dalam
CAKARMU
Episode I
PANTAI MATTIROTASI TINGGAL KENANGAN
Setiap sabtu kami selalu datang bertemu di sampan yang sudah rusak itu,
kami duduk diatas tepi pantai Mattirotasi Pare Pare. Sambil bercanda, kaki
kami sesekali tersentuh dan mempermainkan alunan ombak yang gemercik
dibawah . Gemuruh ombak datang beri-iringan terus menghantam sampan kami
di darat, Kala air pasang kami saling memandang , Kala surut kami saling
melirik
Sekarang ku menunggu, Hari memintal minggu, Minggu merajut bulan, dikala
fajar menyingsing aku kirim salam. Karena kuyakin cahaya Matahari kan
melewati dirimu, Tengah malam dibalik tidur ku mengenangmu, Tetap saja
semua hening. Sejak kau pergi, ku masih saja menantimu, hingga kau kembali
dan takkan tinggalkan ku lagi, entah kapan.
Tanpa terasa pakaianku basah menyaksikan matahari di ufuk barat perlahan
tenggelam menuju pembaringan. Disampan ini kami dipertautkan oleh cinta,
namun sekolah telah memberi jarak aku dengannya. Berat hati kami harus
berpisah, demi masa depan yang dicita citakan bersama. Saat dia membisikkan
selamat tinggal, aku hanya bisa tunduk terharu menitikkan air mata.
Setahun berlalu sudah, Sangeang telah mengabariku bahwa ia akan pulang
berlibur, rasanya kutak tahan lagi ingin berjumpa, dan kala malam datang,
seiring rasa kantuk namun aku tak mampu memejamkan mata, kala Subuh
menjelang, aku bangun dan aku mendengar puji-pujian kepada Tuhan,
berkumandang dari Mesjid. Akupun pergi berwudhu, aku Sholat dan berdzikir
di atas hamparan keabadian yang tersembunyi di balik relung hati. dalam
ombak-ombak itu ada kekuatan arus menyanyi bersama angin. Namun waktu
kedatangannya yang dijanjikan itu tak pernah dipenuhi.
Seiring waktu berjalan aku terus menanti, bilakah ia kembali walau hanya
sekejap, karena aku rindu, walau ia datang hanya sebatas bisikan, walau ia
hanya datang sekedar untuk bertanya tentang keadaanku. Aku sepertinya tidak
tahan lagi didera kerinduan dan waktu. Hanya satu yang kusayangkan,
mengapa ketika kami akan berpisah, orang tuaku belum mampu membelikan
aku Hand Phone, dimana aku butuh bicara dengan Sangeang di Bandung, aku
hanya bisa bicara lewat Hand Phone teman, itupun paling hanya dapat bicara 2
kali seminggu.
Menjelang setahun lebih, orang tuaku baru dapat membelikan aku Hand Phone,
tapi mengapa justeru Sangeang jarang sekali mau meneleponku. Hingga suatu
saat aku meneleponnya, sepertinya ia malas bicara dan terasa hambar. Sadar aku
melihat hal ini, maka aku harus menentukan sikap, bahwa aku tidak bisa lagi
mengharap orang lain untuk ikut menentukan hidupku.
Kedatangan ke pantai Mattirotasi kali ini, hanya untuk menegaskan bahwa
ditempat ini dulu kita pernah memadu janji, ditempat ini pula aku putuskan kita
kan berpisah untuk selamanya, karena sudah lima belas
purnama aku
menunggu, dan ini bukan waktu yang singkat, untuk sebuah penantian kabar
berita. Aku segera bergerak diam diam turun dari sampan, dan mulai
melangkahkan kaki dipinggir birunya laut, kutinggalkan jejak diatas putihnya
pasir, yang akan terhapus oleh deburnya riak riak laut. Ingin rasanya melepas
kehausan rindu, dengan meminum air laut, namun semakin aku minum
semakin aku haus, hanya ada satu cara yaitu mencoba tidak mengenangnya.
Tapi napasku dipenuhi segenap relung hatinya, diiringi kecupan-kecupan kasih
sayang, tapi beritanya pantas diwarnai kebimbangan, sementara aku sabar dan
tenang serta berusaha menjaga diri, agar kekuatan cintaku tidak menyusut.
Mungkin aku adalah pemuja cinta dari kebenaran cinta yang perkasa. Tapi
mungkin juga kelelahan cinta akan menerpaku dan aku tak berdaya. Barangkali
masih ada jalan lain menantiku, karena aku tidak mau menangis lagi, karena
rajut kerinduanku telah terputus tanpa janji.
Karena itu pantaskah aku tunduk terbawa arus nasib, sementara hatiku masih
ragu, jangan sampai aku jatuh terduduk dalam kepasrahan dan hanya bersandar
ditakdirmu, dengan menunggu sesuatu yang tidak berkesudahan. Karena
kesetiaan hanya nampak ketika sisi lain muncul penghianatan. Tiba tiba seperti
ada bisikan berkata Oh Simpurusia sadarlah bahwa cinta yang terlalu dan
melampaui batas, adalah tanda yang akan membuahkan kebodohan.
Aku berlari menuju rumah di tengah remang remang cahaya purnama. Ayah ibu
dan saudaraku telah was was menantikan. Secara bersamaan ayah, ibu dan
adikku bertanya : Darimana ?
Ibuku lanjut bertanya : Dari mana kau Simpur? Apa kau lupa kalau sekarang
sudah magrib?
Aku menjawab : Iya bu, aku sempat ditahan teman sehingga aku terlambat
pulang.
Ibu berkata : Sana.. cepat ambil wudhu dan sholat.
Aku menjawab : Iya bu...
Selesai sholat, akupun ke meja makan untuk santap malam. Namun santapan
malam kali ini terasa hambar. Sementara bintang di persada angkasa tak lagi
cukup menghangatkan kedinginan dalam kesendirian, menikmati renungan
pelita hati, dengan membayangkan sang pangeran dirantau tidur lelap dalam
mimpi. Sementara aku dipembaringan ini hanya berselimutkan kecewa. .
Sangeang bukanlah insan biasa dikotaku, ia adalah manusia pilihan yang
dikaruniakan Tuhan pada orang tuanya, juga manusia dambaan bagiku, dan
lelaki idaman setiap wanita yang mengenalnya. Kala itu hari lagi cemerlang,
secemerlang bisikan cintanya padaku, hingga menggulung jarak ombak asmara
diantara kami, menuju sebuah pulau harapan. Sapu tangan kecilnya adalah rajut
pemberian sebagai penghangat cintanya, masih mendekam dalam setiap desah
napasku. akankah tersapu oleh awan yang ber-arak, karena kini hangatnya
bintang lazuardi tak mampu lagi menghangatkanku.
Di bawah naungan langit biru dengan segala hiasannya yang indah tiada tara Di
atas hamparan bumi dengan segala lukisannya yang panjang terbentang Masih
kudapatkan dan kurasakan. Curahan rahmat dan berbagai ni'mat yang kerap kau
berikan, tapi bila tiba waktu berpisah, kulangkahkan kaki bersama ayunan
langkah dan kupejamkan mata bersama orang-orang yang kucintai Masih
kudapatkan dan kurasakan keramaian suasana dan ketenangan jiwa. Tapi bila
tiba waktu berpisah, akankah kupergi seorang diri tanpa bayang-bayang mereka
yang akan menemani, ketika kulalui jalan-jalan yang berdebu, yang selalu
mengotori tubuhku. Setiap kegagalan yang membawa kekecewaan, setiap
kenyataan yang menghadirkan penyesalan masih bisa kudengar dan kurasakan.
Suara-suara yang menghibur untuk menghapus setiap kecewa dan sesal.
Karena kini aku berdiri tegar menyambut fajar sedang menyingsing, merekah
membawa aroma pagi hinggap di pangkuanku terlihat Indah, sejuk terasa
menanti bahagia dalam kesabaran. Namun, Yah..., sekarang engkau ibarat
matahariku yang dulu indah, dan kini tenggelam di ufuk barat bersama awan
hitam. Aku dan kamu, dalam perpisahan tanpa tetesan air mata, karena sadar
aku akan terus bersinar, dan tak akan meratapi takdir, Aku akan menjadi
rembulan yang indah yang akan bersinar diantara kegelapan, dan akan menjadi
bintang gemerlap diantara bintang bintang yang redup..
Wahai Sangeang, engkau telah menyia nyiakan harapanku, engkau tahu dan
paham betul orang yang ditinggalkan karena merasa cintanya dikhianati akan
menangis, merintih, dalam keperihan, tapi aku tidak. Perpisahan ini hanya
sebuah babak baru yang akan berlalu, akan berubah dengan kisah hidup
selanjutnya. Harapan untuk hidup ini masih panjang, harapan adalah bayangan
nafas kehidupan. Sangeang silahkan pergi, dan selamat jalan. Karena cinta kita
tak bisa di paksakan, biarlah cinta ini akan terlupakan tanpa kenangan.
Dengan pengalaman ini membuat aku bertahan dan akan ku langkahkan kaki
ini menuju masa depan yang lebih cemerlang, dan pada saat yang sama dapat
aku buktikan bahwa aku bukan mangsa dalam cakarmu yang bisa bertahan
hidup tanpamu.
Tiba tiba kuteringat pada sosok teman namanya Sangaji, dia adalah sosok
kawan yang meyenangkan, namun ketika ia mencoba menyatakan cinta padaku,
tiba mataku nanar memandangnya, sambil berkata : Sangaji sesungguhnya
engkau adalah teman yang baik dan menyenangkan, tapi kenapa engkau ingin
menodai pertemanan ini?. Ingat... kawan jangan salah paham, kebaikanku
selama ini kutunjukkan bukan berarti aku menaruh hati padamu. Dan bagiku hal
ini belum terpikirkan, karena aku masih memilih belajar lebih giat.
Sangaji berkata : Saya kira tidak ada salahnya seorang laki laki mengungkapkan
isi hatinya pada wanita yang dipujanya. Walaupun kemudian wanita itu
menolaknya.
Simpurusia berkata : Memang tidak ada salahnya, tapi apakah Sangaji tidak
sadar kalau hal ini dapat mengurangi rasa persahabatan.
Sangaji : Itulah resiko orang yang sedang jatuh hati, dan kalau itu membuat
rasa persahabatan akan berkurang , maka aku siap menerima dengan segala
konsekwensinya.
Simpurusia : Terima kasih dan maaf kan aku.
Kemudian aku pergi meninggalkankannya, Sangaji tidak tahu kalau aku sudah
menjalin asmara dengan Sangeang. Walaupun pada akhirnya aku kecewa.
Di sekolah kami dari murid kelas III, sebahagian besar murid wanita telah
menjalin persahabatan sudah lebih dari 2 tahun, kecuali kelompok Andi Reni,
yang semuanya dari keluarga berada. Mereka sering membuat acara yang
memerlukan dana tidak sedikit buat ukuran kami yang hidup pas pasan. Salah
satu sahabat saya yang paling intim ialah I Wasi, orangnya walau tidak cantik,
tapi cukup menarik dipandang.
Suatu hari I Wasi menyapa padaku : Simpur...! bisakah kita bicara nanti sore di
rumahmu ?
Simpurusia menjawab : Ada apa
I Wasi : Ada sesuatu yang ingin aku minta pendapatmu.
Simpurusia : Kenapa tidak sekarang
I Wasi : Waktu dan tempatnya kurang memungkinkan
Simpurusia : Ada apa sih... kok kelihatannya serius sekali
I Wasi : Iya sih, kalau tidak tentunya aku tidak perlu repot repot kerumahmu.
Simpurusia : Iya deh, sebentar sore saya tunggu, tapi jangan kesorean.
Sesudah itu kedua wanita itu berpisah dan masing masing pulang menuju
kerumahnya.
I Wasi dalam perjalanan pulang, terus berpikir darimana harus memulai
pembicaraan dengan Simpurusia nanti sore.
Selesai shalat Ashar, nampak I wasi berjalan menuju rumah Simpurusia, adapun
Simpurusia, sudah menuggu kedatangan I Wasi. Tidak lama kemudian nampak
keduanya sudah duduk diteras rumah
I Wasi berkata : Saya terlebih dahulu minta maaf jika sekiranya, apa yang saya
sampaikan ini dapat menyinggung perasaanmu.
Simpurusia : Nanti kita lihat, tapi silahkan .....
I Wasi : Sebenarnya saya ini diberi tugas oleh pak Syahrir guru IPA kita,
rupanya ia ada menaruh hati pada Simpur..
Simpurusia : Terus maunya dia apa ?
Simpurusia : Jelas aku akan menolaknya, dan dia tidak boleh memaksakan
kehendak.
I Wasi : Maaf kalau saya nilai prinsip hidupmu, salahkah aku kalau saya
berkata, itu sangat idealis sekali, dan bisa jadi bumerang ketika kau tidak dapat
mewujudkannya sebagaimana yang kau cita citakan.
Simpurusia : Manusia memang sejatinya harus memiliki rasa idealis, karena
hanya rasa idealis-lah yang dapat mendorong semangat manusia untuk meraih
apa yang dia cita citakan dan aku yakin Tuhan akan membantu.
I Wasi : Maaf sampai dimana kau akan mengejar pendidikan, dan sampai kapan
kau tidak memikirkan untuk berumah tangga ?.
Simpurusia :
Pendidikan memang tidak menjanjikan kekayaan harta pada dirimu, tapi
pendidikan dapat menuntun kamu tumbuh menjadi orang kaya harta . Dan hal
ini hanya dapat dimiliki oleh manusia penuh semangat, dan yakin bahwa ia bisa
untuk itu. Sebagaimana halnya seseorang yang memiliki pandangan jauh
kedepan akan memikirkan isi yang ada dalam durian, tanpa memikirkan
durinya, sedang orang yang memiliki pandangan yang terbatas akan melihat
duri durian sebagai penghalang untuk menikmati isinya yang sangat lezat itu.
I Wasi : Apa yang simpur katakan itu, benar, tapi tidak semua manusia memiliki
tekad dan rasa optimisme seperti Simpur.
Simpurusia : Kita kembali kemasalah yang kau bawa kemari, begini saja
sampaikan pada beliau, kalau aku siap becara lewat hand phone, tapi waktunya
hanya sore. Karena tidak mungkin saya mau duduk bersama beliau pada suatu
tempat, sebab saya takut nantinya saya dijadikan bahan gunjingan.
I Wasi : Kalu begitu, biarlah saya kembali kerumah, dan saya akan sampaikan
pada beliau, seperti apa yang Simpur sampaikan pada saya.
Setelah I Wasi kembali kerumahnya, Simpurusia berpikir masih ada waktu
sedikit untuk memikirkan persiapan pembicaraan dengan pak guru, bila ia
menelepon nantinya.
Tidak lama kemudian suara shalawat terdengar dari Mesjid, Simpurusia pun
langsung pergi mengambil air wudhu, sambil menanti adzan untuk selanjutnya
shalat Maghrib.
Dua hari kemudian menjelang sore pak Syahrir menelopon Simpurusia,
kebetulan Simpurusia sedang duduk di teras, melihat telepon pak Syahrir, ia
langsung berdiri dan berjalan kedepan dekat pagar. Tidak lama kemudian
Simpurusia menjawab salam pak Syahrir.
Simpurusia bertanya : Bapak sekarang ada dimana ?
Pak Syahrir menjawab : Kebetulan saya jalan jalan dan sekarang saya ada di
pantai Mattirotasi.
Simpurusia sambil cemberut berkata dalam hati : Pantai Mattirotasi lagi,
sepertinya pantai itu tempat memutuskan cinta.
Kemudian Simpurusia bertanya : Apa kabar pak
Pak Syahrir menjawab : Baik baik, dan kalau Simpurusia bagaimana
Simpurusia menjawab : Juga baik pak, dan selanjutnya ia berkata, barangkali
bapak ingin membicarakan tentang apa yang disampaikan oleh I Wasi?
Pak Syahrir menjawab : Iya, jika sekiranya Simpurusia berkenan.
Simpurusia berkata : Mohon maaf pak, kalau masalah itu, terus terang
pak,sampai saat ini saya belum memikirkan, apalagi saya harus ber-sungguh
sunguh belajar untuk menghadapi ujian akhir. Lagi pula saya sudah bertekad
pak, sebelum saya jadi sarjana dan bekerja, saya tidak akan memikirkan hal itu.
Dan saya sadar kalau saat itu tentunya umur saya semakin bertambah tua.
Pak Syahrir : Jika Simpurusia berkenan saya akan setia menunggumu.
Simpurusia : Jangan pak, karena kia tidak tahu apa yang akan terjadi menjelang
saat saat itu. Jadi mohon maaf pak, saya mohon dengan hormat kiranya bapak
mengurungkan niatnya itu.
Pak Syahrir : Baiklah kalau begitu, Cuma kalau bisa bisakah saya menjadi
sahabatmu?
Simpurusia menjawab : Iya pak, yang penting hanya sebatas sahabat saja.
Simpurusia lanjut berkata : Mohon maaf pak, kalau bapak ingin bersahabat terus
dengan saya, kira kira bagaimana tanggapan bapak tentang I Wasi, karena saya
kira ia cukup ideal sebagai pendamping, apalagi I Wasi cukup menarik.
Pak Syahrir menjawab : Yah... mudah mudahan tuhan menjodohkan.
Simpurusia berkata : Tapi itu tergantung sampai dimana keseriusan bapak,
baru serahkan kepada Tuhan.
Pak Syahrir berkata : Terima kasih atas anjurannya.
Simpurusia berkata : Sama sama pak, terima kasih, Assalamu alaikum...
Simpurusia langsung ia tutup hand phone-nya.
BERLANJUT..............................
Episode II
TERJERAT API ASMARA DI KOTA BANDUNG
Ditempat terpisah, adapun Sangeang di Bandung, tinggal di tempat kost jalan
Balubur, dekat kampus Institut Teknologi Bandung tempat ia kuliah. Ibu
Neneng pemilik rumah kost punya putri bernama Henny, telah tumbuh menjadi
gadis menjelang dewasa, ia cantik dan cukup menawan. Ia ibarat bunga
Anggrek putih tumbuh berkembang di antara pohon pohon yang lebat dan besar
di lereng bukit Dago. Adapun Sangeang diam-diam sudah mulai melupakan
Simpurusia di Pare Pare, dan perhatiannya mulai beralih pada si Henny, dan
rupanya ada tanda tanda gayung bersambut, sebab Ibu Neneng sang pemilik
rumah kost pun sangat menaruh perhatian pada dirinya, terbukti beberapa
keistimewaan yang diberikan ibu Neneng pada Sangeang yang tidak diberikan
pada sesama teman kost lainnya. Sampai tiba pada suatu saat Sangeang
memberanikan diri dengan mencoba mengajak Henny jalan jalan bermalam
minggu di bukit Dago, sambil menikmati pemandangan cahaya lampu kota
Bandung. Setelah keduanya memilih tempat duduk, kemudian Sangeang
memesan teh panas.
Bicaralah padaku Hen...tentang keberadaan kita di bukit ini, desah Sangeang
membelah keheningan malam. Bicaralah padaku tentang kehangatan cinta,
yang jauh lebih besar daripada Rinduyang mendekam dalam setiap detak
jantung nafasmu.
Henny menjawab : Walau engkau hanya sebatas tanya, namun hatiku berkata
lain, sebenarnya engkau ingin berlari di tengah gelap gulita, mencari
kehangatan bintang di tirai angkasa, walau itu tak cukup untuk,
menghangatkanmu . Berilah aku teh, dan mari minum bersama sambil
palingkan wajahmu padaku, oh kekasih hatiku ; mari kita saling menatap,
sebelum datangnya ngantuk. Rabahlah
aku dengan belaian tanganmu,
sandarkan daku dalam pelukan, lalu biarkan dinginnya malam ini merangkul
jiwa kita menjadi satu Kecuplah aku, kekasihku, karena malam yang sedingin
ini telah merenggut segala, Dekaplah aku, sebab aku ngeri pada kesepian.
Sangeang berkata : Kan kupersembahkan segala hasratku padamu, agar tak ada
lagi bimbang dihatimu. Kan kupertaruhakan segalanya, demi dirimu sayangku.
Biarkan ku menggapaimu, biarkan ku memanjakanmu, dengan segala rasa yang
kumiliki. Begitu indah rasa hasratku untuk memilikimu, karena semua hanya
hayalku Apakah kan menjadi nyata, dan menjadi miliku. Hidup ini memang
terkadang indah, walau takdir kadang tak ramah, kuharus terus berlari sebelum
napasku berhenti, untuk wujudkan semua mimpi, menjelang masa depan yang
kita inginkan bersama. Kuingin suatu hari nanti, bila semua mimpi hati telah
kuraih, aku ingin menghampiri dirimu, untuk memintamu menjadi pendamping
diri menjadi istriku, dan aku jangkarkan cinta terakhirku dihatimu.
Henny berkata : Oh Sangeang datanglah padaku ke mari, oh calon teman
sepanjang hidupku, Dekatlah padaku, dan jangan biarkan jari tangan lain
meraba di antara kita.
