Anda di halaman 1dari 179

AKU BUKAN MANGSA

dalam

CAKARMU

Episode I
PANTAI MATTIROTASI TINGGAL KENANGAN
Setiap sabtu kami selalu datang bertemu di sampan yang sudah rusak itu,
kami duduk diatas tepi pantai Mattirotasi Pare Pare. Sambil bercanda, kaki
kami sesekali tersentuh dan mempermainkan alunan ombak yang gemercik
dibawah . Gemuruh ombak datang beri-iringan terus menghantam sampan kami
di darat, Kala air pasang kami saling memandang , Kala surut kami saling
melirik
Sekarang ku menunggu, Hari memintal minggu, Minggu merajut bulan, dikala
fajar menyingsing aku kirim salam. Karena kuyakin cahaya Matahari kan
melewati dirimu, Tengah malam dibalik tidur ku mengenangmu, Tetap saja
semua hening. Sejak kau pergi, ku masih saja menantimu, hingga kau kembali
dan takkan tinggalkan ku lagi, entah kapan.
Tanpa terasa pakaianku basah menyaksikan matahari di ufuk barat perlahan
tenggelam menuju pembaringan. Disampan ini kami dipertautkan oleh cinta,
namun sekolah telah memberi jarak aku dengannya. Berat hati kami harus
berpisah, demi masa depan yang dicita citakan bersama. Saat dia membisikkan
selamat tinggal, aku hanya bisa tunduk terharu menitikkan air mata.
Setahun berlalu sudah, Sangeang telah mengabariku bahwa ia akan pulang
berlibur, rasanya kutak tahan lagi ingin berjumpa, dan kala malam datang,
seiring rasa kantuk namun aku tak mampu memejamkan mata, kala Subuh
menjelang, aku bangun dan aku mendengar puji-pujian kepada Tuhan,
berkumandang dari Mesjid. Akupun pergi berwudhu, aku Sholat dan berdzikir
di atas hamparan keabadian yang tersembunyi di balik relung hati. dalam
ombak-ombak itu ada kekuatan arus menyanyi bersama angin. Namun waktu
kedatangannya yang dijanjikan itu tak pernah dipenuhi.
Seiring waktu berjalan aku terus menanti, bilakah ia kembali walau hanya
sekejap, karena aku rindu, walau ia datang hanya sebatas bisikan, walau ia
hanya datang sekedar untuk bertanya tentang keadaanku. Aku sepertinya tidak
tahan lagi didera kerinduan dan waktu. Hanya satu yang kusayangkan,
mengapa ketika kami akan berpisah, orang tuaku belum mampu membelikan
aku Hand Phone, dimana aku butuh bicara dengan Sangeang di Bandung, aku

hanya bisa bicara lewat Hand Phone teman, itupun paling hanya dapat bicara 2
kali seminggu.
Menjelang setahun lebih, orang tuaku baru dapat membelikan aku Hand Phone,
tapi mengapa justeru Sangeang jarang sekali mau meneleponku. Hingga suatu
saat aku meneleponnya, sepertinya ia malas bicara dan terasa hambar. Sadar aku
melihat hal ini, maka aku harus menentukan sikap, bahwa aku tidak bisa lagi
mengharap orang lain untuk ikut menentukan hidupku.
Kedatangan ke pantai Mattirotasi kali ini, hanya untuk menegaskan bahwa
ditempat ini dulu kita pernah memadu janji, ditempat ini pula aku putuskan kita
kan berpisah untuk selamanya, karena sudah lima belas
purnama aku
menunggu, dan ini bukan waktu yang singkat, untuk sebuah penantian kabar
berita. Aku segera bergerak diam diam turun dari sampan, dan mulai
melangkahkan kaki dipinggir birunya laut, kutinggalkan jejak diatas putihnya
pasir, yang akan terhapus oleh deburnya riak riak laut. Ingin rasanya melepas
kehausan rindu, dengan meminum air laut, namun semakin aku minum
semakin aku haus, hanya ada satu cara yaitu mencoba tidak mengenangnya.
Tapi napasku dipenuhi segenap relung hatinya, diiringi kecupan-kecupan kasih
sayang, tapi beritanya pantas diwarnai kebimbangan, sementara aku sabar dan
tenang serta berusaha menjaga diri, agar kekuatan cintaku tidak menyusut.
Mungkin aku adalah pemuja cinta dari kebenaran cinta yang perkasa. Tapi
mungkin juga kelelahan cinta akan menerpaku dan aku tak berdaya. Barangkali
masih ada jalan lain menantiku, karena aku tidak mau menangis lagi, karena
rajut kerinduanku telah terputus tanpa janji.
Karena itu pantaskah aku tunduk terbawa arus nasib, sementara hatiku masih
ragu, jangan sampai aku jatuh terduduk dalam kepasrahan dan hanya bersandar
ditakdirmu, dengan menunggu sesuatu yang tidak berkesudahan. Karena
kesetiaan hanya nampak ketika sisi lain muncul penghianatan. Tiba tiba seperti
ada bisikan berkata Oh Simpurusia sadarlah bahwa cinta yang terlalu dan
melampaui batas, adalah tanda yang akan membuahkan kebodohan.
Aku berlari menuju rumah di tengah remang remang cahaya purnama. Ayah ibu
dan saudaraku telah was was menantikan. Secara bersamaan ayah, ibu dan
adikku bertanya : Darimana ?
Ibuku lanjut bertanya : Dari mana kau Simpur? Apa kau lupa kalau sekarang
sudah magrib?

Aku menjawab : Iya bu, aku sempat ditahan teman sehingga aku terlambat
pulang.
Ibu berkata : Sana.. cepat ambil wudhu dan sholat.
Aku menjawab : Iya bu...
Selesai sholat, akupun ke meja makan untuk santap malam. Namun santapan
malam kali ini terasa hambar. Sementara bintang di persada angkasa tak lagi
cukup menghangatkan kedinginan dalam kesendirian, menikmati renungan
pelita hati, dengan membayangkan sang pangeran dirantau tidur lelap dalam
mimpi. Sementara aku dipembaringan ini hanya berselimutkan kecewa. .
Sangeang bukanlah insan biasa dikotaku, ia adalah manusia pilihan yang
dikaruniakan Tuhan pada orang tuanya, juga manusia dambaan bagiku, dan
lelaki idaman setiap wanita yang mengenalnya. Kala itu hari lagi cemerlang,
secemerlang bisikan cintanya padaku, hingga menggulung jarak ombak asmara
diantara kami, menuju sebuah pulau harapan. Sapu tangan kecilnya adalah rajut
pemberian sebagai penghangat cintanya, masih mendekam dalam setiap desah
napasku. akankah tersapu oleh awan yang ber-arak, karena kini hangatnya
bintang lazuardi tak mampu lagi menghangatkanku.
Di bawah naungan langit biru dengan segala hiasannya yang indah tiada tara Di
atas hamparan bumi dengan segala lukisannya yang panjang terbentang Masih
kudapatkan dan kurasakan. Curahan rahmat dan berbagai ni'mat yang kerap kau
berikan, tapi bila tiba waktu berpisah, kulangkahkan kaki bersama ayunan
langkah dan kupejamkan mata bersama orang-orang yang kucintai Masih
kudapatkan dan kurasakan keramaian suasana dan ketenangan jiwa. Tapi bila
tiba waktu berpisah, akankah kupergi seorang diri tanpa bayang-bayang mereka
yang akan menemani, ketika kulalui jalan-jalan yang berdebu, yang selalu
mengotori tubuhku. Setiap kegagalan yang membawa kekecewaan, setiap
kenyataan yang menghadirkan penyesalan masih bisa kudengar dan kurasakan.
Suara-suara yang menghibur untuk menghapus setiap kecewa dan sesal.
Karena kini aku berdiri tegar menyambut fajar sedang menyingsing, merekah
membawa aroma pagi hinggap di pangkuanku terlihat Indah, sejuk terasa
menanti bahagia dalam kesabaran. Namun, Yah..., sekarang engkau ibarat
matahariku yang dulu indah, dan kini tenggelam di ufuk barat bersama awan
hitam. Aku dan kamu, dalam perpisahan tanpa tetesan air mata, karena sadar

aku akan terus bersinar, dan tak akan meratapi takdir, Aku akan menjadi
rembulan yang indah yang akan bersinar diantara kegelapan, dan akan menjadi
bintang gemerlap diantara bintang bintang yang redup..
Wahai Sangeang, engkau telah menyia nyiakan harapanku, engkau tahu dan
paham betul orang yang ditinggalkan karena merasa cintanya dikhianati akan
menangis, merintih, dalam keperihan, tapi aku tidak. Perpisahan ini hanya
sebuah babak baru yang akan berlalu, akan berubah dengan kisah hidup
selanjutnya. Harapan untuk hidup ini masih panjang, harapan adalah bayangan
nafas kehidupan. Sangeang silahkan pergi, dan selamat jalan. Karena cinta kita
tak bisa di paksakan, biarlah cinta ini akan terlupakan tanpa kenangan.
Dengan pengalaman ini membuat aku bertahan dan akan ku langkahkan kaki
ini menuju masa depan yang lebih cemerlang, dan pada saat yang sama dapat
aku buktikan bahwa aku bukan mangsa dalam cakarmu yang bisa bertahan
hidup tanpamu.
Tiba tiba kuteringat pada sosok teman namanya Sangaji, dia adalah sosok
kawan yang meyenangkan, namun ketika ia mencoba menyatakan cinta padaku,
tiba mataku nanar memandangnya, sambil berkata : Sangaji sesungguhnya
engkau adalah teman yang baik dan menyenangkan, tapi kenapa engkau ingin
menodai pertemanan ini?. Ingat... kawan jangan salah paham, kebaikanku
selama ini kutunjukkan bukan berarti aku menaruh hati padamu. Dan bagiku hal
ini belum terpikirkan, karena aku masih memilih belajar lebih giat.
Sangaji berkata : Saya kira tidak ada salahnya seorang laki laki mengungkapkan
isi hatinya pada wanita yang dipujanya. Walaupun kemudian wanita itu
menolaknya.
Simpurusia berkata : Memang tidak ada salahnya, tapi apakah Sangaji tidak
sadar kalau hal ini dapat mengurangi rasa persahabatan.
Sangaji : Itulah resiko orang yang sedang jatuh hati, dan kalau itu membuat
rasa persahabatan akan berkurang , maka aku siap menerima dengan segala
konsekwensinya.
Simpurusia : Terima kasih dan maaf kan aku.
Kemudian aku pergi meninggalkankannya, Sangaji tidak tahu kalau aku sudah
menjalin asmara dengan Sangeang. Walaupun pada akhirnya aku kecewa.

Di sekolah kami dari murid kelas III, sebahagian besar murid wanita telah
menjalin persahabatan sudah lebih dari 2 tahun, kecuali kelompok Andi Reni,
yang semuanya dari keluarga berada. Mereka sering membuat acara yang
memerlukan dana tidak sedikit buat ukuran kami yang hidup pas pasan. Salah
satu sahabat saya yang paling intim ialah I Wasi, orangnya walau tidak cantik,
tapi cukup menarik dipandang.
Suatu hari I Wasi menyapa padaku : Simpur...! bisakah kita bicara nanti sore di
rumahmu ?
Simpurusia menjawab : Ada apa
I Wasi : Ada sesuatu yang ingin aku minta pendapatmu.
Simpurusia : Kenapa tidak sekarang
I Wasi : Waktu dan tempatnya kurang memungkinkan
Simpurusia : Ada apa sih... kok kelihatannya serius sekali
I Wasi : Iya sih, kalau tidak tentunya aku tidak perlu repot repot kerumahmu.
Simpurusia : Iya deh, sebentar sore saya tunggu, tapi jangan kesorean.
Sesudah itu kedua wanita itu berpisah dan masing masing pulang menuju
kerumahnya.
I Wasi dalam perjalanan pulang, terus berpikir darimana harus memulai
pembicaraan dengan Simpurusia nanti sore.
Selesai shalat Ashar, nampak I wasi berjalan menuju rumah Simpurusia, adapun
Simpurusia, sudah menuggu kedatangan I Wasi. Tidak lama kemudian nampak
keduanya sudah duduk diteras rumah
I Wasi berkata : Saya terlebih dahulu minta maaf jika sekiranya, apa yang saya
sampaikan ini dapat menyinggung perasaanmu.
Simpurusia : Nanti kita lihat, tapi silahkan .....
I Wasi : Sebenarnya saya ini diberi tugas oleh pak Syahrir guru IPA kita,
rupanya ia ada menaruh hati pada Simpur..
Simpurusia : Terus maunya dia apa ?

I Wasi : Ia ingin bicara langsung ?


Simpurusia : ..........? sebenarnya kalau masalah itu ia mau bicarakan, terus
terang sudah pasti saya tolak, tapi yang saya pikirkan bagaimana cara
menolaknya secara halus agar ia tidak tersinggung.
I Wasi : Apakah tidak ada rasa keinginan memberi kesempatan buat dia untuk
saling menjajaki, siapa tahu ada kecocokan kedepan ?. Bukankah guru kita ini
masih muda dan cukup ganteng ?
Simpurusia : Masalahnya bukan itu, saya belum mau hal hal yang demikian
dapat mempengaruhi sekolah, sementara saya ini sudah bertekad untuk belajar
sekuat tenaga, demi meraih sebuah cita cita, akan masa depanku.
I Wasi : Bukankah guru kita ini sudah memiliki masa depan yang patut
disandarkan.
Simpurusia : Justeru itu, saya tidak mau masa depan hidupku aku gantungkan
pada orang lain, sementara aku yakin aku bisa. Apalagi sebelum aku berumah
tangga, yang pertama ingin aku lakukan adalah membahagiakan orang tuaku,
dari tanganku sendiri, bukan dari menantunya kelak, itupun kalau ada jodoh.
sekedar agar kau tahu, Aku ingin mandiri, aku ingin membahagiakan diri
dengan tanganku sendiri, karena itu terhadap calon suamiku, aku tidak mau
kebahagiaanku dibeli dengan jerih payahnya, aku hanya butuh cinta dan
kesetiaan karena diluar itu aku masih sanggup.
I Wasi : Mungkin aku selalu berpikir sederhana, sebab seandainya pilihannya
jatuh pada saya sudah dapat dipastikan akan menerimanya, karena guru kita ini
disamping ia seorang pegawai negeri sipil (PNS) ia juga cukup baik dan santun
orangnya.
Simpurusia : Bagaimana kalau kita balik masalah ini?
I Wasi : Maksudnya ?
Simpurusia : Bagaimana kalau saya bertindak sebagai mediator, untuk
menjodohkan kalian berdua ?
I Wasi : Bagaimana kalau ia menolak, karena sudah terlanjur jatuh hati sama
kamu.

Simpurusia : Jelas aku akan menolaknya, dan dia tidak boleh memaksakan
kehendak.
I Wasi : Maaf kalau saya nilai prinsip hidupmu, salahkah aku kalau saya
berkata, itu sangat idealis sekali, dan bisa jadi bumerang ketika kau tidak dapat
mewujudkannya sebagaimana yang kau cita citakan.
Simpurusia : Manusia memang sejatinya harus memiliki rasa idealis, karena
hanya rasa idealis-lah yang dapat mendorong semangat manusia untuk meraih
apa yang dia cita citakan dan aku yakin Tuhan akan membantu.
I Wasi : Maaf sampai dimana kau akan mengejar pendidikan, dan sampai kapan
kau tidak memikirkan untuk berumah tangga ?.
Simpurusia :
Pendidikan memang tidak menjanjikan kekayaan harta pada dirimu, tapi
pendidikan dapat menuntun kamu tumbuh menjadi orang kaya harta . Dan hal
ini hanya dapat dimiliki oleh manusia penuh semangat, dan yakin bahwa ia bisa
untuk itu. Sebagaimana halnya seseorang yang memiliki pandangan jauh
kedepan akan memikirkan isi yang ada dalam durian, tanpa memikirkan
durinya, sedang orang yang memiliki pandangan yang terbatas akan melihat
duri durian sebagai penghalang untuk menikmati isinya yang sangat lezat itu.
I Wasi : Apa yang simpur katakan itu, benar, tapi tidak semua manusia memiliki
tekad dan rasa optimisme seperti Simpur.
Simpurusia : Kita kembali kemasalah yang kau bawa kemari, begini saja
sampaikan pada beliau, kalau aku siap becara lewat hand phone, tapi waktunya
hanya sore. Karena tidak mungkin saya mau duduk bersama beliau pada suatu
tempat, sebab saya takut nantinya saya dijadikan bahan gunjingan.
I Wasi : Kalu begitu, biarlah saya kembali kerumah, dan saya akan sampaikan
pada beliau, seperti apa yang Simpur sampaikan pada saya.
Setelah I Wasi kembali kerumahnya, Simpurusia berpikir masih ada waktu
sedikit untuk memikirkan persiapan pembicaraan dengan pak guru, bila ia
menelepon nantinya.

Tidak lama kemudian suara shalawat terdengar dari Mesjid, Simpurusia pun
langsung pergi mengambil air wudhu, sambil menanti adzan untuk selanjutnya
shalat Maghrib.
Dua hari kemudian menjelang sore pak Syahrir menelopon Simpurusia,
kebetulan Simpurusia sedang duduk di teras, melihat telepon pak Syahrir, ia
langsung berdiri dan berjalan kedepan dekat pagar. Tidak lama kemudian
Simpurusia menjawab salam pak Syahrir.
Simpurusia bertanya : Bapak sekarang ada dimana ?
Pak Syahrir menjawab : Kebetulan saya jalan jalan dan sekarang saya ada di
pantai Mattirotasi.
Simpurusia sambil cemberut berkata dalam hati : Pantai Mattirotasi lagi,
sepertinya pantai itu tempat memutuskan cinta.
Kemudian Simpurusia bertanya : Apa kabar pak
Pak Syahrir menjawab : Baik baik, dan kalau Simpurusia bagaimana
Simpurusia menjawab : Juga baik pak, dan selanjutnya ia berkata, barangkali
bapak ingin membicarakan tentang apa yang disampaikan oleh I Wasi?
Pak Syahrir menjawab : Iya, jika sekiranya Simpurusia berkenan.
Simpurusia berkata : Mohon maaf pak, kalau masalah itu, terus terang
pak,sampai saat ini saya belum memikirkan, apalagi saya harus ber-sungguh
sunguh belajar untuk menghadapi ujian akhir. Lagi pula saya sudah bertekad
pak, sebelum saya jadi sarjana dan bekerja, saya tidak akan memikirkan hal itu.
Dan saya sadar kalau saat itu tentunya umur saya semakin bertambah tua.
Pak Syahrir : Jika Simpurusia berkenan saya akan setia menunggumu.
Simpurusia : Jangan pak, karena kia tidak tahu apa yang akan terjadi menjelang
saat saat itu. Jadi mohon maaf pak, saya mohon dengan hormat kiranya bapak
mengurungkan niatnya itu.
Pak Syahrir : Baiklah kalau begitu, Cuma kalau bisa bisakah saya menjadi
sahabatmu?
Simpurusia menjawab : Iya pak, yang penting hanya sebatas sahabat saja.

Simpurusia lanjut berkata : Mohon maaf pak, kalau bapak ingin bersahabat terus
dengan saya, kira kira bagaimana tanggapan bapak tentang I Wasi, karena saya
kira ia cukup ideal sebagai pendamping, apalagi I Wasi cukup menarik.
Pak Syahrir menjawab : Yah... mudah mudahan tuhan menjodohkan.
Simpurusia berkata : Tapi itu tergantung sampai dimana keseriusan bapak,
baru serahkan kepada Tuhan.
Pak Syahrir berkata : Terima kasih atas anjurannya.
Simpurusia berkata : Sama sama pak, terima kasih, Assalamu alaikum...
Simpurusia langsung ia tutup hand phone-nya.

BERLANJUT..............................

Episode II
TERJERAT API ASMARA DI KOTA BANDUNG
Ditempat terpisah, adapun Sangeang di Bandung, tinggal di tempat kost jalan
Balubur, dekat kampus Institut Teknologi Bandung tempat ia kuliah. Ibu
Neneng pemilik rumah kost punya putri bernama Henny, telah tumbuh menjadi
gadis menjelang dewasa, ia cantik dan cukup menawan. Ia ibarat bunga
Anggrek putih tumbuh berkembang di antara pohon pohon yang lebat dan besar
di lereng bukit Dago. Adapun Sangeang diam-diam sudah mulai melupakan
Simpurusia di Pare Pare, dan perhatiannya mulai beralih pada si Henny, dan
rupanya ada tanda tanda gayung bersambut, sebab Ibu Neneng sang pemilik
rumah kost pun sangat menaruh perhatian pada dirinya, terbukti beberapa
keistimewaan yang diberikan ibu Neneng pada Sangeang yang tidak diberikan
pada sesama teman kost lainnya. Sampai tiba pada suatu saat Sangeang
memberanikan diri dengan mencoba mengajak Henny jalan jalan bermalam
minggu di bukit Dago, sambil menikmati pemandangan cahaya lampu kota
Bandung. Setelah keduanya memilih tempat duduk, kemudian Sangeang
memesan teh panas.
Bicaralah padaku Hen...tentang keberadaan kita di bukit ini, desah Sangeang
membelah keheningan malam. Bicaralah padaku tentang kehangatan cinta,
yang jauh lebih besar daripada Rinduyang mendekam dalam setiap detak
jantung nafasmu.
Henny menjawab : Walau engkau hanya sebatas tanya, namun hatiku berkata
lain, sebenarnya engkau ingin berlari di tengah gelap gulita, mencari
kehangatan bintang di tirai angkasa, walau itu tak cukup untuk,
menghangatkanmu . Berilah aku teh, dan mari minum bersama sambil
palingkan wajahmu padaku, oh kekasih hatiku ; mari kita saling menatap,
sebelum datangnya ngantuk. Rabahlah
aku dengan belaian tanganmu,
sandarkan daku dalam pelukan, lalu biarkan dinginnya malam ini merangkul
jiwa kita menjadi satu Kecuplah aku, kekasihku, karena malam yang sedingin
ini telah merenggut segala, Dekaplah aku, sebab aku ngeri pada kesepian.
Sangeang berkata : Kan kupersembahkan segala hasratku padamu, agar tak ada
lagi bimbang dihatimu. Kan kupertaruhakan segalanya, demi dirimu sayangku.
Biarkan ku menggapaimu, biarkan ku memanjakanmu, dengan segala rasa yang
kumiliki. Begitu indah rasa hasratku untuk memilikimu, karena semua hanya

hayalku Apakah kan menjadi nyata, dan menjadi miliku. Hidup ini memang
terkadang indah, walau takdir kadang tak ramah, kuharus terus berlari sebelum
napasku berhenti, untuk wujudkan semua mimpi, menjelang masa depan yang
kita inginkan bersama. Kuingin suatu hari nanti, bila semua mimpi hati telah
kuraih, aku ingin menghampiri dirimu, untuk memintamu menjadi pendamping
diri menjadi istriku, dan aku jangkarkan cinta terakhirku dihatimu.
Henny berkata : Oh Sangeang datanglah padaku ke mari, oh calon teman
sepanjang hidupku, Dekatlah padaku, dan jangan biarkan jari tangan lain
meraba di antara kita.
Tanpa terasa malam pun sudah larut, kamipun berdua menuruni bukit Dago
menuju jalan Dago, untuk naik angkot kembali kerumah. Dalam perjalanan
pulang, tak henti hentinya Sangeang menatap kepadaku, mungkin ia puas
dengan jawabanku tadi.
Dalam hati Sangeang mendesah sambil menatap : Aku akan melakukan segala
apa yang telah engkau ucapkan tadi, dan aku akan menjadikan jiwaku sebagai
sebuah kelambu yang menyelubungi jiwamu, hatiku akan menjadi tempat
tinggal keanggunanmu. serta dadaku akan menjadi pelabuhan bagi perasaanmu.
Aku akan selalu mencintaimusebagaimana padang rumput yang luas
mencintai embun pagi
Disuatu pagi hari minggu Sangeang bersama Henny ke lapangan Gasibu
Bandung untuk mengikuti senam pagi, dan rupanya orang yang datang cukup
banyak. Setelah selesai senam pagi, Sangeang dan Henny berjalan menuju
gerobak penjual bubur ayam yang sudah menjadi langganannya selama ini,
kalau keduanya datang ditempat itu buat senam pagi. Sementara duduk makan
bubur, tiba tiba datang seorang ibu disertai 2 orang laki laki juga ikut makan
bubur ayam, sementara makan bubur ayam, ketiga orang yang baru datang itu
berbicara dalam bahasa Bugis. Adapun Henny yang mendengar bahasa itu, ia
sudah tidak asing lagi karena ia sudah sering mendengarnya, dan ia berbisik
kepada Sangeang, itu orang sekampungmu sama sama dari Bugis. Setelah
Sangeang mendengar mereka bercanda dalam bahasa Bugis, kemudian
Sangeang ikut nimbrung sambil berbahasa Bugis juga. Ketiga orang itu
memandang Sangeang dan salah satu diantaranya bertanya : Kalau adik berasal
dari Bugis mana?
Sangeang : Dari Pare Pare pak, dan kalau bapak dari Bugis mana ?

Orang yang bertanya pada Sangeang bernama pak Salam berkata : Kalau saya
dari Barru, dan bapak ini namanya pak Idrus dari Bone, sedang Ibu ini
namanya ibu Mardianah dari Pare Pare juga, lantas ibu itu menyela : Saya
hanya namanya saja orang Pare Pare dik karena kedua orang tua dari sana, tapi
saya lahir di Makassar dan besar di Makassar.
Kemudian Sangeang memperkenalkan Henny, merekapun berjabat tangan
sambil memperkenalkan nama masing masing.
Sangeang bertanya : Maaf kalau boleh tanya dimana bapak bapak dan ibu
tempat tinggalnya disini ?
Pak Salam menjawab : Kami tinggal di gang Titimplik sewa satu rumah untuk
kami berdua. Sementara Ibu ini tinggal di dekat kampus Universitas Pajajaran.
Setelah itu Pak Salam bertanya : Kalau adik tinggal dimana ?
Sangeang menjawab : di jalan Balubur, karena saya kebetulan kuliah di ITB jadi
saya kost dekat dekat kampus, dan kebetulan adik ini adalah putri pemilik
rumah kost.
Setelah itu, meekapun saling memberi no. HP, dan tidak lama kemudian
Sangeang bersama Henny minta pamit, pulang kerumah kost. Dalam perjalanan
pulang Sangeang dan Henny bergantian saling menggoda.
Pada lain kesempatan, atas nama IKAMI Sulawesi asrama jalan Flores, akan
mengadakan selamatan atas selesainya study 2 orang anggota asrama. Dan pada
hari yang ditentukan cukup banyak tamu yang datang termasuk sesepuh orang
Bugis Makassar, di Bandung serta mahasiswa pasca sarjana termasuk ibu
Mardianah dan kawan kawan sesama mahasiswa pasca sarjana. Begitupula
Sangeang juga mendapat undangan. Setelah Sangeang sampai dan mencari
tempat duduk, dan ternyata yang tinggal kosong disamping ibu Mardianah , dan
Sangeang pun langsung duduk disamping ibu Mardianah, dan sesudah itu ia
jabat tangan dengan yang duduk dengannya. Ibu Mardianah yang melihat
Sangeang duduk dekatnya, sangat senang, sebab sejak pertemuan pertama di
lapangan Gasibu, ibu Mardianah merasa simpati pada Sangeang, melihat
Sangeang orang agak tinggi putih dengan tubuh yang cukup atletis. Setelah
Sangeang duduk sejenak, kemudian ia mulai terlibat pembicaraan dengan ibu

Mardianah. Dan tibalah pada pembicaraan dimana Sangeang bertanya : Kalau


bapak kerja dimana ?.
Ibu Mardianah : Ia seorang pengusaha, tapi kami sudah cerai.
Sangeang : Kenapa ibu
Ibu Mardianah : Yah sudah tidak ada kecocokan lagi , karena ia inginkan saya
berhenti jadi dosen, sementara saya tidak mau, akhirnya kami mengambil jalan
masing masing
Sangeang ; Berapa putra ibu.
Ibu Mardianah : Belum dikaruniai anak.
Setelah selesai acara, sudah hampir tengah malam, sehingga ibu Mardianah
minta tolong pada Sangeang kalau bisa temani pulang. Adapun Sangeang tidak
dapat menolak karena ia tidak mau membiarkan ibu Mardianah pulang
sendirian.
Setelah itu, nampaklah Sangeang jalan bersama ibu Mardianah mencari taxi
yang aka mengantarkan keduanya ke tempat kost ibu Mardianah.
Setelah Sangeang mengantar ibu Mardianah sampai depan pintu, Sangeang pun
minta pamit.
Selang beberapa hari, Sangeang sementara jalan di kampus, tiba tiba HP
berdering, setelah ia lihat ternyata dari ibu Mardianah, ia pun segera terima,
dan dari jauh kedengaran suara ibu Mardianah berkata : Hallo, dengan adik
Sangeang ya?
Sangeang : Iya ibu, ada apa bu?
Ibu Mardianah : Begini, barangkali adik bisa antar ke Cianjur hari Sabtu pagi
nanti, untuk menghadiri pesta syukuran teman yang telah selesai S2nya
Sangeang ; Maaf ibu, saya mau cek dulu, apakah tidak ada kegiatan dikampus,
nanti hari Jumat saya beri kabar ibu.
Ibu Mardianah : Terima kasih, saya tunggu kabarnya

Setelah selesai shalat Jumat, Sangeang menelepon ibu Mardianah, dan


menyampaikan kalau ia ada waktu untuk menemaninya ke Cianjur.
Terdengar suara Ibu Mardianah, : Bagaimaa dik, apa saya jemput ditempat
kostnya?
Sangeang menjawab : Jangan ibu, nanti saya ketempat ibu.
Hari Sabtu pagi, Sangeang pun berangkat menuju tempa kost ibu Mardianah ,
nampak ibu Mardianah sudah menunggu di pinggir jalan dalam mobil yang dia
rental, begitu saya dekat dengan mobil langsung saya buka pintu depan, tapi ibu
Mardianah memintaku untuk sama sama duduk dibelakang dengan alasan agar
enak berceritera sepanjang jalan. Dan sejenak kemudian mobilpun meluncur
menuju kota Cianjur. Dalam perjalanan keduanya nampak intim sekali sambil
sesekali mereka saling memandang. Dalam hati Sangeang berkata : Ini ibu
Mardianah semakin dilihat, semakin menarik dipandang, kalau hanya
dipandang sepintas lalu biasa biasa saja. Setelah selesai mengikuti pesta
syukuran di Cianjur, ibu Mardianah berkata kepada Sangeang : Bagaimana
dik? kalau kita jalan jalan sambil rekreasi ke puncak, mumpung hari masih
siang.
Sangeang ; Terserah ibu, sebenarnya saya juga ingin melihat puncak, ingin tahu
ada apa sih disana, kok kelihatannya pada hari hari libur orang dari Jakarta
utamanya tumpah ruah ke puncak sehingga menimbulkan kemacetan.
Ibu Mardianah : Nanti disana ada restaurant namanya
dari restoran itu
kita dapat melihat pemandangan kebawah, sungguh indah sekali.
Setelah keduanya sampai di restaurant :
ibu Mardianah langsung
berjalan menuju meja tempat duduk di pinggir, dimana bisa menyaksikan
pemandangan. Adapun Sangeang minta permisi mau kebelakang, setelah ia
keluar dari Toilet, ia pun menelepon Hanny
Sangeang : Hallo, Henny
Henny

: Ada apa kang

Sangeang,
: Saya ini kebetulan antar teman yang lagi sakit pulang ke
Sukabumi, jadi mungkin tengah malam baru sampai di Bandung.

Henny ; Hati hati aja di jalan kang


Sangeang : Insya Allah.
Setelah mereka berdua duduk dan sudah pesan minuman, kemudian mereka
ngobrol ngobrol lagi, namun disela pembicaraan Ibu Mardianah berkata
kepada Sangeang : Bagaimana kalau saya panggil saja Sangeang dengan
panggilan Ngeang ?
Sangeang ; Terserah ibu, baiknya bagaimana.
Ibu Mardianah : Dan sebaliknya Ngeang panggil saya Dianah saja.
Sangeang agak berdebar sedikit, namun cepat cepat ia berkata : Terserah ibu
saja.
Ibu Mardianah : Biar kedengarannya lebih intim.
Sangeang hanya bisa tersenyum saja. Dan ibu Mardianah tidak henti hentinya
menatap wajah Sangeang, sehingga Sangeang salah tingkah, walaupun
sebenarnya ia senang juga ditatap. Selesai minum minum di.......kemudian
keduanya pulang ke Bandung. Namun sebelumnya keduanya singgah makan
malam di di rumah makan Simpang. Cipanas.
Adapun mobil setelah memasuki Cianjur, mulailah Ibu Mardianah mengantuk
dan tertidur. Karena kepalanya selalu membentur Sangeang, dan selalu
terbangun, akhirnya ia minta pada Sangeang, agar bisa tidur didadanya dan
minta Sangeang memeluknya. Karena naluri kelaki lakian Sangeang mulai
timbul, akhirnya ia lakukan sesuai permintaan ibu Mardianah
Menjelang tengah malam mereka tiba di Bandung, selanjutnya mobil tersebut
mengantar ibu Mardianah ketempatnya, kemudian mengantar Sangeang ke
tempat kostnya. Esok harinya hampir siang baru Sangeang bangun, karena
kelelahan, untung hari minggu. Setelah Sangeang selesai mandi, dan duduk di
teras rumah sambil membaca, tidak lama kemudian Henny datang dari luar,
bersama teman sekolahnya memakai training spack, rupanya ada acara olah
raga di sekolahnya. Setelah mereka masuk dirumah, mereka langsung masuk
diruang tamu, mereka ngobrol cukup ramai. Setelah teman teman Henny pulang
kemudian Henny keluar menemui Sangeang, dan Henny berkata : Kang tadi
pagi ada acara sekolah jalan santai ke Dago, belum Sangeang bicara, tiba tiba

dari dalam terdengar piring jatuh, Henny cepat cepat berlari masuk, didapatinya
ibunya sedang tergeletak dilantai tak sadarkan diri, begitu Henny melihat ibunya
tergeletak, langsung ia berteriak minta tolong, Sangeang pun berlari dan diikuti
oleh 2-3 orang anak kost lainnya. Setelah Sangeang melihat kondisi ibu kost, ia
cepat menyuruh seorang untuk memanggil taxi, sementara ia dengan temannya
membantu menaikkan ibu kost untuk dibaringkan sementara diatas kursi sofa.
Adapun Henny tidak berhenti menangis. Sementara Sangeang cepat mengambil
kapas dan air panas untuk membersihkan darah yang mengucur dari dahi ibu
kost.
Setelah taxi datang, kemudian ibu kost dinaikkan ke taxi, kemudian dibawa lari
ke rumah sakit terdekat St. Boromeus. Setelah sampai di rumah sakit, dan
langsung dibawa ke ruang unit gawat darurat.
Henny bertanya pada dokter : Bagaimana dok, keadaan ibu saya
Dokter : Saya belum bisa memberi keterangan sebelum diperiksa seluruhnya,
tapi kalau saya lihat, tidak apa apa karena untung kepala bagian depan yang
tertumbuk, dan memang kalau luka didahi, selalu banyak darah keluar,
sementara ibu pingsang mungkin sebentar lagi siuman setelah disuntik.
Henny : Tolong ya dok.
Setelah ibu Neneng dirawat dan diperiksa, ia mulai siuman secara pelan pelan,
namun demikian dokter meng-inginkan agar dirawat inap, sebab menurut
analisa, ibu kost tersebut jatuh karena ia mengalami pusing akibat tekanan
darahnya turun, dan ada kemungkinan kena demam berdarah. Sebelum ibu
Neneng diantar masuk ruang perawatan inap, ia sudah siuman, namun
kepalanya masih berat ia rasakan. Setelah ibu Neneng masuk diantar masuk
kamar, Sangeang masih menunggu diluar, sementara Henny menemani ibunya
di kamar. Hand phone Sangeang berdering, iapun melihat, ternyata ibu
Mardianah, maka Sangeang pun melangkah menjauh sedikit dan berbicara :
Ibu Mardianah : Dimana sekarang ?
Sangeang : Dirumah (kata Sangeang berbohong)
Ibu Mardianah : Tadi malam sesampainya dirumah saya mulai merasa demam,
dan sekarang sudah sakit demam,

Sangeang ; Kecapaian saja itu, nanti kalau sudah makan obat dengan teh panas,
akan sembuh nantinya
Ibu Mardianah : Tidak ada waktumu datang melihat saya?
Sangeang : Saya minta maaf, karena saya juga masih pusing, insya Allah besok
saya akan datang.
Ibu Mardianah : Terima kasih, ditunggu ya.
Setelah keadaan ibu Neneng mulai membaik, maka Sangeang minta pamit
pulang, sementara Henny menemani ibunya tidur di rumah sakit.
Keesokan harinya, setelah lepas kuliah, Sangeang pun berangkat menuju tempat
kost ibu Mardianah, namun sebelumnya ia terlebih dahulu singgah menjenguk
ibu Neneng di rumah sakit. Selesai menjenguk dan bicara dengan Henny
kemudian Sangeang ke tempat kost ibu Mardianah . Sesampainya di rumah kost
ibu Mardianah, didapatinya ibu Mardianah terbaring di kamar. Setelah
Sangeang duduk dipinggir tempat tidur ibu Mardianah, kemudian ibu
Mardianah berkata : Ngeang tolong bantu saya bangun dan pegang saya,
sampai tempat duduk di kursi ruang tamu.
Sangeang kemudian membantu Ibu Mardianah bangun dan kemudian ia pegang
sampai ia dudukkan di kursi tamu.
Setelah ngobrol agak lama lama, kemudian Sangeang minta pamit, karena ia
sudah lihat kalau kondisi ibu Mardianah ber-angsur angsur sehat. Sore harinya
Sangeang mendatangi lagi rumah sakit St. Boromeus, untuk menjenguk ibu
Neneng, sekaligus ingin mengetahui kondisi penyakit ibu Neneng. Setelah
Sangeang sampai di rumah sakit, didapatinya Henny sedang duduk disamping
ibunya. Kemudian Sangeang bertanya : Hen.. bagaimana sekarang kondisi ibu?
Henny : Menurut dokter, kalau kejatuhan ibu kemarin sudah tidak ada masalah,
cuma kebetulan juga ibu kena demam berdarah, dimana trombositnya turun,
dan perlu beberapa hari lagi untuk menaikkan kembali trombositnya.
Sangeang : Kalau begitu Hen.. sudah bisa kembali sekolah besok.
Henny : Iya kang, apalagi sebentar datang saudara ibu untuk ikut menjaganya.

Selang beberapa hari, ibu Neneng telah sembuh dan ia sudah diperkenankan
pulang kerumah.
Beberapa hari kemudian datang telepon ibu Mardianah , dan kebetulan
Sangeang ada di kampus. Terdengar suara ibu Mardianah berkata : Ada enggak
waktu ngeang Sabtu sore, keluar sama sama.
Sangeang menjawab : Maaf Dianah, saya sudah ada janjian dengan Ibu kost,
dan Henny mau ke Pengalengan tempat kelahiran ibu kost, bersama sama
menghabiskan liburan malam minggu disana.
Ibu Hartina : Tidak apa, nanti lain kali saja.
Sangeang : Maaf ya Dianah..dan ia langsung tutup teleponnya.

