggu. Perasaan yang baik itu akan menenangkan, meski juga mungkin saja diuji
dengan beberapa rintangan. Apakah kita bisa sabar, atau malah memilih berpisah sebelum
sempat satu ikrar.
Ooo... aku Rindu.
Tetapi masih menatap langit yang jauh di sana.
Kapan kamu pulang dan berkata Penantian telah usai ?
Aku menunggu.
BIODATA PENULIS

Nama : Dinamika Hia


ID Instagram : mika_hia
Nomor Whatsapp : 0822-7263-1797
E-mail : dinamikahia@gmail.com

Alamat : Poskesdes Togimbogi, Desa Togimbogi, Kecamatan Sirombu,

Kabupaten Nias Barat, Provinsi Sumatera Utara, Kode Pos 22863.

Anda mungkin juga menyukai