Tanpa terasa malam pun sudah larut, kamipun berdua menuruni bukit Dago
menuju jalan Dago, untuk naik angkot kembali kerumah. Dalam perjalanan
pulang, tak henti hentinya Sangeang menatap kepadaku, mungkin ia puas
dengan jawabanku tadi.
Dalam hati Sangeang mendesah sambil menatap : Aku akan melakukan segala
apa yang telah engkau ucapkan tadi, dan aku akan menjadikan jiwaku sebagai
sebuah kelambu yang menyelubungi jiwamu, hatiku akan menjadi tempat
tinggal keanggunanmu. serta dadaku akan menjadi pelabuhan bagi perasaanmu.
Aku akan selalu mencintaimusebagaimana padang rumput yang luas
mencintai embun pagi
Disuatu pagi hari minggu Sangeang bersama Henny ke lapangan Gasibu
Bandung untuk mengikuti senam pagi, dan rupanya orang yang datang cukup
banyak. Setelah selesai senam pagi, Sangeang dan Henny berjalan menuju
gerobak penjual bubur ayam yang sudah menjadi langganannya selama ini,
kalau keduanya datang ditempat itu buat senam pagi. Sementara duduk makan
bubur, tiba tiba datang seorang ibu disertai 2 orang laki laki juga ikut makan
bubur ayam, sementara makan bubur ayam, ketiga orang yang baru datang itu
berbicara dalam bahasa Bugis. Adapun Henny yang mendengar bahasa itu, ia
sudah tidak asing lagi karena ia sudah sering mendengarnya, dan ia berbisik
kepada Sangeang, itu orang sekampungmu sama sama dari Bugis. Setelah
Sangeang mendengar mereka bercanda dalam bahasa Bugis, kemudian
Sangeang ikut nimbrung sambil berbahasa Bugis juga. Ketiga orang itu
memandang Sangeang dan salah satu diantaranya bertanya : Kalau adik berasal
dari Bugis mana?
Sangeang : Dari Pare Pare pak, dan kalau bapak dari Bugis mana ?
Orang yang bertanya pada Sangeang bernama pak Salam berkata : Kalau saya
dari Barru, dan bapak ini namanya pak Idrus dari Bone, sedang Ibu ini
namanya ibu Mardianah dari Pare Pare juga, lantas ibu itu menyela : Saya
hanya namanya saja orang Pare Pare dik karena kedua orang tua dari sana, tapi
saya lahir di Makassar dan besar di Makassar.
Kemudian Sangeang memperkenalkan Henny, merekapun berjabat tangan
sambil memperkenalkan nama masing masing.
Sangeang bertanya : Maaf kalau boleh tanya dimana bapak bapak dan ibu
tempat tinggalnya disini ?
Pak Salam menjawab : Kami tinggal di gang Titimplik sewa satu rumah untuk
kami berdua. Sementara Ibu ini tinggal di dekat kampus Universitas Pajajaran.
Setelah itu Pak Salam bertanya : Kalau adik tinggal dimana ?
Sangeang menjawab : di jalan Balubur, karena saya kebetulan kuliah di ITB jadi
saya kost dekat dekat kampus, dan kebetulan adik ini adalah putri pemilik
rumah kost.
Setelah itu, meekapun saling memberi no. HP, dan tidak lama kemudian
Sangeang bersama Henny minta pamit, pulang kerumah kost. Dalam perjalanan
pulang Sangeang dan Henny bergantian saling menggoda.
Pada lain kesempatan, atas nama IKAMI Sulawesi asrama jalan Flores, akan
mengadakan selamatan atas selesainya study 2 orang anggota asrama. Dan pada
hari yang ditentukan cukup banyak tamu yang datang termasuk sesepuh orang
Bugis Makassar, di Bandung serta mahasiswa pasca sarjana termasuk ibu
Mardianah dan kawan kawan sesama mahasiswa pasca sarjana. Begitupula
Sangeang juga mendapat undangan. Setelah Sangeang sampai dan mencari
tempat duduk, dan ternyata yang tinggal kosong disamping ibu Mardianah , dan
Sangeang pun langsung duduk disamping ibu Mardianah, dan sesudah itu ia
jabat tangan dengan yang duduk dengannya. Ibu Mardianah yang melihat
Sangeang duduk dekatnya, sangat senang, sebab sejak pertemuan pertama di
lapangan Gasibu, ibu Mardianah merasa simpati pada Sangeang, melihat
Sangeang orang agak tinggi putih dengan tubuh yang cukup atletis. Setelah
Sangeang duduk sejenak, kemudian ia mulai terlibat pembicaraan dengan ibu
Sangeang,
: Saya ini kebetulan antar teman yang lagi sakit pulang ke
Sukabumi, jadi mungkin tengah malam baru sampai di Bandung.
dari dalam terdengar piring jatuh, Henny cepat cepat berlari masuk, didapatinya
ibunya sedang tergeletak dilantai tak sadarkan diri, begitu Henny melihat ibunya
tergeletak, langsung ia berteriak minta tolong, Sangeang pun berlari dan diikuti
oleh 2-3 orang anak kost lainnya. Setelah Sangeang melihat kondisi ibu kost, ia
cepat menyuruh seorang untuk memanggil taxi, sementara ia dengan temannya
membantu menaikkan ibu kost untuk dibaringkan sementara diatas kursi sofa.
Adapun Henny tidak berhenti menangis. Sementara Sangeang cepat mengambil
kapas dan air panas untuk membersihkan darah yang mengucur dari dahi ibu
kost.
Setelah taxi datang, kemudian ibu kost dinaikkan ke taxi, kemudian dibawa lari
ke rumah sakit terdekat St. Boromeus. Setelah sampai di rumah sakit, dan
langsung dibawa ke ruang unit gawat darurat.
Henny bertanya pada dokter : Bagaimana dok, keadaan ibu saya
Dokter : Saya belum bisa memberi keterangan sebelum diperiksa seluruhnya,
tapi kalau saya lihat, tidak apa apa karena untung kepala bagian depan yang
tertumbuk, dan memang kalau luka didahi, selalu banyak darah keluar,
sementara ibu pingsang mungkin sebentar lagi siuman setelah disuntik.
Henny : Tolong ya dok.
Setelah ibu Neneng dirawat dan diperiksa, ia mulai siuman secara pelan pelan,
namun demikian dokter meng-inginkan agar dirawat inap, sebab menurut
analisa, ibu kost tersebut jatuh karena ia mengalami pusing akibat tekanan
darahnya turun, dan ada kemungkinan kena demam berdarah. Sebelum ibu
Neneng diantar masuk ruang perawatan inap, ia sudah siuman, namun
kepalanya masih berat ia rasakan. Setelah ibu Neneng masuk diantar masuk
kamar, Sangeang masih menunggu diluar, sementara Henny menemani ibunya
di kamar. Hand phone Sangeang berdering, iapun melihat, ternyata ibu
Mardianah, maka Sangeang pun melangkah menjauh sedikit dan berbicara :
Ibu Mardianah : Dimana sekarang ?
Sangeang : Dirumah (kata Sangeang berbohong)
Ibu Mardianah : Tadi malam sesampainya dirumah saya mulai merasa demam,
dan sekarang sudah sakit demam,
Sangeang ; Kecapaian saja itu, nanti kalau sudah makan obat dengan teh panas,
akan sembuh nantinya
Ibu Mardianah : Tidak ada waktumu datang melihat saya?
Sangeang : Saya minta maaf, karena saya juga masih pusing, insya Allah besok
saya akan datang.
Ibu Mardianah : Terima kasih, ditunggu ya.
Setelah keadaan ibu Neneng mulai membaik, maka Sangeang minta pamit
pulang, sementara Henny menemani ibunya tidur di rumah sakit.
Keesokan harinya, setelah lepas kuliah, Sangeang pun berangkat menuju tempat
kost ibu Mardianah, namun sebelumnya ia terlebih dahulu singgah menjenguk
ibu Neneng di rumah sakit. Selesai menjenguk dan bicara dengan Henny
kemudian Sangeang ke tempat kost ibu Mardianah . Sesampainya di rumah kost
ibu Mardianah, didapatinya ibu Mardianah terbaring di kamar. Setelah
Sangeang duduk dipinggir tempat tidur ibu Mardianah, kemudian ibu
Mardianah berkata : Ngeang tolong bantu saya bangun dan pegang saya,
sampai tempat duduk di kursi ruang tamu.
Sangeang kemudian membantu Ibu Mardianah bangun dan kemudian ia pegang
sampai ia dudukkan di kursi tamu.
Setelah ngobrol agak lama lama, kemudian Sangeang minta pamit, karena ia
sudah lihat kalau kondisi ibu Mardianah ber-angsur angsur sehat. Sore harinya
Sangeang mendatangi lagi rumah sakit St. Boromeus, untuk menjenguk ibu
Neneng, sekaligus ingin mengetahui kondisi penyakit ibu Neneng. Setelah
Sangeang sampai di rumah sakit, didapatinya Henny sedang duduk disamping
ibunya. Kemudian Sangeang bertanya : Hen.. bagaimana sekarang kondisi ibu?
Henny : Menurut dokter, kalau kejatuhan ibu kemarin sudah tidak ada masalah,
cuma kebetulan juga ibu kena demam berdarah, dimana trombositnya turun,
dan perlu beberapa hari lagi untuk menaikkan kembali trombositnya.
Sangeang : Kalau begitu Hen.. sudah bisa kembali sekolah besok.
Henny : Iya kang, apalagi sebentar datang saudara ibu untuk ikut menjaganya.
Selang beberapa hari, ibu Neneng telah sembuh dan ia sudah diperkenankan
pulang kerumah.
Beberapa hari kemudian datang telepon ibu Mardianah , dan kebetulan
Sangeang ada di kampus. Terdengar suara ibu Mardianah berkata : Ada enggak
waktu ngeang Sabtu sore, keluar sama sama.
Sangeang menjawab : Maaf Dianah, saya sudah ada janjian dengan Ibu kost,
dan Henny mau ke Pengalengan tempat kelahiran ibu kost, bersama sama
menghabiskan liburan malam minggu disana.
Ibu Hartina : Tidak apa, nanti lain kali saja.
Sangeang : Maaf ya Dianah..dan ia langsung tutup teleponnya.
Episode III
SIMPURUSIA DI SURABAYA
Adapun Simpurusia setelah pengalaman pahit yang hampir saja mengoyak
hidupnya, kini secara ber-angsur angsur semangat hidupnya mulai pulih
kembali. Setelah mengikuti ujian akhir SMA, Simpurusia lulus dengan predikat
terbaik, sehingga ia berhak mendapatkan bea siswa di Universitas Airlangga
Surabaya. Di Surabaya ia tinggal di asrama putri Universitas Airlangga. Setelah
kuliah di Universitas, rupanya Simpurusia semakin tumbuh menjadi gadis
cantik,
kesederhanaannya memilki daya
pesona tersendiri. Dalam
kesehariannya di kampus, ia telah banyak bergaul dengan kawan kawan di
kampus, namun ia tetap selalu menjaga diri dalam pergaulan, apalagi dengan
kawan lelakinya, ia selalu menjaga jarak. Tak disangka diantara kawan laki
lakinya, ada juga seorang turunan asli Bugis, bernama Fahri ia lahir di
Jayapura, orang tuanya seorang pedagang emas yang cukup terkenal di
Jayapura, makanya teman temannya tidak heran kalau ia memiliki rumah
pribadi di Surabaya dan mobil bagus, bukan hanya itu, Fahri juga senang
mentraktir makan makan temannya.
Setelah sekian bulan bergaul dengan Simpurusia, rupanya Fahri, mulai jatuh
cinta, namun ia takut mengemukakan hal ini, karena ia takut cintanya ditolak,
persahabatan pun bisa putus, ibarat mencari bulan, bulan tidak diraih,
mentaripun raib. Biarkan....Biarkan saja semuanya berjalan secara alami,
apalagi yang kutahu dia masih sendiri, biarlah juga aku sendiri, biarlah kami
saling menikmati renungan bayangan masa depan.
Di kampus Simpurusia sudah banyak memiliki sahabat, karena ia dianggap
cukup cerdas di kelas. Disamping itu, ia sangat sederhana, namun tidak
mengurangi daya pesonanya sebagai gadis yang cukup cantik. Diantara sahabat
sahabatnya, rupanya yang namanya Hartati, merupakan sahabatnya yang paling
dekat, sebab kalau di kampus dimana Simpurusia, disitu ada Hartati. Keduanya
memang memiliki sifat sifat yang hampir sama, walaupun nampaknya hartati
lebih agresif dalam bergaul, barangkali sifat agresif dalam bergaul itulah yang
mungkin menarik hati Simpurusia, karena sifat itu ia tidak miliki. Belum cukup
1 tahun Simpurusia kuliah di Surabaya, dengan melihat berbagai suku yang
datang dari daerahnya, dengan sifat dan character sendiri sendiri. Adapun
Hartati sahabatnya itu berasal dari Tretes, yang jaraknya dari Surabaya kurang
lebih 50 km, sehingga setiap ada kesempatan libur ia selalu kembali ke Tretes.
Pada suatu hari di kelas, Hartati berkata : Simpur akan ada libur 7 hari,
kesempatan liburan kali ini aku ingin mengajak Simpur ke rumah di Tretes,
Simpurusiah : Nanti saya lihat karena biasanya kalau ada liburan 2-3 hari,
biasanya paman dan tante menjemputku untuk dibawa kerumahnya di
kompleks perumahan Angkatan laut Kenjeran Surabaya.
Hartati : Iya deh.
Simpurusia memang senang kesana karena putra putri pamannya masih kecil
kecil, sehingga Simpurusia senang bermain dengannya. Apalagi isteri pamannya
itu sangat baik padanya, dan biasanya kalau Simpurusia mau pulang selalu
diberi uang jajan dan ongkos transportasi, bahkan kalau Simpurusia jarang
datang, tantenya itu selalu mendatangi Simpurusia di asramanya pada hari hari
minggu, dan membawa Simpurusia jalan jalan sambil makan makan. Walaupun
demikian Simpurusia dengan kehidupannya di Surabaya
tidaklah lantas
merubah pola kesederhanaannya, karena setiap saat ia selalu meng-ingatkan
dirinya, kalau ia itu dari keluarga yang cukup prihatin, karena ia sadar bahwa
hanya harga dirinya merupakan satu satunya milik yang harus dipertahankan.
Suatu saat ketika Simpurusia sedang asyik berbincang bincang dengan teman
lainnya di luar kelas, tiba tiba datang Hartati, sambil menyapa kepada seluruh
teman temannya itu termasuk Simpurusia, kemudian Hartati mengatakan
kepada teman teman lainnya kalau ia ingin mengajak Simpurusia ketempatnya
di Tretes. Bagaimana pendapat kalian ?
Belum teman temannya memberi komentar, datanglah Fahri bersama temannya
2 orang, dan langsung berkata : Boleh enggak kita ikit sharing.
Hartati yang menjawab bahwa : Disini kita tidak sedang diskusi, saya hanya
menyampaikan kepada teman teman lainnya, kalau saya ingin mengajak
Simpurusia ke Tretes, namun seketika itu Simpurusia langsung berubah
wajahnya.
Fahri berkata : Yah kalau tidak bisa ikut sharing disini karena tidak ada diskusi,
tapi saya lebih senang lagi kalau kami juga bisa diajak kesana jalan jalan. Dan
kalau bisa ajak teman teman lainnnya biar ramai.
Hartati berkata : Memangnya ke Tretes tidak pakai biaya, apalagi rumahku
kecil tidak mampu menampung teman teman.
Fahri berkata : Saya mohon maaf buat teman teman disini, bukan aku mau
pamer, dan jangan disangka saya ini ada maksud lain, benar benar apa yang
ingin saya lakukan benar benar lahir dari hati yang tulus untuk menanggung
biaya semuanya ke Tretes.
Tanpa memberi kesempatan kepada Hartati bicara, teman temanya yang lain
selain Simpurusia nyeletuk : Benar nih?
Fahri menjawab : Saya tidak sedang bercanda, yang penting masalah ini kiranya
ditanggapi positif, karena tidak ada maksud lain kecuali ingin ramai ramai
menikmati liburan.
Teman teman Hartati langsung secara bersamaan berkata : Asyiiiik.
Fahri langsung menyela : Pokoknya begini, kalau semua teman teman setuju,
maka perlu ada panitia rekreasi ini, dan kalau teman teman setuju siapa kira kira
yang dapat ditunjuk menjadi Ketua panitia.
Teman teman wanita lainnya langsung menunjuk dan berkata : Hartatiiiiii. Dia
kan yang punya daerah dan tentunya dia mengerti betul, acara apa yang akan
dilakukan disana, dan dimana tempat menginapnya.
Hartati berkata : Ok, tidak ada masalah, tapi saya masih penasaran kenapa
sahabat kita yang satu ini (maksudnya Simpurusia) hanya diam saja, apakah
Simpur setuju dengan ajakan ini?
Simpurusia menjawab : Kalau itu sudah merupakan keputusan teman teman,
saya hanya ikut saja.
Hartati berkata : Begitu dong...
Fahri berkata ; Tati (panggilan bagi Hartati) mulai sekarang susun acaranya
bersama anggaran biayanya.
pada dirinya : Simpurusia ...! awas...rasa simpatimu pada Fahri tidak boleh
lebih dari itu.
Malam harinya segala persiapan untuk makan minum sudah selesai, begitupula
pemain musik dengan alat musiknya sudah mulai pemanasan dengan menyanyi
sendiri.
Setelah makan malam mulailah satu satu anak mahasiwa itu naik menyanyi
termasuk Fahri yang sengaja menyanyi untuk lebih memeriahkan acara
tersebut. Dan tibalah saatnya untuk menunjuk diantara mereka untuk naik
menyanyi. Tibalah saatnya Fahri memanggil Hartati untuk naik menyanyi
sambil berkata kepada Hartati : Anggaplah Hartati ini sebagai tuan rumah disini,
karena ia orang sini, alangkah baiknya kalau ia juga menyumbangkan 2-3 lagu
untuk kita.
Hartati pun naik menyanyi dan suaranya cukup enak didengar oleh teman
temannya.
Setelah Hartati selesai menyanyi, Hartati pun berkata : Kini saatnya kita ingin
mendengar suara Mutiara dari Sulawesi selatan yaitu saudara kita Simpurusia...
Tanpa canggung canggung Simpurusia melangkah maju ke tempat bernyanyi
sambl mengenang saat ia menjadi juara umum lomba menyanyi di Pare Pare.
Seperti layaknya seorang artis, ia mulai mengambil mic, dan semua teman
temannya mulai terpukau.
Simpurusia berkata : Oke.. teman teman sekalian perkenankanlah saya
menyanyikan sebuah lagu lagu berjudul Dusunku terkenang kenang,
kemudian mulai dengan ral
Dusunku terkenang kenang,
hasratku ingin segera kembali pulang,
kepangkuan ibundaku sayang
dengan suara melengking, tanpa iringan musik dan semua yang ada disitu yang
mendengar merinding bulunya, diam terpukau, setelah itu langsung Simpurusia
berkata ; Musik...maka musik pun masuk nada lagu
Nun jauh disana dilembah danau yang hijau,
Simpurusiah sayangku......
Hanya aku yang mencintaimu secara diam diam.
Yang tak pernah menampakkan diri dalam dirimu.
BERLANJUT..................................
Episode IV
kemudian aku mendengar, kalau ia sudah memadu janji dengan pria lain, entah
siapa pria itu?
Sangeang balik bertanya : Mengapa hal itu kau tanyakan padaku?
Sangaji berkata : Bulan yang lalu saya ke Surabaya, secara tidak sengaja kami
bertemu dengan Simpurusia di suatu rumah makan, tadinya aku tidak kenal,
karena saya lihat ia turun dari sebuah mobil bagus, setelah mobil itu parkir pas
didepan rumah makan. Setelah ia duduk bersama teman temannya, saya agak
tertegun melihat wanita yang begitu anggun duduk, setelah saya memperhatikan
betul, tiba tiba aku teringat Simpurusia, tapi pikiranku berkata lain, mana
mungkin Simpurusia mengalami kehidupan yang begitu drastis, ini Surabaya
bukan Pare Pare. Tapi setelah kuamati betul, hatiku berkata ini tidak salah, ini
Simpurusia. Kemudian aku memberanikan diri mendekatinya, karena aku yakin
kalau ia Simpurusia. Setelah dekat aku berkata : Maaf kalau saya tidak salah,
bukankah saudari ini yang namanya Simpurusia? .
Ia menoleh kepadaku dan sejenak ia diam lalu berkata : Iya, anda ini siapa?
Aku menjawab : barangkali masih ingat dulu,saya ini kakak kelasmu dulu ,
namaku Sangaji.
Ia pun berdiri dan memberikan tangannya untuk jabat tangan sambil berkata :
Oh ... rupanya kak Sangaji, apa kabar?
Aku jawab : Baik, kalau adik bagaimana?
Simpurusia menjawab : baik juga, dan kemudian ia memperkenalkan satu satu
temannya.