Episode III
SIMPURUSIA DI SURABAYA
Adapun Simpurusia setelah pengalaman pahit yang hampir saja mengoyak
hidupnya, kini secara ber-angsur angsur semangat hidupnya mulai pulih
kembali. Setelah mengikuti ujian akhir SMA, Simpurusia lulus dengan predikat
terbaik, sehingga ia berhak mendapatkan bea siswa di Universitas Airlangga
Surabaya. Di Surabaya ia tinggal di asrama putri Universitas Airlangga. Setelah
kuliah di Universitas, rupanya Simpurusia semakin tumbuh menjadi gadis
cantik,
kesederhanaannya memilki daya
pesona tersendiri. Dalam
kesehariannya di kampus, ia telah banyak bergaul dengan kawan kawan di
kampus, namun ia tetap selalu menjaga diri dalam pergaulan, apalagi dengan
kawan lelakinya, ia selalu menjaga jarak. Tak disangka diantara kawan laki
lakinya, ada juga seorang turunan asli Bugis, bernama Fahri ia lahir di
Jayapura, orang tuanya seorang pedagang emas yang cukup terkenal di
Jayapura, makanya teman temannya tidak heran kalau ia memiliki rumah
pribadi di Surabaya dan mobil bagus, bukan hanya itu, Fahri juga senang
mentraktir makan makan temannya.
Setelah sekian bulan bergaul dengan Simpurusia, rupanya Fahri, mulai jatuh
cinta, namun ia takut mengemukakan hal ini, karena ia takut cintanya ditolak,
persahabatan pun bisa putus, ibarat mencari bulan, bulan tidak diraih,
mentaripun raib. Biarkan....Biarkan saja semuanya berjalan secara alami,
apalagi yang kutahu dia masih sendiri, biarlah juga aku sendiri, biarlah kami
saling menikmati renungan bayangan masa depan.
Di kampus Simpurusia sudah banyak memiliki sahabat, karena ia dianggap
cukup cerdas di kelas. Disamping itu, ia sangat sederhana, namun tidak
mengurangi daya pesonanya sebagai gadis yang cukup cantik. Diantara sahabat
sahabatnya, rupanya yang namanya Hartati, merupakan sahabatnya yang paling
dekat, sebab kalau di kampus dimana Simpurusia, disitu ada Hartati. Keduanya
memang memiliki sifat sifat yang hampir sama, walaupun nampaknya hartati
lebih agresif dalam bergaul, barangkali sifat agresif dalam bergaul itulah yang
mungkin menarik hati Simpurusia, karena sifat itu ia tidak miliki. Belum cukup
1 tahun Simpurusia kuliah di Surabaya, dengan melihat berbagai suku yang
datang dari daerahnya, dengan sifat dan character sendiri sendiri. Adapun

Hartati sahabatnya itu berasal dari Tretes, yang jaraknya dari Surabaya kurang
lebih 50 km, sehingga setiap ada kesempatan libur ia selalu kembali ke Tretes.
Pada suatu hari di kelas, Hartati berkata : Simpur akan ada libur 7 hari,
kesempatan liburan kali ini aku ingin mengajak Simpur ke rumah di Tretes,
Simpurusiah : Nanti saya lihat karena biasanya kalau ada liburan 2-3 hari,
biasanya paman dan tante menjemputku untuk dibawa kerumahnya di
kompleks perumahan Angkatan laut Kenjeran Surabaya.
Hartati : Iya deh.
Simpurusia memang senang kesana karena putra putri pamannya masih kecil
kecil, sehingga Simpurusia senang bermain dengannya. Apalagi isteri pamannya
itu sangat baik padanya, dan biasanya kalau Simpurusia mau pulang selalu
diberi uang jajan dan ongkos transportasi, bahkan kalau Simpurusia jarang
datang, tantenya itu selalu mendatangi Simpurusia di asramanya pada hari hari
minggu, dan membawa Simpurusia jalan jalan sambil makan makan. Walaupun
demikian Simpurusia dengan kehidupannya di Surabaya
tidaklah lantas
merubah pola kesederhanaannya, karena setiap saat ia selalu meng-ingatkan
dirinya, kalau ia itu dari keluarga yang cukup prihatin, karena ia sadar bahwa
hanya harga dirinya merupakan satu satunya milik yang harus dipertahankan.
Suatu saat ketika Simpurusia sedang asyik berbincang bincang dengan teman
lainnya di luar kelas, tiba tiba datang Hartati, sambil menyapa kepada seluruh
teman temannya itu termasuk Simpurusia, kemudian Hartati mengatakan
kepada teman teman lainnya kalau ia ingin mengajak Simpurusia ketempatnya
di Tretes. Bagaimana pendapat kalian ?
Belum teman temannya memberi komentar, datanglah Fahri bersama temannya
2 orang, dan langsung berkata : Boleh enggak kita ikit sharing.
Hartati yang menjawab bahwa : Disini kita tidak sedang diskusi, saya hanya
menyampaikan kepada teman teman lainnya, kalau saya ingin mengajak
Simpurusia ke Tretes, namun seketika itu Simpurusia langsung berubah
wajahnya.

Fahri berkata : Yah kalau tidak bisa ikut sharing disini karena tidak ada diskusi,
tapi saya lebih senang lagi kalau kami juga bisa diajak kesana jalan jalan. Dan
kalau bisa ajak teman teman lainnnya biar ramai.
Hartati berkata : Memangnya ke Tretes tidak pakai biaya, apalagi rumahku
kecil tidak mampu menampung teman teman.
Fahri berkata : Saya mohon maaf buat teman teman disini, bukan aku mau
pamer, dan jangan disangka saya ini ada maksud lain, benar benar apa yang
ingin saya lakukan benar benar lahir dari hati yang tulus untuk menanggung
biaya semuanya ke Tretes.
Tanpa memberi kesempatan kepada Hartati bicara, teman temanya yang lain
selain Simpurusia nyeletuk : Benar nih?
Fahri menjawab : Saya tidak sedang bercanda, yang penting masalah ini kiranya
ditanggapi positif, karena tidak ada maksud lain kecuali ingin ramai ramai
menikmati liburan.
Teman teman Hartati langsung secara bersamaan berkata : Asyiiiik.
Fahri langsung menyela : Pokoknya begini, kalau semua teman teman setuju,
maka perlu ada panitia rekreasi ini, dan kalau teman teman setuju siapa kira kira
yang dapat ditunjuk menjadi Ketua panitia.
Teman teman wanita lainnya langsung menunjuk dan berkata : Hartatiiiiii. Dia
kan yang punya daerah dan tentunya dia mengerti betul, acara apa yang akan
dilakukan disana, dan dimana tempat menginapnya.
Hartati berkata : Ok, tidak ada masalah, tapi saya masih penasaran kenapa
sahabat kita yang satu ini (maksudnya Simpurusia) hanya diam saja, apakah
Simpur setuju dengan ajakan ini?
Simpurusia menjawab : Kalau itu sudah merupakan keputusan teman teman,
saya hanya ikut saja.
Hartati berkata : Begitu dong...
Fahri berkata ; Tati (panggilan bagi Hartati) mulai sekarang susun acaranya
bersama anggaran biayanya.

Hartati menjawab : Siaaap bos.


Tidak lama kemudian merekapun bubar.
Sehari sebelum berangkat ke Tretes, semua persiapan sudah selesai, seperti bus
ukuran sedang yang muat 20 orang, segala sesuatu yang menyangkut logistik,
dimana seharian Hartati belanja di pasar, untuk persiapan 3 hari. Kali ini Fahri
tidak tanggung tanggung keluarkan biaya.
Besoknya merekapun berkumpul diasrama putri menunggu beberapa orang
yang akan berangkat, selang sejam kemudian, merekapun berangkat, sambil
bernyanyi didalam mobil. Adapun Simpurusia hanya tersenyum senyum kecil
melihat kelakuan teman temannya yang sedang melampiaskan kegembiraannya.
Menjelang memasuki Tretes, nampaklah oleh Simpurusia pemandangan pesona
alam yang begitu indah, dalam hatinya berkata ; Selama hidupku baru aku
mengalami jalan bersama dengan teman teman bereakreasi menikmati alam
permai. Sesaat kemudian Simpurusia merenung mengingat kedua orang tua dan
adiknya di Pare Pare, ia bayangkan mereka seperti biasanya kalau hari minggu
kami semua bekerja ramai ramai membersihkan rumah dan mencuci pakaian,
sementara saat ini dirinya sedang bersenang senang. Dengan perasaan yang
mendalam ia berkata dalam hatinya : Wahai kedua orang tuaku, ampunilah
anakmu yang sedang menikmati sendiri hari libur ini tanpamu disampingku.
Dan iapun langsung berdoa : Ya.. Allah jika engkau beri aku hidup yang
cukup,maka akan membawa orang tua dan adikku jalan jalan ketempat ini.
Tidak berapa lama kemudian, sampailah mereka di tempat penginapan yang
sudah di booking sebelumnya, dan merekapun ramai ramai turun dari mobil
dengan membawa barang masing masing, sambil berebutan kamar dan masing
masing memilih teman sekamar.
Setelah keadaan mulai tenang, Simpurusia angkat bicara : Teman teman dari
awal Hartati mengajak saya ke Tretes dan saya sudah niatkan untuk menginap di
rumah Hartati, untuk itu kepada teman teman semuanya mohon dimaafkan,
namun demikian Insya Allah, saya akan berusaha akan mengikuti semua acara
teman teman sampai selesai. Sekali lagi saya mohon maaf.
Kemudian teman temannya serentak berkata : Silahkan silahkan....

Selesai shalat Ashar, nampak Hartati dan Simpurusia meninggalkan rumah


menuju tempat penginapan, setelah Hartati dan Simpurusia tiba di tempat
penginapan, datanglah Fahri dengan terburu buru menemui Hartati sambil
berkata : Tati, saya ada ide..
Hartati berkata : Ide apa itu?
Fahri : Untuk lebih menyemarakkan acara kita ini, saya ingin Tati cari Organ
serta pemainnya yang bisa disewa nanti malam., buat kita nyanyi nyanyi, agar
acara kita ini lebih berkesan dan dapat dikenang.
Hartati : Ada mas, sebentar saya panggil, maka Hartati telepon keluarganya
yang kebetulan mempersewakan alat alat musik.
Fahri berkata : Teman teman tolong sampaikan pada manager penginapan ini
agar ia keluarkan kursi dan jejer di taman ini. Juga meja makan agar nanti
malam kita makan minum ditaman ini saja.
Hartati berkata ; Sepertinya mas Fahri ini sudah berpengalaman membuat acara
beginian.
Fahri berkata : Maklumlah, didaerah kami di Jaya pura boleh dikatakan tidak
ada tempat hiburan, yang ada hanya tempat karaoke, tapi oleh orang tua saya
sangat melarang sekali keluarganya masuk ditempat Karaoke, maklumlah
orang tua kami tadinya hidupnya sangat susah, sehingga orang tua kami
mengambil keputusan untuk ke Jayapura mengadu nasib, sesampainya orang tua
kami di Jayapura kehidupan orang tua mulai ada kemajuan, tetapi masih dalam
hidup prihatin, hingga aku lahir, waktu saya balita saya masih ingat, orang tua
saya beri minum air nasi sebagai pengganti susu, begitu prihatinnya kami.
Sekarang ini orang tua saya sudah cukup lumayan, makanya ia berpesan
nak..sekarang ini Etta (Panggilan kepada orang tua di tanah Bugis) sudah agak
lumayan, maka tidak ada salahnya kita sekarang mengeluarkan uang sekali
sekali, untuk menyenangkan keluarga atau teman teman. Sehingga kami di Jaya
pura setiap bulan dirumah diadakan Karaoke bersama keluarga yang ada di Jaya
pura.
Adapun Simpurusia mendengar ceritera Fahri secara diam diam mulai hatinya
merasa simpati pada Fahri. Namun tiba tiba ia sadar dan berkata dalam hati

pada dirinya : Simpurusia ...! awas...rasa simpatimu pada Fahri tidak boleh
lebih dari itu.
Malam harinya segala persiapan untuk makan minum sudah selesai, begitupula
pemain musik dengan alat musiknya sudah mulai pemanasan dengan menyanyi
sendiri.
Setelah makan malam mulailah satu satu anak mahasiwa itu naik menyanyi
termasuk Fahri yang sengaja menyanyi untuk lebih memeriahkan acara
tersebut. Dan tibalah saatnya untuk menunjuk diantara mereka untuk naik
menyanyi. Tibalah saatnya Fahri memanggil Hartati untuk naik menyanyi
sambil berkata kepada Hartati : Anggaplah Hartati ini sebagai tuan rumah disini,
karena ia orang sini, alangkah baiknya kalau ia juga menyumbangkan 2-3 lagu
untuk kita.
Hartati pun naik menyanyi dan suaranya cukup enak didengar oleh teman
temannya.
Setelah Hartati selesai menyanyi, Hartati pun berkata : Kini saatnya kita ingin
mendengar suara Mutiara dari Sulawesi selatan yaitu saudara kita Simpurusia...
Tanpa canggung canggung Simpurusia melangkah maju ke tempat bernyanyi
sambl mengenang saat ia menjadi juara umum lomba menyanyi di Pare Pare.
Seperti layaknya seorang artis, ia mulai mengambil mic, dan semua teman
temannya mulai terpukau.
Simpurusia berkata : Oke.. teman teman sekalian perkenankanlah saya
menyanyikan sebuah lagu lagu berjudul Dusunku terkenang kenang,
kemudian mulai dengan ral
Dusunku terkenang kenang,
hasratku ingin segera kembali pulang,
kepangkuan ibundaku sayang
dengan suara melengking, tanpa iringan musik dan semua yang ada disitu yang
mendengar merinding bulunya, diam terpukau, setelah itu langsung Simpurusia
berkata ; Musik...maka musik pun masuk nada lagu
Nun jauh disana dilembah danau yang hijau,

dan setersnya Semua teman temannya hening mendengar suara Simpurusia


yang begitu memukau.
Selesai Simpurusia menyanyi, semua teman temannya berteriak ; Lagi lagi,
lanjut...
Simpurusia berkata : Janji ya ini lagu terakhir, dan kali ini saya akan
membawakan lagu daerah saya berjudul Janci Mutaroe lalu Simpurusia
menuju pemain orang untuk menyampaikan nada nada lagu tersebut.
Dan mulailah Simpurusia melantunkan lagu Janci Mutaroe dan semua teman
temannya yang ada disitu terkesima mendengarnya, apalagi Fahri, ketika
interlude, Fahri sempat berkata dalam hatinya : Siapa nanti laki laki mujur
mendapatkannya. Karena secara diam diam sudah seribu satu macam, saya
lakukan untuk menarik simpatinya, namun tidak ada satu pun yang mempan.
Dikeheningan malam Fahri merenungkan dirinya dalam mencintai Simpurusia
: Simpurusia sayangku.....
Jangan anggap cintaku datang dari persahabatan selama ini.
Cintaku ini turun karena dari adanya panggilan jiwa.
Seandainya panggilan itu tidak pernah ada,
Untuk apa aku harus menunggu hingga hatimu luluh
Mungkin saja pernah ada orang yang singgah dihatimu.
Tapi hanya aku yang mencintaimu.
Simpurusiah sayangku....
Lelaki lain hanya mungkin mencintai diluar dirimu
Tapi aku mencintaimu sepenuh dirimu
Lelaki lain mungkin melihat kecantikanmu hanya diluar
Yang hanya dapat bertahan dalam hitungan masa.
Tapi aku melihat kecantikanmu dalam dirimu.
Melihat kecantikanmu yang tak akan ditelan masa
Biar musim berganti musim, masa berganti masa
Biar usia masa muda berganti usia masa tua

Simpurusiah sayangku......
Hanya aku yang mencintaimu secara diam diam.
Yang tak pernah menampakkan diri dalam dirimu.

BERLANJUT..................................

Episode IV

SENJA DI PANTAI LOSARI


Dua lelaki bersahabat sedang berdiri di pantai Losari Makassar, tidak lama
kemudian keduanya duduk diatas tembok pinggir pantai, sambil memesan
Pisang epe. Tanpa sadar keduanya mengangkat
wajahnya, memandang
matahari yang akan tenggelam ke ujung langit. Nampak warna merah membara
membias yang dilontarkan matahari sebelah barat, masih menyangkut di ujung
awan.
Pemandangan yang begitu indah, desis salah seorang di antaranya. Ya,
sahut orang kedua. Kedua pemuda itu berwajah jantan, namun penuh
kelembutan. Matanya yang bening memancarkan cahaya keteguhan hatinya,
yang memandang hari depan dengan penuh pengharapan, namun penuh
pergulatan dan perjuangan yang dilandasi dengan pasrah diri tulus ikhlas kepada
takdir Yang Maha Agung.
Keduanya masih diam sejenak. Tiba tiba salah satu diantaranya bernama
Sangaji berkata : Kawan, berapa harikah disini menghabisi hari liburmu ?
Yang satunya bernama Sangeang menjawab : Saya kira di Makassar ini cukup
dua hari dengan hari ini, sebab besok saya akan pulang ke Pare Pare dan disana
aku akan menghabiskan sisa sisa liburanku, nantinya dari Pare Pare aku
langsung ke Bandara terbang langsung ke Bandung.
Kawan, kata Sangaji : Masih ingatkah adik kelas kita, kala kita masih di SMA
Pare Pare yang bernama Simpurusia?.
Sangeang menjawab : Mana mungkin saya lupakan, iya gadis cantik penuh
ceria.ia bunga sekolah kita.
Sangaji lanjut berkata : Kenapa kamu katakan ia ceria?
Sangeang menjawab : Bukankah sehari hari kita lihat di sekolah selalu
bercanda, bahkan guru guru kitapun dijadikan bahan canda.
Sangaji menjawab : Yah.... secara diam diam sebenarnya aku jatuh cinta
padanya, tapi ketika aku memberanikan diri untuk menyatakan cinta, tapi serta
merta nampak wajah aslinya, ia menolak cintaku dengan tatapan mata yang
tajam sambil berkata aku belum memikirkan hal hal yang demikian, dan
bukankah kita masih sama sama menuntut pendidikan. Tapi dari temannya

kemudian aku mendengar, kalau ia sudah memadu janji dengan pria lain, entah
siapa pria itu?
Sangeang balik bertanya : Mengapa hal itu kau tanyakan padaku?
Sangaji berkata : Bulan yang lalu saya ke Surabaya, secara tidak sengaja kami
bertemu dengan Simpurusia di suatu rumah makan, tadinya aku tidak kenal,
karena saya lihat ia turun dari sebuah mobil bagus, setelah mobil itu parkir pas
didepan rumah makan. Setelah ia duduk bersama teman temannya, saya agak
tertegun melihat wanita yang begitu anggun duduk, setelah saya memperhatikan
betul, tiba tiba aku teringat Simpurusia, tapi pikiranku berkata lain, mana
mungkin Simpurusia mengalami kehidupan yang begitu drastis, ini Surabaya
bukan Pare Pare. Tapi setelah kuamati betul, hatiku berkata ini tidak salah, ini
Simpurusia. Kemudian aku memberanikan diri mendekatinya, karena aku yakin
kalau ia Simpurusia. Setelah dekat aku berkata : Maaf kalau saya tidak salah,
bukankah saudari ini yang namanya Simpurusia? .
Ia menoleh kepadaku dan sejenak ia diam lalu berkata : Iya, anda ini siapa?
Aku menjawab : barangkali masih ingat dulu,saya ini kakak kelasmu dulu ,
namaku Sangaji.
Ia pun berdiri dan memberikan tangannya untuk jabat tangan sambil berkata :
Oh ... rupanya kak Sangaji, apa kabar?
Aku jawab : Baik, kalau adik bagaimana?
Simpurusia menjawab : baik juga, dan kemudian ia memperkenalkan satu satu
temannya.
Sangeang nyeletuk : Selanjutnya ?
Setelah itu saya isin kembali ketempat duduk saya, tapi Simpurusia tidak
memperlihatkan suatu tanda tanda bahwa kita dulu adalah teman. Ada
kemungkinan kalau ia masih
dendam pada laki laki yang pernah
mengecewakannya. Dan setelah saya tinggalkan tempat itu, kami hanya sempat
Hello say good by.

Sangeang berkata : Apa yang kau alami ketika kawanku bertemu Simpurusia,
adalah sebuah kenyataan hidup, manusia bisa saja berubah setiap saat, karena
situasi dan kondisi yang menyelimutinya.
Sangaji berkata : Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa ia bisa sampai di
Surabaya, sementara kita tahu kalau ia dari keluarga yang kurang mampu.
Sangeang berkata : Nanti kalau saya kembali ke Pare Pare , saya akan cari tahu.
Tapi omong omong, sebenarnya urusan apa Sangaji di Surabaya ?.
Sangaji : Aku pergi ke Surabaya untuk menjajaki kemungkinan untuk
membuka usaha sendiri.
Sangeang : Usaha apa itu ?.
Sangaji : Pembelian ikan segar dan ikan beku untuk eksport
Sangeang : Memangnya selama ini saudaraku tidak kuliah
Sangaji : Yah tetap kuliah, sambil membantu paman dalam usaha pembelian
ikan.
Sangeang : Kenapa musti sekarang berencana pindah ke Surabaya, apa
memang Pamanmu buka cabang usaha disana?
Sangaji : Tidak, cuma aku lihat prospek usaha ini baik, maka aku akan menjual
tanah pemberian orang tua yang ada di Pare Pare, buat modal.
Sangeang : bagus juga, semoga sukses.
Tidak lama kemudian nampak Sangaji meninggalkan Pantai Losari, namun
Sangeang masih duduk sambil memandang kelaut. Dalam hati ia berkataLaut
ini selalu terjaga dari tidur, dan laut menjadi penghibur kala jiwa sedang
galau,
Di bawah naungan langit biru dengan segala hiasannya yang indah tiada tara
Di atas hamparan bumi dengan segala lukisannya yang panjang terbentang
Masih kudapatkan dan kurasakan curahan rahmat dan berbagai ni'mat Yang
kerap Kau berikan

Tapi bila tiba waktu berpisah Pantaskah kumemohon diri Tanpa setetes syukur
di samudera rahmat-Mu
Di siang hari kulangkahkan kaki bersama ayunan langkah, sahabatku.
Di malam hari kupejamkan mata bersama orang-orang yang kucintai.
Masih kudapatkan dan kurasakan Keramaian suasana dan ketenangan jiwa.
Tapi bila tiba waktu berpisah Akankah kupergi seorang diri Tanpa bayangbayang mereka yang akan menemani.
Tidak lama sesudah itu Andi Sangeang pun meninggalkan Pantai Losari, dan
bayangan Simpurusia terus mengikutinya.
Setelah Sangeang sampai di Pare Pare, secara berhati hati ia mulai menyelidiki
untuk mencari tahu segala kegiatan Simpurusia semenjak ia tinggalkan. Dan
secara kebetulan ia ketemu I Wasi yang ia tahu kalau ia sahabat kentalnya sejak
ia kenal Simpurusia. Pertemuan yang tidak disengaja itu terjadi di cafe pinggir
pantai Mallusetasi, kala itu ia melihat mantan gurunya pak Syahrir sedang
duduk bersama I Wasi smbil minum minum.
Sangeang : Assalamu Alaikum pak..
Pak Syahrir mendongakkan kepalanya dan langsung berkata : Alaikum salam,
eh... rupanya Sangeang, bagaimana kabar? Saya dengar adik ini sedang kuliah
di Bandung.
Sangeang menjawab : kabar baik pak, dan betul pak kalau saya ini sedang
kuliah di ITB Bandung jurusan Geologi
Pak Syahrir berkata : Hebat kalau begitu, tidak gampang orang bisa masuk
pendidikan di ITB. Selamat selamat
Sangeang berkata : Maaf pak, ngomong ngomong kalau tidak salah ingat
bukankah wanita ini yang bapak temani bernama I Wasi?
I Wasi yang menjawab : Benar kak, dan kami sudah menikah 3 bulan yang lalu.
Sangeang berkata : kalau begitu To Sir with love, ha haa...

Pak Syahrir berkata : Yang namanya jodoh kita tidak tahu, biasanya lain yang
dibidik lain yang kena.
Sangeang berkata : Benar pak, eh ngomong ngomong kalau tidak salah I Wasi
ini kan dulu sahabat kental Simpurusia?
I Wasi menjawab : Benar ....
Sangeang lanjut berkata : Sekarang dimana dia?
I Wasi balik bertanya ada apa dengannya?
Sangeang : Tidak, saya ingat dia, karena saya lihat ada I Wasi disini.
I Wasi : Simpurusia itu kan lulusan terbaik di sekolah kita, sehingga ia berhak
mendapatkan bea siswa untuk kuliah di Universitas Airlangga Surabaya.
Sangeang : Hebat dong dia... kalau begitu
I Wasi : Iya memang termasuk orang cerdas yang patut diteladani.
Sangeang : Benar, dan paling berutunglah laki laki yang bisa mendapatkannya.
Sambil dalam hati sepertinya ada rasa menyesal meninggalkannya.
Selepas Sangeang meninggalkan cafe itu, dalam perjalanan pulang, ia masih
sempat menelepon Sangaji, dan memberitahukan semua keterangan yang
disampaikan I Wasi.
Sangaji setelah mendengar keterangan Sangeang kemudian ia berkata dalam
telepon : Bisakah kita ketemu di Pantai Losari sebelum engkau pulang ke
Bandung.
Sangeang ; Maaf saya sudah katakan dari Pare Pare lagsung ke Bandara.
Sebenarnya apa yang mau dibicarakan ?
Sangaji : Sebenarnya saya ingin minta pertimbangannya, karena saya
rencana pindah ke Surabaya untuk kuliah di disana jurusan hukum.
Sangeang : Maksudnya?.
Sangaji : Sebenarnya saya ini ingin menjadi pengacara.

ada

Sangeang : Jadi, mau mendaftar sebagai mahasiswa baru, apa tidak rugi,
sementara Sangaji sudah menjelang semester III di Universittas Muslim
Makassar.
Sangaji : Saya ada teman yang siap membantu saya, agar mata kuliah yang
saya sudah selesaikan bisa disesuaikan disana. Kalaupun tidak bisa, biar saya
masuk di Universitas swasta saja yang ada jurusan Hukum
Sangeang : Kalau begitu silahkan kabari saya kalau sudah mau ke Surabaya.
Sangaji : Insya Allah.

Episode V
CINTA SIMPURUSIAH MULAI TUMBUH DI KAMPUS
Menjelang semester ke III, Simpursia dan 5 teman lainnya berhasil masuk
dalam daftar yang paling cepat menyelesaikan pelajaran di semester II,
sehingga kawan kawan yang lain terpaksa ditinggalkan termasuk Hartati dan
Fahri.
Adapun Fahri, yang merasa bahwa tidak lama lagi ia akan pisah kelas dengan
Simpurusia, membuat hatinya sedih. Dan iapun berpikir keras bagaimana
caranya agar ia tetap selalu bisa dekat dengan Simpurusia.
Setelah Simpurusia sudah di smester III, rupanya kebutuhan akan buku buku
semakin mendesak, sebab kalau ia tidak dapat memenuhinya, maka ia akan
ketinggalan dengan kawan kawan lainnya, sementara kawan kawan yang
ditinggalkan kembali akan menyusulnya. Hal inilah yang membuat Simpurusia
bersedih, karena mau minta pada orang tua itu tidak mungkin, karena
merekapun hidup pas pasan. Hingga tengah malam Simpurusia tidak sanggup
memejamkan matanya,sehingga iapun berpikir untuk menjual satu satunya
milik pemberian orang tua yaitu sebuah cincin pusaka. Setelah ia
pertimbangkan baik buruk nya melepas cincinnya, maka ia mengambil
kesimpulan bahwa tidak ada jalan lain kecuali menjualnya.
Keesokan harinya, iapun mengajak Hartati untuk bicara, kemudian Simpurusia
menarik tangan Hartati keluar ruangan, sesampainya kedua orang itu di luar
kelas,
Simpurusia berkata : Tati, bisakah nanti temani aku ke toko emas?
Hartati : Mau beli emas ?
Simpurusia : Justeru sebaliknya.
Hartati : Ha....? apa saya tidak salah dengar?
Simpurusia ; Ah jangan banyak tanya, mau tidak temani aku ke toko emas?
Hartati :ketawa dan berkata, : Jangankan ke toko emas, ke ujung dunia pun
saya akan temani
Simpurusia : terima kasih, nanti selesai shalat dhuhur kita berangkat

Hartati : Tapi sebelumnya kalau bisa saya mau lihat emas yang mau kau jual.
Simpurusia memperlihatkan cincin yang masih melingkar dijari tangannya.
Hartati : Waduh sayang sekali, itukan cincin pusaka.
Simpurusiah : Apa boleh buat.
Selesai shalat dhuhur, nampaklah Simpurusia dan Hartati berjalan menuju jalan
raya untuk mencari becak. Tapi tak disangka sangka Fahri datang dari belakang
sambil membunyikan klakson mobilnya, dan berhenti tepat didekat Hartati dan
langsung bertanya ; Mau kemana?
Hartati menjawab : Ada keperluan sedikit mas.
Fahri : Bagaimana kalau saya bersedia mengantar kemana kau mau pergi.
Simpurusia menyela : Terima kasih, nanti lain kali saja.
Fahri : jangan begitu dong, masa sih tega banget menolak maksud dan niat
baikku.
Hartati berkata : Maaf mas, ada sesuatu urusan yang tidak boleh diketahui orang
lain mas.
Fahri termenung sejenak, kemudian ia berkata : Baiklah kalau begitu, maaf saya
jalan duluan. Fahri pun meninggalkan kedua gadis itu, namun diam diam ia
akan mengikuti dari belakang, ia ingin mengetahui keperluan apa yang akan
dilakukan kedua gadis itu, dan iapun memberhentikan mobilnya agak jauh
sambil memperhatikan arah jalan kedua gadis itu. Dan tidak lama kemudian ia
melihat Hartati memanggil tukang becak, dan nampaknya setelah tawar
menawar keduanya langsung naik. Dan Fahri pun mengikuti dari belakang
dengan jarak jauh.
Tidak lama kemudian ia melihat kedua gadis itu turun didepan toko emas, dan
Fahri bertanya dalam hati, ada apa keduanya masuk toko emas ?. tapi firasatku
berkata salah satunya pasti mau menjual emas, dan untuk membuktikan
sebentar, begitu keduanya meninggalkan toko, begitu saya datangi toko emas
tersebut.
Begitu kedua gadis itu meninggalkan toko emas itu, Fahri langsung memasuki
toko emas tersebut dan berkata : Maaf nona, tadi saya lihat teman saya dua
wanita masuk disini dan rupanya ia menjual emasnya.

Nona ; memangnya ada apa?


Saya ingin membelinya kembali, walaupun saya belum tahu emas apa yang dia
jual
Nona itu dengan curiga berkata : Ada apa maksud saudara ingin membelinya
kembali?
Fahri : Tidak ada lain masud saya, kecuali ingin menolong teman, sebab saya
tahu pasti ia lagi butuh betul dana untuk sesuatu keperluan.
Nona : Tapi jangan kaget kalau saya sebut harganya
Fahri ; Bisa tolong dulu kasi lihat barangnya
Nona itu pun mengambil cincin dari lacinya kemudian ia perlihatkan sama Fahri
Fahri lansung tertegun melihat cincin itu yang selalu ia lihat melingkar di jari
Simpurusia. Dan fahri pun bertanya : Berapa harga mau dilepas
Nona menyebutkan angka, dan tanpa menawar, ia bertanya : Tolong ini kredit
cards saya supaya digesek untuk pembayaran cincin itu.
Kemudian nona itupun menggesek kartu kredit Fahri, dan setelah itu Nona
menyerahkan cincin kepada Fahri. Tapi Fahri minta agar dikasi tempat cincin.
Sekeluar dari toko, Fahri tidak berhenti mencium cincin tersebut, sambil
membayangkan kalau cincin itu melekat dijari Simpurusia.
Keesokan harinya Fahri menemui Hartati dan langsung berkata : Maaf Tati saya
mau bicara empat mata ini penting sekali.
Hartati : Ada apa sih kok penting sekali mas.
Fahri : Maaf saya tunggu di kantin sekarang tapi harus sendirian saja, jangan
ada orang lain yang kau bawa
Hartati : Ok mas.
Fahri pun berjalan menuju kantin, setelah ia duduk tidak lama kemudian
datanglah Hartati, namun dari belakang di ikuti oleh Simpurusia, sambil
Simpurusia berkata dalam hatinya : Mau kemana Hartati, sepertinya ter-gesa
gesa. Tidak lama kemudian ia lihat duduk berhadapan dengan Fahri. Simpurusia

langsung kaget dan berkata dalam hatinya : Rupanya kedua orang itu diam diam
menjalin asmara. Melihat itu Simpurusia langsung pergi.
Fahri : Terima kasih karena kamu mau datang, eh mau minum apa?
Hartati : Terima kasih mas, saya tidak minum, karena saya tidak lama lama mas
Fahri : Memangnya kenapa?
Hartati : Takut mas, jangan sampai yang melihat kita sampai salah paham
Fahri dengan bercanda berkata : kalau memang demikian. Mau apa
Hartati : Jangan bercanda mas, langsung saja apa yang mau disampaikan pada
saya.
Fahri : Begini, kemarin saya mengikuti dari belakang, rupanya Hartati bersama
Simpurusia masuk toko emas ya?.
Hartati tertegun mendengar itu, kemudian ia balik bertanya : Memangnya
kenapa?
Fahri : Maaf saya cuma ingin tahu, untuk keperluan apa sampai Simpurusiah
menjual emasnya
Hartati ; Karena Simpurusia sudah terdesak ingin beli buku, sementara tidak
ada cara lain kecuali ia menjual cincinnya.
Fahri mendengar itu langsung tunduk terharu, dan tidak bisa ngomong.
Hartati berkata ; Ada apa mas, kok kelihatannya sedih?
Fahri : Betul saya sedih mendengar itu, dan yang sayangkan kenapa mengambil
jalan pintas, bukankah aku selalu disamping kalian, yang siap membantu tanpa
pamrih sebatas kemampuanku.
Hartati : Tidak perlu dipikikan mas, dan saya kira sudah cukup,
Fahri : Belum cukup!!!
Hartati : Apanya lagi?
Fahri : Saya mohon betul agar hal ini dirahasiakan pada Simpurusia kalau saya
tahu hal ini.
Hartati ; Insya Allah , sudah ?

Fahri : Sudah dan terima kasih


Hartati : kalau begitu saya mau permisi. Hartati pun langsung berdiri dan pergi
meninggalkan Fahri.
Adapun Fahri sedang berpikir bahwasanya ia akan memberikan kejutan
Simpurusia bila ia ulang tahun, aku kan berikan cincin ini sebagai hadiah ulang
tahunnya, dan mudah2an hal ini sebagai pembuka jalan untuk lebih dekat
dengannya.
Keesokan harinya Fahri mendatangi sekertariat administrasi untuk mencari tahu
tanggal lahir Simpurusia, dan ia berhasil mendapatkannya. Setelah itu ia berkata
dalam hatinya : Sayangnya masih harus menunggu 5 bulan lagi, oh... tapi
untung saya bisa mendahuluinya, karena bulan depan aku ulang tahun.
Tidak lama kemudian hari ulang tahun Fahri yang dia nanti nantikan tinggal 3
hari lagi, maka iapun melakukan persiapan di sebuah cafe yang sedehana tapi
menarik. Fahri memilih tempat itu agar masih ada kesan kesederhanaan yang
dapat dilihat oleh Simpurusia. Karena ia tahu kalau Simpurusia mencintai
kesederhanaan, dan tidak suka yang nampak mewah.
Dua hari sebelumnya Fahri mengedarkan undangan ulang tahunnya kepada
teman temannya yang sifatnya terbatas dan hanya diberikan yang sudah masuk
group sebanyak 20 orang.
Setelah Simpurusia menerima undangan ulang tahun dari Fahri, kemudian ia
buru buru mencari Hartati, setelah ketemu langsung Simpurusia bertanya : Tati
apa kamu sudah dapat undangan ulang tahun Fahri?
Hartati : Sudah, memangnya kenapa?
Simpurusia : Saya ini bingung mau kasi kado apa? rasanya malu ah.
Hartati berkata : Kenapa mesti malu, karena saya kira Fahri orangnya penuh
pengertian, dan saya yakin kalau Fahri itu tidak akan melihat harga kado, yang
dia lihat atensinya.
Simpurusia : Tapi saya kan jarang ikut ulang tahun, jadi saya bingung mau kasi
apa?
Hartati : Kalau saya, tidak usah kasi dalam bentuk barang, ada sesuatu yang tak
ternilai harganya bagi dia

Simpurusia ; Apa itu ? tanyanya dengan lugu


Hartati : Hatimu!!!
Simpurusia langsung membelalakkan matanya, dan berkata agak marah, :
Memangnya saya wanita murahan?
Hartati : Mohon maaf, saya kan Cuma bercanda
Simpurusia : Bercanda bercanda, tapi jangan menyinggung perasaan dong.
Hartati : Terus terang, kalau saya lihat sikap dan gerak gerik Fahri, saya yakin
kalau ia menaruh hati.
Simpurusia : Itukan haknya, tapi saya juga punya hak untuk menolaknya.
Eh...Jangan jangan kalian berdua diam diam menjalin hubungan.
Hartati : Kenapa berkata demikian ?
Simpurusia : Saya pernah lihat dari jauh Tati duduk berdua di kantin.
Hartati : Oh itu? Jangan salah paham, waktu itu saya tagih, karena masih ada
yang belum dibayar waktu kita ke Tretes tempo hari, kan tidak enak saya tagih
didepan teman teman.
Simpurusia : Oh .... maafkan saya kalau begitu.
Hartati : Ah ... kita hentikan saja pembicaraan menyangkut dia.
Simpurusia : Tapi bagaimana dengan masalah kado?
Hartati : Kalau saya tidak perlu bawa kado, ia kan anak orang kaya, yang
penting kita hadir saja.
Simpurusia : Betul juga, dari pada repot repot mikirin kado.
Lusanya berangkatlah Simpurusia bersama Hartati menuju cafe menurut
undangan. Setelah Simpurusia tiba, rupanya teman teman lainnya sudah banyak
yang datang, sehingga suasana agak ramai sedikit.
Tidak lama kemudian datanglah Fahri dan memberikan tangannya untuk
berjabat tangan dan mempersilahkan mengambil tempat duduk.
Simpurusia berkata : Selamat ulang tahun ya.. semoga sukses selalu
Fahri : Terima kasih

Simpurusia : Mohon maaf ya, kami ini berdua tidak membawa kado ulang
tahun.
Fahri : Yang penting sudah mau datang, saya sudah sangat senang.
Simpurusia langsung mencari tempat duduk bersama Hartati, setelah duduk,
Simpurusia dalam hatinya berkata : Rupanya hari ulang tahun Fahri ini cukup
sederhana namun suasananya cukup menyenangkan.
Tidak lama kemudian datang seorang udstas, yang sengaja di undang Fahri
untuk membacakan doa.
Setelah undangan nampak hadir semua, nampak salah satu teman berdiri
bernama Retno dan berkata ; Assalamu Aalaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
dan dijawab oleh para hadirin ; Waalaikum salam
Lanjut ia berkata : Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa kehadiran saudara
saudara ditempat ini adalah untuk ikut memeriahkan
acara ulang tahun
saudara kita Fahri, yang sederhana ini, untuk itu tepuk tangan saudara saudara
sekalian.
Retno lanjut berkata : Singkat saja, kita akan mulai acara ulang tahun ini dengan
terlebih dahulu pembacaan doa oleh udstas kita H. Muh. Qowi. Untuk itu
dipersilahkan.
Udstas itu pun berdiri dan membaca doa, sementara yang hadir meng-aminkan
Selesai pembacaan doa, langsung acara tiup lilin disertai nyanyian Selamat
ulang tahun dan selanjutnya dilanjutkan dengan makan nasi dos sambil
mendengarkan lagu lagu nostalgia.
Hanya selang 1 hari saja acara ulang tahun sudah hilang dari ingatan.
Suatu saat dimana sudah 3 hari Simpurusia tidak nampak di kampus, dan tidak
ada temannya yang tahu kenapa ia absen, walaupun Simpurusia sama dengan
Hartati menempati asrama putri, tapi kamar mereka berjauhan. Makanya setelah
3 hari Simpurusia tidak tampak, Hartati langsung mendatangi tempat
Simpurusia, dan ia dapati sedang berbaring menahan sakit.
Hartati : Simpur kamu sakit ya?
Simpurusia sambil menahan rasa sakitnya : Iya, sakit maag saya lagi kumat.