Sangeang nyeletuk : Selanjutnya ?
Setelah itu saya isin kembali ketempat duduk saya, tapi Simpurusia tidak
memperlihatkan suatu tanda tanda bahwa kita dulu adalah teman. Ada
kemungkinan kalau ia masih
dendam pada laki laki yang pernah
mengecewakannya. Dan setelah saya tinggalkan tempat itu, kami hanya sempat
Hello say good by.
Sangeang berkata : Apa yang kau alami ketika kawanku bertemu Simpurusia,
adalah sebuah kenyataan hidup, manusia bisa saja berubah setiap saat, karena
situasi dan kondisi yang menyelimutinya.
Sangaji berkata : Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa ia bisa sampai di
Surabaya, sementara kita tahu kalau ia dari keluarga yang kurang mampu.
Sangeang berkata : Nanti kalau saya kembali ke Pare Pare , saya akan cari tahu.
Tapi omong omong, sebenarnya urusan apa Sangaji di Surabaya ?.
Sangaji : Aku pergi ke Surabaya untuk menjajaki kemungkinan untuk
membuka usaha sendiri.
Sangeang : Usaha apa itu ?.
Sangaji : Pembelian ikan segar dan ikan beku untuk eksport
Sangeang : Memangnya selama ini saudaraku tidak kuliah
Sangaji : Yah tetap kuliah, sambil membantu paman dalam usaha pembelian
ikan.
Sangeang : Kenapa musti sekarang berencana pindah ke Surabaya, apa
memang Pamanmu buka cabang usaha disana?
Sangaji : Tidak, cuma aku lihat prospek usaha ini baik, maka aku akan menjual
tanah pemberian orang tua yang ada di Pare Pare, buat modal.
Sangeang : bagus juga, semoga sukses.
Tidak lama kemudian nampak Sangaji meninggalkan Pantai Losari, namun
Sangeang masih duduk sambil memandang kelaut. Dalam hati ia berkataLaut
ini selalu terjaga dari tidur, dan laut menjadi penghibur kala jiwa sedang
galau,
Di bawah naungan langit biru dengan segala hiasannya yang indah tiada tara
Di atas hamparan bumi dengan segala lukisannya yang panjang terbentang
Masih kudapatkan dan kurasakan curahan rahmat dan berbagai ni'mat Yang
kerap Kau berikan
Tapi bila tiba waktu berpisah Pantaskah kumemohon diri Tanpa setetes syukur
di samudera rahmat-Mu
Di siang hari kulangkahkan kaki bersama ayunan langkah, sahabatku.
Di malam hari kupejamkan mata bersama orang-orang yang kucintai.
Masih kudapatkan dan kurasakan Keramaian suasana dan ketenangan jiwa.
Tapi bila tiba waktu berpisah Akankah kupergi seorang diri Tanpa bayangbayang mereka yang akan menemani.
Tidak lama sesudah itu Andi Sangeang pun meninggalkan Pantai Losari, dan
bayangan Simpurusia terus mengikutinya.
Setelah Sangeang sampai di Pare Pare, secara berhati hati ia mulai menyelidiki
untuk mencari tahu segala kegiatan Simpurusia semenjak ia tinggalkan. Dan
secara kebetulan ia ketemu I Wasi yang ia tahu kalau ia sahabat kentalnya sejak
ia kenal Simpurusia. Pertemuan yang tidak disengaja itu terjadi di cafe pinggir
pantai Mallusetasi, kala itu ia melihat mantan gurunya pak Syahrir sedang
duduk bersama I Wasi smbil minum minum.
Sangeang : Assalamu Alaikum pak..
Pak Syahrir mendongakkan kepalanya dan langsung berkata : Alaikum salam,
eh... rupanya Sangeang, bagaimana kabar? Saya dengar adik ini sedang kuliah
di Bandung.
Sangeang menjawab : kabar baik pak, dan betul pak kalau saya ini sedang
kuliah di ITB Bandung jurusan Geologi
Pak Syahrir berkata : Hebat kalau begitu, tidak gampang orang bisa masuk
pendidikan di ITB. Selamat selamat
Sangeang berkata : Maaf pak, ngomong ngomong kalau tidak salah ingat
bukankah wanita ini yang bapak temani bernama I Wasi?
I Wasi yang menjawab : Benar kak, dan kami sudah menikah 3 bulan yang lalu.
Sangeang berkata : kalau begitu To Sir with love, ha haa...
Pak Syahrir berkata : Yang namanya jodoh kita tidak tahu, biasanya lain yang
dibidik lain yang kena.
Sangeang berkata : Benar pak, eh ngomong ngomong kalau tidak salah I Wasi
ini kan dulu sahabat kental Simpurusia?
I Wasi menjawab : Benar ....
Sangeang lanjut berkata : Sekarang dimana dia?
I Wasi balik bertanya ada apa dengannya?
Sangeang : Tidak, saya ingat dia, karena saya lihat ada I Wasi disini.
I Wasi : Simpurusia itu kan lulusan terbaik di sekolah kita, sehingga ia berhak
mendapatkan bea siswa untuk kuliah di Universitas Airlangga Surabaya.
Sangeang : Hebat dong dia... kalau begitu
I Wasi : Iya memang termasuk orang cerdas yang patut diteladani.
Sangeang : Benar, dan paling berutunglah laki laki yang bisa mendapatkannya.
Sambil dalam hati sepertinya ada rasa menyesal meninggalkannya.
Selepas Sangeang meninggalkan cafe itu, dalam perjalanan pulang, ia masih
sempat menelepon Sangaji, dan memberitahukan semua keterangan yang
disampaikan I Wasi.
Sangaji setelah mendengar keterangan Sangeang kemudian ia berkata dalam
telepon : Bisakah kita ketemu di Pantai Losari sebelum engkau pulang ke
Bandung.
Sangeang ; Maaf saya sudah katakan dari Pare Pare lagsung ke Bandara.
Sebenarnya apa yang mau dibicarakan ?
Sangaji : Sebenarnya saya ingin minta pertimbangannya, karena saya
rencana pindah ke Surabaya untuk kuliah di disana jurusan hukum.
Sangeang : Maksudnya?.
Sangaji : Sebenarnya saya ini ingin menjadi pengacara.
ada
Sangeang : Jadi, mau mendaftar sebagai mahasiswa baru, apa tidak rugi,
sementara Sangaji sudah menjelang semester III di Universittas Muslim
Makassar.
Sangaji : Saya ada teman yang siap membantu saya, agar mata kuliah yang
saya sudah selesaikan bisa disesuaikan disana. Kalaupun tidak bisa, biar saya
masuk di Universitas swasta saja yang ada jurusan Hukum
Sangeang : Kalau begitu silahkan kabari saya kalau sudah mau ke Surabaya.
Sangaji : Insya Allah.
Episode V
CINTA SIMPURUSIAH MULAI TUMBUH DI KAMPUS
Menjelang semester ke III, Simpursia dan 5 teman lainnya berhasil masuk
dalam daftar yang paling cepat menyelesaikan pelajaran di semester II,
sehingga kawan kawan yang lain terpaksa ditinggalkan termasuk Hartati dan
Fahri.
Adapun Fahri, yang merasa bahwa tidak lama lagi ia akan pisah kelas dengan
Simpurusia, membuat hatinya sedih. Dan iapun berpikir keras bagaimana
caranya agar ia tetap selalu bisa dekat dengan Simpurusia.
Setelah Simpurusia sudah di smester III, rupanya kebutuhan akan buku buku
semakin mendesak, sebab kalau ia tidak dapat memenuhinya, maka ia akan
ketinggalan dengan kawan kawan lainnya, sementara kawan kawan yang
ditinggalkan kembali akan menyusulnya. Hal inilah yang membuat Simpurusia
bersedih, karena mau minta pada orang tua itu tidak mungkin, karena
merekapun hidup pas pasan. Hingga tengah malam Simpurusia tidak sanggup
memejamkan matanya,sehingga iapun berpikir untuk menjual satu satunya
milik pemberian orang tua yaitu sebuah cincin pusaka. Setelah ia
pertimbangkan baik buruk nya melepas cincinnya, maka ia mengambil
kesimpulan bahwa tidak ada jalan lain kecuali menjualnya.
Keesokan harinya, iapun mengajak Hartati untuk bicara, kemudian Simpurusia
menarik tangan Hartati keluar ruangan, sesampainya kedua orang itu di luar
kelas,
Simpurusia berkata : Tati, bisakah nanti temani aku ke toko emas?
Hartati : Mau beli emas ?
Simpurusia : Justeru sebaliknya.
Hartati : Ha....? apa saya tidak salah dengar?
Simpurusia ; Ah jangan banyak tanya, mau tidak temani aku ke toko emas?
Hartati :ketawa dan berkata, : Jangankan ke toko emas, ke ujung dunia pun
saya akan temani
Simpurusia : terima kasih, nanti selesai shalat dhuhur kita berangkat
Hartati : Tapi sebelumnya kalau bisa saya mau lihat emas yang mau kau jual.
Simpurusia memperlihatkan cincin yang masih melingkar dijari tangannya.
Hartati : Waduh sayang sekali, itukan cincin pusaka.
Simpurusiah : Apa boleh buat.
Selesai shalat dhuhur, nampaklah Simpurusia dan Hartati berjalan menuju jalan
raya untuk mencari becak. Tapi tak disangka sangka Fahri datang dari belakang
sambil membunyikan klakson mobilnya, dan berhenti tepat didekat Hartati dan
langsung bertanya ; Mau kemana?
Hartati menjawab : Ada keperluan sedikit mas.
Fahri : Bagaimana kalau saya bersedia mengantar kemana kau mau pergi.
Simpurusia menyela : Terima kasih, nanti lain kali saja.
Fahri : jangan begitu dong, masa sih tega banget menolak maksud dan niat
baikku.
Hartati berkata : Maaf mas, ada sesuatu urusan yang tidak boleh diketahui orang
lain mas.
Fahri termenung sejenak, kemudian ia berkata : Baiklah kalau begitu, maaf saya
jalan duluan. Fahri pun meninggalkan kedua gadis itu, namun diam diam ia
akan mengikuti dari belakang, ia ingin mengetahui keperluan apa yang akan
dilakukan kedua gadis itu, dan iapun memberhentikan mobilnya agak jauh
sambil memperhatikan arah jalan kedua gadis itu. Dan tidak lama kemudian ia
melihat Hartati memanggil tukang becak, dan nampaknya setelah tawar
menawar keduanya langsung naik. Dan Fahri pun mengikuti dari belakang
dengan jarak jauh.
Tidak lama kemudian ia melihat kedua gadis itu turun didepan toko emas, dan
Fahri bertanya dalam hati, ada apa keduanya masuk toko emas ?. tapi firasatku
berkata salah satunya pasti mau menjual emas, dan untuk membuktikan
sebentar, begitu keduanya meninggalkan toko, begitu saya datangi toko emas
tersebut.
Begitu kedua gadis itu meninggalkan toko emas itu, Fahri langsung memasuki
toko emas tersebut dan berkata : Maaf nona, tadi saya lihat teman saya dua
wanita masuk disini dan rupanya ia menjual emasnya.
langsung kaget dan berkata dalam hatinya : Rupanya kedua orang itu diam diam
menjalin asmara. Melihat itu Simpurusia langsung pergi.
Fahri : Terima kasih karena kamu mau datang, eh mau minum apa?
Hartati : Terima kasih mas, saya tidak minum, karena saya tidak lama lama mas
Fahri : Memangnya kenapa?
Hartati : Takut mas, jangan sampai yang melihat kita sampai salah paham
Fahri dengan bercanda berkata : kalau memang demikian. Mau apa
Hartati : Jangan bercanda mas, langsung saja apa yang mau disampaikan pada
saya.
Fahri : Begini, kemarin saya mengikuti dari belakang, rupanya Hartati bersama
Simpurusia masuk toko emas ya?.
Hartati tertegun mendengar itu, kemudian ia balik bertanya : Memangnya
kenapa?
Fahri : Maaf saya cuma ingin tahu, untuk keperluan apa sampai Simpurusiah
menjual emasnya
Hartati ; Karena Simpurusia sudah terdesak ingin beli buku, sementara tidak
ada cara lain kecuali ia menjual cincinnya.
Fahri mendengar itu langsung tunduk terharu, dan tidak bisa ngomong.
Hartati berkata ; Ada apa mas, kok kelihatannya sedih?
Fahri : Betul saya sedih mendengar itu, dan yang sayangkan kenapa mengambil
jalan pintas, bukankah aku selalu disamping kalian, yang siap membantu tanpa
pamrih sebatas kemampuanku.
Hartati : Tidak perlu dipikikan mas, dan saya kira sudah cukup,
Fahri : Belum cukup!!!
Hartati : Apanya lagi?
Fahri : Saya mohon betul agar hal ini dirahasiakan pada Simpurusia kalau saya
tahu hal ini.
Hartati ; Insya Allah , sudah ?
Simpurusia : Mohon maaf ya, kami ini berdua tidak membawa kado ulang
tahun.
Fahri : Yang penting sudah mau datang, saya sudah sangat senang.
Simpurusia langsung mencari tempat duduk bersama Hartati, setelah duduk,
Simpurusia dalam hatinya berkata : Rupanya hari ulang tahun Fahri ini cukup
sederhana namun suasananya cukup menyenangkan.
Tidak lama kemudian datang seorang udstas, yang sengaja di undang Fahri
untuk membacakan doa.
Setelah undangan nampak hadir semua, nampak salah satu teman berdiri
bernama Retno dan berkata ; Assalamu Aalaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
dan dijawab oleh para hadirin ; Waalaikum salam
Lanjut ia berkata : Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa kehadiran saudara
saudara ditempat ini adalah untuk ikut memeriahkan
acara ulang tahun
saudara kita Fahri, yang sederhana ini, untuk itu tepuk tangan saudara saudara
sekalian.
Retno lanjut berkata : Singkat saja, kita akan mulai acara ulang tahun ini dengan
terlebih dahulu pembacaan doa oleh udstas kita H. Muh. Qowi. Untuk itu
dipersilahkan.
Udstas itu pun berdiri dan membaca doa, sementara yang hadir meng-aminkan
Selesai pembacaan doa, langsung acara tiup lilin disertai nyanyian Selamat
ulang tahun dan selanjutnya dilanjutkan dengan makan nasi dos sambil
mendengarkan lagu lagu nostalgia.
Hanya selang 1 hari saja acara ulang tahun sudah hilang dari ingatan.
Suatu saat dimana sudah 3 hari Simpurusia tidak nampak di kampus, dan tidak
ada temannya yang tahu kenapa ia absen, walaupun Simpurusia sama dengan
Hartati menempati asrama putri, tapi kamar mereka berjauhan. Makanya setelah
3 hari Simpurusia tidak tampak, Hartati langsung mendatangi tempat
Simpurusia, dan ia dapati sedang berbaring menahan sakit.
Hartati : Simpur kamu sakit ya?
Simpurusia sambil menahan rasa sakitnya : Iya, sakit maag saya lagi kumat.
Tidak berapa lama mereka sudah sampai di Rumah sakit, dan Simpurusia
langsung dibawa ke ruang unit gawat darurat.
Setelah pemeriksaan selesai dan diinjeksi, kemudian dokter berkata kepada
Simpurusia : Kamu harus menjalani rawat inap, karena penyakit maagmu sudah
termasuk sakit maag akut. Dan Simpurusia menurut saja, karena ia tahu kartu
BPJS bisa dipakai rawat inap sampai klas 1. Namun setelah dicarikan kamar
kelas 1, tidak ada satupun kamar yang kosong.
Perawat berkata pada Simpurusia : bagaimana ini mba, tidak ada kamar klas 1,
semunya penuh, yang ada hanya kamar VIP. Tapi kalau kamar VIP, kartu BPJS
tidak laku.
Simpurusia mendengar itu hanya langsung diam dan tidak bisa berkata apa apa.
Hartati mendengar itu, dan melihat Simpurusia hanya diam saja, ia langsung
berkata kepada Simpurusia : Maaf tidak ada jalan lain kalau mau sembuh harus
rawat inap.
Simpurusia : Solusinya bagaimana?
Hartati : Pokoknya serahkan saja sama saya, yang penting kamu menurut apa
yang saya lakukan, percaya kan?
Simpurusia : hanya meganggukkan kepalanya.
Kemudian Hartati mendatangi Fahri yang sedang menunggu diluar.
Hartati : Fahri sekarang ini ada masalah, Simpurusia harus menjalani rawat
inap, sementara kartu BPJS yang dimiliki hanya sampai batas klas 1, sedang
klas 1 sudah berisi semua, yang ada hanya kamar VIP, tapi itu tidak bisa lagi
didanai dengan kartu BPJS.
Fahri bertanya : Jadi maumu bagaimana?
Hartati : Yah siapa tahu Fahri bersedia menolong Simpurusia, karena saya tahu
Fahri mampu untuk itu.
Fahri berkata : Saya sih selalu siap membantu, tapi apakah Simpurusia mau
menerima bantuan itu, karena kamu tahu sendiri siapa Simpurusia?
Hartati : Semua masalahnya dia diserahkan sepenuhnya pada saya.
Fahri : Kalau begitu, mari kita cari kamar VIP, setelah melihat keadaan kamar
VIP, Fahri berkata tidak cocok.
Hartati : Jadi maumu bagaimana?
Fahri : Kita cari kamar Pavilliun
Hartati : Bukankah itu jauh lebih mahal
Fahri : Tanggung menolong orang kalau tidak yang terbaik, selama saya masih
mampu, dan dalam hatinya berkata, aku hanya ingin melihat gadis yang kupuja
menempati kamar bagus, karena saya masih sanggup untuk itu.
Hartati : Terserah, saya sih menurut saja.
Setelah seluruh administrasi rumah sakit selesai, tidak lama kemudian nampak
Simpurusia dipembaringan sedang diinvus didorong menuju kamar pavilliun.
Setelah Simpurusia masuk dikamar, ia merasa heran, karena selama ini belum
pernah tidur di kamar yang sebagus ini, karena itu ia sadar kalau semua ini pasti
pertolongan Fahri, lalu ia mencari cari Fahri, namun Fahri tidak nampak.
Simpurusia berkata pada Hartati : Fahri dimana ? dia kan yang antar kita
kemari.
Hartati : Tidak tahu entah kemana, tapi bukan saja dia antar kita, tapi dia juga
yang selesaikan semua biaya kamar dan pengobatannya, dan saya tadi bersama
sama pergi deposit uang untuk pembayaran nantinya.
Simpurusia : Saya sedih sekali Tati , bagaimana saya bisa membalas semua
kebaikannya.
Hartati : Jangan dulu perhatikan itu, yang penting sekarang kau pikir bagaimana
kamu bisa sembuh.
Tidak lama kemudian datanglah Fahri membawa makanan dan buah buahan.
Simpurusia berkata pada Fahri : Terima kasih atas bantuannya dan jangan
banyak repot repot.
Fahri : Tidak usah pikirkan itu, yang penting Simpurusia pikirkan bagaimana
bisa sembuh secepatnya, dan kembali belajar lagi.
Simpurusia : Terima kasih.
Fahri : Tidak, saya ini bukan anak kota besar, yang biasa menghabiskan waktu
malam minggunya diluar rumah.
Simpurusia : Jadi apa aktifitasnya kalau malam Minggu,?
Fahri : Saya selalu dirumah, dengan memanggil 2-3 teman teman, bikin acara
dirumah.
Simpurusia : Apakah memang teman temannya belum punya pacar?
Fahri : ada diantaranya, dan mereka biasa bawa kerumah.
Simpurusia : Maaf, saya hanya ingin bertanya, mengapa selama ini mas Fahri,
selalu beruasaha membantuku ?
Fahri dengan terharu berkata : Salahkah kalau aku berusaha membantu wanita
yang kupuja selama ini, walaupun saya tahu kalau wanita itu tidak menaruh
hatiku padaku.
Simpurusia : Apakah mas Fahri tidak kecewa karena wanita itu tidak menaruh
hati padamu ?
Fahri : Adalah sesuatu yang membahagiakan apabila semua dilakukan dengan
rasa ikhlas, termasuk meng-ikhlaskan orang itu tidak menaruh hati padaku.
Karena ikhlas itu tidak untuk menuntut sesuatu.
Simpurusia mendengar pengakuan Fahri, ia seperti tertikam dan tersinggung
dengan kata kata itu, kemudian Simpurusia bertanya : Apakah itu merupakan
sebuah prinsip hidupmu?
Fahri : Itulah yang aku ketahui.
Simpurusia : Bagaimana pendapatmu kalau wanita yang tadinya tidak menaruh
hati padamu, kemudian dihatinya mulai tumbuh benih benih kasih?
Fahri : Semoga wanita itu tidak mengatakan itu padaku, karena aku belum
sanggup mendengarnya, cukuplah bagiku lewat tatapan matanya yang berkata.
Simpurusia : Apakah wanita yang menyatakan lewat tatapan itu berkata, tidak
kau sangka kalau wanita itu hanya pintar menjaga gengsi, padahal
sesungguhnya ia wanita murahan?
Fahri : Jangan berkata begitu, karena jangankan wanita baik baik, seorang
wania pelacurpun aku tidak berani mengatakan kalau wanita itu adalah wanita
murahan, karena apa yang dilakukan itu hanya karena terpaksa. Sebab itu saya
juga tidak mengharap cinta seorang wanita karena terpaksa.
Simpurusia kembali terpukul oleh kata kata Fahri. Dan akhirnya ia mengalihkan
ke pembicaraan lain.
Setelah melihat waktu jam bertamu sudah hampir waktunya, maka iapun segera
minta pamit pulang. Dalam perjalanan pulang hatinya diliputi oleh perasaan
yang ia sendiri tidak dapat melukiskannya. Dan setibanya dirumah, teman
temannya sudah datang dan sedang kedatangan Fahri.
Adapun Simpurusia yang ditinggal oleh Fahri, kemudian ia masuk kamarnya,
dan langsung tiarap ditempat tidurnya, sambil mencoba mengenang kata kata
Fahri, sehingga dalam dirinya semakin tumbuh rasa ketertarikannya pada Fahri.
Begitu teman temannya pergi, Fahri,
langsung
masuk kamar dan
melemparkan diri ketempat tidur, sementara hatinya ia rasakan malam itu
benar benar bahagia.
Malam itu Fahri kembali merenungkan dirinya saat saat dirinya bicara
Simpurusia, hingga rupanya ia sudah mulai membuka hati padaku, kemudian
Fahri ber-angan angan dalam mencintai Simpurusia:
Simpurusia sayangku
Jangan anggap cintaku datang dari persahabatan selama ini.
Cintaku ini turun karena
BERLANJUT..............................
Episode
IV
Adapun Sangeang mendengar ini, tiba tiba seperti ada guntur di siang bolong
ditelinganya. Ia hanya hanya bisa duduk terpaku, karena selama ini ia tahu,
kalau ayahnya berkehendak, maka tidak dapat dicegah, ia memang seorang ayah
yang keras hati.
Kemudian Sangeang berkata : Sebenarnya ayah , saya belum siap untuk itu,
apalagi saya masih kuliah dan lagi pula saya belum bekerja.
Andi Mappatunru berkata ; Bukankah saya sudah katakan bahwa, bagiku
engkau sudah selesai kuliah walaupun tinggal menunggu sedikit waktu.
Masalah pekerjaan, sebenarnya walau kamu belum mempunyai pekerjaan tetap,
tapi saya kira harta, yang ayah miliki lebih dari cukup bila engkau mampu
mengelolanya, apalagi kamu hanya berdua dengan adikmu I Tenri .
Adapun Sangeang, pikirannya langsung tertuju pada Henny di Bandung, dan
dalam hatinya berkata, bagaimana bisa aku dapat meninggalkan Henny,
sementara kami sudah berjanji untuk membangun rumah tangga. Cukuplah
bagiku telah mengecewakan Simpurusia seorang, semoga tidak terjadi untuk
kedua kalinya.
Tiba tiba ayah Sangeang menyela : Bagiku Sangeang, kalau memang kamu
mau berbakti kepadaku, sebaiknya kamu penuhi permintaan ayah, sebab kalau
kamu tidak mau maka anggaplah aku bukan ayahmu lagi, dan segera tinggalkan
tempat ini.
Sangeang mendengar ultimatum ayahnya, untuk kedua kalinya ia seperti
disambar petir. Dan dalam hati Sangeang berkata, aku harus terpaksa menerima
perintah ini demi baktiku kepada kedua orang tuaku, persoalan nanti tiba masa
tiba akal.
Andi Mappatunru kembali bertanya : Bagamana Sangeang?
Andi Sangeang menjawab : Sambil menitikkan air mata ia berkata saya terima
ayah.
Nampak di wajah ayah andi Sangeang, rasa haru bercampur bahagia mendengar
jawaban Sangeang.
Siang harinya Andi Mappatunru, memanggil adiknya Andi Mappanganro, untuk
segera melakukan lamaran. Setelah Andi Mappanganro datang, kemudiaan Andi
Mappatunru berkata : Tolong adik atur segera, kalau bisa besok datang melamar,
karena apa yang kita bicarakan selama ini tentang perjodohan dengan anak kita
Sangeang dengan Sengngeng. Mengingat kesehatan saya semakin hari
nampaknya semakin memburuk, karena itu tolong sampaikan pada calon besan
kita Andi Zainal bahwa walaupun nampaknya seluruh persiapan dalam rangka
pernikahan kedua anak kita akan dilakukan secara terburu-buru, namun
bukankah selama ini kita telah merencanakan sejak lama. Karena iitu sampaikan
bahwa dengan alasan kondisi saya semakin memburuk, maka saya mau lihat
anak saya kawin, maka dari itu saya minta kawin soro ( kawin formal) saja dulu,
kalau pestanya nanti kalau waktunya sudah longgar, karena yang penting saya
mau lihat anak saya nikah, sekaligus sebagai bukti bahwa apa yang telah kita
rencanakan akan terwujud.
Malamnya Andi Mappanganro datang sendiri menemui Andi Zainal dirumahya
untuk menyampaikan rencana Andi Mappatunru tentang masalah pernikahan
Andi Sangeang dan Dan Andi Sengngeng, agar untuk sementara dilakukan saja
kawin soro, dengan melihat kondisi kesehatan Andi Mappatunru semakin hari
semakin memburuk.
Setelah Andi Mappanganro tiba di rumah Andi Zainal, dan dipersilahkan duduk.
Setelah keduanya duduk kemudian Andi Zainal berkata basa basi : Apa
gerangan maksud adinda datang, malam malam begini ?
Andi Mappanganro berkata : Maka itu saya mohon maaf sebelumnya, maaf
singkat saja yang saya ingin sampaikan adalah masalah perjodohan anak kita
Andi Sangeang dan Andi Sengngeng, walaupun belum ada kata putus
sebelumnya, namun kedatangan saya ini secara informal untuk menegaskan
bahwa rencana itu kami akan segera wujudkan. Hanya saja sebagaimana kita
tahu bersama bahwa kondisi kesehatan Andi Mappatunru semakin memburuk,
maka saya diutus untuk mebicarakan sesuatunya sebelum lamaran secara
formal dilakukan.
Andi Zainal berkata : Jadi rencana kanda Andi Mappatunru bagaimana ?
Andi Mappanganro : Singkat saja dinda, kalau maunya Andi Mappatunru agar
dilakukan saja dulu kawin soro, sementara pestanya kemudian kalau sudah ada
waktu yang memungkinkan. Sebab disamping kanda kita Andi Mappatunru
sakit keras , juga masalahnya anak kita Sangeang harus pulang ke Bandung,
kuliah, karena sebenarnya kedatangannya kemari ia hanya minta isin, dan
kesempatan ini juga kalau bisa manfaatkan untuk Mappakawing soro (Kawin
mundur artinya kawin dulu pestanya di mundurkan)
Andi Zainal merenung kemudian ia berkata : Biarlah saya bicarakan dulu
dengan isteri saya. Insya Allah besok saya beri kabar.
Keesokan harinya Andi Mappanganro sudah mendapat berita dari Andii Zainal
bahwa segala sesuatunya ia sudah bicarakan dengan isterinya, dan pada
perinsipnya setuju untuk mempercepat pelaksanaan rangkaian acara kawin soro
(kawin mundur)
Dua hari sesudahnya diadakanlah lamaran secara resmi, dan dalam lamaran
resmi tersebut sudah disepakati bahwa 5 hari lagi,
sudah akan
dilaksanakanakan kawin soro.
Adapun Henny di Bandung selama Andi Sangeang pulang menjenguk orang
tuanya yang lagi sakit, selalu merasa gelisah, walaupun setiap hari mereka
selalu bicara di telepon.
Tiga hari sebelum perkawinan mundur dilaksanakan, sakit yang diderita Andi
Mappatunru orang tua Andi Sangeang, sudah gawat dan malamnya, Andi
Mappatunru menghebuskan napas terakhirnya. Dan keesokan harinya ia
dikuburkan. Adapun masalah perkawinan mundur tetap akan dilaksanakan
seesuai jadwal.
Selesai perkawinan mundur Sangeang, pada malam pertama hingga kepulangan
Sangeang ke Bandung, ia tidak pernah menyentuh isterinya. Karena dua hari
setelah perkawinan mundur, Sangeang pamit untuk kembali ke Bandung.
Sesampainya Sangeang di Bandung, ia banyak mendapat pertanyaan dari
Henny, sekitar meninggalnya orang tua Sangeang. Tidak lama setelah
Sangeang tiba di Bandung, iapun mengirimkan surat talak dua pada isterinya di
Pare Pare.
Pare Pare bukanlah kota besar sehingga berita berita cepat tersebar luas,
begitupula peristiwa perkawinan Sangeang, terdengar juga oleh Simpurusia.
Mendengar hal itu Simpurusia semakin membenarkan tindakannya untuk
memutuskan hubungan dia dengan Sangeang.
Sementara Henny mulai curiga melihat tingkah laku Sangeang yang sering
nampak gelisah. Hingga pada suatu saat, Henny bertanya pada Sangeang
tentang kegelisahan yang sering dilihat pada diri Sangeang.
Henny : Maaf kak, selama kaka pulang dari Pare Pare, saya sering melihat
kakak gelisah, apa yang membuat kakak gelisah. Pada hal selama ini saya lihat
kakak selalu ceria.
Sangeang menjawab : Iya... karena saya selalu memikirkan keadaan ibu dan
adik yang ditinggal oleh ayah.
Henny berkata : Maafkan saya, kak
Sangeang berkata : Tidak apa apa.
Setelah itu Sangeang mulai merenung tentang perkawinannya di Pare Pare .
Henny berkata : Maafkan saya, kak
Andi Sangeang berkata : Tidak apa apa.
Setelah itu Sangeang mulai merenung tentang perkawinannya di Pare Pare,
dalam hati Sangeang berkata bahwa hal ini tidak bisa dirahasiakan terus, karena
lambat atau cepat pasti akan terungkap. Karena itu saya harus menyampaikan
hal ini kepada Henny dengan jujur, dan secara terpaksa saya harus menerima
segala resikonya.
Suatu saat Andi Sangeang menyampaikan maksudnya pada ibu kost dan Henny,
bahwa ada sesuatu yang ingin ia bicarakan. Kemudian Ibu Henny berkata : anti
malam kita bicara.
Malam harinya, berkumpullah ketiga orang itu di maja makan, setelah mereka
diam sejenak, dengan menarik napas, Andi Sangeang kemudian berkata :
Sebenarnya waktu saya kembali menengok orang yang sedang sakit keras, saya
dipaksa oleh orang tua untuk mengawini keluarga saya, karena ia ingin melihat
saya kawin sebelum ia meninggal, namun sebelumnya orang tua saya keburu
meninggal dan tidak sempat melihat peristiwa itu
Setelah lebih satu bulan Henny tidak pernah lagi menyapa Sangeang, akhirnya
Sangeang , pergi mencari tempat rumah kost lainnya, walaupun ibu kost selalu
manahannya, tapi ia sendiri sudah tidak tahan melihat situasinya dengan Henny,
tentunya apalagi Henny yang merasa dikecewakan.
Setelah pulang dari Kampus, Sangeang, pergi ke tempat kost ibu Mardianah,
dan menemui ibu Mardianah , setelah ketemu,
Mardianah berkata : Tumben nih lamanya baru datang,
Sangeang : Maaf Mar, saya kira sudah sampaikan kalau saya pulang kampung
karena orang tua laki laki sakit, dan akhirnya meninggal, sehingga saya agak
lama di Pare Pare.
Ibu Mardianah : Inna lillahi, kenapa Ngeang tidak beritakan,?
Sangeang : Maklumlah saya lagi berbela sungkawa
Ibu Mardianah : Tapi kenapa saya selalu hubungi tidak pernah aktif Hpnya ?
Sangeang : Maaf, waktu di Pare Pare karena sibuk, HP saya tercecer, dan
Alhamdulillah beberapa hari kemudian bisa ditemukan kembali.
Mardianah : Sekarang apa rencana Ngeang?
Sangeang ; Sekarang saya mau cari rumah kost, mau pindah.
Mardianah : Lah memangnya kenapa tempat kost sekarang ?
Sangeang : Ada masalah, dan saya minta Dianah jangan tanyakan itu.
Kedatangan kemari cuma ingin cari tempat kost, karena disekitar kampus ITB
sudah penuh semua.
Mardianah : Lalu bagaimana hubunganmu dengan Henny?
Sangeang : Saya katakan tadi jangan tanyakan masalah itu.
Mardianah berkata dalam hati : Saya sudah mengerti dan pastikan kalau
hubungan Sangeang dengan Henny bermasalah, berarti sudah tidak ada lagi tirai
mengantarai kami berdua.
Mardianah : Cuma kalau dekat dekat disini, juga saya kira sudah penuh,
sebenarnya kalau Ngeang ada kendaraan motor, Dianah kira tidak perlu dekat
dekat disini.
Sangeang : Masalahnya bukan itu, walaupun ada kendaraan, tapi kan perlu
efisiensi waktu, apalagi Bandung sekarang makin hari semakin macet.
Selang beberapa hari Sangeang mencari tempat kost, akhirnya ia dapat di
Babakan Siliwangi. Dan secara diam diam Sangeang mulai memindahkan
barang barangnya. Dan akhirnya tibalah suatu hari memohon pamit pada ibu
Neneng, kalau ia sudah mau pindah. Mulanya ibu kost agak kaget, tapi
kemudian ia hanya manggut manggut dan secara basa basi, ia berkata : Sering
sering saja datang kemari.
Sangeang juga dengan basa basi berkata : Insya Allah ibu. Kemudian iapun
pergi meninggalkan tempat itu, tanpa menemui lagi Henny.
Setelah Sangeang pindah, walaupun hubungannya dengan Henny sudah putus
tapi minimal 1 kali seminggu Sangeang selalu singgah ketempat ibu kost nya
dahulu, walaupun hanya sebentar. Mengingat ibu kostnya sangat baik padanya.
BERLANJUT.........................
Episode V
Simpurusiah : Kurang ajar kamu, masa sampai hati merahasiakan hal itu
kepadaku?
Hartati : Yah apa boleh buat, karena Fahri menyuruh saya bersumpah untuk
tidak menyampaikan hal itu kepadamu
Simpurusiah : Yah....sudah, iapun menutup teleponnya
Setelah Simpurusiah selesai menelepon Hartati, kemudian ia kembali
memandangi cincin yang sudah dimasukkan di jarinya, sambil tidak henti
hentinya merasa bersyukur sambil membayangkan Fahri yang begitu penuh
perhatian.
Sabtu sore, menjelang malam minggu, Fahri mencoba menelepon Simpurusia
di asramanya,
Fahri : Assalamu Alaikum
Simpurusia : Wa Alaikum salam
Fahri : Maaf, kalau saya mengganggu
Simpurusia : Oh, tidak
Fahri : Kalau tidak keberatan, saya ingin mengajak maka makan diluar
Simpurusia : Boleh, dan hatinya pun ia rasakan mulai syahdu
Fahri : Kalau begitu, insya Allah habis sholat magrib saya jemput.
Simpurusia : Baik.
Fahri : Alhamdulillah, ya Allah, hambamu ini sangat bersyukur, karena
kehendakmu akhirnya Simpurusia mau membuka hatinya untukku.
Selesai Fahri shalat Magrib, iapun buru buru pergi menjemput Simpurusia
setelah Fahri sampai di asrama Simpurusia, nampak Simpurusia juga sudah siap
siap.
Fahri yang melihat Simpurusia dengan pakaiannya yang sangat sederhana,
semakin membuat dirinya terus mengagumi Simpurusia.
rumah Hartati tidak ada kamar buat dia. Karena kelelahan begitu Fahri sampai
di Hotel, ia langsung tidur.
Esok harinya, Fahri agak pagi pergi menjemput Simpurusia dan Hartati untuk
pergi mencari tempat makan pagi, namun sesampainya Fahri dirumah orang tua
Hartati, ternyata Hartati telah menyiapkan nasi goreng buat sarapan pagi.
Sesudah mereka sarapan pagi, ketiganya pergi mengunjungi tempat tempat
rekreasi, di tempat tempat rekreasi itu nampak Fahri dan Simpurusia semakin
intim, apalagi Hartati selalu memancing berdua dan selalu menfoto mereka
berdua. Hal ini dilakukan agar keduanya bisa lebih intim. Sore hari baru
mereka pulang., namun sebelumnya Fahri singgah di Indomart, membelikan
beras, minyak goreng dan lain lain untuk diberikan kepada orang tua Hartati.
Hari seninnya sehabis makan siang, ketiganya berkemas kemas kembali ke
Surabaya. Adapun Fahri setelah mengantar Simpurusia dan Hartati ke
asramanya, kemudian meninggalkan asrama kembali kerumahnya. Dalam
perjalanan pulang Fahri membayangkan terus saat saat ia bersama Simpurusia
dua hari ini.
Tidak terasa waktu berjalan terus, sudah 2 tahun Simpurusia dan Fahri di
Surabaya, dan tahun lalu menjelang libur karena penerimaan mahasiswa baru,
Fahri pulang ke Jayapura, tapi kali ini, Fahri sepertinya tidak ada keinginan
untuk pulang, karena hatinya sudah tertambat pada Simpurusia, walaupun ia
juga rindu pada ayah bundanya.
Pada saat penerimaan mahasiswa baru kebetulan Fahri masuk sebagai panitia
masa prabakti perkenalan dengan mahasiwa baru, salah satu mahasiswi baru
yang nampak agresif, selalu berusaha untuk mendapat perhatian bernama
Suzanna atau nama panggilannya Anna, orangnya cukup cantik putih agak
tinggi semampai, hal itu dikarenakan ia seorang peranakan Belanda. Anna ini
juga tidak luput dari perhatian beberapa mahasiwa, termasuk Fahri. Walaupun
Fahri tidak sedikitpun menaruh hati, hanya ia senang berkenalan dengan Anna,
karena Anna orangnya periang dan suka bercanda.
Pada suatu malam, Fahri sedang memasuki rumah makan, namun ketika ia
masuk, kebetulan ia melihat Anna dan 2 orang teman wanitanya sedang makan
malam. Fahri langsung mengucapkan selamat malam pada Anna, kemudian
Anna menengadah melihat Fahri, kemudian ia membalas juga selamat malam.
Fahri langsung mengambil tempat duduk dan memesan makanan. Adapun Anna
yang sudah selesai makan, ia langsung mendatangi meja Fahri dan duduk
didepannya. Merekapun terlibat pembicaraan sambil Anna bercanda.
Anna berkata : Barangkali kami ini bisa numpang mobil bang Fahri, sampai
ditempat kost kami.
Fahri : Bisa..!
Setelah Fahri selesai makan, kemudian ke 3 gadis itu ikut sama Fahri kembali
ketempat kostnya.
Setelah Fahri pulang mengantar mereka, salah satu dari teman Anna berkata,
kepada Anna : Siapa tadi itu?
Anna : Dia satu kampus dengan saya tapi ia 2 tahun lebih dahulu.
Teman Anna : Sepertinya ia dari luar pulau Jawa, hal itu kedengaran dari
logatnya. Disamping itu nampaknya dia itu anak orang kaya.
Anna : Memangnya kenapa
Teman Anna : Terus terang saja, saya tahu kalau Anna kan belum punya pacar .
Anna : Kenapa kamu tahu kalau saya tidak punya pacar
Teman Anna : Walaupun belum lama kita berteman, tapi saya belum pernah
melihat kalau ada teman dekatmu.
Anna : Apa kamu percaya, kalau wanita secantik saya tidak punya teman
dekat?.
Teman Anna : Tapi mana?
Anna : dia bekerja di Bandung.
Teman Anna : Oh uuuu...
Setelah Anna masuk dikamarnya untuk tidur, terbayang kembali Fahri dan
membayangkan juga pacarnya di Bandung. Iapun mulai bimbang, apalagi
Simpurusia : Untuk apa saya marah, saya kan orangnya memiliki kepercayaan
diri yang tinggi.
Fahri : Syukur...syukur.....
Simpurusia : Kenapa mesti bersyukur?
Fahri : Soalnya saya ini sudah jatuh bangun berjuang untuk mendapatkan
cintamu, bagaimana abang tidak takut, apalagi kalau sampai lepas, maka lebih
baik aku pulang saja ke Jayapura.
Simpurusia : Saya juga takut bang, melepaskanmu, karena kalau terjadi untuk
kedua kalinya saya kecewa, rasanya terlalu sulit bagiku
memulai lagi
mencintai seseorang.
Fahri : Semogahlah itu tidak terjadi diantara kita. Tapi maaf saya mau minta
pandangannya, bagaimana kalau saya lain kali tiba tiba ada wanita lain yang
mau minta tolong ingin diantar?.
Simpurusia : Tidak ada masalah, yang penting bagaimana niatnya abang.
Fahri mendengar itu, ia langsung mengambil tangan Simpurusia yang halus
mulus kemudian diciumnya, dan berkata : Insya Allah, jangan pernah engkau
ragukan kasihku padamu.