Hartati : Terus biasanya minum obat apa?


Simpurusia : Biasanya hanya minum obat promag.
Hartati : Sudah minum ya?
Simpurusia : Sudah satu papan saya minum tapi tidak kunjung sembuh, bahkan
rasanya semakin bertambah sakit
Hartati : Bagaimana kalau saya bawa ke Dokter?
Simpurusia berkata : Kamu kan tahu kalau saya ini hanya pas pasan dan tidak
cukup untuk membayar dokter.
Hartati mendengar itu hanya bisa bersedih dan ia hampir menitikkan air mata
bukan karena sedih melihat keadaan Simpurusia, tapi karena ia menyesali
dirinya tidak mampu menolongnya.
Hartati bertanya : Apakah kamu tidak punya kartu BPJS?
Simpurusia : Iya punya, kenapa saya lupa kalau punya kartu BPJS
Hartati berkata : Kalau begitu sekarang mari kita ke rumah sakit.
Simpurusia ; Biasanya kalau menggunakan BPJS cukup di Puskesmas.
Hartati : Kalau keadaan biasa, tapi inikan keadaanmu dalam kondisi darurat,
jadi saya bawa langsung ke ruang gawat darurat rumah sakit.
Simpurusia : Kalau begitu sekarang saya siap siap
Hartati : Tapi kali ini kamu tidak boleh lagi menolak niat orang yang mau
menolong.
Simpurusia hanya mampu menganggukkan kepala sambil menahan rasa sakit.
Sesudah itu Hartati menelepon Fahri, dan menyampaikan kalau Simpurusia
sakit keras, dan butuh bantuan untuk diantar kerumah sakit. Dan tanpa bertanya
lagi Fahri langsung mendatangi tempat Simpurusia.
Setelah Simpurusia sudah siap, maka Hartati minta tolong pada teman wanita
yang ada disitu untuk membantu memegang Simpurusia menuju mobil.
Adapun Fahri lebih banyak diam, karena ia takut salah bicara, yang bisa
membuat Simpurusia tersinggung

Tidak berapa lama mereka sudah sampai di Rumah sakit, dan Simpurusia
langsung dibawa ke ruang unit gawat darurat.
Setelah pemeriksaan selesai dan diinjeksi, kemudian dokter berkata kepada
Simpurusia : Kamu harus menjalani rawat inap, karena penyakit maagmu sudah
termasuk sakit maag akut. Dan Simpurusia menurut saja, karena ia tahu kartu
BPJS bisa dipakai rawat inap sampai klas 1. Namun setelah dicarikan kamar
kelas 1, tidak ada satupun kamar yang kosong.
Perawat berkata pada Simpurusia : bagaimana ini mba, tidak ada kamar klas 1,
semunya penuh, yang ada hanya kamar VIP. Tapi kalau kamar VIP, kartu BPJS
tidak laku.
Simpurusia mendengar itu hanya langsung diam dan tidak bisa berkata apa apa.
Hartati mendengar itu, dan melihat Simpurusia hanya diam saja, ia langsung
berkata kepada Simpurusia : Maaf tidak ada jalan lain kalau mau sembuh harus
rawat inap.
Simpurusia : Solusinya bagaimana?
Hartati : Pokoknya serahkan saja sama saya, yang penting kamu menurut apa
yang saya lakukan, percaya kan?
Simpurusia : hanya meganggukkan kepalanya.
Kemudian Hartati mendatangi Fahri yang sedang menunggu diluar.
Hartati : Fahri sekarang ini ada masalah, Simpurusia harus menjalani rawat
inap, sementara kartu BPJS yang dimiliki hanya sampai batas klas 1, sedang
klas 1 sudah berisi semua, yang ada hanya kamar VIP, tapi itu tidak bisa lagi
didanai dengan kartu BPJS.
Fahri bertanya : Jadi maumu bagaimana?
Hartati : Yah siapa tahu Fahri bersedia menolong Simpurusia, karena saya tahu
Fahri mampu untuk itu.
Fahri berkata : Saya sih selalu siap membantu, tapi apakah Simpurusia mau
menerima bantuan itu, karena kamu tahu sendiri siapa Simpurusia?
Hartati : Semua masalahnya dia diserahkan sepenuhnya pada saya.

Fahri : Kalau begitu, mari kita cari kamar VIP, setelah melihat keadaan kamar
VIP, Fahri berkata tidak cocok.
Hartati : Jadi maumu bagaimana?
Fahri : Kita cari kamar Pavilliun
Hartati : Bukankah itu jauh lebih mahal
Fahri : Tanggung menolong orang kalau tidak yang terbaik, selama saya masih
mampu, dan dalam hatinya berkata, aku hanya ingin melihat gadis yang kupuja
menempati kamar bagus, karena saya masih sanggup untuk itu.
Hartati : Terserah, saya sih menurut saja.
Setelah seluruh administrasi rumah sakit selesai, tidak lama kemudian nampak
Simpurusia dipembaringan sedang diinvus didorong menuju kamar pavilliun.
Setelah Simpurusia masuk dikamar, ia merasa heran, karena selama ini belum
pernah tidur di kamar yang sebagus ini, karena itu ia sadar kalau semua ini pasti
pertolongan Fahri, lalu ia mencari cari Fahri, namun Fahri tidak nampak.
Simpurusia berkata pada Hartati : Fahri dimana ? dia kan yang antar kita
kemari.
Hartati : Tidak tahu entah kemana, tapi bukan saja dia antar kita, tapi dia juga
yang selesaikan semua biaya kamar dan pengobatannya, dan saya tadi bersama
sama pergi deposit uang untuk pembayaran nantinya.
Simpurusia : Saya sedih sekali Tati , bagaimana saya bisa membalas semua
kebaikannya.
Hartati : Jangan dulu perhatikan itu, yang penting sekarang kau pikir bagaimana
kamu bisa sembuh.
Tidak lama kemudian datanglah Fahri membawa makanan dan buah buahan.
Simpurusia berkata pada Fahri : Terima kasih atas bantuannya dan jangan
banyak repot repot.
Fahri : Tidak usah pikirkan itu, yang penting Simpurusia pikirkan bagaimana
bisa sembuh secepatnya, dan kembali belajar lagi.
Simpurusia : Terima kasih.

Setiap malam Hartati yang selalu menemaninya.


Adapun Simpurusia selalu gelisah memikirkan Fahri, entah bagaimana
menghadapi dia, yang begitu sangat baik padaku. Walaupun aku sadar bahwa
dibalik itu semua tidak lain karena tentunya ia menaruh hati padaku, dan dia
mencoba selalu berbuat baik padaku agar aku menaruh hati juga padanya.
Namun aku belum bisa melupakan betapa aku pernah di sia sia kan oleh
Sangeang. Tapi mungkin inilah jalan hidupku untuk dipertemukan dengan orang
yang begitu baik. Walaupun hatiku mulai cair padanya, tapi aku tidak mau
langsung memperlihatkan secara terbuka.
Menjelang 3 Malam Simpurusia sudah dinyatakan oleh dokter kalau ia sudah
boleh pulang, dan Simpurusia pun pulang ke asramanya diantar oleh Fahri, dan
ia duduk di depan samping Fahri. Adapun Fahri yang melihat gelagat iini
hatinya sungguh berbunga bunga dan bahagia sekali.
Adapun Simpurusia sejak itu ia selalu memikirkan Fahri, sampai ia berkata
dalam hatinya, apakah ia sudah mulai jatuh hati padanya, ah..... hal ini tidak
bisa dibiarkan begitu terus, sebelum aku terlalu jauh masuk dalam
cengkeramannya maka banyak yang harus dibicarakan dengannya, karena
jangan sampai aku jatuh dalam cengkeraman untuk yang kedua kalinya.
Suatu saat dihari Sabtu sore,
Simpurusia menelepon Fahri, begitu Fahri
melihat nama Simpurusia di HP nya, ia langsung terima dan terdengar suara
Simpurusia berkata : Assalamu alaikum.
Fahri : Wa alaikum salam
Simpurusia : Maaf, adakah waktunya sebentar malam ?.
Fahri dengan datar menjawab : Ada..
Simpurusia : Kalau ada, bisakah datang ke asrama sebentar malam.
Fahri : Insya Allah, tadinya ia mau bertanya. Tapi dalam hatinya berkata, jangan
karena inilah malam yang aku tunggu tunggu, betapa senangnya nanti bisa
bermalam minggu untuk yang pertama kalinya dengan Simpurusia.
Malamnya datanglah Fahri, kemudian ia dipersilahkan oleh Simpurusia menuju
ruang tamu, setelah keduanya duduk berhadap hadapan Simpurusia membuka
percakapan dan berkata : Maaf, apa saya tidak mengganggu waktunya ?,
mengingat ini malam Minggu.

Fahri : Tidak, saya ini bukan anak kota besar, yang biasa menghabiskan waktu
malam minggunya diluar rumah.
Simpurusia : Jadi apa aktifitasnya kalau malam Minggu,?
Fahri : Saya selalu dirumah, dengan memanggil 2-3 teman teman, bikin acara
dirumah.
Simpurusia : Apakah memang teman temannya belum punya pacar?
Fahri : ada diantaranya, dan mereka biasa bawa kerumah.
Simpurusia : Maaf, saya hanya ingin bertanya, mengapa selama ini mas Fahri,
selalu beruasaha membantuku ?
Fahri dengan terharu berkata : Salahkah kalau aku berusaha membantu wanita
yang kupuja selama ini, walaupun saya tahu kalau wanita itu tidak menaruh
hatiku padaku.
Simpurusia : Apakah mas Fahri tidak kecewa karena wanita itu tidak menaruh
hati padamu ?
Fahri : Adalah sesuatu yang membahagiakan apabila semua dilakukan dengan
rasa ikhlas, termasuk meng-ikhlaskan orang itu tidak menaruh hati padaku.
Karena ikhlas itu tidak untuk menuntut sesuatu.
Simpurusia mendengar pengakuan Fahri, ia seperti tertikam dan tersinggung
dengan kata kata itu, kemudian Simpurusia bertanya : Apakah itu merupakan
sebuah prinsip hidupmu?
Fahri : Itulah yang aku ketahui.
Simpurusia : Bagaimana pendapatmu kalau wanita yang tadinya tidak menaruh
hati padamu, kemudian dihatinya mulai tumbuh benih benih kasih?
Fahri : Semoga wanita itu tidak mengatakan itu padaku, karena aku belum
sanggup mendengarnya, cukuplah bagiku lewat tatapan matanya yang berkata.
Simpurusia : Apakah wanita yang menyatakan lewat tatapan itu berkata, tidak
kau sangka kalau wanita itu hanya pintar menjaga gengsi, padahal
sesungguhnya ia wanita murahan?
Fahri : Jangan berkata begitu, karena jangankan wanita baik baik, seorang
wania pelacurpun aku tidak berani mengatakan kalau wanita itu adalah wanita

murahan, karena apa yang dilakukan itu hanya karena terpaksa. Sebab itu saya
juga tidak mengharap cinta seorang wanita karena terpaksa.
Simpurusia kembali terpukul oleh kata kata Fahri. Dan akhirnya ia mengalihkan
ke pembicaraan lain.
Setelah melihat waktu jam bertamu sudah hampir waktunya, maka iapun segera
minta pamit pulang. Dalam perjalanan pulang hatinya diliputi oleh perasaan
yang ia sendiri tidak dapat melukiskannya. Dan setibanya dirumah, teman
temannya sudah datang dan sedang kedatangan Fahri.
Adapun Simpurusia yang ditinggal oleh Fahri, kemudian ia masuk kamarnya,
dan langsung tiarap ditempat tidurnya, sambil mencoba mengenang kata kata
Fahri, sehingga dalam dirinya semakin tumbuh rasa ketertarikannya pada Fahri.
Begitu teman temannya pergi, Fahri,
langsung
masuk kamar dan
melemparkan diri ketempat tidur, sementara hatinya ia rasakan malam itu
benar benar bahagia.
Malam itu Fahri kembali merenungkan dirinya saat saat dirinya bicara
Simpurusia, hingga rupanya ia sudah mulai membuka hati padaku, kemudian
Fahri ber-angan angan dalam mencintai Simpurusia:
Simpurusia sayangku
Jangan anggap cintaku datang dari persahabatan selama ini.
Cintaku ini turun karena

adanya panggilan jiwa.

Seandainya panggilan itu tidak pernah ada,


Untuk apa aku harus menunggu hingga hatimu luluh
Mungkin saja pernah ada orang yang singgah dihatimu.
Tapi hanya aku yang mencintaimu.
Lelaki lain hanya mencintai diluar dirimu
Tapi aku mencintaimu dalam dirimu
Lelaki lain melihat kecantikan diluar dirimu.
Tapi aku melihat kecantikanmu dalam dirimu.
Dan melihat kecantikanmu yang tak akan memudar,

Biar musim berganti musim, masa berganti masa


Biar usia masa muda berganti usia masa tua
Kecantikamu itu tidak takut menantang masa tua
Dan tidak takut untuk dicela, karena keriput tulang pipimu
Hanya aku yang mencintaimu secara diam diam.
Yang tak pernah menampakkan diri dalam dirimu.

BERLANJUT..............................

Episode

IV

SANGEANG DIPAKSA KAWIN


Sepulangnya Sangeang dari Pare Pare, dan setibanya ia di Bandung kembali,
Sangeang mulai giat belajar, hal ini didorong oleh kondisi Ayah dan ibunya
yang sedang sakit sakitan. Sangeang berusaha akan menyelesaikan kuliahnya
sebelum salah satu orang tuanya meninggal. Ia ingin memperlihatkan pada
orang tuanya bahwa tidak sia sia kedua orang tuanya membiayai ia kuliah.
Walaupun hubungannya dengan Henny semakin akrab, namun keduanya tetap
menjaga jarak. Jelang kurang lebih 9 bulan lamanya setelah Sangeang tiba di
Bandung, tiba-tiba ia mendapat panggilan pulang segera ke Pare Pare, karena
Ayahnya sakit keras. Singkat ceritera Sangeang segera kembali, dan setelah ia
tiba di Pare Pare didapatinya Ayahnya sedang tergeletak di pembaringan pada
sebuah rumah saki di Pare Pare.
Menjelang 2 hari Sangeang di Pare Pare, Ayahnya kemudian memanggil
Sangeang mendekat dengan dirinya.
Ayah Sangeang bernama Andi Mappatunru dengan ter-engah engah berkata
kepada Sangeang : Nak mungkin waktuku hidup di dunia tidak lama lagi,
walaupun mungkin aku tidak sempat melihatmu di wisuda, tapi ayah sekarang
sudah menganggapmu sudah selesai, karena kamu tinggal menunggu waktu
saja.
Dengan air mata berlinang Sangeang berkata : Ayah jangan berkata begitu, kita
tidak tahu yang namanya ajal, Tuhan yang menentukan.
Ayahnya Andi Mappatunru menyela : Tapi nak, perasaanku dan tanda tanda
kematian yang pernah saya pelajari, sudah mulai nampak satu satu. Namun
sebelum ayah meninggal, hanya satu permintaanku dan tolong penuhilah
permintaanku ini nak.
Sangeang dengan hati was was bertanya : Apa itu Ayah?
Ayahnya berkata : Sejak engkau tumbuh dewasa, aku mulai bercita cita untuk
menikahkan kamu dengan sepupu dua kalimu Andi Sengngeng, yang tentunya
sudah tidak asing lagi bagimu. Hal ini telah aku pendam selama ini.

Adapun Sangeang mendengar ini, tiba tiba seperti ada guntur di siang bolong
ditelinganya. Ia hanya hanya bisa duduk terpaku, karena selama ini ia tahu,
kalau ayahnya berkehendak, maka tidak dapat dicegah, ia memang seorang ayah
yang keras hati.
Kemudian Sangeang berkata : Sebenarnya ayah , saya belum siap untuk itu,
apalagi saya masih kuliah dan lagi pula saya belum bekerja.
Andi Mappatunru berkata ; Bukankah saya sudah katakan bahwa, bagiku
engkau sudah selesai kuliah walaupun tinggal menunggu sedikit waktu.
Masalah pekerjaan, sebenarnya walau kamu belum mempunyai pekerjaan tetap,
tapi saya kira harta, yang ayah miliki lebih dari cukup bila engkau mampu
mengelolanya, apalagi kamu hanya berdua dengan adikmu I Tenri .
Adapun Sangeang, pikirannya langsung tertuju pada Henny di Bandung, dan
dalam hatinya berkata, bagaimana bisa aku dapat meninggalkan Henny,
sementara kami sudah berjanji untuk membangun rumah tangga. Cukuplah
bagiku telah mengecewakan Simpurusia seorang, semoga tidak terjadi untuk
kedua kalinya.
Tiba tiba ayah Sangeang menyela : Bagiku Sangeang, kalau memang kamu
mau berbakti kepadaku, sebaiknya kamu penuhi permintaan ayah, sebab kalau
kamu tidak mau maka anggaplah aku bukan ayahmu lagi, dan segera tinggalkan
tempat ini.
Sangeang mendengar ultimatum ayahnya, untuk kedua kalinya ia seperti
disambar petir. Dan dalam hati Sangeang berkata, aku harus terpaksa menerima
perintah ini demi baktiku kepada kedua orang tuaku, persoalan nanti tiba masa
tiba akal.
Andi Mappatunru kembali bertanya : Bagamana Sangeang?
Andi Sangeang menjawab : Sambil menitikkan air mata ia berkata saya terima
ayah.
Nampak di wajah ayah andi Sangeang, rasa haru bercampur bahagia mendengar
jawaban Sangeang.
Siang harinya Andi Mappatunru, memanggil adiknya Andi Mappanganro, untuk
segera melakukan lamaran. Setelah Andi Mappanganro datang, kemudiaan Andi

Mappatunru berkata : Tolong adik atur segera, kalau bisa besok datang melamar,
karena apa yang kita bicarakan selama ini tentang perjodohan dengan anak kita
Sangeang dengan Sengngeng. Mengingat kesehatan saya semakin hari
nampaknya semakin memburuk, karena itu tolong sampaikan pada calon besan
kita Andi Zainal bahwa walaupun nampaknya seluruh persiapan dalam rangka
pernikahan kedua anak kita akan dilakukan secara terburu-buru, namun
bukankah selama ini kita telah merencanakan sejak lama. Karena iitu sampaikan
bahwa dengan alasan kondisi saya semakin memburuk, maka saya mau lihat
anak saya kawin, maka dari itu saya minta kawin soro ( kawin formal) saja dulu,
kalau pestanya nanti kalau waktunya sudah longgar, karena yang penting saya
mau lihat anak saya nikah, sekaligus sebagai bukti bahwa apa yang telah kita
rencanakan akan terwujud.
Malamnya Andi Mappanganro datang sendiri menemui Andi Zainal dirumahya
untuk menyampaikan rencana Andi Mappatunru tentang masalah pernikahan
Andi Sangeang dan Dan Andi Sengngeng, agar untuk sementara dilakukan saja
kawin soro, dengan melihat kondisi kesehatan Andi Mappatunru semakin hari
semakin memburuk.
Setelah Andi Mappanganro tiba di rumah Andi Zainal, dan dipersilahkan duduk.
Setelah keduanya duduk kemudian Andi Zainal berkata basa basi : Apa
gerangan maksud adinda datang, malam malam begini ?
Andi Mappanganro berkata : Maka itu saya mohon maaf sebelumnya, maaf
singkat saja yang saya ingin sampaikan adalah masalah perjodohan anak kita
Andi Sangeang dan Andi Sengngeng, walaupun belum ada kata putus
sebelumnya, namun kedatangan saya ini secara informal untuk menegaskan
bahwa rencana itu kami akan segera wujudkan. Hanya saja sebagaimana kita
tahu bersama bahwa kondisi kesehatan Andi Mappatunru semakin memburuk,
maka saya diutus untuk mebicarakan sesuatunya sebelum lamaran secara
formal dilakukan.
Andi Zainal berkata : Jadi rencana kanda Andi Mappatunru bagaimana ?
Andi Mappanganro : Singkat saja dinda, kalau maunya Andi Mappatunru agar
dilakukan saja dulu kawin soro, sementara pestanya kemudian kalau sudah ada
waktu yang memungkinkan. Sebab disamping kanda kita Andi Mappatunru
sakit keras , juga masalahnya anak kita Sangeang harus pulang ke Bandung,
kuliah, karena sebenarnya kedatangannya kemari ia hanya minta isin, dan

kesempatan ini juga kalau bisa manfaatkan untuk Mappakawing soro (Kawin
mundur artinya kawin dulu pestanya di mundurkan)
Andi Zainal merenung kemudian ia berkata : Biarlah saya bicarakan dulu
dengan isteri saya. Insya Allah besok saya beri kabar.
Keesokan harinya Andi Mappanganro sudah mendapat berita dari Andii Zainal
bahwa segala sesuatunya ia sudah bicarakan dengan isterinya, dan pada
perinsipnya setuju untuk mempercepat pelaksanaan rangkaian acara kawin soro
(kawin mundur)
Dua hari sesudahnya diadakanlah lamaran secara resmi, dan dalam lamaran
resmi tersebut sudah disepakati bahwa 5 hari lagi,
sudah akan
dilaksanakanakan kawin soro.
Adapun Henny di Bandung selama Andi Sangeang pulang menjenguk orang
tuanya yang lagi sakit, selalu merasa gelisah, walaupun setiap hari mereka
selalu bicara di telepon.
Tiga hari sebelum perkawinan mundur dilaksanakan, sakit yang diderita Andi
Mappatunru orang tua Andi Sangeang, sudah gawat dan malamnya, Andi
Mappatunru menghebuskan napas terakhirnya. Dan keesokan harinya ia
dikuburkan. Adapun masalah perkawinan mundur tetap akan dilaksanakan
seesuai jadwal.
Selesai perkawinan mundur Sangeang, pada malam pertama hingga kepulangan
Sangeang ke Bandung, ia tidak pernah menyentuh isterinya. Karena dua hari
setelah perkawinan mundur, Sangeang pamit untuk kembali ke Bandung.
Sesampainya Sangeang di Bandung, ia banyak mendapat pertanyaan dari
Henny, sekitar meninggalnya orang tua Sangeang. Tidak lama setelah
Sangeang tiba di Bandung, iapun mengirimkan surat talak dua pada isterinya di
Pare Pare.
Pare Pare bukanlah kota besar sehingga berita berita cepat tersebar luas,
begitupula peristiwa perkawinan Sangeang, terdengar juga oleh Simpurusia.
Mendengar hal itu Simpurusia semakin membenarkan tindakannya untuk
memutuskan hubungan dia dengan Sangeang.

Sementara Henny mulai curiga melihat tingkah laku Sangeang yang sering
nampak gelisah. Hingga pada suatu saat, Henny bertanya pada Sangeang
tentang kegelisahan yang sering dilihat pada diri Sangeang.
Henny : Maaf kak, selama kaka pulang dari Pare Pare, saya sering melihat
kakak gelisah, apa yang membuat kakak gelisah. Pada hal selama ini saya lihat
kakak selalu ceria.
Sangeang menjawab : Iya... karena saya selalu memikirkan keadaan ibu dan
adik yang ditinggal oleh ayah.
Henny berkata : Maafkan saya, kak
Sangeang berkata : Tidak apa apa.
Setelah itu Sangeang mulai merenung tentang perkawinannya di Pare Pare .
Henny berkata : Maafkan saya, kak
Andi Sangeang berkata : Tidak apa apa.
Setelah itu Sangeang mulai merenung tentang perkawinannya di Pare Pare,
dalam hati Sangeang berkata bahwa hal ini tidak bisa dirahasiakan terus, karena
lambat atau cepat pasti akan terungkap. Karena itu saya harus menyampaikan
hal ini kepada Henny dengan jujur, dan secara terpaksa saya harus menerima
segala resikonya.
Suatu saat Andi Sangeang menyampaikan maksudnya pada ibu kost dan Henny,
bahwa ada sesuatu yang ingin ia bicarakan. Kemudian Ibu Henny berkata : anti
malam kita bicara.
Malam harinya, berkumpullah ketiga orang itu di maja makan, setelah mereka
diam sejenak, dengan menarik napas, Andi Sangeang kemudian berkata :
Sebenarnya waktu saya kembali menengok orang yang sedang sakit keras, saya
dipaksa oleh orang tua untuk mengawini keluarga saya, karena ia ingin melihat
saya kawin sebelum ia meninggal, namun sebelumnya orang tua saya keburu
meninggal dan tidak sempat melihat peristiwa itu

Adapun Henny mendengar itu, ia seperti gelap penglihatannya dan ia berdiri


sambil menangis dan langsung berlari masuk di kamarnya. Sementara Ibu
Neneng masih tetap duduk mendengar pembicaraan Sangeang
Sangeang lanjut bicara ; Setelah saya sampai disini, beberapa hari kemudian
saya mengirimkan surat talak dua, dan ini foto copynya bu. Dan saya ini
memberanikan diri menyampaikan hal ini, sebab lambat atau cepat pasti akan
ketahuan, apalagi saya sudah dengar kalau ia sudah kawin dengan seorang
pacarnya sebelum aku mengawininya, dua bulan setelah saya ceraikan. Jadi
boleh dikatakan sebenarnya kami ini adalah korban adat istiadat yang masih
berlaku di daerah kami, yaitu sistim perjodohan tanpa sepengetahuan yang
bersangkutan.
Ibu Neneng berkata : Kalau saya nak saya bisa memahami, tapi entah
bagaimana sikap Henny menghadapi masalah ini.
Sangeang berkata : Kalau Henny mau mengerti, bukankah aku sudah
menceraikan mantan isteri saya, sebagai bentuk bahwa aku lebih mencintai
Henny. Karena itu tolonglah ibu beri pengertian.
Ibu Neneng : Saya akan usahakan, tapi tentu semuanya kembali kepada Henny.
Sangeang berkata ; Tinggal saya menunggu keputusan Henny bu.
Ibu Neneng : Mudah mudahan Henny mau mengerti
Sangeang berkata : Kalau seandainya nanti Henny, akan memutuskan hubungan
kami, maka saya minta maaf bu, karena dengan sangat terpaksa saya harus
tinggalkan tempat ibu ini
Ibu Neneng : Mengapa anak mengaitkan hal ini, bukankah saya sudah
menganggap anak ini sebagai anak sendiri, adan adapun hubungan anak dengan
Henny, kalau memang itu jodoh mau lari kemana, karena sesuatunya bisa saja
cair pada waktunya.
Sangeang berkata : Terima kasih bu atas pengertiannya dan sekali lagi saya
mohon maaf atas kesalahanku ini. Kemudian Sangeang mohon diri kembali ke
kamarnya.

Setelah lebih satu bulan Henny tidak pernah lagi menyapa Sangeang, akhirnya
Sangeang , pergi mencari tempat rumah kost lainnya, walaupun ibu kost selalu
manahannya, tapi ia sendiri sudah tidak tahan melihat situasinya dengan Henny,
tentunya apalagi Henny yang merasa dikecewakan.
Setelah pulang dari Kampus, Sangeang, pergi ke tempat kost ibu Mardianah,
dan menemui ibu Mardianah , setelah ketemu,
Mardianah berkata : Tumben nih lamanya baru datang,
Sangeang : Maaf Mar, saya kira sudah sampaikan kalau saya pulang kampung
karena orang tua laki laki sakit, dan akhirnya meninggal, sehingga saya agak
lama di Pare Pare.
Ibu Mardianah : Inna lillahi, kenapa Ngeang tidak beritakan,?
Sangeang : Maklumlah saya lagi berbela sungkawa
Ibu Mardianah : Tapi kenapa saya selalu hubungi tidak pernah aktif Hpnya ?
Sangeang : Maaf, waktu di Pare Pare karena sibuk, HP saya tercecer, dan
Alhamdulillah beberapa hari kemudian bisa ditemukan kembali.
Mardianah : Sekarang apa rencana Ngeang?
Sangeang ; Sekarang saya mau cari rumah kost, mau pindah.
Mardianah : Lah memangnya kenapa tempat kost sekarang ?
Sangeang : Ada masalah, dan saya minta Dianah jangan tanyakan itu.
Kedatangan kemari cuma ingin cari tempat kost, karena disekitar kampus ITB
sudah penuh semua.
Mardianah : Lalu bagaimana hubunganmu dengan Henny?
Sangeang : Saya katakan tadi jangan tanyakan masalah itu.
Mardianah berkata dalam hati : Saya sudah mengerti dan pastikan kalau
hubungan Sangeang dengan Henny bermasalah, berarti sudah tidak ada lagi tirai
mengantarai kami berdua.

Mardianah : Cuma kalau dekat dekat disini, juga saya kira sudah penuh,
sebenarnya kalau Ngeang ada kendaraan motor, Dianah kira tidak perlu dekat
dekat disini.
Sangeang : Masalahnya bukan itu, walaupun ada kendaraan, tapi kan perlu
efisiensi waktu, apalagi Bandung sekarang makin hari semakin macet.
Selang beberapa hari Sangeang mencari tempat kost, akhirnya ia dapat di
Babakan Siliwangi. Dan secara diam diam Sangeang mulai memindahkan
barang barangnya. Dan akhirnya tibalah suatu hari memohon pamit pada ibu
Neneng, kalau ia sudah mau pindah. Mulanya ibu kost agak kaget, tapi
kemudian ia hanya manggut manggut dan secara basa basi, ia berkata : Sering
sering saja datang kemari.
Sangeang juga dengan basa basi berkata : Insya Allah ibu. Kemudian iapun
pergi meninggalkan tempat itu, tanpa menemui lagi Henny.
Setelah Sangeang pindah, walaupun hubungannya dengan Henny sudah putus
tapi minimal 1 kali seminggu Sangeang selalu singgah ketempat ibu kost nya
dahulu, walaupun hanya sebentar. Mengingat ibu kostnya sangat baik padanya.

BERLANJUT.........................

Episode V

Fahri dan Simpurusia semakin intim


Bagaimana kelanjutannya hubungan Fahri dan Simpurusia, setelah malam
minggu untuk pertama kalinya Fahri datang di asrama, dan malam itu
Simpurusia telah memberikan harapan pada Fahri, kalau cintanya terhadap
Fahri mulai tumbuh.
Namun sejak malam munggu itu, Fahri selalu menunggu telepon kala malam
minggu datang lagi, namun tak kunjung pernah ada.
Suatu hari Fahri teringat, kalau 3 hari lagi adalah hari ulang tahun Simpurusia,
maka iapun bergegas pergi ditempat ia pernah ulang tahun untuk
mempersiapkan ulang tahun Simpurusia, setelah semua persiapan sudah selesai,
kemudian ia kembali kerumahnya.
Besoknya iapun mendatangi ruang tempat Simpurusia belajar, dan kebetulan
Simpurusia sedang ada berdiri dekat pintu, maka Fahri pun langsung
menegurnya, : Assalamu Alaikum
Simpurusia balik sambil menjawab : Wa Alaikum salam.
Fahri, : Maaf ada sedikit saya mau bicarakan.
Simpurusia : Boleh, kebetulan masih lama waktu istirahat.
Fahri : Bagaimana kalau kita ke kantin ?
Simpurusia : Aaayo...
Fahri pun langsung mempersilahkan Simpurusia jalan didepan, kemudian Fahri
pun mengikuti dari belakang menuju kantin.
Setelah keduanya duduk, Fahri pun seperti biasanya langsung menawarkan
minuman.
Fahri : Mau minum apa ?, jangan menolak kali ini.
Simpurusia : Baiklah, cukup Air mineral saja.

Sebelum minuman datang Simpurusia kemudian bertanya : Ada apa bang..!


Fahri : Lusa saya ada hajatan mau makan makan, untuk itu saya harapkan
sekali kiranya Simpur berkenan datang.
Simpurusia : Dimana?
Fahri : Ditempat dulu saya ulang tahun.
Simpurusia : Maaf kalau saya berhalangan bagaimana?
Fahri : Mohon jangan kecewakan aku, kali ini saja, kalau dibelakang hari ada
undanganku kalau mau berhalangan silahkan.
Simpurusiah : Saya kan hanya bertanya, bagaimana kalau saya berhalangan?.
Fahri : Justeru itu saya katakan sangat kecewa.
Simpurusiah : Kalau begitu, insya Allah saya tidak akan mengecewaknmu.
Fahri : Selalunya begitu sih, selalu membuat saya sport jantung.
Simpurusiah : Salah sendiri.
Fahri : Ah... bukan salah saya, yang salah adalah kenapa saya bisa ketemu
Simpur.
Simpurusiah pun tersipu malu malu.
Pada hari ulang tahun Simpurusia, nampak Fahri sudah berangkat menuju
Kampus untuk menjemput Simpurusiah dengan Hartati, sementara teman
teman lainnya dia suruh langsung ketempat hari ulang tahun,
Sesampainya Simpurusiah ditempat itu, ia berkata : Sepertinya ada lagi teman
yang mau ulang tahun.
Hartati : Iya, siapa yah yang mau ulang tahun?.
Fahri : Ada deh.
Simpurusiah : Kok ada deh?.

Fahri : Ya ada deh.


Simpurusiah ; Enggak lucu ah...
Fahri : Kawan kawan semuanya agar mengambil tempat masing, karena acara
segera akan dimulai.
Simpurusiah dan Hartati mengambil tempat duduk, dan tidak lama kemudian,
terdengar dari dalam beberapa orang bernyanyi Selamat ulang tahun, dan
kedengarannya semakin dekat. Dan tidak lama muncullah beberapa orang
mengiringi seseorang membawa kue ulang tahun, dan sambil berjalan pelan
orang itu berjalan menuju meja Simpurusiah, dan meletakkannya pas didepan
Simpurusiah.
Simpurusiah : Apa apaan ini?
Tiiba tiba semua yang hadir menyanyi tiup lilinnya, tiup lilinnya, sehingga
Simpurusiah semakin bingung, tidak lama kemudian yang hadir disitu
mendatangi Simpurusiah sambil menyanyikan Selamat hari Ulang Tahun
Baru kemudian Simpurusiah sadar, kalau hari itu adalah hari kelahirannya, dan
tanpa ragu ragu ia meniup lilinnya.
Setelah acara tiup lilin selesai, salah satu teman Fahri, berdiri dan berkata :
Kawan kawan sekalian, tibalah saatnya pemberian hadiah ulang tahun kepada
saudara kita Simpurusiah, maka bergantianlah yang hadir disitu membawakan
hadiah ulang tahun kepada Simpurusiah.
Setelah semuanya selesai memberikan hadiah, kemudian majulah Fahri diiringi
tepuk tangan, ditangan Fahri nampak kotak kecil seperti tempat cincin.
Simpurusiah pun berdebar debar jantungnya, karena pikirnya jangan jangan
Fahri berbuat gila dengan menyodorkan cincin kawin.
Kemudian Fahri menyerahkan kotak kecil itu kepada Simpurusiah, sambil
berkata, karena saya sudah lem, maka nanti kalau sampai di asrama baru
dibuka. Tapi yang jelas saya berani bersumpah kalau itu bukan cincin kawin.
Maka terdengarlah semua yang hadir disitu tertawa semua, sambil berkata,
memangnya kenapa kalau cincin kawin?.
Fahri sambil tertawa berkata : maaf kawan kawan, saya kan orang jujur, dan
saya kan bukan seorang penodong.

Simpurusiah : Siapa yang tahu kalau abang ini bukan penodong.


Mendengar perkataan Simpurusiah , mereka semua langgsung pada tertawa,
sambil berkata nah loh nah loh.
Fahri : Kalau Simpur yang meragukan saya bukan seorang penodong, biarlah
anggapan itu saya terima. Sebagai kenang kenangan.
Setelah semuanya merasa bahwa acara tersebut sudah selesai, maka ramai
mereka berjabat tangan dengan Simpurusiah sambil mengucapkan Selamat hari
ulang tahun semoga sukses selalu
Tidak lama kemudian Fahri pun mengantar Simpurusiah kembali ke asramanya.
Dalam perjalanan pulang, Fahri tidak banyak bicara , apalagi Simpurusiah
hanya diam saja karena selalu diliputi pertanyaan apa sebenarnya isi kotak itu.
Setelah Simpurusiah tiba dikamarnya, dengan penasaran ia langsung membuka
kotak itu, dan ia langsung terperanjat melihat cincinnya yang pernah ia jual
kembali padanya.
Simpurusiah ; Langsung menitikkan air mata, sambil mengucapkan syukur
kehadirat Allah SWT. Setelah perasaannya mulai tenang, ia pun menelepon
Hartati.
Simpurusiah : Hallo Tati
Hartati : Iya Simpur, ada apa?
Simpurusiah : Mau tahu engga isi kotak yang diberikan tadi Fahri ?
Hartati : Sudah lama saya tahu
Simpurusiah : Bagaimana bisa?
Hartati : Masih ingat tidak, sewaktu Simpur melihat saya duduk di kantin
bersama Fahri?
Simpurusiah : Iya saya masih ingat.
Hartati : Sebenarnya itulah yang kami bicarakan dengan Fahri, saya berbohong
padamu kalau saya hanya menagih sisa utang di Tretes

Simpurusiah : Kurang ajar kamu, masa sampai hati merahasiakan hal itu
kepadaku?
Hartati : Yah apa boleh buat, karena Fahri menyuruh saya bersumpah untuk
tidak menyampaikan hal itu kepadamu
Simpurusiah : Yah....sudah, iapun menutup teleponnya
Setelah Simpurusiah selesai menelepon Hartati, kemudian ia kembali
memandangi cincin yang sudah dimasukkan di jarinya, sambil tidak henti
hentinya merasa bersyukur sambil membayangkan Fahri yang begitu penuh
perhatian.
Sabtu sore, menjelang malam minggu, Fahri mencoba menelepon Simpurusia
di asramanya,
Fahri : Assalamu Alaikum
Simpurusia : Wa Alaikum salam
Fahri : Maaf, kalau saya mengganggu
Simpurusia : Oh, tidak
Fahri : Kalau tidak keberatan, saya ingin mengajak maka makan diluar
Simpurusia : Boleh, dan hatinya pun ia rasakan mulai syahdu
Fahri : Kalau begitu, insya Allah habis sholat magrib saya jemput.
Simpurusia : Baik.
Fahri : Alhamdulillah, ya Allah, hambamu ini sangat bersyukur, karena
kehendakmu akhirnya Simpurusia mau membuka hatinya untukku.
Selesai Fahri shalat Magrib, iapun buru buru pergi menjemput Simpurusia
setelah Fahri sampai di asrama Simpurusia, nampak Simpurusia juga sudah siap
siap.
Fahri yang melihat Simpurusia dengan pakaiannya yang sangat sederhana,
semakin membuat dirinya terus mengagumi Simpurusia.