Simpurusia : Iya, tapi jangan pernah pula abang sia siakan kepercayaanku
padamu.
Fahri : Demi Allah aku berjanji padamu.
Simpurusia : Sudah ?
Fahri : Kenapa buru buru,
Simpurusia : Soalnya tidak lama lagi aku harus masuk belajar.
Fahri : Yah apa boleh buat, silahkan
Simpurusia pun berdiri dan sambil berjalan disamping Fahri, Simpurusia
berkata : Maukah abang mendengar saran dari saya ?.
Fahri : Tentu.
Simpurusia : Begini saja, supaya abang terhindar dari orang yang mau minta
tolong naik di mobilnya, barangkali ada baiknya,abang buka saja tempat
duduknya kecuali tempat duduk abang.
Fahri : Kalau itu yang menjadi keinginanmu, sebentar saya akan buka, tapi
bagaimana kalau kita mau jalan sama sama?
Simpurusia : Kita naik beca saja.
Fahri : Okey....
Simpurusia : Tidak kok, saya cuma main main, masa hanya masalah begitu
mau dianggap serius.
Fahri hanya bisa senyum senyum saja, sambil mengucapkan salam, karena
Simpurusia sudah akan masuk ruangan. Bersambung....
Episode
Setelah Sangeang disuguhi teh panas oleh Mardianah, ia pun duduk mengobrol
dengan Sangeang. Semenetara asyik ngobrol, Sangeang teringat bahwa ia harus
pergi kuliah maka berkatalah Sangeang : Maaf Mar, saya harus pergi kuliah,
jadi saya tinggal dulu.
Mardianah : Oh iya, tapi kapan ada waktu lagi kemari ?.
Sangeang, besok siang karena sampai lusa tidak ada kuliah.
Mardinah : Bagaimana kalau waktu luang itu kita gunakan jalan jalan.
Sangeang : Jalan jalan kemana?
Mardianah : Saya dengar ada tempat makan makan sambil santai namanya
Kampung Daun di daerah Lembang.
Sangeang : Boleh...
Mardianah : Besok sore kita kesana, dan kita makan malam nanti disana.
Sesudah itu, Sangeang pun pamit diri untuk pergi kuliah.
Esoknya Sangeang pun berangkat menuju tempat kost Mardianah, adapun
Mardianah memang sudah siap, dia tinggal menunggu kedatangan Sangeang,
Setelah Sangeang telah tiba, keduanya langsung berangkat dengan
menggunakan mobil Taxi. Selang beberapa lama, sampailah keduanya di
Kampung Daun. Mereka memilih tempat agak keatas, dan rimbun pohonnya.
Setelah mereka berdua sudah ditempat gubuk lesehan, merekapun memesan
makanan.
Kemudian datang seorang pelayan, mengantarkan makanan yang dipesan.
Sangeang berkata : Yah untuk pertama kalinya aku datang kemari, tentunya
karena kita akan merasakan yang namanya bersenang senang
Mardianah : Tolong sampaikan padaku apa arti tentang kesenangan.
Jawab Sangeang :
Kesenangan adalah salah satu yang bersumber dari kebebasan.
Namun tergantung pada diri kita bagaimana dapat memaknai kebebasan itu
sendiri.
Kadang ia datang membawa hasrat keinginan yang dapat membawa hati kita
berbunga bunga.
Ya, ada juga yang memaknai
bebas di improvisasi.
Beberapa diantara kita selalu mencari kesenangan, seolah olah kesenangan itu
adalah sebuah tujuan.
Namun ketika diselami kita hanya menemukan kesenangan, dalam bentuk
penyesalan.
Tapi penyesalan itu hanya dapat mencekam diri, bilamana tidak disertai rasa
ikhlas.
Dan diantara kita aku dan kamu bukan lagi remaja yang sedang mencari.
Saya adalah duda, sementara kamu adalah janda, yang hanya memerlukan
kekuatan jiwa, untuk menantang segala pandang yang menistakan kita.
Betapa seringnya, kita menafikan segala kesenangan, padahal secara tidak sadar
kita sebenarnya sedang menimbun keinginan tersembunyi.
Mardianah : Timbunan keinginan yang tersembunyi itulah yang membawa kita
kemari.
Lalu sekarang bertanyalah dalam hatimu ;
Kesenangan apa saja yang kamu sembunyikan itu.
Katakanlah sejujurnya
kita datang kemari, tidak hanya untuk sekedar
bersenang senang, tapi untuk menegaskan kembali perasaan kita yang telah
tumbuh mekar.
Bersyukurlah kita pada sang pencipta yang telah menganugrahi kita rasa cinta.
Tidak lama keduanya pun asyik makan sambil berkelakar.
Karena Mardianah merasa kenyang sekali, tanpa ia sadari langsung berbaring
dikasur lesehan itu.
Episode
VI
Suzanna : Kalau bapak saya orang Belanda, ibu saya orang Malang, tapi orang
tua sudah cerai.
Fahri : Sayang ya..?
Suzanna : Kalau mas Fahri asalnya darimana ?
Fahri : Saya orang Bugis, tapi lahir di Jayapura Papua, karena orang tua saya
dulu merantau ke Papua untuk mencari kehidupan yang lebuh baik.
Suzanna : Kalau orang Bugis itu sebenarnya daerahnya dimana ?
Fahri : Sulawesi selatan.
Suzanna : Sebenarnya 2 tahun yang lalu sebelum orang tua saya berpisah, saya
tinggal di Bandung, dan memang lahir di Bandung, setelah ayah saya pulang ke
Belanda, tidak lama kemudian ibu saya menikah dengan orang Sunda juga, tapi
karena bapak tiri saya mendapat tugas di Malang, akhirnya kami pindah ke
Malang.
Setelah ngobrol ngobrol sekitar keadaan di kampus, kemudian Fahri pun minta
pamit, dan berdiri langsung pergi setelah membayar menuman. Sementara
Suzanna masih duduk, ia masih membayangkan kalau Fahri itu orangnya sopan,
dan kemudian ia membandingkan dengan membayangkan pacarnya, yang
sering berkata kasar padanya.
Suzanna : Oh alangkah bahagianya kalau aku bisa mendapatkan pasangan
seperti Fahri.
Adapun Suzanna sebenarnya pada dasarnya adalah gadis yang baik, hanya saja
kurang mendapat kasih sayang dari orang tuanya, apalagi orang tuanya bercerai,
menyebabkan perilaku Suzanna agak ugal ugalan, ditambah lagi ibunya
bersuami kembali.
Malam minggunya Fahri mendatangi asrama Simpurusiah, dan melihat
Simpurusiah, kalau tidak ada tanda tanda mau keluar.
Fahri : Saya lihat kalau Simpur ini tidak ada tanda tanda mau keluar.
Simpurusiah : Iya, karena masih banyak tugas tugas pelajaran yang harus saya
selesaikan.
Fahri : Kalau begitu saya tidak boleh lama lama disini.
Simpurusiah : Kalau hanya ngobrol ngobrol sebentar tidak ada masalah
Fahri : Maaf, saya ingin sampaikan juga bahwa 3 hari yang lalu, saya sementara
duduk di kantin sambil membaca buku, tiba tiba Suzanna mendatangi saya dan
mengajakku ngobrol.
Simpurusiah yang dalam hatinya ingin memancing Fahri dengan berkata : Apa
maksudmu menceriterakan ini pada saya.
Fahri : Yah seperti biasa, sebagai laporan, untuk membebaskan diri dari fitnah.
Simpurusiah : Ah... kalau masalah begituan sih, aku tak mau peduli, selama
kang Fahri memang tidak ada niat lain.
Fahri : Terima kasih, atas kepercayaanmu padaku.
Simpurusiah : Tidak usah berterima kasih, yang penting tunjukkan saja
tanggung jawab abang.
Fahri : Kalau begitu lega sudah rasanya, dan saya tidak mau mengganggu lebih
lama maka saya mau minta diri pulang.
Dalam perjalanan pulang, Sangeang sempat merenung dan berkata dalam
hatinya :
Kekasihku, Simpurusiah
: Dahulu setiap kali aku mencoba untuk
mendekatimu lewat ucapan, sebagai pribadi yang utuh. Tetapi engkau selalu
menjauh dariku dan sulit untuk kugapai.
Tetapi kini engkau telah menerima cintaku dengan apa adanya.
Karena itu apapun yang terjadi aku akan tetap setia padamu.
Andaikata Simpurusiah tidak membalas cintaku.
Maka yang ada dalam hatiku, hanya debu
Yang tertiup dan terbang dibawa oleh angin.
Cintanya kini kuperoleh, kini tinggal memeliharanya.
Ingatlah aku ketika kita pernah bersama di Tretes,
Engkau telah melantunkan lagu syahdu tentang cinta.
Karena
Ibu Suzanna : Begini nak, sebelum ayahmu meinggalkan kita dan kembali ke
Belanda, ia sempat meninggalkan asuransi sekolah, dimana sekarang kita
sudah bisa minta di Asuransi, disamping itu ayahmu juga menitipkan pembeli
mobil.
Suzanna langsung mmeluk ibunya, tanda luapan kegembiraannya, dan iapun
bertanya : Mobil apa yang ibu mau belikan ?.
Ibu Suzanna : Mobil Honda Jazz.
Suzanna : memeluk lagi ibunya, sambil berkata : Kapan bisa di belikan mobil
ibu..?
Ibu Suzanna : Besok juga boleh.
Suzanna : Terima kasih ibu.
Keesokan harinya nampak Suzanna diantar oleh bapak tirinya bersama ibunya
pergi membeli mobil di show room.
Setelah Suzanna menginap 2 malam di malang, iapun mohon diri kepada ibu
dan bapak angkatnya kembali ke Surabaya dengan membawa mobil barunya.
Suatu saat di Sabtu sore, Suzanna berpikir bahwa ia sudah punya mobil, maka
tidak sulit lagi bagi dirinya untuk mendekatkan diri dengan Fahri. Karena itu
timbul keingin tahuannya tentang apa aktivitas Fahri di malam minggu. Maka
iapun pergi meyelidiki Fahri dengan memarkir mobilnya tidak jauh dari rumah
Fahri.
Selang setelah magrib, nampak sudah mobil Fahri keluar dari rumahnya, dan
Suzanna pun mengikuti dari belakang, dan ternyata mobil Fahri nampaknya
menuju asrama putri Unair. Setelah Suzanna melihat mobil Fahri masuk di
asrama, maka ia pun meminggirkan mobilnya dan berlindung dekat pohon.
Tidak lama kemudian kelihatan oelhnya, mobil Fahri sudah keluar, dan ketika
mobil itu lewat didekatnya, dilihatnya ada wanita disampingnya. Suzanna pun
semakin nekat untuk melihat, siapa wanita sesungguhnya yang telah berhasil
memikat Fahri
Suzanna pun menguntitnya dari belakang. Setelah mereka berputar putar dalam
kota, kemudian nampak Fahri memasuki rumah makan.
Suzanna pun memarkir mobilnya dan sambil menunggu sebentar. Setelah ia
perkirakan Fahri sudah duduk, maka iapun secara per-lahan lahan juga masuk.
Begitu ia lihat Fahri duduk dengan wanitanya, maka iapun memberanikan diri
mendekat sambil berkata : Selamat malam
Fahri dan Simpurusiah secara bersamaan menjawab : Selamat malam.
Fahri : Eh... Suzanna
Suzanna : Iya mas.
Fahri berkata kepada Simpurusia : Kenalkan ini Suzanna yang saya kenal
waktu penerimaan mahasiswa baru.
Simpurusiah pun berdiri dan berjabat tangan dengan Suzanna dan berkata
Simpurusiah Dan Suzanna pun menyebut namanya Suzanna
Kemudian Simpurusiah berkata : Silahkan duduk
Suzanna : Maaf, biar saja saya di meja lain, saya tidak mau mengganggu
kalian berdua.
Simpurusiah : Tidak mengganggu kok.
Suzanna : Terima kasih biar saya cari tempat duduk yang lain.
Simpurusiah : Kalau begitu silahkan.
Suzanna yang sudah duduk ditempat lain selalu mencuri pandang dengan
memperhatikan terus Simpurusiah, dan dalam hati Suzanna berkata :
Simpurusiah itu memang gadis yang sungguh cantik dan menarik, jangankan
Fahri, ia sendiri sebagai seorang wanita sangat senang memandangnya. Dengan
melihat kecantikan Simpurusiah mampukah akau merebut Fahri dari sisinya.
Adapun Fahri yang sedang makan bersama Simpurusiah, keduanya terlibat juga
membahas kecantikan dan perilaku yang dimiliki Suzanna, namun tidak lama
kemudian mereka berhenti bicara karena sedang menikmati makanan masing
masing, tapi dibalik itu Fahri selalu memandang Simpurusiah, dan dalam
hatinya berkata : Baju kaos agak tipis yang dipakai Simpurusiah, nampak
begitu sexi sekali bagi penglihatannya, dan tanpa sadar ia pun membayangkan
bagian bagian tubuh Simpurusiah yang lainnya. Bahkan sampai jari jarinya
punyang lentik yang sedang memegang sendok semuanya dipandang dengan
gairah.
Setelah Fahri selesai membayar, iapun meninggalkan tempat itu berdua dengan
Simpurusiah. Dalam perjalanan pulang untuk mengantar Simpurusiah pulang
ke asramanya, Fahri kembali diliputi lagi pikiran kotornya, dengan
membayangkan Simpurusiah di kolam renang yang lalu sehingga ia berkata
kepada Simpurusiah : Simpur...! sepertinya agak lama kita dari Selecta berenang
yah...!
Simpurusiah : Memangnya kenapa ?.
Fahri : Saya ingin mengajakmu berenang di Hotel Shangrilla
Simpurusiah : Dimana itu ?
Fahri : Di jalan Mayjend Soengkono.
Simpurusiah : Tapi harus ajak Hartati yah..!
Fahri : Itu sudah pasti.
Pada hari minggu, agak siang, Suzanna iseng iseng lewat di depan rumah Fahri,
dan sebelum lewat, dilihatnya mobil Fahri keluar, maka iapun segera
menguntitnya lagi dari belakang. Ia melihat kalau mobil Fahri lagi menuju ke
asrama putri. Seperti yang lalu ia segera meminggirkan mobilnya dibalik pohon
sambil menunggu mobil Fahri keluar. Tidak lama kemudian Fahri lewat, dan
dilihatnya ada 2 wanita diatas mobil itu.
Kemudian Suzanna meguntitnya dari belakang, dan setelah sampai di jalan
Mayjen Soengkono, dilihatnya mobil Fahri masuk di hotel Shangrilla, maka
timbullah prasngka buruk Suzanna, dan untuk membuktikan prasangka
buruknya itu iapun mengendap endap mengikuti mereka. Dan ternyata ia salah
sangka, karena mereka itu menuju kolam renang. Maka Suzanna berpikir untuk
mengajak temannya 2 orang untuk ikut juga berenang ditempat itu.
Adapu Fahri yang sudah berada di kolam renang menunggu Simpurusiah dan
Hartati ganti pakaian, terus membayangkan tubuh Simpurusiah yang putih
mulus itu yang sebentar lagi akan dilihatnya.
Tidak lama kemudian, nampaklah Simpurusiah bersama Hartati keluar dari
kamar ganti pakaian, Melihat itu mata Fahri langsung membelalak melihat
keduanya muncul dan sempat memperhatikan juga tubuh Hartati yang juga
mulus dan cukup putih juga, walaupun kulit Simpurusia masih lebih putih
dengan body yang agak tinggi semampai.
Setelah Simpurusiah dan Hartati turun di kolam, segera Fahri pergi mengambil
bola plastik untuk dipakai nanti bermain dikolam renang.
Sementara mereka asyik berenang datanglah Suzanna dtemani 2 orang dan
langsung pergi ke kamar ganti pakaian. Kali ini pakaian renang yang dipakai
Suzanna adalah pakaian renang bikini, sehingga nampaklah pahanya yang putih
itu begitu mulus, sehingga akan menimbulkan gairah bagi laki laki yang
memandangnya.
Tidak lama kemudian iapun meloncat ke kolam, dan solah olah ia tidak melihat
Fahri dan Simpurusiah. Sementara Fahri dan Simpurusiah dan Hartati asyik
bermain, tiba tiba Simpurusiah beteriak Itu Suzanna Fahri menengok dan
dilihatnya betul kalau itu Suzanna.
Simpurusiah : Suzanna..!
Suzanna : Iya mba...
Episode
VI
Fahri yang melihat itu, baru ia sadar, sebenarnya pertanyaan itu telah melukai
hati Simpurusiah, sebab ia tahu betapa prihatinnya kehidupan Simpurusiah,
namun demikian aku bersedia mengobati luka dihatinya itu, bila Simpurusiah
memberikan ia kesempatan.
Fahri : Saya mohon maaf sekali, kalau kata kataku tadi sempat melukai hatimu.
Simpurusiah : Tidak apa kok, sudah biasa menahan rasa kerinduan.
Fahri : Maaf jangan tersinggung, kalau saya katakan bahwa bolehkah aku
diberi kesempatan untuk mengobati perasaanmu tadi itu.
Simpurusiah : Memangnya kenapa ?.
Fahri : Maaf, saya selalu tidak tega melihat orang bersedih, apalagi kalau orang
yang bersedih itu adalah wanita yang selalu kucintai selama ini.
Simpurusiah : Maksudnya bagaimana ?
Fahri : Maksud saya, kalau tidak keberatan, saya mau sekali membiayai
kepulanganmu ke Pare Pare pulang pergi.
Simpurusiah : Maaf kak Fahri, saya belum bisa menerima budimu terlalu besar
itu, cukuplah bagiku apa yang di berikan selama ini. Maaf kalau saya katakan
bahwa saya tidak bisa masuk terlalu jauh dalam cengkeramanmu, yang dapat
membuat aku nantinya tidak berkutik untuk menolak setiap permintaanmu, yang
aku tidak suka.
Fahri : Apakah adik Simpur, masih meragukan cintaku padamu?
Simpurusiah : Untuk saat ini aku belum meragukannya, karena saya pikir saya
masih mampu menahan diri. Tapi yang aku ragukan adalah ketika aku tidak bisa
lagi menahan diri, maka aku masih khawatir saat itulah cengkeramanmu
membuat aku tidak bisa berkutik lagi.
Fahri sedikit emosi bicara karena merasa harga dirinya disinggung, dengan
berkata : Maaf Saya pikir aku tidak sampai sejahat itu. !
Simpurusiah : Itu...?, belum apa apa sepertinya sudah mulai nampak emosimu
yang selama ini tidak pernah saya lihat. Dengan melihat emosimu ini semakin
membuat aku sekarang harus hati hati. Jadi sebelum terlalu jauh kita melangkah
ada baiknya kita kembali menganalisa diri kita masing masing.
Fahri langsung tidak berkutik mendengar kata kata Simpurusiah, dan ia pun
hanya mampu berkata : Saya hanya dapat minta maaf atas sikapku tadi,
tolonglah maafkan aku.
Simpurusiah : Memaafkan orang itu gampang sekali. Tapi apakah setiap kali
aku tersinggung lantas kak Fahri minta maaf dan saya harus saya selalu
maafkan. Tentunya tidak demikian.
Fahri : Karena itu apa yang harus saya lakukan atas kesalahanku ini.
Simpurusiah : Maaf kak Fahri, saya tidak pernah mengatakan kalau kakak itu
bersalah, jadi saya kira tidak ada yang perlu dimaafkan. Dan biarkanlah
hubungan kita ini mengalir seperti air, dan tiba pada saatnya nanti kita putuskan
bersama jalan yang terbaik bagi kita.
Fahri : Maaf, kalau demikian berarti belum ada kepastian, kemana air
membawa kita bermuara.
Simpurusiah : Saya kira demikian, sebelum adanya
tentunya belum ada kepastian.
ikatan pernikahan,
Fahri mendengar itu kemudian berkata : Kalau begitu, biarlah ketidak pastian
itu kubawa mengalir bersamaku.
Sesaat kemudian keduanya diam, hening seketika. Dalam keheningan itu Fahri
kemudian minta diri pulang kerumahnya.
Dalam perjalanan pulang Fahri diliputi bermacam macam perasaan, termasuk
diantaranya ada rasa kecewa dan tiba tiba pikirannya membayangkan Suzanna
yang selalu ceria. Namun ia cepat cepat menghilangkan bayangan itu.
Simpurusiah yang mengatakan bahwa ia belum siap untuk terlalu jauh dalam
cengkeramanku, padahal kalau kupikir pikir sebenarnya, sayalah yang
sesungguhnya sudah masuk dalam gravitasi cengkeramannya. Tidak lama
kemudian iapun berpikir benar kata Simpurusiah bahwa biarlah semuanya
mengalir apa adanya, karena memang cinta itu tidak dapat dipaksakan.