Tidak lama kemudian sudah nampak Fahri dan Simpurusia meninggalkan


asrama . Dan sebelum mereka singgah makan malam, Fahri membawa
Simpurusia keliling keliling kota Surabaya. Sementara Simpurusia untuk
pertama kalinya selama ia di Surabaya, keliling melihat kota Surabaya di malam
hari, apalagi malam itu adalah malam Minggu. Dalam perjalanan keliling
keliling Surabaya, keduanya mulai akrab berbicara Menjelang pukul 9, Fahri
berkata : Saya kira Simpur sudah lapar, sebaiknya sekarang kita cari tempat
makan.
Simpurusia : Saya kira demikian, apalagi saya takut sakit maag saya kambuh
lagi
Fahri : Oh, maaf, saya lupa kalau Simpur ada sakit maag, mustinya tadi saya
beli makanan ringan.
Simpurusia : Tidak usah repot repot
Fahri : Bukan apa, orang yang kena penyakit maag, sebaiknya selalu ada
makanan ringan yang setiap saat dapat dimakan, untuk menekan sakit maag.
Tibalah keduanya di rumah makan spesifik makanan Jawa, kemudian Fahri
memesan Sop kaki kambing, empal, dan ayam penyet.
Simpurusia : Maaf, saya tidak makan ayam potong.
Fahri : Saya juga tidak makan ayam potong, justeru saya pilih ini karena ayam
penyet disini adalah ayam kampung.
Simpurusia dalam hati berkata : Saya harus belajar bersungguh sungguh, dan
nantinya aku akan bekerja sekuat tenaga, agar aku bisa membahagiakan orang
tuaku dengan membawa mereka makan makan apa yang disukai, walaupun
sebenarnya aku harus tetap mempertahankan hidup sederhana.
Fahri : Eh...kenapa ngelamun
Simpurusia : Tidak, cuma sedikit teringat orang tua dan adik di Pare Pare.
Fahri : Oh, maaf...
Tidak lama datanglah hidangan makanan, dan keduanya makan bersama.

Sejak pertama kalinya Fahri membawa Simpurusia makan makan di malam


minggu, malam malam minggu berikutnya, tidak pernah mereka berdua
melewatinya. Hingga pada suatu saat kebetulan libur 3 hari dari hari Sabtu
hingga hari Senin, waktu libur itu, Fahri mengajak Simpurusia dan Hartati
untuk menghabiskan liburan tersebut di Tretes. Namun Simpurusia yang
tadinya agak enggan, tapi Hartati mendesaknya agar ia mau memenuhi ajakan
Fahri, akhirnya Simpurusia meng-iyakan.
Pada hari Sabtu yang dinantikan Fahri, berangkatlah ia menuju Asrama Putri,
untuk menjemput Simpurusia dan Hartati. Setelah Fahri sampai di asrama,
datanglah kedua gadis itu membawa tas pakaian mereka.
Fahri : Simpur...!, waktu libur ini saya ingin menggunakan waktu ini untuk
rekreasi penuh, karena itu saya juga merencanakan akan ke Selecta di Malang.
Simpurusia : Ada apa disana,?
Fahri : Disana pemandangannya indah dan kolam renangnya jernih sekali airnya
Hartati : Maksudnya mau berenang disana?
Fahri : Iya kalau kalian setuju.
Hartati : Tapi kami kan tidak membawa pakaian renang.
Fahri : Itu soal gampang, asal kalian setuju.
Simpurusia yang memang suka berenang di pantai Mattirotasi, dan selama di
Surabaya ia tidak pernah lagi berenang, akhirnya berkata : Berarti kang Fahri
mau beli pakaian renang.
Fahri : Maksud saya begitu, kalau setuju, karena baju renang ini tidak dipakai,
hanya kali ini saja, pakaian ini juga akan dipakai dikolam renang yang ada di
Surabaya ini, disamping itu, untuk memelihara dan menjaga kesehatan dan
stamina, renang adalah olah raga yang paling baik.
Simpurusia : Maaf, kalau nanti mau beli pakaian renang, saya tidak mau
memakai yang bikini.
Fahri : Tentu saja, karena kan ada yang pakai rok.

Maka berangkatlah ke 3 orang tersebut menuju Tretes, tapi terlebih dahulu


mereka pergi membeli pakaian renang, dan sekaligus singgah membeli kue kue
dan buah buahan.
Fahri : Bagaimana kalau kita langsung saja ke Selecta.
Hartati, : Kalau bisa kita singgah dulu di Tretes, sebab bagaimanapun juga kita
lewati
Simpurusia : Masih ada waktu 2 hari, bagaimana kalau besok saja kita ke
Selecta.
Fahri : Masalahnya hari Minggu besok , ramai sekali, bisa bisa waktu kita
hanya habis dijalan. Lagipula kalau kita mandi jam 2 atau jam 3 baik sekali
karena hawanya disana kan dingin.
Simpurusia : Terserah
Hartati : Tapi kita singgah dahulu di Tretes, sekaligus sampaikan pada orang
tua kalau kami mau ke Selecta, dan kembalinya akan tidur di rumah.
Fahri : Ok.tapi jangan lama lama ya
Hartati : Ok
Setelah terlebih dahulu singgah di Tretes, kemudian ke 3 orang itu, melanjutkan
perjalanannya ke Selecta. Pas jam 1 lewat sedikit mereka sudah sampai di
Selecta. Setelah mereka duduk duduk sebentar, kemudian ketiganya pergi ganti
pakaian.
Fahri yang sudah ganti pakaian dengan celana pendek sampai dilutut, kemudian
ia duduk duduk menunggu keduanya keluar dari kamar ganti. Dan tidak lama
keduanya keluar, Fahri yang melihat Simpurusia pakai baju renang rok pendek,
matanya tiba tiba nanar melihat betis Simpurusia sampai diatas lutut, sambil
hatinya berdecak dan berkata dalam hatinya, betul betul putih mulus, sehingga
timbul pikiran kotornya dengan membayangkan bagian tubuh lainnya.
Setelah ketiganya puas berenang, merekapun tinggalkan Selecta kembali
menuju Tretes. Sesampainya di Tretes, dan mengantar Simpurusia dan Hartati
kerumah Hartati, sementara ia pergi mencari hotel tempat ia menginap, karena

rumah Hartati tidak ada kamar buat dia. Karena kelelahan begitu Fahri sampai
di Hotel, ia langsung tidur.
Esok harinya, Fahri agak pagi pergi menjemput Simpurusia dan Hartati untuk
pergi mencari tempat makan pagi, namun sesampainya Fahri dirumah orang tua
Hartati, ternyata Hartati telah menyiapkan nasi goreng buat sarapan pagi.
Sesudah mereka sarapan pagi, ketiganya pergi mengunjungi tempat tempat
rekreasi, di tempat tempat rekreasi itu nampak Fahri dan Simpurusia semakin
intim, apalagi Hartati selalu memancing berdua dan selalu menfoto mereka
berdua. Hal ini dilakukan agar keduanya bisa lebih intim. Sore hari baru
mereka pulang., namun sebelumnya Fahri singgah di Indomart, membelikan
beras, minyak goreng dan lain lain untuk diberikan kepada orang tua Hartati.
Hari seninnya sehabis makan siang, ketiganya berkemas kemas kembali ke
Surabaya. Adapun Fahri setelah mengantar Simpurusia dan Hartati ke
asramanya, kemudian meninggalkan asrama kembali kerumahnya. Dalam
perjalanan pulang Fahri membayangkan terus saat saat ia bersama Simpurusia
dua hari ini.
Tidak terasa waktu berjalan terus, sudah 2 tahun Simpurusia dan Fahri di
Surabaya, dan tahun lalu menjelang libur karena penerimaan mahasiswa baru,
Fahri pulang ke Jayapura, tapi kali ini, Fahri sepertinya tidak ada keinginan
untuk pulang, karena hatinya sudah tertambat pada Simpurusia, walaupun ia
juga rindu pada ayah bundanya.
Pada saat penerimaan mahasiswa baru kebetulan Fahri masuk sebagai panitia
masa prabakti perkenalan dengan mahasiwa baru, salah satu mahasiswi baru
yang nampak agresif, selalu berusaha untuk mendapat perhatian bernama
Suzanna atau nama panggilannya Anna, orangnya cukup cantik putih agak
tinggi semampai, hal itu dikarenakan ia seorang peranakan Belanda. Anna ini
juga tidak luput dari perhatian beberapa mahasiwa, termasuk Fahri. Walaupun
Fahri tidak sedikitpun menaruh hati, hanya ia senang berkenalan dengan Anna,
karena Anna orangnya periang dan suka bercanda.
Pada suatu malam, Fahri sedang memasuki rumah makan, namun ketika ia
masuk, kebetulan ia melihat Anna dan 2 orang teman wanitanya sedang makan
malam. Fahri langsung mengucapkan selamat malam pada Anna, kemudian
Anna menengadah melihat Fahri, kemudian ia membalas juga selamat malam.

Fahri langsung mengambil tempat duduk dan memesan makanan. Adapun Anna
yang sudah selesai makan, ia langsung mendatangi meja Fahri dan duduk
didepannya. Merekapun terlibat pembicaraan sambil Anna bercanda.
Anna berkata : Barangkali kami ini bisa numpang mobil bang Fahri, sampai
ditempat kost kami.
Fahri : Bisa..!
Setelah Fahri selesai makan, kemudian ke 3 gadis itu ikut sama Fahri kembali
ketempat kostnya.
Setelah Fahri pulang mengantar mereka, salah satu dari teman Anna berkata,
kepada Anna : Siapa tadi itu?
Anna : Dia satu kampus dengan saya tapi ia 2 tahun lebih dahulu.
Teman Anna : Sepertinya ia dari luar pulau Jawa, hal itu kedengaran dari
logatnya. Disamping itu nampaknya dia itu anak orang kaya.
Anna : Memangnya kenapa
Teman Anna : Terus terang saja, saya tahu kalau Anna kan belum punya pacar .
Anna : Kenapa kamu tahu kalau saya tidak punya pacar
Teman Anna : Walaupun belum lama kita berteman, tapi saya belum pernah
melihat kalau ada teman dekatmu.
Anna : Apa kamu percaya, kalau wanita secantik saya tidak punya teman
dekat?.
Teman Anna : Tapi mana?
Anna : dia bekerja di Bandung.
Teman Anna : Oh uuuu...
Setelah Anna masuk dikamarnya untuk tidur, terbayang kembali Fahri dan
membayangkan juga pacarnya di Bandung. Iapun mulai bimbang, apalagi

selama ini pacarnya bernama Adriaan berkebangsaan Belanda, yang telah


putus komunikasi dengan dirinya.
Keesokan harinya ketika waktu istirahat di kampus, Fahri berusaha mencari
Simpurusia, dan hampir setengah jam kemudian, ia berhasil menemukannya,
kemudian Fahri berkata : Simpur, bisakah kita ke kantin sebentar, ada sedikit
yang aku ingin bicarakan.
Simpurusia : Penting engga?, soalnya masih ada soal soal yang aku ingin
selesaikan.
Fahri : Yah... pentinglah..
Simpurusia kemudian berdiri dan berjalan menuju ke cafe diikuti oleh Fahri
dari belakang.
Setelah Simpurusia dan Fahri mengambil tempat duduk, kemudian Fahri
berkata : Mau apa Simpur ?
Simpurusia : Tidak mau minum apa apa soalnya belum haus.
Fahri : Masalahnya tidak enak duduk disini kalau tidak minum.
Simpurusia : Bang Fahri saja yang pesan minuman.
Fahri : Oke,
Simpurusia : Maaf, sekarang apa yang ingin disampaikan?
Fahri : Simpur kan
Suzanna kan ?.

kenal mahasiwa baru yang peranakan indo bernama

Simpurusia : Kenal, memangnya kenapa ?.


Fahri : Begini , tadi malam waktu saya singgah makan di rumah makan yang
sering kita makan bersama di jalan Ngagel itu, secara tidak sengaja aku
melihat Suzanna sedang makan, dan iapun melihat saya sedang berjalan masuk.
Dan sayapun mengambil tempat duduk agak jauh darinya, tapi setelah ia selesai
makan, ia langsung mendatangi mejaku, dan langsung ia duduk.
Simpurusia sambil ketawa ketawa berkata : Bang Fahri langsung jatuh hati yah?

Fahri langsung cemberut berkata : Enggak lucu ah..


Simpurusia masih ketawa ketawa berkata : Apanya yang tidak lucu, bukankah
seorang pemuda gagah bertemu wanita cantik kan serasih.
Fahri : Kalau wanitanya itu adalah Simpurusia dan laki lakinya itu adalah saya
pastilah serasi.
Simpurusia : Eggak lucu ah..
Fahri : Apanya yang tidak lucu, bukankah apa yang saya katakan ini benar
adanya.
Simpurusia : Lanjut saja deh, apa yang abang ingin sampaikan.
Fahri : Setelah saya selesai makan, dia minta tolong numpang dengan
temannya kembali ketempat kostnya.
Simpurusia : Terus abang antar ya?
Fahri : Iya,.... kan engga enak orang minta tolong.
Simpurusia : Kan abang ini memang memiliki jiwa penolong, apa salahnya.
Fahri : Wah engga enak nih, abang ini sampaikan siapa tahu ada kawan kawan
yang meihat, dan lebih dahulu menyampaikannya, saya kan jadi repot.
Simpurusia : Kenapa musti repot, apakah abang, melihat kalau saya ini orang
yang suka cemburu buta?. Dan kalaupun abang diam diam jatuh hati pada orang
lain, berarti abang sendirilah yang menipu dirinya sendiri. Maaf bang apalagi
abang tahu kan kalau adikmu bukan wanita yang tidak laku, he..hee..e....
Fahri : Jangan begitu dong, karena itu abangmu ini tahu betul kalau burung
yang ada ditanganku ini laku dijual, justeru itu abang tidak mau melepaskannya,
sebab pasti begitu dilepas begitu langsung banyak yang meng-inginkannya.
Simpurusia : Tidak kok, saya Cuma bercanda.
Fahri : Jadi tidak marah kan ?.

Simpurusia : Untuk apa saya marah, saya kan orangnya memiliki kepercayaan
diri yang tinggi.
Fahri : Syukur...syukur.....
Simpurusia : Kenapa mesti bersyukur?
Fahri : Soalnya saya ini sudah jatuh bangun berjuang untuk mendapatkan
cintamu, bagaimana abang tidak takut, apalagi kalau sampai lepas, maka lebih
baik aku pulang saja ke Jayapura.
Simpurusia : Saya juga takut bang, melepaskanmu, karena kalau terjadi untuk
kedua kalinya saya kecewa, rasanya terlalu sulit bagiku
memulai lagi
mencintai seseorang.
Fahri : Semogahlah itu tidak terjadi diantara kita. Tapi maaf saya mau minta
pandangannya, bagaimana kalau saya lain kali tiba tiba ada wanita lain yang
mau minta tolong ingin diantar?.
Simpurusia : Tidak ada masalah, yang penting bagaimana niatnya abang.
Fahri mendengar itu, ia langsung mengambil tangan Simpurusia yang halus
mulus kemudian diciumnya, dan berkata : Insya Allah, jangan pernah engkau
ragukan kasihku padamu.
Simpurusia : Iya, tapi jangan pernah pula abang sia siakan kepercayaanku
padamu.
Fahri : Demi Allah aku berjanji padamu.
Simpurusia : Sudah ?
Fahri : Kenapa buru buru,
Simpurusia : Soalnya tidak lama lagi aku harus masuk belajar.
Fahri : Yah apa boleh buat, silahkan
Simpurusia pun berdiri dan sambil berjalan disamping Fahri, Simpurusia
berkata : Maukah abang mendengar saran dari saya ?.

Fahri : Tentu.
Simpurusia : Begini saja, supaya abang terhindar dari orang yang mau minta
tolong naik di mobilnya, barangkali ada baiknya,abang buka saja tempat
duduknya kecuali tempat duduk abang.
Fahri : Kalau itu yang menjadi keinginanmu, sebentar saya akan buka, tapi
bagaimana kalau kita mau jalan sama sama?
Simpurusia : Kita naik beca saja.
Fahri : Okey....
Simpurusia : Tidak kok, saya cuma main main, masa hanya masalah begitu
mau dianggap serius.
Fahri hanya bisa senyum senyum saja, sambil mengucapkan salam, karena
Simpurusia sudah akan masuk ruangan. Bersambung....

Episode

Hubungan Sangeang dan Mardianah di Bandung


Selama hampir 2 tahun Sangeang meninggalkan Henny dan rumah kostnya,
kini Sangeang indekost di Babakan Siliwangi, hubungan Sangeang dengan
Mardianah semakin hari semakin mesrah, bahkan Mardianah yang sudah selesai
S2nya, berusaha untuk mengambil S3nya agar ia bisa tetap selalu dekat dengan
Sangeang, dan setelah selesai S2 nya, Mardianah pulang ke Makassar, untuk
melapor sekaligus mengurus agar isin belajarnya dapat diperpanjang hingga ia
mencapai S3
Beruntung Mardianah masih diberi kesempatan oleh Universitasnya, maka
iapun mengurus segala persiapannya di Makassar, sehingga tidak terasa
Mardianah berada di Makassar hampir 2 bulan.
Adapun Sangeang di Bandung sudah mulai gelisah, menunggu Mardianah
kembali ke Bandung, walaupun sampai 2-3 kali sehari keduanya selalu saling
telepon, tapi rasa keinginan Sangeang untuk bertemu langsung dengan
Mardianah semakin menggebu gebu, begitupula sebaliknya Mardianah.
Adapun Sangeang yang sudah mendengar Mardianah kalau nanti malam akan
tiba dari Makassar, melalui Jakarta. Hal ini diketahuinya Setelah ia selesai
bicara dengan Mardianah. Katanya nanti tengah malam baru bisa sampai di
Bandung, sehingga akhirnya keduanya sepakat untuk bertemu keesokan
harinya di tempat kost Mardianah
Keesokan harinya,Sangeang, pagi itu tidak lagi pergi kuliah, karena ia harus
cepat menemui Mardianah untuk melepas kerinduannya. Setelah Sangeang
sampai ditempat kost Mardianah, ia pun mengetuk pintu, tidak lama Mardianah
datang membuka pintu, dan nampaknya ia baru saja bangun. Dilihatnya
Mardianah masih tetap pakai daster tanpa pakaian dalam, membuat kerinduan
Sangeang semakin bergairah.
Sehingga , ia langsung memeluk dan menciumnya, dan Mardianah pun tidak
kalah gairahnya memeluk Sangeang. Begitu keduanya sudah merasa puas
berpelukan akhirnya keduanya saling melepas, dan Sangeang pun pergi duduk.
Tapi Sangeang tanpa ia sadari terus menatap Mardianah yang memakai daster
dari bawah keatas tanpa pakaian dalam,menyebabkan ada sesuatu yang
bergejolak dalam dadanya, dan sebenarnya Mardianah juga menyadari hal itu.

Setelah Sangeang disuguhi teh panas oleh Mardianah, ia pun duduk mengobrol
dengan Sangeang. Semenetara asyik ngobrol, Sangeang teringat bahwa ia harus
pergi kuliah maka berkatalah Sangeang : Maaf Mar, saya harus pergi kuliah,
jadi saya tinggal dulu.
Mardianah : Oh iya, tapi kapan ada waktu lagi kemari ?.
Sangeang, besok siang karena sampai lusa tidak ada kuliah.
Mardinah : Bagaimana kalau waktu luang itu kita gunakan jalan jalan.
Sangeang : Jalan jalan kemana?
Mardianah : Saya dengar ada tempat makan makan sambil santai namanya
Kampung Daun di daerah Lembang.
Sangeang : Boleh...
Mardianah : Besok sore kita kesana, dan kita makan malam nanti disana.
Sesudah itu, Sangeang pun pamit diri untuk pergi kuliah.
Esoknya Sangeang pun berangkat menuju tempat kost Mardianah, adapun
Mardianah memang sudah siap, dia tinggal menunggu kedatangan Sangeang,
Setelah Sangeang telah tiba, keduanya langsung berangkat dengan
menggunakan mobil Taxi. Selang beberapa lama, sampailah keduanya di
Kampung Daun. Mereka memilih tempat agak keatas, dan rimbun pohonnya.
Setelah mereka berdua sudah ditempat gubuk lesehan, merekapun memesan
makanan.
Kemudian datang seorang pelayan, mengantarkan makanan yang dipesan.
Sangeang berkata : Yah untuk pertama kalinya aku datang kemari, tentunya
karena kita akan merasakan yang namanya bersenang senang
Mardianah : Tolong sampaikan padaku apa arti tentang kesenangan.
Jawab Sangeang :
Kesenangan adalah salah satu yang bersumber dari kebebasan.
Namun tergantung pada diri kita bagaimana dapat memaknai kebebasan itu
sendiri.

Kadang ia datang membawa hasrat keinginan yang dapat membawa hati kita
berbunga bunga.
Ya, ada juga yang memaknai
bebas di improvisasi.

kesenangan adalah sebuah lagu simfoni yang

Beberapa diantara kita selalu mencari kesenangan, seolah olah kesenangan itu
adalah sebuah tujuan.
Namun ketika diselami kita hanya menemukan kesenangan, dalam bentuk
penyesalan.
Tapi penyesalan itu hanya dapat mencekam diri, bilamana tidak disertai rasa
ikhlas.
Dan diantara kita aku dan kamu bukan lagi remaja yang sedang mencari.
Saya adalah duda, sementara kamu adalah janda, yang hanya memerlukan
kekuatan jiwa, untuk menantang segala pandang yang menistakan kita.
Betapa seringnya, kita menafikan segala kesenangan, padahal secara tidak sadar
kita sebenarnya sedang menimbun keinginan tersembunyi.
Mardianah : Timbunan keinginan yang tersembunyi itulah yang membawa kita
kemari.
Lalu sekarang bertanyalah dalam hatimu ;
Kesenangan apa saja yang kamu sembunyikan itu.
Katakanlah sejujurnya
kita datang kemari, tidak hanya untuk sekedar
bersenang senang, tapi untuk menegaskan kembali perasaan kita yang telah
tumbuh mekar.
Bersyukurlah kita pada sang pencipta yang telah menganugrahi kita rasa cinta.
Tidak lama keduanya pun asyik makan sambil berkelakar.
Karena Mardianah merasa kenyang sekali, tanpa ia sadari langsung berbaring
dikasur lesehan itu.

Sangeang : Mar.... kenapa langsung baring, bukankah kalau habis makan


tidak boleh orang langsung baring.
Mardianah : Maaf, rupanya rasa lelah dari Makassar, membuatku masih ada rasa
lelah.
Sangeang : Mengapa tidak istirahat dulu di rumah, sambil memulihkan tenaga,
nanti setelah fit, baru kita jalan jalan.
Mardianah : Bukankah ini sama saja kalau istirahat di rumah, bahkan aku lebih
senang istirahat seperti ini, karena engkau ada disampingku, ditambah lagi
suasana disini yang diliputi oleh pepohonan, belum lagi suara suara lagu yang
sayup terdengar, semakin menambah syahdunya malam ini.
Melihat Mardianah baring dengan kepala dekat Sangeang, maka Sangeang pun
tanpa sadar mulai mengusap kepala dan rambut Mardianah sambil memandang
wajah Mardianah,
Mardianah yang merasa nikmat kepalanya dielus, kemudian ia merubah posisi
tidurnya, dengan meletakkan kepalanya diatas paha Sangeang. dan akhirnya
keduanya tenggelam dalam perasaan masing masing.
Menjelang tengah malam merekapun kembali ketempat masing di Bandung.

Episode

VI

Hubungan Fahri dengan Simpurusia mulai terusik


Sejak Suzanna diantar pulang oleh Fahri, dan teman temannya, Suzanna pun
mulai menaruh hati pada Fahri, apalagi teman temannya terus mendukung
agar bagaimana caranya ia mendapatkan Fahri.
Pada suatu hari, Suzanna melihat Fahri sedang duduk di kantin minum teh
sambil membaca buku, Suzanna yang melihat kesempatan itu, iapun langsung
menghampiri Fahri.
Suzanna : Selamat siang mas
Fahri menengok sambil berkata : Selamat siang.
Suzanna : Apa tidak keberatan kalau saya duduk disini?
Fahri : Silahkan
Suzanna : Terima kasih.
Fahri : Mau minum apa?
Suzanna : Teh saja.
Fahri kembali diam sejenak kemudian berkata :
sebenarnya adik Suzanna ini berasal dari mana ?

Kita baru saja kenal,

Suzanna : Kalau bapak saya orang Belanda, ibu saya orang Malang, tapi orang
tua sudah cerai.
Fahri : Sayang ya..?
Suzanna : Kalau mas Fahri asalnya darimana ?
Fahri : Saya orang Bugis, tapi lahir di Jayapura Papua, karena orang tua saya
dulu merantau ke Papua untuk mencari kehidupan yang lebuh baik.
Suzanna : Kalau orang Bugis itu sebenarnya daerahnya dimana ?
Fahri : Sulawesi selatan.

Suzanna : Sebenarnya 2 tahun yang lalu sebelum orang tua saya berpisah, saya
tinggal di Bandung, dan memang lahir di Bandung, setelah ayah saya pulang ke
Belanda, tidak lama kemudian ibu saya menikah dengan orang Sunda juga, tapi
karena bapak tiri saya mendapat tugas di Malang, akhirnya kami pindah ke
Malang.
Setelah ngobrol ngobrol sekitar keadaan di kampus, kemudian Fahri pun minta
pamit, dan berdiri langsung pergi setelah membayar menuman. Sementara
Suzanna masih duduk, ia masih membayangkan kalau Fahri itu orangnya sopan,
dan kemudian ia membandingkan dengan membayangkan pacarnya, yang
sering berkata kasar padanya.
Suzanna : Oh alangkah bahagianya kalau aku bisa mendapatkan pasangan
seperti Fahri.
Adapun Suzanna sebenarnya pada dasarnya adalah gadis yang baik, hanya saja
kurang mendapat kasih sayang dari orang tuanya, apalagi orang tuanya bercerai,
menyebabkan perilaku Suzanna agak ugal ugalan, ditambah lagi ibunya
bersuami kembali.
Malam minggunya Fahri mendatangi asrama Simpurusiah, dan melihat
Simpurusiah, kalau tidak ada tanda tanda mau keluar.
Fahri : Saya lihat kalau Simpur ini tidak ada tanda tanda mau keluar.
Simpurusiah : Iya, karena masih banyak tugas tugas pelajaran yang harus saya
selesaikan.
Fahri : Kalau begitu saya tidak boleh lama lama disini.
Simpurusiah : Kalau hanya ngobrol ngobrol sebentar tidak ada masalah
Fahri : Maaf, saya ingin sampaikan juga bahwa 3 hari yang lalu, saya sementara
duduk di kantin sambil membaca buku, tiba tiba Suzanna mendatangi saya dan
mengajakku ngobrol.
Simpurusiah yang dalam hatinya ingin memancing Fahri dengan berkata : Apa
maksudmu menceriterakan ini pada saya.
Fahri : Yah seperti biasa, sebagai laporan, untuk membebaskan diri dari fitnah.

Simpurusiah : Ah... kalau masalah begituan sih, aku tak mau peduli, selama
kang Fahri memang tidak ada niat lain.
Fahri : Terima kasih, atas kepercayaanmu padaku.
Simpurusiah : Tidak usah berterima kasih, yang penting tunjukkan saja
tanggung jawab abang.
Fahri : Kalau begitu lega sudah rasanya, dan saya tidak mau mengganggu lebih
lama maka saya mau minta diri pulang.
Dalam perjalanan pulang, Sangeang sempat merenung dan berkata dalam
hatinya :
Kekasihku, Simpurusiah
: Dahulu setiap kali aku mencoba untuk
mendekatimu lewat ucapan, sebagai pribadi yang utuh. Tetapi engkau selalu
menjauh dariku dan sulit untuk kugapai.
Tetapi kini engkau telah menerima cintaku dengan apa adanya.
Karena itu apapun yang terjadi aku akan tetap setia padamu.
Andaikata Simpurusiah tidak membalas cintaku.
Maka yang ada dalam hatiku, hanya debu
Yang tertiup dan terbang dibawa oleh angin.
Cintanya kini kuperoleh, kini tinggal memeliharanya.
Ingatlah aku ketika kita pernah bersama di Tretes,
Engkau telah melantunkan lagu syahdu tentang cinta.
Karena

itulah maka aku memberimu lukisan cinta

Yang akan menambah semangat makna kata Cinta


Cinta kita datang untuk menerima cinta Illahiah.
Cinta telah menyatukan kita, hanya maut yang dapat memisahkan
Sekali lagi kekasih aku sangat mencintaimu
Aku mencintaimu sepenuh hati dan jiwaku.

Sudah cukup bagiku karena aku sudah dapat berjalan disampiungnya ke


puncak gunung. Dan berkata, Kaulah Engkaulah kandil gemerlap dalam
jiwaku.
Impian dan cinta akan saling memberi satu dengan yang lain, serupa dengan
apa yang dilakukan matahari ketika mendekati malam dan yang dilakukan
bulan ketika mendekati pagi.
Hanya dengan cinta yang indah kita dapat bertahan terhadap segala
penderitaan, dan getirnya kehidupa Aku tidak mempunyai pilihan lain kecuali
berjuang setiap hari sampai kutemukan harta yang layak kuserahkan padamu,
harta untuk membantu kita dalam mengarungi hidup kita.
Apa saja yang pernah engkau lakukan, atau katakan, atau perlihatkan, atau
alami, semua itu menunjukkan padaku sehingga sepatutnya aku memberimu
kebahagiaan.
Dan engkau harus membiarkan semua yang aku lakukan karena aku
mencintaimu dan ingin memberimu kebahagiaan.
Cintaku padamu adalah bermula dari ujung masa muda daan berakhir pada
pangkal masa muda hingga ujung masa tua.
Hubungan antara kau dan aku merupakan hal paling indah dalam hidupku.
Sesuatu yang paling mengesankan yang pernah kuketahui dalam hidup. Dan
akan selalu aku kenang. Cinta ada di dalam jiwa sendiri, bukan di dalam raga.
Cinta telah membangkitkan diri kita untuk menerima Cinta Illahiah.
Cinta telah menyatukan kita, hanya maut yang dapat memisahkan kita.
Tiba tiba Fahri terhentak dari lamunannya, setelah ia hampir menabrak motor
didepannya.
Kota Malang dimana orang tua Suzanna tinggal. Pada suatu hari ibu Suzanna
berkata kepada suaminya (Bapak tiri Suzanna) : Mas, sebenarnya saya ini
dititipi amanah oleh ayahnya Suzanna kepada saya.

Bapak tiri Suzanna : Amanah apa itu?


Ibu Suzanna : Pada saat ia akan pulang ke negerinya, ia menitipkan kepada
saya biaya kuliah Suzanna dalam bentuk asuransi dan pembeli mobil, bila
Suzanna sudah kuliah.
Bapak tiri Suzanna : Berapa besar biaya asuransi pendidikannya?
Ibu Suzanna : Lebih dari cukup untuk biaya kuliah, artinya kalau biaya kuliah
itu dimanfaatkan betul untuk kuliah.
Bapak tiri Suzanna : Kalau dana untuk pembeli Mobil berapa?
Ibu Suzanna : Lebih dari cukup untuk membeli Honda Jazz.
Bapak tiri Suzanna : Lantas apa maumu?.
Ibu Suzanna : Mobil itu kan butuh bahan bakar sehari hari, karena itu dapatkah
mas, menutupi biaya bahan bakarnya.
Bapak tiri Suzanna : kira kira berapa ya?
Ibu Suzanna : Itu terserah kesanggupan mas.
Bapak tiri Suzanna : Kalau saya hitung hitung bahan bakar dari tempat kostnya
dengan kampusnya, saya kira 5 liter sudah lebih dari cukup, apalagi Honda Jazz
itukan irit. Disamping itu kita kan juga punya putra yang juga butuh biaya.
Ibu Suzanna : Benar, perkiraan saya juga begitu.
Dua hari kemudian datanglah Suzanna dari Surabaya, setelah mendapat
panggilan dari ibunya lewat telepon.
Setelah Suzanna habis istirahat, kemudian Suzanna mendatangi ibunya yang
sedang duduk nonton televisi, kemudian Suzanna berkata : Ada apa ibu,
memanggil saya kemari?.

Ibu Suzanna : Begini nak, sebelum ayahmu meinggalkan kita dan kembali ke
Belanda, ia sempat meninggalkan asuransi sekolah, dimana sekarang kita
sudah bisa minta di Asuransi, disamping itu ayahmu juga menitipkan pembeli
mobil.
Suzanna langsung mmeluk ibunya, tanda luapan kegembiraannya, dan iapun
bertanya : Mobil apa yang ibu mau belikan ?.
Ibu Suzanna : Mobil Honda Jazz.
Suzanna : memeluk lagi ibunya, sambil berkata : Kapan bisa di belikan mobil
ibu..?
Ibu Suzanna : Besok juga boleh.
Suzanna : Terima kasih ibu.
Keesokan harinya nampak Suzanna diantar oleh bapak tirinya bersama ibunya
pergi membeli mobil di show room.
Setelah Suzanna menginap 2 malam di malang, iapun mohon diri kepada ibu
dan bapak angkatnya kembali ke Surabaya dengan membawa mobil barunya.
Suatu saat di Sabtu sore, Suzanna berpikir bahwa ia sudah punya mobil, maka
tidak sulit lagi bagi dirinya untuk mendekatkan diri dengan Fahri. Karena itu
timbul keingin tahuannya tentang apa aktivitas Fahri di malam minggu. Maka
iapun pergi meyelidiki Fahri dengan memarkir mobilnya tidak jauh dari rumah
Fahri.
Selang setelah magrib, nampak sudah mobil Fahri keluar dari rumahnya, dan
Suzanna pun mengikuti dari belakang, dan ternyata mobil Fahri nampaknya
menuju asrama putri Unair. Setelah Suzanna melihat mobil Fahri masuk di
asrama, maka ia pun meminggirkan mobilnya dan berlindung dekat pohon.
Tidak lama kemudian kelihatan oelhnya, mobil Fahri sudah keluar, dan ketika
mobil itu lewat didekatnya, dilihatnya ada wanita disampingnya. Suzanna pun

semakin nekat untuk melihat, siapa wanita sesungguhnya yang telah berhasil
memikat Fahri
Suzanna pun menguntitnya dari belakang. Setelah mereka berputar putar dalam
kota, kemudian nampak Fahri memasuki rumah makan.
Suzanna pun memarkir mobilnya dan sambil menunggu sebentar. Setelah ia
perkirakan Fahri sudah duduk, maka iapun secara per-lahan lahan juga masuk.
Begitu ia lihat Fahri duduk dengan wanitanya, maka iapun memberanikan diri
mendekat sambil berkata : Selamat malam
Fahri dan Simpurusiah secara bersamaan menjawab : Selamat malam.
Fahri : Eh... Suzanna
Suzanna : Iya mas.
Fahri berkata kepada Simpurusia : Kenalkan ini Suzanna yang saya kenal
waktu penerimaan mahasiswa baru.
Simpurusiah pun berdiri dan berjabat tangan dengan Suzanna dan berkata
Simpurusiah Dan Suzanna pun menyebut namanya Suzanna
Kemudian Simpurusiah berkata : Silahkan duduk
Suzanna : Maaf, biar saja saya di meja lain, saya tidak mau mengganggu
kalian berdua.
Simpurusiah : Tidak mengganggu kok.
Suzanna : Terima kasih biar saya cari tempat duduk yang lain.
Simpurusiah : Kalau begitu silahkan.
Suzanna yang sudah duduk ditempat lain selalu mencuri pandang dengan
memperhatikan terus Simpurusiah, dan dalam hati Suzanna berkata :

Simpurusiah itu memang gadis yang sungguh cantik dan menarik, jangankan
Fahri, ia sendiri sebagai seorang wanita sangat senang memandangnya. Dengan
melihat kecantikan Simpurusiah mampukah akau merebut Fahri dari sisinya.
Adapun Fahri yang sedang makan bersama Simpurusiah, keduanya terlibat juga
membahas kecantikan dan perilaku yang dimiliki Suzanna, namun tidak lama
kemudian mereka berhenti bicara karena sedang menikmati makanan masing
masing, tapi dibalik itu Fahri selalu memandang Simpurusiah, dan dalam
hatinya berkata : Baju kaos agak tipis yang dipakai Simpurusiah, nampak
begitu sexi sekali bagi penglihatannya, dan tanpa sadar ia pun membayangkan
bagian bagian tubuh Simpurusiah yang lainnya. Bahkan sampai jari jarinya
punyang lentik yang sedang memegang sendok semuanya dipandang dengan
gairah.
Setelah Fahri selesai membayar, iapun meninggalkan tempat itu berdua dengan
Simpurusiah. Dalam perjalanan pulang untuk mengantar Simpurusiah pulang
ke asramanya, Fahri kembali diliputi lagi pikiran kotornya, dengan
membayangkan Simpurusiah di kolam renang yang lalu sehingga ia berkata
kepada Simpurusiah : Simpur...! sepertinya agak lama kita dari Selecta berenang
yah...!
Simpurusiah : Memangnya kenapa ?.
Fahri : Saya ingin mengajakmu berenang di Hotel Shangrilla
Simpurusiah : Dimana itu ?
Fahri : Di jalan Mayjend Soengkono.
Simpurusiah : Tapi harus ajak Hartati yah..!
Fahri : Itu sudah pasti.
Pada hari minggu, agak siang, Suzanna iseng iseng lewat di depan rumah Fahri,
dan sebelum lewat, dilihatnya mobil Fahri keluar, maka iapun segera
menguntitnya lagi dari belakang. Ia melihat kalau mobil Fahri lagi menuju ke
asrama putri. Seperti yang lalu ia segera meminggirkan mobilnya dibalik pohon

sambil menunggu mobil Fahri keluar. Tidak lama kemudian Fahri lewat, dan
dilihatnya ada 2 wanita diatas mobil itu.
Kemudian Suzanna meguntitnya dari belakang, dan setelah sampai di jalan
Mayjen Soengkono, dilihatnya mobil Fahri masuk di hotel Shangrilla, maka
timbullah prasngka buruk Suzanna, dan untuk membuktikan prasangka
buruknya itu iapun mengendap endap mengikuti mereka. Dan ternyata ia salah
sangka, karena mereka itu menuju kolam renang. Maka Suzanna berpikir untuk
mengajak temannya 2 orang untuk ikut juga berenang ditempat itu.
Adapu Fahri yang sudah berada di kolam renang menunggu Simpurusiah dan
Hartati ganti pakaian, terus membayangkan tubuh Simpurusiah yang putih
mulus itu yang sebentar lagi akan dilihatnya.
Tidak lama kemudian, nampaklah Simpurusiah bersama Hartati keluar dari
kamar ganti pakaian, Melihat itu mata Fahri langsung membelalak melihat
keduanya muncul dan sempat memperhatikan juga tubuh Hartati yang juga
mulus dan cukup putih juga, walaupun kulit Simpurusia masih lebih putih
dengan body yang agak tinggi semampai.
Setelah Simpurusiah dan Hartati turun di kolam, segera Fahri pergi mengambil
bola plastik untuk dipakai nanti bermain dikolam renang.
Sementara mereka asyik berenang datanglah Suzanna dtemani 2 orang dan
langsung pergi ke kamar ganti pakaian. Kali ini pakaian renang yang dipakai
Suzanna adalah pakaian renang bikini, sehingga nampaklah pahanya yang putih
itu begitu mulus, sehingga akan menimbulkan gairah bagi laki laki yang
memandangnya.
Tidak lama kemudian iapun meloncat ke kolam, dan solah olah ia tidak melihat
Fahri dan Simpurusiah. Sementara Fahri dan Simpurusiah dan Hartati asyik
bermain, tiba tiba Simpurusiah beteriak Itu Suzanna Fahri menengok dan
dilihatnya betul kalau itu Suzanna.
Simpurusiah : Suzanna..!
Suzanna : Iya mba...

Simpurusiah : mari kita bermain bola disini.


Suzanna pun mendekat dan ingin ikut serta bermain.
Sementara Suzanna mendekat, Fahri muncul lagi naluri kelaki lakiannya
dengan pikiran kotornya secara diam diam selalu mencuri mata melihat tubuh
Suzanna dalam air yang hampir terbuka seluruhnya. Fahri yang melihat paha
putih Suzanna tak henti hentinya menelan ludahnya, begitu bergairahnya
melihat paha Suzanna yang juga putih mulus itu. Dengan
bergabungnya
Suzanna makin ramailah mereka bermain, sampai tak terasa haripun sudah sore.
Adapun Suzanna lebih dahulu meninggalkan tempat itu, kemudian menyusul
Fahri dan Simpurusiah serta Hartati.

Episode

VI

Masa libur panjang


Tanpa terasa libur panjang kembali meliputi mahasiswa Universitas Airlangga,
hampir seluruh mahasiswa sedang sibuk mempersiapkan untuk mengisi masa
liburan ini dengan berbagai macam aktifitas, termasuk Fahri yang sudah 1 tahun
lebih tidak pulang ke Jayapura.
Tadinya Fahri masih enggan pulang, mengingat kedekatannya dengan
Simpurusiah semakin intim. Namun disisi lain ia juga harus pulang demi
baktinya kepada kedua orang tuanya, sehingga ia memutuskan untuk pulang
libur di Jayapura. Sebab dalam pikirannya, kalau ia hanya terus mengikuti
gairah cintanya pada Simpurusia pasti ia tidak akan pulang pulang, sementara
orang tuanya juga merindukannya. Begitupula dalam pikiran Fahri, bahwa tanpa
dukungan materi dari orang tuanya, tidak mungkin ia bisa mendapatkan cinta
dari Simpurusiah. Apalagi nampaknya Simpurusiah juga tidak mempersoalkan
kepulangan saya.
Adapun Simpurusiah yang memang sudah siap dan bertekad untuk tidak
pulang, sebelum kuliahnya selesai, disamping kemampuan biaya juga tidak
memungkinkan. Karena itu ia sudah merencanakan untuk ikut dengan Hartati ke
Tretes.
Sebelum Fahri pulang ke Jayapura, iapun pergi menemui Simpurusiah, setelah
ketemu di aung tamu asrama kemudian Fahri berkata : Liburan ini saya rencana
pulang ke Jayapura untuk menebus kerinduan pada kedua orang tua.
Simpurusiah : Itu yang terpenting, bakti kepada orang tua.
Fahri : Kalau Simpur rencananya mengisi liburan apa tidak ada juga keinginan
pulang ke orang tua.
Simpurusiah mendengar itu tanpa ia rasakan air matanya berlinang linang.

Fahri yang melihat itu, baru ia sadar, sebenarnya pertanyaan itu telah melukai
hati Simpurusiah, sebab ia tahu betapa prihatinnya kehidupan Simpurusiah,
namun demikian aku bersedia mengobati luka dihatinya itu, bila Simpurusiah
memberikan ia kesempatan.
Fahri : Saya mohon maaf sekali, kalau kata kataku tadi sempat melukai hatimu.
Simpurusiah : Tidak apa kok, sudah biasa menahan rasa kerinduan.
Fahri : Maaf jangan tersinggung, kalau saya katakan bahwa bolehkah aku
diberi kesempatan untuk mengobati perasaanmu tadi itu.
Simpurusiah : Memangnya kenapa ?.
Fahri : Maaf, saya selalu tidak tega melihat orang bersedih, apalagi kalau orang
yang bersedih itu adalah wanita yang selalu kucintai selama ini.
Simpurusiah : Maksudnya bagaimana ?
Fahri : Maksud saya, kalau tidak keberatan, saya mau sekali membiayai
kepulanganmu ke Pare Pare pulang pergi.
Simpurusiah : Maaf kak Fahri, saya belum bisa menerima budimu terlalu besar
itu, cukuplah bagiku apa yang di berikan selama ini. Maaf kalau saya katakan
bahwa saya tidak bisa masuk terlalu jauh dalam cengkeramanmu, yang dapat
membuat aku nantinya tidak berkutik untuk menolak setiap permintaanmu, yang
aku tidak suka.
Fahri : Apakah adik Simpur, masih meragukan cintaku padamu?
Simpurusiah : Untuk saat ini aku belum meragukannya, karena saya pikir saya
masih mampu menahan diri. Tapi yang aku ragukan adalah ketika aku tidak bisa
lagi menahan diri, maka aku masih khawatir saat itulah cengkeramanmu
membuat aku tidak bisa berkutik lagi.
Fahri sedikit emosi bicara karena merasa harga dirinya disinggung, dengan
berkata : Maaf Saya pikir aku tidak sampai sejahat itu. !

Simpurusiah : Itu...?, belum apa apa sepertinya sudah mulai nampak emosimu
yang selama ini tidak pernah saya lihat. Dengan melihat emosimu ini semakin
membuat aku sekarang harus hati hati. Jadi sebelum terlalu jauh kita melangkah
ada baiknya kita kembali menganalisa diri kita masing masing.
Fahri langsung tidak berkutik mendengar kata kata Simpurusiah, dan ia pun
hanya mampu berkata : Saya hanya dapat minta maaf atas sikapku tadi,
tolonglah maafkan aku.
Simpurusiah : Memaafkan orang itu gampang sekali. Tapi apakah setiap kali
aku tersinggung lantas kak Fahri minta maaf dan saya harus saya selalu
maafkan. Tentunya tidak demikian.
Fahri : Karena itu apa yang harus saya lakukan atas kesalahanku ini.
Simpurusiah : Maaf kak Fahri, saya tidak pernah mengatakan kalau kakak itu
bersalah, jadi saya kira tidak ada yang perlu dimaafkan. Dan biarkanlah
hubungan kita ini mengalir seperti air, dan tiba pada saatnya nanti kita putuskan
bersama jalan yang terbaik bagi kita.
Fahri : Maaf, kalau demikian berarti belum ada kepastian, kemana air
membawa kita bermuara.
Simpurusiah : Saya kira demikian, sebelum adanya
tentunya belum ada kepastian.

ikatan pernikahan,

Fahri mendengar itu kemudian berkata : Kalau begitu, biarlah ketidak pastian
itu kubawa mengalir bersamaku.
Sesaat kemudian keduanya diam, hening seketika. Dalam keheningan itu Fahri
kemudian minta diri pulang kerumahnya.
Dalam perjalanan pulang Fahri diliputi bermacam macam perasaan, termasuk
diantaranya ada rasa kecewa dan tiba tiba pikirannya membayangkan Suzanna
yang selalu ceria. Namun ia cepat cepat menghilangkan bayangan itu.

Selang 2 hari Fahri datang ke tempat Simpurusiah, untuk pamit pulang ke


Jayapura.
Fahri : Sebelum saya pulang ke Jayapura, saya ingin minta maaf bilamana ada
sesuatu yang tidak berkenan dihati Simpur.
Simpurusiah : Saya pun demikian, saya minta maaf kalau juga ada sesuatu yang
tidak berkenan di hati kak Fahri. Setelah itu keduanya diam, dan Fahri pun
mengulurkan tangan untuk jabat tangan, dan Simpurusiah pun menyambut
tangan Fahri sambil menatap mata Fahri dan berkata ; Selamat jalan, semoga
Allah SWT selalu melindungimu.
Fahri : Terima kasih, semoga juga Allah SWT selalu melindungimu. Setelah itu
Fahripun langsung berangkat ke Bandara dengan naik Taxi.
Setelah Simpurusiah ditinggal pergi oleh Fahri, hati Simpurusiah
membayangkan kembali pertemuannya dengan Fahri 2 hari yang lalu, yang
sepertinya membawa sedikit luka dihati Fahri. Namun Simpurusiah kembali
tidak mau perduli semua itu, karena kedatangannya di Surabaya hanya 1 tujuan
belajar dan belajar, dan hubungannya dengan Fahri dianggapnya masih sebatas
bunga bunga kehidupan. Dalam kesendirinnya di asrama karena Hartati pun
sudah pulang ke Tretes, Sementara baring diatas tempat tidur tanpa sadar ia
mengenang kembali masa masa ketika ia bersama Fahri :
Fahri sebentar lagi kita akan melampaui masa remaja.
Tapi cinta akan tetap bersemi, dan bekas-bekas jejaknya tak mudah dihapus.
Hari ini kita ini masih satu, kekasihku.
Hubungan ini jadi milik diri kita.
Hubungan harus kuat memikul derita
Menahan goncangan seperti masa-masa menyakitkan
Yang sudah kita lewati bersama selama ini.
agar kita mendapat anugerah kekuatan dan ketabahan.
Sementara Fahri ketika pesawat yang ditumpanginya sudah tinggal landas,
tidak lama kemudian ia membayangkan Simpurusiah, dan ia teringat kata kata,

Simpurusiah yang mengatakan bahwa ia belum siap untuk terlalu jauh dalam
cengkeramanku, padahal kalau kupikir pikir sebenarnya, sayalah yang
sesungguhnya sudah masuk dalam gravitasi cengkeramannya. Tidak lama
kemudian iapun berpikir benar kata Simpurusiah bahwa biarlah semuanya
mengalir apa adanya, karena memang cinta itu tidak dapat dipaksakan.
Menjelang subuh pesawat yang ditumpangi Fahri telah mendarat di Bandara
Jayapura. Tidak lama kemudian, Fahri turun dari pesawat, dengan
menggendong ranselnya. Diluar pintu kedatangan telah ada sopir yang akan
membawa Fahri ke rumahnya
Adapun Simpurusiah dalam mengisi waktu liburnya, ia sangat giat belajar
bahasa Inggeris, dengan membeli majalah bekas berbahasa Inggeris di toko
loak. Disamping itu ia selalu datang ke kantor Universitas, karena kantor tidak
libur, dan yang membuat Simpurusiah selalu ke kantor, karena disana ada 3
orang ibu ibu yang sering diajaknya ngobrol.
Pada suatu hari, ketika Simpurusiah berada di kantor Universitas, ada surat
datang dari kedutaan Belanda, setelah salah satu ibu membuka surat tersebut,
dan ibu itu berkata, ini surat berbahasa Inggeris, tapi bagaimana yah Pak
Margono tidak masuk, ia cuti selama 10 hari, karena pak Margono yang selalu
menterjemahkan kalau ada surat berbahasa Inggeris.
Simpurusiah berkata : Maaf ibu, kalau tidak keberatan boleh saya bantu ibu
terjemahkan ?.
Ibu : Boleh, karena sepintas lalu surat ini sepertinya bukan rahasia.
Simpurusiah mengambil surat itu, kemudian membacanya. Selesai membaca ia
berkata : Ini surat dari sebuah foundatioan di Netherland, yang menawarkan bea
siswa bagi siswa yang paling berprestasi di unversitas ini, untuk program S2
dan S3, di universitas Utrech Belanda.
Ibu : Barangkali mba..! termasuk mahasiswa berprestasi, bisa ikut test.
Simpurusiah : Mudah mudahan ibu. Dalam hati Simpurusiah berkata : Saya
akan berusaha betul untuk ikut, karena ini merupakan kesempatan emas.

Sejak itu Simpurusiah semakin giat belajar.


Setelah 2 hari Fahri di Jayapura, suatu pagi ia sarapan pagi berempat dengan
ayah ibu dan adik perempuannya.
Ayah Fahri : Bagaimana kuliahmu nak
Fahri : Baik baik etta, dan insya Allah saya akan berusaha akan selesaikan
tepat waktu.
Ibu Fahri : Sebenarnya nak, ibu dan ettamu, ingin melihat kau selesai dan
secepatnya berumah tangga.
Fahri : kenapa ibu mau buru buru ?.
Ibu Fahri : Masalahnya ibu dan ettamu sudah sudah ingin sekali menimang
cucu.
Fahri sambil bergurau berkata : Apa sudah ada calonnya ibu
Ibu Fahri : Belum ada nak, tapi kalau ananda bersedia memenuhi permintaan
kami, maka saya akan segera ke tanah Wajo untuk mencarikan jodoh.
Adik perempuan Fahri bernama Erni nyeletuk : Kampungan, sekarang bukan
lagi jamannya di jodoh jodohan. Ingat Etta, ibu, aku tidak mau nantinya
dijodoh jodohi sambil berdiri lalu pergi, sementara ayah, ibu, dan Fahri, hanya
diam saja mendengarkan perkataan Erni.
Setelah Erni sudah masuk kamar, ibu Fahri berkata : Bagaimana pendapatmu
nak ?.
Fahri : Maaf ibu, sebenarnya Fahri sudah ada calon di Surabaya.
Ibu Fahri : Orang dari mana ?.
Fahri : Dari Pare Pare.

Ibu Fahri : Boleh tidak ibu ikut ke Surabaya, kalau nanti nak Fahri pulang ke
Surabaya ?
Fahri : Untuk apa ibu ?.
Ibu Fahri : Mau pergi lihat calon menantuku.
Fahri : Jangan dulu ibu, tenang dulu.
Ayah Fahri yang tadinya hanya diam mendengar tiba tiba nyeletuk : Masalahnya
ibumu itu sudah ingin sekali mulung mantu.
Fahri : Maaf Etta, hal ini tidak bisa buru buru, karena calon saya ini
sebenarnya sangat susah orangnya. Satu tahun lebih saya berjuang buat
membuka hatinya untukku, dan sebelum saya kemari, ia sempat tersinggung,
sehingga saya tidak tahu bagaimana nanti kalau saya kembali lagi ke Surabaya.
Ibu Fahri : Kenapa begitu susah nak ?. apakah dia dari keluarga orang kaya?
Fahri : Justeru sebaliknya ibu, ia dari keluarga yang cukup prihatin, hanya
karena kecerdasannya dia sehingga ia mendapat bea siswa dan bisa kuliah
ditempat saya. Dan begitu cerdasnya sekarang ini ia sudah meninggalkan saya
satu semester, sehingga nantinya ia bisa selesai mendahului waktu.
Ibu Fahri : Tentunya nak Fahri ada membawa fotonya, bisakah ibu dan ettamu
melihatnya ?
Fahri : Ada ibu, ini coba lihat di HP ku,
Ibu Fahri langsung mengambil HP Fahri dan memandang wanita yang ada di
HP itu, ibu Fahri yang melihat foto Simpurusiah, langsungg berdecak sambil
geleng geleng kepala.
Ayah Fahri : Kenapa bu, kenapa sampai berdecak dan geleng geleng kepala ?.
Ibu Fahri : Saya saja perempuan melihat foto ini bisa jatuh cinta, apalagi laki
laki.

Ayah Fahri : Masa sih...?


Ibu Fahri : Coba ini lihat.
Ayah Fahri yang mengambil HP Fahri dari tangan isterinya, kemudian ia juga
melihatnya dan berkata : Memang benar benar cantik, seperti anak bangsawan
di daerah kita.
Ayah Fahri : Siapa namanya nak ?.
Fahri : Simpurusiah etta.
Ayah Fahri : Itu dari namanya saja sudah menunjukkan kalau ia turunan
bangsawan, cuma nasib saja yang membawanya hidup prihatin.
Ayah Fahri lanjut berkata : Makanya saya lihat pengeluaranmu terlalu banyak,
rupanya kamu sedang berburu Bidadari.
Fahri : Tidak rugi kan Etta kalau saya bisa mendapatkan.
Ibu Fahri ; Yah jelas tidak rugi, tapi kalau tidak dapat, jelas rugi sekali
Ayah Fahri : Begini nak, pokoknya bagaimana caranya nak Fahri bisa
mendapatkannya. Bila perlu masih ada 6 petak rukoku yang belum saya mau
jual, tapi kalau menyangkut masalah ini, etta akan lepas semua untuk
mendukungmu
Fahri : Insya Allah etta, Fahri akan berjuang keras.

Episode

VII

Suzanna ke Bandung mencari pacarnya


Adapun Suzanna ditempat lain, setelah mendengar bahwa Fahri telah pulang ke
Jayapura, untuk mengisi kekosongan jiwanya, iapun kembali mengenang
pacarnya yang belum putus, karena pada saat Suzanna mau meninggalkan
Bandung dan pindah ke Malang, kebetulan pacarnya yang bernama Adriaan
Smout, kembali kenegaranya, sementara karena kekalutan jiwanya menghadapi
perceraian orang tuanya menyebabkan Hp nya hilang, sehingga nomor kontak
dengan Adriaan juga ikut hilang, maka putuslah komunikasi dengan Adriaan.
Mengenang kembali Adriaan, maka ia putuskan untuk ke Bandung, mudah
mudahan Adriaan masih kerja di Bandung, dengan harapan semoga hubungan
dengannya dapat terjalin kembali.
Dengan menumpang kereta api, Suzanna pun berangkat ke Bandung, walaupun
Suzanna ingin kembali pada Adriaan, namun wajah Fahri selalu datang
membayanginya, malam malam di kereta api, hatinya mulai berkata :
Ketika aku mulai mencintai orang lain
Namun orang itu hanya menganggapku sahabat
Dan aku mencoba melepaskan dirinya,
Dengan mencoba hatiku kembali ke alam bebas.
Yang dapat menuntunku

dalam perjalanan kehidupan.

Untuk aku dapat belajar lebih banyak tentang diriku.


Dengan menyadari bahwa penyesalan tidak perlu ada.
Setelah Suzanna tiba pagi harinya di Bandung, kemudian ia taxi pergi mencari
rumah sahabatnya. Setelah ketemu alamatnya, ia langsung masuk dan mengetuk
pintu, tidak lama kemudian seorang ibu membuka pintu dan berkata : Eh... nak
Suzanna
Suzanna : Iya bu
Ibu

: Silahkan masuk, Yanti lagi mandi.

Suzanna langsung masuk dan duduk di sofa,

Ibu masuk kedalam dan berteriak : Yanti...! Ada Suzanna datang.


Yanti : Iya ibu, sebentar. dan tidak lama kemudian Yanti keluar dari kamar
mandi, dan langsung memeluk Suzanna dan berkata : Ayo masuk ke kamar.
Suzanna : Sambil kamu pakaian, bagaimana kalau saya mandi ?.
Yanti : Silahkan, silahkan.
Setelah keduanya selesai pakaian, keduanya menuju meja makan buat sarapan,
sambil sarapan keduanya ngobrol.
Yanti : Kedatangan Suzan ke Bandung dalam rangka apa ya ?.
Suzanna : Sebenarnya ini rahasia, hanya Yanti yang boleh tahu.
Yanti : Rahasia apa itu ?.
Suzanna : Sebenarnya, waktu saya di Bandung dulu, secara diam diam saya
memadu hati dengan seorang berkebangsaan Belanda, yang bekerja sebagai
manager disalah satu industri minuman dari Belanda.
Yanti : Kenapa baru bilang sekarang ?.
Suzanna : Soalnya waktu, sya tidak pernah bayangkan kalau saya haruus
pindah ke Malang, nah waktu saya sudah mau pindah ke Malang, kebetulan
pacar saya itu yang bernama Adriaan Smout, kembali ke Belnda berlibur. Dan
karena sebelum saya ke Malang pikiran betul betul kacau HP ku juga hilang,
sehingga putus kontak dengan Adriaan.
Yanti : Jadi rencananya hari ini mau kemana ?.
Suzanna : Saya mau minta tolong sama Yanti, untuk sama sama pergi
menanyakan apa iya masih kerja disini.
Yanti : Boleh...
Setelah sarapan pagi, Yanti dan Suzanna terlebih dahulu mampir ditempat kerja
Yanti, untuk minta permisi menemani Suzanna.

Setelah Yanti dari tempat kerjanya, keduanya langsung ke jalan Dago, ke kantor
Adriaan.
Suzanna : Yanti, tolong kamu saja masuk tanyakan, karena rasanya saya malu
Yanti : Kenapa mesti malu, apalagi saya belum pernah kenal
Suzanna : Ok, kita masuk sama sama
Namun sebelum keduanya masuk kantor, tiba tiba nampak Adriaan sepertinya
buru buru mau keluar, tapi begitu menengok dilihatnya Suzanna, dan ia
menegur : Suzan...apa saya tidak mimpi
Suzanna : Tidak, kak
Adriaan berjalan mendekati Suzanna dan berkata : Maaf ya Suzan, saya ada
urusan penting sedikit, jadi Suzan ke cafe itu diseberang jalan, tunggu saya
disana, paling lambat 1 jam.
Suzanna : Tapi kenalkan dulu sahabat saya
Adriaan : Jabat tangannya Yanti dan berkata Adriaan
Yanti : Yanti..!
Sesudah itu Suzanna bersama Yanti menyeberang jalan menuju cafe yang
ditunjukkan Adriaan. Keduanya masuk duduk dan memesan minuman. Setelah
Yanti minum, iapun minta diri, untuk pergi bekerja.
Suzanna : Nanti saya langsung saja pulang kerumah ya..
Yanti : Iya, hati hati ya..
Tidak lama datang Adriaan, dan ia langsung memeluk Suzanna dan berkata : .
Saya pikir kita tidak akan ketemu lagi.
Suzanna : Kalau jodoh pasti akan ketemu
Kemudian Adriaan
minuman

mengajak Suzanna

duduk,

dan Adriaan memesan

Adriaan : Suzan..! kenapa tiba tiba saja menghilang, seperti ditelan bumi.
Suzanna : Ceriteranya panjang, tapi kesimpulannya, Adriaan tahu kalau orang
tuaku cerai. Setelah itu ibuku kawin dengan orang Malang, dan tahu tahu kami
harus pindah ke Malang, hal ini saya ingin sampaikan tapi Adriaan keburu
berangkat ke Belanda. sementara saya coba menghubungimu lewat telepon ,
tapi tidak pernah mau masuk.
Adriaan : Oh iya, maaf, karena saya lupa berikan no HP ku untuk di
Netherland, sebab no. Hp yang selama ini saya pakai bicara dengan Suzan
adalah no. HP untuk Indonesia, sementara HP itu saya tidak bawa, karena saya
pikir no, Hpmu juga saya save di HP yang satunya.
Suzanna : Begitulah kalau urusan mau kacau, sebab hanya 3 hari sesudah
Adriaan berangkat HP ku hilang, sehingga kita kehilangan kontak.
Adriaan : Lupakan saja itu semua, yang penting sekarang kita sudah ketemu.
Suzanna : Iya, tapi bagaimana hubungan kita selanjutnya ?.
Adriaan : Setelah kita ketemu sekarang, dan saya juga belum punya kekasih,
yah kita lanjutkan saja, selama juga Suzan belum punya kekasih.
Suzanna : Belum juga.
Adriaan : Jadi sekarang tinggal dimana ?.
Suzanna : Di Surabaya dan kuliah di Universitas Airlangga.
Adriaan : Bagaimana caranya kita menjalin hubungan lebih intim, sementara
saya di Bandung dan Suzan di Surabaya.
Suzanna terdiam sejenak kemudian berkata : Kalau saya biarlah dahulu ini
berjalan sambil kita cari solusinya bagaimana baiknya nanti, itupun kalau
memang kita ada jodoh.
Adriaan : Masih berapa lama di Bandung ?.
Suzanna : Masih ada waktu 15 hari.
Adriaan : Cukup untuk kita untuk saling mengenal lebih jauh.

Suzanna : Betul, apalagi memang kita menjalin hubungan belum cukup 6


bulan.
Setelah keduanya merasa cukup berbicara, maka keduanya pun berpisah, dan
Adriaan bejanji untuk menjemput Suzanna malam nantinya.
Malamnya datanglah Adriaan menjemput Suzanna di rumah Yanti. Setelah
Suzanna dan Adriaan minta permisi pada Ibu Yanti dan Yanti, keduanya pun
keluar. Begitu keluar, Adriaan langsung mengemudikan mobilnya menuju
sekitar bukit Dago. Beberapa saat kemudian Adriaan masuk di sebuah cafe
international bernama the Valley bistro cafe setelah keduanya masuk,
keduanya langsung mencari tempat dimana mereka bisa memandang cahaya
lampu di kota Bandung.
Suzanna : Saya baru tahu kalau disini ada tempat yang begitu romantis..
Adriaan : Jadi selama di Bandung belum pernah kemari ya ?
Suzanna : Belum pernah.
Adriaan : Kalau begitu, mari kita nikmati saja pemandangan yang indah
dibawah sana.
Suzanna : Sudah lama aku merindukan situasi dan suasana yang romantis ini.
Adriaan : Bukankah rindumu sekarang ini sudah tercapai
Suzanna : Iya, karena akang ada disini.
Adriaan
berkata : Lihatlah bintang bintang itu Suzan, ia
dibawah naungan langit biru.
Dan lihatlah kebawah, hamparan bumi dengan segala isinya.
Suzanna : Hari ini aku telah bersama laki-laki yang kucintai.
ia dan aku menyatu dalam sebuah mahligai surgawi
Tiada satu kekuatan di alam ini yang mampu memisahkan.
Karena kebahagiaanku memancar dari belahan dua jiwa.

Yang dikuatkan oleh saling pengertian.


Adriaan : Kulihat dunia kita saat ini sebuah mimpi menuju pelaminan.
Dan kadang mimpi ini hadir seperti hidup yang menyenangkan,
Suzanna : Oh! Kekasih! Engkaulah kekuatan tempatku bersandar.! Aku tak
tahu apa yang harus aku lakukan hari ini tanpa engkau.
Aku minta padamu, wahai kekasihku atas nama cinta yang mengikat jiwa.
Bawalah aku menyelami rahasia-rahasia hatimu,.
Demi cinta yang telah menyentuh jiwa kita dan membuatnya terang
Adriaan : Suzan, sudah waktunya kita pulang, ayo kita pulang.
Suzanna : Baik, apalagi halimun mulai turun.
Tidak lama keduanya pun meninggalkan cafe itu, dan Adriaan mengantar
pulang Suzanna pulang ke rumah Yanti.
Setelah 8 hari, Suzanna di Bandung, seperti biasanya Adriaan menjemput
Suzana di rumah ibu Yanti. Adriaan membawa Suzanna makan malam di
Warung Ampera, dimana sebelumnya singgah di Bandung Indah Plaza
membelikan baju baju buat Suzanna.
Sesudah mereka makan Adriaan berkata : Suzan, saya sebelumnya minta
maaf.
Suzanna : Ada apa kang ..!
Adriaan : Tiba tiba saya mendapat tugas keliling ke Indonesia bahagian
timur, untuk meng-evaluasi dan melakukan penetrasi pasar.
Suzanna : Berapa lama kang ?
Adriaan : kira kira 7 hari. Dan besok saya sudah harus berangkat.
Suzanna dengan nada sedih berkata : Sebenarnya aku belum puas dekat
denganmu kang.

Adriaan : Akang juga, tapi mau bagaimana, ini tugas kantor.


Suzanna : Yah... apa boleh buat.
Adriaan : Tapi jangan khawatir, minimal 1 kali dalam sebulan saya akan
menjengukmu di Surabaya.
Suzanna : Terima kasih kang.
Keesokan harinya Adriaan berangkat
meninggalkan Suzanna di Bandung.

ke

Makassar

terlebih

dahulu,

Karena Adriaan sudah berangkat memenuhi tugasnya, Suzanna bersiap siap


kembali ke orang tuanya di Malang.

Episode

FAHRI PULANG KE SURABAYA.


Hari itu Fahri kembali ke Surabaya dengan diantar oleh keluarganya sampai di
Bandara. Selang berapa lama pesawat sudah tinggal landas, dan akan singgah di

Ambon. Dari Ambon menuju Makassar, namun setelah sampai di Bandara


Makassar, pesawat tersebut ditunda keberangkannya selama 3 jam karena
masalah tekhnis. Waktu yang agak lama itu digunakan Fahri pergi ngopi ngopi
di cafe.
Kebetulan juga Sangaji akan menumpang pesawat itu, karena di delay, Sangaji
juga pergi menju cafe, sementara Sangaji mencari tempat duduk, tiba tiba
dilihatnya Fahri sedang minum kopi, Sangaji pun menghampiri Fahri, setelah
dekat Sangaji berkata : Maaf, kalau tidak salah kita pernah ketemu di
Surabaya ?.
Fahri : Dimana ya ?.
Sangaji : Disebuah rumah makan, kala itu anda sama sama Simpurusiah.
Fahri : Oh, iya saya sudah ingat, oh silahkana duduk
Sangaji ikut duduk, karena sebenarnya ia ingin sekali mendengar kabar
Simpurusiah
Fahri : mau kemana ya ?
Sangaji : Ke Surabaya.
Fahri : Tinggal di Makassar atau di Surabaya ?.
Sangaji : Tadinya di Makassr, tapi setahun lebih yang lalu saya pindah ke
Surabaya.
Fahri : Kuliah juga di Surabaya?
Sangaji : Buka usaha sambil kuliah.
Fahri ; Hebat dong.
Sangaji : Tidak juga, eh ngomong ngomong bagaimana kabar teman kita
Simpurusiah ?
Fahri ; Dia baik baik saja, kebetulan kami berteman karena sama sama
mengambil jurusan hukum.

Sangaji : Saya juga mengambil jurusan hukum.


Selang berapa lama keduanya ngobrol, terdengarlah panggilan untuk segera
naik pesawat. Keduanya berdiri dan Sangaji berkata : Sampaikan salam saya
pada Simpurusiah, dari Sangaji.
Fahri : Insya Allah akan saya sampaikan.
Adapun Fahri setelah pesawat terbang, kembali merenung tentang bagaimana
lagi nanti menghadapi Simpurusiah yang sempat terusik hubungannya dengan
dia.
Sesampainya di Surabaya, Fahri langsung kerumahnya, karena perjalanan
panjang itu cukup melelahkan, Fahri ketiduran sampai ia tidak makan malam.
Keesokan harinya ia sudah ber-siap siap menuju ke asrama Simpurusiah, dan
hatinya selalu berdebar debar karena rasa rindu dan was was, sambil berpikir
bagaimana nanti sambutan Simpurusiah.
Setelah Fahri sampai di Asrama Simpurusiah, kebetulan Simpurusiah tidak ada
ditempat, karena itu ia segera telepon Simpurusiah : Assalamu alaikum
Simpurusiah : Waalaikum salam,
Fahri : Maaf, saya sekarang sudah ada Surabaya dan kebetulan saya ada di
asrama tapi Simpur tidak ada.
Simpurusiah : Oh, saya lagi beli majalah tidak jauh dari asrama, sebentar lagi
saya pulang.
Fahri : Terima kasih, saya tunggu.
Selang beberapa lama, nampak Simpurusiah memasuki asrama, Fahri langsung
berdiri dan menyambut kedatangan Simpurusiah sambil mengulurkan
tangannya untuk jabat tangan.
Setelah itu keduanya menuju ruang tamu. Setelah duduk Fahri berkata : Saya
lihat yang dibeli majalah berbahasa Inggeris.
Simpurusiah : Iya, saya sekarang lagi giat belajar bahasa Inggeris.
Fahri : Kenapa bukan buku pelajaran bahasa Inggeris ?.

Simpurusiah : Kalau masalah tata bahasanya hampir saya sudah kuasai,


sekarang ini saya sedang memperbanyak perbendaharaan kosa kata.
Fahri : Oh iya..yaa
Simpurusiah : Kapan Tiba ?.
Fahri : Tadi malam setelah sempat delay 3 jam di Makassar. Eh.. kebetulan saya
ketemu temannya Simpurusiah yang dulu kita ketemu di rumah makan, dia
kirim salam, katanya salam dari Sangaji
Simpurusiah : Oh, iya dahulu kakak kelas.
Fahri : Sekarang, ia pindah kemari, ia buka usaha sambil kuliah di fakultas
hukum juga.
Simpurusiah : Oh, yaa....
Fahri : Kapan ada waktunya kita keluar makan makan sambil jalan jalan ?.
Simpurusiah : Maaf, sekarang jadwal aktivitas saya, sudah saya atur, karena
saya harus lebih banyak belajar dengan harapan mudah mudahan tahun depan
bisa selesai, disamping itu saya harus memperlancar betul bahasa Inggeris,
karena itu untuk keluar hanya pada malam minggu.
Fahri : Saya hargai Simpur punya program aktivitas yang begtu bermanfaat.
Simpurusiah : Kalau tidak mulai dari sekarang untuk memanage diri kapan
lagi.
Fahri : Kalau begitu, mulai saat ini juga saya juga akan memulai memanage
diri.
Simpurusiah : Saya kira seharusnya demikian. BERSAMBUNG.....

Episode 8
SANGEANG MENIKAH DENGAN MARDIANAH

Di Bandung, hubungan Sangeang dengan Mardianah semakin mesrah, apalagi


setelah Mardianah membeli mobil Toyota Yarish, membuat langkah kaki
keduanya semakin leluasa berjalan. Tanpa terasa keduanya tidak merasa kalau
hubungan mereka sudah berjalan dua tahun lebih. Sangeang tinggal menunggu
1 tahun lagi kuliahnya akan selesai. Sangeang sudah berpikir, kalau
hubungannya dengan Mardianah harus segera diakhiri dengan pernikahan,
Mardianah pun berpikir demikian, karena keduanya sadar, hanya ketakutan
kepada Tuhan sehingga sisa hubungan badan masih bisa dihindari, walaupun
maksiat lainnya ia telah lakukan, sehingga keduanya sangat sering sudah
hampir menuju kearah itu, tapi keduanya masih mampu menahan gejolak
gairah.
Suatu malam ketika mereka berdua di sebuah cafe di jalan Setiabudi, Fahri
berkata : barangkali sudah saatnya kita sekarang berpikir untuk meng-angkhiri
hubungan asmara kita, menuju ke hubungan suami isteri
Mardianah : Saya juga sudah berpikir demikian, sebelum kita melakukan
hubungan sebagai suami isteri, sebab sisa itu yang kita belum lakukan,
sementara dorongan gairah nafsu senantiasa mengajak kita untuk berlabuh dan
menjangkarkan dirimu pada diriku pada gelora kewaskitaan sejati.
Sangeang : Benar Mar, sebenarnya sering aku sudah tidak tahan lagi, tapi
akupun juga tidak mau menodai pernikahan kita dengan mendahului melakukan
perbuatan maksiat.
Mardianah : Akupun demikian, tapi kapan saat saat berbahagia itu akan tiba ?.
Sangeang : Lebih cepat lebih baik, dan karena Mar sudah janda dan saya juga
sudah duda, maka cukup kita kantor ke KUA saja, kita kawin dengan
memanggil saksi 1 orang dari wakil kelurga Mar, dan juga dari saya 1 orang.
Mardianah : Bagaimana kalau bulan depan ?.
Sangeang : Iya apalagi yang ditunggu.
Mardianah : Nanti saya minta tolong pada
mengurus segala sesuatunya.

teman saya di Cianjur, untuk

Sangeang : Baiklah kalau begitu, saya tunggu kabar secepatnya.

Mardianah : Kenapa tiba tiba ingin cepat cepat, padahal selama ini, saya lihat
Ngeang tenang tenang saja.
Sangeang ; Yang Mar, lihat diluarnya saja, Mar tidak melihat kalau kita habis
bertemu, semalaman saya terus membayangkanmu.
Mardianah : Saya kira hanya saya saja yang membayangkan.
Setelah agak larut malam keduanya pun meninggalkan cafe itu.
Dalam perjalanan pulang, Sangeang bernyanyi nyanyi berkata :
Tidak lama lagi akan tiba saatnya
diriku dan dirimu ini terjerat jadi suami isteri.
Tak lagi bercumbu dan bemain cinta, layaknya anak muda.
Karena kita kan segera tiba dalam gerbang akad Pernikahan.
Yang menyatukan hati dan jiwa kita kala akad sudah terucap.
Pernikahan kita akan membuka semua yang tadinya rahasia.
Semua akan terbuka terang benderang dimalam pertama.
Sangeang mengakhiri nyanyian kecilnya dengan tertawa Ha...haa....
Mardianah sambil mencubit paha Sangeang berkata : Begitulah kalau orang
sedang mabok bayangan .
Sangeang : Iya, bayangan itu selalu membuatkan aku demam, merinding dan
hanya Mar penawar obatnya.
Mardianah : Maaf Ngeang, sebenarnya saya juga sering dihantui rasa takut,
apakah perkawinan nantinya bisa bertahan terus hingga ajal memisahkan kita.
Sangeang : Percyalah, Tuhan akan selalu melindungi kita.
Mardianah : Yah mudah mudahan pernikahan kita, akan lebih mengajarkan
kita untuk lebih dekat kepada Tuhan. Karena hanya kehendaknyalah yang dapat
melanggengkan kita sebagai suami isteri.

Tidak lama kemudian sampailah di tempat kost Mardianah. Setelah Sangeang


memasukkan dalam pekarangan kost, iapun segera mengambil motornya
kembali ke tempat kostnya.
Tiga hari kemudian, Mardianah menelepon Sangeang bahwa, ia telah bicara
dengan temannya tentang rencana perkawinan : Ngeang, sudah saya telepon
teman saya di Cianjur tentang rencana perkawinan kita.
Sangeang : Terus bagaimana ?.
Mardianah : Dia tunggu kita,untuk membicarakan langsung dengan petugas
KUA disana tentang bgaimana kemauan kita..
Sangeang : Kapan kita kesana ?.
Mardianah : Baiknya, lusa karena kalau hari Jumat, takutnya nanti macet.
Sangeang : Coba dulu saya lihat kegiatan kuliah.
Mardianah : Pilih mana ?, mau lihat kegiatan kuliah, atau mau lihat
secepatnya yang rahasia bagimu selama ini ?.
Sangeang : Iya deh.
Hari Kamis pagi, terlihat Mardianah dan Sangeang meninggalkan Bandung
menuju Cianjur. Setelah sampai dirumah temannya di Cianjur, kemudian
mengajak temannya pergi menemui petugas KUA di kantornya. Setelah
mereka ketemu petugas KUA, kemudian Mardianah mengajak petugas KUA
tersebut terlebih dahulu pergi makan siang di restoran Ayam Jakarta dan
Mardianah berkata kepada petugas KUA : Pak saya mau mengajak dulu
makan Siang.
Petugas KUA : Boleh..
Mardianah : Sekaligus ditempat makan itu kita bicarakan seluruhnya tentang
rencana pernikahan kami.
Petugas KUA : Boleh.... boleh...