Menjelang subuh pesawat yang ditumpangi Fahri telah mendarat di Bandara
Jayapura. Tidak lama kemudian, Fahri turun dari pesawat, dengan
menggendong ranselnya. Diluar pintu kedatangan telah ada sopir yang akan
membawa Fahri ke rumahnya
Adapun Simpurusiah dalam mengisi waktu liburnya, ia sangat giat belajar
bahasa Inggeris, dengan membeli majalah bekas berbahasa Inggeris di toko
loak. Disamping itu ia selalu datang ke kantor Universitas, karena kantor tidak
libur, dan yang membuat Simpurusiah selalu ke kantor, karena disana ada 3
orang ibu ibu yang sering diajaknya ngobrol.
Pada suatu hari, ketika Simpurusiah berada di kantor Universitas, ada surat
datang dari kedutaan Belanda, setelah salah satu ibu membuka surat tersebut,
dan ibu itu berkata, ini surat berbahasa Inggeris, tapi bagaimana yah Pak
Margono tidak masuk, ia cuti selama 10 hari, karena pak Margono yang selalu
menterjemahkan kalau ada surat berbahasa Inggeris.
Simpurusiah berkata : Maaf ibu, kalau tidak keberatan boleh saya bantu ibu
terjemahkan ?.
Ibu : Boleh, karena sepintas lalu surat ini sepertinya bukan rahasia.
Simpurusiah mengambil surat itu, kemudian membacanya. Selesai membaca ia
berkata : Ini surat dari sebuah foundatioan di Netherland, yang menawarkan bea
siswa bagi siswa yang paling berprestasi di unversitas ini, untuk program S2
dan S3, di universitas Utrech Belanda.
Ibu : Barangkali mba..! termasuk mahasiswa berprestasi, bisa ikut test.
Simpurusiah : Mudah mudahan ibu. Dalam hati Simpurusiah berkata : Saya
akan berusaha betul untuk ikut, karena ini merupakan kesempatan emas.
Ibu Fahri : Boleh tidak ibu ikut ke Surabaya, kalau nanti nak Fahri pulang ke
Surabaya ?
Fahri : Untuk apa ibu ?.
Ibu Fahri : Mau pergi lihat calon menantuku.
Fahri : Jangan dulu ibu, tenang dulu.
Ayah Fahri yang tadinya hanya diam mendengar tiba tiba nyeletuk : Masalahnya
ibumu itu sudah ingin sekali mulung mantu.
Fahri : Maaf Etta, hal ini tidak bisa buru buru, karena calon saya ini
sebenarnya sangat susah orangnya. Satu tahun lebih saya berjuang buat
membuka hatinya untukku, dan sebelum saya kemari, ia sempat tersinggung,
sehingga saya tidak tahu bagaimana nanti kalau saya kembali lagi ke Surabaya.
Ibu Fahri : Kenapa begitu susah nak ?. apakah dia dari keluarga orang kaya?
Fahri : Justeru sebaliknya ibu, ia dari keluarga yang cukup prihatin, hanya
karena kecerdasannya dia sehingga ia mendapat bea siswa dan bisa kuliah
ditempat saya. Dan begitu cerdasnya sekarang ini ia sudah meninggalkan saya
satu semester, sehingga nantinya ia bisa selesai mendahului waktu.
Ibu Fahri : Tentunya nak Fahri ada membawa fotonya, bisakah ibu dan ettamu
melihatnya ?
Fahri : Ada ibu, ini coba lihat di HP ku,
Ibu Fahri langsung mengambil HP Fahri dan memandang wanita yang ada di
HP itu, ibu Fahri yang melihat foto Simpurusiah, langsungg berdecak sambil
geleng geleng kepala.
Ayah Fahri : Kenapa bu, kenapa sampai berdecak dan geleng geleng kepala ?.
Ibu Fahri : Saya saja perempuan melihat foto ini bisa jatuh cinta, apalagi laki
laki.
Episode
VII
Setelah Yanti dari tempat kerjanya, keduanya langsung ke jalan Dago, ke kantor
Adriaan.
Suzanna : Yanti, tolong kamu saja masuk tanyakan, karena rasanya saya malu
Yanti : Kenapa mesti malu, apalagi saya belum pernah kenal
Suzanna : Ok, kita masuk sama sama
Namun sebelum keduanya masuk kantor, tiba tiba nampak Adriaan sepertinya
buru buru mau keluar, tapi begitu menengok dilihatnya Suzanna, dan ia
menegur : Suzan...apa saya tidak mimpi
Suzanna : Tidak, kak
Adriaan berjalan mendekati Suzanna dan berkata : Maaf ya Suzan, saya ada
urusan penting sedikit, jadi Suzan ke cafe itu diseberang jalan, tunggu saya
disana, paling lambat 1 jam.
Suzanna : Tapi kenalkan dulu sahabat saya
Adriaan : Jabat tangannya Yanti dan berkata Adriaan
Yanti : Yanti..!
Sesudah itu Suzanna bersama Yanti menyeberang jalan menuju cafe yang
ditunjukkan Adriaan. Keduanya masuk duduk dan memesan minuman. Setelah
Yanti minum, iapun minta diri, untuk pergi bekerja.
Suzanna : Nanti saya langsung saja pulang kerumah ya..
Yanti : Iya, hati hati ya..
Tidak lama datang Adriaan, dan ia langsung memeluk Suzanna dan berkata : .
Saya pikir kita tidak akan ketemu lagi.
Suzanna : Kalau jodoh pasti akan ketemu
Kemudian Adriaan
minuman
mengajak Suzanna
duduk,
Adriaan : Suzan..! kenapa tiba tiba saja menghilang, seperti ditelan bumi.
Suzanna : Ceriteranya panjang, tapi kesimpulannya, Adriaan tahu kalau orang
tuaku cerai. Setelah itu ibuku kawin dengan orang Malang, dan tahu tahu kami
harus pindah ke Malang, hal ini saya ingin sampaikan tapi Adriaan keburu
berangkat ke Belanda. sementara saya coba menghubungimu lewat telepon ,
tapi tidak pernah mau masuk.
Adriaan : Oh iya, maaf, karena saya lupa berikan no HP ku untuk di
Netherland, sebab no. Hp yang selama ini saya pakai bicara dengan Suzan
adalah no. HP untuk Indonesia, sementara HP itu saya tidak bawa, karena saya
pikir no, Hpmu juga saya save di HP yang satunya.
Suzanna : Begitulah kalau urusan mau kacau, sebab hanya 3 hari sesudah
Adriaan berangkat HP ku hilang, sehingga kita kehilangan kontak.
Adriaan : Lupakan saja itu semua, yang penting sekarang kita sudah ketemu.
Suzanna : Iya, tapi bagaimana hubungan kita selanjutnya ?.
Adriaan : Setelah kita ketemu sekarang, dan saya juga belum punya kekasih,
yah kita lanjutkan saja, selama juga Suzan belum punya kekasih.
Suzanna : Belum juga.
Adriaan : Jadi sekarang tinggal dimana ?.
Suzanna : Di Surabaya dan kuliah di Universitas Airlangga.
Adriaan : Bagaimana caranya kita menjalin hubungan lebih intim, sementara
saya di Bandung dan Suzan di Surabaya.
Suzanna terdiam sejenak kemudian berkata : Kalau saya biarlah dahulu ini
berjalan sambil kita cari solusinya bagaimana baiknya nanti, itupun kalau
memang kita ada jodoh.
Adriaan : Masih berapa lama di Bandung ?.
Suzanna : Masih ada waktu 15 hari.
Adriaan : Cukup untuk kita untuk saling mengenal lebih jauh.
ke
Makassar
terlebih
dahulu,
Episode
Episode 8
SANGEANG MENIKAH DENGAN MARDIANAH
Mardianah : Kenapa tiba tiba ingin cepat cepat, padahal selama ini, saya lihat
Ngeang tenang tenang saja.
Sangeang ; Yang Mar, lihat diluarnya saja, Mar tidak melihat kalau kita habis
bertemu, semalaman saya terus membayangkanmu.
Mardianah : Saya kira hanya saya saja yang membayangkan.
Setelah agak larut malam keduanya pun meninggalkan cafe itu.
Dalam perjalanan pulang, Sangeang bernyanyi nyanyi berkata :
Tidak lama lagi akan tiba saatnya
diriku dan dirimu ini terjerat jadi suami isteri.
Tak lagi bercumbu dan bemain cinta, layaknya anak muda.
Karena kita kan segera tiba dalam gerbang akad Pernikahan.
Yang menyatukan hati dan jiwa kita kala akad sudah terucap.
Pernikahan kita akan membuka semua yang tadinya rahasia.
Semua akan terbuka terang benderang dimalam pertama.
Sangeang mengakhiri nyanyian kecilnya dengan tertawa Ha...haa....
Mardianah sambil mencubit paha Sangeang berkata : Begitulah kalau orang
sedang mabok bayangan .
Sangeang : Iya, bayangan itu selalu membuatkan aku demam, merinding dan
hanya Mar penawar obatnya.
Mardianah : Maaf Ngeang, sebenarnya saya juga sering dihantui rasa takut,
apakah perkawinan nantinya bisa bertahan terus hingga ajal memisahkan kita.
Sangeang : Percyalah, Tuhan akan selalu melindungi kita.
Mardianah : Yah mudah mudahan pernikahan kita, akan lebih mengajarkan
kita untuk lebih dekat kepada Tuhan. Karena hanya kehendaknyalah yang dapat
melanggengkan kita sebagai suami isteri.
Mardianah : Bukan hanya belajar, pikiran saya juga bisa terganggu. Eh...
ngomong ngomong bagaimana kabar ?.
Sangeang : Kemarin saya mendapat undangan perkawinan Henny.
Mardianah : Kapan ?
Sangeang : Hari Minggu depan ini, di Hotel Panghegar.
Mardianah : Mau ajak saya kesana ?.
Sangeang : Iya dong...
Mardianah : Saya kira tidak.
Sangeang : Ah jangan begitu, selalu berburuk sangka.
Mardianah : He..hee...iya....iya.....
Minggu malam, Sangeang dan Mardianah berangkat untuk menghadiri pesta
perkawinan Henny. Nampak olehnya pesta perkawinan itu cukup meriah,
Sangeang dan Mardianah masuk kedalam dan langsung Sangeang terlebih
dahulu memberi ucapan selamat kepada
Ibu Neneng dan sekaligus
memperkenalkan Mardianah sebagi isterinya.
Ibu Neneng berkata : Kok kami tidak diundang waktu pernikahan ?
Sangeang : Kami kawin di kampung Bu.
Ibu Neneng : Oh, ya.
Kemudian Sangeang. Berjalan dibelakang Mardianah dan berjabat tangan
dengan pengantin. Ketika Sangeang berjabat tangan dengan Henny nampak
dimata Henny, masih ada sisa sisa kekecewaan, tapi ia masih paksakan bertanya
pada Sangeang : ini isterinya ya ?.
Sangeang : Iya.
Setelah selesai bersantap, keduanya pun pulang. Dalam perjalanan pulang
Mardianah berkata : Henny memang cantik ya ?.
Sangeang
dimataku.
Malam pertama adalah penyerahan total dari cinta, dimana sang ratu akan
tersungkur jatuh dalam dekapan sang pangeran.
Dalam dekapanmu terpancar cahaya yang terang membawa jiwa kita untuk
melihat yang selama ini menjadi rahasia.
Hingga hati hanya bisa merasa getaran dari nafsu di antara desah napas.
Dan hanya bisa mendengarkan gema-gema yang dipancarkan dari langit.
Membakar jiwa dan menyinari hati.
Sampai kita merasa bahwa hidup ini bagaikan mimpi.
Karena ialah yang mengajarkan kita tentang pengetahuan surgawi.
Sangeang berkata :
Sekarang duniamu dan duniaku telah bersatu.
Kini kitapun telah mendapat surat jalan.
Akan kemanakah kupacu. kudaku
Mardianah :
Pacu ia sampai ke Surga
Dengan menenggelamkan kejantananmu ke lembah yang dalam.
Yang akan membuatku hanya pasrah.
Setelah itu keduanya pun hanyut dalam perasaan masing masing.
Episode 9
FAHRI BERENCANA MEMINANG SIMPURUSIAH.
Fahri : Maaf, mohon kalau bisa telepon orang tua untuk menyampaikan hal ini,
agar aku merasa tidak ditindis oleh perasaan keraguan.
untuk mengambil S2 saya, sehingga Fahri takut menunggu terlalu lama maka ia
ingin ia percepat semuanya, baik juga kan bu..?.
Ibu Simpurusiah : Iya nak baik juga. Karena itu mudah mudahan semua berjalan
dengan lancar, apalagi kalau melihat, apa yang ayah dan ibumu dengar hari ini,
betul betul membuat ayah dan ibumu sangat bahagia. Mudah mudahan Allah
SWT, selalu membimbing kita kejalan yang benar. Disamping itu, pengalaman
naik pesawat dan tidur di hotel untuk kedua kalinya kami mengalaminya,
setelah sepuluh tahun lebih ketika kami menunaikan ibadah Haji.
Simpurusiah : Anakda kira doa Ibu da ayah ketika di Mekkah sehingga anakda
bisa meraih ini semua.
Ibu Simpurusiah : Iya nak, karena sesungguhnya Allah maha mengetahui segala
sesuatunya.
Kurang lebih jam 11 malam, Fahri datang menjemput Simpurusiah di hotel dan
mengantarnya kembali ke asrama.
Dalam perjalanan Fahri dengan perasaan was was bertanya : Bagaimana
tanggapan ayah dan Ibu.
Simpurusiah : Syukur Alhamdulillah, mereka bisa menerima dengan baik.
Fahri : Alhamdulillah, ya Allah aku bersyukur padamu.
Selepas mengantar Simpurusiah karena kegembiraannya, Fahri tidak mengenal
waktu lagi, ia langsung telepon orang tuanya di Jayapura
Ayah Fahri : Ada apa nak telepon tengah malam?
Fahri : Orang tua Simpurusiah sudah setuju ayah.
Ayah Fahri : Oh..syukur nak.
Ibu Fahri mendengar percakapan itu langsung merebut HP ditangan suaminya
dan langsung berkata : Jadi kapan bisa kita datang melamar ?
Fahri : Nanti saya beritakan Ibu.
Ibu Fahri : Usahakan secepatnya.
Malam harinya Simpurusiah hampir tidak pernah tidur karena berceritera terus
dengan ibunya, sementara ayahnya sudah tidur.
Keesokan harinya, Fahri dan Simpurusiah serta orang tua Simpurusiah pun
meninggalkan Tretes menuju Bandara Surabaya.
Episode 10
SANGAJI KETEMU HARTATI
Hartati : Iya, tapi sekarang kan masih kuliah, nanti kalau sudah selesai, dan ada
modal baru saya akan buka.
Simpurusiah ; Kalau nanti mau buka warung makan sea food, saya kira
mungkin sahabat kita ini Sangaji bisa supply ikan dan udang laut.
Sangaji : Semua tidak menutup kemungkinan, karena yang namanya bisnis,
tergantung dari kemauan yang keras.
Tidak berapa lama Fahri pun datang, kemudian ia ikut duduk, sambil
mendengarkan percakapan mereka. Namun tidak lama kemudian Fahri minta
diri, kalau ia mau keluar bersama Simpurusiah.
Sangaji : Silahkan...!
Simpurusiah : Maaf yah... kita tinggal dulu, dan silahkan dilanjut.
Sepeninggal Fahri dan Simpurusia, kemudian Sangaji dan Hartati melanjutkan
perkenalan itu.
Sangaji : Maaf kalau saya katakan bahwa :
Alangkah indahnya kehidupan ini, apabila kita mampu mengusik kesepian.
Dengan meng-akrabkan hati kita dengan hati manusai lainya.
Karena setiap hati akan selalu mendambakan hati yang lain.
Hati yang bisa diajak untuk bersama-sama mereguk madu kehidupan.
Dan menikmati kedamaian, sekaligus melupakan penderitaan hidup.
Hartati :
Maaf sahabatku, benar yang kau katakan.
Tapi jika orang itu dapat memahami dirinya.
Maka dia akan dapat memahami semua orang.
Jiwa yang penuh harap akan menemukan jawaban.
Saat jiwa itu memancarkan warna yang serupa
Yang akan membuat terang, sisi gelapnya.
Sangaji :
Sangaji : Terima kasih atas sambutannya malam ini, dan kalau tidak keberatan
saya akan selalu datang untuk menunggu jawaban itu.
Hartati : Pintu selalu terbuka bagi orang yang selalu berniat baik tanpa kecuali.
Hari hari selanjutnya Sangaji dan Hartati semakin intim..
Episode 11
ORANG TUA FAHRI MELAMAR SIMPURUSIAH
Begitu Fahri selesai mengantar Orang tua Simpurusiah, dan juga selesai
mengantar
Simpurusiah di tempat kostnya, dalam perjalanan pulang
kerumahnya, ia singgah di pinggir jalan untuk menelepon orang tuanya.
Ibu Fahri : Apa kabar nak?.
Fahri : Kapan ada waktu ayah ibu pergi melamar Simpurusiah
Ibu Fahri : Kira kira 5 hari lagi.
Fahri : Apa lagi yang ibu tunggu ?.
Ibu Fahri : Itu ruko sudah laku 2 petak, tapi 3 hari lagi, pembelinya akan
melunasinya.
Fahri : Apa ibu sudah tidak ada uang sampai harus menunggu pembayaran.
Ibu Fahri : Tidak nak, tapi, ada rencana ibu yang lain yang anakda belum bisa
tahu.
Fahri : Baik kalau begitu bu..!
Lima hari kemudian kedua orang tua Fahri, sedang menuju Bandara untuk
selanjutnya ke Makassar. Namun sebelumnya Simpurusiah telah menyampaikan
orang tuanya kalau orang tua Fahri akan berangkat menuju pare Pare guna
melamarnya.
Setelah kedua orang tua Fahri tiba di Makasar, ia menginap dahulu di
Makassar, keesokan harinya baru berangkat ke Pare Pare.
Adapun orang tua Simpurusiah dan beberapa keluarga, sudah siap dengan
kedatangan orang tua Fahri.
Keesokan harinya setelah orang tua Fahri tiba di Pare Pare, ia pun mendatangi
rumah orang tua Simpurusiah untuk melamar dengan membawa cincin berlian
sebagai tanda ikatan.
Setelah lamaran selesai ibu Fahri menelepon Fahri :
Ibu Fahri : Fahri,...! Ibu tidak pulang dulu ke Jayapura nak.
Keesokan harinya, kebetulan hari Minggu, pagi pagi sekali Fahri sudah pergi
menjemput Simpurusiah, karena rencana pagi itu, Fahri ingin mengajak
Simpurusiah berenang di hotel tempat kedua orang tuanya menginap.
Setelah keduanya tiba di hotel, Fahri langsung naik keatas sampaikan ibunya,
bahwa ia mau berenang dulu dengan Simpurusiah, supaya ibunya nanti
menunggu saja di ruang makan.
Fahri kemudaian turun, dan langsung menggamit tangan Simpurusiah,
mengajaknya ke kolam renang. Sesampainya di pinggir kolam masing masing
langsung ke kamar ganti. Adapun Fahri sudah selesai lebih dahulu, ia menunggu
sambil jantungnya berdebar debar menanti Simpurusiah keluar, karena
terbayang lagi oleh tubuh Simpurusiah yang putih dan mulus itu, yang sudah
agak lama tidak dilihatnya.
Tidak lama kemudian Simpurusiah keluar dan langsung terjun ke kolam renang.
Setelah Simpurusiah puas berenang, ia pun segera naik dan ganti pakaian.
Setelah itu keduanya berjalan menuju ruang makan untuk sarapan pagi.
Selesai sarapan pagi, mereka keluar dan terus
Sesampainya di Tunjungan, kemudian ibu Fahri
membelikan Simpurusiah gelang berlian, namun
ibu Fahri sempat berkata kepada Simpurusiah :
kau tidak menolak apa yang saya belikan.
saya begitu cepat berubah, tapi itulah kalau Allah SWT berkehendak, tidak ada
sesuatu yang sulit.
Setelah selesai belanja, mereka pun pulang ke hotel. Sesampainya di hotel ibu
Fahri mengajak Simpurusiah menginap, karena ia ingin sekali tidur bersamanya,
tapi Simpurusiah berkata : Maaf Ibu, kalau ini terpaksa saya tolak, karena saya
harus belajar ibu.
Ibu Fahri tidak bisa berkutik mendengar alasan Simpurusiah. Akhirnya Fahri
mengantar Simpurusiah kembali ke asramanya.
Besoknya Fahri dan kedua orang tuanya berunding tentang rencana pernikahan,
akhirnya diputuskan bahwa akad nikah dan pesta pernikahan dilaksanakan di
hotel Shangrilla. Selesai mereka berunding, kemudian ibu Fahri berkata kepada
Fahri : Kita jemput dulu Simpurusiah.
Fahri : Maaf ibu, hari Senin sampai hari Sabtu siang tidak bisa diganggu,
karena ia belajar.
Ibu Fahri : yah nanti malam saja itupun paling lambat jam 10 sudah harus
diantar pulang.
Ibu Fahri : Sampaikan sama dia, tidak usah terlalu rajin belajar. Toh juga tidak
lama menikah.
Fahri : mohon ibu, jangan sekalii kali singgung kuliahnya, bisa bisa ia marah
dan semuanya jadi sia sia.
Ibu Fahri : Tapi aku sanggup memenuhi seluruh kebutuhannya.
Fahri : Mohon sekali lagi ibu jangan singgung masalah kekayaan dimukanya,
karena ia tidak suka, karena persoalan saya saj ingin membelikan ticket untuk
pulang ke Pare Pare, ia sangat tersinggung sampai sampai hubungan kami
hampir putus. Apalagi ia sudah berjanji dalam dirinya akan membahagiakan
orang tuanya dengan hasil kerjanya sendiri.
Ibu Fahri : Begitukah ?.
Fahri : Iya bu..! beruntunglah ibu mendapatkan calon menantu yang sangat
cantik bukan mata duitan, coba kalau dia mata duitan bisa bisa kita bangkrut.
Episode 11
FAHRI DAN SIMPURUSIAH MENIKAH
Saat pernikahan Fahri dan Simpurusiah, sudah dekat, 10 hari sebelumnya, ibu
Fahri, kemudian disusul ayah, adik, serta beberapa keluarga menyusul 3 hari
menjelang pernikahan, begitupula kedua orang tua, adik Simpurusiah serta juga
2-3 orang keluarganya.
Ibu Fahri mengambil sebuah room yang sedang di hotel Shangrilla untuk acara
akad nikah dan resepsi perkawinan.
Acara pernikahan yang akan digelar esoknya, nampak Simpurusiah dan Fahri
memasuki hotel, dimana sebelumnya kedua orang tua dan adik Fahri sudah
menginap di hotel, begitupula kedua orang tua dan adik Simpurusiah juga
sebelumnya sudah menginap di hotel, sementara keluarga yang datang
ditempatkan di hotel lain. Ramai sudah pertemuan 2 keluarga di hotel.
Esoknya para undangan telah mulai bedatangan memasuki di ruangan,
sementara sudah nampak Fahri dengan pakaian adat Bugis sudah duduk di meja
tempat dilangsungkannya akad pernikahan.
Setelah persiapan akad sudah selesai, maka petugas KUA mempersilahkan
orang tua Simurusiah mengawinkan anaknya.
Selesai akad nikah nampaklah Simpurusiah memasuki ruangan dengan pakaian
adat Bugis, semua yang hadir disitu terkesimah memandang kecantikan
Simpurusiah. Menjelang jam 13.00 acara pernikahan sudah selesai, setelah
semua undangan bersantap.
Setelah acara pernikahan selesai, nampak Fahri dan Simpurusiah memasuki
kamar yang sudah dihiasi, untuk ganti pakaian. Fahri yang melihat ganti
pakaian, sudah tidak tahan lagi untuk memeluk isterinya. Setelah keduanya
selesai ganti pakaian, keduanyapun kembali keruangan tempat berlangsungnya
acara pernikahan, dimana disana sudah menunggu semua keluarga untuk
melakukan acara silaturahmi.
Setelah selesai Fahri dan Simpurusiah masuk kamar.
Ketika sudah kamar Fahri berkata :
Hari yang kunantikan sudah tiba,
Pernikahan adalah sarana untuk menyatukan dua jiwa.
Ikatan lebih kuat dari akad yang mengantarkan tubuhku pada kehendakmu.
Tidak lama kemudian keduanya pun tenggelam dalam pergulatan yang sengit,
se-akan akan keduanya ingin saling menelan.
Selang beberapa bulan setelah pernikahan Fahri dan Simpurusiah, kini
Simpurusiah telah menyelesaikan studinya di Universitas Airlangga dengan
prestasi cumlaude. Namun ia belum wisuda, karena wisuda masih harus
menunggu beberapa bulan lagi, sementara keberangkatannya ke Netherland
sudah mendesak.
Sementara Simpurusiah sudah bersiap siap berangkat, tiba tiba adan
pengumuman pendaftaran untuk menjadi Hakim, dan kesempatan itu ia tidak
lewatkan, dan iapun mengikuti tes.
Tanpa harus menunggu hasil tes Simpurusiah pun sudah mau berangkat,
malamnya sebelum Simpurusiah berangkat ke Belanda keesokan harinya iapun
mengadakan acara doa selamat atas keberangkatannya ke Belanda.
Keesokan harinya, nampak Simpurusiah bersama suaminya Fahri berangkat ke
Belanda.
Selang 2 minggu setelah Fahri dan Simpurusiah di Belanda, maka Fahri pun
akan pulang ke Surabaya untuk menyelesaikan sisa kuiahnya yang belum
selesai.
Adapun Suzanna yang tadinya sudah mula intim kembali dengan pacarnya
Adriaan kembali mulai renggang, karena tadinya Adriaan berjanji akan
menjenguknya di Surabaya palang sedikit 1 kali satu bulan. Awalnya memang
demikian, tapi kini Suzanna mulai ragu karena sudah 2 bulan Adriaan tidak
pernah muncul, walaupun hari hari keduanya selalu telepon teleponan.
Melihat kesempatan Fahri yang isterinya ada di Netherland, maka timbul
hatinya untuk mendua, karena ia masih belum yakin kalau hubungannya
denganAdriaan akan berlanjut, karena setiap Suzanna bertanya tentang
pernikahan, Adriaan selalu berkata sabar. Hal ini membuta akhirnya Suzanna
nekat untuk untuk mendekati Fahri, karena ia telah menyaksikan sendiri kalau
Fahri itu sudah mapan dari sisi ekonominya.
Akhirnya Suzanna tanpa malu malu ia terus mendekati Fahri, walaupun Fahri
tidak pernah memberi hati
Episode 12
BALLADA 2 PASANG SUAMI ISTERI
Fahri : Tentunya bagi saya pilihan ini tidak dapat saya memilih, sekarang
tinggal keptusan dokter, yang penting bagi saya salah satunya selamat. Dan
Fahripun tidak dapat menahan tangsinya karena kesedihan.
Tidak lama kemudian dokter keluar dan berkata kepada Fahri : Sabar, hanya
anaknya yang dapat kami selamatkan ibunya tidak dapat kami tolong.
Fahri mendengar itu ia hampir pingsang.
Begitupula Ibu Neneng juga dipanggil oleh dokter. Setelah ibu Neneng
menghadap, dokter kemudian berkata : maaf ibu, kami telah berusaha, namun
apa boleh buat, Ibunya selamat, tapi anaknya meninggal.
Ibu Neneng : Apa ibunya sudah tahu dokter.
Dokter : Kami belum beritahu.
Ibu Neneng : Mohon dok, jangan dulu diberitahu.
Dokter : Tapi jangan lama lama baru diberi tahu.
Adapun Henny yang sudah melahirkan dan dibawa ke kamar selalu menangis
menanyakan kenapa anaknya belum dibawa kepadanya.
Ibu Neneng berkata : maaf nak, karena anaknya lahir tidak sehat terpaksa untuk
sementara di incubator.
Tapi Henny, tidak mau mengerti, dan ia terus menangis, dan kadang berteriak
untung Henny menempati kamar VIP sehingga tidak mengganggu pasien yang
lain.
Adapun Sangeang yang lewat di kamar Henny, sekembalinya menguburkan
isterinya ia melihat ibu Neneng keluar dari kamar, iapun mengahampiri ibu
Henny dan bertanya : Bagaimana keadaan Henny bu..?
Ibu Neneng : Bayi Henny meninggal ketika lahir.
Ibu Henny sebenarnya dokter masih melarang saya membawa bayi ini padamu,
tapi saya katakan hanya sebentar sekali, yang penting ibunya sudah lihat.
Henny : Kalau begitu bu.. ayo kita berangkat sekarang.
Ibu Neneng ; Iya.
Tidak lama kemudian Henny pulang kerumahnya dengan membawa bayi
Sangeang.
Setelah Dua hari Henny membawa anaknya Sangeang pulang kerumahnya,
datanglah berita dari ibu Neneng lewat telepon, kepada Sangeang nama
anaknya ialah Iskandar Zulkarnaen.
Sebulan setelah Sangeang menyerahkan bayinya, ia pun berangkat ke Australia,
untuk memenuhi tugas belajar dari kantornya sampai mendapatkan gelar
Doktor, yang diperkirakan ia tempuh kurang lebih 5 tahun.
Tanpa terasa Iskandar sudah berumur 2 tahun, diumur 2 tahun itu Ibu Henny
sakit keras, dalam keadaan sakit keras ibu Henny berkata kepada Henny : Ada
yang saya ingin sampaikan nak.
Henny : Apa ibu..!
Ibu Neneng : kalau saya lihat sakitku ini mungkin tidak lama lagi saya
meninggal, sementara itu ada rahasia besar yang saya harus aku katakan
padamu.
Henny yang mendengar itu langsung stress namun masih sempat bertanya :
Rahasia besar apa ibu ?.
Ibu Neneng : Sebenarnya seandainya saya tidak merasa akan mati, saya tidak
akan sampaikan berita ini, karena saya pernah bersumpah.
Henny : Katakanlah ibu, jangan ibu membuat Henny ketakutan.
Ibu Neneng : Begini nak, sebenarnya Iskandar itu itu adalah anak Sangeang.
Henny : Maaf bu..! katakanlah kalau tidak benar.
Ibu Neneng : Benar nak, karena anakmu meninggal begitu lahir. Sementara
isteri Sangeang pada saat itu meninggal saat ia melahirkan. Karena Sangeang
berpikir demi agar Henny tidak sampai bunuh diri kalau mendengar anaknya
meninggal, maka Sangeang serahkan anaknya pada saya untuk diberikan
padamu.
Henny : Tidak bu tidak bu...
Ibu Henny : Masih ingatkah waktu saya katakan kita harus buru buru pulang
kerumah, karena waktu ibu takut jangan sampai ketahuan suster penjaga.
Henny, hanya langsung tertunduk dan menangis, pikirannya benar benar
kacau entah apa yang harus dilakukan. Kemudian bertanya : Dimana Sangeang
sekarang ibu ?.
Ibu Henny : Di Australia nak, sedang mengikuti tugas belajar, Cuma tidak tahu
kapan ia kembali.
Henny : Tidak bu.. Saya tidak mau tahu ibu, yang saya hanya tahu kalau
Iskandar anak saya.
Ibu Neneng : Terserah nakda, yang penting saya sudah beritahu.
Henny : Tidak bu..! Iskandar anak saya bu...,saya yang menyusui, saya yang
pelihara, tidak bu.. tidak bu...
Sementara itu suster yang mengasuh Iskandar itu, tanpa sengaja mendengar
betul percakapan itu.
Dalam pikiran suster yang mendengar semua itu, berpikir bagaimana kalau
nantinya bapak anak ini, kalau ia sudah ber-isteri, tentu ia akan mengambil
kembali anaknya. Ini akan menjadi maslah besar.
Episode.12
FAHRI TERKENA MASALAH
Setelah hampir 1 tahun Fahri ditinggal isterinya, Suzanna terus menerus
mendekati dan menggoda Fahri, walaupun Fahri tidak pernah bergeming,
Episode...
SIMPURUSIAH PULANG DARI BELANDA
Setelah 2 tahun lebih Simpurusiah belajar di Belanda, akhirnya selesai juga, dan
iyapun kembali ke Surabaya. Sesampainya di Di Surabaya iapun lansung masuk
kerja sebagai calon hakim di Pengadilan Negeri Surabaya. Sementara Fahri juga
sudah selesai kuliahnya di Unair, kedaunya tinggal menunggu wisuda.
Hari wisuda yang dinanti nantikan telah tiba, baik kedua orang tua
Simpurusiah maupun kedua orang tua Fahri telah datang menghadiri wisuda
anaknya. Hari itu kedua orang tua Simpurusiah dan kedua orang tua Fahri
sangat berbahagia. Adapun ibu Fahri dipanggilnya menantunya Simpurusia :
Ibu Fahri : Nanda Simpurusiah kemari dulu.
Simpurusiah : Iya bu..! sambil berjalan menuju ibu Fahri.
Ibu Fahri kemudian membuka kalung berliannya yang dia pakai kemudian ia
kalungkan dileher Simpurusiah dan berkata : Nak,.. ini hadiah dari ibu atas
suksesnya nanda telah menyelesaikan studinya.
Adapun Fahri, Kedua orang tua Simpurusiah, ayah Simpurusiah sangat terharu
melihat peristiwa itu.
Ibu Fahri berkata kepada Fahri : Fahri...! Dengan adanya perpindahan kalung
dari leher ibu ke leher Simpurusiah itu sebagai tanda bahwa jangan sekali kali
kamu pernah menyakiti hati Simpur, karena mulai sekarang ada ibu dileher di
Simpurusiah.
Fahri : Insya Allah pesan ibu akan saya pegang teguh.
Simpurusiah yang mendengar itu hanya tunduk dan terharu.
Tidak lama kemudian datang Sangaji bersama Hartati, memberi ucapan selamat
kepada Fahri dan Simpurusiah.
Fahri sambil berjabat tangan dengan Sangaji berkata : Sekarang Hartati sudah
selesai, sekarang kapan lagi di wisuda di depan Imam.
Sangaji sambil melirik kepada Hartati berkata : Kami sudah sepakat insya
Allah 1 bulan lagi.
Simpurusiah : Bahagia rasanya mendengarnya.
Episode....
SANGEANG KEMBALI DARI AUSTRALIA
Setelah kurang lebih 5 tahun menempuh pendidikan di Australia, Sangeang pun
kembali ke Bandung. Dalam perjalanannya dari Sydney ke Bali, Fahri telah
mulai diliputi pikiran bagaimana sikapnya nanti bila ingin bertemu dengan
anaknya.
Adapun Iskandar anak Sangeang, seelah tumbuh 5 tahun, sudah nampak pada
wajahnya ada kemiripan dengan Fahri, sehingga Henny yang selalu menatap
wajah Iskandar, selalu terbayang wajah Sangeang. Sehingga ia mengambil
kesimpulan apa yang disampaikan oleh, almarhum ibunya mulai nampak
kebenarannya. Tapi dalam hatinya berkata apapun yang akan dihadapi, ia akan
mati matian mempertahankan Iskandar yang kini telah menjadi buah hatinya.
Sejak Sangeang tiba di Bandung, ia selalu berusaha mengintip anaknya dari
jauh, dan pada suatu saat Sangeang melihat anaknya sedang bermain di
pekarangan ditemani oleh susternya, sementara nampak Henny pergi
meniggalkannya untuk sementara.
Melihat kesempatan itu, buru buru Sangeang memasuki rumah Henny, dan pura
pura berkata : Ada Ibu ?.
Suster : Ibunya mba Henny atau mba Henny.
Sangeang : Ibunya mba Henny.
Suster : Ibunya mba Henny sudah meninggal 3 tahun yang lalu.
Sangeang : Inna Lillahi.
Suster : Bapak Sangeang ya ?
Sangeang : Kok tahu saya ?.
Suster : Saya tahu semuanya.
Sangeang : Apa saja yang kamu tahu.
Suster : Yang penting saya tahu kalau anak ini adalah putra bapak
Sangeang yang mendengar langsung kaget dan berkata : Darimana kamu tahu.
Suster : Pada saat ibu meninggal, ia sampaikan pada mba Henny bahwa
Iskandar itu adalah anaknya Sangeang. Dari situlah saya tahu, tapi saya tidak
pernah beritahu mba Henny, kalau masalah ini saya ketahui.
Sangeang : Tolong untuk sementara jangan beritahu Henny, kalau kamu tidak
tahu masalah ini. Dan jangan juga beritahu kalau saya datang menemui anakku.
Suster : Iya.
Kemudian Fahri meminta no HP suster agar bisa berkomunikasi selanjutnya,
untuk mengetahui keadaan Iskandar.
Suatu saat Sangeang ingat sahabatnya Sangaji, dalam hatinya berkata mudah
mudahan ini masih nomornya, kemudian ia telepon :
Sangeang : Sangaji..!
Sangaji ; Iya, Sangeang ya...?.
Sangeang : Iya...
Sangaji : Lamanya kita baru bisa bicara.
Sangeang : Cuma saat setelah perkawinanku dulu dengan Mardianah 7 tahun
yang lalu. Tapi saya ada perlu.
Sangaji : Bagaimana kabar Mardianah
Sangeang ; Ia telah meninggal kurang lebih 5 tahun yang lalu.
Sangaji : kenapa saya tidak pernah diberitakan.
Sangeang : Kala itu saya sangat bingung sekali menghadapi masalahku. Karena
setelah itu saya harus ke Australia belajar, dan sekarang baru kembali setelah 5
tahun belajar disana.
Sangaji : Makanya waktu saya mau menikah, saya telepon telepon tidak bisa
masuk, ternyata Sangeang ada di Australia.
Sangeang : Sangaji dapatkan isteri darimana ?
Sanggaji : Dari Tretes, namanya Hartati, yang menjodohkan saya dengan
isteriku ialah Simpurusiah, karena ia adalah sahabat dan teman kuliahnya di
Universitas Airlanggga.
Sangeang : Oh.. begitu ya..? kalau Simpurusiah bagaimana keadaannya ?
Sangaji, : Dia juga sudah menikah dengan anak orang kaya dari Jayapura, tapi
dia juga orang Bugis. Setelah Simpurusiah menikah, hanya selang berapa bulan
iapun berangkat ke Belanda untuk mengikuti program study S2 atas biaya
sebuah Foundation, karena dia dianggap mahasiswa berperestasi. Dan kini ia
berada di Bandung di Pengadilan Negeri Bandung sebagai hakim, dimana
sebelumnya 2 tahun di Pengadilan Negeri Surabaya.
Sangeang dalam hatinya berkata : Pantas kalau ia mendapatkan semuanya.
Sangeang : Sebenarnya tadi saya sudah katakan, Saya ada keperluan. Karena
itu saya mau ke Surabaya ketemu.
Sangaji : Tidak usah, nanti saya yang ke Bandung, sekalian mau bawa isteri
jalan jalan di Bandung.
Sangeang : Kalau begitu terima kasih, saya tunggu ya..
Sangaji : Insya Allah.
Seminggu kemudian, Sangeang pergi menjemput Sangaji dan isterinya di
Stasiun Kereta api.
Setelah keduanya bertemu, langsung Sangaji memperkenalkan isterinya ;
Sangeang menjabat tangan Hartati ; Sangeang
Hartati : Hartati
Sambil ketiganya berjalan menuju mobil, Sangeang berkata dalam hatinya ;
Mujur juga Sangaji bisa mendapatkan isteri yang begitu cantik, terlebih lagi
Simpurusiah yang telah mendapatkan segalanya, sementara dirinya masih
terkatung katung memikirkan rumah tangganya. Dan tidak lama kemudian
Sangaji dan Hartati di bawa oleh Sangeang ke rumahnya untuk menginap.
Dalam perjalanan menuju ke rumah Sangeang, Sangaji sempat berkata : Ini
teman intimnya Simurusiah sambil menunjuk Hartati yang duduk dibelakang.
Hartati : Iya, mas, saya lebih empat tahun sama sama Simpurusiah, dan saya
sangat beruntung mendapatkan sahabat seperti dia, mana orangnya cantik benar,
juga sopan, rendah hati, cerdas lagi, semuanya dimiliki Simpurusiah, tapi yang
membuat semuanya itu ia sukses karena orangnya benar benar gigih dalam
berjuang.
Sangeang yang mendengar itu langsung hatinya sangat menyesal karena ia telah
mengecewakannya, sehingga jangankan jalinan cintanya putus, tapi juga
persahabatannya putus. Lalu Sangeang berkata : Iya dulu adik kelas kami. Saya
dan Sangaji kelas III sementara Simpurusiah kelas I.
Hartati : Iya, Suaminya namanya Fahri sangat beruntung sekali bisa
mendapatkan Simpurusiah setelah ia berjuang lebih dari 2 tahun baru bisa
mendapatkan cinta Simpurusiah. Tapi Simpurusiah pun sangat beruntung bisa
mendapatkan Fahri, yang mana orangnya cukup santun, rendah diri, gagah, kaya
lagi, dan ia sangat menyayangi Simpurusiah.
Sangeang yang mendengar itu, hatinya kembali terpukul.
Tidak lama kemudian mereka telah tiba dirumah Sangeang . Dan Sangeang
memersilahkan kedua tamunya masuk ke kamar yang telah ia siapkan, untuk
istirahat.
Sangeang : Siapa tahu Sangaji dan Hartati mau mandi dulu baru istirahat atau
istirahat dulu baru mandi.
hanya dia yang aku cintai. Dan gara gara itulah sampai ia memutuskan sepihak
hubungan kami.
Sangaji : Kalau masalah ini saya proses secara hukum sudah dapat dipastikan
anak itu akan kembali kepada Bapaknya, tapi apakah Sangaji mau melakukan
itu, yang berati pula untuk kedua kalinya Sangeang mengecewakan hatinya
Sangeang, : Sebenarnya sih iya, tapi kalau saya pikir , bukankah semua itu
terjadi karena egonya Henny.