Tidak lama kemudian mereka telah tiba di restoran Ayam Jakarta


Sementara mereka menunggu hidangan makanan, Petugas KUA bertanya :
kalau boleh tanya siapa calon suaminya ?.
Mardianah : Perkenalkan pak ini namanya Sangeang, sambil menunjuk
Sangeang.
Petugas KUA : Oh, cukup gagah yah ?, masih muda lagi.
Mardianah : Jangan berkata begitu pak, memangnya saya ini sudah tua pak.
Petugas KUA : Tidak, maksud saya mau jujur, kalau adik ini memang lebih
muda, sementara neng, juga masih muda kelihatannya, apalagi cantik orangnya.
Mardianah : Bagaimana menurut pandangan bapak ? apa kami ini adalah
pasangan yang serasih ?
Petugas KUA : Yah sama dengan Dewi Shinta dan Sri Rama.
Mardianah : Bisa aja bapak.
Setelah mereka puas ngobrol, kemudian mereka terlibat pembicaraan persiapan
pernikahan mereka di kantor KUA Cianjur nantinya.
Selang beberapa saat, setelah semuanya selesai dibicarakan, Sangeang beserta
Mardianah kemudian meluncur kembali ke Bandung, namun sebelumnya ia
terlebih dahulu mengantar petugas KUA dan teman Mardianah masing masing
kerumahnya.
Dalam perjalanan pulang kembali Sangeang bernyanyi nyanyi kecil :
Pernikahan adalah kunci pembuka rantai
Antara yang tadinya haram menjadi halal
Antara tengggorokan haus dan pancaran air

Antara pohon dan lubang tanaman .


Antara buah ranum dan belaian tangan
Bagaikan hujan turun dari awan gelap
Jatuh mengembang ditengah semak belukar
Yang membuka kelopak bunga hingga merekah.
Yang mencurahkan stetes air kehidupan surgawi .
Ha...haaa.....
Mardianah : Sudah..sudah.....
Sangeang : Oke.. oke.....
Mardianah : Nanti kita makan dimana ?.
Sangeang ; Di Jalan Pasteur saja.
Sesudah keduanya makan di jalan Pasteur, mereka pulang ketempat masing
masing.
Tiga hari kemudian, Sangeang mendapat undangan perkawinan Henny. Ketika
Sangeang menerima undangan tersebut, terbayanglah kembali saat saat masih
menjalin kasih dengan Henny, utamanya ketika awal saling memadu janji di
bukit Dago. Yah apa boleh buat bukan jodoh desah Sangeang.
Setelah Fahri mendapat undangan, keesokan harinya habis kuliah, ia
mendatangi, Mardianah di tempat kostnya. Sesampainya di tempat Mardianah,
melihat pintu rumah aga terbuka, maka Fahri mengetuk pintu dan langsung
masuk, dilihatnya Mardianah sedang belajar santai diruang tamu.
Mardianah : Darimana saja baru datang ?.
Sangeang : Bukankah kita setiap hari berapa kali telepon. Dan selalu saya
katakan sedang sibuk mempersiapkan penyelesain terakhir masa belajar.
Mardianah : Cuma bercanda kok.
Sangeang : Coba lihat, kalau saya setiap kemari, Mar kan juga terganggu
belajar.

Mardianah : Bukan hanya belajar, pikiran saya juga bisa terganggu. Eh...
ngomong ngomong bagaimana kabar ?.
Sangeang : Kemarin saya mendapat undangan perkawinan Henny.
Mardianah : Kapan ?
Sangeang : Hari Minggu depan ini, di Hotel Panghegar.
Mardianah : Mau ajak saya kesana ?.
Sangeang : Iya dong...
Mardianah : Saya kira tidak.
Sangeang : Ah jangan begitu, selalu berburuk sangka.
Mardianah : He..hee...iya....iya.....
Minggu malam, Sangeang dan Mardianah berangkat untuk menghadiri pesta
perkawinan Henny. Nampak olehnya pesta perkawinan itu cukup meriah,
Sangeang dan Mardianah masuk kedalam dan langsung Sangeang terlebih
dahulu memberi ucapan selamat kepada
Ibu Neneng dan sekaligus
memperkenalkan Mardianah sebagi isterinya.
Ibu Neneng berkata : Kok kami tidak diundang waktu pernikahan ?
Sangeang : Kami kawin di kampung Bu.
Ibu Neneng : Oh, ya.
Kemudian Sangeang. Berjalan dibelakang Mardianah dan berjabat tangan
dengan pengantin. Ketika Sangeang berjabat tangan dengan Henny nampak
dimata Henny, masih ada sisa sisa kekecewaan, tapi ia masih paksakan bertanya
pada Sangeang : ini isterinya ya ?.

Sangeang : Iya.
Setelah selesai bersantap, keduanya pun pulang. Dalam perjalanan pulang
Mardianah berkata : Henny memang cantik ya ?.
Sangeang
dimataku.

: Iya... memang cantik, tapi sekarang Mar masih lebih cantik

Mardianah hanya bisa mencubit Sangeang sambil tersenyum.


Hari yang ditunggu tunggu Sangeang dan Mardianah telah tiba, keduanya pun
berangkat menuju Cianjur, sesampainya di Cianjur keduanya langsung ke Hotel
untuk memesan kamar 3 kamar masing masing Mardianah 1 kamar dan
Sangeang 1 kamar, sementara kamar satunya untuk paman Mardianah dan
sahabat Sangeang.
Keesokan hari keduanya serta saksi yang dibawa menuju kantor KUA. Setelah
mereka tiba kantor KUA, tidak lama datang teman Mardianah.
Setelah seluruh persiapan pernikahan sudah selesai, maka Sangeang dan
Mardianah di nikahkan. Setelah keduanya selesai menikah, mereka kembali ke
hotel.
Malamnya Sangeang sudah pindah kamar ke kamar Mardianah. Sebelum
mereka saling bercumbu, Sangeang masih sempat berkata :
Kisah kasih kita selama ini telah berakhir, sekarang saya hendak dituntun
menuju rumah idaman gunan memenuhi kehendak yang selama ini kita
dambakan.
Mardianah ; Kenapa saya musti menuntunmu, bukankah kita sebaiknya saling
menuntun
Sangeang : Bukankah Mar, lebih dahulu merasakan malam pertama, sementara
saya belum pernah merasakannya
Mardianah

Malam pertama adalah penyerahan total dari cinta, dimana sang ratu akan
tersungkur jatuh dalam dekapan sang pangeran.
Dalam dekapanmu terpancar cahaya yang terang membawa jiwa kita untuk
melihat yang selama ini menjadi rahasia.
Hingga hati hanya bisa merasa getaran dari nafsu di antara desah napas.
Dan hanya bisa mendengarkan gema-gema yang dipancarkan dari langit.
Membakar jiwa dan menyinari hati.
Sampai kita merasa bahwa hidup ini bagaikan mimpi.
Karena ialah yang mengajarkan kita tentang pengetahuan surgawi.
Sangeang berkata :
Sekarang duniamu dan duniaku telah bersatu.
Kini kitapun telah mendapat surat jalan.
Akan kemanakah kupacu. kudaku
Mardianah :
Pacu ia sampai ke Surga
Dengan menenggelamkan kejantananmu ke lembah yang dalam.
Yang akan membuatku hanya pasrah.
Setelah itu keduanya pun hanyut dalam perasaan masing masing.

Episode 9
FAHRI BERENCANA MEMINANG SIMPURUSIAH.

Tinggal beberapa bulan lagi Simpurusiah akan menyelesaikan studynya, dan


sebelum itu, Simpurusiah lulus test untuk mengikuti program S2 di Universitas
Utrech
Adapun Fahri yang telah mendengar bahwa Simpurusiah lulus test dalam
program S2 di Universitas Utrech Belanda yang diselenggarakan oleh sebuah
foundation dari Netherland. Fahri yang mendengar itu, ia tak bisa lagi menahan
luapan hatinya sehingga tiada henti hentinya mengagumi Simpurusia. Namun
disisi lain ia berpikir dalam hatinya, kalau begini jadinya, mestikah aku harus
menunggu hingga ia menyelesaikan S2 nya.
Tidaaak..... kata Fahri hampir berteriak, setelah ia tidak sadar. Maka iapun
bergegas untuk segera menemui Simpurusiah di asramanya.
Tidak lama kemudian, iapun berangkat ke asrama Simpurusiah. Sesampainya
disana didapatinya Simpurusiah sedang membaca buku. Dalam hati Fahri
berkata : Pantas kalau ia sukses dalam belajar karena buku buku tidak pernah
lepas dari tangannya.
Fahri : Assalamu Alaikum
Simpurusiah : Alaikum salam
Simpurusiah ; Silahkan duduk.
Fahri : Terima kasih, tapi sebelumnya saya ingin ucapkan selamat atas
lulusnya untuk mengikuti program S2 di Universitas Utrech.
Simpurusiah sambil menyambut jabat tangan Fahri berkata : Terima kasih, tapi
tahu darimana.
Fahri : Bukan lagi rahasia umum, bahwa satu satunya orang mahasiswa Unair
yang lulus dalam program S2 di Universitas Utrech.
Simpurusiah : Semua itu hanya atas kehendak Allah SWT.
Fahri : Kapan berangkat ?
Simpurusiah : Iyah ..tentunya setelah studiku selesai.
Fahri : Apa masih sempat di Wisuda ?

Simpurusiah : Tergantung nanti, kalau tidak sempat, yah.. nanti pulangnya.


Fahri : Kira kira berapa lama disana ?.
Simpurusiah : Yah..tergantung disana, tapi kalau saya mudah mudahan 2 tahun
lebih sudah selesai..
Fahri : Maaf, sebenarnya kedatanganku kemari, untuk memberikan ucapan
selamat disamping itu untuk menegaskan kembali hubungan kita kedepan,
karena Simpur akan berangkat ke luar negeri.
Simpurusiah ; Saya kira hubungan kita tidak ada yang berubah.
Fahri : Terus terang, saya ingin melamarmu dan menikahimu sebelum
berangkat ke negeri Belanda.
Simpurusiah, nampak terkejut mendengar pernyataan Fahri, kemudian ia
tertunduk diam.
Fahri ; Maaf, sebenarnya selama ini, akulah sebenarnya yang sudah masuk
dalam cengkeramanmu, walau engkau sakiti aku hingga berdarah darah, tidak
akan aku perduli.
Simprusiah mendengar itu semakin luluh hatinya dan matanya berkaca kaca,
sehingga dengan sadar ia menggukkan kepalanya kalau ia setuju Fahri
melamarnya.
Fahri yang melihat anggukan yang diiringi linangan air mata tanda setuju dari
Simpurusia, dengan luapan emosi tanpa sadar ia melompat dan memeluk
Simpurusiah, dan Simpurusiah pun membiarkan Fahri memeluknya sejenak.
Simpurusiah : Maaf, walaupun aku setuju tapi saya harus terlebih dahulu
memohon restu orang tua. Dan apapun jawabannya saya harus tunduk
menerimanya.

Fahri : Maaf, mohon kalau bisa telepon orang tua untuk menyampaikan hal ini,
agar aku merasa tidak ditindis oleh perasaan keraguan.

Simpurusiah berpikir sejenak kemudian ia berkata : Karena ini adalah


menyangkut adat istiadat kita, hal ini tidak mungkin saya lakukan.
Fahri : Jadi apa yang harus kita lakukan ?.
Simpurusiah : Saya harus datang sendiri untuk sembah sujud dihadapannya
memohon restu, dan kembali lagi, apapun keputusannya aku harus taat
menerimanya.
Fahri : Kapan Simpur ada waktu kesana, kalau perlu saya temani.
Simpurusiah : Mohon maaf, saya harus lihat dulu jadwal pelajaran.
Fahri : Terima kasih, saya tunggu beritanya. Kemudian Fahri lamjut berkata :
Yakinlah Simpur, saya akan bersumpah dihadapan Allah SWT, bahwa bilamana
dikemudian hari aku sampai menyakiti hatimu, maka aku bersedia menerima
kutukan darinya.
Adapun Fahri setelah meninggalkan Simpurusiah dalam perjalanan pulang ke
rumahnya ia merasakan betul perasaan dan kebahagiaan yang belum pernah ia
rasakan selama hidupnya, hingga tidak menunggu waktu lagi ia pun menelepon
orang tuanya, kalau Simpurusiah telah bersedia menjadi calon isterinya.
Orang tua Fahri mendengar itu, sungguh gembira dan bahagia, utamanya ibunya
sehingga luapan kegembiraannya berkata kepada Fahri : Kapan nak saya
berangkat untuk pergi melamar di Pare Pare ?
Fahri menjawab : Tunggu dulu ibu, karena Simpurusiah harus kembali terlebih
dahulu ke Pare Pare untuk mohon restu.
Ibu Fahri : Kalau begitu nak, segera berangkatkan dia.
Fahri : Iya ibu.
Setelah Fahri sampai dirumahnya, kemudian ia menelepon kembali
Simpurusiah bahwa : nanti malam ia akan menjemputnya makan malam,
sebagai tanda rasa syukur atas lulusnya Simpurusiah mengikuti program S2 di
Belanda

Selesai shalat Magrib, Fahri, sudah meluncur pergi menjemput Simpurusiah di


asramanya. Adapun Simpurusiah memang sudah siap menanti kedatangan Fahri.
Tidak lama kemudian nampaklah keduanya meninggalkan asrama putri menuju
tempat makan.
Setelah keduanya sedang asyik makan, tiba tiba Fahri berkata : Tadi saya sudah
telepon orang tua saya menyampaikan hal yang kita bicarakan tadi.
Simpurusiah : Apa katanya ?.
Fahri : Sejak aku sampaikan bahwa saya telah memiliki calon isteri, dan melihat
fotomu, keduanya langsung sangat mendukung.
Simpurusiah mendengar itu hanya senyum tersipuh.
Kemudian Fahri berkata : Mohon maaf, jangan tersinggung kalau saya boleh
usul ?.
Simpurusiah : Apa itu ?
Fahri : Untuk tidak mengganggu kuliahmu, Bagaimana kalau beliau kita
datangkan saja kemari ?.
Simpurusiah setelah bepikir sejenak, iapun berkata : Bagus juga.
Fahri : Terima kasih, sambil menggapai tangan Simpurusiah kemudian
diciumnya.
Simpurusiah Hanya senyum senyum saja melihat tingkah laku Fahri.
Sekembalinya Simpurusiah di asramanya, besoknya ia menelepon ibunya,
terdengar suara ibunya dari jauh berkata : Ada apa nak ?
Simpurusiah : Mohon maaf ibu, saya berniat membawa ibu dan Ayah ke
Surabaya, bila ibu dan ayah berkenan.
Ibu Simpurusiah : Malu rasanya mendengar nak, dari mana kami dapat uang ?.
Simpurusiah : Ibu jangan pikir itu, yang penting ibu dan ayah berkenan.
Ibu Simpurusiah ; Kapan nak ?.

Simpurusiah : kalau bisa Jumat pagi ibu.


Ibu Simpurusiah : Kenapa terburu buru nak.
Simpurusiah ; Masih adakah urusan ibu ?
Ibu Simpurusiah ; Tidak ada juga nak, tapi sepertinya semua terburu buru. Tapi
tidak apa apa.
Simpurusiah : Besok saya kirimkan ticket.
Kemudian Simpurusah menelepon Fahri dan berkata : Kak, saya sudah telepon
ibu, agar berkenan datang ke Surabaya, dan ibu telah bersedia, karena itu tolong
siapkan ticket.
Fahri : Dengan rasa senang sekali. Tanpa menunggu waktu Fahri segera pergi
ke travel untuk memesan ticket pesawat. Setelah selesai membeli ticket,
kemudian ia pergi mengantarkan ke Simpurusiah, dan sesampainya di asrama
langsung Fahri menemui Simpurusiah, dan menyerahkan kode booking ticket
serta dana buat ongkos dijalan.
Pada hari Jumat pagi, Fahri pun berkemas kemas untuk pergi menjemput calon
mertuanya di Bandara, namun sebelumnya terlebih dahulu menjemput
Simpurusiah.
Sesampainya di Bandara, keduanya menunggu, dan selang beberapa jam
nampaklah orang tua Simpurusiah berjalan menuju pintu keluar, begitu sampai
diluar, Simpurusiah langsung memeluk kedua orang tuanya melepas
kerinduannya selama ini.
Adapun Fahri setelah melihat keadaan sudah tenang, kemudian iapun menjabat
tangan calon mertuanya sambil cium tangan, kemudian mengajak Simpurusiah
dan calon mertuanya masuk dulu di sebuah cafe untuk istirahat sambil makan
minum.
Tidak lama kemudian mereka meninggalkan Bandara, dalam perjalanan kembali
ke kota Surabaya, ayah Simpurusiah yang duduk di depan bersama Fahri, hanya
diam terus, sementara Simpurusiah tidak henti hentinya bicara dengan ibunya.

Sesampainya di Surabaya, Fahri langsung ke sebuah hotel, untuk tempat


menginap calon mertuanya. Setelah seluruhnya selesai kemudian Fahri mohon
diri sambil berkata kepada Simpurusiah, kalau nanti mau pulang telepon saja,
nanti saya jemput.
Malamnya setelah Simpurusiah melihat orang tuanya sudah tenang, iapun
berkata kepada ayyah dan ibunya : Ayah,.! Ibu..! sebenarnya ada yang sangat
penting yang ingin saya sampaikan.
Ibu Simpurusiah : Apa nak ?
Simpurusiah ; Sebenarnya, laki laki yang saya temani tadi itu, berhasrat
meminang saya ibu.
Ibu Simpurusiah : Siapa namanya ?.Apakah kamu sudah tahu lebih jauh
tentang sifat sifatnya ?
Simpurusiah : Namanya Fahri bu..! Sudah tahu lebih jauh ibu, kami sudah
saling mengenal lebih dari 2 tahun.
Ibu Simpurusiah : Bukan apa nak, saya lihat laki laki adalah dari keluarga
orang kaya,
jangan sampai karena kekayaannnya
lantas seenaknya
memperlakukan kita. Apalagi kamu kan tahu nak, kalau kita ini dari keluarga
yang cukup prihatin, dan kita hanya memiliki sedikit SIRI (rasa harga diri
yang tinggi) kalau Siri kita itu jangan sampai ternoda mau dikemanakan muka
ini nak.
Simpurusiah : Jangan khawatir ibu, tidak mungkin saya bawakan orang yang
tidak mau menghormati kita ibu.
Ayah Simpurusiah : Begini saja nak, kalau anak sudah pertimbangkan masak
masak, kami ini orang tua hanya ikut saja apa keinginanmu.
Simpurusiah : Iya ayah, anakmu insya Allah tidak akan mengecewakanmu.
Ibu Simpurusiah : Iya saya dan ayahmu setuju saja. Dan cuma itukah yang
anakda mau sampaikan pada kami ?.
Simpurusiah : Iya ibu, soalnya, sebagaiman saya sampaikan tempo hari,bahwa
anakda tinggal beberpa bulan lagi, anakda akan berangkat ke negeri Belanda

untuk mengambil S2 saya, sehingga Fahri takut menunggu terlalu lama maka ia
ingin ia percepat semuanya, baik juga kan bu..?.
Ibu Simpurusiah : Iya nak baik juga. Karena itu mudah mudahan semua berjalan
dengan lancar, apalagi kalau melihat, apa yang ayah dan ibumu dengar hari ini,
betul betul membuat ayah dan ibumu sangat bahagia. Mudah mudahan Allah
SWT, selalu membimbing kita kejalan yang benar. Disamping itu, pengalaman
naik pesawat dan tidur di hotel untuk kedua kalinya kami mengalaminya,
setelah sepuluh tahun lebih ketika kami menunaikan ibadah Haji.
Simpurusiah : Anakda kira doa Ibu da ayah ketika di Mekkah sehingga anakda
bisa meraih ini semua.
Ibu Simpurusiah : Iya nak, karena sesungguhnya Allah maha mengetahui segala
sesuatunya.
Kurang lebih jam 11 malam, Fahri datang menjemput Simpurusiah di hotel dan
mengantarnya kembali ke asrama.
Dalam perjalanan Fahri dengan perasaan was was bertanya : Bagaimana
tanggapan ayah dan Ibu.
Simpurusiah : Syukur Alhamdulillah, mereka bisa menerima dengan baik.
Fahri : Alhamdulillah, ya Allah aku bersyukur padamu.
Selepas mengantar Simpurusiah karena kegembiraannya, Fahri tidak mengenal
waktu lagi, ia langsung telepon orang tuanya di Jayapura
Ayah Fahri : Ada apa nak telepon tengah malam?
Fahri : Orang tua Simpurusiah sudah setuju ayah.
Ayah Fahri : Oh..syukur nak.
Ibu Fahri mendengar percakapan itu langsung merebut HP ditangan suaminya
dan langsung berkata : Jadi kapan bisa kita datang melamar ?
Fahri : Nanti saya beritakan Ibu.
Ibu Fahri : Usahakan secepatnya.

Fahri : Iya ibu..!


Keesokan harinya Fahri datang menjemput Simpurusiah untuk dibawa ketemu
orang tuanya di hotel. Dalam perjalanan ke hotel Fahri berkata : Simpur...!
dalam kesempatan berbahagia ini, saya berniat membawa ayah dan ibu jalan
jalan ke Tretes, dan menginap, besok siang dari sana kita langsung ke Bandara.
Simpurusia : Berat rasanya, kakak sudah banyak berkorban.
Fahri : Tidak ada artinya semua itu, dibandingkan dengan kebahagian yang kau
berikan kepada kami sekeluarga. Terutama kedua orang tuaku, bahkan kedua
orang tuaku berpesan sama saya : Bahwa itu menyangkut kebahagiaan dan
kegembiraan adik Simpur, jangan pernah engkau batasi, selama kita masih
mampu.
Simpurusiah : Sebegitu tinggikah perhargaan ayah dan ibumu padaku?.
Fahri : Lebih dari itu.
Simpurusiah hanya bisa tertunduk terharu.
Fahri : Bagaimana tadi usulku ?.
Simpurusiah : Mendengar tadi apa yang kak katakan, sekarang saya menurut
saja. Dan dalam hati Simpurusiah berkata : Terkabul juga doaku untuk
membawa kedua orang tuaku jalan jalan ke Tretes.
Setelah selesai kedua orang tua Simpurusiah makan pagi di Hotel, maka Fahri
mendatangi Resepsionis untuk memberitahu kalau hari itu kedua orang tua
Simpurusia chcek out.
Tidak lama kemudian Fahri dan Simpurusia serta kedua orang tua Simpurusiah
meluncur menuju Tretes.
Belum tengah hari mereka sudah sampai di Tretes, Fahri langsung ke sebuah
hotel dan memesan 3 kamar, namu oleh Simpurusiah menolaknya karena ia
ingin bertiga dengan orang tuanya tidur dalam satu kamar.
Setelah makan Siang keempat orang itu pergi melihat tempat rekreasi, dan
setelah mereka puas, keempatnya pun kembali ke hotel untuk istirahat.

Malam harinya Simpurusiah hampir tidak pernah tidur karena berceritera terus
dengan ibunya, sementara ayahnya sudah tidur.
Keesokan harinya, Fahri dan Simpurusiah serta orang tua Simpurusiah pun
meninggalkan Tretes menuju Bandara Surabaya.

Episode 10
SANGAJI KETEMU HARTATI

Pada suatu hari Sangaji mendatangi asrama Simpurusiah, setelah bertanya


dimana kamar Simpurusiah, akhirnya ia temukan, dan kebetulan Simpurusiah
ada ditempat. Setelah keduanya ketemu, Simpurusiah pun mempersilahkan
Sangaji ke ruang tamu.
Setelah keduanya duduk di ruang tamu Simpurusiah bertanya : Barangkali ada
keperluannya ?
Sangaji : Iya, ..! Saya ingin mengundang Simpur dan kalau bisa dengan
beberapa temannya untuk menghadiri acara syukuran saya, setelah berhasil
menyelesaikan study saya.
Simpurusiah : Syukur..! eh selamat sambil menjabat tangan Sangaji,
Sangaji : Terima kasih.
Tidak lama kemudian datang Fahri, dilihatnya Sangaji sedang bicara dengan
Simpurusiah, kemudian ia langsung mendekat dengan mengucapkan Salam.
Kemudian dijawab oleh Simpurusiah dan Sangaji, kemudian Fahri bertanya :
Apa kabar kawan ?.
Sangaji : Kabar baik.
Simpurusiah : Sangaji ini datang untuk mengundang kita dan beberapa teman
untuk menghadiri acara syukuran atas selesainya studi S1 nya.
Fahri : Insya Allah kami akan hadir.
Setelah selesai ngobrol ngobrol, maka Sangaji pun minta diri untuk pulang.
Sepeninggal Sangaji, Fahri berkata : Dia orang muda yang hebat.
Simpurusiah : Kenapa bisa tahu ?
Fahri : Saya kan beritahu bahwa waktu saya kembali dari Papua, saya satu
pesawat dengan dia. Dia berceritera kalau ia buka usaha di sini sambil kuliah.
Pada hari acara syukuran Sangaji, Fahri dengan disertai teman lelakinya
datang menjemput Simpurusiah dengan 2 wanita temannya.

Tidak lama kemudian sampailah Fahri dan rombongannya di tempat Sangaji.


Setelah acara baca doa sudah selesai, kemudian dilanjutkan dengan makan
siang. Fahri berkata kepada Sangaji : Ini tandanya kalau sahabat kita Sangaji
kalu ia pengusaha hasil laut, coba lihat udang begitu banyak dan ikan ikan
segar.
Sangaji : Bisa aja ini Fahri.
Tidak lama kemudian Sangaji bergeser ketempat Simpurusiah dan Fahri duduk,
kemudian ia bertanya dengan berbisik kepada Simpurusiah : Maaf, kalau yang
pakai baju biru itu sahabatnya ya..
Simpurusiah : Memangnya kenapa ?.
Sangaji : Saya suka melihatnya.
Simpurusiah : Ingin berkenalan ?
Sangaji : Kalau bisa.
Simpurusiah ; Datang saja kalau hari Sabtu sore di asrama.
Sangaji : Terima kasih.
Fahri yang mendengar perkapan berdua itu, hanya bisa senyum senyum saja.
Sabtu sore Sangaji sudah bersiap siap ke asrama putri, namun sebelumnya ia
menelepon Simpurusia kalau ia sudah mau datang.
Simpurusiah : Datanglah, saya juga sudah sampaikan sama sidianya kalau ada
orang mau berkenalan.
Sangaji : Jawabnya apa ?.
Simpurusiah : Ia bersedia menerima kedatanganmu.
Sangaji : Terima kasih, segera saya kesana.
Simpurusiah : Ditunggu.

Selang beberapa saat, Sangaji sudah tiba di asrama, kemudian Simpurusiah


mempersilhkannya duduk, kemudian ia pergi memanggil Hartati. Tidak lama
kemudian Hartati datang ditemani Simpurusiah. Kemudian Sangaji berdiri
memperkenalkan diri : Sangaji
Hartati : Hartati..!
Hartati : Silahkan duduk..
Sangaji : Terima kasih.
Simpurusiah : Maaf ya.. saya tinggal dulu, mau ganti pakaian dulu.
Hartati ; Jangan lama yah..
Sangaji ; Maaf ya, kalau saya kala kedatanganku ini mengganggu
Hartati : Tidak kok. Sambil memandang Sangaji dalam hatinya berkata : Cukup
gagah juga orng ini, neces lagi.
Sangaji : Terima kasih.
Hartati : Sudah berapa lama di Surabaya ?.
Sangaji : Sudah lebih 2 tahun
Hartati : Kenapa selama itu, tidak pernah datang kemari, padahal saya dengar
dari Simpurusiah, kalau Sangaji ini dulu kakak kelasnya.
Sangaji : Saya boleh dikatakan tidak ada waktu, karena harus mensukseskan
usaha, juga studi, dan Alhamdulillah, usaha sudah berjalan baik, studi pun sudah
selesai. Jadi sekarang waktu saya sudah longgar.
Hartati : Setelah selesai studi, rencana selanjutnya ?
Sangaji : Ingin menjadi pengacara disamping sebagai pengusaha.
Belum Hartati menyambung pembicaraannya, datanglah Simpurusiah ikut
nimbrung, Simpurusiah : Ngomong ngomong, kalau tidak salah dulu kan Tati
pernah bilang kalau berniat membuka warung makan di Tretes ?

Hartati : Iya, tapi sekarang kan masih kuliah, nanti kalau sudah selesai, dan ada
modal baru saya akan buka.
Simpurusiah ; Kalau nanti mau buka warung makan sea food, saya kira
mungkin sahabat kita ini Sangaji bisa supply ikan dan udang laut.
Sangaji : Semua tidak menutup kemungkinan, karena yang namanya bisnis,
tergantung dari kemauan yang keras.
Tidak berapa lama Fahri pun datang, kemudian ia ikut duduk, sambil
mendengarkan percakapan mereka. Namun tidak lama kemudian Fahri minta
diri, kalau ia mau keluar bersama Simpurusiah.
Sangaji : Silahkan...!
Simpurusiah : Maaf yah... kita tinggal dulu, dan silahkan dilanjut.
Sepeninggal Fahri dan Simpurusia, kemudian Sangaji dan Hartati melanjutkan
perkenalan itu.
Sangaji : Maaf kalau saya katakan bahwa :
Alangkah indahnya kehidupan ini, apabila kita mampu mengusik kesepian.
Dengan meng-akrabkan hati kita dengan hati manusai lainya.
Karena setiap hati akan selalu mendambakan hati yang lain.
Hati yang bisa diajak untuk bersama-sama mereguk madu kehidupan.
Dan menikmati kedamaian, sekaligus melupakan penderitaan hidup.
Hartati :
Maaf sahabatku, benar yang kau katakan.
Tapi jika orang itu dapat memahami dirinya.
Maka dia akan dapat memahami semua orang.
Jiwa yang penuh harap akan menemukan jawaban.
Saat jiwa itu memancarkan warna yang serupa
Yang akan membuat terang, sisi gelapnya.
Sangaji :

Menurutku, wahai sahabatku.


Wanita yang akan menuntut keutuhan hidup.
Maka ia harus menerima hadirnya jiwa seorang pria.
Sekalipun pria itu merasa bodoh dihadapannya
Sekalipun ia bodoh, tapi jiwanya lahir dari ketulusan.
Dan sebuah kesabaran yang menanti datangnya jawaban.
Hartati :
Setiap orang pasti teringat akan sebuah kegagalan
Dan mencoba akan memberi jawaban namun masih sulit.
Karena harus terlebih dahulu mengubah perasaan hatinya.
Untuk manggapai kembali rasa percaya dirinya
Menangkap kembali hari-hari yang masih asing ini.
Dan biarkan dulu waktu yang akan menjawabnya.
Bukankah segala sesuatunya diawali dengan pengenalan.
Sangaji :
Kesabaran hati akan membuahkan kesucian hidup.
Penantian akan memberikan harum pada sekuntum bunga.
Dan keindahan mencipta dalam kalbu, yang disebut kasih.
Yang akan menyinari tubuh menunggu datangnya rembulan.
Hartati :
Mudah mudahan seiring datangnya rembulan.
kau dan aku sudah dapat berjalan bersama.
Bergandengan tangan dalam keindahan dunia ini.
Tanpa harus diketahui oleh orang lain.
Dan dimana kita berdua menengadahkan tangan.
Untuk menerima datangnya kehidupan baru.

Sangaji : Terima kasih atas sambutannya malam ini, dan kalau tidak keberatan
saya akan selalu datang untuk menunggu jawaban itu.
Hartati : Pintu selalu terbuka bagi orang yang selalu berniat baik tanpa kecuali.
Hari hari selanjutnya Sangaji dan Hartati semakin intim..

Episode 11
ORANG TUA FAHRI MELAMAR SIMPURUSIAH

Begitu Fahri selesai mengantar Orang tua Simpurusiah, dan juga selesai
mengantar
Simpurusiah di tempat kostnya, dalam perjalanan pulang
kerumahnya, ia singgah di pinggir jalan untuk menelepon orang tuanya.
Ibu Fahri : Apa kabar nak?.
Fahri : Kapan ada waktu ayah ibu pergi melamar Simpurusiah
Ibu Fahri : Kira kira 5 hari lagi.
Fahri : Apa lagi yang ibu tunggu ?.
Ibu Fahri : Itu ruko sudah laku 2 petak, tapi 3 hari lagi, pembelinya akan
melunasinya.
Fahri : Apa ibu sudah tidak ada uang sampai harus menunggu pembayaran.
Ibu Fahri : Tidak nak, tapi, ada rencana ibu yang lain yang anakda belum bisa
tahu.
Fahri : Baik kalau begitu bu..!
Lima hari kemudian kedua orang tua Fahri, sedang menuju Bandara untuk
selanjutnya ke Makassar. Namun sebelumnya Simpurusiah telah menyampaikan
orang tuanya kalau orang tua Fahri akan berangkat menuju pare Pare guna
melamarnya.
Setelah kedua orang tua Fahri tiba di Makasar, ia menginap dahulu di
Makassar, keesokan harinya baru berangkat ke Pare Pare.
Adapun orang tua Simpurusiah dan beberapa keluarga, sudah siap dengan
kedatangan orang tua Fahri.
Keesokan harinya setelah orang tua Fahri tiba di Pare Pare, ia pun mendatangi
rumah orang tua Simpurusiah untuk melamar dengan membawa cincin berlian
sebagai tanda ikatan.
Setelah lamaran selesai ibu Fahri menelepon Fahri :
Ibu Fahri : Fahri,...! Ibu tidak pulang dulu ke Jayapura nak.

Fahri : Kenapa ibu ?.


Ibu Fahri : Saya mau kesana dulu untuk melihat langsung calon menantuku.
Disamping untuk melakukan persiapan perkawinanmu nanti.
Fahri : Saya tunggu ibu.
Besoknya Fahri mendatangi Simurusiah untuk memberitakan bahwa besok
kedua orang tuanya mau datang.
Fahri : Simpur, kedua orang tuaku mau datang besok.
Simpurusiah : Dalam rangka apa ya ?.
Fahri : Dalam rangka meninjau dan melakukan persiapan pernikahan kita
nanti. Seakaligus ingin melihat langsung dan berkenalan dengan calon
menantunya.
Simpurusiah ; Maaf kak, saya tidak bisa menemani kakak, karena ada ujian
saya besok.
Fahri : Tidak ada masalah, ujian lebih penting.
Simpurusiah : Terima kasih atas pengertiannya.
Keesokan harinya Fahri sendirian pergi menjemput ibunya di Bandara. Ketika
kedua orang tuanya tiba dan ketemu Fahri langsung ibunya berkata : Mana
calon isterimu ?.
Fahri : Berhalangan ikut ibu, karena hari ada ujiannya.
Ibu Fahri : Jadi kapan saya bisa ketemu ?.
Fahri : Sebaiknya nanti malam ibu ?. kita ajak dia makan malam.
Ibu Fahri : Baiklah nak. Kalau begitu. kemudian Fahri mengantar kedua orang
tuanya ke Hotel tempat menginap.
Sorenya setelah Fahri memperkirakan Simpurusiah sudah ujian, iapun
menelepon Simuprusiah : Halo Simpur..!

Simpurusiah : Iya kak.


Fahri : Nanti habis shalat Magrib saya jemput, untuk ketemu orang tua saya,
sekaligus kita makan malam.
Simpurusiah : Iya kak.
Selesai shalat Magrib, Fahri langsung meluncur untuk menjemput Simpurusiah
di asramanya.
Tidak lama kemudian nampak Fahri keluar dari asrama menuju hotel.
Sesampainya di hotel, Simpurusiah berkata : Saya tunggu saja di lobby.
Kemudian Fahri naik menjemput kedua orang tuanya. Ibunya bertanya : Mana
calon isterimu kenapa tidak dibawa ?
Fahri : Ada dibawah sedang menunggu.
Ketiganya pun turun ke lobby, begitu ibu Fahri melihat Simpurusiah, iapun
bergegas menghampirinya. Begitu dekat langsung berkata : Nak Simpur ya...?.
Simpurusiah : Iya.. bu sambil ia jabat tangan dan mencium tangan ibu Fahri
Ibu fahri melihat itu iya langsung memeluk Simpurusiah sambil berkata
waduh,.. saya lihat ini calon menantuku lebih cantik dari fotonya. Dan
Simpurusiah hanya senyum kemalu maluan.
Tidak lama kemudian mereka pergi makan malam. Waktu makan malam, ibu
Fahri tidak henti hentinya memandang Simpurusiah, sehingga nampak
Simpurusiah salah tingkah. Selesai makan Fahri pun mengantar orang tuanya ke
hotel, kemudian mengantar Simpurusiah di asramanya. Dalam perjalanan ke
asrama Fahri berkata : Besok pagi saya jemput ya..
Simpurusiah : Ada acara kak.
Fahri : Ibu tadi membisiki saya, kalau ia mau bawa jalan jalan.
Simpurusiah : Iya deh kak.

Keesokan harinya, kebetulan hari Minggu, pagi pagi sekali Fahri sudah pergi
menjemput Simpurusiah, karena rencana pagi itu, Fahri ingin mengajak
Simpurusiah berenang di hotel tempat kedua orang tuanya menginap.
Setelah keduanya tiba di hotel, Fahri langsung naik keatas sampaikan ibunya,
bahwa ia mau berenang dulu dengan Simpurusiah, supaya ibunya nanti
menunggu saja di ruang makan.
Fahri kemudaian turun, dan langsung menggamit tangan Simpurusiah,
mengajaknya ke kolam renang. Sesampainya di pinggir kolam masing masing
langsung ke kamar ganti. Adapun Fahri sudah selesai lebih dahulu, ia menunggu
sambil jantungnya berdebar debar menanti Simpurusiah keluar, karena
terbayang lagi oleh tubuh Simpurusiah yang putih dan mulus itu, yang sudah
agak lama tidak dilihatnya.
Tidak lama kemudian Simpurusiah keluar dan langsung terjun ke kolam renang.
Setelah Simpurusiah puas berenang, ia pun segera naik dan ganti pakaian.
Setelah itu keduanya berjalan menuju ruang makan untuk sarapan pagi.
Selesai sarapan pagi, mereka keluar dan terus
Sesampainya di Tunjungan, kemudian ibu Fahri
membelikan Simpurusiah gelang berlian, namun
ibu Fahri sempat berkata kepada Simpurusiah :
kau tidak menolak apa yang saya belikan.

pergi menuju ke Tunjungan.


menuju toko Jewellery, untuk
sebelum masuk di Tunjungan,
Nak berjanjilah padaku kalau

Simpurusiah hanya memandang mata ibu Fahri dengan menganggukkan kepala.


Setelah puas memilih kalung berlian, merekapun keluar meninggalkan toko
Jewellery menuju tempat penjualan tas bermerk. Adapun Simpurusiah yang
baru pertama kalinya melihat harga barang barang itu, ia terkaget kaget melihat
harganya.
Setelah mereka puas keliling keliling, kemudian mereka menuju tempat makan
untuk makan Siang. Waktu makan siang, Fahri sempat berbisik kalau ia mau
belikan Laptop Apple sekaligus iphone nya. Setelah selesai makan siang,
mereka menuju tempat penjualan Lap top dan iphone. Adapun Simpurusiah
melihat semua itu, dalam hatinya berkata ; Sepertinya saya bermimpi, kok hidup

saya begitu cepat berubah, tapi itulah kalau Allah SWT berkehendak, tidak ada
sesuatu yang sulit.
Setelah selesai belanja, mereka pun pulang ke hotel. Sesampainya di hotel ibu
Fahri mengajak Simpurusiah menginap, karena ia ingin sekali tidur bersamanya,
tapi Simpurusiah berkata : Maaf Ibu, kalau ini terpaksa saya tolak, karena saya
harus belajar ibu.
Ibu Fahri tidak bisa berkutik mendengar alasan Simpurusiah. Akhirnya Fahri
mengantar Simpurusiah kembali ke asramanya.
Besoknya Fahri dan kedua orang tuanya berunding tentang rencana pernikahan,
akhirnya diputuskan bahwa akad nikah dan pesta pernikahan dilaksanakan di
hotel Shangrilla. Selesai mereka berunding, kemudian ibu Fahri berkata kepada
Fahri : Kita jemput dulu Simpurusiah.
Fahri : Maaf ibu, hari Senin sampai hari Sabtu siang tidak bisa diganggu,
karena ia belajar.
Ibu Fahri : yah nanti malam saja itupun paling lambat jam 10 sudah harus
diantar pulang.
Ibu Fahri : Sampaikan sama dia, tidak usah terlalu rajin belajar. Toh juga tidak
lama menikah.
Fahri : mohon ibu, jangan sekalii kali singgung kuliahnya, bisa bisa ia marah
dan semuanya jadi sia sia.
Ibu Fahri : Tapi aku sanggup memenuhi seluruh kebutuhannya.
Fahri : Mohon sekali lagi ibu jangan singgung masalah kekayaan dimukanya,
karena ia tidak suka, karena persoalan saya saj ingin membelikan ticket untuk
pulang ke Pare Pare, ia sangat tersinggung sampai sampai hubungan kami
hampir putus. Apalagi ia sudah berjanji dalam dirinya akan membahagiakan
orang tuanya dengan hasil kerjanya sendiri.
Ibu Fahri : Begitukah ?.
Fahri : Iya bu..! beruntunglah ibu mendapatkan calon menantu yang sangat
cantik bukan mata duitan, coba kalau dia mata duitan bisa bisa kita bangkrut.

Episode 11
FAHRI DAN SIMPURUSIAH MENIKAH

Saat pernikahan Fahri dan Simpurusiah, sudah dekat, 10 hari sebelumnya, ibu
Fahri, kemudian disusul ayah, adik, serta beberapa keluarga menyusul 3 hari
menjelang pernikahan, begitupula kedua orang tua, adik Simpurusiah serta juga
2-3 orang keluarganya.
Ibu Fahri mengambil sebuah room yang sedang di hotel Shangrilla untuk acara
akad nikah dan resepsi perkawinan.
Acara pernikahan yang akan digelar esoknya, nampak Simpurusiah dan Fahri
memasuki hotel, dimana sebelumnya kedua orang tua dan adik Fahri sudah
menginap di hotel, begitupula kedua orang tua dan adik Simpurusiah juga
sebelumnya sudah menginap di hotel, sementara keluarga yang datang
ditempatkan di hotel lain. Ramai sudah pertemuan 2 keluarga di hotel.
Esoknya para undangan telah mulai bedatangan memasuki di ruangan,
sementara sudah nampak Fahri dengan pakaian adat Bugis sudah duduk di meja
tempat dilangsungkannya akad pernikahan.
Setelah persiapan akad sudah selesai, maka petugas KUA mempersilahkan
orang tua Simurusiah mengawinkan anaknya.
Selesai akad nikah nampaklah Simpurusiah memasuki ruangan dengan pakaian
adat Bugis, semua yang hadir disitu terkesimah memandang kecantikan
Simpurusiah. Menjelang jam 13.00 acara pernikahan sudah selesai, setelah
semua undangan bersantap.
Setelah acara pernikahan selesai, nampak Fahri dan Simpurusiah memasuki
kamar yang sudah dihiasi, untuk ganti pakaian. Fahri yang melihat ganti
pakaian, sudah tidak tahan lagi untuk memeluk isterinya. Setelah keduanya
selesai ganti pakaian, keduanyapun kembali keruangan tempat berlangsungnya
acara pernikahan, dimana disana sudah menunggu semua keluarga untuk
melakukan acara silaturahmi.
Setelah selesai Fahri dan Simpurusiah masuk kamar.
Ketika sudah kamar Fahri berkata :
Hari yang kunantikan sudah tiba,
Pernikahan adalah sarana untuk menyatukan dua jiwa.

Dia memancarkan jiwa kita, dari bisikkan hati kita


Tidak ada yang lebih sakral ketika akad diucapkan mulut.
Pernikahan adalah satu-satunya simbol kebebasan di dunia,
Yang akan membawa hati kita menyongsong fajar kemenangan.
Simpurusiah yang sudah memakai gaun tidur yang tipis berkata :
Apa yang kita akan lakukan adalah warisan Adam dan Hawa.
Karena ku tahu tidak lama serangan malam kan datang.
Benteng pertahananku aka diluluh lantakkan
Yang selama ini belum pernah dibayangkan olehku
Pernikahan adalah hidangan dari pengantin perempuan
Karena itu Masuklah ke ladang dan kebunmu, dan kau akan mengerti.
Akan kesenangan bagi lebah untuk menghisap madu bunga.
Juga kesenangan bagi bunga untuk menyerahkan madunya. .
Bagi sang lebah, sekuntum bunga adalah kehidupan.
Dan bagi bunga, seekor lebah adalah kenikmatan
Dan bagi keduanya, memberi dan menerima adalah kebutuhan.
Fahri :
Peradaban modern telah membuat wanita sedikit lebih bijaksana,
Seorang wanita yang telah dilengkapi keindahan oleh Tuhan.
Keindahan jiwa dan raga adalah sesuatu yang nyata dan maya.
Yang hanya bisa kita pahami dengan cinta kasih.
Dan dia hanya bisa disentuh dengan kasih sayang.
Simpurusiah :
Kebahagiaan perempuan tidak terletak pada kebaikan sang suami.
Bukan pula pada kehormatan dan kelembutanya.
Tapi pada cinta yang memadukan jiwanya dan jiwa suaminya
Dan kesetiaan, selalu ada selama cinta dapat mengikat jiwaku dan jiwamu.

Ikatan lebih kuat dari akad yang mengantarkan tubuhku pada kehendakmu.
Tidak lama kemudian keduanya pun tenggelam dalam pergulatan yang sengit,
se-akan akan keduanya ingin saling menelan.
Selang beberapa bulan setelah pernikahan Fahri dan Simpurusiah, kini
Simpurusiah telah menyelesaikan studinya di Universitas Airlangga dengan
prestasi cumlaude. Namun ia belum wisuda, karena wisuda masih harus
menunggu beberapa bulan lagi, sementara keberangkatannya ke Netherland
sudah mendesak.
Sementara Simpurusiah sudah bersiap siap berangkat, tiba tiba adan
pengumuman pendaftaran untuk menjadi Hakim, dan kesempatan itu ia tidak
lewatkan, dan iapun mengikuti tes.
Tanpa harus menunggu hasil tes Simpurusiah pun sudah mau berangkat,
malamnya sebelum Simpurusiah berangkat ke Belanda keesokan harinya iapun
mengadakan acara doa selamat atas keberangkatannya ke Belanda.
Keesokan harinya, nampak Simpurusiah bersama suaminya Fahri berangkat ke
Belanda.
Selang 2 minggu setelah Fahri dan Simpurusiah di Belanda, maka Fahri pun
akan pulang ke Surabaya untuk menyelesaikan sisa kuiahnya yang belum
selesai.
Adapun Suzanna yang tadinya sudah mula intim kembali dengan pacarnya
Adriaan kembali mulai renggang, karena tadinya Adriaan berjanji akan
menjenguknya di Surabaya palang sedikit 1 kali satu bulan. Awalnya memang
demikian, tapi kini Suzanna mulai ragu karena sudah 2 bulan Adriaan tidak
pernah muncul, walaupun hari hari keduanya selalu telepon teleponan.
Melihat kesempatan Fahri yang isterinya ada di Netherland, maka timbul
hatinya untuk mendua, karena ia masih belum yakin kalau hubungannya
denganAdriaan akan berlanjut, karena setiap Suzanna bertanya tentang
pernikahan, Adriaan selalu berkata sabar. Hal ini membuta akhirnya Suzanna

nekat untuk untuk mendekati Fahri, karena ia telah menyaksikan sendiri kalau
Fahri itu sudah mapan dari sisi ekonominya.
Akhirnya Suzanna tanpa malu malu ia terus mendekati Fahri, walaupun Fahri
tidak pernah memberi hati

Episode 12
BALLADA 2 PASANG SUAMI ISTERI

Adapun di Bandung setelah hampir 2 tahun pernikahan Sangeang dan


Mardianah, namun baru Mardianah mengandung, begitupula Henny setelah
keguguran 1 kali, kini ia kembali mengandung, sehingga umur kandungan 2
kelaurga suami isteri hampir sama. Hal ini diketahui setelah keduanya hampir
bersamaan masuk saat keduanya mau melahirkan.
Diruang tunggu Sangeang bertemu dengan Ibu Neneng, Sangeang bertanya :
Siapa yang mau melahirkan ibu ?.
Ibu Neneng : Henny.
Fahri : Suaminya mana bu..!
Ibu Neneng sambil matanya berkaca kaca berkata : Sudah meninggal 3 bulan
yang lalu.
Fahri : Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun. Kenapa saya tidak dikabari bu..?.
Ibu Neneng : Ya... karena suaminya meninggal karena kecelakaan, awalupun
masih sempat dirawat 3 hari di rumah sakit, sehingga kami kebingungan. Dan
ibu Henny bertanya pada Sangeang : kalau anak tunggu isteri ya..?
Fahri : Iya bu..!
Ibu Neneng : Sudah kuduga, mudah mudahan ibu dan anak selamat.
Sangeang : Terima kasih ibu.
Selang beberapa saat, Sangeang mendapat panggilan dari dokter, tidak lama
kemudian Sangeang menghadap dokter.
Dokter : Saya mohon maaf, karena saya harus menyampaikan bahwa : Karena
kondisi isterinya sangat lemah, maka hanya ada 1 alternatif, ibunya yang kami
selamatkan atau anaknya yang kami selamatkan ?.

Fahri : Tentunya bagi saya pilihan ini tidak dapat saya memilih, sekarang
tinggal keptusan dokter, yang penting bagi saya salah satunya selamat. Dan
Fahripun tidak dapat menahan tangsinya karena kesedihan.
Tidak lama kemudian dokter keluar dan berkata kepada Fahri : Sabar, hanya
anaknya yang dapat kami selamatkan ibunya tidak dapat kami tolong.
Fahri mendengar itu ia hampir pingsang.
Begitupula Ibu Neneng juga dipanggil oleh dokter. Setelah ibu Neneng
menghadap, dokter kemudian berkata : maaf ibu, kami telah berusaha, namun
apa boleh buat, Ibunya selamat, tapi anaknya meninggal.
Ibu Neneng : Apa ibunya sudah tahu dokter.
Dokter : Kami belum beritahu.
Ibu Neneng : Mohon dok, jangan dulu diberitahu.
Dokter : Tapi jangan lama lama baru diberi tahu.
Adapun Henny yang sudah melahirkan dan dibawa ke kamar selalu menangis
menanyakan kenapa anaknya belum dibawa kepadanya.
Ibu Neneng berkata : maaf nak, karena anaknya lahir tidak sehat terpaksa untuk
sementara di incubator.
Tapi Henny, tidak mau mengerti, dan ia terus menangis, dan kadang berteriak
untung Henny menempati kamar VIP sehingga tidak mengganggu pasien yang
lain.
Adapun Sangeang yang lewat di kamar Henny, sekembalinya menguburkan
isterinya ia melihat ibu Neneng keluar dari kamar, iapun mengahampiri ibu
Henny dan bertanya : Bagaimana keadaan Henny bu..?
Ibu Neneng : Bayi Henny meninggal ketika lahir.

Sangeang : Jadi bagaimana bu, apa Henny sudah tahu ?.


Ibu Neneng : Dia belum tahu, karena kalau diberitahu bisa bisa ia bunuh diri.
Karena ia selalu bilang kalau anaknya sampai meninggal, ia lebih mati juga, dan
ia memang cukup trauma dengan keguguran kandungan pertamanya.
Sangeang kemudian tertunduk sejenak, memikirkan anaknya yang lahir tanpa
ibu, sehungga ia memberanikan diri berkata : Bagaimana bu saya tawarkan
solusinya.
Ibu Neneng : Begaimana solusinya.
Sangeang : Anak saya lahir sementara ibunya meninggal, sedang Henny
melahirkan anaknya meninggal. Bagaimana bu, kalau saya serahkan anak saya
pada Henny, tapi dengan syarat ibu harus pegang janji untuk merahasiakan hal
in pada Henny.
Ibu Neneng terharu mendengar itu dan ia berkata : Aku berjanji nak.
Kalau begitu mari kita jemput anak saya, nanti saya katakan disana kalau ibu
adalah neneknya.
Ibu Henny dan Sangeang pun berjalan menuju kamar bayi untuk mengambil
anaknya Sangeang. Dan Sangeang berpesan bahwa setelah bayi itu diserahkan
sama Henny, agar segera tinggalkan tempat ini, karena takut nanti ketahuan kita
punya perbuatan. Adapun untuk pembayaran bersalin dan kamar nanti saya
yang selesaikan dulu bu..!. Dan nanti kalau Henny beri nama, tolong sampaikan
pada saya, agar saya tahu siapa nama anak saya.
Setelah Ibu Neneng menerima putera Sangeang kemudia dibawanya anak itu
ke kamar Henny. Sementara Sangeang pergi dengan perasaan sedih yang sangat
mendalam.
Setelah Ibu Neneng masuk di kamar Henny, langsung ia serahkan bayi itu
kepada Henny. Dan tidak lama kemudian Ibu Neneng berkata : Kita harus
segera tinggalkan kamar ini dan kembali kerumah.
Henny : kenapa bu..?.

Ibu Henny sebenarnya dokter masih melarang saya membawa bayi ini padamu,
tapi saya katakan hanya sebentar sekali, yang penting ibunya sudah lihat.
Henny : Kalau begitu bu.. ayo kita berangkat sekarang.
Ibu Neneng ; Iya.
Tidak lama kemudian Henny pulang kerumahnya dengan membawa bayi
Sangeang.
Setelah Dua hari Henny membawa anaknya Sangeang pulang kerumahnya,
datanglah berita dari ibu Neneng lewat telepon, kepada Sangeang nama
anaknya ialah Iskandar Zulkarnaen.
Sebulan setelah Sangeang menyerahkan bayinya, ia pun berangkat ke Australia,
untuk memenuhi tugas belajar dari kantornya sampai mendapatkan gelar
Doktor, yang diperkirakan ia tempuh kurang lebih 5 tahun.
Tanpa terasa Iskandar sudah berumur 2 tahun, diumur 2 tahun itu Ibu Henny
sakit keras, dalam keadaan sakit keras ibu Henny berkata kepada Henny : Ada
yang saya ingin sampaikan nak.
Henny : Apa ibu..!
Ibu Neneng : kalau saya lihat sakitku ini mungkin tidak lama lagi saya
meninggal, sementara itu ada rahasia besar yang saya harus aku katakan
padamu.
Henny yang mendengar itu langsung stress namun masih sempat bertanya :
Rahasia besar apa ibu ?.
Ibu Neneng : Sebenarnya seandainya saya tidak merasa akan mati, saya tidak
akan sampaikan berita ini, karena saya pernah bersumpah.
Henny : Katakanlah ibu, jangan ibu membuat Henny ketakutan.

Ibu Neneng : Begini nak, sebenarnya Iskandar itu itu adalah anak Sangeang.
Henny : Maaf bu..! katakanlah kalau tidak benar.
Ibu Neneng : Benar nak, karena anakmu meninggal begitu lahir. Sementara
isteri Sangeang pada saat itu meninggal saat ia melahirkan. Karena Sangeang
berpikir demi agar Henny tidak sampai bunuh diri kalau mendengar anaknya
meninggal, maka Sangeang serahkan anaknya pada saya untuk diberikan
padamu.
Henny : Tidak bu tidak bu...
Ibu Henny : Masih ingatkah waktu saya katakan kita harus buru buru pulang
kerumah, karena waktu ibu takut jangan sampai ketahuan suster penjaga.
Henny, hanya langsung tertunduk dan menangis, pikirannya benar benar
kacau entah apa yang harus dilakukan. Kemudian bertanya : Dimana Sangeang
sekarang ibu ?.
Ibu Henny : Di Australia nak, sedang mengikuti tugas belajar, Cuma tidak tahu
kapan ia kembali.
Henny : Tidak bu.. Saya tidak mau tahu ibu, yang saya hanya tahu kalau
Iskandar anak saya.
Ibu Neneng : Terserah nakda, yang penting saya sudah beritahu.
Henny : Tidak bu..! Iskandar anak saya bu...,saya yang menyusui, saya yang
pelihara, tidak bu.. tidak bu...
Sementara itu suster yang mengasuh Iskandar itu, tanpa sengaja mendengar
betul percakapan itu.
Dalam pikiran suster yang mendengar semua itu, berpikir bagaimana kalau
nantinya bapak anak ini, kalau ia sudah ber-isteri, tentu ia akan mengambil
kembali anaknya. Ini akan menjadi maslah besar.

Episode.12
FAHRI TERKENA MASALAH
Setelah hampir 1 tahun Fahri ditinggal isterinya, Suzanna terus menerus
mendekati dan menggoda Fahri, walaupun Fahri tidak pernah bergeming,

sampai sampai pernah Hartati mendatangi Suzanna agar berhenti mendekati


Fahri,namun Suzanna tidak mau peduli.
Hingga pada suatu saat ia merasa dirinya kalau ia mengandung, dan iapun pergi
ke ahli kandungan, da ternyata hasilnya positif. Dan Suzanna pun mengambil
keputusan untuk tidak lagi mendekati Fahri, karena ia sudah mengandung
anaknya Adriaan.
Setelah mengetahui dirinya positif mengandung, iaya pun menelepon Adriaan.
Suzanna : Hallo Adriaan.
Adriaan : Apa kabar ?.
Suzanna : Ada kejutan.
Adriaan : Kejutan apa ? ya..
Suzanna : Saya hamil.
Adriaan : Oh...jadi bagaimana ?.
Suzanna : Kita harus kawin secepatnya sebagai bentuk tanggung jawab kita.
Adriaan : Beri dulu saya kesempatan untuk mengatur bagaimana baiknya.
Suzanna : Saya tunggu secepatnya.
Adriaan : Iya..
Setelah Adriaan mendengar kalau Suzanna hamil, maka iapun berpikir untuk
melarikan diri kembali Netherland. Maka ia buru buru menemui pimpinannya,
untuk minta kembali ditempatkan di Netherland, dengan alasan sudah tidak
betah lagi tinggal di Indonesia. Setelah 3 hari kemudian Adriaan sudah
mendapat jawaban kalau ia diisinkan kembali ke Belanda. Begitu ia mendengar
kalau ia diisinkan, langsung cepat cepat mengurus segala sesuatunya untuk
kembali ke Belanda.

Adriaan sementara berkemas kemas, tiba tiba datang telepon Suzanna,


memberitahukan kalau ia mau datang ke Bandung.
Adriaan berkata : Jangan dulu, karena besok saya ditugaskan ke Kalimantan
selama 5 hari.
Suzanna : Kalau begitu saya berangkat 5 hari lagi ke Bandung.
Adriaan : Oke, padahal lusanya, Adriaan sudah berangkat kembali ke negaranya
dan meninggalkan Indonesia, entah berapa lama.
Keesokan harinya Suzanna kembali menghubungi, Adriaan, tapi tidak ada
jawaban, dalam hati Suzanna mungkin Adriaan masih dalam perjalanan,
Sementara di kampus, Fahri yang sering bersilang jalan dengan Suzanna, heran
sebab bila keduanya bersilang jalan, Suzanna hanya senyum saja tanpa mau lagi
menegurnya, sehingga Fahri merasa bersyukur, kalau ia sudah bisa lepas dari
ulah Suzanna.
Setelah 3 hari berturut turut Suzanna menelepon Adriaan namun tidak ada
jawaban, membuat Suzanna marah benar, dan mulai curiga atas kelakuka
Adriaan.
Setelah hari kelima sesuai rencana Suzanna untuk mendatangi Adriaan di
Bandung, akhirnya ia berangkat ke Bandung. Namun sesampainya di Bandung,
tidak lagi ia menginap di rumah Yanti, ia memilih hotel, agar ia bebas mencari
Adriaan.
Namun setelah Suzanna sampai di kantor Adriaan, dan menanyakannya, oleh
orang dikantor mengatakan kalau adrian sudah kembali ke Belanda dan tidak
pulang lagi
Suzanna mendengar itu langsung ia schok, namun tetap ia tahan dan kemudian
ia naik taxi pulang ke hotel. Dalam perjalanan pulang ke hotel Suzanna tiada
henti hentinya menyumpahi Adriaan sebagai laki laki yang tak bertanggung

jawab. Setelah sampai di hotel emudian ia memutuskan untuk kembali ke


Surabaya malam itu juga.
Dalam perjalanan pulang ke Surabaya, Suzanna tiba tiba muncul akal salahnya,
untuk menuduh Fahri bahwa Fahrilah yang meng-hamilinya.
Setelah Suzanna masuk kampus, langsung ia mencari Fahri, setelah ketemu,
Suzanna berkata : Maaf Fahri, ada sesuatu yang sangat penting yang harus saya
bicarakan.
Fahri : Masalah apa ya..?.
Suzanna : Nanti kita bicara di kantin.
Kemudian Suzanna pun berjalan menuju cafe diikuti Fahri dari belakang.
Sementara Fahri berjalan menuju cafe dalam hatinya berpikir : Tadinya saya
sudah senang karena rupanya saya sudah bebas dari ulah Suzanna, eh ternyata
masih berbuntut,
Setelah keduanya duduk langsung Fahri bertanya : Ada masalah apa ?.
Suzanna
: Langsung mengeluarkan kertas hasil test kandungan dan
memperlihatkan pada Fahri.
Fahri : Kertas apa itu ?.
Suzanna : Hasil test urine kalau saya positif mengandung.
Fahri : Kertas ini apa hubungannya dengan saya ?.
Suzanna : Fahri tolong bertanggung jawab.
Fahri tiba tiba naik pitam sambil berkata : Berarti kamu menuduh saya yang
melakukannya ?. Keji betul kamu.
Suzanna : Yah kalau tidak mau mengakui, maka saya akan melapor polisi.

Fahri : Silahkan, sambil berdiri meninggalkan Suzanna, sambil dalam hatinya


berkata : Ya Allah cobaan apa yang menimpaku ini. Dan kemudian ia bertanya
dalam hatinya : Apa perlu segera saya sampaikan pada isteriku, tapi tunggu
dulu, saya mau lihat sampai dimana Suzanna ini membawa masalah ini.
Tiga hari kemudian Fahri mendapat panggilan dari polisi sebagai saksi atas
hamilnya Suzanna. Dalam hati Fahri menggeram sambil berkata betul betul ini
Suzanna ular berbisa berbentuk manusia. Dengan kesalnya kemudian ia
menelepon Suzanna, namun Suzanna tidak mau angkat.
Pada hari yang ditentukan Fahri pun mendatangi kantor polisi, setelah di
introgasi oleh penyidik, namun oleh penyidik menghawatirkan kalau Fahri
melarikan diri. Sehingga oleh penyidik membuat surat tahanan, Tapi Fahri
sangat ngotot bahwa ai tidak bersalah apalagi sangat keberatan sekali kalau
mau ditahan. Akhirnya Fahri mengajukan usul untuk memberikan uang
jaminan.
Polisi pun setuju kalau Fahri mau memberikan uang jaminan yang telah
disepakati sebesar Rp. 100.000.000. Namun masalahnya tetap akan diproses
terus.
Begitu Fahri meninggalkan kantor Polisi, ia langsung menelepon isterinya
Simpurusiah menyampaikan semua apa yang dialaminya.
Simpurusiah yang mendengar semua berita dari suaminya Fahri, ia hanya
mampu menangis sambil memberikan dukungan pada Fahri bahwa mudah
mudahan Tuhan memberikan ketabahan kita berdua menghadapi masalah ini.
Setelah itu ia pun menelepon Sangaji agar bersedia menjadi pembelanya.
Fahri juga tidak mampu menahan luapan hatinya atas dukungan dan
kepercayaan isterinya terhadap dirinya, dalam hatinya berkata, ya Allah
sungguh aku sangat bersyukur, karena engkau telah mengirimkan wanita yang
berhati mulia, tidak sia sia aku berjuang mendapatkannya. Adapun masalah
kehamilan Suzanna masih
Adapun Simpurusiah yang mendengar suaminya mendapat masalah, terpaksa
minta isin dahulu untuk kembali ke Indonesia, walaupun suaminya

melarangnya. Karena Simpurusiah adalah mahasiswa berprestasi, akhirnya ia


diberi isin.
Sementara Fahri masih disidik, Simpurusiah pun telah datang dari Belanda.
Pada saat Fahri sedang disidik nampak Simpurusiah hanya bisa menangis
manyaksikan suaminya sedang duduk di introgasi, untung ada Sangaji
mendampinginya. Masih lega perasaan Simpurusiah.
Pada proses penyidikan minggu depannya, Sangaji selaku pembela Fahri
mengusulkan agar dilakukan tes DNA, sebelum proses ini dilanjutkan ke
Pengadilan. Tapi menurut polisi : Karena bayi masih dalam kandungan maka
tidak mungkin diadakan test DNA.
Kemudian Sangaji mengusulkan agar bilamana nanti dilakukan apakah itu tes
DNA atau tes yang lainnya dimana tidak terbukti kalau saudara Fahri tidak
melakukan sebagaimana yang dituduhkan, agar pihak pelapor dalam hal ini
saudari Suzanna agar diberi hukuman yang setimpal dengan perbuatannya.
Suzanna yang mendengar itu, ia mulai ketakutan, dan hari hari berikutnya ia
sudah mulai melakukan pendekatan kalau ia mau mencabut tuntutannya asalkan
ia tidak dituntu balik.
Dan akhirnya Suzanna mencabut gugatannya.

Episode...
SIMPURUSIAH PULANG DARI BELANDA
Setelah 2 tahun lebih Simpurusiah belajar di Belanda, akhirnya selesai juga, dan
iyapun kembali ke Surabaya. Sesampainya di Di Surabaya iapun lansung masuk

kerja sebagai calon hakim di Pengadilan Negeri Surabaya. Sementara Fahri juga
sudah selesai kuliahnya di Unair, kedaunya tinggal menunggu wisuda.
Hari wisuda yang dinanti nantikan telah tiba, baik kedua orang tua
Simpurusiah maupun kedua orang tua Fahri telah datang menghadiri wisuda
anaknya. Hari itu kedua orang tua Simpurusiah dan kedua orang tua Fahri
sangat berbahagia. Adapun ibu Fahri dipanggilnya menantunya Simpurusia :
Ibu Fahri : Nanda Simpurusiah kemari dulu.
Simpurusiah : Iya bu..! sambil berjalan menuju ibu Fahri.
Ibu Fahri kemudian membuka kalung berliannya yang dia pakai kemudian ia
kalungkan dileher Simpurusiah dan berkata : Nak,.. ini hadiah dari ibu atas
suksesnya nanda telah menyelesaikan studinya.
Adapun Fahri, Kedua orang tua Simpurusiah, ayah Simpurusiah sangat terharu
melihat peristiwa itu.
Ibu Fahri berkata kepada Fahri : Fahri...! Dengan adanya perpindahan kalung
dari leher ibu ke leher Simpurusiah itu sebagai tanda bahwa jangan sekali kali
kamu pernah menyakiti hati Simpur, karena mulai sekarang ada ibu dileher di
Simpurusiah.
Fahri : Insya Allah pesan ibu akan saya pegang teguh.
Simpurusiah yang mendengar itu hanya tunduk dan terharu.
Tidak lama kemudian datang Sangaji bersama Hartati, memberi ucapan selamat
kepada Fahri dan Simpurusiah.
Fahri sambil berjabat tangan dengan Sangaji berkata : Sekarang Hartati sudah
selesai, sekarang kapan lagi di wisuda di depan Imam.
Sangaji sambil melirik kepada Hartati berkata : Kami sudah sepakat insya
Allah 1 bulan lagi.
Simpurusiah : Bahagia rasanya mendengarnya.

Fahri : Sekalian nanti kita adakan reuni.


Hartati : Iya,
Tidak lama kemudian setelah acara selesai, mereka pulang ketempat masing
masing.
Setelah 3 tahun kemudian Simpurusiah di pindahkan ke Pengadilan Negeri di
Bandung, dan diangkat menjadi Hakim.

Episode....
SANGEANG KEMBALI DARI AUSTRALIA
Setelah kurang lebih 5 tahun menempuh pendidikan di Australia, Sangeang pun
kembali ke Bandung. Dalam perjalanannya dari Sydney ke Bali, Fahri telah

mulai diliputi pikiran bagaimana sikapnya nanti bila ingin bertemu dengan
anaknya.
Adapun Iskandar anak Sangeang, seelah tumbuh 5 tahun, sudah nampak pada
wajahnya ada kemiripan dengan Fahri, sehingga Henny yang selalu menatap
wajah Iskandar, selalu terbayang wajah Sangeang. Sehingga ia mengambil
kesimpulan apa yang disampaikan oleh, almarhum ibunya mulai nampak
kebenarannya. Tapi dalam hatinya berkata apapun yang akan dihadapi, ia akan
mati matian mempertahankan Iskandar yang kini telah menjadi buah hatinya.
Sejak Sangeang tiba di Bandung, ia selalu berusaha mengintip anaknya dari
jauh, dan pada suatu saat Sangeang melihat anaknya sedang bermain di
pekarangan ditemani oleh susternya, sementara nampak Henny pergi
meniggalkannya untuk sementara.
Melihat kesempatan itu, buru buru Sangeang memasuki rumah Henny, dan pura
pura berkata : Ada Ibu ?.
Suster : Ibunya mba Henny atau mba Henny.
Sangeang : Ibunya mba Henny.
Suster : Ibunya mba Henny sudah meninggal 3 tahun yang lalu.
Sangeang : Inna Lillahi.
Suster : Bapak Sangeang ya ?
Sangeang : Kok tahu saya ?.
Suster : Saya tahu semuanya.
Sangeang : Apa saja yang kamu tahu.
Suster : Yang penting saya tahu kalau anak ini adalah putra bapak
Sangeang yang mendengar langsung kaget dan berkata : Darimana kamu tahu.

Suster : Pada saat ibu meninggal, ia sampaikan pada mba Henny bahwa
Iskandar itu adalah anaknya Sangeang. Dari situlah saya tahu, tapi saya tidak
pernah beritahu mba Henny, kalau masalah ini saya ketahui.
Sangeang : Tolong untuk sementara jangan beritahu Henny, kalau kamu tidak
tahu masalah ini. Dan jangan juga beritahu kalau saya datang menemui anakku.
Suster : Iya.
Kemudian Fahri meminta no HP suster agar bisa berkomunikasi selanjutnya,
untuk mengetahui keadaan Iskandar.
Suatu saat Sangeang ingat sahabatnya Sangaji, dalam hatinya berkata mudah
mudahan ini masih nomornya, kemudian ia telepon :
Sangeang : Sangaji..!
Sangaji ; Iya, Sangeang ya...?.
Sangeang : Iya...
Sangaji : Lamanya kita baru bisa bicara.
Sangeang : Cuma saat setelah perkawinanku dulu dengan Mardianah 7 tahun
yang lalu. Tapi saya ada perlu.
Sangaji : Bagaimana kabar Mardianah
Sangeang ; Ia telah meninggal kurang lebih 5 tahun yang lalu.
Sangaji : kenapa saya tidak pernah diberitakan.
Sangeang : Kala itu saya sangat bingung sekali menghadapi masalahku. Karena
setelah itu saya harus ke Australia belajar, dan sekarang baru kembali setelah 5
tahun belajar disana.

Sangaji : Makanya waktu saya mau menikah, saya telepon telepon tidak bisa
masuk, ternyata Sangeang ada di Australia.
Sangeang : Sangaji dapatkan isteri darimana ?
Sanggaji : Dari Tretes, namanya Hartati, yang menjodohkan saya dengan
isteriku ialah Simpurusiah, karena ia adalah sahabat dan teman kuliahnya di
Universitas Airlanggga.
Sangeang : Oh.. begitu ya..? kalau Simpurusiah bagaimana keadaannya ?
Sangaji, : Dia juga sudah menikah dengan anak orang kaya dari Jayapura, tapi
dia juga orang Bugis. Setelah Simpurusiah menikah, hanya selang berapa bulan
iapun berangkat ke Belanda untuk mengikuti program study S2 atas biaya
sebuah Foundation, karena dia dianggap mahasiswa berperestasi. Dan kini ia
berada di Bandung di Pengadilan Negeri Bandung sebagai hakim, dimana
sebelumnya 2 tahun di Pengadilan Negeri Surabaya.
Sangeang dalam hatinya berkata : Pantas kalau ia mendapatkan semuanya.
Sangeang : Sebenarnya tadi saya sudah katakan, Saya ada keperluan. Karena
itu saya mau ke Surabaya ketemu.
Sangaji : Tidak usah, nanti saya yang ke Bandung, sekalian mau bawa isteri
jalan jalan di Bandung.
Sangeang : Kalau begitu terima kasih, saya tunggu ya..
Sangaji : Insya Allah.
Seminggu kemudian, Sangeang pergi menjemput Sangaji dan isterinya di
Stasiun Kereta api.
Setelah keduanya bertemu, langsung Sangaji memperkenalkan isterinya ;
Sangeang menjabat tangan Hartati ; Sangeang

Hartati : Hartati
Sambil ketiganya berjalan menuju mobil, Sangeang berkata dalam hatinya ;
Mujur juga Sangaji bisa mendapatkan isteri yang begitu cantik, terlebih lagi
Simpurusiah yang telah mendapatkan segalanya, sementara dirinya masih
terkatung katung memikirkan rumah tangganya. Dan tidak lama kemudian
Sangaji dan Hartati di bawa oleh Sangeang ke rumahnya untuk menginap.
Dalam perjalanan menuju ke rumah Sangeang, Sangaji sempat berkata : Ini
teman intimnya Simurusiah sambil menunjuk Hartati yang duduk dibelakang.
Hartati : Iya, mas, saya lebih empat tahun sama sama Simpurusiah, dan saya
sangat beruntung mendapatkan sahabat seperti dia, mana orangnya cantik benar,
juga sopan, rendah hati, cerdas lagi, semuanya dimiliki Simpurusiah, tapi yang
membuat semuanya itu ia sukses karena orangnya benar benar gigih dalam
berjuang.
Sangeang yang mendengar itu langsung hatinya sangat menyesal karena ia telah
mengecewakannya, sehingga jangankan jalinan cintanya putus, tapi juga
persahabatannya putus. Lalu Sangeang berkata : Iya dulu adik kelas kami. Saya
dan Sangaji kelas III sementara Simpurusiah kelas I.
Hartati : Iya, Suaminya namanya Fahri sangat beruntung sekali bisa
mendapatkan Simpurusiah setelah ia berjuang lebih dari 2 tahun baru bisa
mendapatkan cinta Simpurusiah. Tapi Simpurusiah pun sangat beruntung bisa
mendapatkan Fahri, yang mana orangnya cukup santun, rendah diri, gagah, kaya
lagi, dan ia sangat menyayangi Simpurusiah.
Sangeang yang mendengar itu, hatinya kembali terpukul.
Tidak lama kemudian mereka telah tiba dirumah Sangeang . Dan Sangeang
memersilahkan kedua tamunya masuk ke kamar yang telah ia siapkan, untuk
istirahat.
Sangeang : Siapa tahu Sangaji dan Hartati mau mandi dulu baru istirahat atau
istirahat dulu baru mandi.

Sangaji : Mau mandi dulu.


Setelah Sangaji dan Hartati sudah istirahat, kemudian Sangeang membawa
keduanya pergi makan siang.
Sekembalinya mereka dari makan siang, mereka pun duduk duduk di ruang
tamu sambil ngobrol ngobrol. Tapi tiba Sangeang berkata : Dalam kesempatan
baik saya sudah ingin meyampaikan masalahku, siapa tahu Sangaji atau adi
Hartati dapat memberikan solusi.
Sangaji : Masalah apa itu ya..?.
Sangeang : Sebagaimana saya ketahui kalau Sangaji ini seorang pengacara,
maka saya ingin bantuan hukum tentang masalah yang saya hadapi sekarang.
Sangaji : Masalah apa itu ?
Sangeang pun menceriterakan semua kronologis peristiwa yang menimpa dia
mulai dari meninggalnya isterinya hingga ia harus menyerahkan anaknya
kepada mantan kekasihnya yang mengalami kematian bayinya saat ia
melahirkan, dengan alasan mengapa ia memberikan bayinya itu kepada mantan
kekasihnya.
Sangaji : Tidak bisa kah Sangeang melamar kembali Henny, agar tidak ada
permasalahan lagi.
Sangeang : Itu juga sebuah solusi, tapi yang menjadi masalah ialah apakah ia
mau menerimaku kembali setelah saya pernah menyakiti hatinya.
Hartati : Kenapa kak Sangeang berkata kalau pernah menyakiti hatinya.
Sangeang : Gara gara karena saya dipaksa oleh orang tua mengawini sepupu
dua kali saya karena katanya kami telah dijodohkan. Saya terpakas
menerimanya karena bapak saya dalam keadaan sakratul maut, walaupun bapak
saya tidak sempat lagi melihat perkawinan itu. Dan setelah perkawinan itu saya
tidakpernah menyentuh isteri saya sampai saya pulang ke Bandung.
Sesampainya saya di Bandung, saya kirimkan surat talak, dan setelah itu saya
sampaikan masalah ini kepada Henny, dan saya bersuaha meyakinkan dia kalau

hanya dia yang aku cintai. Dan gara gara itulah sampai ia memutuskan sepihak
hubungan kami.
Sangaji : Kalau masalah ini saya proses secara hukum sudah dapat dipastikan
anak itu akan kembali kepada Bapaknya, tapi apakah Sangaji mau melakukan
itu, yang berati pula untuk kedua kalinya Sangeang mengecewakan hatinya
Sangeang, : Sebenarnya sih iya, tapi kalau saya pikir , bukankah semua itu
terjadi karena egonya Henny.
Hartati : Bagaimana kalau saya diberi kepercayaan untuk mendekati Henny.
Sangeang : Terima kasih, saya setuju, yang penting Sangaji tidak keberatan
karena gara gara saya telah melibatkan isterinya masuk dalam lingkaran
masalah saya.
Sangaji : Kenapa saya mesti harus keberatan, kalau isteri saya sendiri yang
mau, untuk tujuan kebaikan.
Keesokan harinya Hartati diantar oleh Sangeang untuk mendatangi Henny di
rumahnya, setelah ia ditunjukkan rumahnya oleh Sangeang, kemudian Sangeang
menunggunya diatas, semenatara Hartati berjalan kebawah menuju rumah
Henny.
Setelah hartati tiba dimuka rumah Henny, iapun langsung mengetuk pintu dan
mengucapkan : Assalamu Alaikum.
Terdengar dari dalam suara wanita menjawab : Wa alaikum salam.
Setelah pintu terbuka Henny berkata : Darimana ya ?. Silahkan masuk
Hartati pun masuk dan langsung duduk.
Henny : Maaf Ceu, kalau boleh tanya dari mana ya ?.
Hartati mengangkat tangannya untuk berjabat tangan dan berkata : Perkenalkan
dulu nama saya Hartati dari Surabaya.