Hartati : Bagaimana kalau saya diberi kepercayaan untuk mendekati Henny.
Sangeang : Terima kasih, saya setuju, yang penting Sangaji tidak keberatan
karena gara gara saya telah melibatkan isterinya masuk dalam lingkaran
masalah saya.
Sangaji : Kenapa saya mesti harus keberatan, kalau isteri saya sendiri yang
mau, untuk tujuan kebaikan.
Keesokan harinya Hartati diantar oleh Sangeang untuk mendatangi Henny di
rumahnya, setelah ia ditunjukkan rumahnya oleh Sangeang, kemudian Sangeang
menunggunya diatas, semenatara Hartati berjalan kebawah menuju rumah
Henny.
Setelah hartati tiba dimuka rumah Henny, iapun langsung mengetuk pintu dan
mengucapkan : Assalamu Alaikum.
Terdengar dari dalam suara wanita menjawab : Wa alaikum salam.
Setelah pintu terbuka Henny berkata : Darimana ya ?. Silahkan masuk
Hartati pun masuk dan langsung duduk.
Henny : Maaf Ceu, kalau boleh tanya dari mana ya ?.
Hartati mengangkat tangannya untuk berjabat tangan dan berkata : Perkenalkan
dulu nama saya Hartati dari Surabaya.
Henny : Caranya ?.
Hartati : Maaf saya belum bisa katakan, karena hal ini saya belum sampaikan
sama Sangeang, saya harus ketemu dulu Sangeang untuk membicarakan cara
yang akan saya tempuh, apa ia setuju atau tidak.
Henny : Jadi ?
Hartati : Saya akan kembali setelah bertemu dengan Sangeang. Saya permisi
dulu.
Hartati pun kembali berjalan keatas, dimana suaminya dan Sangeang
menunggu. Setelah Hartati masuk mobil, kemudian Sangeang membawa
mobilnya kembali ke rumah, dalam perjalanan pulang kerumah Sangeang
bertanya ; Bagamana kabarnya ?
Hartati berceritera semua apa yang disampaikan pada Henny ?. dan Sangeang
hanya bisa tersenyum mendengar sandiwara Hartati.
Keesokan harinya Hartati berkata pada Sangeang : Maaf , saya minta isin
dulu mau pergi ketemu Simpurusiah di kantornya.
Sangeang : Maaf, saya hanya bisa antar saja, karena kebetulan hari ini ada
tugas di kantor yang saya harus selesaikan.
Hartati : Tidak ada masalah, pulangnya nanti gampang.
Sangeang pun mengantar Sangaji dan Hartati ke kantor Pengadilan Negeri,
setelah sampai di Pengadilan Negeri Bandung, Sangaji dan Hartati turun,
kemudian ia pergi mencari Simpurusiah, sementara Sangeang langsung pergi.
Begitu Hartati ketemu Simpurusiah, keduanya langsung berpelukan, kemudian
Simpurusiah mempersilahkan Sangaji dan Hartati duduk.
Simpurusiah berkata : Sebentar kalau kita selesai ngobrol ngobrol sebentar,
saya antar dulu ke rumah, nanti di rumah istirahat dulu sambil menunggu saya
pulang dari kantor.
Simpurusiah : Dua hari yang lalu, baru datang dari Surabaya, tadi subuh ke
Jakarta, tidak lama lagi datang, tadi ada teleponnya katanya sudah di
Padalarang, tapi mungkin agak terlambat karena biasanya macet di Jln Pasteur.
Hartati ; Eh.. ngomong ngomong, belum adakah tanda tanda kalau Simpur
bakal punya anak.?.
Simpurusiah : Mau dulu selesaikan S3 saya, dan sekarang saya kuliah di
Universitas Pajajaran. Kalau Hartati bagaimana ?.
Hartati : Alhamdulillah sudah 3 bulan umur kandungan saya
Simpurusia : Selamat kalau begitu.
Tiba tiba datang Fahri dan berkata : Wah... Selamat orang Surabaya datang.
Sangaji dan Hartati berdiri menjabat tangan Fahri.
Fahri : Tadi saya lihat Simpur menjabat tangan Tati, ada apa nih, kalau boleh
tahu.
Hartati : Dia memberi ucapan selamat, karena saya 3 bulan menngandung
anaknya mas Sangaji.
Fahri : Kalau begitu saya juga ucapkan selamat.
Hartati : Terima kasih. Tapi saya dengar Simpurusiah belum mau mengandung
sebelum selesai S3 nya.
Fahri : Maklumlah, kalau ada yang dia inginkan pasti berusaha untuk
mewujudkannya. Kalau saya sih hanya ikut saja apa kemauannya.
Simpurusiah mengerling kepada Fahri dengan sorot mata sambil berkata :
Bukan begitu, kalau saya semua itu harus terperogram. Sebab kalau S3 saya
sudah selesai, tidak ada lagi hal hal yang bisa mengganggu saya untuk
memelihara anak, sebab maunya saya tidak tahu maunya Allah, kalau saya
sudah punya anak maka aku akan mengabdikan hidupku pada anakku.
Hartati : Bukannya pengabdian pada suami ?
Simpurusiah : Justeru itu, mengabdi dulu pada suami sebelum datangnya sang
raja atau sang ratu . Kalau sang Raja atau sang Ratu, sudah datang, maaf saja
kalau saya katakan mari kita urus sendiri sendiri kita punya keperluan, sebab
saya mau fokus pada anakku kelak.
Fahri : yah yaa..yaa, tapi bagi juga perhatianmu padaku.
Simpurusiah bercanda berkata : Enggak usah ya .. kasian de lo.
Fahri ; Yah nasib ya nasib.
Tidak lama kemudian Sangaji dan Hartati, diajak masuk ke ruang karaoke.
Keesokan paginya Hartati dan Sangaji diantar pulang oleh sopir Fahri ke rumah
Sangeang. Setelah Hartati dan Sangaji sampai di rumah Sangeang, kemudian
Sangaji menelepon Sangeang, kalau sebentar ini diantar ke rumah Henny. Dan
tidak lama kemudian Sangeang datang untuk mengantar Sangaji dan Hartati ke
rumah Henny.
Sangaji berkata : Pulangnya nanti kami naik taxi saja.
Sangeang : Tidak apa apa ya..?.
Sangaji : Tidak apa apa.
Tidak lama setelah Hartati dan Sangaji sampai di rumah Henny, dan keduanya
turun dari mobil Sangeang, dan langsung masuk di rumah Henny. Setelah
keduanya masuk dan dipersilahkan duduk oleh Henny, kemudian Hartati
memperkenalkan Sangaji sebagai suaminya, sekaligus sebagai keluarga
Sangeang.
Selang beberapa saat Hartati berkata : Saya sudah ketemu Sangeang, dan ia
serahkan semua maslah ini kepada kami berdua bagaimana baiknya.
Setelah ia masuk di rumah Henny, ia langsung memberi salam. Dan tidak lama
kemudian muncul suster puteranya.
Suster : Oh pak Sangeang..
Sangeang : Iya mba, mana Iskandar ?.
Suster : Kenapa pak, Lagi asik main dibelakang.
Sangeang : Kalau mba Henny ada ?.
Suster : Sudah berangkat kerja, karena baru kemarin ia diterima kerja, dan hari
ini adalah hari pertama masuk kerja.
Sangeang kemudian memperlihatkan surat perjanjiannya dengan Henny, dan
berkata : Sudah tahu isinya ya ?
Marni : Sudah pak, jadi bapak ini sudah buat perjanjian dengan mba Henny ya
pak.
Sangeang : Iya..! Bisa tolong ? mau ketemu Iskandar.
Suster : Bisa pak , kemudian ia masuk memanggil Iskandar.
Iskandar : Om yang dulu pernah datang ya ?
Sangeang : Iya.
Sangeang pun mulai mengambil hati Iskandar. Sementara Suster hanya
memperhatikan saja.
Sangeang bertanya pada Suster : Mba, maaf kalau bisa tahu siapa namanya
ya ?.
Suster : Marni.
Setelah Marni sampai di BIP, tidak lama kemudian datang Sangeang, mereka
pun pergu menuju tempat bermain. Tapi yang bermain hanya Marni dan
Iskandar, sementara Sangeang terus memperhatikan Marni, dan dalam hatinya
berkata : Sebenarnya marni ini kalau dipandang lebih lama rupanya cuku cantik
juga, bahkan bodynya lebih tinggi dan lebih bagus dari body Henny. Ah.. kalau
tidak ada Rotan akar pun jadi. Tapi inikan Marni bukan akar, ia Rotan juga. Dan
Satu hal kalau memang ia ada jodoh dengan Marni, tidak ada lagi maslah,
karena Marni sudah akrab juga Iskandar.
Setelah Iskandar dilihatnya Iskandar puas bermain, Sangeang pun menagajak
Marni dan Iskandar pergi makan. Sementara Marni makan Sangeang tidak henti
hentinya memandang Marni, sampai kadang keduanya bertemu mata, membuat
Marni agak malu.
Sesudah makan, Sangeang pun mengantar Iskandar dan Marni pulang kerumah,
tapi sebelum Marni turun Sangeang berkata : Lain kali nanti saya tunggut
diatas ya..! Caba lihat dan hapal no plat mobil saya.
Marni : Iya pak.
Sejak hari itu, Sangeang selalu telepon Marni, kalau ia sudah rasa Henny sudah
berangkat kerja. Namun demikian ia masih sangat membatasi hubungannya
dengan Marni karena Sangeang masih tetap mengharap Henny, agar ia mau
menerimanya kembali. Tapi dalam hati Sangeang berkata sampai kapan ia harus
menunggu, sementara teman temannya sudah berbahagia dengan keluarganya
masing masing.
Pada hari Sabtu berikutnya Sangeang sudah janji dengan Marni untuk kedua
kalinya jalan dengan Iskandar. Dan Henny tidak bisa lagi menghalanginya
karena
adanya surat perjanjian.
Hari itu Sangeang membawa Iskandar dan Marni ke Trans studio, Marni dan
Iskandar, untuk kedua kalinya Marni dan Iskandar masuk di Trans, sementara
Marni mengawasi Iskandar, Sangeang berdiri disampingnya, selalu melirik
Marni dan dalam hatinya berkata : Saya dan Marni sepertinya serasi. Adapun
Marni yang merasa dirinya selalu dilirik, merasa kalau Sangeang mulai
menaruh perhatian padanya. Dan dalam hatinya Marni juga berkata :
Sangeang telah mulai memikat hatiku
Namun aku belum tahu cara bagaimana memikatnya
Sekarang aku sudah harus belajar menggoda
Demi untuk mendapatkan dirinya.
Ya Tuhan tolonglah aku. Untuk mendapatkannya.
Sangeang pun berkata dalam hatinya :
Saat dirimu kutatap dengan lembut.
Engkau belum tahu kalau aku mulai menaruh hati padamu.
Cintaku mulai tumbuh berbunga bunga.
Kini aku sadar betapa dirimu penting bagiku.
Demi anakku yang telah kau rawat selama ini.
Dirimulah yang bisa kuharap mengobati kesedihan ini.
Karena Henny tetap tidak menghiraukan aku lagi.
Setelah Iskandar puas bermain, Sangeang mengajak terlebih dahulu pergi
makan. Selesai makan kini Sangeang dan Marni masih duduk ngobrol,
Sangeang bertanya pada Marni : Maaf, apa sudah pacar ya ?.
Marni : Siapa yang suka pengasuh anak seperti saya ini pak, apalagi saya ini
seorang Janda.
Sangeang : Maaf ya, ada anak ?.
Marni : Tidak ada pak.
Sangeang hanya meng-angguk angguk.
Tidak lama kemudian ketiganya meninggalkan Trans studio.
Adapun Henny yang sudah menunggu dari tadi, ketika Marni datang ia
langsung bertanya : Dari mana saja ? kenapa terlalu lama?
Marni : Dari Trans Studio mba.
Henny yang membayangkan Sangeang bersama Marni, timbul kecurigaannya,
sehingga hatinya semakin membenci Sangeang.
Setelah Sangeang selalu jalan dengan Marni serta Iskandar, sudah merasa kalau
Marni itu adalah isterinya jalan dengan anaknya. Sehingga pada suatu saat ia
berkata pada Marni : Selama ini kita selalu jalan sama, sering kurasakan kalau
kita ini sudah seperti suami isteri yang membawa anaknya jalan.
Marni : maaf pak, perasaan itu juga selalu membayangiku, tapi aku selalu sadar
dan berkata dalam hatiku, kalau saya ini barangkali bukanlah type wanita yang
bapak idamkan.
Sangeang : Jangan rendah diri, bagaimana kalau suatu saat saya melamarmu,
bagaimana tanggapanmu ?.
Marni : Yang penting saya diberi keyakinan kalau bapak nantinya tidak akan
menyia nyiakan saya. Maaf pak, saya sudah trauma.
Sangeang : Kalau begitu, untuk sementara Marni bisa menilai pribadiku,
apakah saya ini adalah type laki laki yang suka mengecewakan wanita.
Marni terdiam sejenak kemudian berkata : Maaf, jangan tersinggung ya pak.!
Sangeang : Tidak.
Marni : Terima kasih pak.
Setelah waktu berjalan beberapa bulan, namun Henny belum juga ada tanda
tanda hatinya mau menerima kembali Sangeang, akhirnya Sangeang
memutuskan untuk melamar Marni.
Suatu hari Marni berkata kepada Henny : Maaf, bu..! Saya mau minta isin
pulang ke Cirebon karena orang tua lagi sakit.
Marni ketawa dan berkata : Bapak justeru masih muda, tapi bapak seorang
pejabat.
Sangeang : Itu bapak lagi.
Marni : Maaf kang.
Sangeang : Ya begitu dong.
Tidak lama kemudian keduanya sudah sampai di sebuah rumah makan. Setelah
keduanya duduk merekapun mulai bicara, Sangeang : Sakit apa ibunya ?
Marni : Belum tahu kang, katanya badannya panas, dan tidak mau makan.
Padahal selama ini ibu saya kalau sakit paling sakit kepala.
Sangeang ; Belum dibawa ke dokter.?
Marni : Sementara sudah ada di rumah sakit.
Sangeang : Maaf Marni, setelah saya pikir pikir, selama ini maka saya
mengambil kesimpulan untuk melamarmu.
Marni yang kaget mendengar itu : Apa akang sudah pikir masak masak.
Sangeang : Sudah, utamanya Marni sudah erat sekali dengan Iskandar, dan
rencana saya nantinya saya mau suruh Henny cari lagi suster untuk merawat
Iskandar, dan nanti saya bayar.
Marni : Sudah bulatkah hati akang.
Sangeang : Iya, kalau perlu minggu depan kalau kondisi ibunya sudah
membaik, saya akan datang melamarmu.
Marni : Iya, kang, nanti saya beritakan kondisi kesehatan ibu.
Setelah selesai makan siang, kemudian Sangeang mengantar Marni ke terminal
Cicaheum. Sebelum Marni turun di Terminal, Sangeang memberikan amplop
berisi uang pada Marni sambil berkata buat pengobatan ibu.
Henny tertegun sejenak dan baru ia merasa menyesal, tapi sudah terlambat
kemudian berkata : Ternyata selama ini kamu diam diam menjalin hubungan
ya?
Marni : Apa salahnya mba. Apalagi saya kasihan melihat dia, menunggu terus
mba tapi, mba tidak pernah mau menerimanya kembali.
Henny : Sudah...sudah pergi..!
Marnipun pergi dengan perasaan terhina.
Selang 1 bulan lebih, Marni berkata kepada Sangeang ; Bagaimana kalau kita
ambil Iskandar ?
Sangeang ; Tidak bisa, nanti kalau Henny sudah menikah, baru kita minta.
Marni : Kapan kita bisa tahu kalau ia akan menikah ?.
Sangeang : Saya bingung mau bagaimana ? apalagi bukankah saya sudah buat
perjanjian.
Marni : Tapi perjanjian itu kan bisa kita batalkan. Dan untuk apa akang
mengasihani orang yang tidak punya perasaan seperti itu yang hanya mau
menang sendiri.
Sangeang : jadi maumu bagaimana ?.
Marni : Saya akan ambil Iskandar, karena bukankah Iskandar itu anak kandung
dan buah hati suamiku tercinta.
Sangeang hanya terdiam mendengar kata Marni. Tapi Marni akan berusaha
secara diam diam agar Iskandar kembali pada orang tua aslinya.
Selang beberapa hari setelah Marni berhasil mencuri surat perjanjian Sangeang
dengan Henny, ia pergi ke Polsek Taman sari untuk mengadukan Henny atas
perbuatannya tidak mau menyerahkan Iskandar pada orang tuanya.
Setelah Marni sampai di Polsek, kemudian langsung melapor : Maaf pak saya
ini datang melapor atas masalah yang menimpa suamiku.
Polisi ; Masalah apa itu bu..
Marni ; Menceriterakan kronologis mengapa Iskandar jatuh di tangan Henny.
Polisi : Ada bukti yang kami bisa lihat ?
Marni : Ini pak sebuah surat perjanjian.
Polisi setelah membaca surat perjanjian itu, kemudian ia berkata : Masalah ini
memang nampaknya mengandung unsur pidana, tapi perlu penyelidikan lebih
lanjut.
Sesudah Marni selesai melapor, ia pun pulang kerumahnya.
3 hari kemudian datanglah surat panggilan dari polisi sebagai saksi, setelah
Henny melihat pelapor, hatinya marah sekali dan berkata : Tidak aku sangka
Marni bisa menghianatiku.
Keesokan harinya setelah Henny mendapat surat panggilan, iapun berangkat
menuju kantor Polisi. Setelah tiba di kantor polisi, tidak lama kemudian Henny
sudah ditanya oleh polisi, : Benarkah kalau anak yang bernama Iskandar itu,
kalau bukan anak ibu, tapi putera tuan Sangeang.
Henny : Saya sampai sekarang belum tahu persis apakah Iskandar itu anak saya
atau anak Sangeang, tentunya masih perlu pembuktian selanjutnya.
Polisi : Tentu, akan kami buktikan dengan tes DNA, dan kalau itu terbukti
kalau Iskandar itu adalah putera ibu, maka tidak menutup kemungkinan ibu
Marni dan tuan Sangeang, dapat dituntut pidana, karena terbukti telah
melakukan persekongkolan untuk menipu ibu. Tapi kalau ternyata Iskandar
terbukti adalah putera Sangeang, maka ibu harus mengembalikan Iskandar pada
tuan Sangeang.
Henny, : Tapi ada kan perjanjian yang kami sepakati.
Polisi : Berarti ibu secara tidak langsung, mengakui kalau Iskandar itu adalah
putera Sangeang.
Henny : Justeru itu saya katakan tadi masih perlu di selidiki lebih lanjut.
Polisi : Tapi kenapa ibu membuat surat perjanjian ?.
Henny : Saat itu tidak ada pilihan bagiku, karena saya sudah ditekan terus oleh
pengacara Sangeang.
Polisi : Kenapa saat itu ibu tidak melapor kepada polisi.
Henny ; Saya tidak bisa berpikir lagi, karena pikiran saya sangat kacau, sebab
sudah di tinggal mati oleh suami, tidak lama kemudian ibu saya meninggal, tiba
tiba tiba muncul lagi masalah kalau anakku sendiri juga meninggal.
Polisi : Maaf saya ibu, karena sudah membuat ibu bersedih.
Henny hanya diam saja, sambil memejamkan mata.
Tidak lama kemudian, nampak Henny meninggalkan kantor polisi.
Dua hari kemudian datang panggilan Sangeang, sesudah Sangeang membaca
surat panggilan, di panggilnya Marni dan bertanya : Kapan Marni melaporkan
Henny ke polisi ?.
Marni, : Seminggu yang lalu kang.
Sangeang : Kenapa tidak minta persetujuan akang terlebih dahulu.
Marni : Kalau saya minta persetujuan sama akang, pasti tidak diisinkan, Marni
tidak tahu kenapa sih akang terlalu sayang sama Henny,
sampai anak harus dikorbankan ?.
biru
kau sungguh membuatku bersyukur karena memilikimu,
memberi sejuta rasa untuk menghargai cinta dan indahnya kehidupan
PENYAIR
Dia adalah rantai penghubung
Antara dunia ini dan dunia akan datang
Kolam air manis buat jiwa-jiwa yang kehausan,
Dia adalah sebatang pohon tertanam
Di lembah sungai keindahan
Memikul bebuah ranum
Bagi hati lapar yang mencari.
Dia adalah seekor burung nightingale
Menyejukkan jiwa yang dalam kedukaan
Menaikkan semangat dengan alunan melodi indahnya
Dia adalah sepotong awan putih di langit cerah
Naik dan mengembang memenuhi angkasa.
Kemudian mencurahkan kurnianya di atas padang kehidupan. Membuka kelopak mereka bagi
menerima cahaya.
Dia adalah malaikat diutus Yang Maha Kuasa mengajarkan Kalam Ilahi.
Seberkas cahaya gemilang tak kunjung padam.
Tak terliput gelap malam
Tak tergoyah oleh angin kencang