Henny langsung menjabat tangan Hartati dan juga berkata : Henny.


Hartati : Begini mba saya ini pengacara, diutus oleh keluarga suami saya, untuk
menelusuri anaknya Sangeang.
Mendengar itu langsung Henny kaget namun ia masih berusaha menahan diri
dan berkata : Apa hubngannya dengan saya ?.
Hartati : Sebelum saya kemari terlebih dahulu saya pergi mencari dimana dulu
isteri Sangeang melahirkan, setelah 3 hari kami mencari tahu akhirnya saya
temukan rumah bersalin tempat ia melahirkan. Dan saya tanya Suster disana,
setelah saya katakan bahwa saat anak itu lahir ibunya meninggal. Mereka pun
berkata, tapi anak itu telah diambil oleh bapaknya yang disertai ibunya.
Kemudian saya tanya siapa saja yang melahirkan hari itu, dan saya
diperlihatkan daftarnya dan kebetulan kalau saya lihat nama Henny juga
melahirkan tapi anaknya meninggal. Maka saya berkesimpulan bahwa ada
indikasi kalau Sangeang berikan anak itu pada Henny. Karena selama ini kalau
keluarga baik dari pihak istreinya maupun dari kelaurga Sangeang sendiri kalau
bertanya kepada Sangeang tentang hal ini, selalu Sangeang hanya bisa bumkam.
Henny : Saya tidak tahu masalah itu.
Hartati : Jangan mba, yang susah nanti juga mba, karena nantinya mba akan
berhadapan dengan masalah hukum, juga Sangeang tidak luput ia juga akan
kena sangsi hukum.
Henny : Saya tidak takut.
Hartati : maaf, mba tidak bisa membela diri, karena kalau diadakan tes DNA,
dan terbukti anak itu adalah anak Sangeang, maka baik mba maupun Sangeang
akan masuk penjara, karena dianggap melakukan persekongkolan kejahatan
walaupun itu sebenarnya demi kebaikan anak itu.
Henny mulai lemah dan berkata jadi apa yang harus saya lakukan ?.
Hartati : Kita selesaikan masalah ini dengan baik.

Henny : Caranya ?.
Hartati : Maaf saya belum bisa katakan, karena hal ini saya belum sampaikan
sama Sangeang, saya harus ketemu dulu Sangeang untuk membicarakan cara
yang akan saya tempuh, apa ia setuju atau tidak.
Henny : Jadi ?
Hartati : Saya akan kembali setelah bertemu dengan Sangeang. Saya permisi
dulu.
Hartati pun kembali berjalan keatas, dimana suaminya dan Sangeang
menunggu. Setelah Hartati masuk mobil, kemudian Sangeang membawa
mobilnya kembali ke rumah, dalam perjalanan pulang kerumah Sangeang
bertanya ; Bagamana kabarnya ?
Hartati berceritera semua apa yang disampaikan pada Henny ?. dan Sangeang
hanya bisa tersenyum mendengar sandiwara Hartati.
Keesokan harinya Hartati berkata pada Sangeang : Maaf , saya minta isin
dulu mau pergi ketemu Simpurusiah di kantornya.
Sangeang : Maaf, saya hanya bisa antar saja, karena kebetulan hari ini ada
tugas di kantor yang saya harus selesaikan.
Hartati : Tidak ada masalah, pulangnya nanti gampang.
Sangeang pun mengantar Sangaji dan Hartati ke kantor Pengadilan Negeri,
setelah sampai di Pengadilan Negeri Bandung, Sangaji dan Hartati turun,
kemudian ia pergi mencari Simpurusiah, sementara Sangeang langsung pergi.
Begitu Hartati ketemu Simpurusiah, keduanya langsung berpelukan, kemudian
Simpurusiah mempersilahkan Sangaji dan Hartati duduk.
Simpurusiah berkata : Sebentar kalau kita selesai ngobrol ngobrol sebentar,
saya antar dulu ke rumah, nanti di rumah istirahat dulu sambil menunggu saya
pulang dari kantor.

Setelah selesai ngobrol sebentar, kemudian Simpurusiah mengantar Hartati


dengan Sangaji ke rumahnya. Namun sebelumnya Simpurusiah singgah
membeli makanan untuk makan siang nantinya. Setelah Simpurusiah selesai
mengantar Hartati ia pun pulang ke kantornya.
Dalam perjalanan pulang, kembali mengingat Sangeang, dan berpikir,
bagaimana nanti sikapnya menghadapi Sangeang, yang selama ini dibencinya.
Namun ia sadar kalau ia tidak boleh lagi membenci Sangeang, sebab dia harus
bersyukur sekarang dengan keadaannya.
Sorenya Simpurusiah pulang dari kantor, dan Hartati berkata : Nanti kalau
sudah shalat Magrib, saya sudah mau pulang ke rumahnya Sangeang.
Simpurusiah : Tidak bisa, kamu harus menginap, karena kamu tidak bawa
pakaian tidur nanti masih ada pakaian tidur saya yang belum dipakai, ambil
saja.
Kemudian Sangaji, berkata kalau bisa sopirnya antar saya ke rumah Sangeang
ambil baju dan keperluan lainnya, sambil beritahu Sangeang bahwa ia dan
isterinya ditahan bermalam.
Simpurusiah : Iya, tapi biarlah Hartati tetap disini.
Sangaji : Iya..
Hartati : Terima kasih.
Malamnya sehabis makan , Simpurusiah baru sempat bertanya : Apa maksud
kedatangannya ke Bandung.
Hartati : Sebenarnya kedatangan kami kemari atas, permintaan Sangeang,
karena ada masalahnya minta dibantu.
Simpurusiah : Oh.. begitu...? dan iapun mengalihkan ke pembicaraan lain
karena ia tidak mau tahu masalah orang.
Hartati ; Kalau mas Fahri dimana sekarang ?.

Simpurusiah : Dua hari yang lalu, baru datang dari Surabaya, tadi subuh ke
Jakarta, tidak lama lagi datang, tadi ada teleponnya katanya sudah di
Padalarang, tapi mungkin agak terlambat karena biasanya macet di Jln Pasteur.
Hartati ; Eh.. ngomong ngomong, belum adakah tanda tanda kalau Simpur
bakal punya anak.?.
Simpurusiah : Mau dulu selesaikan S3 saya, dan sekarang saya kuliah di
Universitas Pajajaran. Kalau Hartati bagaimana ?.
Hartati : Alhamdulillah sudah 3 bulan umur kandungan saya
Simpurusia : Selamat kalau begitu.
Tiba tiba datang Fahri dan berkata : Wah... Selamat orang Surabaya datang.
Sangaji dan Hartati berdiri menjabat tangan Fahri.
Fahri : Tadi saya lihat Simpur menjabat tangan Tati, ada apa nih, kalau boleh
tahu.
Hartati : Dia memberi ucapan selamat, karena saya 3 bulan menngandung
anaknya mas Sangaji.
Fahri : Kalau begitu saya juga ucapkan selamat.
Hartati : Terima kasih. Tapi saya dengar Simpurusiah belum mau mengandung
sebelum selesai S3 nya.
Fahri : Maklumlah, kalau ada yang dia inginkan pasti berusaha untuk
mewujudkannya. Kalau saya sih hanya ikut saja apa kemauannya.
Simpurusiah mengerling kepada Fahri dengan sorot mata sambil berkata :
Bukan begitu, kalau saya semua itu harus terperogram. Sebab kalau S3 saya
sudah selesai, tidak ada lagi hal hal yang bisa mengganggu saya untuk

memelihara anak, sebab maunya saya tidak tahu maunya Allah, kalau saya
sudah punya anak maka aku akan mengabdikan hidupku pada anakku.
Hartati : Bukannya pengabdian pada suami ?
Simpurusiah : Justeru itu, mengabdi dulu pada suami sebelum datangnya sang
raja atau sang ratu . Kalau sang Raja atau sang Ratu, sudah datang, maaf saja
kalau saya katakan mari kita urus sendiri sendiri kita punya keperluan, sebab
saya mau fokus pada anakku kelak.
Fahri : yah yaa..yaa, tapi bagi juga perhatianmu padaku.
Simpurusiah bercanda berkata : Enggak usah ya .. kasian de lo.
Fahri ; Yah nasib ya nasib.
Tidak lama kemudian Sangaji dan Hartati, diajak masuk ke ruang karaoke.
Keesokan paginya Hartati dan Sangaji diantar pulang oleh sopir Fahri ke rumah
Sangeang. Setelah Hartati dan Sangaji sampai di rumah Sangeang, kemudian
Sangaji menelepon Sangeang, kalau sebentar ini diantar ke rumah Henny. Dan
tidak lama kemudian Sangeang datang untuk mengantar Sangaji dan Hartati ke
rumah Henny.
Sangaji berkata : Pulangnya nanti kami naik taxi saja.
Sangeang : Tidak apa apa ya..?.
Sangaji : Tidak apa apa.
Tidak lama setelah Hartati dan Sangaji sampai di rumah Henny, dan keduanya
turun dari mobil Sangeang, dan langsung masuk di rumah Henny. Setelah
keduanya masuk dan dipersilahkan duduk oleh Henny, kemudian Hartati
memperkenalkan Sangaji sebagai suaminya, sekaligus sebagai keluarga
Sangeang.
Selang beberapa saat Hartati berkata : Saya sudah ketemu Sangeang, dan ia
serahkan semua maslah ini kepada kami berdua bagaimana baiknya.

Henny : Terus apa solusi mba ?


Hartati : Sebenarnya hal ini tidak masalah kalau mba Henny mau melepaskan
egonya demi kebaikan mba Henny sendiri.
Henny : Maksudnya ?.
Hartati : Begini, kalau mba Henny mau memaafkan Sangeang, dan mau
menerima kembali Sangeang dalam kehidupan mba Henny, tentunya tidak ada
masalah lagi.
Henny : Itulah yang berat bagi saya mba.
Hartati : Karena itu semuanya tergantung kembali pada sikap mba Henny.
Sebab kalau saya pikir, mba Henny kan juga sudah bersuami, Sangeangpun
sudah beristeri, tentunya disini tidak perlu lagi mba Henny ada semacam
dendam dihatinya.
Setelah Henny merenung sejenak kemudian ia berkata : Kan bisa tanpa kami
harus menyatu kembali, saya beri kesempatan pada Sangeang untuk setiap saat
datang melihat anaknya, sampai ia beristeri kembali, saya tetap mengisinkan
untuk mendatangi anaknya.
Hartati ; Tapi yang penting bagi kami sebenarnya kalau sudah mengetahui
keberadaan anaknya Sangeang, dan aman. Karena itu hal itu saya akan
sampaikan pada Sangeang. Tapi kalau Sangeang mau menerima syarat ini
katakanlah apakah Sangeang sudah dapat mengunjungi anaknya ?
Henny : Bisa, setiap saat, bahkan kalau ia mau lebih lama dengan anaknya, ia
boleh membawanya jalan jalan, Cuma ia tidak boleh membawanya bermalam.
Sangaji : Apa yang bisa kami pegang, karena kalau hanya kata kata , besok
lusa bisa berubah.
Henny : Kita bisa buat perjanjian, yang intinya adalah Sangeang bisa
menemui anaknya, cuma ia tidak boleh membawanya bermalam bersamanya.

Sangaji : Kalau begitu kita buat perjanjian ya ..?.


Henny ; Iya...
Tidak lama kemudian Sangaji dan Hartati meninggalkan rumah Henny, kembali
kerumah Sangeang.
Adapun Sangeang, hampir malam baru tiba dirumah, setelah selesai shalat
Magrib, angeang kemudian mengajak Sangaji dan Hartati makan malam di
rumah makan Sunda di jalan Senopati.
Selesai makan, Sangeang bertanya pada Hartati : Bagaimana mba urusannya ?.
Hartati : Sudah saya sampaikan bahwa bagaimana kalau Henny menerima kak
Sangeang kembali dalam kehidupannya. Tapi rupanya ia belum sanggup
menerimanya, tapi iya sekarang berrsedia membuat perjanjian bahwa ia
membolehkan kak Sangeang kapan saja untuk datang menjenguk puteranya.
Bahkan ia mengisinkan kalau boleh anaknya dibawa jalan jalan dengan syarat
anak itu tidak boleh dibawa bermalam.
Sangeang : Tidak ada masalah, lega rasanya.
Sangaji : Kalau begitu saya buatkan perjanjian ya ?.
Sangeang : Iya, kalau bisa besok sudah selesai ditanda tangani Henny.
Sangaji : Insya Allah. Tapi jangan khawatir, kalau memang jodoh nanti waktu
yang akan mencairkannya.
Setelah selesai bicara, ketiganya pulang kerumah Sangeang, dan besoknya,
Sangaji dan Hartati membawa surta perjanjian yang sudah ditanda tangani
Sangeang ke Henny untuk ditanda tangani Henny.
malamnya Sangaji dan Hartati pulang ke Surabaya, namun sebelumya
keduanya, mendatangi kantor Simpurusiah untuk pamit pulang ke Surabaya.
Adapun Sangeang setelah ditinggal oleh Sangaji dan Hartati, ia minta isin
dikantor untuk keluar sebentar, tapi sebenanrnya ia pergi untuk kedua kalinya
mengunjungi puteranya.

Setelah ia masuk di rumah Henny, ia langsung memberi salam. Dan tidak lama
kemudian muncul suster puteranya.
Suster : Oh pak Sangeang..
Sangeang : Iya mba, mana Iskandar ?.
Suster : Kenapa pak, Lagi asik main dibelakang.
Sangeang : Kalau mba Henny ada ?.
Suster : Sudah berangkat kerja, karena baru kemarin ia diterima kerja, dan hari
ini adalah hari pertama masuk kerja.
Sangeang kemudian memperlihatkan surat perjanjiannya dengan Henny, dan
berkata : Sudah tahu isinya ya ?
Marni : Sudah pak, jadi bapak ini sudah buat perjanjian dengan mba Henny ya
pak.
Sangeang : Iya..! Bisa tolong ? mau ketemu Iskandar.
Suster : Bisa pak , kemudian ia masuk memanggil Iskandar.
Iskandar : Om yang dulu pernah datang ya ?
Sangeang : Iya.
Sangeang pun mulai mengambil hati Iskandar. Sementara Suster hanya
memperhatikan saja.
Sangeang bertanya pada Suster : Mba, maaf kalau bisa tahu siapa namanya
ya ?.
Suster : Marni.

Sangeang : Aslinya dari mana


Marni : Dari Cirebon.
Setelah Sangeang bermain sebentar dengan
Marni, : Bisa Bantu ya ?.

Iskandar iapun berkata kepada

Marni : Bantu apa pak ?.


Sangeang : Nanti kalau hari Sabtu, kalau bisa bawa Is, ke BIP, main main, nanti
saya tunggu disana.
Marni : Nanti saya minta isin dulu pak sama imba Henny.
Sangeang : Kalau begitu bisa kasi no HP nya ya ?.
Marni : Bisa pak, tolong disave, kemudian Marni memberikan no HP nya
Sangeang : Saya miss call ya ..!
Marni : Iya, sudah pak, nanti saya Save.
Setelah Henny pulang dari kerja, Marni menyampaikan kepada Henny : Tadi
pak Sangeang datang dan ia memperlihatkan surat perjanjian pada saya, dan
maaf mba saya baru tahu kalau Iskandar itu puteranya pak Sangeang (Marni
pura pura tidak tahu).
Henny : Iya. Jawabnya ketus
Marni : Tadi juga ia minta sama saya untuk membawa Iskandar jalan jalan ke
BIP, kalau hari Sabtu nanti. dia tunggu saya disana.
Henny : Tapi nanti jangan terlalu lama ya.
Pada hari Sabtu, nampak Marni sudah membawa Iskandar ke BIP, dan
sebelumnya ia telepon Sangeang kalau ia sudah menuju kesana.

Setelah Marni sampai di BIP, tidak lama kemudian datang Sangeang, mereka
pun pergu menuju tempat bermain. Tapi yang bermain hanya Marni dan
Iskandar, sementara Sangeang terus memperhatikan Marni, dan dalam hatinya
berkata : Sebenarnya marni ini kalau dipandang lebih lama rupanya cuku cantik
juga, bahkan bodynya lebih tinggi dan lebih bagus dari body Henny. Ah.. kalau
tidak ada Rotan akar pun jadi. Tapi inikan Marni bukan akar, ia Rotan juga. Dan
Satu hal kalau memang ia ada jodoh dengan Marni, tidak ada lagi maslah,
karena Marni sudah akrab juga Iskandar.
Setelah Iskandar dilihatnya Iskandar puas bermain, Sangeang pun menagajak
Marni dan Iskandar pergi makan. Sementara Marni makan Sangeang tidak henti
hentinya memandang Marni, sampai kadang keduanya bertemu mata, membuat
Marni agak malu.
Sesudah makan, Sangeang pun mengantar Iskandar dan Marni pulang kerumah,
tapi sebelum Marni turun Sangeang berkata : Lain kali nanti saya tunggut
diatas ya..! Caba lihat dan hapal no plat mobil saya.
Marni : Iya pak.
Sejak hari itu, Sangeang selalu telepon Marni, kalau ia sudah rasa Henny sudah
berangkat kerja. Namun demikian ia masih sangat membatasi hubungannya
dengan Marni karena Sangeang masih tetap mengharap Henny, agar ia mau
menerimanya kembali. Tapi dalam hati Sangeang berkata sampai kapan ia harus
menunggu, sementara teman temannya sudah berbahagia dengan keluarganya
masing masing.
Pada hari Sabtu berikutnya Sangeang sudah janji dengan Marni untuk kedua
kalinya jalan dengan Iskandar. Dan Henny tidak bisa lagi menghalanginya
karena
adanya surat perjanjian.
Hari itu Sangeang membawa Iskandar dan Marni ke Trans studio, Marni dan
Iskandar, untuk kedua kalinya Marni dan Iskandar masuk di Trans, sementara
Marni mengawasi Iskandar, Sangeang berdiri disampingnya, selalu melirik
Marni dan dalam hatinya berkata : Saya dan Marni sepertinya serasi. Adapun

Marni yang merasa dirinya selalu dilirik, merasa kalau Sangeang mulai
menaruh perhatian padanya. Dan dalam hatinya Marni juga berkata :
Sangeang telah mulai memikat hatiku
Namun aku belum tahu cara bagaimana memikatnya
Sekarang aku sudah harus belajar menggoda
Demi untuk mendapatkan dirinya.
Ya Tuhan tolonglah aku. Untuk mendapatkannya.
Sangeang pun berkata dalam hatinya :
Saat dirimu kutatap dengan lembut.
Engkau belum tahu kalau aku mulai menaruh hati padamu.
Cintaku mulai tumbuh berbunga bunga.
Kini aku sadar betapa dirimu penting bagiku.
Demi anakku yang telah kau rawat selama ini.
Dirimulah yang bisa kuharap mengobati kesedihan ini.
Karena Henny tetap tidak menghiraukan aku lagi.
Setelah Iskandar puas bermain, Sangeang mengajak terlebih dahulu pergi
makan. Selesai makan kini Sangeang dan Marni masih duduk ngobrol,
Sangeang bertanya pada Marni : Maaf, apa sudah pacar ya ?.
Marni : Siapa yang suka pengasuh anak seperti saya ini pak, apalagi saya ini
seorang Janda.
Sangeang : Maaf ya, ada anak ?.
Marni : Tidak ada pak.
Sangeang hanya meng-angguk angguk.
Tidak lama kemudian ketiganya meninggalkan Trans studio.

Adapun Henny yang sudah menunggu dari tadi, ketika Marni datang ia
langsung bertanya : Dari mana saja ? kenapa terlalu lama?
Marni : Dari Trans Studio mba.
Henny yang membayangkan Sangeang bersama Marni, timbul kecurigaannya,
sehingga hatinya semakin membenci Sangeang.
Setelah Sangeang selalu jalan dengan Marni serta Iskandar, sudah merasa kalau
Marni itu adalah isterinya jalan dengan anaknya. Sehingga pada suatu saat ia
berkata pada Marni : Selama ini kita selalu jalan sama, sering kurasakan kalau
kita ini sudah seperti suami isteri yang membawa anaknya jalan.
Marni : maaf pak, perasaan itu juga selalu membayangiku, tapi aku selalu sadar
dan berkata dalam hatiku, kalau saya ini barangkali bukanlah type wanita yang
bapak idamkan.
Sangeang : Jangan rendah diri, bagaimana kalau suatu saat saya melamarmu,
bagaimana tanggapanmu ?.
Marni : Yang penting saya diberi keyakinan kalau bapak nantinya tidak akan
menyia nyiakan saya. Maaf pak, saya sudah trauma.
Sangeang : Kalau begitu, untuk sementara Marni bisa menilai pribadiku,
apakah saya ini adalah type laki laki yang suka mengecewakan wanita.
Marni terdiam sejenak kemudian berkata : Maaf, jangan tersinggung ya pak.!
Sangeang : Tidak.
Marni : Terima kasih pak.
Setelah waktu berjalan beberapa bulan, namun Henny belum juga ada tanda
tanda hatinya mau menerima kembali Sangeang, akhirnya Sangeang
memutuskan untuk melamar Marni.
Suatu hari Marni berkata kepada Henny : Maaf, bu..! Saya mau minta isin
pulang ke Cirebon karena orang tua lagi sakit.

Henny : berapa lama ?.


Marni : Belum tahu bu, tergantung kondisi orang tua.
Henny : Maaf, kalau begitu, saya tidak bisa menunggumu, karena saya
bekerja, maka perlu ada yang menggantikanmu untuk merawat Iskandar.
Marni : Silahkan bu..!
Keesokan harinya Marn berangkat menuju Cirebon, dalam perjalanan ke
terminal Cicaheum, ia tak lupa menelepon Sangeang : Pak, saya ke Cirebon
dulu ya pak,
Sangeang : Kenapa tiba tiba ?
Marni : Tadi malam ada telepon kalau ibu saya sakit pak.
Sangeang : Sekarang dimana ?.
Marni : Sudah di jalan Senopati pak.
Sangeang : Marni turun dulu, karena saya mau ketemu, dan nanti saya telepon
posisimu dimana, sebentar saya datang.
Marni pun turun dari angkot, dan tidak lama kemudian sudah ada telepon dari
Sangeang dan Marni pun memberitahukan posisinya.
Setelah Sangeang datang, kemudian Sangeang membawa Marni ke sebuah
rumah makan, dan berkata : Kita ke rumah makan dulu kita bicara disana,
setelah itu saya antar ke treminal.
Marni : Iya pak.
Sangeang ; Mulai saat ini jangan panggil saya pak, apakah memang saya ini
sudah tua dalam pandangan Marni ?

Marni ketawa dan berkata : Bapak justeru masih muda, tapi bapak seorang
pejabat.
Sangeang : Itu bapak lagi.
Marni : Maaf kang.
Sangeang : Ya begitu dong.
Tidak lama kemudian keduanya sudah sampai di sebuah rumah makan. Setelah
keduanya duduk merekapun mulai bicara, Sangeang : Sakit apa ibunya ?
Marni : Belum tahu kang, katanya badannya panas, dan tidak mau makan.
Padahal selama ini ibu saya kalau sakit paling sakit kepala.
Sangeang ; Belum dibawa ke dokter.?
Marni : Sementara sudah ada di rumah sakit.
Sangeang : Maaf Marni, setelah saya pikir pikir, selama ini maka saya
mengambil kesimpulan untuk melamarmu.
Marni yang kaget mendengar itu : Apa akang sudah pikir masak masak.
Sangeang : Sudah, utamanya Marni sudah erat sekali dengan Iskandar, dan
rencana saya nantinya saya mau suruh Henny cari lagi suster untuk merawat
Iskandar, dan nanti saya bayar.
Marni : Sudah bulatkah hati akang.
Sangeang : Iya, kalau perlu minggu depan kalau kondisi ibunya sudah
membaik, saya akan datang melamarmu.
Marni : Iya, kang, nanti saya beritakan kondisi kesehatan ibu.
Setelah selesai makan siang, kemudian Sangeang mengantar Marni ke terminal
Cicaheum. Sebelum Marni turun di Terminal, Sangeang memberikan amplop
berisi uang pada Marni sambil berkata buat pengobatan ibu.

Marni ; Terima kasih kang.


Selang beberapa hari, datanglah telepon Marni yang mengatakan kalau ibunya
sudah sembuh. Sangeang pun berkata : Sekarang tunggu saya, yang akan datang
melamarmu sayangku.
Marni yang mendengar kata sayang, sepertinya ia kembali bergairah
menghadapi hidupnya.
Setelah Sangeang melamar Marni, tidak lama kemudian keduanya menikah di
Cirebon.
Malamnya setelah keduanya selesai menikah, Fahri bercanda : Ini malam
bukan lagi malam pertama antara seorang pemuda dengan gadis tapi malam
pertama untuk seorang duda dan janda. Yang sudah berpengalaman.
Marni : Yah kita sudah sama sama tahu apa yang perlu kita lakukan.
Adapun Sangeang sesudah pernikahannya dengan Marni, di Cirebon iapun
membopong Marni ke rumahnya di Bandung.
Sesampainya Marni di Bandung, beberapa kemudian ia mendatangi Henny
sambil melihat Iskandar, setelah Marni ketemu Henny, di ruang tamu, kemudian
Marni berkata : Ada sesuatu yang saya ingin sampaikan.
Henny dengan muka tidak senang berkata ; Maaf, kalau apa yang mau
disampaikan bahwa Marni mau kembali merawat Iskandar, saya kira tidak usah,
karena Iskandar sekarang sudah ada yang merawatnya.
Marni : Bukan itu mba.
Henny dengan ketus berkata ; Lalu apa.
Marni : Yang ingin saya sampaikan bahwa saya dengan Sangeang sudah
menikah.

Henny tertegun sejenak dan baru ia merasa menyesal, tapi sudah terlambat
kemudian berkata : Ternyata selama ini kamu diam diam menjalin hubungan
ya?
Marni : Apa salahnya mba. Apalagi saya kasihan melihat dia, menunggu terus
mba tapi, mba tidak pernah mau menerimanya kembali.
Henny : Sudah...sudah pergi..!
Marnipun pergi dengan perasaan terhina.
Selang 1 bulan lebih, Marni berkata kepada Sangeang ; Bagaimana kalau kita
ambil Iskandar ?
Sangeang ; Tidak bisa, nanti kalau Henny sudah menikah, baru kita minta.
Marni : Kapan kita bisa tahu kalau ia akan menikah ?.
Sangeang : Saya bingung mau bagaimana ? apalagi bukankah saya sudah buat
perjanjian.
Marni : Tapi perjanjian itu kan bisa kita batalkan. Dan untuk apa akang
mengasihani orang yang tidak punya perasaan seperti itu yang hanya mau
menang sendiri.
Sangeang : jadi maumu bagaimana ?.
Marni : Saya akan ambil Iskandar, karena bukankah Iskandar itu anak kandung
dan buah hati suamiku tercinta.
Sangeang hanya terdiam mendengar kata Marni. Tapi Marni akan berusaha
secara diam diam agar Iskandar kembali pada orang tua aslinya.
Selang beberapa hari setelah Marni berhasil mencuri surat perjanjian Sangeang
dengan Henny, ia pergi ke Polsek Taman sari untuk mengadukan Henny atas
perbuatannya tidak mau menyerahkan Iskandar pada orang tuanya.

Setelah Marni sampai di Polsek, kemudian langsung melapor : Maaf pak saya
ini datang melapor atas masalah yang menimpa suamiku.
Polisi ; Masalah apa itu bu..
Marni ; Menceriterakan kronologis mengapa Iskandar jatuh di tangan Henny.
Polisi : Ada bukti yang kami bisa lihat ?
Marni : Ini pak sebuah surat perjanjian.
Polisi setelah membaca surat perjanjian itu, kemudian ia berkata : Masalah ini
memang nampaknya mengandung unsur pidana, tapi perlu penyelidikan lebih
lanjut.
Sesudah Marni selesai melapor, ia pun pulang kerumahnya.
3 hari kemudian datanglah surat panggilan dari polisi sebagai saksi, setelah
Henny melihat pelapor, hatinya marah sekali dan berkata : Tidak aku sangka
Marni bisa menghianatiku.
Keesokan harinya setelah Henny mendapat surat panggilan, iapun berangkat
menuju kantor Polisi. Setelah tiba di kantor polisi, tidak lama kemudian Henny
sudah ditanya oleh polisi, : Benarkah kalau anak yang bernama Iskandar itu,
kalau bukan anak ibu, tapi putera tuan Sangeang.
Henny : Saya sampai sekarang belum tahu persis apakah Iskandar itu anak saya
atau anak Sangeang, tentunya masih perlu pembuktian selanjutnya.
Polisi : Tentu, akan kami buktikan dengan tes DNA, dan kalau itu terbukti
kalau Iskandar itu adalah putera ibu, maka tidak menutup kemungkinan ibu
Marni dan tuan Sangeang, dapat dituntut pidana, karena terbukti telah
melakukan persekongkolan untuk menipu ibu. Tapi kalau ternyata Iskandar
terbukti adalah putera Sangeang, maka ibu harus mengembalikan Iskandar pada
tuan Sangeang.
Henny, : Tapi ada kan perjanjian yang kami sepakati.

Polisi : Berarti ibu secara tidak langsung, mengakui kalau Iskandar itu adalah
putera Sangeang.
Henny : Justeru itu saya katakan tadi masih perlu di selidiki lebih lanjut.
Polisi : Tapi kenapa ibu membuat surat perjanjian ?.
Henny : Saat itu tidak ada pilihan bagiku, karena saya sudah ditekan terus oleh
pengacara Sangeang.
Polisi : Kenapa saat itu ibu tidak melapor kepada polisi.
Henny ; Saya tidak bisa berpikir lagi, karena pikiran saya sangat kacau, sebab
sudah di tinggal mati oleh suami, tidak lama kemudian ibu saya meninggal, tiba
tiba tiba muncul lagi masalah kalau anakku sendiri juga meninggal.
Polisi : Maaf saya ibu, karena sudah membuat ibu bersedih.
Henny hanya diam saja, sambil memejamkan mata.
Tidak lama kemudian, nampak Henny meninggalkan kantor polisi.
Dua hari kemudian datang panggilan Sangeang, sesudah Sangeang membaca
surat panggilan, di panggilnya Marni dan bertanya : Kapan Marni melaporkan
Henny ke polisi ?.
Marni, : Seminggu yang lalu kang.
Sangeang : Kenapa tidak minta persetujuan akang terlebih dahulu.
Marni : Kalau saya minta persetujuan sama akang, pasti tidak diisinkan, Marni
tidak tahu kenapa sih akang terlalu sayang sama Henny,
sampai anak harus dikorbankan ?.

Sangeang tadinya mau marah tapi setelah berpikir, akhirnya ia membenarkan


apa yang dikatakan Marni.
Keesokan harinya, Sangeang mendatangi kantor polisi, setelah di tanya tanya
oleh polisi, akhirnya polisi mengatakan : Untuk menjernihkan masalah ini,
maka kami melakukan tes DNA. Sesudah itu Sangeang disuruh ke rumah sakit
Polri, semntara polisi pergi menjemput Iskandar untk dibawa ke sakit Polri. Dua
hari kemudian Henny mendapat panggilan. Esoknya Henny datang memenuhi
panggilan polisi dan kini ia telah ada di kantor polisi, setelah Henny duduk
polisi berkata : Maaf bu.. setelah dilakukan tes DNA, ternyata Iskandar itu
adalah anak tuan Sangeang. Nah sekarag bagaimana tanggapan ibu ?.
Henny : Saya tidak mau tahu itu. Karena kalau memang demikian adanya,
maka saya mau minta keadilan, sebab selama 5 tahun lebih boleh dikatakan
Sangeang telah memanfaatkan aku untuk mememelihara anaknya, sampai aku
harus menyusui kurang lebih satu setengah tahun.
Polisi : Maaf bu, itu adalah hak ibu, dan tentunya akan kami proses secara
hukum sampai di Pengadilan.
Setelah 1 bulan lebih akhirnya masalah Henny dan Sangeang bergulir ke
pengadilan.
Adapun Simpurusiah yang ditugaskan mengadili masalah ini, setelah membaca
berkasnya, ia pun berkata dalam hatinya, kenapa saya yang harus menangani
masalah ini,maslah orang yang paling dibencinya selama hidupnya. Tapi ia
sadar kalau ini adalah sebuah siklus hidup, dan selaku hakim ia harus lebih
mementingkan rasa keadilan daripada rasa pribadi.
Setelah pengadilan berlangsung beberapa kali, akhirnya Simpurusiah memutus
bahwa anak itu harus kembali ke Sangeang, karena antara anak itu dan Henny
tidak memiliki apa apa, dan menganulir surat perjanjian yang telah dibuat
Sangeang dan Henny.
Adapun Henny yang menerima putusan itu langsung pingsan, dan sejak itu
Henny tidak pernah lagi sembuh sembuh sampai akhirnya ia meninggal, dengan
membawa ke akuannya yang sangat keras itu.

membuatku dapat melupakan semua keraguan jiwa


dan lebih merasakan hangatnya cinta
biru
kau mampu memberiku warna yang berbeda di setiap sisi lemahku
membuatku tertawa, tersenyum, dan lebih semangat menjalani hari-hariku bersamamu
kau juga memberiku rasa tenang, damai, dan juga cinta disampingmu
dengan segala kekuranganku
kau memang spesial di hatiku
kau juga inspirasi di setiap langkah-langkahku

biru
kau sungguh membuatku bersyukur karena memilikimu,
memberi sejuta rasa untuk menghargai cinta dan indahnya kehidupan

Berpasangan engkau telah diciptakan


Dan selamanya engkau akan berpasangan
Bergandingan tanganlah dikau
Hingga sayap-sayap panjang nan lebar lebur dalam nyala
Dalam ikatan agung menyatu kalian
Saling menataplah dalam keharmonisan
Dan bukanlah hanya saling menatap ke depan
Tapi bagaimana melangkah ke tujuan semula
Berpasangan engkau dalam mengurai kebersamaan
Kerana tidak ada yang benar-benar mampu hidup bersendirian
Bahkan keindahan syurga tak mampu menghapus kesepian Adam
Berpasangan engkau dalam menghimpun rahmat Tuhan Ya, bahkan bersama pula dalam
menikmatinya
Kerana alam dan kurniaan Tuhan
Terlampau luas untuk dinikmati sendirian
Bersamalah engkau dalam setiap keadaan
Kerana kebahagiaan tersedia, bagi mereka yang menangis
Bagi mereka yang disakiti hatinya, bagi mereka yang mencari,
bagi mereka yang mencuba
Dan bagi mereka yang mampu memahami arti hidup bersama
Kerana mereka itulah yang menghargai pentingnya
orang-orang yang pernah hadir dalam kehidupan mereka
Bersamalah dikau sampai sayap-sayap sang maut meliputimu
Ya, bahkan bersama pula kalian dalam musim sunyi
Namun biarkan ada ruang antara kebersamaan itu
Tempat angin syurga menari-nari diantara bahtera sakinahmu
Berkasih-kasihlah, namun jangan membelenggu cinta
Biarkan cinta mengalir dalam setiap titisan darah
Bagai mata air kehidupan
Yang gemerciknya senantiasa menghidupi pantai kedua jiwa

Saling isilah minumanmu tapi jangan minum dari satu piala


Saling kongsilah rotimu tapi jangan makan dari pinggan yang sama..
Menyanyilah dan menarilah bersama dalam suka dan duka
Hanya biarkan masing-masing menghayati waktu sendirinya
Kerana dawai-dawai biola, masing-masing punya kehidupan sendiri
Walau lagu yang sama sedang menggetarkannya
Sebab itulah simfoni kehidupan
Berikan hatimu namun jangan saling menguasainya
Jika tidak, kalian hanya mencintai pantulan diri sendiri
Yang kalian temukan dalam dia
Dan lagi, hanya tangan kehidupan yang akan mampu merangkulnya
Tegaklah berjajar namun jangan terlampau dekat
Bukankah tiang-tiang candi tidak dibina terlalu rapat?
Dan pohon jati serta pohon cemara
Tidak tumbuh dalam bayangan masing-masing?
-.:Khalil Gibran.:

PENYAIR
Dia adalah rantai penghubung
Antara dunia ini dan dunia akan datang
Kolam air manis buat jiwa-jiwa yang kehausan,
Dia adalah sebatang pohon tertanam
Di lembah sungai keindahan
Memikul bebuah ranum
Bagi hati lapar yang mencari.
Dia adalah seekor burung nightingale
Menyejukkan jiwa yang dalam kedukaan
Menaikkan semangat dengan alunan melodi indahnya
Dia adalah sepotong awan putih di langit cerah
Naik dan mengembang memenuhi angkasa.
Kemudian mencurahkan kurnianya di atas padang kehidupan. Membuka kelopak mereka bagi
menerima cahaya.
Dia adalah malaikat diutus Yang Maha Kuasa mengajarkan Kalam Ilahi.
Seberkas cahaya gemilang tak kunjung padam.
Tak terliput gelap malam
Tak tergoyah oleh angin kencang

Ishtar, dewi cinta, meminyakinya dengan kasih sayang


Dan, nyanyian Apollo menjadi cahayanya.
Dia adalah manusia yang selalu bersendirian,
hidup serba sederhana dan berhati suci
Dia duduk di pangkuan alam mencari inspirasi ilham
Dan berjaga di keheningan malam,
Menantikan turunnya ruh
Dia adalah si tukang jahit yang menjahit benih hatinya di ladang kasih sayang
dan kemanusiaan menyuburkannya
Inilah penyair yang dipinggirkan oleh manusia
pada zamannya,
Dan hanya dikenali sesudah jasad ditinggalkan
Dunia pun mengucapkan selamat tinggal dan kembali ia pada Ilahi
Inilah penyair yang tak meminta apa-apa
dari manusia kecuali seulas senyuman
Inilah penyair yang penuh semangat dan memenuhi
cakerawala dengan kata-kata indah
Namun manusia tetap menafikan kewujudan keindahannya
Sampai bila manusia terus terlena?
Sampai bila manusia menyanjung penguasa yang
meraih kehebatan dgn mengambil kesempatan??
Sampai bila manusia mengabaikan mereka yang boleh memperlihatkan keindahan pada jiwa-jiwa
mereka
Simbol cinta dan kedamaian?
Sampai bila manusia hanya akan menyanjung jasa org yang sudah tiada?
dan melupakan si hidup yg dikelilingi penderitaan
yang menghambakan hidup mereka seperti lilin menyala
bagi menunjukkan jalan yang benar bagi orang yang lupa
Dan oh para penyair,
Kalian adalah kehidupan dalam kehidupan ini:
Telah engkau tundukkan abad demi abad termasuk tirainya.
Penyair..
Suatu hari kau akan merajai hati-hati manusia
Dan, karena itu kerajaanmu adalah abadi.

Penyair..periksalah mahkota berdurimu..kau akan menemui kelembutan di sebalik jambangan


bunga-bunga Laurel
-.:Kahlil Gibran:.

Anda mungkin juga menyukai